SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena peyempitan ateri
koronaria akibar proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit
yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju dan di Negara berkembang. Di
USA setiap tahunnya 550.000 orang meningggal karena penyakit ini. Di EROPA di perhitungkan 20-40.000
orang dari 1 juta pendudul menderita PJK.
Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dr tahun ke
tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang tahun (2000-an) dapat dipastikan, kecendrungan penyebab
kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan
generative.
Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pectoris. Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis
dimana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktifitas karena adanya iskemik miokard.
Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi >70% penyempitan arteri koronaria. Angina pectoris dapat muncul
akibat angina pectoris stabil (APS, stable angina) dan keadaaan ini bisa berkembang lebih berat dan
menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung mendadak
(heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
BAB II
ISI
ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
A. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot
jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner.
Ketidak mampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan
oleh penyumbatan athroma (plak)
B. Etiologi
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara
turun temurun (keturunan). Mungkin juga merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan
pembentukan paque didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika
anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan
diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber
dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan
kurangnya olah raga.
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang
kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang.
Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah: Diet kaya
lemak, Merokok, Malas berolah raga.
Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol
LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka
resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa
menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat
atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut:
Merokok sigaret, Tekanan darah tinggi, Kegemukan, Malas berolah raga, Kadar trigliserida tinggi #
Keturunan # Steroid pria (androgen).
B. Tanda dan gejala :

Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak
kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)

Sesak napas

Berdebar-debar

Denyut jantung lebih cepat

Pusing

Mual

Kelemahan yang luar biasa
Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama
kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit
ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan.
Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka
kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai
berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan
besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan
kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak
terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam
kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui
bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin
(Kaplan & Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan berikut:

Berhenti merokok

Menurunkan tekanan darah

Mengurangi berat badan

#Melakukan olah raga.
C. Patofisiologi
Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung dengan
masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri
koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini
terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh darah koroner).
Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital (bawaan).
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu disebut
dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan
menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala
diantaranya adalah nyeri dada.
D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa
terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis
sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi.
Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur
di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan
darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner
angina dan serangan jantung (infark miokardial).
Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang
yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam.
Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas
jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing
ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
E. Penatalaksanaan :

Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
Perubahan gaya hidup :
- Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat
badan sehat.
- Berhenti merokok
- Olah raga
- Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
- Kurangi stress
Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat
lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
- Obat penurun kolesterol
- Anti koagulan
- Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
- Penyekat ACE
- Penyekat BETA
- Penyekat kalsium
- Nitrogliserin
- Nitrat
- Obat Trombolitik
Prosedur khusus :
- Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini
meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
- Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian
tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada
dan mencegah serangan jantung
- Latihan / exercise
Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada
dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan
penyakit jantung koroner.
D. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner
a. Biodata Pasien
Nama : Tn “S “
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Aceh/Indonesia
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan : SMP tamat
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang
b. Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn. “M”
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam
Suku/bangsa : aceh/Indonesia
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : Karyawan pertamina
Hubungan dg pasien : Ayah
Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang
c. Keluhan Utama
Sesak nafas.
d. Riwayat
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Selama 3 bulan klien merasakan sesak kemudian berobat ke dokter umum, dan mulai satu hari kemarin sesak
bertambah berat, terus menerus mulai pagi siang dan malam, sesak sedikit berkurang bila pasien duduk
malam hari sulit tidur kadang nyeri dada tidak menjalar, karena keluhan tidak berkurang bahkan bertambah
berat klien dibawa ke IRD Dr Soetomo Surabaya dan masuk ruangan Cardiology.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menderita penyakit tekanan darah tinggi, sesak nafas (sakit jantung) sejak tahun 2000 dan tidak
kontrol secara teratur.
Pasien pernah MRS dengan keluhan yang sama bulan Nopember tahun 2000 di RS Sukorejo Mojokerto dan
kadang klien (2x) kontrol ke RS Batu Malang.
Klien tidak pernah menderita penyakit kencing manis, TBC. Atau penyakit menular dan menahun yang lain
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit hypertensi, penyakit
DM ataupun penyakit menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah Sakit.
Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter atau membeli
obat kemudian sembuh.
e. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living)
NO AKTIFITAS DI R U M A H DI RUMAH SAKIT
SEHAT SAKIT
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan terdiri dari
nasi, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai sayur seperti bayam dan sawi, kadang snack,
pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan tertentu, Minum 6 – 7 gelas /hari air putih kadang – kadang
teh. Makan 3 kali sehari porsi 4 – 5 sendok makan, sedikit sayur dan lauk
Minum 5 – 6 gelas/hari air putih kadang the pasien mengatakan nafsu makan menurun Pasien baru makan 1
kali sehari porsi yamg disediakan RS tidak habis kurang lebih 2 – 3 sendok makan nafsu makan menurun
karena sesak dan sakitnya Minum 4 – 5 gelas/hari air putih
2 Pola Eliminasi Bab 1 – 2 kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces, konsistensi lunak
dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces
BAB 3 – 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak terobservasi tidak ada hambatan dalam
proses BAK tak nyeri.
BAB sejak 2 hari yng lalu baru 1 kali, konsistensi agak padat, warna kuning kecoklatan di WC jumalh faeces
tak terobservasi.
BAK 3 – 4 kali/hari warna kuning jernih dan tak terobservasi tidak ada hambatan Sejak MRS klien belum
buang air besar, BAK dengan dower catheter , warna kuning jernih tidak ada hambatan dan tidak ada
endapan, bau khas urine, tidak nyeri daerah kelamin, jumlah urine tampung saat dikaji 500 cc.
3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 – 8 jam
Malam hari mulai tidur jam 22.00 WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB Siang hari tidur 1 – 2 jam
mulai jam 14.00 – 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur
Tidur memakai bantal dan selimut dikamar menggunakan lampu tidur Klien tidur malam 7 – 8 jam sulit
untuk tidur dan sering terbangun karena sesak, klien lebih banyak menggunakan waktu untuk istirahat
Tidur siang kurang lebih 1 jam jam 12.00 s.d 13.00 WIB Klien baru masuk tadi pagi. Siang hari pasien biasa
tidur kurang lebih 1 jam jam 10.00 WIB dan terbangun karena sesak nafas , Tidur malam posisi setengah
duduk, klien susah tidur, gelisah dan tidak nyenyak.
4 Pola Personal Hygiene Mandi 2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai memakai
handuk.
Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor keramas memakai shmphoo
dan ganti baju sehari sekali. Klien mandi 1 kali di kamar mandi atrau kadang hanya menyeka badan tidak
keramas mandi pakai air hangat, tidak sikay gigi, kadang mandi dibantu oleh keluarga.
Ganti pakaian 1 kali sehari atau bila merasa kotor. Pasien baru masuk tadi pagi dan belum
mandi/dimandikan.
5. Pola Aktifitas Klien di rumah bekerja sebagai sopir bekerja dari pagi sampai dengan jam 06.30 sampai
dengan sore kurang lebih jam 17.30 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang diguanakan untuk
nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga Klien jarang rekreasi Klien hanya istirahat di tempat tidur klien
hanya melakukan aktifitas ringan seperti makan, minum, ganti pakaian, mandi sementara, tidak melakukan,
aktifitas berat seperti menyetir mobil dan lain lain. Pasien bed rest segala kebutuhan dibantu
keluarga/perawat diatas tempat tidur pasien mengatakan badan terasa lemas.
6. Ketergantungan Klien tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan dan minuman (beralkohol),
Hanya klien setiap pagi dan sore hari selalu minum kopi, klien perokok sehari habis 4-6 batang. Pasien
mendapatkan program therapy dari dokter.
f. Data Psikology
Status emosi
Labil, terbukti klien sering melamun, terkadang malas berkomunikasi. Terkadang mengeluh sesak, dan badan
terasa sakit semua, volume suara datar
Konsep Diri
1.
Body Image
Klien merasa sedang sakit dan saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari dokter perawat
dan keluarganya, klien mengatakan sangat terganggu dan menderita dengan keadaannya sekarang
2.
Self Ideal
Klien merasa tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS karena menurut klien hal ini
adalah untuk kesembuhannya.
3.
Self esteem
Klien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas maupun keluarga dan
mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya
4.
Role
Klien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari perawat/dokter. Klien mematuhi
ketentuan tentang hal yang harus dilakukan maupun yang dilarang klien lebih banyak diam.
5.
Identitas
Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri seperti dahulu.
Membutuhkan bantuan dan dukungan penuh dari keluarga untuk memenuhi segala kebutuhannya.
g. Data Sosial
1. Pendidikan : tamat SMP
2. Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai sopir
3. Pola komunikasi : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara lemah,
volume suara datar
Klien sering menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh dari
sakitnya
4. Pola Interaksi
Klien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya, Klien mengatakan hubungan dengan semua
anggota keluarga berjalan dengan baik (harmonis) dibuktikan dengan banyak keluarga yang datang
menjenguk dan menungguinya.
h. Data Spiritual
Klien mengatakan beragama islam
Klien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti sholat dan
mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain
Di Rumah sakit klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul dengan
keluarganya.
Di rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan sholat karena sesak dan sakit yang dideritanya, Klien
mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
i. Pemeriksaan Fisik
Secara Umum
1. Keadaan Umum : Pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi ½ duduk pasien tampak lemah dan
tampak sakit sedang.
2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 V5 M6
3. Antopometri : TB : 168 cm BB : 63 kg
4. Tanda vital : T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit S : 36 5 o C RR : 32 x/menit
Secara khusus (Chepalo – Cauda)
1. Kepala dan leher
a. Ekspresi wajah tegang, tampak gelisah, pucat tampak kusut
b. Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut bentuk kepala oval dan tidak ada nyeri
tekan. Rambut hitam dan tidak rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe, tidak ditemukan adanya kutu
c. Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun benjolan abnormal
d. Muka : Tidak tampak adanya bekas luka, bentuk oval, tampak raut klien tampak ekspresi wajah sedih dan
gelisah.
e. Mata Simetris, kelopak mata cekung konjungtiva anemis, sclera tidak ikterus, pupil isokor, fungsi
penglihatan baik pandangan mata sayu dan tidak bersemangat
f. Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi tegak berada di tengah, tidak terdapat
adanya polip, bersih dan fungsi penciuman baik terpasang O2 nasal kanule pernafsan cepat dan dangkal 32
x/menit
g. Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah muda, bersih tidak didapatkan
adanya cerumen yang mengeras ataua menggumpal, fungsi pendengaran baik ditandai dengan pasien bisa
menjawab pertanyaan dengan spontan
h. Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah bersih, gigi bersih tidak ada caries,
tidak ada radang pada tonsil,tidak terdapat stomatitis, fungsi mengunyah, pengecapan dan menelan baik tidak
dirasakan adanya nyeri tekan.
i. Leher : Bersih, trakhea berada di tengah, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
distensi vena jugularis yang berlebihan, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar lymfe, movement
bebas dan maksimal, fungsi menelan baik.
2. Pemeriksaan Thorak
a. Pulmonum
Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tampak adanya tarikan intercostae yang berlebihan, pernafasan dan
irama
cepat
dan
dangkal,
tidak
tampak
adanya
bekas
luka.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak nafas cepat dan dangkal, tidak ada
pernafasan tertinggal.
Perkusi : Paru sonor kanan dan kiri, pembesaran paru tidak ada
Auskultasi : Suara ronkhi pada paru kanan dan kiri basal bawah paru wheezing tidak ada pada kedua paru.
b. Cor
Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada RAI 2 cm med/lat garis MCL , pulsasi jantung teraba pada apek, Thrill
tidak ada
Perkusi : suara redup (pekak) pada daerah jantung
Batas kanan : pada sternal kanan
Batas kiri : 2 cm garis MCL S ICS VI Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan dari jantung
3. Abdoment
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau bekas luka, supel, perut datar dan tidak
membuncit.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal
Perkusi : Suara tympani perut
Auscultasi : Peristaltik usus lemah, bising usus lemah (9 – 10 x/menit)
4. Ekstremitas
ATAS : Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada cacat, simetris gerakan maksimal, tangan kiri
terpasang infus RL, kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki, turgor kulit baik
Bawah : Lengkap, jari tangan lengkap, bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal, tidak ada
luka,
tidak
ada
nyeri,
kekuatan
baik,
tidak
ditemukan
adanya
oedem.
5. Integument
Turgor baik, warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada alergi
Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh, pergerakan maksimal
Tidak ada kelainan pada kulit
1.

ANALISA DATA
DATA

ETIOLOGI
DS :
1.
peningkatan

Klien mengatakan permeabilitas alveoli.
nafas sesak.
2.
ketidakseimbangan

Klien mengatakan antara
suplai
oksigen
badan terasa lemah.
miokard.

Klien mengatakan 3.
nafsu makan menurun
nafsu makan menurun
sekunder terdadap pola nafas
DO :
yang tidak efektif.

Keadaan
umum
lemah

Pernafasann cepat
dan dangkal

Klien nampak kusut
dan kurang bersemangat

Segala
aktifitas
dibantu perawat dan keluarga
diatas tempat tidur

Kelemahan fisik
sekunder terhadap suplay O2
yang tidak adekuat ADL

Klien
hanya
berbaring diatas tempat tidur

Penarikan ICS

Pandangan mata sayu

Klien tampak kurang
bersemangat

Terpasng O2 nasal
kanule

T : 170/130 mmHg

N : 100 x/menit

R : 32 x/menit

T : 36 5 o C

Porsi makan yang
disediakan RS tidak habis

Makan hanya kurang
lebih 2 – 3 sendok makan.

MASALAH
Gangguan pertukaran

1.
gas.
2.
Intoleran aktivitas.

3.
Nutrisi kurang dari
kebutuhan.
RENPRA

NO
1.

DIAGNOSA
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas alveoli.

TUJUAN
Gangguan pertukaran
gas akan terkurangi
yang dibuktikan
dengan status
pernapasan :
pertukaran gas dan
status pernafasan :
ventilasi tidak
bermasalah.

INTERVENSI
Kaji bunyi paru,
frekuensi
napas,kedalaman dan
usaha.
Pantau saturasi
O2dengan oksimeter
nadi.
Pantau status mental
ex : tngkat kesadaran.

2.

Intoleran aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan nafsu makan.

Pasien mampu aktif
untuk memulai dan
memelihara aktifitas
dan mampu
beraktivitas.

Bantu
pasien/keluarga untuk
memonitor sendiri
kemajuannya
terhadap tujuan yang
ingin dicapai.
Bantu dengan
aktifitas fisik teratur,
ex :ambulansi,
transfer, berpindah
dan perawatan
pribadi (sesuai
kebutuhan).

3.

menurun sekunder terdadap pola
nafas yang tidak efektif.

Mempertahankan
berat badan.
Menjelaskan
komponen
keadekuatan diet
bergizi

Bantuan menaikkan
berat badan : fasilitasi
pencapaian kenaikan
berat badan.
Tentukan motivasi
pasien untuk
mengubah kebiasaan
makan.
Timbang pasien pada
interval yang tepat.

PENYAKIT JANTUNG KORONER
I.
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi)
yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi
endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada didindingnya. Pembuluh darah koroner merupakan
penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik.
B. Etiologi
1. 98 % karena proses arterio skelosis pada arteri koronaria.
2. 2 % karena kelainan arteri koronaria yang lain.
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berupa bercak fibrosa (fibrous
plaque) dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis. Perjalanan dalam kejadian
aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti
: hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar gula darah yang abnormal.
Penyakit jantung koroner (PJK) dapat juga disebabkan antara lain:
1. Hipertensi
2. Kolesterol darah
3. Merokok
4. Diet
5. Usia
6. Sex
7. Kurang latihan
8. Turunan
C. Patofisiologi
1. Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel. Penurunan suplai
oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan
kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung
(infark miokard). Ventriekel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark,
hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi. Metabolisme anaerobik
sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam
laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan
depresi segmen ST.
Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi
ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya
memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah
jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina
pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium.
2. Angina
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak stabil (unstable
angina), angina variant (angina prinzmetal).
a. Angina Pectoris Stabil
Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak
lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat
b. Angina Pectoris tidak Stabil
Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi
peningkatan rasa nyeri
c. Angina Varian
Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner
3. Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan
kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti
berkontraksi secara permanen.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dapat berupa :
1. Tanpa gejala
2. Angina pektoris
3. Infark miokard akut
4. Aritmia
5. Payah jantung
6. Kematian mendadak
E. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian menunujukkan
bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif palsu
2. Dalam hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif
3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung
kotoner
4. Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna untuk
menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang
5. Angigrafi koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK.
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit jantung koroner adalah sbb:
1. Menghentikan, atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara menegndalikan
faktor – faktor resiko
Tidak merokok
Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
2. Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
3. Pengobatan terhadap akibat –akibat dari iskemia miokard, misalnya :
Aritmia
Gagal jantung
4. Pengobatan revaskularisasi
Apabila dengan pengobatan dengan obat – obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu
kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa terdiri dari:
Angioplasti koroner
Bedah pintas koroner
5. Penanggulangan infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus.
II.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita penyakit jantung koroner antara lain:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah
baring lama/immobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan
penurunan perfusi jaringan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
B. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural.
Kriteria hasil :
Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau
hilang) dan bebas gejala gagal jantung
Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi :
Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Catat bunyi jantung
Palpasi nadi perifer
Pantau TD
Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah
baring lama/immobilisasi.
Kriteria hasil:
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri.
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan
dan kelelahan.
Intervensi:
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan
pucat.
Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi
nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema.
Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi:
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Pantau TD
Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Konsul dengan ahli diet.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
Pantau bunyi nafas, catat krekles
Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Dorong perubahan posisi.
Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan
penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
Mempertahankan integritas kulit
Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
Pantau kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Pijat area kemerahan atau yang memutih
Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Hindari obat intramuskuler
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi :
Diskusikan fungsi jantung normal
Kuatkan rasional pengobatan.
Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
C. Evaluasi
1. Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.
2. Pasien dapat menunjukkan pertukaran gas yang optimal.
3. Paiesn mempertahankan tingkat aktivitas.
4. Pasien dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
5. Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
6. Pasien dapat menghindari resiko infeksi.
7. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit.
8. Pasien dan keluarga menunjukkan penurunan rasa takut yang berhubungan dengan prosedur dan kurang
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Sylvia & Lorraine, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Staf Pengajar Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jakarta.
Staf Pengajar Patologi Anatomi FKU Airlangga, 1995, Buku Ajar Patologi II, FKU Airlangga,
Jakarta.
Staf Pengajar FKUI, 1986, Patologi, FKUI, Jakarta.
Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Penerbit Fajar Interpratama,
Jakarta.
Tierney, dkk., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Underwood, 1997, Patologi Umum & Sistematik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diareAsuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diareYudha09
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragikmamasaugi
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAmalia Senja
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)Sulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Sinta Sari
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Aulia Amani
 

What's hot (20)

Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
Lk
LkLk
Lk
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
Asuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diareAsuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diare
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragik
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
 
Lp tb
Lp tbLp tb
Lp tb
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 

Viewers also liked

Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusSelvia Agueda
 
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Perdudikes
 
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koronerTinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koronerOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanAsuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanVituuuut
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasanKelainan dan penyakit pada sistem pernapasan
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasanRyan Widjayana
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnDwi Ap
 
Ppt emfisema
Ppt emfisemaPpt emfisema
Ppt emfisemayeliani
 

Viewers also liked (20)

Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
 
Sap penyakit jantung koroner
Sap penyakit jantung koronerSap penyakit jantung koroner
Sap penyakit jantung koroner
 
Askep penyakit jantung koroner
Askep penyakit jantung koronerAskep penyakit jantung koroner
Askep penyakit jantung koroner
 
Pkdm gagal jantung
Pkdm gagal jantungPkdm gagal jantung
Pkdm gagal jantung
 
fisiologi Jantung
fisiologi Jantungfisiologi Jantung
fisiologi Jantung
 
Anastesiologi pdf
Anastesiologi pdfAnastesiologi pdf
Anastesiologi pdf
 
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
 
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koronerTinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
 
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 2
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 2Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 2
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 2
 
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanAsuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasanKelainan dan penyakit pada sistem pernapasan
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan
 
WOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata GlaukomaWOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata Glaukoma
 
Askep gagal ginjal kronik
Askep gagal ginjal kronikAskep gagal ginjal kronik
Askep gagal ginjal kronik
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep amputatum
Askep amputatumAskep amputatum
Askep amputatum
 
askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
Ppt emfisema
Ppt emfisemaPpt emfisema
Ppt emfisema
 

Similar to Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA

mengenal aktor resiko penyakit kardiovaskuler
mengenal aktor resiko penyakit kardiovaskulermengenal aktor resiko penyakit kardiovaskuler
mengenal aktor resiko penyakit kardiovaskulerArif WR
 
Health Talk PJK.pptx
Health Talk PJK.pptxHealth Talk PJK.pptx
Health Talk PJK.pptxIrfanThamrin
 
PPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsryd
PPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsrydPPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsryd
PPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsrydrafikaagustin1
 
Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...
Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...
Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...nitakusuma8
 
136699073-PJK.pdf
136699073-PJK.pdf136699073-PJK.pdf
136699073-PJK.pdfUciPratiwi3
 
Mengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptx
Mengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptxMengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptx
Mengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptxssuserf9572c
 
epid gizi pjk
epid gizi pjkepid gizi pjk
epid gizi pjkdila sp
 
Makalah penyakit strok
Makalah penyakit strokMakalah penyakit strok
Makalah penyakit strokWarnet Raha
 
Makalah seminar titafi 2014
Makalah seminar titafi 2014Makalah seminar titafi 2014
Makalah seminar titafi 2014Mohammad Ali
 
Makalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungMakalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungWarnet Raha
 
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxGAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxLisaSofitriana
 

Similar to Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA (20)

mengenal aktor resiko penyakit kardiovaskuler
mengenal aktor resiko penyakit kardiovaskulermengenal aktor resiko penyakit kardiovaskuler
mengenal aktor resiko penyakit kardiovaskuler
 
Health Talk PJK.pptx
Health Talk PJK.pptxHealth Talk PJK.pptx
Health Talk PJK.pptx
 
PPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsryd
PPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsrydPPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsryd
PPT Kelompok 5bbjkbnjkhjkgjgkjbnvbcczdfafrsryd
 
Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...
Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...
Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_dr_Bambang_Dwiputra...
 
CORONARY
CORONARYCORONARY
CORONARY
 
136699073-PJK.pdf
136699073-PJK.pdf136699073-PJK.pdf
136699073-PJK.pdf
 
Mengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptx
Mengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptxMengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptx
Mengenali tanda dan gejala serangan dini penyakit jantung.pptx
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
epid gizi pjk
epid gizi pjkepid gizi pjk
epid gizi pjk
 
Aterosklerosis
AterosklerosisAterosklerosis
Aterosklerosis
 
Makalah penyakit strok
Makalah penyakit strokMakalah penyakit strok
Makalah penyakit strok
 
Pjk
PjkPjk
Pjk
 
Makalah penyakit strok
Makalah penyakit strokMakalah penyakit strok
Makalah penyakit strok
 
Makalah penyakit strok
Makalah penyakit strokMakalah penyakit strok
Makalah penyakit strok
 
Makalah seminar titafi 2014
Makalah seminar titafi 2014Makalah seminar titafi 2014
Makalah seminar titafi 2014
 
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
 
Makalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungMakalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantung
 
Makalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungMakalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantung
 
Makalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungMakalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantung
 
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxGAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) BAB I PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena peyempitan ateri koronaria akibar proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju dan di Negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meningggal karena penyakit ini. Di EROPA di perhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta pendudul menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dr tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang tahun (2000-an) dapat dipastikan, kecendrungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan generative. Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pectoris. Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis dimana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktifitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi >70% penyempitan arteri koronaria. Angina pectoris dapat muncul akibat angina pectoris stabil (APS, stable angina) dan keadaaan ini bisa berkembang lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian. BAB II ISI ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Ketidak mampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak) B. Etiologi Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan). Mungkin juga merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan pembentukan paque didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga. Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah: Diet kaya lemak, Merokok, Malas berolah raga. Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun. Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner. Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut: Merokok sigaret, Tekanan darah tinggi, Kegemukan, Malas berolah raga, Kadar trigliserida tinggi # Keturunan # Steroid pria (androgen). B. Tanda dan gejala :  Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)  Sesak napas  Berdebar-debar  Denyut jantung lebih cepat  Pusing  Mual  Kelemahan yang luar biasa Resiko dan insidensi
  • 2. Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993). Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut: 1. Sifat pribadi Aterogenik. Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991). 2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya. Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991). 3. Faktor resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada. Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991). Pencegahan Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan berikut:  Berhenti merokok  Menurunkan tekanan darah  Mengurangi berat badan  #Melakukan olah raga. C. Patofisiologi Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh darah koroner). Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital (bawaan). Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu disebut dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala diantaranya adalah nyeri dada. D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner. Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular. Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner angina dan serangan jantung (infark miokardial). Studi diagnostik ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan. Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis. Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung. Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
  • 3. E. Penatalaksanaan : Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus. Perubahan gaya hidup : - Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat. - Berhenti merokok - Olah raga - Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas - Kurangi stress Obat : Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak. - Obat penurun kolesterol - Anti koagulan - Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri - Penyekat ACE - Penyekat BETA - Penyekat kalsium - Nitrogliserin - Nitrat - Obat Trombolitik Prosedur khusus : - Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung. - Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung - Latihan / exercise Pencegahan : Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner. D. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner a. Biodata Pasien Nama : Tn “S “ Umur : 45 tahun Jenis Kelamin : Laki – laki Agama : Islam Suku/bangsa : Aceh/Indonesia Status Perkawinan : kawin Pendidikan : SMP tamat Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang b. Biodata Penanggung jawab Nama : Tn. “M” Umur : 38 tahun Jenis kelamin : Laki-laki. Agama : Islam Suku/bangsa : aceh/Indonesia Pendidikan : tamat SMA Pekerjaan : Karyawan pertamina Hubungan dg pasien : Ayah Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang c. Keluhan Utama Sesak nafas. d. Riwayat 1. Riwayat Penyakit Sekarang
  • 4. Selama 3 bulan klien merasakan sesak kemudian berobat ke dokter umum, dan mulai satu hari kemarin sesak bertambah berat, terus menerus mulai pagi siang dan malam, sesak sedikit berkurang bila pasien duduk malam hari sulit tidur kadang nyeri dada tidak menjalar, karena keluhan tidak berkurang bahkan bertambah berat klien dibawa ke IRD Dr Soetomo Surabaya dan masuk ruangan Cardiology. 2. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien menderita penyakit tekanan darah tinggi, sesak nafas (sakit jantung) sejak tahun 2000 dan tidak kontrol secara teratur. Pasien pernah MRS dengan keluhan yang sama bulan Nopember tahun 2000 di RS Sukorejo Mojokerto dan kadang klien (2x) kontrol ke RS Batu Malang. Klien tidak pernah menderita penyakit kencing manis, TBC. Atau penyakit menular dan menahun yang lain 3. Riwayat Penyakit Keluarga Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit hypertensi, penyakit DM ataupun penyakit menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah Sakit. Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter atau membeli obat kemudian sembuh. e. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living) NO AKTIFITAS DI R U M A H DI RUMAH SAKIT SEHAT SAKIT 1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan terdiri dari nasi, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai sayur seperti bayam dan sawi, kadang snack, pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan tertentu, Minum 6 – 7 gelas /hari air putih kadang – kadang teh. Makan 3 kali sehari porsi 4 – 5 sendok makan, sedikit sayur dan lauk Minum 5 – 6 gelas/hari air putih kadang the pasien mengatakan nafsu makan menurun Pasien baru makan 1 kali sehari porsi yamg disediakan RS tidak habis kurang lebih 2 – 3 sendok makan nafsu makan menurun karena sesak dan sakitnya Minum 4 – 5 gelas/hari air putih 2 Pola Eliminasi Bab 1 – 2 kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces, konsistensi lunak dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces BAB 3 – 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak terobservasi tidak ada hambatan dalam proses BAK tak nyeri. BAB sejak 2 hari yng lalu baru 1 kali, konsistensi agak padat, warna kuning kecoklatan di WC jumalh faeces tak terobservasi. BAK 3 – 4 kali/hari warna kuning jernih dan tak terobservasi tidak ada hambatan Sejak MRS klien belum buang air besar, BAK dengan dower catheter , warna kuning jernih tidak ada hambatan dan tidak ada endapan, bau khas urine, tidak nyeri daerah kelamin, jumlah urine tampung saat dikaji 500 cc. 3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 – 8 jam Malam hari mulai tidur jam 22.00 WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB Siang hari tidur 1 – 2 jam mulai jam 14.00 – 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur Tidur memakai bantal dan selimut dikamar menggunakan lampu tidur Klien tidur malam 7 – 8 jam sulit untuk tidur dan sering terbangun karena sesak, klien lebih banyak menggunakan waktu untuk istirahat Tidur siang kurang lebih 1 jam jam 12.00 s.d 13.00 WIB Klien baru masuk tadi pagi. Siang hari pasien biasa tidur kurang lebih 1 jam jam 10.00 WIB dan terbangun karena sesak nafas , Tidur malam posisi setengah duduk, klien susah tidur, gelisah dan tidak nyenyak. 4 Pola Personal Hygiene Mandi 2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai memakai handuk. Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor keramas memakai shmphoo dan ganti baju sehari sekali. Klien mandi 1 kali di kamar mandi atrau kadang hanya menyeka badan tidak keramas mandi pakai air hangat, tidak sikay gigi, kadang mandi dibantu oleh keluarga. Ganti pakaian 1 kali sehari atau bila merasa kotor. Pasien baru masuk tadi pagi dan belum mandi/dimandikan. 5. Pola Aktifitas Klien di rumah bekerja sebagai sopir bekerja dari pagi sampai dengan jam 06.30 sampai dengan sore kurang lebih jam 17.30 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang diguanakan untuk nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga Klien jarang rekreasi Klien hanya istirahat di tempat tidur klien hanya melakukan aktifitas ringan seperti makan, minum, ganti pakaian, mandi sementara, tidak melakukan, aktifitas berat seperti menyetir mobil dan lain lain. Pasien bed rest segala kebutuhan dibantu keluarga/perawat diatas tempat tidur pasien mengatakan badan terasa lemas. 6. Ketergantungan Klien tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan dan minuman (beralkohol), Hanya klien setiap pagi dan sore hari selalu minum kopi, klien perokok sehari habis 4-6 batang. Pasien mendapatkan program therapy dari dokter. f. Data Psikology
  • 5. Status emosi Labil, terbukti klien sering melamun, terkadang malas berkomunikasi. Terkadang mengeluh sesak, dan badan terasa sakit semua, volume suara datar Konsep Diri 1. Body Image Klien merasa sedang sakit dan saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari dokter perawat dan keluarganya, klien mengatakan sangat terganggu dan menderita dengan keadaannya sekarang 2. Self Ideal Klien merasa tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS karena menurut klien hal ini adalah untuk kesembuhannya. 3. Self esteem Klien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya 4. Role Klien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari perawat/dokter. Klien mematuhi ketentuan tentang hal yang harus dilakukan maupun yang dilarang klien lebih banyak diam. 5. Identitas Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri seperti dahulu. Membutuhkan bantuan dan dukungan penuh dari keluarga untuk memenuhi segala kebutuhannya. g. Data Sosial 1. Pendidikan : tamat SMP 2. Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai sopir 3. Pola komunikasi : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara lemah, volume suara datar Klien sering menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh dari sakitnya 4. Pola Interaksi Klien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya, Klien mengatakan hubungan dengan semua anggota keluarga berjalan dengan baik (harmonis) dibuktikan dengan banyak keluarga yang datang menjenguk dan menungguinya. h. Data Spiritual Klien mengatakan beragama islam Klien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain Di Rumah sakit klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul dengan keluarganya. Di rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan sholat karena sesak dan sakit yang dideritanya, Klien mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. i. Pemeriksaan Fisik Secara Umum 1. Keadaan Umum : Pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi ½ duduk pasien tampak lemah dan tampak sakit sedang. 2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 V5 M6 3. Antopometri : TB : 168 cm BB : 63 kg 4. Tanda vital : T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit S : 36 5 o C RR : 32 x/menit Secara khusus (Chepalo – Cauda) 1. Kepala dan leher a. Ekspresi wajah tegang, tampak gelisah, pucat tampak kusut b. Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut bentuk kepala oval dan tidak ada nyeri tekan. Rambut hitam dan tidak rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe, tidak ditemukan adanya kutu c. Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun benjolan abnormal d. Muka : Tidak tampak adanya bekas luka, bentuk oval, tampak raut klien tampak ekspresi wajah sedih dan gelisah. e. Mata Simetris, kelopak mata cekung konjungtiva anemis, sclera tidak ikterus, pupil isokor, fungsi penglihatan baik pandangan mata sayu dan tidak bersemangat f. Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi tegak berada di tengah, tidak terdapat adanya polip, bersih dan fungsi penciuman baik terpasang O2 nasal kanule pernafsan cepat dan dangkal 32 x/menit g. Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah muda, bersih tidak didapatkan adanya cerumen yang mengeras ataua menggumpal, fungsi pendengaran baik ditandai dengan pasien bisa menjawab pertanyaan dengan spontan
  • 6. h. Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah bersih, gigi bersih tidak ada caries, tidak ada radang pada tonsil,tidak terdapat stomatitis, fungsi mengunyah, pengecapan dan menelan baik tidak dirasakan adanya nyeri tekan. i. Leher : Bersih, trakhea berada di tengah, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena jugularis yang berlebihan, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar lymfe, movement bebas dan maksimal, fungsi menelan baik. 2. Pemeriksaan Thorak a. Pulmonum Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tampak adanya tarikan intercostae yang berlebihan, pernafasan dan irama cepat dan dangkal, tidak tampak adanya bekas luka. Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak nafas cepat dan dangkal, tidak ada pernafasan tertinggal. Perkusi : Paru sonor kanan dan kiri, pembesaran paru tidak ada Auskultasi : Suara ronkhi pada paru kanan dan kiri basal bawah paru wheezing tidak ada pada kedua paru. b. Cor Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak tampak Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada RAI 2 cm med/lat garis MCL , pulsasi jantung teraba pada apek, Thrill tidak ada Perkusi : suara redup (pekak) pada daerah jantung Batas kanan : pada sternal kanan Batas kiri : 2 cm garis MCL S ICS VI Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan dari jantung 3. Abdoment Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau bekas luka, supel, perut datar dan tidak membuncit. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal Perkusi : Suara tympani perut Auscultasi : Peristaltik usus lemah, bising usus lemah (9 – 10 x/menit) 4. Ekstremitas ATAS : Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada cacat, simetris gerakan maksimal, tangan kiri terpasang infus RL, kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki, turgor kulit baik Bawah : Lengkap, jari tangan lengkap, bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal, tidak ada luka, tidak ada nyeri, kekuatan baik, tidak ditemukan adanya oedem. 5. Integument Turgor baik, warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada alergi Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh, pergerakan maksimal Tidak ada kelainan pada kulit
  • 7. 1. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI DS : 1. peningkatan  Klien mengatakan permeabilitas alveoli. nafas sesak. 2. ketidakseimbangan  Klien mengatakan antara suplai oksigen badan terasa lemah. miokard.  Klien mengatakan 3. nafsu makan menurun nafsu makan menurun sekunder terdadap pola nafas DO : yang tidak efektif.  Keadaan umum lemah  Pernafasann cepat dan dangkal  Klien nampak kusut dan kurang bersemangat  Segala aktifitas dibantu perawat dan keluarga diatas tempat tidur  Kelemahan fisik sekunder terhadap suplay O2 yang tidak adekuat ADL  Klien hanya berbaring diatas tempat tidur  Penarikan ICS  Pandangan mata sayu  Klien tampak kurang bersemangat  Terpasng O2 nasal kanule  T : 170/130 mmHg  N : 100 x/menit  R : 32 x/menit  T : 36 5 o C  Porsi makan yang disediakan RS tidak habis  Makan hanya kurang lebih 2 – 3 sendok makan. MASALAH Gangguan pertukaran 1. gas. 2. Intoleran aktivitas. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan.
  • 8. RENPRA NO 1. DIAGNOSA Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas alveoli. TUJUAN Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status pernapasan : pertukaran gas dan status pernafasan : ventilasi tidak bermasalah. INTERVENSI Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha. Pantau saturasi O2dengan oksimeter nadi. Pantau status mental ex : tngkat kesadaran. 2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan. Pasien mampu aktif untuk memulai dan memelihara aktifitas dan mampu beraktivitas. Bantu pasien/keluarga untuk memonitor sendiri kemajuannya terhadap tujuan yang ingin dicapai. Bantu dengan aktifitas fisik teratur, ex :ambulansi, transfer, berpindah dan perawatan pribadi (sesuai kebutuhan). 3. menurun sekunder terdadap pola nafas yang tidak efektif. Mempertahankan berat badan. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi Bantuan menaikkan berat badan : fasilitasi pencapaian kenaikan berat badan. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan. Timbang pasien pada interval yang tepat. PENYAKIT JANTUNG KORONER I. KONSEP DASAR MEDIS A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada didindingnya. Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik. B. Etiologi 1. 98 % karena proses arterio skelosis pada arteri koronaria. 2. 2 % karena kelainan arteri koronaria yang lain. Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berupa bercak fibrosa (fibrous plaque) dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis. Perjalanan dalam kejadian aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti : hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar gula darah yang abnormal. Penyakit jantung koroner (PJK) dapat juga disebabkan antara lain: 1. Hipertensi 2. Kolesterol darah 3. Merokok
  • 9. 4. Diet 5. Usia 6. Sex 7. Kurang latihan 8. Turunan C. Patofisiologi 1. Iskemia Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard). Ventriekel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi. Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan depresi segmen ST. Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium. 2. Angina Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). a. Angina Pectoris Stabil Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat b. Angina Pectoris tidak Stabil Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri c. Angina Varian Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner 3. Infark Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen. D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dapat berupa : 1. Tanpa gejala 2. Angina pektoris 3. Infark miokard akut 4. Aritmia 5. Payah jantung 6. Kematian mendadak E. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik 1. Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian menunujukkan bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif palsu 2. Dalam hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif 3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung kotoner 4. Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang 5. Angigrafi koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK. F. Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan penyakit jantung koroner adalah sbb: 1. Menghentikan, atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara menegndalikan faktor – faktor resiko Tidak merokok Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal. Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
  • 10. Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental 2. Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard 3. Pengobatan terhadap akibat –akibat dari iskemia miokard, misalnya : Aritmia Gagal jantung 4. Pengobatan revaskularisasi Apabila dengan pengobatan dengan obat – obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa terdiri dari: Angioplasti koroner Bedah pintas koroner 5. Penanggulangan infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus. II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita penyakit jantung koroner antara lain: 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural 2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi. 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air 4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus. 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan. 6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal. B. Intervensi 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural. Kriteria hasil : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung. Intervensi : Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung Catat bunyi jantung Palpasi nadi perifer Pantau TD Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi) 2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi. Kriteria hasil: Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan. Intervensi: Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi) 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. Kriteria hasil : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema. Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual. Intervensi: Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
  • 11. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. Pantau TD Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) Konsul dengan ahli diet. 4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus. Kriteria hasil : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi. Intervensi : Pantau bunyi nafas, catat krekles Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam. Dorong perubahan posisi. Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan. Kriteria hasil: Mempertahankan integritas kulit Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit. Intervensi: Pantau kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus. Pijat area kemerahan atau yang memutih Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi. Hindari obat intramuskuler 6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal. Kriteria hasil : Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu. Intervensi : Diskusikan fungsi jantung normal Kuatkan rasional pengobatan. Anjurkan makanan diet pada pagi hari. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi C. Evaluasi 1. Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung. 2. Pasien dapat menunjukkan pertukaran gas yang optimal. 3. Paiesn mempertahankan tingkat aktivitas. 4. Pasien dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal. 5. Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat. 6. Pasien dapat menghindari resiko infeksi. 7. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit. 8. Pasien dan keluarga menunjukkan penurunan rasa takut yang berhubungan dengan prosedur dan kurang pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Marilynn E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Sylvia & Lorraine, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Staf Pengajar Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jakarta. Staf Pengajar Patologi Anatomi FKU Airlangga, 1995, Buku Ajar Patologi II, FKU Airlangga, Jakarta. Staf Pengajar FKUI, 1986, Patologi, FKUI, Jakarta. Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Penerbit Fajar Interpratama, Jakarta. Tierney, dkk., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Underwood, 1997, Patologi Umum & Sistematik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.