1. MAKALAH
Dasar – Dasar dan Pijakan Teori
Dalam Psikoterapi Islam
Tugas Mata Kuliah : Psikoterapi Islam
Dosen Pengampu : Dr. Masturin, M.Ag
Disusun Oleh :
SULISTIYANI
NIM : 412088
ELK BKI
B IMB ING A N D A N KONS E L I NG IS L AM
J UR US A N D A KW A H & KOMUNI K A S I
S E KOL A H T INGGI AGAMA IS L AM NEGE R I
K UD US
2 0 1 4 / 2 0 1 5
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara harfiah psikoterapi berasal dari kata psycho yang berarti jiwa, dan
therapy yang berarti penyembuhan. Psikoterapi juga diartikan sebagai pengobatan
alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis
melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk
membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya dengan cara
memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya sehingga individu tersebut mampu
mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis . (Rahayu, 2009 : 192)
Konsep di atas dewasa ini berkembang dengan berbagai inovasi dan
modifikasi, salah satunya dengan adanya praktik psikoterapi dengan memadukan
ajaran-ajaran agama khususnya agama Islam. Metode ini dikenal dengan Psikoterapi
Islam yang muncul dari induk psikoterapi religius.
Pengertian dari psikoterapi Islam itu sendiri adalah proses pengobatan dan
penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral maupun fisik dengan
melalui bimbingan Al Qur’an dan As Sunnah, atau secara empiris adalah melalui
bimbingan dan pengajaran Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, Nabi dan Rasul-Nya.
(Adz-Dzaky, 2006:228)
Pada kenyataannya teknik psikoterapi sendiri cukup beragam dan hal ini
tidak terlepas dari konsep teori psikologi mana yang menjadi landasannya. Di dalam
makalah ini penulis mencoba untuk menelaah lebih dalam mengenai dasar – dasar
dan pijakan teori dalam Psikoterapi Islam, dimana dalam perspektif psikologi Islami,
kebenarannya harus dikembalikan kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar dan kedudukan Psikoterapi Islam ?
2. Bagaimana bentuk terapi menurut Al Qur’an dan As Sunnah ?
3. Apa yang menjadi fungsi dan tujuan Psikoterapi Islam ?
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar dan Kedudukan Psikoterapi Islam
Benih kemunculan psikoterapi religius tampak sejak timbulnya kesadaran
masyarakat Barat pada peran-peran nilai spiritual. Selanjutnya banyak psikolog yang
mengajukan pendapatnya tentang peranan agama dalam menangani masalah
gangguan mental. William James misalnya, mengatakan bahwa tidak ragu lagi terapi
terbaik bagi kesehatan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan. Tokoh-tokoh seperti Bill
dan Link berpendapat seperti halnya James bahwa orang-orang yang benar-benar
religius tidak akan pernah menderita sakit jiwa. Aliran-aliran psikologi humanistik
seperti Abraham H. Maslow dan Victor Frankl dengan logo terapinya adalah tokoh-tokoh
psikolog yang banyak memasukkan unsur agama dalam terapinya (Ancok dan
Suroso, 1994: 95-97)
Di Barat sendiri konseling agama biasa disebut dengan Pastoral Counseling
yang bertujuan untuk memberikan bantuan pemecahan problem secara individual
melalui proses pencerahan batin dengan potensi keimanan yang semakin kuat
berpengaruh dalam pribadi seseorang sesuai dengan ajaran agama yang dianut .
(Arifin, 2009:24)
Di kalangan kedokteran Islam, terutama pada masa kejayaan Islam di
wilayah belahan timur di bawah kepemimpinan Dinasti Abbasiyah dan di wilayah
Barat seperti di Andalus dan Spanyol Islam, Psikoterapi religius pernah dikenal
dengan sebutan Thib Al Rahmany (penyembuhan Ilahi). Fakta ini didukung dengan
munculnya berbagai tulisan dari para pemikir Islam, baik yang berprofesi sebagai
dokter maupun dari kalangan sufi yang secara spesifik tergolong sebagai rujukan bagi
psikoterapi religius, khususnya Psikoterapi Islam (Arifin, 2009: 25)
Adanya Thib Al Rahmany, Pastoral Counseling dan Religio Psycoterapy
merupakan indikator-indikator penting diperhatikannya dimensi spiritual dalam
psikoterapi. Itulah sebabnya sejak tahun 1984 dalam sidang umumnya Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menerima usulan bahwa dimensi spiritual keagamaan sama
pentingnya dengan dimensi-dimensi lain, yaitu dimensi biologis-psikologis dan
psikososial. Dengan demikian, pendekatan psikoterapi telah bergeser dari tiga
4. dimensi yaitu bio-psikososial kepada empat dimensi, yaitu bio-psiko-sosio-spiritual.
Empat dimensi tersebut disebut sebagai pendekatan holistik dalam psikoterapi yaitu
terapi psikofarmaka, terapi psikologis, terapi psikososial, terapi psiko-spiritual. (Arifin,
2009: 26).
Dengan demikian, kedudukan psikoterapi Islam adalah bagian dari jenis
psikoterapi religius. Sedangkan psikoterapi religius merupakan bagian dari empat
pendekatan holistik dalam psikoterapi yang berkembang saat ini.
Muhammad Mahmud (dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2001),
seorang psikolog muslim ternama membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori,
pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis
setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Psikoterapi duniawi
merupakan hasil daya upaya manusia berupa teknik-teknik terapi atau pengobatan
kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah insaniyah. Kedua, bersifat ukhrawi,
berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan agama. Dan kedua model
psikoterapi ini satu sama lain saling terkait.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2001) psikoterapi dalam Islam
yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi,
ukhrawi maupun penyakit manusia modern, sebagaimana ungkapan dari Ali bin Abi
Thalib :
“ Obat hati itu ada lima macam : membaca Al Qur’an sambil mencoba memahami artinya,
melakukan shalat malam, bergaul dengan orang yang baik atau shalih, memperbanyak shaum
atau puasa, serta dzikir malam hari yang lama.
Barang siapa yang mampu melakukan salah salah satu dari kelima macam obat hati tersebut
maka Allah akan mengabulkannya (permintaannya dengan menyembuhkan penyakit yang
diderita).”
B. Bentuk Terapi Menurut Al Qur’an dan As Sunnah
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab di
dalamnya terdapat rahasia mengenai bagaimana menyembuhkan penyakit jiwa
manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti
keimanan seseorang. Sugesti yang dimaksud dapat diraih dengan mendengar,
membaca, memahami dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya.
Banyak ayat Al Qur'an dan Sunnah Rasulullan yang mengisyaratkan tentang
5. pengobatan, karena Al Qur'an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang mukmin . Segala bentuk terapi yang menggunakan media atau
digali dari Al-Qur’an dan As Sunnah misalnya seperti : ruqyah, dzikir, doa dan sholat.
1. Ruqyah
Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah terapi ruqyah merupakan terapi dengan
melafadzkan doa baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah untuk menyembuhkan
suatu penyakit (Agil, 1994: 41). Terapi ruqyah tidak terbatas pada gangguan jin,
tetapi juga mencakup terapi fisik dan gangguan jiwa. Terapi ruqyah merupakan
salah satu metode penyembuhan yang digunakan oleh Rasulullah SAW, juga
menggunakan metode pembekaman, pemanasan, makanan, minuman, harum-haruman,
lingkungan, dan sebagainya. (Agil, 1994: 2-22).
Terapi ruqyah ini secara syariat dibagai menjadi dua, yaitu Ruqyah Syar’iyyah dan
Ruqyah Syirkiyyah. Ruqyah Syar’iyyah mempunyai tiga syarat, yaitu :
a. Menggunakan ayat-ayat Al Qur’an atau Hadis dengan tanpa mengubah
susunan kalimatnya.
b. Menggunakan bahasa Arab yang fasih, dibaca denagn jelas, sehingga tidak
berubah dari makna aslinya.
c. Meyakini bahwa bacaan ayat-ayat Al Quran dan Hadis tersebut hanyalah
merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan, sedangkan yang
menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah SWT sendiri.
Adapun Ruqyah Syirkiyyah adalah ruqyah dengan memohon bantuan kepada
selain Allah atau memohon kepada Allah sekaligus juga memohon kepada yang
lain. Bacaannya pun tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya,
meskipun kadang-kadang caranya mirip dengan Ruqyah Syar’iyyah (Bishri, 2005:
21-22). Misalnya Al Quran dibaca dari huruf yang terakhir (dibolak balik), atau
membaca mantra-mantra dengan mengagungkan syetan atau jampi-jampi buatan
seseorang dengan bahasa tertentu. (Majalah Ghaib, No.3/Tahun 1/ 2003: 45)
Dasar-dasar terapi ruqyah terdapat di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah, antara
lain di dalam Surat Al Israa’ ayat 82 Allah berfirman:
“Dan Kami turunkan Al-Qur’an menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang -orang yang
beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain
6. kerugian”
Di dalam Hadis disebutkan:
“Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pengobatan
adalah (dengan) Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Majah)
Psikoterapi ruqyah dapat dikatakan sebagai komunikasi Ilahiyah yang antara lain
aspeknya berupa dzikir dan doa.
2. Dzikir.
Secara harfiah dzikir berarti ingat pada Allah. Ada banyak bentuk amalan dzikir,
salah satunya adalah membaca ayat-ayat suci Al Qur’an. Dengan berdzikir hati
menjadi tenang sehingga terhindar dari kecemasan. Zikir dapat mengembalikan
kesadaran seseorang untuk mengingat, menyebut dan mereduksi kembali hal -hal
yang tersembunyi dala hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa
yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT., semata
sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya, melakukan zikir sama
nilainya dengan terapi relaksasi.
Al-Qur’an sendiri menerangkan hal ini dalam surat Ar Ra’d ayat 28 :
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”
3. Do’a.
Dalam Al-Qur’an juga terdapat bacaan yang mengandung ayat-ayat berupa do’a
yang disebut dengan do’a Qur’ani. Hawari (dalam perkawinan dan keluarga , 1997)
mengatakan do’a dalam kehidupan seseorang muslim menempati posisi psikologis
yang strategis sehingga bisa memberi kekuatan jiwa bagi yang membacanya. Do’a
mengandung kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan
optimisme yang merupakan hal yang mendasar bagi penyembuhan suatu
penyakit. Dengan berdo’a, ibadah mempunyai roh dan kerja atau amal memiliki
nilai modal spiritual.
4. Shalat
Prof. Dr. H.A. Saboe dalam bukunya "Hikmah Kesehatan dalam Shalat",
mengatakan hikmah yang diperoleh dari gerakan-gerakan shalat tidak sedikit
artinya bagi kesehatan jasmaniah dan dengan sendirinya akan membawa efek
7. pula pada kesehatan rohaniah atau kesehatan mental jiwa seseorang. Ditinjau dari
ilmu kesehatan, setiap gerakan, sikap, serta setiap perubahan dalam gerak dan
sikap tubuh pada waktu melaksanakan shalat adalah yang paling sempurna dalam
memelihara kondisi kesehatan tubuh.
Shalat secara umum memiliki empat aspek terapeutik,
pertama adalah aspek olahraga, karena shalat adalah suatu proses yang menuntut
aktivitas fisik yang di dalamnya terdapat proses relaksasi . Makin rajin dan teratur
orang melakukan shalat maka makin rendah tingkat kecemasannya.
Kedua adalah aspek meditasi. Shalat adalah proses yang menuntut konsentrasi
yang dalam (khusuk) dan kekhusukan dalam shalat adalah suatu proses meditasi,
yang dapat menghilangkan kecemasan.
Ketiga adalah aspek auto-sugesti. Bacaan dalam pelaksanaan shalat adalah ucapan
yang dipanjatkan pada Allah yang berisi pujian serta doa dan permohonan agar
selamat di dunia dan akhirat. Shalat adalah terapi yang tidak berbeda dengan
terapi "self-hypnosis" dengan mensugesti diri sendiri dengan mengucapkan hal-hal
yang baik pada diri sendiri agar memiliki sifat yang baik tersebut.
Keempat adalah aspek kebersamaan. Hal ini tampak pada saat pelaksanaan shalat
berjamaah yang pada pelaksanaannya memupuk rasa kebersamaan. Beberapa ahli
psikologi berpendapat bahwa perasaan "keterasingan" dari orang lain adalah
penyebab utama terjadinya gangguan jiwa.
C. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam
Sebagai suatu ilmu, tentu saja Psikoterapi Islam mempunyai fungsi dan
tujuan yang komplit, nyata, dan mulia. Fungsi dari ilmu ini adalah :
a. Fungsi pemahaman (understanding)
Memberikan pemahaman tentang manusia dan problematikanya dalam
kehidupan serta bagaimana mencari solusi dari problematika itu secara baik,
benar, dan mulia. Khususnya terhadap gangguan mental, kejiwaan, spiritual dan
moral. Serta problematika-problematika lahiriah maupun batiniyah pada pada
umumnya. Memberikan pula bahwasanya ajaran islam (al-Qur’an dan As-Sunnah)
merupakan sumber yang paling lengkap, benar dan suci untuk menyelesaikan
8. berbagai problematika yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan dengan
lngkungan sosialnya.
b. Fungsi pengendalian (control)
Mengarahkan aktivitas setiap hamba agar tetap terjaga dalam pengendalian dan
pengawasan Allah SWT sehingga tidak akan keluar dari kebenaran, kebaikan, dan
kemanfaatan. Cita-cita dan tujuan hidup dan kehidupan akan dapat tercapai
dengan sukses. Eksistensi dan esensi diri senantiasa mengalami kemajuan dan
perkembangan yang positif serta terjadi keselarasan dan harmoni dalam
kehidupan bersosialisasi. Baik secara vertikal maupun horizontal.
c. Fungsi peramalan (prediction)
Dengan ilmu ini seseorang akan memiliki potensi dasar untuk dapat melakukan
analisa ke depan tentang segala peristiwa, kejadian, dan perkembangan. Hal itu
dapat dibawa dan dianalisa berdasarkan peristiwa masa lalu, sedang, atau akan
terjadi. Maka seseorang akan dapat mempersiapkan diri untuk tindakan antisipasi.
Jika peristiwa itu akan membawa manfaat atau tidak, kebaikan atau tidak,
kebenaran atau tidak. Dan akhirnya banyak mengundang hikmah dan kebaikan
bagi kehidupan manusia.
d. Fungsi pengembangan (development)
Mengembangkan ilmu keislaman, khususnya tentang manusia dan seluk beluknya.
Baik yang berhubungan dengan problematika ketuhanan menuju keinsanan, baik
yang bersifat teoritis, aplikatif, maupun empirik.
e. Fungsi pendidikan (education).
Psikoterapi islam memberikan bimbingan dalam proses pendidikan. Melepaskan
diri dari dosa dan kedurhakaan serta pengetian-pengertian negatif lainnya, yang
senantiasa dapat mengganggu eksistensi kepribadian yang suci, yaitu suatu
kepribadian yang selalu cenderung berbuat baik dan kemaslahatan kepada sesama
makhluk dan lingkungannya.
f. Fungsi pencegahan (prefention)
Dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan ilmu ini, seseorang akan
dapat terhindar dari hal-hal, kejadian, peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa
mental, spiritual, atau moralnya.
9. g. Fungsi penyembuhan dan perawatan (treatment)
Psikoterapi islam akan membantu seseorang melakukan, pengobatan,
penyembuhan, dan perawatan terhadap gangguan mental, spiritual, dan kejiwaan,
seperti dengan dzikrullah, hati dan jiwa menjadi tenang dan damai. Dengan shalat,
spirit etos kerja, akan bersih dan suci dari gangguan setan, jin dan iblis.
h. Fungsi pensucian dan Pembersihan (sterilisasi/Purification)
Psikoterapi islam melakukan upaya pensucian diri dari bekasan-bekasan dosa dan
kedurhakaan dengan pensucian najis (istinja), pensucian yang kotor (mandi),
pensucian yang bersih (wudlu), pensucian yang suci atau fitri (shalat/taubat) dan
pensucian yang maha suci (dzikrullah, mentauhidkan Allah).
M. Hamdani Bakran mengemukakan bahwa tujuan Psikoterapi Islam adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan pertolongan kepada setiap manusia agar sehat jasmani dan rohani,
atau sehat mental, spiritual dan moral, atau sehat jiwa dan raganya.
2. Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya insani
3. Mengantarkan individu kepada perubahan kontruksi dalam kepribadian dan etos
kerja.
4. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan, dalam
kehidupan sehari-hari dan nyata.
5. Mengantarkan individu mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan esensi diri
atau jati diri dan citra diri serta Dzat yang maha suci, yaitu Allah.
Jadi tujuan Psikoterapi Islam yang telah diuraikan di atas, yakni memberikan
bimbingan pada seseorang untuk menemukan jati diri dengan mengembalikan
seseorang pribadi pada fitrahnya yang suci yang diridlai oleh Allah, yaitu jalan yang
sesuai dengan norma agama.
10. BAB III
KESIMPULAN
Telah diuraikan di atas dasar-dasar psikoterapi secara singkat dan terbatas.
Psikoterapi memang merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat
untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan
pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun
memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis yang juga
tidak kalah pentingnya.
Gambaran mengenai Psikoterapi Islam sendiri memiliki ruang lingkup dan
jangkauan yang lebih luas. Selain menaruh perhatian pada proses penyembuhan,
psikoterapi Islam sangat menekankan pada usaha peningkatan diri, seperti
membersihkan kalbu, menguasai pengaruh dorongan primitif, meningkatkan derajat
nafs, menumbuhkan akhlaqul karimah dan meningkatkan potensi untuk menjalankan
amanah sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
Psikoterapi Islam tidak hanya memberikan terapi pada orang-orang yang
"sakit" sesuai dengan kriteria mental-psikologis-sosial, tetapi juga perlu ikut
menangani orang-orang yang "sakit" secara moral dan spiritual. Jadi ukuran yang
dijadikan sebagai standar untuk menentukan kriteria suatu tingkah laku itu perlu
diterapi atau tidak, yang pertama-tama adalah nilai moral-spiritual dalam Islam. Baru
kemudian mengacu pada kriteria-kriteria psikologi yang ada.
Teori-teori psikologi pada umumnya terlalu berorientasi pada manusia atau
antroposentris sehingga ukuran kebenarannya juga dari kacamata manusiawi.
Sedangkan dalam perspektif psikologi Islami dalam hal ini psikoterapi Islam
kebenarannya harus dikembalikan kepada Al-Quran dan As Sunnah (Hadis).
11. DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzakiey , H . B. 2003. Konseling dan Psikoterapi Islam; Penerapan Metode
Sufistik, Jogjakarta: Fajar Pustaka Baru.
Corsini, Raymond. 2003. Psikoterapi Dewasa Ini : dari Psikoanalisa hingga analisa
transaksional. Jakarta : Ikon Teralitera.
Dadang, Hawari. 1997. Al-Qur,an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa .
Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa.
Anshori, Fuad. 2002. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gunarsih, Singgih D. 2000. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia.
Subandi. 2002. Psikoterapi Pendekatan Konvensional, dan Kontemporer. Yogyakarta.
: Pustaka Pelajar.
http://majalahqalam.wordpress.com/artikel/psikoterapi-dalam-islam/ ( diakses pada
07-12-2011 )