SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
BAB I
                                       PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

   Pengertian asma menurut Sujono Nyandi adalah suatu peradangan pada
bronkus akibat reaksi hipersensitivitas mukosa bronkus terhadap bahan allergen.
Meskipun asma sudah diperkenalkan oleh Hippocrates lebih dari 2000 tahun,
tetapi sampai sekarang penyakit ini masih menjadi masalah dalam kesehatan.
Bukan saja dari banyaknya kasus-kasus asma dimasyarakat yang tidak
terdiagnosis, yang sudah terdiagnosis pun masih belum mendapatkan pengobatan
yang baik ( Sundaru. H, 2002 ).
   Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Gejala utama adalah nafas terengah-engah disertai dengan bunyi
(mengi=wheezing ), batuk dan sesak nafas. Penyakit asma dapat menyerang pada
semua golongan umur ( Smletzer. dkk, 2001 )
    Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
dunia. Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat
kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun
belakangan ini obat-obat asma banyak dikembangkan. Di negara maju angka
kesakitan dan kematian karena asma juga terlihat meningkat. Tanggal 4 Mei 2004
ditetapkan oleh Global Initiative in Asthma (GINA) sebagai World Asthma Day
(Hari Asma se-Dunia). Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO),
penyandang asma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus
bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun. Peningkatan penderita asma bronchial
juga terjadi di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in
Children) tahun 2002 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat
tahun 2005 menjadi dua kali lipat lebih yaitu 5,2%. Sedangkan pada tahun 2008
penderita asma bronkial tidak masuk dalam 10 besar. Meski asma dapat berakibat
fatal, lebih sering lagi asma menggangu, mempengaruhi kehadiran sekolah,
pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya ( Cissy, B.
Kartasasmita, 2008 ).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang
tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien dengan asma
bronkial untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan di harapkan pasien
dapat segera sembuh kembali. Intervensi yang utama adalah mencegah
ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka di
perlukan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain, serta dengan melibatkan
pasien dan keluarga. Berhubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik
memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn.M dengan asma bronkhiale di
ruang Cempaka RSUD Karanganyar dengan metode masalah yang sistematis
melalui proses keperawatan.
B.Perumusan Masalah
    Bagaimanakah penerapan Asuhan keperawatan pada Tn M dengan Asma bronkiale di
bangsal cempaka RSUD Karanganyar

C.Ruang Lingkup
Sehubungan dengan keterbatasan waktu,pengalaman,pengetahuan dan keterbatasan sumber yang
penulis alami maka penulis hanya memfokuskan pada Asuhan keperawatan pada klien dengan
“Asma bronkile”dibangsal Cempaka RSUD Karanganyar

D.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.Tujuan umum
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma Bronkhial
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang tepat dan akurat.
2.Tujuan khusus
a.Memberikan gambaran yang nyata tentang hasil pengkajian asuhan
keperawatan dengan asma bronkhial
b.Merumuskan diagnose keperawatan pada klien Asma bronkiale
c.Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronkiale
d.Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelakasanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan Asma bronkiale.
e.Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang sudah di laksanakan pada pasien dengan asma
bronkiale
f. Menyusun laporan hasil pengamatan dan asuhan keperawatan kasus dalambentuk karya tulis
ilmiah sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

E.Manfaat penulisan
1.Bagi penulis
Dapat melaksanakan dan memperdalam keterampilan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus Asma Bronkiale
2.Bagi profesi lain
Hasil penelitian ini dapat sebagai pengetahuan dan masukan dalam pengembangan ilmu
keperawatan dimasa yang akan dating pada penyakit Asma Bronkiale
3.Bagi institusi
 Dapat bermanfaat bagi adik-adik yang mendatang dan lebih memperdalam lagi materi tentang
Asma Bronkiale ,agar mahasiswa lebih mengerti lagi tentang kasus ini dan tidak mengalami
kesulitan dalam menangani kasus

F.Metode pengumpulan Data
1.Metode Wawancara(intervensi)
Metode wawancara yang langsung di tunjukan kepada pasien,keluarga pasien.adapun yang dari
identitas pasien,keluhan utama,riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit dahulu
2. Metode Observasi
Dilakukan dengan pengamatan langsung tentang tingkah laku pasien yang mendapatkan,yang
terjadi pada pasien dan tentang perkembangan penyakit
G.Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai karya tulis ilmiah ini,
penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN
A.latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Pembatasan masalah
D.Tujuan Penulisan
E.Manfaat Penulisan
F. Metode Pengumpulan Data
G.Sistematika Penulisan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA
1.Kosep Dasar Medis
A.Pengertian
B.Etiologi
C.Manifestasi Klinis
D.Klasifikasi
E.Patofisiologi
F.Pemeriksaan Penunjang
G.Penatalaksanaan

2.Konsep Dasar Askep
A.Pengkajian
B.Diagnosa Keperawatan

BAB III : TINJAUAN KASUS
  A. Pengkajian
  B. Riwayat kesehatan
  C. Pengkajian Pola Fungsional
  D. Pemeriksaan fisik
  E. Pemeriksaan penunjang
  F. Data Fokus
  G. Analisa Data
  H. Diagnosa Keperawatan
  I. Intervensi
  J. Implementasi
  K. Evaluasi

BAB IV :PEMBAHASAN KASUS
  A. Pengkajian
  B. Diagnosa Keperawatan Yang Ada dalam teori dan muncul dalam kasus
  C. Diagnosa Keperawatan yang ada dalam teori,tetapi tidak muncul dalam kasus
.
BAB V.PENUTUP
   A.Kesimpulan
   B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 11
                                    TIJAUAN PUSTAKA


A.Defenisi
     Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The
American Thoracic Society,2005).
    Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi
(Arif M, 2005)
    Asma adalah suatu gangguan inflamasi jalan nafas yang diperankan oleh banyak sel dan
elemen sel,khususnya sel mast,eosinofil,limfosit T,makrofag,neutrofil,dan sel-ssel epitel.(
Valentina L,2008)

B.etiologi

a. Faktor predisposisi

          Genetik
       Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
       cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
       keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
       sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
       Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
       b. Faktor presipitasi
         Alergen
       Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
       1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
       ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
       2. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
       ex: makanan dan obat-obatan
       3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
       ex: perhiasan, logam dan jam tangan
         Perubahan cuaca
       Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma Atmosfir
       yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
       kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
       musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
         Stress
       Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
       memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
       segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka
        gejala asmanya belum bisa diobati.
          Lingkungan kerja
        Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
        berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
        hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
        libur atau cuti.
          Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
        Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
        atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
        Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
        (mansjoer,2004)

C.Manifestasi Klinis

anifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.Dan pada sebagian penderita
disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan
tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I :
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. b Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di
laboratorium.

2. Tingkat II :
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda
obstruksi jalan nafas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3. Tingkat III :
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V :
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat
refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada asma yang berat
dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita
tampak letih, taki kardI
D.Patofisiologi


Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig
E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen                                                                          spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran               napas               menjadi               sangat               meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari        paru.       Hal        ini       bisa       menyebabkan         barrel         chest.
(http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-asma-bronchiale.html )

PHATWAY
E Pemeriksaan Penunjang

     laboratorium
     1. Pemeriksaan sputum
     Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
     a.   Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
     b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
     c.   Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
     d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
     viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
     2. Pemeriksaan darah
     a.   Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
     hiperkapnia, atau asidosis.
     b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
     c.   Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
     menandakan terdapatnya suatu infeksi.
     3. Pencetus :
     a.   Allergen
     b. Olahraga
     c.   Cuaca
     d. Emosi
     Pemeriksaan radiologi
     Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
     menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
     peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
     komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
     a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
     b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
     bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula
               menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
               d. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
               dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.




     F.Penatalaksanaan


               1. Posisikan pasien semifowler
               2. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.

   Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai
     3 kali.
   Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :
a.    Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
      Efedrin          : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
      Salbutamol       : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
      Terbutalin       : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
     Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, .
     Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek
     samping obat.


b.    Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan
     bersihan jalan nafas.
      Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
      Teofilin     : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
      Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
     dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
     muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran
     infus secara ketat, gunakan alat infus kusus misalnya infus pump.
c.    Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison   : 0,5 – 2
     mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
11. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

      A. Pengkajian
              Pengkajian adalah pemikiran dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
      mengumpulkan informasi atau data tentang klien,agar dapat mengidentifikasi ,mengenai
      masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,mental,social dan
      lingkungan(Nursalam,2002)
      Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-
      data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang
      ada.(A.A.A.Hidayat,2004)


      Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
      1. Riwayat kesehatan yang lalu:
      a.   Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
      b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
      c.   Kaji riwayat pekerjaan pasien.
      2. Aktivitas
      a.   Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
      b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
      sehari-hari.
      c.   Tidur dalam posisi duduk tinggi.
      3. Pernapasan
      a.   Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
      b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
      c.   Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
      hidung.
      d. Adanya bunyi napas mengi.
      e.   Adanya batuk berulang.
      4. Sirkulasi
      a.   Adanya peningkatan tekanan darah.
      b. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c.      Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan atau
berkeringat.
5. Integritas ego
a.     Ansietas
b. Ketakutan
c.     Peka rangsangan
d. Gelisah
6. Asupan nutrisi
a.     Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b. Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosial
a.     Keterbatasan mobilitas fisik.
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c.     Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
Penurunan libido
Pemeriksaan fisik
a.     Pernapasan : Napas pendek, Wheezing, Retraksi, Takipnea, Batuk kering, Ronkhi.
b. Kardiovaskuler : Takikardia
c.     Neurologis : Kelelahan, Ansietas, Sulit tidur.
d. Muskuloskeletal : Intolerans aktifitas.
e.     Integumen : Sianosis, pucat.
f.     Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan
g.     Kaji status hidrasi : Status membran mukosa, Turgor kulit, output urine.




B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL
1.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret,
     sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan
2.Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral
4.Kecemasan b.d Kurang pengetahuan
C INTERVENSI KEPERAWATAN
     Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d broncospasme:peningkatan produksi
secret,sekresi tertahan,tebal,sekresi kental:penurunan energi/kelemahan
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
KH      : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas
         - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
             mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi
 Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki
 Kaji/pantau frekuensi pernafasan
 Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan
otot bantu
 Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur
 Pertahankan polusi lingkungan minimum
 Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir
 Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah
 Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan memberikan
air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan
 Berikan obat sesuai indikasi
 Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada




Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli
Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuat
KH      : -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang
normal dan bebas gejala distres pernafasan
-Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi


Intervensi
 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,
ketidak mampuan bicara/berbincang
 Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.
 Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.
 Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan.
 Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.
 Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
 Awasi tanda vital dan irama jantung.
 Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
 Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral
      Tujuan    : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
      Kh       : - Menunjukan peningkatan BB
                - Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan
mempertahanka berat yang tepat.
Intervensi :
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB.
Avskultasi bunyi usus.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil
tapi sering.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Hindari maknan yang sangat panas / dingin.
Timbang BB sesuai induikasi.
Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.
Kecemasan b.d Kurang pengetahuan
     Tujuan        : Kecemasan terkontrols
     KH          : - Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
                    - Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses
penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.
                    - Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program
pengobatan.
     Intervensi:
           Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga
           Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan
Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara
membersihkan.
           Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi
Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang
terdekat
           Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas
D.Implementasi
Merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat,dimana mencatat
pelaksana rencana keperawatan,pemenuhan criteria hasil dari tindakan keperawatan
mandiri,dan tindakan kolaboratif(Aziz A.Hidayat,2003:38)
E.Evaluasi
Meruapakan catatan penting tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang di
capai.Evaluasi      bertujuan    untuk    menilai     keefektifan   perawatan   dan     untuk
mengkomunikasikan               status       pasien         dari       hasil          tindakan
keperawatan.(A.A.Hidayat,2004:41)
ASMA BRONKIAL

More Related Content

What's hot (20)

Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
 
Asma adalah penyakit yang dapat mempengaruhi anak menjadi
Asma adalah penyakit yang dapat mempengaruhi anak menjadiAsma adalah penyakit yang dapat mempengaruhi anak menjadi
Asma adalah penyakit yang dapat mempengaruhi anak menjadi
 
Ph care asma
Ph care asmaPh care asma
Ph care asma
 
Asma bronkial
Asma bronkialAsma bronkial
Asma bronkial
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
SAP Asma Anak
SAP Asma AnakSAP Asma Anak
SAP Asma Anak
 
Asma 01
Asma 01Asma 01
Asma 01
 
askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
DESY PPT PPOM
DESY PPT PPOMDESY PPT PPOM
DESY PPT PPOM
 
Ppt ppok
Ppt ppokPpt ppok
Ppt ppok
 
PPT PPOM CEP
PPT PPOM CEPPPT PPOM CEP
PPT PPOM CEP
 
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anakDiagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
 
Mini project
Mini projectMini project
Mini project
 
Ispa AKPER PEMKAB MUNA
Ispa AKPER PEMKAB MUNAIspa AKPER PEMKAB MUNA
Ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Epidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidananEpidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidanan
 
ruang lingkup epidemiologi
ruang lingkup epidemiologiruang lingkup epidemiologi
ruang lingkup epidemiologi
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Tugas kesol (asma) mistia
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistia
 
Epidemiologi
Epidemiologi Epidemiologi
Epidemiologi
 

Viewers also liked

Viewers also liked (10)

Bab ii kti ..
Bab ii kti ..Bab ii kti ..
Bab ii kti ..
 
makalah
makalahmakalah
makalah
 
Kti ida farida
Kti ida faridaKti ida farida
Kti ida farida
 
Patofisiologi asma
Patofisiologi asmaPatofisiologi asma
Patofisiologi asma
 
Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas. Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas.
 
Alergi dan hipersensitivitas
Alergi dan hipersensitivitasAlergi dan hipersensitivitas
Alergi dan hipersensitivitas
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
 
Nutrisi dm
Nutrisi dmNutrisi dm
Nutrisi dm
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
 

Similar to ASMA BRONKIAL

PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxPPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxSitiRohmah175718
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakDiagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakLena Setianingsih
 
Asma.pptx
Asma.pptxAsma.pptx
Asma.pptxRizdi1
 
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan AtasInfeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan Atassoroylardo2
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docxSilvhanyAkuba
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganpjj_kemenkes
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganpjj_kemenkes
 
Infeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutInfeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutGadisMentari
 
Asuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan PneumoniaAsuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan PneumoniaBella Citra H
 

Similar to ASMA BRONKIAL (20)

Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
PW ASMA.pptx
PW ASMA.pptxPW ASMA.pptx
PW ASMA.pptx
 
Asma Bronkiale Pada Anak
Asma Bronkiale Pada AnakAsma Bronkiale Pada Anak
Asma Bronkiale Pada Anak
 
Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8
 
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxPPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
 
Asma bronkhial
Asma bronkhialAsma bronkhial
Asma bronkhial
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakDiagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
 
Asma.pptx
Asma.pptxAsma.pptx
Asma.pptx
 
Lp asma un revisi
Lp asma un revisiLp asma un revisi
Lp asma un revisi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan AtasInfeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusiaKelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
 
Infeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutInfeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akut
 
Asuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan PneumoniaAsuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan Pneumonia
 
Askep abses paru
Askep abses paruAskep abses paru
Askep abses paru
 

ASMA BRONKIAL

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pengertian asma menurut Sujono Nyandi adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitivitas mukosa bronkus terhadap bahan allergen. Meskipun asma sudah diperkenalkan oleh Hippocrates lebih dari 2000 tahun, tetapi sampai sekarang penyakit ini masih menjadi masalah dalam kesehatan. Bukan saja dari banyaknya kasus-kasus asma dimasyarakat yang tidak terdiagnosis, yang sudah terdiagnosis pun masih belum mendapatkan pengobatan yang baik ( Sundaru. H, 2002 ). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Gejala utama adalah nafas terengah-engah disertai dengan bunyi (mengi=wheezing ), batuk dan sesak nafas. Penyakit asma dapat menyerang pada semua golongan umur ( Smletzer. dkk, 2001 ) Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di dunia. Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obat asma banyak dikembangkan. Di negara maju angka kesakitan dan kematian karena asma juga terlihat meningkat. Tanggal 4 Mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiative in Asthma (GINA) sebagai World Asthma Day (Hari Asma se-Dunia). Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), penyandang asma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun. Peningkatan penderita asma bronchial juga terjadi di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 2002 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2005 menjadi dua kali lipat lebih yaitu 5,2%. Sedangkan pada tahun 2008 penderita asma bronkial tidak masuk dalam 10 besar. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma menggangu, mempengaruhi kehadiran sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya ( Cissy, B. Kartasasmita, 2008 ). Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien dengan asma bronkial untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan di harapkan pasien dapat segera sembuh kembali. Intervensi yang utama adalah mencegah ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka di perlukan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain, serta dengan melibatkan pasien dan keluarga. Berhubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn.M dengan asma bronkhiale di ruang Cempaka RSUD Karanganyar dengan metode masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.
  • 2. B.Perumusan Masalah Bagaimanakah penerapan Asuhan keperawatan pada Tn M dengan Asma bronkiale di bangsal cempaka RSUD Karanganyar C.Ruang Lingkup Sehubungan dengan keterbatasan waktu,pengalaman,pengetahuan dan keterbatasan sumber yang penulis alami maka penulis hanya memfokuskan pada Asuhan keperawatan pada klien dengan “Asma bronkile”dibangsal Cempaka RSUD Karanganyar D.Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah : 1.Tujuan umum Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma Bronkhial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang tepat dan akurat. 2.Tujuan khusus a.Memberikan gambaran yang nyata tentang hasil pengkajian asuhan keperawatan dengan asma bronkhial b.Merumuskan diagnose keperawatan pada klien Asma bronkiale c.Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronkiale d.Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelakasanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Asma bronkiale. e.Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang sudah di laksanakan pada pasien dengan asma bronkiale f. Menyusun laporan hasil pengamatan dan asuhan keperawatan kasus dalambentuk karya tulis ilmiah sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. E.Manfaat penulisan 1.Bagi penulis Dapat melaksanakan dan memperdalam keterampilan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Asma Bronkiale 2.Bagi profesi lain Hasil penelitian ini dapat sebagai pengetahuan dan masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan dating pada penyakit Asma Bronkiale 3.Bagi institusi Dapat bermanfaat bagi adik-adik yang mendatang dan lebih memperdalam lagi materi tentang Asma Bronkiale ,agar mahasiswa lebih mengerti lagi tentang kasus ini dan tidak mengalami kesulitan dalam menangani kasus F.Metode pengumpulan Data 1.Metode Wawancara(intervensi) Metode wawancara yang langsung di tunjukan kepada pasien,keluarga pasien.adapun yang dari identitas pasien,keluhan utama,riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit dahulu 2. Metode Observasi Dilakukan dengan pengamatan langsung tentang tingkah laku pasien yang mendapatkan,yang terjadi pada pasien dan tentang perkembangan penyakit
  • 3. G.Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu : BAB I : PENDAHULUAN A.latar Belakang B. Rumusan Masalah C.Pembatasan masalah D.Tujuan Penulisan E.Manfaat Penulisan F. Metode Pengumpulan Data G.Sistematika Penulisan BAB II TIJAUAN PUSTAKA 1.Kosep Dasar Medis A.Pengertian B.Etiologi C.Manifestasi Klinis D.Klasifikasi E.Patofisiologi F.Pemeriksaan Penunjang G.Penatalaksanaan 2.Konsep Dasar Askep A.Pengkajian B.Diagnosa Keperawatan BAB III : TINJAUAN KASUS A. Pengkajian B. Riwayat kesehatan C. Pengkajian Pola Fungsional D. Pemeriksaan fisik E. Pemeriksaan penunjang F. Data Fokus G. Analisa Data H. Diagnosa Keperawatan I. Intervensi J. Implementasi K. Evaluasi BAB IV :PEMBAHASAN KASUS A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan Yang Ada dalam teori dan muncul dalam kasus C. Diagnosa Keperawatan yang ada dalam teori,tetapi tidak muncul dalam kasus
  • 4. . BAB V.PENUTUP A.Kesimpulan B.Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 5. BAB 11 TIJAUAN PUSTAKA A.Defenisi Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society,2005). Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi (Arif M, 2005) Asma adalah suatu gangguan inflamasi jalan nafas yang diperankan oleh banyak sel dan elemen sel,khususnya sel mast,eosinofil,limfosit T,makrofag,neutrofil,dan sel-ssel epitel.( Valentina L,2008) B.etiologi a. Faktor predisposisi Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor presipitasi Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. 2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. ex: makanan dan obat-obatan 3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. ex: perhiasan, logam dan jam tangan Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang- kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
  • 6. untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. (mansjoer,2004) C.Manifestasi Klinis anifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu : 1. Tingkat I : a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. b. b Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium. 2. Tingkat II : a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. 3. Tingkat III : a. Tanpa keluhan. b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali. 4. Tingkat IV : a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas. 5. Tingkat V : a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, taki kardI
  • 7. D.Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-asma-bronchiale.html ) PHATWAY
  • 8. E Pemeriksaan Penunjang laboratorium 1. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. 2. Pemeriksaan darah a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. 3. Pencetus : a. Allergen b. Olahraga c. Cuaca d. Emosi Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
  • 9. c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. d. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. F.Penatalaksanaan 1. Posisikan pasien semifowler 2. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.  Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.  Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) : a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme : Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat. b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus kusus misalnya infus pump.
  • 10. c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
  • 11. 11. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien,agar dapat mengidentifikasi ,mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,mental,social dan lingkungan(Nursalam,2002) Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data- data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.(A.A.A.Hidayat,2004) Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut: 1. Riwayat kesehatan yang lalu: a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya. b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan. c. Kaji riwayat pekerjaan pasien. 2. Aktivitas a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas. b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. c. Tidur dalam posisi duduk tinggi. 3. Pernapasan a. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur. c. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung. d. Adanya bunyi napas mengi. e. Adanya batuk berulang. 4. Sirkulasi a. Adanya peningkatan tekanan darah. b. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
  • 12. c. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan atau berkeringat. 5. Integritas ego a. Ansietas b. Ketakutan c. Peka rangsangan d. Gelisah 6. Asupan nutrisi a. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan. b. Penurunan berat badan karena anoreksia. 7. Hubungan sosial a. Keterbatasan mobilitas fisik. b. Susah bicara atau bicara terbata-bata. c. Adanya ketergantungan pada orang lain. 8. Seksualitas Penurunan libido Pemeriksaan fisik a. Pernapasan : Napas pendek, Wheezing, Retraksi, Takipnea, Batuk kering, Ronkhi. b. Kardiovaskuler : Takikardia c. Neurologis : Kelelahan, Ansietas, Sulit tidur. d. Muskuloskeletal : Intolerans aktifitas. e. Integumen : Sianosis, pucat. f. Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan g. Kaji status hidrasi : Status membran mukosa, Turgor kulit, output urine. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL 1.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan 2.Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli
  • 13. 3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral 4.Kecemasan b.d Kurang pengetahuan C INTERVENSI KEPERAWATAN Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d broncospasme:peningkatan produksi secret,sekresi tertahan,tebal,sekresi kental:penurunan energi/kelemahan Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif KH : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret Intervensi  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki  Kaji/pantau frekuensi pernafasan  Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu  Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur  Pertahankan polusi lingkungan minimum  Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir  Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah  Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan  Berikan obat sesuai indikasi  Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuat KH : -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan
  • 14. -Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi Intervensi  Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang  Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.  Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.  Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan.  Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.  Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.  Awasi tanda vital dan irama jantung.  Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.  Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kh : - Menunjukan peningkatan BB - Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan mempertahanka berat yang tepat. Intervensi : Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB. Avskultasi bunyi usus. Berikan perawatan oral sering, buang sekret. Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi sering. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. Hindari maknan yang sangat panas / dingin. Timbang BB sesuai induikasi. Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.
  • 15. Kecemasan b.d Kurang pengetahuan Tujuan : Kecemasan terkontrols KH : - Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan. - Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab. - Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan. Intervensi: Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif. Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara membersihkan. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang terdekat Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas D.Implementasi Merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat,dimana mencatat pelaksana rencana keperawatan,pemenuhan criteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri,dan tindakan kolaboratif(Aziz A.Hidayat,2003:38) E.Evaluasi Meruapakan catatan penting tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang di capai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan.(A.A.Hidayat,2004:41)