SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
KGD PADA KLIEN DENGAN GIGITAN ULAR
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular
2. Etiologi
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
3. Patofisiologi
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya
atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu
sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka
bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria,
hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria

yang menyebabkan

kerusakan

ginjal

dan

hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
4. Manifestasi Klinis
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang
terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :
 Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
 Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
 Mulut terasa kering
 Pusing, mata berkunang – kunang
 Demam, menggigil
 Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah
 Reaksi emosi yang kuaat
 Penglihatan kembar/kabur, mengantuk
 Pingsan
 Mual dan atau muntah dan diare
 Rasa sakit atau berat didada dan perut
 Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki
 Sukar bernafas dan berkeringat banyak
 Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
5. Penatalaksanaan Medic
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan
pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan,
termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan
turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat
harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk
menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).]
Pertolongan Pertama :
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang
terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit
berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan.

Alat

penghisap

tekanan-negatif

dapat

memberi

beberapa

keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini
telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin
tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat
penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat
aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk
mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,
dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika
sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular,
tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder
atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati
pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam
setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah
gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan
bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari
tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan
tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor
dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan
tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau
ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas
ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang
terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu
mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan
terdapat di sana.
6. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi
kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau
komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan
blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang
dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya
pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit
kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan, muncul 1 – 2
minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin
G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia,
urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus
diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merah
Analisa data
Data

Penyebab

Masalah

Peningkatan frekunsi napas

Bisa ular mengandung toksin yang

Gangguan pola

bersifat neurotoksin

napas

Napas dangkal
Distress pernapasan :
pernapasan cuping hidung,
takipneu, retraksi
Menggunakan otot-otot
pernapasan

↓
Merangsang saraf perifer atau sentral
↓
Menyebabkan paralise otot otot lurik
↓
Kelumpuhan / kelemahan otot otot

Kesulitan bernapas :

pernapasan

sianosis

↓
Kompensasi tubuh dengan cara napas
yang dalam dan cepat
↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas
Penurunan curah jantung :

Bisa ular yang mengadung toksin yang

gelisah, letargi, takikardia

bersifat kardiotoksin dan cytotoksin
↓

Sakit kepala

Mengakibatkan terganggunya otot otot

Pingsan

jantung

berkeringat banyak

↓

Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang –

Kerusakan otot jantung
↓

kunang

Penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan
b. Penurunan curah jantung
Tindakan Gawat Darurat
a. Gangguan pola napas
1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan pernafasan
dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag
2) Terapi oksigen
3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong
4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau
PEEP
5) Pemantauan hemodinamik/jantung
b. Penurunan curah jantung
1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar
bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2
kali hembusan ambu bag
2) Kaji / pantau tekanan darah
3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat
frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra
4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan
menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran ke
tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget
5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari
situasi stress
b. Pengkajian Sekunder
1) Pengumpulan Data
 Aktivitas / Istrahat
Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
Tanda

; Klien nampak lemah

 Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Tanda

; Klien nampak mual dan muntah

 Nyeri dan Kenyamanan
Gejala :

Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Pusing, mata berkunang – kunang

Tanda

;

Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
Tanda-tanda tusukan gigi

 Integritas ego
Gejala :

Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Tanda

Reaksi emosi yang kuat, kaget

;
2) Pengelompokan Data
Data Subyektif
c. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
d. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
e. Klien mengatakan merasa mual dan muntah
f. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
g. Rasa sakit atau berat didada dan perut
h. Pusing, mata berkunang – kunang
i. Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Data Obyektif
j. Klien nampak lemah
k. Reaksi emosi yang kuat, kaget
l. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
m. Ekspresi wajah meringis
n. Tanda-tanda tusukan gigi
o. Klien nampak mual dan muntah
3) Analisa Data
Data
Ds :
p. Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
q. Klien mengatakan pinggangnya
terasa pegal
Do :
r. Klien nampak lemah

Penyebab
Gigitan ular yang berbisa

Masalah
Intoleransi

↓

aktivitas

Toksin masuk ke tubuh
↓
Merangsang saraf saraf
↓
Kelemahan otot
↓
Intoleransi aktivitas
Ds :
s. Klien mengatakan rasa sakit di
seluruh persendian tubuh
t. Klien mengatakan rasa sakit atau
berat didada dan perut
u. Klien mengatakan pusing, mata
berkunang – kunang
Do :
v. Nampak pembengkakan pada
luka gigitan ular
w. Ekspresi wajah meringis

Gigitan ular berbisa yang

Nyeri

mengandung toksin
↓
Merangsang saraf saraf seluruh
tubuh
↓
Merangsang pengeluaran
bradikin, prostaglandin
↓
Impuls di sampaikan ke SSP
bagian korteks serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri dipersepsikan

Ds :
x. Klien mengatakan takut dengan
keadaannya
Do :
y. Reaksi emosi yang kuat, kaget

Gigitan ular berbisa yang
mengandung toksin
↓
Mempengaruhi saraf saraf
↓
Kurang informasi
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Cemas

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot
c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk

Cemas
3. Rencana tindakan keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan retensi urin
Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat
berkurang dengan kriteria :


Klien melaporkan tidak nyeri lagi



Ekspresi wajah tidak meringis

Intervensi
1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien
untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup
sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas
secara mandiri dengan kriteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi
support dalam pemulihan kesehatan
4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu
R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi
penyebaran toksin.
 Cemas berhubungan kondisi yang menurun
Tupan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang
Intervensi
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan
cukup
2) Anjurkan klien untuk tidak panic
R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh
3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan
tindakan yang akan dilakukan
R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu
menambah wawasan klien akan gigitan ular

More Related Content

What's hot

Operan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management KeperawatanOperan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management KeperawatanFransiska Oktafiani
 
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwaCahya
 
konsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.pptkonsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.pptSriTursina
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaNs.Heri Saputro
 
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-beratNia Aprianti
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.yDINARIZ
 
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienPenghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienpjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizerpjj_kemenkes
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
Model dan konsep dasar keperawatan jiwa
Model dan konsep dasar keperawatan jiwaModel dan konsep dasar keperawatan jiwa
Model dan konsep dasar keperawatan jiwaAgus Arianto
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Agus Prayogi
 

What's hot (20)

Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
Triage
TriageTriage
Triage
 
Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa
 
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management KeperawatanOperan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
 
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien jiwa
 
konsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.pptkonsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.ppt
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.y
 
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienPenghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Askep post sc
Askep post scAskep post sc
Askep post sc
 
Pathways diabetes
Pathways diabetesPathways diabetes
Pathways diabetes
 
Asuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluargaAsuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluarga
 
Konsep caring
Konsep caringKonsep caring
Konsep caring
 
Model dan konsep dasar keperawatan jiwa
Model dan konsep dasar keperawatan jiwaModel dan konsep dasar keperawatan jiwa
Model dan konsep dasar keperawatan jiwa
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif
 

Viewers also liked

Gigitan serangga dan binatang berbisa
Gigitan serangga dan binatang berbisaGigitan serangga dan binatang berbisa
Gigitan serangga dan binatang berbisaNers Syamsi
 
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingFirst Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingAfifah Izzah
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarNovi Fachrunnisa
 
Modul 4 kb 2 penanganan keracunan
Modul 4 kb 2 penanganan keracunanModul 4 kb 2 penanganan keracunan
Modul 4 kb 2 penanganan keracunanpjj_kemenkes
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rsKepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rsHairullah Gazali
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Heart failure 2013 Pathophysiology
Heart failure 2013 PathophysiologyHeart failure 2013 Pathophysiology
Heart failure 2013 PathophysiologyGunter Hennersdorf
 

Viewers also liked (10)

Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ularPenanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
 
Gigitan serangga dan binatang berbisa
Gigitan serangga dan binatang berbisaGigitan serangga dan binatang berbisa
Gigitan serangga dan binatang berbisa
 
Pertolongan pertama pada gigitan ular
Pertolongan pertama pada gigitan ularPertolongan pertama pada gigitan ular
Pertolongan pertama pada gigitan ular
 
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingFirst Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa Ular
 
Modul 4 kb 2 penanganan keracunan
Modul 4 kb 2 penanganan keracunanModul 4 kb 2 penanganan keracunan
Modul 4 kb 2 penanganan keracunan
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rsKepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
 
Manajemen Bencana Rumah Sakit
Manajemen Bencana Rumah SakitManajemen Bencana Rumah Sakit
Manajemen Bencana Rumah Sakit
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
 
Heart failure 2013 Pathophysiology
Heart failure 2013 PathophysiologyHeart failure 2013 Pathophysiology
Heart failure 2013 Pathophysiology
 

Similar to Gigitan Ular

Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptxPenanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptxhelmyfirdaus2
 
Gigitan hewan 2020
Gigitan hewan 2020Gigitan hewan 2020
Gigitan hewan 2020IwanHamzah1
 
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasisasakmuda
 
Pertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan Ular
Pertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan UlarPertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan Ular
Pertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan UlarHanifa Rahmadilla
 
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdfseminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdfSulistyaNingsih45
 
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgAsuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgrena rasyidah
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaJuin Siswanto
 
ppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptx
ppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptxppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptx
ppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptxirfanahmadh
 
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptxMalaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptxFaishal39
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxsandylabulu1
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisSumadin1112
 
Snake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptxSnake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptxIgdUlindokter
 

Similar to Gigitan Ular (20)

Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptxPenanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
 
Gigitan hewan 2020
Gigitan hewan 2020Gigitan hewan 2020
Gigitan hewan 2020
 
DOC-20221123-WA0006..pptx
DOC-20221123-WA0006..pptxDOC-20221123-WA0006..pptx
DOC-20221123-WA0006..pptx
 
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
 
Pertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan Ular
Pertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan UlarPertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan Ular
Pertolongan Pertama Pada nak Dengan Gigitan Ular
 
Askep Hipoparatiroid
Askep HipoparatiroidAskep Hipoparatiroid
Askep Hipoparatiroid
 
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdfseminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
 
Pak ima
Pak imaPak ima
Pak ima
 
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgAsuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan koma
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
ppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptx
ppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptxppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptx
ppt leptospirosis yaa begitulah .jhdughapptx
 
DSS.pptx
DSS.pptxDSS.pptx
DSS.pptx
 
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptxMalaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitis
 
Snake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptxSnake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptx
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Gigitan Ular

  • 1. KGD PADA KLIEN DENGAN GIGITAN ULAR A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular 2. Etiologi Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae 3. Patofisiologi Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma. b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal. c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot. d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung. e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler. f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa. 4. Manifestasi Klinis Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :  Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
  • 2.  Rasa sakit di seluruh persendian tubuh  Mulut terasa kering  Pusing, mata berkunang – kunang  Demam, menggigil  Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah  Reaksi emosi yang kuaat  Penglihatan kembar/kabur, mengantuk  Pingsan  Mual dan atau muntah dan diare  Rasa sakit atau berat didada dan perut  Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki  Sukar bernafas dan berkeringat banyak  Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham. 5. Penatalaksanaan Medic Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit. a. Perawatan di Lapangan Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).] Pertolongan Pertama : 1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis. 2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang
  • 3. terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa. 3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal. 4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit. 5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi. 6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa. 7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal. 8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit. 9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan
  • 4. tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana. 6. Komplikasi Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral. Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid.
  • 5. B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengumpulan Data a. Pengkajian Primer 1) Airway Jalan napas bersih Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi Tidak ada jejas badan daerah dada 2) Breathing Peningkatan frekunsi napas Napas dangkal Distress pernapasan Kelemahan otot pernapasan Kesulitan bernapas : sianosis 3) Circulation Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia Sakit kepala Pingsan berkeringat banyak Reaksi emosi yang kuat Pusing, mata berkunang – kunang 4) Disability Dapat terjadi penurunan kesadaran Triase : merah Analisa data Data Penyebab Masalah Peningkatan frekunsi napas Bisa ular mengandung toksin yang Gangguan pola bersifat neurotoksin napas Napas dangkal Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi Menggunakan otot-otot pernapasan ↓ Merangsang saraf perifer atau sentral ↓ Menyebabkan paralise otot otot lurik ↓
  • 6. Kelumpuhan / kelemahan otot otot Kesulitan bernapas : pernapasan sianosis ↓ Kompensasi tubuh dengan cara napas yang dalam dan cepat ↓ Sesak ↓ Gangguan pola napas Penurunan curah jantung : Bisa ular yang mengadung toksin yang gelisah, letargi, takikardia bersifat kardiotoksin dan cytotoksin ↓ Sakit kepala Mengakibatkan terganggunya otot otot Pingsan jantung berkeringat banyak ↓ Reaksi emosi yang kuat Pusing, mata berkunang – Kerusakan otot jantung ↓ kunang Penurunan curah jantung Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan b. Penurunan curah jantung Tindakan Gawat Darurat a. Gangguan pola napas 1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag 2) Terapi oksigen 3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong 4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP 5) Pemantauan hemodinamik/jantung
  • 7. b. Penurunan curah jantung 1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2 kali hembusan ambu bag 2) Kaji / pantau tekanan darah 3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra 4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget 5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari situasi stress b. Pengkajian Sekunder 1) Pengumpulan Data  Aktivitas / Istrahat Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal Tanda ; Klien nampak lemah  Makanan dan Cairan Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah Tanda ; Klien nampak mual dan muntah  Nyeri dan Kenyamanan Gejala : Rasa sakit di seluruh persendian tubuh Rasa sakit atau berat didada dan perut Pusing, mata berkunang – kunang Tanda ; Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular Tanda-tanda tusukan gigi  Integritas ego Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya Tanda Reaksi emosi yang kuat, kaget ;
  • 8. 2) Pengelompokan Data Data Subyektif c. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas d. Klien mengatakan pinggang terasa pegal e. Klien mengatakan merasa mual dan muntah f. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh g. Rasa sakit atau berat didada dan perut h. Pusing, mata berkunang – kunang i. Klien mengatakan takut dengan keadaannya Data Obyektif j. Klien nampak lemah k. Reaksi emosi yang kuat, kaget l. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular m. Ekspresi wajah meringis n. Tanda-tanda tusukan gigi o. Klien nampak mual dan muntah 3) Analisa Data Data Ds : p. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas q. Klien mengatakan pinggangnya terasa pegal Do : r. Klien nampak lemah Penyebab Gigitan ular yang berbisa Masalah Intoleransi ↓ aktivitas Toksin masuk ke tubuh ↓ Merangsang saraf saraf ↓ Kelemahan otot ↓ Intoleransi aktivitas
  • 9. Ds : s. Klien mengatakan rasa sakit di seluruh persendian tubuh t. Klien mengatakan rasa sakit atau berat didada dan perut u. Klien mengatakan pusing, mata berkunang – kunang Do : v. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular w. Ekspresi wajah meringis Gigitan ular berbisa yang Nyeri mengandung toksin ↓ Merangsang saraf saraf seluruh tubuh ↓ Merangsang pengeluaran bradikin, prostaglandin ↓ Impuls di sampaikan ke SSP bagian korteks serebri ↓ Thalamus ↓ Nyeri dipersepsikan Ds : x. Klien mengatakan takut dengan keadaannya Do : y. Reaksi emosi yang kuat, kaget Gigitan ular berbisa yang mengandung toksin ↓ Mempengaruhi saraf saraf ↓ Kurang informasi ↓ Koping individu tidak efektif ↓ Cemas 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk Cemas
  • 10. 3. Rencana tindakan keperawatan  Nyeri berhubungan dengan retensi urin Tupan : Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi Tupen : Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat berkurang dengan kriteria :  Klien melaporkan tidak nyeri lagi  Ekspresi wajah tidak meringis Intervensi 1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya 2) Atur posisi klien senyaman mungkin R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul 3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan 4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
  • 11. Intervensi 1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya 2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari 3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan 4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi penyebaran toksin.  Cemas berhubungan kondisi yang menurun Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang Intervensi 1) Ciptakan lingkungan yang tenang R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan cukup 2) Anjurkan klien untuk tidak panic R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh 3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan tindakan yang akan dilakukan R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu menambah wawasan klien akan gigitan ular