1. Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Pemikiran
Keberadaan bahasa merupakan keniscayaan bagi manusia, karena bahasa
merupakan salah satu pembeda antara hewan dan manusia. Hal ini
dikarenakan, hanya manusialah yang memiliki bahasa. Jadi, sudah seharusnya
disyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh Sang Pencipta kepada kita, yaitu
bahasa.
Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, karena dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan
keinginan kepada orang lain.
Dengan kata lain seseorang dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan
manusia lain, seperti yang dikatakan oleh Kridalaksana (1983:45) bahwa
bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh para
kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan
diri.
Ada orang yang beranggapan bahwa kompetensi penggunaan bahasa
seakan-akan dicapai dengan sempurna melalui keturunan dan warisan saja.
Pandangan ini keliru karena kemampuan penguasaan dan penggunaan bahasa
harus melalui latihan-latihan baik mengenai pengucapan maupun
mempergunakan bahasa dengan baik dan benar.
Di lain pihak ada komunikasi dilakukan dengan tulisan. Hal tersebut
berarti kompetensi menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan dan
kemampuan memakai apa yang dicoba. Jadi relevansi bahasa terhadap
pemikiran manusia sangat erat sekali.
Sesuai dengan kodrat manusia maka kerangka karangan pemikirannya
tetap berkembang, sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya sehingga
perkembangan bahasa juga ikut serta di dalamnya. Bukti yang nyata adalah
ilmu pengetahuan dengan perkembangan tidak mungkin diterapkan tanpa
bahasa.
1
2. Dunia ilmu, termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis,
melainkan merupakan kegiatan yang dinamis; berkembang terus, sesuai
dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin mencari kebenaran yang
hakiki. Begitulah, linguistik struktural lahir karena tidak puas dengan
pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistik tradisional dalam
menganalisis bahasa.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan
paham yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan
membingungkan terutama bagi para pemula (Chaer, 2003:332). Sejarah
linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran
linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-
beda tentang bahasa, tapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan
penyempurnaan dari aliran-aliran sebelumnya. Oleh karena itu, dengan
mengenal dan memahami aliran-aliran tersebut akan menjadi pedoman bagi
setiap orang untuk dapat memilih atau mengacu kepada aliran linguistik apa
yang menurutnya baik. Dalam pembahasan kali ini akan dipaparkan salah satu
sejarah perkembangan aliran-aliran linguistik yaitu aliran transformasional.
Aliran Transformational Generative Grammer atau transformasi generatif
ini dicetuskan oleh Chomsky (1965) kemudian dikembangkan oleh Halle
(1973) dan Aronoff (1976). Selanjutnya teori ini dimodifikasi oleh
Dardjowidjojo (1988) dan disesuaikannya dengan sistem bahasa Indonesia.
Sejarah linguistik telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik,
dimana aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa,
tapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-
aliran sebelumnya. Oleh karena itu, dengan mengenal dan memahami aliran-
aliran tersebut akan menjadi pedoman bagi setiap orang untuk dapat memilih
atau mengacu kepada aliran linguistik apa yang menurutnya baik.
Sesuai dengan latar belakang yang telah disebutkan, maka muncul
pertanyaan yaitu apa itu transformasi generatif? Bagaimana sejarahnya? Apa-
apa saja ciri-cirinya? dan contohnya tulisan yang memakai teori transformasi
generatif?
2
3. 1.2 Permasalahan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkungan pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan secara sistematik yang diuji dengan seperangkat metode yang
diakui dalam bidang ilmu tertentu berdasarkan teori-teori yang disepakati.
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku
secara umum yang akan membimbing dan memberi arah sehingga dapat
menjadi penuntun kerja bagi penulis.
Kajian pustaka yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori transformasi
generatif. Teori/aliran ini meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang
bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa
yang diteliti.
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud transformasi generatif?
2. Bagaimana sejarah teori transformasi generatif?
3. Bagaimanakah ciri-ciri transformasi generatif?
4. Contoh tulisan yang memakai teori transformasi generatif?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan transformasi generatif.
2. Untuk mendeskripsikan sejarah teori transformasi generatif.
3. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri transformasi generatif.
4. Untuk mendeskripsikan contoh tulisan yang memakai teori transformasi
generatif.
3
4. Bab II Teori Transformasi Generatif
1.1 Apa yang dimaksud dengan transformasi generatif?
Aliran transformasional ini dipelopori oleh Chomsky. Avram Noam
Chomsky adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi
Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat
lewat teorinya tentang tata bahasa generatif. Chomsky dilahirkan di
Philadelphia tahun 1928, di tengah keluarga Yahudi radikal keturunan Rusia.
Ayahnya, William Chomsky merupakan seorang ahli bahasa Yahudi yang
terkenal. Ketekunan Chomsky dalam membantu kegiatan kebahasaan yang
dilakukan ayahnya, sedikit banyak telah menandai kecemerlangan daya
intelektualnya dalam melakukan kajian kebahasaan di kelak kemudian hari.
Sebagai mahasiswa di universitas Pennsylvania, Chomsky menjadi anak didik
tokoh strukturalisme yang sering disebut memiliki pikiran radikal, yakni
Zelling Harris. Disebut sebagai salah seorang tokoh pengembang
strukturalisme, gagasan yang dikembangkan tidak sepenuhnya mengekor pada
konsep pemula strukturalisme Amerika, yakni Leonard Bloomfield.
Aliran transformasional merupakan reaksi dari faham strukturalisme.
Konsep strukturalisme yang paling ditentang adalah konsep bahwa bahasa
sebagai faktor kebiasaan (habit). Nama yang dikembangkan untuk model tata
bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky ini adalah Tranformational
Generative Grammar tetapi dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa
transformasi atau tata bahasa generative.
Adapun asumsi yang mendasari pendekatan bahasa secara
transformasional ini adalah sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan satu produk kebudayaan yang kreatif manusiawi.
2. Bahasa bukan merupakan rekaman tingkah laku luar yang berupa bunyi
yang dapat didengar, melainkan bahasa merupakan satu proses
mentalistik yang kelak kemudian dilahirkan dalam bentuk luar bunyi
bahasa yang didengar atau kelak dimanifestasikan dalam bentuk tulisan.
4
5. 3. Bahasa merupakan satu proses produktif, sehingga metode analisis bahasa
harus bersifat deduktif.
4. Formalisasi matematis dapat juga dikenakan pada formalisasi sistem
produktif bahasa.
5. Analisis bahasa tidak dapat dilepaskan dari hakikat bahasa yang utuh
yakni bunyi dan makna.
Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk
menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai
kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna.
Setiap tata bahasa merupakan teori dari bahasa itu sendiri, dan tata bahasa
itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1. Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh
pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-
buat.
2. Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga istilah
yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan
semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik.
Chomsky membedakan antara kemampuan (competence) dan perbuatan
berbahasa (performance). Dalam tata bahasa transformasional ini
kemampuanlah yang menjadi objeknya, meskipun perbuatan berbahasa juga
penting.
Competence adalah kemungkinan yang terwaris dan tersimpan dalam otak
manusia itu memberikan kemungkinan kepadanya untuk melaksanakan
proses berbahasa. Dengan kata lain competence adalah pengetahuan yang
dimiliki oleh pemakai bahasa mengenai bahasanya. Ia berpendapat bahwa
sebenarnya kalimat yang kita dengar dari seorang pembicara bahasa tertentu
itu pada umumnya adalah kalimat-kalimat yang baru.
5
6. Sedangkan performance merupakan pencerminan dari competence, yang
juga dipengaruhi oleh berbagai situasi mental dan lingkungan real seperti
keterbatasan ingatan, keteledoran, kecerobohan dan sebagainya. Oleh karena
itu, agar performance benar-benar merupakan pencerminan competence atau
bunyi dan makna bersesuai dengan kaidah-kaidah competence, maka faktor-
faktor ekstralinguistik tersebut sejauh mungkin dihindari. Dengan kata lain
dapat kita katakan bahwa performance adalah pemakaian bahasa itu sendiri
dalam keadaan yang sebenarnya.
Menurut aliran transformasi, sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari
sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan
kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Seseorang bisa membuat berbagai
kalimat yang tidak terbatas jumlahnya dan bisa ia mengerti, yang mana
sebagian besar kalimat tersebut barangkali belum pernah diucapkan ataupun
didengar, kemampuan tersebut dinamakan aspek kreatif bahasa.
1.1.1 Pengertian transformasi generatif
Secara umum transformasi generatif merupakan proses atau kaidah
perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau permukaannya, baik
dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun
pergantian.
Teori transformasi generatif meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut
pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam
bahasa yang diteliti. Beberapa ahli tata bahasa membuat batasan-batasan
transformasi di bawah ini:
1. Keraf ( 1980: 153)
―Transformasi adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi
bentuk-bentuk lain, baik dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks
maupun dari bentuk kompleks ke bentuk yang sederhana‖.
2. Samsuri (1981 :35)
―Transformasi adalah proses atau hasil pengubahan sebuah struktur
kebebasan atau struktur yang lain menurut kaidah tertentu‖.
6
7. 3. Kridalaksana (1984 :198)
―Transformasi adalah kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain
dengan menambah, mengurangi, atau mengatur kembali konstituen-
konstituennya‖.
4. Rosenbaun (1968 : 28)
“Transformasi convert one sentences structure by performing verious
operations on the constituens making up there tructure”. Terjemahannya:
―Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke
dalam struktur luar atau struktur permukaannya‖.
5. Kridalaksana, (1993,69)
Tata bahasa transformasi generatif merupakan teori linguistik yang
menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta
dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan
menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal. Kalimat dianggap sebagai
satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam struktur kalimat
diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah
transformasi.
1.1.2 Ahli bahasa yang beraliran transformasional
Ahli bahasa yang beraliran transformasional ini antara lain: N. Chomsky,
P. Postal, J.A. Fodor, M. Halle, R. Palmatier, J. Lyons, J.J. Katz, Y.P.B.
Allen, P. Van Buren, R.D. King, R.A. Jacobs, J. Green, W.A. Cook (sebelum
pindah ke tagmenik), dan lain-lain.
Konsep-konsep linguistik modern seperti yang dikembangkan oleh
Chomsky yakni teori transformasi generatif gemanya di Indonesia pada akhir
tahun lima puluhan. Pendidikan formal linguistik fakultas sastra dan
pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada
konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif.
Perkenalan konsep-konsep linguistik modern terjadi sejak kepulangan
sejumlah linguis Indonesia dari Amerika yaitu Anton M. Moelyono dan T.W.
7
8. Kamil. Gorys keraf, Harrimukti Kridalaksana Merekalah yang pertama-tama
memperkanalkan konsep-konsep fonem,morfem dan klausa.
1.1.3 Penataan Tata Bahasa Generatif
Analisis tata bahasa generatif bertugas mengungkapkan pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami sebanyak mungkin kalimat. Tata bahasa
generatif harus menjadi satu sistem kaidah yang dapat secara berulang
membangkitkan sejumlah besar struktur. Sistem kaidah ini dapat dianalisis
dalam tiga komponen tata bahasa generatif, yaitu:
1. Komponen sintaksis mencirikan dan menggambarkan sejumlah tak
terbatas struktur terabstrak, yang masing-masing mencakup semua
informasi yang ada hubungannya dengan satu interpretasi dari sebuah
kalimat tertentu.
2. Komponen fonologis menentuksan bentuk fonetik dari sebuah kalimat
yang dibangkitkan oleh kaidah sintaksis. Ia menghubungkan sebuah
struktur yang dilahirkan oleh komponen sintaksis dengan simbol yang
dinyatakan secara fonetis.
3. Komponen semantik menentukan interpretasi semantik sebuah kalimat.
Komponen fonologis dan komponen semantik merupakan komponen
interpretatif.
1.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Aliran Transformasional
1. Keunggulan Aliran Transformasi
a. Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.
b. Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan
keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic
performance).
c. Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif
berdasarkan kaidah yang ada.
8
9. d. Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat
dipilah antara substansi dan perwujudan.
e. Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena
gramatiknya bersifat generatif.
2. Kelemahan Aliran Transformasi
a. Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah
konsep klausa dan kalimat.
b. Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate
untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan
bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure.
1.2 Bagaimanakah sejarah teori transformasi generatif?
Selama puluhan tahun, linguistik struktural digandrungi para linguis
modern sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis
bahasa. Kemudian pada tahun 1957, Aliran Transformational Generative
Grammar atau dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa
transformasi, tata bahasa generatif atau tata bahasa transformasi klasik, lahir
dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Structure
pada tahun 1957. Adanya sambutan yang berupa kritik dan saran atas
kekurangan yang ada dalam teori itu menyebabkan munculnya lagi buku
Chomsky pada tahun 1965 dengan judul Aspect of The Theory of Syntax.
Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenai
sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan yang prinsipil yaitu
sebagai berikut.
1. Komponen semantis suatu deskriptif linguistik berbentuk seperangkat
kaidah interpretatif yang beroperasi pada sintaksis kalimat-kalimat
kaidah ini agak mirip dengan kaidah fonologis.
2. Ada pembedaan antara struktur lahir dan batin. Struktur lahir jauh lebih
menyerupai struktur yang oleh para strukturalis langsung diabstrakkan
dari bentuk kalimat. Struktur batin merupakan abstraksi yang berbeda
9
10. tetapi dengan diakuinya struktur tersebut maka tersedia sistem yang
lebih kaya untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan timbal balik
antara sintaksis dan semantik dalam kalimat-kalimat bahasa yang alami.
3. Disribusi dari elemen-elemen sintaksis diubah secara bertahap yang
memperkaya struktur frase atau struktur batin dengan mengorbankan
kaidah trasformasi. Selanjutnya, trasformasi dikendalikan oleh struktur
batin, dan kemudian dikemukakan bahwa trasformasi itu sendiri tidak
mempunyai pengaruh terhadap makna kalimat. Kategori seperti negasi,
pasif, pertanyaan, dan perintah serta hubungan subordinat dan koornidat
secara formal diperkenalkan sebagai bagian dari kaidah trasformasi.
Kaidah-kaidah ini kemudian dimasukkan ke dalam komponen dasar
yang mengatur struktur batin dan leksikon bersama-sama dengan
subkategorisasi nomina dan verba menjadi subkelas seperti nomina
takterbilang dan nomina terbilang,verba transitif dan verba intransitif.
Teori dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan nama “Standard Theory”.
Kemudian dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi dan diberi nama
“Extended Standard Theory”, yang kemudian pada tahun 1975 direvisi lagi,
dan diberi nama “Revised Extended Standard Theory”. Terakhir teori tentang
tata bahasa transformasi ini direvisi lagi menjadi apa yang disebut
“government and binding theory”.
Pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan kaidah-
kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika para pengikut teori ini mencoba
untuk menggunakannya terhadap bahasa-bahasa lain, timbullah berbagai
masalah. Apa yang tadinya sudah dianggap kaidah universal ternyata tidak
universal. Oleh karena itu usaha-usaha perbaikan telah dilakukan oleh para
bekas murid atau bekas pengikut aliran ini. Umpamanya yang dilakukan oleh
kaum semantik generatif, aliran tata bahasa kasus, dan aliran tata bahasa
relasional.
Di samping itu, adanya hubungan antara kemunculan tata bahasa
transformasi generatif terhadap perkembangan tata bahasa bahasa Melayu
10
11. dengan merujuk kepada sejumlah kandungan yang terdapat dalam buku-buku
yang berikut:
1. Bahasa Melayu Syntax Some Aspects Of Its Standardization (1978), oleh
Nik Safiah Karim.
2. Pengantar Teori Sintaksis Satu Pengenalan Konsep Tatabahasa
Transformasi-Generatif (1980), oleh Arbak Othman.
3. Tatabahasa Dewan (1993), oleh Nik Safiah Karim et al.,dan
4. Binaan Dan Fungsi Perkataan Dalam Bahasa Melayu Satu Huraian dari
Sudut Tatabahasa Generatif (1993), oleh Hashim Haji Musa.
1.3 Bagaimanakah ciri-ciri transformasi generatif?
Sistem tata bahasa transformasi yang diasaskan oleh Chomsky ini
walaupun merupakan lanjutan daripada apa yang telah dibangunkan bersama
Harris, namun terdapat perbezaan pendapat dengan apa yang telah
dikemukakan oleh Harris. Ternyata sistem tata bahasa berdasarkan Chomsky
ini telah menarik perhatian ramai dan telah menerima kesinambungan
berterusan yang ekstensif. Chomsky seterusnya menyatakan bahawa teorinya
dapat memperlihatkan ciri-ciri universal dalam mengkaji semua bahasa
manusia.
Aliran transformasi muncul menentang aliran strukturalis yang
menyatakan bahwa bahasa merupakan kebiasaan. Aliran ini mempunyai
pandangan bahwa bahasa bersifat mentalistik dan kognitif.
Adapun ciri-ciri transformasi generatif adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan paham mentalistik
Aliran ini berpendapat bahwa proses berbahasa bukan sekadar proses
rangsang tanggap semata-mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses
kejiwaan. Aliran ini sangat erat dengan psikolinguistik. Proses berbahasa
bukan sekadar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar
yang diterima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan di
dalam diri peserta bicara. Oleh karena itu, aliran ini sangat erat kaitannya
dengen subdisipliner psikolinguistik.
11
12. 2. Bahasa merupakan innate
Kaum transformasi beranggapan penuh bahwa bahasa merupakan
faktor innate (warisan/keturunan). Dalam hal ini, untuk membuktikan
teorinya Chomsky dengan bantuan rekannya membuktikan bahwa struktur
otak manusia dengan otak simpanse persis sama, kecuali satu simpul
syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat pada
struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara
seperti manusia, meskipun ia telah dilatih berkali-kali, karena hal itu tidak
disebabkan oleh kebiasaan, akan tetapi harus ada faktor keturunan.
3. Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
Teori transformasional memisahkan bahasa atas dua lapisan, yakni
deep structure (struktur dalam/ lapis batin) yaitu tempat terjadinya proses
berbahasa yang sesungguhnya/ secara mentalistik; dan surface structure
(struktur luar, struktur lahiriah) yaitu wujud lahiriyah yang
ditransformasikan dari lapis batin.
4. Bahasa terdiri atas unsur competent dan performance
Sebagaimana yang telah kita sebutkan di atas, aliran transformasional
memisahkan bahasa atas unsur competent yaitu pengetahuan yang dimiliki
oleh seorang penutur tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah yang
berlaku bagi bahasanya; dan performance yaitu ketrampilan seseorang
dalam menggunakan bahasa tersebut.
5. Analisis bahasa bertolak dari kalimat
Aliran ini beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran gramatik
yang tertingi. Dari kalimat analisisnya turun ke frasa dan kemudian dari
frasa turun kata. Aliran ini tidak mengakui adanya klausa.
6. Bahasa bersifat kreatif
Ciri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum struktural yang fanatik
terhadap standar keumuman. Bagi kaum transformasional yang terpenting
adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk kata belum umum asalkan
pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada
halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk gramatikal.
12
13. 7. Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus.
Analisis dalam teori ini dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke
frase menjadi frase benda (FN) dan frase kerja (FV) kemudian dari frase
turun ke kata.
8. Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi
Aliran ini membedakan antara kalimat inti dan kalimat
transformasional. Kalimat inti adalah kalimat yang belum dikenai oleh
kaidah transformasi, mempunyai ciri-ciri (a) lengkap, (b) simpel (c) aktif
(merupakan ciri pokok), (d) statement (e)positif (f) runtut (merupakan ciri
tambahan). Kalimat transformasi merupakan kalimat yang sudah dikenai
kaidah transformasi.
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Kalimat Inti Kaidah Transformasi Kalimat Transformasi
1. Lengkap Pelepasan/delisi Kalimat elips/minor
2. Simpel Penggabungan Kalimat Kompleks
3. Aktif Pemasifan Kalimat Pasif
4. Statement - Tanya - Kalimat Tanya
- Perintah - Kalimat Perintah
5. Positif Pengingkaran Kalimat Ingkar
6. Runtut Pembalikan Kalimat Inversi
1.4 Contoh tulisan yang memakai teori transformasi generatif.
1. Welcome, Ahlan wa Sahlan, Selamat datang merupakan tiga unsur struktur
permukaan yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.
2. a. Mahasiswa melaksanakan rapat di ruang H4.
b. Mahasiswa melaksanakan belajar di ruang H4.
Kalimat di atas dapat diubah menjadi kalimat transformasi dengan
menggunakan kaedah penggabungan, yaitu:
Mahasiswa melaksanakan rapat dan belajar di ruang H4.
13
14. 3. Nita memukul lalat.
Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera
di atas. Kalimat tersebut dapat menjadi kalimat transformasional yaitu:
Lalat dipukul Nita. (pemasifan)
Nita tidak memukul lalat. (pengingkaran)
Pukulah lalat itu! (perintah)
Siapa yang memukul lalat? (penanyaan)
Memukul lalat Nita. (inversi)
4. petinju = Nor + ber—Vd > pe – Vd
peninju = Nor + meN—Vd > peN – Vd
Contoh tersebut menunjukkan bahwa dalam tata bahasa
transformasional, struktur dalam (deep structure) ditransformasikan ke
struktur luar (surface structure). Secara generatif transformasional kata,
petinju dibentuk melalui verba bertinju, sedangkan kata peninju dibentuk
melalui verba meninju. Jadi, pembentukan itu tidak langsung dari dasar
tinju.
5. Kalimat ―Ia membaca buku.‖, misalnya, berdasarkan kaidah
transformasional akan diterangkan sebagai berikut:
1. K Õ GB + GK
2. GB Õ N1
3. GK Õ V + N2
4. N1 Õ ia
5. V Õ membaca
6. N2 Õ buku
Secara transformasional, Kalimat itu terbentuk oleh Gatra Benda plus
Gatra Kerja. Pengisi Gatra Benda adalah Nomen ia, sedangkan pengisi
Gatra Kerja adalah Verbum membaca, dan Nomen buku. Dengan model
analisis immediate contstituents (IC) yang diintroduksikan oleh Chomsky,
kalimat tersebut berdiagram pohon (diagram akar) sebagai berikut.
6. Pada nomina (kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak
dapatnya bergabung dengan kata tidak), pronomina (kata yang dipakai
14
15. untuk mengganti orang atau benda; kata ganti seperti aku, engkau, dia),
dan numeralia (kata atau frasa yang menunjukkan bilangan atau kuantitas;
kata bilangan), khususnya penurunan nomina dengan per—an, misalnya,
digunakanlah uraian dan contoh berikut (Alwi, 1993: 258-259). ―Nomina
dengan per – an juga diturunkan dari verba, tetapi umumnya dari verba
taktransitif dan berawalan ber-. Akan tetapi, ada pula nomina per – an
yang berkaitan dengan verba meng- atau memper- yang berstatus transitif.
1. perjanjian menjadi berjanji
2. pergerakan menjadi bergerak
3. persatuan menjadi bersatu
4. perdamaian menjadi berdamai
5. pergelaran menjadi menggelar
6. pertahanan menjadi mempertahankan
7. perlawanan menjadi melawan
8. permintaan menjadi meminta
7. Beberapa aturan Transformational-Generative Grammar cukup sederhana,
seperti aturan Kepala Awal / Akhir:
1. Kepala awal - Kepala terjadi sebelum argumen.
a. '' Makan'' apel. ( kata kerja frase )
b. '' Kehancuran'' kota. ( frase kata benda )
c. '' Pada'' lantai. ( frase preposisional )
2. Kepala Final - Kepala terjadi setelah argumen.
a. Berani'' pergi'' ( frase kata kerja )
b. Putih besar'' rumah'' ( kata benda frase )
3. Adik menangis
Kaliamt di atas dapat ditransformasikan dengan beberapa cara, antara
lain:
a. Dengan perubahan urutan kata, menjadi:
15
16. b. Dengan perubahan intonasi, menjadi:
4. Salah satu dari ciri transformasi generatif adalah bahasa bersifat kreatif,
contohnya adalah :
a. Peluhnya menganak sungai.
b. Sampah telah menggunung di tepi jalan.
Kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan prefiks me-
bermaksud menyerupai gunung.
5. Aturan lain yang lebih kompleks, seperti "Peraturan Wh-Formasi
Pertanyaan" apa yang disebut untuk bahasa Inggris, yang dapat
diringkas sebagai:
a. Mulailah dengan deklaratif sederhana, dengan item yang hilang:
Dia memberi X buku.
b. Masukkan sesuai Wh-kata untuk kategori leksikal yang diharapkan
dari jawabannya:
'' Dia memberikan kepada siapa'' sebuah buku.
c. Mengubah bentuk kata kerja untuk pembangunan sesuai "melakukan
X":
Dia'' tidak memberikan'' kepada siapa buku.
d. Gunakan Subyek-Auxiliary Inversi untuk membentuk sebuah
interogatif (menunjukkan atau mengandung pertanyaan):
Apakah dia memberikan kepada siapa buku?
e. Pindahkan elemen Wh-kata untuk bagian depan kalimat:
Kepada siapa dia memberikan sebuah buku?
16
17. Bab III Penutup
3.1 Simpulan
Teori generatif transformasi adalah teori linguistik yang menerangkan
dengan jelas pembentukan kalimat-kalimat gramatikal dan menjelaskan
struktur setiap kalimat itu, serta mengalihkan struktur dalam bahasa kepada
struktur luar bahasa untuk menentukan suatu kalimat.
Sejarah Aliran transformasi generatif dimulai dengan terbitnya buku Noam
Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957. Selanjutnya
pada tahun 1965 munculnya lagi buku Chomsky dengan judul Aspect of The
Theory of Syntax. Teori dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan nama
“Standard Theory”. Kemudian dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi dan
diberi nama “Extended Standard Theory”, lalu pada tahun 1975 direvisi lagi,
dan diberi nama “Revised Extended Standard Theory”. Terakhir direvisi lagi,
dan diberi nama “government and binding theory”.
Tokoh dalam tata bahasa transformasi adalah Noam Chomsky dengan
judul bukunya yang terkenal dengan Syntactic Structure pada tahun 1957.
Selain Noam Chomsky ada juga ahli bahasa yang beraliran transformasional
ini antara lain P. Postal, J.A. Fodor, M. Halle, R. Palmatier, J. Lyons, J.J.
Katz, Y.P.B. Allen, P. Van Buren, R.D. King, R.A. Jacobs, J. Green, W.A.
Cook (sebelum pindah ke tagmenik).
Ciri-ciri dari teori transformasi generatif adalah berdasarkan paham
mentalistik, bahasa merupakan innate, bahasa terdiri atas lapis dalam dan
lapis permukaan, bahasa terdiri atas unsur competent dan performance,
analisis bahasa bertolak dari kalimat, bahasa bersifat kreatif, analisis
diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus, membedakan kalimat inti dan
kalimat transformasi.
Tiap penutur bahasa, yang normal memiliki kemampuan (competence)
bahasa. Dengan kemampuan ini dia dapat membentuk kalimat-kalimat baru
dan memahami kalimat-kalimat yang belum pernah ia dengar.
17
18. 3.2 Saran/Rekomendasi
Setiap aliran linguistik tentunya memiliki keunggulan-keunggulan
sekaligus kelemahan-kelemahan. Demikian halnya aliran transformasi, tentu
memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu, sebagai mahasiswa bahasa
sebaiknya kita memanfaatkan berbagai teori yang tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan kita. Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan masing-
masing teori, mahasiswa tersebut dapat merancang pembelajarannya sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa tulisan yang disajikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu besar harapan penyusun akan adanya
sumbangsih saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca dan
pemerhati bahasa, terutama para ahli demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menganggap bahwa kritikan dan saran objektif adalah nasihat terbaik.
Meskipun berat menerima kritik atas pekerjaan yang telah dilakukan dengan
maksimal dan segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
18
19. Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Rahman, Elmustian & Abdul Jalil. 2004. Teori Sastra. Pekanbaru:UNRI Press.
Sampson, Geoffrey. 1987. Model Linguistik Dewasa Ini. (terjemahan Abd. Syukur
Ibrahim dan Machrus Sjamsuddin). Surabaya:Usaha Nasional.
Jeffers, Robert J. 1979. Prinsip dan Metode Linguistik Historis. (terjemahan Abd.
Syukur Ibrahim dan Machrus Sjamsuddin). Surabaya: Usaha Nasional.
(http://adiel87.blogspot.com/2009/11/tata-bahasa-generatif-transformasi.html)
http://aliranlinguistik.blogspot.com/2011/07/aliran-transformasional.html
http://bentarabahasa.blogspot.com/2007/12/perkembangan-linguistik-di-
indonesia.html
http://dendensejati.blogspot.com/2011/11/aliran-transformational-generative.html
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:Sh4bgFwDuycJ:repository.usu.ac.i
d/bitstream/123456789/23992/4/Chapter%2520II.pdf+transformasional+ta
ta+bahasa&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgkKYT00HIWrN4t8qp
2hyJ-klg3FFjtTsMEEeMMfb8sKQ042pDsn4jcHhmbg0D3utMQTRAbsj-
YwUbEJta9sjhdtRm7U6c-
1XMkaypGA_AkoZJiXMq7LWZoNeq62RbQaDBDbICk&sig=AHIEtbR
534KbWlwJv0sV3Eo7dpcrcxksDQ
http://id.wikipedia.org/wiki/Noam_Chomsky
http://jpmipgmtaa.webs.com/Penulisan/Microsoft%20Word%20-
%20CHOMSKY%20MERUPAKAN%20PELOPOR%20GERAKAN%20
TATABAHASA%20TRANSFORMASI%20GENERATIF.pdf
http://shaffiya18.blogspot.com/2012/02/makalah-aliran-transformasional.html
19