4. Ciri-ciri
• Udang windu (Penaeus monodon):
– Duri rostrum bag atas (5-9), bag bawah (1-4) rata-rata
7/3, rostrum agak sigmoid.
– Warna kehitaman/kehijauan/kebiruan belang
putih/kekuningan sebanyak 9 garis.
• Udang vaname (Litopenaeus vannamei):
– Duri rostrum bag atas (5-8), bag bawah (2-4) rata-rata
6/2
– Warna putih kadang agak kecoklatan atau kebiruan
tergantung lingkungan.
5. Kebiasaan makan
•
•
•
•
•
•
Udang penaid (windu dan vaname) merupakan hewan nocturnal.
Aktif di malam hari atau kondisi gelap.
Termasuk hewan “Omnivore scavenger” atau pemakan segala.
Kebiasaan mangsa sesama jenis (kanibal).
Makanan alaminya adalah :
– Detritus, Algae (fitoplankton terutama diatom), Lumut,
Zooplankton : Copepoda, Polychaeta, Larva kerang, Bahkan
(menurut beberapa ahli) sangat mungkin kotorannya dimakan
kembali.
Udang mengetahui makanan dengan bantuan organ sensor berupa
bulu-bulu halus yang terdapat pada antenula, antena, mulut, capit,
dan maxillaped yang dapat mengetahui sinyal kimiawi.
Udang mengambil makanan dengan capitnya yang terdapat pada
kaki jalan 1,2 dan 3. kemudian dimasukkan mulutnya.
6. Habitat / tempat hidup
• Pada umumnya udang lebih menyukai hidup di dasar
perairan, dengan kondisi dasar yang berlumpur atau
lumpur berpasir.
• Udang windu lebih banyak diam di dasar sepanjang
hidupnya.
• Sedangkan udang vaname lebih aktif di dalam kolom air
dan suka menggaruk-garuk dasar.
• Masing-masing jenis udang memiliki pengaruh
(sensitivitas) yang berbeda terhadap sinar. Ada yang
sensitif, ada yang tidak terpengaruh.
7. Pengaruh sinar
•
Udang Penaeid dapat dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan
kebiasaan sembunyi.
1. Hidup di air jernih, sembunyi di siang hari, terang bulan, saat
darurat. P. duorarum, P. latisulcatus, P. plebejus,
kemungkinan P. brasiliensis, P. notialis.
2. Hidup di air agak keruh, keluar di malam hari, tetapi kadangkadang siang hari (darurat) P. aztecus, P. esculentus, P.
monodon, P. japonicus and P. semisulcatus.
3. Hidup di air keruh kadang-kadang sembunyi. P. indicus, P.
merguiensis, P. chinensis [= orientalis], P. setiferus dan
mungkin P. occidentalis and P. schmitti (Dall et al., 1990).
9. Penyebaran
Udang Windu dan Vaname
• Udang windu tersebar dari
China (Taiwan), Thailand,
Philippina, Malaysia,
Indonesia, Australia, India
sampai Madagaskar (Afrika).
• Udang vaname ditemukan
Pantai Pacific Timur dari
Sonora (Mexico Utara)
hingga Amerika tengah dan
Selatan Tumbes, Peru.
19. MORFOLOGI
1.
Bagian tubuh terdiri atas
–
Cephalothorax (kepala-dada)
–
Abdomen (perut) : 6 ruas
1.
Anggota tubuh udang (appendages) dibentuk oleh 2 cabang
(biramous)
–
Exopodite
–
Endopodite
1.
Appendages:
–
Pada bag chephalothorax : 1 ps mata, 1 ps anatenula, 1
ps antena, 2 ps maxillae, 1 ps mandibula, 3 ps
maxillaped, 5 ps kaki jalan (pteriopoda).
–
Pada abdomen : 5 pasang kaki renang (pleopoda), 1 ps
uropoda dan telson.
21. MORFOLOGI
4.
Pada bag cephalothorax tertutup (dilindungi) oleh carapace.
Pada ujung depan carapace terdapat tonjolan yang disebut
rostrum. Pada bagian atas dan bawah rostrum terdapat duri,
yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi jenis udang
(taksonomi).
5.
Jumlah duri pada rostrum udang windu adalah : (5-9) / (1-4)
rata-rata 7/3 (7 duri bag atas dan 3 duri bag bawah)
Sedangkan pada vaname (5-8) / (2-4) rata-rata 6/2
6.
Dalam pertumbuhannya melakukan ganti kulit secara periodik
yang disebut moulting (ecdysis).
23. Moulting (Ecdysis)
• Moulting merupakan sifat alami bagi udang, untuk
tumbuh. Moulting terjadi secara periodik.
• Pada saat larva proses moulting dapat terjadi setiap
beberapa jam, kemudian setiap hari dan semakin tua
umurnya semakin jarang frekuensi moultingnya.
• Moulting disamping merupakan proses alami untuk
tumbuh secara periodik juga dapat dipengaruhi adanya
perubahan lingkungan. Proses moulting diatur oleh
hormon ecdysteroid yang dihasilkan oleh organ-Y.
• Ada 3 penyebab moulting :
–
–
–
Secara alami / periodik
Karena rangsangan yang sengaja diberikan
Stress berat yang biasanya diikuti dengan kematian.
28. Cuticula
• Terdiri dari lapisan chitin yang
diperkuat dengan kalsium.
– Epicuticle – protein + calsium
– Exocuticle – chitin + calsium +
melanin
– Endocuticle – chitin + calsium
(tinggi)
– Inner chitin + protein layer
• Diproduksi oleh jaringan
epidermis
• Dilumasi oleh mucus yang
berasal dari tegumental gland
38. Sistem Pencernaan
Terdiri atas: Mulut – esophagus – stomach (ventriculus) –
hepatopancreas – intestine – rectum – anus.
Stomach merupakan tempat penghancuran makanan hingga
halus sebelum sari-sari makanan diserap oleh usus
Hepatopancreas (midgut gland) menghasilkan enzyme,
menyimpan dan menyusun nutrisi sesuai kebutuhan.
40. Sistem Pencernaan
A : anus
AD : anterior diverticulum of midgut
DG : digestive gland
M : mouth
MG : midgut
Oes: oesophagus
Prov: proventriculus
R: rectum
PD: posterior diverticulum of midgut
47. Thelicum
• Pada udang windu thelycum tertutup, sehingga
dapat menampung spermatophora sebelum betina
melepaskan telurnya . Sebelum kawin (mating),
didahului moulting.
• Pada udang vaname thelycum terbuka.
Closed thelycum
Open thelycum
52. Mating dan spawning
• Pada udang windu, mating dan spawning terjadi saat
betina moulting, waktunya tengah malam.
• Pada vaname mating dan spawning terjadi saat tidak
moulting, waktunya setelah matahari terbenam.
55. Syaraf (Nervous)
• Sistem syaraf sangat sederhana.
• Terdiri dari Central ganglion di kepala dan syaraf
ventral cord (tangga tali) yang memanjang
sampai ekor.
• Menghubungkan sejumlah syaraf ke sebagian
organ sensor seperti antena, antenulae, mata,
dll.
57. Mata
• Mata pada udang (Compound eye) berfungsi untuk
membedakan gelap-terang dan mengamati adanya gerakan.
Tidak dapat digunakan untuk melihat makanan.
• Udang tahu ada makanan melalui organ sensor pada antena
(Chaemoreceptor).
• Di tangkai mata terdapat X-organ yang berfungsi mengontrol
pertumbuhan. Bila organ ini dihilangkan dengan memotong
mata (ablasi) maka akan mempercepat perkembangan gonad.
58. Musculatory (Otot)
Sebagian besar otot udang berada pada bagian
abdomen.
Pada bagian Chephalothorax sebagian besar berisi
organ-organ pencernaan, kelenjar pencernaan,
jantung dll.
61. Peredaran darah
Sistem peredaran darahnya terbuka.
Terdiri dari jantung, sejumlah arteri yang mengedarkan darah ke organ
utama, tidak memiliki vena (pembuluh balik), terdapat sejumlah sinus.
Hemolymph masuk jantung melalui ostia dan keluar melalui arteri
kemudian ke sinus. Aliran balik diatur oleh klep flap. Oksigen dibawa
oleh hemocyanin (komponen yang mengandung Cu)
Hemolymph terdiri dari mineral anorgonaik (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dll),
material organik (gula, protein dan lemak), hemocyanin dan hemocyte.
64. Sistem Pertahanan
• Kulit yang keras terbentuk dari chitine merupakan
tameng utama terhadap serangan dari luar atau
masuknya berbagai macam penyakit.
• Tidak ditemukan antibody (shg tdk ada sistem
kekebalan).
• Non-specific, bawaan (innate), belum bisa divaksin
• Penggumpalan kemungkinan oleh transglutaminase
cepat, cross-linking enzym
– Protein dan enzyme dalam hemolimph.
• Bacterial agglutinasi-aktivitas sangat tinggi-tanpa perlu
rangsangan-mengandung lectin
• Antibacterial protein dan peptida
66. Mekanisme perlawanan
• Terdiri dari hemocyte bebas dan sel tetap
• 3 tipe hemocyte:
– Hyaline cells (HC) tanpa granula
– Smal granular hemocytes (SGH)
– Large granular hemocytes (LGH)
• Respon fisika dan kimia yang kompleks
– Phagositosis, encapsulasi, melanisasi.
• Lymphoid organ memegang peran
68. Sistem Ekskresi
• Kelenjar antena (antennal gland
atau green gland) berfungsi
mengontrol volume/tekanan
cairan internal dan ion (misalnya
Mg2+)
• Sel kelenjar antena berfungsi
untuk ekskresi dan resorpsi
selektif
• Coelomosec untuk memfilter
darah
• Nephrocyte dalam sumbu insang
dan menempel pada kaki.
69. Permasalahan
• Permasalahan dalam budidaya (hatchery maupun
pembesaran) antara lain :
– Genetik - inbreeding pertumbuhan lambat.
– Penyakit - mikroba (virus, bakteri, jamur), parasit
(protozoa, cacing,dll) kerugian secara ekonomi
– Kualitas lingkungan budidaya cenderung menurun
– Manajemen budidaya.
– Pemahaman pengetahuan dasar tentang biologi
udang : menyangkut sifat dan tingkah laku udang
– Perlu penambahan wawasan secara terus-menerus
short course / training, seminar, studi banding.
70. Penutup
• Pengetahuan tentang BIOLOGI UDANG sangat penting
untuk menunjang keberhasilan dalam budidaya udang.
• Tujuan mempelajari biologi udang adalah untuk
mengetahui :
– sifat-sifat udang,
– Tingkah laku dan kebiasaan udang,
– Anatomi / bagian tubuh udang
Sehingga dapat mengenal udang lebih jauh dan
memberikan gambaran cara pembudidayaannya secara
lebih baik.
71. THE
Referensi:
Fegan, D. 2005. Introduction to shrimp Biology. In Shrimp Health Management
Training Workshop. Bangkok, Thailand
Brock, J.A. and Kevan L. Main, 1994. A guide to the common problems and
diseases of cultured Penaeus vannamei. World Aquaculture society.Baton
Rouge. Lousiana, USA
Shigueno, K. 1975. Shrimp Culture in Japan. Association for technical
Promotion. Tokyo, Japan.