2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “Irigasi Telinga” tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik moril maupun materil
yang sangat berharga dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak
kekurangannya baik dari segi materi maupun terkait dengan penulisannya, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kapada panulis pada khususnya, dan kapada para pembaca pada umumnya, tentang;
Irigasi Telinga, terutama para adik-adik mahasiswa dan mahasiswi, di masa akan
datang.
Raha,
Juli 2009
Penulis
ii
3. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................
4
C. Manfaat Penulisan ...................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Indikasi ...................................................................................................
5
B. Perhatian dan Kontraindikasi ..................................................................
5
C. Persiapan Klien ......................................................................................
5
D. Persiapan Alat .........................................................................................
6
E. Pertimbangan Khusus .............................................................................
6
F. Komplikasi .............................................................................................
7
G. Prosedur Tindakan ..................................................................................
7
H. Pendidikan Kesehatan .............................................................................
8
I. Obat-obatan yang berhubungan dengan irigasi telinga ...........................
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
10
B. Saran .......................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAK
iii
4. BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang menganggap kotoran telinga, tahi kuping, tilu, atau istilah
medisnya serumen, merupakan sesuatu yang bersifat kotor, jorok, menjijikkan,
keberadaannya berkait dengan sanitasi seseorang. Fenomena ini tak jarang
menjadikan seseorang demikian terobsesinya pada kebersihan telinganya. Sering
terdengar ada sebagian masyarakat yang mengorek tahi kupingnya setiap hari.
Apakah benar kotoran telinga harus dikikis habis dari telinga? Apakah tahi
kuping tidak memiliki fungsi sama sekali?
Mitos yang umum beredar di masyarakat bahwa serumen merupakan kotoran
telinga yang wajib dibuang. Jika terdapat kotoran telinga, diyakini ada sejumlah
akibat yang dapat ditimbulkannya misalnya telinga terasa gatal, gangguan
pendengaran, telinga terasa penuh, dan hal yang utama seringnya dikaitkan
dengan tingkat pemeliharaan kebersihan pribadi seseorang. Penumpukan serumen
yang berlebihan, menggumpal sampai menyumbat liang telinga, memang harus
dikeluarkan, tetapi dengan menggunakan metode atau cara yang aman.
Sebelum memahami beberapa efek buruk dari kebiasaan mengorek-mengikis
habis tahi kuping ini, ada baiknya dipahami sedikit fungsi penting kotoran telinga.
Serumen memiliki beberapa manfaat esensial yang mengharuskan orang tetap
memelihara eksistensinya dalam jumlah tertentu pada indera pendengarannya.
iv
5. Fungsi itu antara lain sebagai media proteksi terhadap segala bentuk kotoran,
debu, pasir, biji tanaman kecil, debris yang masuk, agar tak menembus bagian
telinga yang lebih dalam. Dia juga berfungsi menonaktifkan kuman-bakteri yang
masuk telinga, mempertahankan kelembaban liang telinga, hingga menangkap
serangga yang merayap-terbang kesasar yang terperangkap di dalam lubang
telinga. Beragam fungsi penting tersebut dimungkinkan karena kekhasan sifatnya
yang lengket, kental, serta berbau khas.
Beragam cara tidak sehat tersebut justru akan mendorong kotoran telinga
masuk ke bagian telinga yang lebih dalam, yang jika kebiasaan ini tetap
dipertahankan, lama-lama gumpalan serumen akan makin membesar. Ironisnya,
itu sampai menyumbat liang telinga. Dampak selanjutnya, beragam gangguan
pendengaran seperti suara krebek-krebek, bunyi yang hilang timbul, penurunan
tajam pendengaran, atau bahkan bisa sampai berakibat tuli. Sumbatan total pada
telinga akan secara otomatis menghalangi hantaran gelombang suara dari luar
untuk kemudian melanjutkan beberapa proses penting di dalam telinga sampai
akhirnya impuls suara ini dapat diubah ke bentuk suara yang nyata yang dapat
didengar.
Selain itu, kebiasaaan buruk ini memudahkan terjadinya perlukaan-perdarahan
liang telinga. Pada keadaan yang bersifat ekstrem, pernah pula dilaporkan
terjadinya kolaps — pingsan pada seeorang yang sedang asyik mengorek
telinganya. Bagaimana kita menyikapi kotoran telinga ini? Sekali lagi, serumen
bukanlah kotoran telinga, tetapi justru berfungsi menangkap setiap kotoran yang
v
6. masuk. Secara alami, setelah produksinya dianggap cukup untuk menjalankan
beragam fungsi penting di atas, kelebihannya akan keluar dengan sendirinya ke
muara lubang telinga. Nah, kotoran telinga yang menyembul inilah yang dapat
dibersihkan dengan menggunakan tisue, lapa basah, atau melakukan irigasi
telinga.
Tetapi, pada beberapa individu ada yang memiliki sifat serumen yang keras,
yang sulit keluar secara alami, sehingga dapat menumpuk di lubang telinga. Pada
keadaan seperti ini, terdapat beberapa metode yang dapat membantu pengeluaran
serumen berlebihan ini, antara lain melalui irigasi telinga dengan menggunakan
air hangat, kuretase dengan sendok serumen (semacam kawat kecil yang ujungnya
membulat), irigasi dengan menggunakan larutan hydrogen peroxida, dengan
larutan yang terdiri dari komposisi vinegar, air, dan peroxida dengan
perbandingan 1:1:2.
Sebuah metode yang beberapa waktu lalu sempat populer yaitu teknik
pemanasan dengan lilin. Dilaporkan metode ini justru dapat memicu timbulnya
infeksi, serumen yang panas dapat pula menimbulkan efek luka bakar pada
telinga luar, bahkan akibat yang serius bisa terjadi perforasi dari liang telinga
sehingga cara ini tidak dianjurkan penerapannya. Sebuah tips yang sangat
sederhana dalam upaya membantu melunakkan kotoran telinga yang keras untuk
kemudian mendorongnya keluar yang dapat dengan mudahnya dibuat-dikerjakan
di rumah, yaitu irigasi pada telinga atau penggunaan 1 sendok the baking soda
vi
7. dalam larutan 15 ml air hangat, efektif melunakkkan serumen yang keras. Larutan
ini digunakan 3 tetes sehari selama 5 hari.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang irigasi telinga
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam
melakukan irigasi telinga
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui prosedur tindakan irigasi telinga
C. Manfaat
1. Sebagai salah satu bahan acuan dalam melakukan tindakan irigasi telinga.
2. Membantu membersihkan telinga dari penumpukan serumen.
vii
8. BAB 11
PEMBAHASAN
IRIGASI TELINGA
A. Indikasi
1. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory
eksternal
2. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan larutan antiseptic
3. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksterna
B. Perhatian dan Kontra Indikasi
1. Perforasi membrane timpani atau resiko tidak utuh (injuri sekunder,
pembedahan, miringitomi
2. Terjadi komplikasi sebelum irigasi
3. Temperature yang ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan
muntah
4. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang)
jangan diirigasi karena bahan tersebut mengambang dan sulit.
C. Persiapan Klien
1. Atur posisi klien dengan memiringkan kepala ke arah telinga
2. Lindungi pakaian klien dengan handuk atau bahan tahan air
viii
9. D. Persiapan Alat
1. Otologik syringe (metal) atau syringe 60 ml ukuran 18 atau 20 g dan untuk
anak-anak. (waterpik)
2. Baskom
3. Handuk atau alas tahan air
4. Baskom atau bengkok untuk muntah
5. Otoskop
6. Sarung tangan
7. Termometer
8. Kapas atau kassa
9. Cooton tip (untuk anak-anak)
E. Pertimbangan Khusus
1. Kanal telinga anak-anak lebih kecil
2. Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang
3. Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint, untuk menghindari
pergerakan
4. Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-anak untuk
menyentuh air atau mendengarkan suara air.
ix
10. F. Komplikasi
1. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi,
kemudian ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperature yang cocok untuk
mencegah berulangnya gejala rupture membrane timpani
2. Kehilangan pendengaran
3. Trauma / injury kanal telinga dalam
G. Prosedur Tindakan
1. Bersihkan telinga luar
2. Periksa telinga dengan otoskop sebelum melakukan irigasi
3. Isikan cairan irigasi ke dalam syringe (tarik/sedot) dan buang udara dalam
syringe. Larutan bisa air, atau campuran air dan hydrogen peroksida. Cairan
disesuaikan dengan temperature tubuh, cek dengan pergelangan tangan bagian
dalam / gunakan thermometer
4. Minta klien untuk memegang bengkon
5. Tarik aurikel ke atas dan keluar telinga superior dan posterior (dewasa), tarik
aurikel posterior dan inferior (anak di atas 2 atau 3 tahun)
6. Lakukan irigasi dengan perlahan untuk mengurangi peningkatan tekanan.
7. Setelah irigasi, inspeksi kanal telinga untuk melihat kemajuan dari tindakan
atau cek cairan irigasi yang keluar dari serumen atau benda-benda asing
8. Ulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkan klien diantara irigasi.
x
11. 9. Keringkan telingan dengan kapas, taruh kapas 5-10 menit untuk absorbsi dari
kemungkinan lembab.
H. Pendidikan kesehatan
1. Laporkan bila ada nyeri, mual, pusing atau hilang pendengaran selama atau
setelah prosedur tindakan
2. Bersihkan telinga luar dengan menggunakan kain, sabun dan air setiap hari
3. Jangan memasukan bahan-bahan ke dalam telinga
I. Obat-obatan yang berhubungan dengan irigasi telinga :
1. Obat-obat ototoksik
a. Diuretic :
-
Furosemid
-
Asetazolamid
b. Obat kemoterapi
-
Sisplatin
-
Nitrogen mustard
c. Antimalaria
-
Quinine
-
Kloroquin
xi
12. d. Obat anti inflamasi
-
Salisilat (aspirin)
-
Indometasin
e. Bahan kimia
-
Alcohol
-
Arsenic
f. Antibiotika aminoglikosida
-
Amikasin
-
Gentamisin
-
Kanamisin
g. Antibiotika lainnya
-
Eritromisin
-
mikrosiklin
Perhatian !!
Apabila perawatan ini tidak berhasil, misalnya karena serumen keras dan besar,
laporkan pada dokter. Biasanya akan diberikan obat tetes telinga. Kemudian setelah 3
hari perawatan irigasi diulang kembali.
xii
13. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara teori, orang tak akan mungkin menjumpai serumen di bagian telinga
yang lebih dalam, karena ia hanya diproduksi pada 1/3 liang telinga bagian luar
oleh kelenjar serumen berkait dengan beragam fungsi protektif di atas. Pada
beberapa keadaan, sering dijumpai justru kotoran telinga terdorong jauh ke dalam,
bagaimana ini bisa terjadi? Kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud, bulu
ayam, skrip rambut, ujung peniti, merupakan kebiasaan tidak sehat sebagai salah
satu biang keladi yang sering dijumpai.
Beragam cara tidak sehat tersebut justru akan mendorong kotoran telinga masuk
ke bagian telinga yang lebih dalam, yang jika kebiasaan ini tetap dipertahankan,
lama-lama gumpalan serumen akan makin membesar. Ironisnya, itu sampai
menyumbat liang telinga. Dampak selanjutnya, beragam gangguan pendengaran
seperti suara krebek-krebek, bunyi yang hilang timbul, penurunan tajam
pendengaran, atau bahkan bisa sampai berakibat tuli. Sumbatan total pada telinga
akan secara otomatis menghalangi hantaran gelombang suara dari luar untuk
kemudian melanjutkan beberapa proses penting di dalam telinga sampai akhirnya
impuls suara ini dapat diubah ke bentuk suara yang nyata yang dapat didengar.
Sebuah sebuah tips yang sangat sederhana dalam upaya membantu
melunakkan kotoran telinga yang keras untuk kemudian mendorongnya keluar
yang dapat dengan mudahnya dibuat-dikerjakan di rumah, yaitu irigasi pada
xiii
14. telinga atau penggunaan 1 sendok the baking soda dalam larutan 15 ml air hangat,
efektif melunakkkan serumen yang keras. Larutan ini digunakan 3 tetes sehari
selama 5 hari.
B. Saran
Agar masyarakat menghentikan kebiasaan mengorek-ngorek telinga dengan
beragam benda atau cara apapun.
xiv