SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
ANALISIS NOVEL “STI NURBAYA” KARYA MARAH RUSLI DENGAN PENDEKATAN MIMETIK<br />Oleh,<br />Agus Syahputra<br />Minda Sari Nasution<br />Sri Rejeki Manalu<br />Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dan realitas (Abrams, 1981: 189).Kajian semacam ini dimulai dari pendapat plato tentang seni. Plato berpendapat bahwa seni hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal yang ada dalam kenyataan yang tampak. Ia berdiri dibawah kenyataan itu sendiri. Wujud yang ideal tidak bisa terjelma langsung dalam karya seni. Ini ada kaitannya dengan pandangan Plato mengenai tataran tentang ada. Yang nyata secara mutlak hanya yang baik. Derajat kenyataan semesta tergantung pada derajat kedekatannya terhadap ada yang abadi. Dunia empirik tidak mewakili kenyataan yang sungguh-sungguh, hanya dapat mendekatinya lewat mimetik, peneladanan, pembayangan atau peniruan. <br />Bagi Plato tidak ada pertentangan antara realisme dan idealisme dalam seni. Seni yang terbaik lewat mimetik. Seni yang baik harus truthful, benar. Seniman harus modest, rendah hati. Bagi Aristoteles, seniman tidak meniru kenyataan, manusia, dan peristiwa sebagai mana adanya. Seniman menciptakan dunianya sendiri. Apa yang terjadi dalam ciptaan seniman masuk akal dalam keseluruhan dunia ciptaan it. Dalam abad pertenganhan, pendapat bahwa seni harus seperti alam menjadi pandangan umum. Hal ini ada kaitannya dengan anggapan tentang hubungan manusia dengan tuhannya. Ciptaan manusia hanya menekadani ciptaan Tuhan yang mutlak dan indah (Teeuw, 1984: 219-224).<br />Dalam memilih tema cerita, sastrawan harus punya kepekaan terhadap keadaan masyarakat dan zamannya. Sastrawan harus bisa menangkap berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Sangat disayangkan bila karya sastra hanya menggambarkan hal-hal yang indah dan baik, padahal masyarakat sekitarnya dalam kesulitan dan kesusahan. Banyak novel pop dan film Indonesia yang menggambarkan kehidupan mewah, padahal kebanyakan masyarakat Indonesia dalam kenyataan hidup yang getir (Lubis, 1997: 8). Buku siti nurbaya ini diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahu 1922. Buku yang berjudul Siti Nurbaya ini berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman di antara roman-roman lain yang dianggap orang sebagai puncak roman dalam Sastra Indonesia Modern. Penilaian itu tidak didasarkan pada temanya, tetapi berdasarkan pemakaian bahasa dan gayanya yang tersendiri. Buku ini menggunakan bahasa melayu. Oleh karena itu, orang melayu pasti akan lebih mudah membaca dan segera mengerti isinya. Karena terkenalnya sampai-sampai zaman itu dinamai zaman Siti Nurbaya.<br />Permasalahan perkawinan berdasar adat dan agama disinggung dalam roman Siti Nurbaya. Yang dipertanyakan adalah longgarnya aturan poligami di kalangan masyarakat Minangkabau dengan dalih bahwa agama (Islam) mengizinkan. Kaum lelaki bisa dengan mudahnya menambah istri bila ada yang melamar (dalam adat Minangkabau, perempuan “membeli” laki-laki untuk menjadi suaminya). Suami-istri diikat dengan hubungan uang bukan kasih sayang sehingga mudah sekali bercerai. Banyak sekali keburukan dari poligami dan keburukan itu lebih banyak menimpa para istri (Pradopo, 1995: 189-191).<br />Moral dalam karya sastra atau hikmah yang akan disampaikan oleh sastrawan selalu dalam pengertian yang baik karena pada awal mula semua karya sastra adalah baik (Mangunwijaya, 1994: 16). Jika dalam cerita ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang tidak terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, bukan berarti sastrawan menyarankan bertingkah laku demikian. Pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah sendiri dari cerita. Sesuatu yang baik justru akan lebih mencolok bila dikonfrontasikan dengan yang tidak baik (Nurgiyantoro, 1998: 322). Pada Novel Siti Nurbaya, Marah Rusli ingin merombak adat yang berlaku pada masa itu dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Pelaku utamanya pada roman ini adalah Siti Nurbaya, Samsulbahri, dan Datuk Maringgih.<br />Pesan moral merupakan bentuk keagamaan yang paling tampak dalam karya sastra. Dalam konteks karya sastra pesan moral itu merupakan isi. Pesan moral itu merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh sastrawan kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Pesan moral itu menjadikan saran yang ditujukan langsung kepada pembaca. Sebagaimana tema, pesan moral itu hanya dapat ditangkap melalui penafsiran cerita. Ia merupakan “petunjuk” praktis mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Sastrawan menyampaikan pesan itu lewat penampilan tokoh-tokoh cerita (Kenny dalam Nurgiyantoro, 1998: 320-321).<br />Contoh pesan moral yang disampaikan dalam karya sastra adalah keseimbangan pergaulan suami-istri seperti dalam roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Tuntutan keseimbangan karena banyaknya ketidakadilan yang menimpa para istri. Para suami memperlakukan istrinya seperti budak sehingga mereka bebas memukul dan menyakiti, sedangkan istri tidak bisa membalas. Para suami boleh pergi ke mana saja, sedangkan para istri harus selalu di rumah. Seharusnya, rumah tangga dikelola oleh suami dan istri bersama-sama dengan pembagian kerja yang adil, diistilahkan dengan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Keduanya tidak boleh melalaikan kewajiban keluarga. Suami dan istri adalah teman sehingga harus berusaha menyenangkan dan jangan sampai menyakiti hati temannya. Keseimbangan pergaulan inilah yang sebenarnya menjadi ajaran agama (Pradopo, 1995: 192-194).<br />Pengarang mengajak kita untuk memetik beberapa nilai moral dari romannya yang terkenal ini, antara lain :<br />,[object Object]
Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
 Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
 Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
 Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.

More Related Content

What's hot

Carta konsonan bahasa melayu
Carta konsonan bahasa melayuCarta konsonan bahasa melayu
Carta konsonan bahasa melayueyda_4eva
 
Kumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIK
Kumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIKKumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIK
Kumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIKShamimi Jamudin
 
Assg. bmm3142 kebudayaan melayu
Assg. bmm3142 kebudayaan melayuAssg. bmm3142 kebudayaan melayu
Assg. bmm3142 kebudayaan melayuRosma Sulaiman
 
Pengantar linguistik Bahasa Melayu
Pengantar linguistik Bahasa MelayuPengantar linguistik Bahasa Melayu
Pengantar linguistik Bahasa MelayuNoor Syazwanni
 
Teori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiTeori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiLaila Purnamasari
 
Modul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra IndonesiaModul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra IndonesiaInunks Peihhcc
 
Terjemahan teks sastera puisi
Terjemahan teks sastera   puisiTerjemahan teks sastera   puisi
Terjemahan teks sastera puisiMaheram Ahmad
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Bahan semantik individu
Bahan semantik individuBahan semantik individu
Bahan semantik individuJamaliah Harun
 
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modernCoral Reef
 

What's hot (20)

Carta konsonan bahasa melayu
Carta konsonan bahasa melayuCarta konsonan bahasa melayu
Carta konsonan bahasa melayu
 
Kumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIK
Kumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIKKumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIK
Kumpulan 3 (minggu 13) PERATURAN PARADIGMATIK
 
Materi teori sastra
Materi teori sastraMateri teori sastra
Materi teori sastra
 
Assg. bmm3142 kebudayaan melayu
Assg. bmm3142 kebudayaan melayuAssg. bmm3142 kebudayaan melayu
Assg. bmm3142 kebudayaan melayu
 
Semantik
Semantik Semantik
Semantik
 
Pengantar linguistik Bahasa Melayu
Pengantar linguistik Bahasa MelayuPengantar linguistik Bahasa Melayu
Pengantar linguistik Bahasa Melayu
 
Teori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiTeori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksi
 
Karya kreatif
Karya kreatifKarya kreatif
Karya kreatif
 
Teori segitiga semiotik
Teori segitiga semiotikTeori segitiga semiotik
Teori segitiga semiotik
 
Modul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra IndonesiaModul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra Indonesia
 
Terjemahan teks sastera puisi
Terjemahan teks sastera   puisiTerjemahan teks sastera   puisi
Terjemahan teks sastera puisi
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Tokoh Dalam Bidang Terjemahan
Tokoh Dalam Bidang TerjemahanTokoh Dalam Bidang Terjemahan
Tokoh Dalam Bidang Terjemahan
 
Bidang bidang linguistik
Bidang bidang linguistikBidang bidang linguistik
Bidang bidang linguistik
 
Bahan semantik individu
Bahan semantik individuBahan semantik individu
Bahan semantik individu
 
Konsep teori sastera
Konsep teori sasteraKonsep teori sastera
Konsep teori sastera
 
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
 
Makna sastera
Makna sasteraMakna sastera
Makna sastera
 
makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif
 

Similar to Analisis novel pdktn mimesis

Sastra angkatan pujangga baru
Sastra angkatan pujangga baruSastra angkatan pujangga baru
Sastra angkatan pujangga barudwiliarossa
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUMomee Rain
 
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptxAfinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptxDinaAngreani
 
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka RusminiPotret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusminiahmad bahtiar
 
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docxALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docxNurKarina1
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptTiaBronte
 
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaManfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaMujahid Vanquisher
 
contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"KPM- ex KPLI students
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Lailin Luthfiana
 
Kul sosas 2, sastra dan mayarakat
Kul sosas 2, sastra dan mayarakatKul sosas 2, sastra dan mayarakat
Kul sosas 2, sastra dan mayarakatSyukrina Rahmawati
 
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorbanKajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorbanAlfian Rokhmansyah
 

Similar to Analisis novel pdktn mimesis (20)

Gumuk sandhi
Gumuk sandhiGumuk sandhi
Gumuk sandhi
 
Sastra angkatan pujangga baru
Sastra angkatan pujangga baruSastra angkatan pujangga baru
Sastra angkatan pujangga baru
 
Makalah sosiologi
Makalah sosiologiMakalah sosiologi
Makalah sosiologi
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
 
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptxAfinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
 
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka RusminiPotret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
 
Esai Novel - Layar Terkembang
Esai Novel - Layar TerkembangEsai Novel - Layar Terkembang
Esai Novel - Layar Terkembang
 
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docxALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
 
Aaaaaaaa
AaaaaaaaAaaaaaaa
Aaaaaaaa
 
Atunz
AtunzAtunz
Atunz
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
 
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaManfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
 
contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Aliran aliran-karya-sastra
Aliran aliran-karya-sastraAliran aliran-karya-sastra
Aliran aliran-karya-sastra
 
SOSIOSASTRA.ppt
SOSIOSASTRA.pptSOSIOSASTRA.ppt
SOSIOSASTRA.ppt
 
Kul sosas 2, sastra dan mayarakat
Kul sosas 2, sastra dan mayarakatKul sosas 2, sastra dan mayarakat
Kul sosas 2, sastra dan mayarakat
 
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorbanKajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
 

Analisis novel pdktn mimesis

  • 1.
  • 2. Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
  • 3. Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
  • 4. Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
  • 5. Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
  • 6. Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.Model kehidupan ideal yang ditawarkan sastrawan bukan hanya lewat pesan moral yang biasanya menunjuk pada kehidupan pribadi. Sastrawan juga menawarkan bentuk kehidupan ideal dalam kehidupan sosial karena sesungguhnya karya sastra merupakan “struktur yang berarti”. Karena mempunyai struktur, karya sastra harus koheren. Karena mempunyai arti, karya sastra terkait dengan usaha manusia memecahkan persoalan-persoalannya dalam kehidupan sosial yang nyata (Goldmann dalam Faruk, 1999: 19).<br />Pemecahan persoalan sosial lewat karya sastra terkait dengan konvensi-konvensi kesusastraan. Konvensi-konvensi itu selalu ada dalam aktivitas kesusastraan karena konvensi-konvensi itu menentukan sejauh mana suatu objek dapat dianggap sebagai karya sastra pada umumnya atau sebagai karya yang baik atau yang buruk pada khususnya. Sastrawan tidak dilarang untuk melakukan “pendobrakan” terhadap konvensi-konvensi sastra karena masyarakat sastralah yang nanti akan menilai apakah “pendobrakan” itu masih dalam batasan keindahan karya sastra atau tidak. Sastrawan juga perlu memperhatikan konvensi-konvensi sastra yang berlaku sebelumnya karena “pendobrakan” terhadap konvensi sastra akan terlihat maknanya jika dipertentangkan dengan konvensi sebelumnya (Teeuw, 1991: 29).<br />