SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan fungsi
mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, sehingga individu
tersebut merasa puas dan mampu (Rasmun, 2001).
Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah setiap saat serta dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: kondisi fisik (somatogenik), kondisi perkembangan mental-emosional
(psikogenik) dan kondisi dilingkungan social (sosiogenik). Ketidakseimbangan pada salah
satu dari ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan jiwa (Maramis,2004).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. WHO memperkirakan saat ini
di seluruh dunia terdapat 450 juta orang mengalami gangguan jiwa, di Indonesia sendiri pada
tahun 2006 diperkirakan26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dengan ratio
populasi 1 berbanding 4 penduduk. Departemen Kesehatan RI mengakui sekitar 2,5 juta
orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit jiwa (Setiawan, 2009.http//www.
Gizi.net, diperolehtanggal 1 Jun2010).
Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal sebagaimana keadaan
sebelum sakit, beberapa pasein meninggalkan gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan
berkomunikasi dan mengenali realitas, serta perilaku kekanak-kanakan yang berdampak pada
penurunan produktivitas hidup. Hal ini ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun2 001
di beberapa Negara yang menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang
Atau Dissabiliiy AdjustedLife Years (DALY's) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease,
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa (Setiawan, 2009. http//www. Gizi.net,
diperolehtanggal 1 Juni 2010).
Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penurunan produktifitas maka pada pasien
yang dirawat inap dilakukan upaya rehabilitasi sebelum klien dipulangkan dari Rumah Sakit.
Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam
pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan
dan socials ehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna
(Nasution,2006).
Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multiprofesi yang terdiri dari dokter, perawat,
psikologi, sosial worker serta okupasi therapist yang memiliki peran dan fungsi masing-
2
masing. Dokter memberikan terapi somatik, psikolog melakukan pemilahan klien
berdasarkan hasil psikotest, kemampuan serta minat klien, social worker menjadi
penghubung antara klien dengan keluarga dan lingkungan serta okupasi terapis memberikan
terapi kerja bagi pasien. Perawat sendiri mempunyai peran yang sangat penting dalam
pelaksanaan rehabilitasi baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun pengawasan.
Sebagai sebuah team, perawat memberi peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan
berbagai cara dan kerja yang dilakukan semua anggota team sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai antara klien dan team kesehatan sehingga rehabilitasi berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan menurut para perawat sistem dan budaya kerja yang ada tidak memungkinkan
untuk melaksanakan peran tersebut, sehingga perawat mengerjakan tugas multiprofesi
sekaligus dari mulai dokter, psikolog sosial worker, tenaga gizi sampai tenaga pertanian.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti merasa tertarik untuk melihat peran perawat dalam
psikofarmaka.
1.2 TUJUAN PENULISA
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu berfikir kritis dan analisis dalam memahami peran perawat dalam terapi
psikofarmaka.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami pengertian Psikofarmaka
b. Mahasiswa memahami klasifikasi obat-obatan psikofarmaka
c. Mahasiswa memahami peran perawat dalam pemberian obat
1.3 METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di perpustakaan maupun internet.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
· Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan
· Bab II : Tinjauan teoritis terdiri dari pengertian psikofarmaka, klasifikasi obat-obatan
psikofarmaka dan peran perawat dalam psikofarmaka
· Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
3
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.1 PENGERTIAN
Psikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja
pada sistim saraf ).Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi :
1. Teori biologis (somatik),mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi Therapi
(ECT).
2. Psikoterapeutik.
3. Terapi Modalitas.
Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi. Perawat
perlu mamahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk Neurotransmiter
adalah Dopamin,Neuroeprineprin, Serotonin dan GABA (Gama Amino Buteric Acid),dll.
Meningkatnya dan menurunnya kadar / konsentrasi neurotransmiter akan menimbulkan
kekacauan atau gangguan mental. Obat – obatan psikofarmaka efektif untuk mengatur
keseimbangan Neurotransmiter.
2.2 KLASIFIKASI
Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat-obatan psikofarmaka adalah golongan :
1. Anti Psikotik, pemberian sering disertai pemberian anti perkinson
2. Anti Depresi
3. Anti Maniak
4. Anti Cemas ( Anti Ansietas)
5. Anti Insomnia
6. Anti Obsesif – Kompulsif
7. Anti Panik
8. Yang paling sering digunakan oleh klien jiwa :
9. ANTI PSIKOTIK
Anti Psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik : Neuroleptika.
a. Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor Dopamin dalam otak (di ganglia dan subtansia
nigra) pada sistem limbik dan sistim ekstrapiramidal.
b. Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik, mengurangi
insomnia sangat efektif mengatasi Delusi, Halusinasi, Ilusi dan Gangguan Proses
Berpikir.
4
c. Indikasi pemberian anti psikototik : Pada semua jenis Psikosa, kadang untuk gangguan
Maniak dan Paranoid.
d. Efek samping pada anti psikotik : Efek Samping pada Sistim Syaraf (
Ektrapyramidal Side Efect / EPSE/ EPS / Ekstrapyramidal Syndrome ) :
a. PARKINSON
Efek samping ini muncul 1 - 3 minggu pemberian obat (tergantung respon klien). Terdapat
TRIAS gejala parkinsonisme ;
1. TREMOR : sering terjadi, dan paling jelas pada istirahat.
2. BRADIKINESIA : muka seperti topeng, berkurangnya gerakan reiprokal pada saat
berjalan.
3. RIGITAS : gangguan tonus otot ( kaku )
b. Reaksi DISTONIA kontraksi otot singkat atau bisa juga lama. Tanda - tanda; muka
menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol.
c. AKATHISIA
Ditandai dengan perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan
cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak - balik dan gerakan mengguncang pada
saat duduk. Ketiga efek samping diatas bersifat akur dan bersifat Reversible (bisa hilang atau
kembali normal).
d. TARDIVE DYSKENESIA
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang
dan bersifat Ireversible (susah hilang/ menetap).Berupa gerakan Involunter yang berulang
pada lidah, wajah, mulut / rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut
akan hilang pada saat tidur. Efek samping pada sistim saraf perifer atau CHOLINERGIC Side
Efect. Ini terjadi karena penghambatan pada reseptor Asetilkolin. Yang termasuk Efek
Samping Kolinergic adalah ;
a. Mulut kering
b. Kontipasi
c. Pandangan kabur, akibat midriasis pupil dan Sikloplegia (pariese otot – otot siliaris)
menyebabkan Presbiopia
d. Hipotensi Orthostatik, akibat penghambatan reseptor Adrenergik
e. Kongesti / sumbatan Nasal
f. Jenis obat anti psikotik yang sering di gunakan :
g. Chlorpromazine ( CPZ )
h. Halloperidol ( HALOP )
i. Beberapa Komposisi Haloperidol dalam sediaan injeksi adalah : LODOMER ,
SERENASE , GOVOTIL.(sering dilapangan)
5
ANTI PERKINSON
a. Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor Dopamin, untuk mengatasi gejala parkinson
sebagai akibat penggunaan obat anti psikotik.
b. Efek samping : Sakit kepala , mual , muntah dan hypotensi
c. Jenis obat yang di gunakan : Tryhexyfenidil (THD)
ANTI DEPRESAN
HIPOTESIS : Syndroma Depresi disebabkan oleh defesiensi salah satu / beberapa aminergic
neurotansmiter (seperti Noradrenalin, Serotonin, Dopamin) pada sinaps neuron di SSP,
khususnya pada sistim Limbik.
Mekanisme kerja obat :
a. Meningkatkan sensivitas terhadap aminergik neurotransmiter
b. Menghambat reuptake aminergik neurotansmiter
c. Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga
terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmiter pada neuron di SSP. Efek
farmakologi : Mengurangi gejala Depresi dan sebagai Penenang.
Jenis obat yang di gunakan, yang sering di gunakan di lapangan adalah :
a. Trisiklik
b. MAO Inhibitor
c. Aminitriptylin.
Efek samping : yaitu efek samping Kolonergik (efek samping terhadap Sistim Syaraf Perifer)
yang meliputi Mulut kering , penglihatan kabur , Konstipasi , Hipotensi Orthostatik.
OBAT ANTI MANIA / LITHIUM CARBONATE
a. Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan Serotonin dan mengurangi sensivitas dari
reseptor Dopamin.
b. Hipotesi : Pada Mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.
c. Efek farmakologi : Mengurangi Agresivitas, Tidak menimbulkan efek sedatif,
Mengoreksi / Mengontrol pola tidur, iritable dan adanya Flight Of Idea. Pada Mania
dengan kondisi berat pemberian anti mania di kombinasi dengan obat anti psikotik.
d. Efek samping : Efek Neurologik ringan seperti Fatigue, Lethargia, Tremor di tangan,
terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi diarea, nausea.
e. Efek toksik : Pada Ginjal ( poliuri, edema ), peningkatan jumlah Lithium, sehingga
menambah keadaan oedema. Sedangkan pada SSP ( tremor, kurang koordinasi,
Nistagmus dan disorentasi.
6
ANTI CEMAS / ANSIETAS
Termasuk Minor Transquilizer, Jenis obat antara lain Diazepam (CHLORDIAZEPOXIDE)
OBAT ANTI INSOMNIA : Phenobarbital
OBAT ANTI OBSESIF KOMPULSIF : Clomipramine
OBAT ANTI PANIK : Imipramine
2.3 PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT
2.3.1 Pengumpulan data sebelum pengobatan yang meliputi :
a. Diagnosa Medis
b. Riwayat Penyakit
c. Hasil Pemeriksaan Laborat ( yang berkaitan )
d. Jenis obat yang digunakan ,dosis,waktu pemberian
e. Program terapi yang lain
f. Mengkombinasi obat dengan terapi Modalitas
g. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga tentang pentingnya minum obat
secara teratur dan penanganan efek samping obat.
h. Monitoring efek samping penggunaan obat
2.3.2 Melaksanakan Prinsip Pengobatan Psikofarmaka :
a. PERSIAPAN
1. Melihat order pemberian obat di lembaran obat ( di status )
2. Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis efek
samping dan cara pemberian.
3. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
4. Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
b. Lakukan minimal prinsip lima benar
c. Laksanakan program pemberian obat
1. Gunakan pendekatan tertentu
2. Bantu klien minum obat dan jangan di tinggal
3. Pastikan bahwa obat telah terminum
4. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat , sebagai aspek
LEGAL !!
2.3.2 Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan
2.3.4 Menyesuaikan dengan terapi non farmakoterapi
2.3.5 Turut serta dalam penelitian tentang obat psikofarmaka
7
Setelah seorang perawat melaksanakan terapi psikofarmaka maka tugas terakhir yang
penting harus di lakukan adalah evaluasi. Dikatakan reaksi obat efektif jika :
a. Emotional Stabil
b. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
c. Halusinasi,Agresi,Delusi,Menarik diri menurun
d. Prilaku Mudah di arahkan
e. Proses Berpikir ke Arah Logika
f. Efek Samping Obat
g. Tanda – tanda Vital
Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic
pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. Pengkajian pasien
2. Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang masing – masing pasien.
3. Koordinasi modalitas terapi
4. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali
membingungkan bagi pasien.
5. Pemberian agens psikofarmakologis
6. Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual.
7. Pemantauan efek obat
8. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien.
9. Penyuluhan pasien
10. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif.
11. Program Rumatan obat
12. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam
jangka panjang.
13. Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat
14. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan
untuk mengobati pasien gangguan jiwa.
15. Kewenangan untuk memberi resep
16. Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai
dengan undang – undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakologis
untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami
gangguan jiwa.
8
PENGKAJIAN
Sebelum melakukan pengobatan psikofarmakologis, evaluasi psikiatri yang lengkap harus
dilakukan, mencakup hal – hal sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fisik
2. pemeriksaan lab
3. Evaluasi status mental
4. Riwayat medis dan psikiatri
5. Riwayat medikasi
6. Riwayat keluarga
2.3.4 PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK
Terapi yang diberikan untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif
dengan tindakan yang ditujukan pada fisik klien walaupun yang diberikan perlakuan fisik
tetapi target terapi perilaku klien
2.3.4.1 Pengikatan
Terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik
klien. Tujuannya melindungi klien dan orang lain dari cidera fisik, khususnya bila terapi lain
seperti perubahan lingkungan. dan strategi perilaku sudah tidak mempan.
Indikasi :
Klien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya dan :
a. Beresiko mencederai diri dan orang lain
b. Mengalami toleransi dan tidak responsif lagi
c. Klien bingung yang beresiko cidera atau jatuh
d. Klien membutuhkan penurunan stimulus dan istirahat
e. Klien membutuhkan bantuan mendapat rasa aman & pengendalian dirinya
Pengikatan membatasi mobilitas fisik tetapi bukan untuk menghukum klien. Harus disadari
klien pengikatan membantu klien mengendalikan perilaku yang tidak dapat dikendalikan
sendiri.
a. Saat masih berbaring monitor tanda-tanda vital. Pastikan klien sudah dapat
mengendalikan perilakunya
b. Pastikan jumlah perawat cukup
c. Lepaskan ikatan mulai dari ekstremitas yang tdk dominan
d. Anjurkan klien untuk mobilisasi aktif
e. Anjurkan klien bergerak secara bertahap
f. Observasi perilaku klien
g. Dokumentasikan kondisi klien
9
2.3.4.2 Isolasi
a. Bentuk terapi dgn menempatkan klien sendiri di ruang tersendiri
b. Di indikasikan : klien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya dan tidak bisa
dikendalikan dengan cara lain
c. Tidak dianjurkan klien yang beresiko bunuh diri, klien yang agitasi disertai gangguan
pengaturan suhu tubuh akibat obat serta klien dengan perilaku sosial menyimpang.
Prosedur Isolasi :
1. Tunjuk seorang pemimpin
2. Perlihatkan kepada klien kekuatan yang ada
3. Buat rancangan yang tepat, siapkan lingkungan ruangan
4. Komunikasikan antar perawat
5. Tangkap klien tanpa menyakiti
6. Kendalikan perilaku agresif klien
7. Pindahkan klien ke ruang isolasi
8. Ganti pakaian dengan yang aman dan nyaman
9. Pindahkan benda-benda yang membahayakan klien
10. Buat rencana askep lanjutan
11. Tetap pertahankan kontak dgn klien
Setelah di ruang isolasi :
1. Bantu pemenuhan KDM klien
2. Observasi sesering mungkin
3. Pertahankan komunikasi verbal
4. Catat dan dokumentasikan hasil observasi
5. Berikan umpan balik tentang perilaku klien
6. Tetap berikan terapi yang lain
7. Segera melepaskan klien dr ruang isolasi jika perilakunya mulai terkendali
2.3.4.3 ECT ( Elektro Confulsive Therapy )
Bentuk terapi dengan menimbulkan kejang grand mall, dimana mengalirkan arus listrik mll
elektroda yg ditempelkan pd pelipis klien. Awalnya ditujkan untuk klien skizopreni, tetapi
lebih cocok untuk gangguan afektif. Kontra indikasi :
a. Tumor intra kranial
b. Kehamilan
c. Osteoporosis
d. Infarc miokard
e. Asthma bronchiale
Peran perawat
1. Persiapan :
a. Tangani kecemasan klien
10
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium
c. Mempersiapkan inform concent
d. Puasakan klien minima 6 jam
e. Hentikan pemberian obat sblm ECT
f. Lepaskan gigi palsu, kontak lens, dll
g. Memakaikan pakaian yg longgar
h. Membantu mengosongkan blass
2. Pelaksanaan :
a. Baringkan klien
b. Siapkan alat
c. Pasang bantalan gigi
d. Sementara ECT dilakukan, tahan persendian dgn supel
e. Setelah selesai, berikan bantuan nafas
3. Setelah ECT :
a. Observasi TTV sampai stabil
b. Jaga keamanan klien
c. Bila sudah sadar, orientasikan klien
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Salah satu somatic terapi ( terapi fisik ) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian
obat psikofarmaka, Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang digunakan
untuk mengobati gangguan mental, obat-obatan yang paling sering digunakan di Rumah Sakit
Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol dan Trihexypenidil. Obat-obatan yang diberikan
selain dapat membantu dalam proses penyembuhan pada klien gangguan jiwa, juga
mempunyai efek samping yang dapat merugikan klien tersebut, seperti paskinsonisme,
pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur dan konstipasi, untuk menghindari hal
tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien selama
24 jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan mengenai kondisi klien,
terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Pusat
Bandung, ternyata perawat tidak melakukan asuhan keperawatan pemberian obat secara tepat,
misalkan ; Perawat hanya memanggil klien satu persatu tanpa cek kondisu umum klien, misal
pemeriksaan tekanan darah dll, bagi klien yang dapat berjalan lalu dibagikan obat tersebut
tanpa tindak lanjut monitoring efek dari obat tersebut, ada yang dibuang, disembunyikan atau
dimakan tanpa diketahui sejauh mana efek obat tersebut. Akibat kurang intensif nya
observasi dalam pemberian obat mengakibatkan beberapa klien mengalami efek samping
seperti ; gatal-gatal, bahkan ada yang sampai melepuh yang kemudian dirujuk ke Rumah
sakit Umum Hasan Sadikin bandung, penglihatan kabur yang disertai dengan mata menonjol.
Derajat hubungan antara pengetahuan perawat tentang psikofarmaka denan pelaksanaan
asuhan keperawatan dalam pemberian obat termasuk kategori sedang, sehingga dapat
diartikan bahwa kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat sebagian
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan .
3.2 SARAN
Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, panti kesehatan
jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa), pengajar keperawatan jiwa di sekolah
keperawatan, perawat jiwa yang ada di struktur departemen kesehatan dan dinas kesehatan
diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada setiap desempatan mulai
dari sekarang lepada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang dilakukan berupa advocacy
and action.
12
DAFTAR PUSTAKA
 PENDAHULUAN. PSIKOFARMAKA - FIK UNIVERSITAS
PADJADJARAN.http://www.pendahuluan-psikofarmaka.blogspot.com/
 http://www.docstoc.com/docs/51615838/PERAN-PERAWAT-PADA-
REHABILITASI-KLIEN-GANGGUAN-JIWA
 Keliat, B.A, dkk. (2007). Advance Course Community Mental Health Nursing:
Manajemen community mental health nursing district level. Jakarta: belum diterbitkan

More Related Content

What's hot

Komunikasi efektif dalam keperawatan
Komunikasi efektif dalam keperawatanKomunikasi efektif dalam keperawatan
Komunikasi efektif dalam keperawatanChanica Aninditya
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanUwes Chaeruman
 
Makalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikMakalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikWarnet Raha
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikCahya
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anakf' yagami
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.pptPEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.pptTYASLARASATI
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaNotesyaAAmanupunnyo
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensiNirma Syari Vutry
 
Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasiKebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasitirolyn
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKESMenyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKESI Putu Cahya Legawa
 

What's hot (20)

Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Komunikasi efektif dalam keperawatan
Komunikasi efektif dalam keperawatanKomunikasi efektif dalam keperawatan
Komunikasi efektif dalam keperawatan
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
 
Makalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikMakalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutik
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.pptPEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwa
 
Askep Labiopalatoskisis
Askep LabiopalatoskisisAskep Labiopalatoskisis
Askep Labiopalatoskisis
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 
Perkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatanPerkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatan
 
Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasiKebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeriMekanisme nyeri
Mekanisme nyeri
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKESMenyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
 

Similar to Makalah psikofarmaka

Slide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiSlide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiAgung Yihuu
 
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...gex'z windha suardika
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-pjj_kemenkes
 
Spesialisasi Psikologi Klinis
Spesialisasi Psikologi KlinisSpesialisasi Psikologi Klinis
Spesialisasi Psikologi Klinishusnafajrina
 
Schizopherenia -skizofrenia
Schizopherenia  -skizofreniaSchizopherenia  -skizofrenia
Schizopherenia -skizofreniaAgilannadarajan4
 
Referat somatic treatment
Referat somatic treatmentReferat somatic treatment
Referat somatic treatmentSHINee World
 
Bahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis NarkobaBahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis Narkobakilzz48
 
Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi
Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi
Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi Annisa Monitha
 
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01Amphie Yuurisman
 
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptxINSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptxssuser686b2a1
 
Draft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi NapzaDraft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi NapzaPersonal
 

Similar to Makalah psikofarmaka (20)

Slide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiSlide depresi bag puji
Slide depresi bag puji
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
psikofarma4.pptx
psikofarma4.pptxpsikofarma4.pptx
psikofarma4.pptx
 
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
Psikofamaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan saraf sentral d...
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
Bab ii agama
Bab ii agamaBab ii agama
Bab ii agama
 
Spesialisasi Psikologi Klinis
Spesialisasi Psikologi KlinisSpesialisasi Psikologi Klinis
Spesialisasi Psikologi Klinis
 
Schizopherenia -skizofrenia
Schizopherenia  -skizofreniaSchizopherenia  -skizofrenia
Schizopherenia -skizofrenia
 
Referat somatic treatment
Referat somatic treatmentReferat somatic treatment
Referat somatic treatment
 
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNAKep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Bahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis NarkobaBahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis Narkoba
 
Nyeri psikogenik pit 2022
Nyeri psikogenik pit 2022Nyeri psikogenik pit 2022
Nyeri psikogenik pit 2022
 
Indri farmakologi
Indri farmakologiIndri farmakologi
Indri farmakologi
 
Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi
Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi
Pengaruh Psikotropika Dan Narkotika Pada Sistem Koordinasi
 
Ppt abnormal
Ppt abnormalPpt abnormal
Ppt abnormal
 
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
 
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptxINSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
 
Draft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi NapzaDraft Pedoman Konseling Adiksi Napza
Draft Pedoman Konseling Adiksi Napza
 
Tinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofreniaTinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofrenia
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdfGOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdfindustrycok
 
Contoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipil
Contoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipilContoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipil
Contoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipilbakahbawe2024
 
PPT integrasi layanan primer puskesmas.pptx
PPT integrasi layanan primer puskesmas.pptxPPT integrasi layanan primer puskesmas.pptx
PPT integrasi layanan primer puskesmas.pptxAyuNila4
 
Modul Ajar Hukum Kelembagaan Negara.pdf
Modul Ajar Hukum Kelembagaan  Negara.pdfModul Ajar Hukum Kelembagaan  Negara.pdf
Modul Ajar Hukum Kelembagaan Negara.pdfindra tj
 
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptxshofiyan1
 
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careerspmgdscunsri
 

Recently uploaded (6)

GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdfGOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
 
Contoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipil
Contoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipilContoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipil
Contoh Penyusunan SKP bagi pegawai negeri sipil
 
PPT integrasi layanan primer puskesmas.pptx
PPT integrasi layanan primer puskesmas.pptxPPT integrasi layanan primer puskesmas.pptx
PPT integrasi layanan primer puskesmas.pptx
 
Modul Ajar Hukum Kelembagaan Negara.pdf
Modul Ajar Hukum Kelembagaan  Negara.pdfModul Ajar Hukum Kelembagaan  Negara.pdf
Modul Ajar Hukum Kelembagaan Negara.pdf
 
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
 
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
 

Makalah psikofarmaka

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu (Rasmun, 2001). Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah setiap saat serta dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kondisi fisik (somatogenik), kondisi perkembangan mental-emosional (psikogenik) dan kondisi dilingkungan social (sosiogenik). Ketidakseimbangan pada salah satu dari ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan jiwa (Maramis,2004). Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. WHO memperkirakan saat ini di seluruh dunia terdapat 450 juta orang mengalami gangguan jiwa, di Indonesia sendiri pada tahun 2006 diperkirakan26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dengan ratio populasi 1 berbanding 4 penduduk. Departemen Kesehatan RI mengakui sekitar 2,5 juta orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit jiwa (Setiawan, 2009.http//www. Gizi.net, diperolehtanggal 1 Jun2010). Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal sebagaimana keadaan sebelum sakit, beberapa pasein meninggalkan gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan berkomunikasi dan mengenali realitas, serta perilaku kekanak-kanakan yang berdampak pada penurunan produktivitas hidup. Hal ini ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun2 001 di beberapa Negara yang menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang Atau Dissabiliiy AdjustedLife Years (DALY's) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa (Setiawan, 2009. http//www. Gizi.net, diperolehtanggal 1 Juni 2010). Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penurunan produktifitas maka pada pasien yang dirawat inap dilakukan upaya rehabilitasi sebelum klien dipulangkan dari Rumah Sakit. Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan socials ehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna (Nasution,2006). Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multiprofesi yang terdiri dari dokter, perawat, psikologi, sosial worker serta okupasi therapist yang memiliki peran dan fungsi masing-
  • 2. 2 masing. Dokter memberikan terapi somatik, psikolog melakukan pemilahan klien berdasarkan hasil psikotest, kemampuan serta minat klien, social worker menjadi penghubung antara klien dengan keluarga dan lingkungan serta okupasi terapis memberikan terapi kerja bagi pasien. Perawat sendiri mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan rehabilitasi baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun pengawasan. Sebagai sebuah team, perawat memberi peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan berbagai cara dan kerja yang dilakukan semua anggota team sesuai dengan tujuan yang akan dicapai antara klien dan team kesehatan sehingga rehabilitasi berjalan sesuai tujuan yang diharapkan menurut para perawat sistem dan budaya kerja yang ada tidak memungkinkan untuk melaksanakan peran tersebut, sehingga perawat mengerjakan tugas multiprofesi sekaligus dari mulai dokter, psikolog sosial worker, tenaga gizi sampai tenaga pertanian. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti merasa tertarik untuk melihat peran perawat dalam psikofarmaka. 1.2 TUJUAN PENULISA 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu berfikir kritis dan analisis dalam memahami peran perawat dalam terapi psikofarmaka. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mahasiswa memahami pengertian Psikofarmaka b. Mahasiswa memahami klasifikasi obat-obatan psikofarmaka c. Mahasiswa memahami peran perawat dalam pemberian obat 1.3 METODE PENULISAN Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun internet. 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : · Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan · Bab II : Tinjauan teoritis terdiri dari pengertian psikofarmaka, klasifikasi obat-obatan psikofarmaka dan peran perawat dalam psikofarmaka · Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
  • 3. 3 BAB II KONSEP TEORITIS 2.1 PENGERTIAN Psikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja pada sistim saraf ).Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi : 1. Teori biologis (somatik),mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi Therapi (ECT). 2. Psikoterapeutik. 3. Terapi Modalitas. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi. Perawat perlu mamahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk Neurotransmiter adalah Dopamin,Neuroeprineprin, Serotonin dan GABA (Gama Amino Buteric Acid),dll. Meningkatnya dan menurunnya kadar / konsentrasi neurotransmiter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental. Obat – obatan psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan Neurotransmiter. 2.2 KLASIFIKASI Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat-obatan psikofarmaka adalah golongan : 1. Anti Psikotik, pemberian sering disertai pemberian anti perkinson 2. Anti Depresi 3. Anti Maniak 4. Anti Cemas ( Anti Ansietas) 5. Anti Insomnia 6. Anti Obsesif – Kompulsif 7. Anti Panik 8. Yang paling sering digunakan oleh klien jiwa : 9. ANTI PSIKOTIK Anti Psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik : Neuroleptika. a. Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor Dopamin dalam otak (di ganglia dan subtansia nigra) pada sistem limbik dan sistim ekstrapiramidal. b. Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik, mengurangi insomnia sangat efektif mengatasi Delusi, Halusinasi, Ilusi dan Gangguan Proses Berpikir.
  • 4. 4 c. Indikasi pemberian anti psikototik : Pada semua jenis Psikosa, kadang untuk gangguan Maniak dan Paranoid. d. Efek samping pada anti psikotik : Efek Samping pada Sistim Syaraf ( Ektrapyramidal Side Efect / EPSE/ EPS / Ekstrapyramidal Syndrome ) : a. PARKINSON Efek samping ini muncul 1 - 3 minggu pemberian obat (tergantung respon klien). Terdapat TRIAS gejala parkinsonisme ; 1. TREMOR : sering terjadi, dan paling jelas pada istirahat. 2. BRADIKINESIA : muka seperti topeng, berkurangnya gerakan reiprokal pada saat berjalan. 3. RIGITAS : gangguan tonus otot ( kaku ) b. Reaksi DISTONIA kontraksi otot singkat atau bisa juga lama. Tanda - tanda; muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol. c. AKATHISIA Ditandai dengan perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak - balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk. Ketiga efek samping diatas bersifat akur dan bersifat Reversible (bisa hilang atau kembali normal). d. TARDIVE DYSKENESIA Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang dan bersifat Ireversible (susah hilang/ menetap).Berupa gerakan Involunter yang berulang pada lidah, wajah, mulut / rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut akan hilang pada saat tidur. Efek samping pada sistim saraf perifer atau CHOLINERGIC Side Efect. Ini terjadi karena penghambatan pada reseptor Asetilkolin. Yang termasuk Efek Samping Kolinergic adalah ; a. Mulut kering b. Kontipasi c. Pandangan kabur, akibat midriasis pupil dan Sikloplegia (pariese otot – otot siliaris) menyebabkan Presbiopia d. Hipotensi Orthostatik, akibat penghambatan reseptor Adrenergik e. Kongesti / sumbatan Nasal f. Jenis obat anti psikotik yang sering di gunakan : g. Chlorpromazine ( CPZ ) h. Halloperidol ( HALOP ) i. Beberapa Komposisi Haloperidol dalam sediaan injeksi adalah : LODOMER , SERENASE , GOVOTIL.(sering dilapangan)
  • 5. 5 ANTI PERKINSON a. Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor Dopamin, untuk mengatasi gejala parkinson sebagai akibat penggunaan obat anti psikotik. b. Efek samping : Sakit kepala , mual , muntah dan hypotensi c. Jenis obat yang di gunakan : Tryhexyfenidil (THD) ANTI DEPRESAN HIPOTESIS : Syndroma Depresi disebabkan oleh defesiensi salah satu / beberapa aminergic neurotansmiter (seperti Noradrenalin, Serotonin, Dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistim Limbik. Mekanisme kerja obat : a. Meningkatkan sensivitas terhadap aminergik neurotransmiter b. Menghambat reuptake aminergik neurotansmiter c. Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmiter pada neuron di SSP. Efek farmakologi : Mengurangi gejala Depresi dan sebagai Penenang. Jenis obat yang di gunakan, yang sering di gunakan di lapangan adalah : a. Trisiklik b. MAO Inhibitor c. Aminitriptylin. Efek samping : yaitu efek samping Kolonergik (efek samping terhadap Sistim Syaraf Perifer) yang meliputi Mulut kering , penglihatan kabur , Konstipasi , Hipotensi Orthostatik. OBAT ANTI MANIA / LITHIUM CARBONATE a. Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan Serotonin dan mengurangi sensivitas dari reseptor Dopamin. b. Hipotesi : Pada Mania terjadi peluapan aksi reseptor amine. c. Efek farmakologi : Mengurangi Agresivitas, Tidak menimbulkan efek sedatif, Mengoreksi / Mengontrol pola tidur, iritable dan adanya Flight Of Idea. Pada Mania dengan kondisi berat pemberian anti mania di kombinasi dengan obat anti psikotik. d. Efek samping : Efek Neurologik ringan seperti Fatigue, Lethargia, Tremor di tangan, terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi diarea, nausea. e. Efek toksik : Pada Ginjal ( poliuri, edema ), peningkatan jumlah Lithium, sehingga menambah keadaan oedema. Sedangkan pada SSP ( tremor, kurang koordinasi, Nistagmus dan disorentasi.
  • 6. 6 ANTI CEMAS / ANSIETAS Termasuk Minor Transquilizer, Jenis obat antara lain Diazepam (CHLORDIAZEPOXIDE) OBAT ANTI INSOMNIA : Phenobarbital OBAT ANTI OBSESIF KOMPULSIF : Clomipramine OBAT ANTI PANIK : Imipramine 2.3 PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT 2.3.1 Pengumpulan data sebelum pengobatan yang meliputi : a. Diagnosa Medis b. Riwayat Penyakit c. Hasil Pemeriksaan Laborat ( yang berkaitan ) d. Jenis obat yang digunakan ,dosis,waktu pemberian e. Program terapi yang lain f. Mengkombinasi obat dengan terapi Modalitas g. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga tentang pentingnya minum obat secara teratur dan penanganan efek samping obat. h. Monitoring efek samping penggunaan obat 2.3.2 Melaksanakan Prinsip Pengobatan Psikofarmaka : a. PERSIAPAN 1. Melihat order pemberian obat di lembaran obat ( di status ) 2. Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis efek samping dan cara pemberian. 3. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat 4. Kaji kondisi klien sebelum pengobatan b. Lakukan minimal prinsip lima benar c. Laksanakan program pemberian obat 1. Gunakan pendekatan tertentu 2. Bantu klien minum obat dan jangan di tinggal 3. Pastikan bahwa obat telah terminum 4. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat , sebagai aspek LEGAL !! 2.3.2 Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan 2.3.4 Menyesuaikan dengan terapi non farmakoterapi 2.3.5 Turut serta dalam penelitian tentang obat psikofarmaka
  • 7. 7 Setelah seorang perawat melaksanakan terapi psikofarmaka maka tugas terakhir yang penting harus di lakukan adalah evaluasi. Dikatakan reaksi obat efektif jika : a. Emotional Stabil b. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat c. Halusinasi,Agresi,Delusi,Menarik diri menurun d. Prilaku Mudah di arahkan e. Proses Berpikir ke Arah Logika f. Efek Samping Obat g. Tanda – tanda Vital Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal – hal sebagai berikut : 1. Pengkajian pasien 2. Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang masing – masing pasien. 3. Koordinasi modalitas terapi 4. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien. 5. Pemberian agens psikofarmakologis 6. Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual. 7. Pemantauan efek obat 8. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien. 9. Penyuluhan pasien 10. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif. 11. Program Rumatan obat 12. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang. 13. Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat 14. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa. 15. Kewenangan untuk memberi resep 16. Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang – undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan jiwa.
  • 8. 8 PENGKAJIAN Sebelum melakukan pengobatan psikofarmakologis, evaluasi psikiatri yang lengkap harus dilakukan, mencakup hal – hal sebagai berikut : 1. Pemeriksaan fisik 2. pemeriksaan lab 3. Evaluasi status mental 4. Riwayat medis dan psikiatri 5. Riwayat medikasi 6. Riwayat keluarga 2.3.4 PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK Terapi yang diberikan untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan tindakan yang ditujukan pada fisik klien walaupun yang diberikan perlakuan fisik tetapi target terapi perilaku klien 2.3.4.1 Pengikatan Terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Tujuannya melindungi klien dan orang lain dari cidera fisik, khususnya bila terapi lain seperti perubahan lingkungan. dan strategi perilaku sudah tidak mempan. Indikasi : Klien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya dan : a. Beresiko mencederai diri dan orang lain b. Mengalami toleransi dan tidak responsif lagi c. Klien bingung yang beresiko cidera atau jatuh d. Klien membutuhkan penurunan stimulus dan istirahat e. Klien membutuhkan bantuan mendapat rasa aman & pengendalian dirinya Pengikatan membatasi mobilitas fisik tetapi bukan untuk menghukum klien. Harus disadari klien pengikatan membantu klien mengendalikan perilaku yang tidak dapat dikendalikan sendiri. a. Saat masih berbaring monitor tanda-tanda vital. Pastikan klien sudah dapat mengendalikan perilakunya b. Pastikan jumlah perawat cukup c. Lepaskan ikatan mulai dari ekstremitas yang tdk dominan d. Anjurkan klien untuk mobilisasi aktif e. Anjurkan klien bergerak secara bertahap f. Observasi perilaku klien g. Dokumentasikan kondisi klien
  • 9. 9 2.3.4.2 Isolasi a. Bentuk terapi dgn menempatkan klien sendiri di ruang tersendiri b. Di indikasikan : klien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya dan tidak bisa dikendalikan dengan cara lain c. Tidak dianjurkan klien yang beresiko bunuh diri, klien yang agitasi disertai gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat serta klien dengan perilaku sosial menyimpang. Prosedur Isolasi : 1. Tunjuk seorang pemimpin 2. Perlihatkan kepada klien kekuatan yang ada 3. Buat rancangan yang tepat, siapkan lingkungan ruangan 4. Komunikasikan antar perawat 5. Tangkap klien tanpa menyakiti 6. Kendalikan perilaku agresif klien 7. Pindahkan klien ke ruang isolasi 8. Ganti pakaian dengan yang aman dan nyaman 9. Pindahkan benda-benda yang membahayakan klien 10. Buat rencana askep lanjutan 11. Tetap pertahankan kontak dgn klien Setelah di ruang isolasi : 1. Bantu pemenuhan KDM klien 2. Observasi sesering mungkin 3. Pertahankan komunikasi verbal 4. Catat dan dokumentasikan hasil observasi 5. Berikan umpan balik tentang perilaku klien 6. Tetap berikan terapi yang lain 7. Segera melepaskan klien dr ruang isolasi jika perilakunya mulai terkendali 2.3.4.3 ECT ( Elektro Confulsive Therapy ) Bentuk terapi dengan menimbulkan kejang grand mall, dimana mengalirkan arus listrik mll elektroda yg ditempelkan pd pelipis klien. Awalnya ditujkan untuk klien skizopreni, tetapi lebih cocok untuk gangguan afektif. Kontra indikasi : a. Tumor intra kranial b. Kehamilan c. Osteoporosis d. Infarc miokard e. Asthma bronchiale Peran perawat 1. Persiapan : a. Tangani kecemasan klien
  • 10. 10 b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium c. Mempersiapkan inform concent d. Puasakan klien minima 6 jam e. Hentikan pemberian obat sblm ECT f. Lepaskan gigi palsu, kontak lens, dll g. Memakaikan pakaian yg longgar h. Membantu mengosongkan blass 2. Pelaksanaan : a. Baringkan klien b. Siapkan alat c. Pasang bantalan gigi d. Sementara ECT dilakukan, tahan persendian dgn supel e. Setelah selesai, berikan bantuan nafas 3. Setelah ECT : a. Observasi TTV sampai stabil b. Jaga keamanan klien c. Bila sudah sadar, orientasikan klien
  • 11. 11 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Salah satu somatic terapi ( terapi fisik ) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian obat psikofarmaka, Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang digunakan untuk mengobati gangguan mental, obat-obatan yang paling sering digunakan di Rumah Sakit Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol dan Trihexypenidil. Obat-obatan yang diberikan selain dapat membantu dalam proses penyembuhan pada klien gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang dapat merugikan klien tersebut, seperti paskinsonisme, pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur dan konstipasi, untuk menghindari hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien selama 24 jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan mengenai kondisi klien, terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Bandung, ternyata perawat tidak melakukan asuhan keperawatan pemberian obat secara tepat, misalkan ; Perawat hanya memanggil klien satu persatu tanpa cek kondisu umum klien, misal pemeriksaan tekanan darah dll, bagi klien yang dapat berjalan lalu dibagikan obat tersebut tanpa tindak lanjut monitoring efek dari obat tersebut, ada yang dibuang, disembunyikan atau dimakan tanpa diketahui sejauh mana efek obat tersebut. Akibat kurang intensif nya observasi dalam pemberian obat mengakibatkan beberapa klien mengalami efek samping seperti ; gatal-gatal, bahkan ada yang sampai melepuh yang kemudian dirujuk ke Rumah sakit Umum Hasan Sadikin bandung, penglihatan kabur yang disertai dengan mata menonjol. Derajat hubungan antara pengetahuan perawat tentang psikofarmaka denan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat termasuk kategori sedang, sehingga dapat diartikan bahwa kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat sebagian dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan . 3.2 SARAN Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, panti kesehatan jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa), pengajar keperawatan jiwa di sekolah keperawatan, perawat jiwa yang ada di struktur departemen kesehatan dan dinas kesehatan diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada setiap desempatan mulai dari sekarang lepada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang dilakukan berupa advocacy and action.
  • 12. 12 DAFTAR PUSTAKA  PENDAHULUAN. PSIKOFARMAKA - FIK UNIVERSITAS PADJADJARAN.http://www.pendahuluan-psikofarmaka.blogspot.com/  http://www.docstoc.com/docs/51615838/PERAN-PERAWAT-PADA- REHABILITASI-KLIEN-GANGGUAN-JIWA  Keliat, B.A, dkk. (2007). Advance Course Community Mental Health Nursing: Manajemen community mental health nursing district level. Jakarta: belum diterbitkan