1) Korban gigitan ular mengalami gangguan pola napas dan penurunan curah jantung akibat toksin neurotoksin, kardiotoksin, dan cytotoksin yang dilepaskan bisa ular; 2) Gejala klinis meliputi kesulitan bernapas, nyeri otot, kelemahan otot pernapasan, dan gangguan sirkulasi; 3) Penatalaksanaan meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, dan pemantauan fungsi jantung dan pernapasan.
1. KGD PADA KLIEN DENGAN GIGITAN ULAR
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular
2. Etiologi
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
3. Patofisiologi
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya
atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu
sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka
bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria,
hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria
yang menyebabkan
kerusakan
ginjal
dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
4. Manifestasi Klinis
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang
terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :
Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
2. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Mulut terasa kering
Pusing, mata berkunang – kunang
Demam, menggigil
Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah
Reaksi emosi yang kuaat
Penglihatan kembar/kabur, mengantuk
Pingsan
Mual dan atau muntah dan diare
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki
Sukar bernafas dan berkeringat banyak
Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
5. Penatalaksanaan Medic
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan
pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan,
termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan
turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat
harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk
menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).]
Pertolongan Pertama :
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang
3. terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit
berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan.
Alat
penghisap
tekanan-negatif
dapat
memberi
beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini
telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin
tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat
penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat
aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk
mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,
dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika
sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular,
tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder
atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati
pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam
setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah
gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan
bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari
tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan
tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor
dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan
4. tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau
ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas
ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang
terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu
mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan
terdapat di sana.
6. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi
kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau
komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan
blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang
dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya
pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit
kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan, muncul 1 – 2
minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin
G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia,
urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus
diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid.
5. B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merah
Analisa data
Data
Penyebab
Masalah
Peningkatan frekunsi napas
Bisa ular mengandung toksin yang
Gangguan pola
bersifat neurotoksin
napas
Napas dangkal
Distress pernapasan :
pernapasan cuping hidung,
takipneu, retraksi
Menggunakan otot-otot
pernapasan
↓
Merangsang saraf perifer atau sentral
↓
Menyebabkan paralise otot otot lurik
↓
6. Kelumpuhan / kelemahan otot otot
Kesulitan bernapas :
pernapasan
sianosis
↓
Kompensasi tubuh dengan cara napas
yang dalam dan cepat
↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas
Penurunan curah jantung :
Bisa ular yang mengadung toksin yang
gelisah, letargi, takikardia
bersifat kardiotoksin dan cytotoksin
↓
Sakit kepala
Mengakibatkan terganggunya otot otot
Pingsan
jantung
berkeringat banyak
↓
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang –
Kerusakan otot jantung
↓
kunang
Penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan
b. Penurunan curah jantung
Tindakan Gawat Darurat
a. Gangguan pola napas
1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan pernafasan
dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag
2) Terapi oksigen
3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong
4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau
PEEP
5) Pemantauan hemodinamik/jantung
7. b. Penurunan curah jantung
1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar
bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2
kali hembusan ambu bag
2) Kaji / pantau tekanan darah
3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat
frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra
4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan
menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran ke
tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget
5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari
situasi stress
b. Pengkajian Sekunder
1) Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
Tanda
; Klien nampak lemah
Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Tanda
; Klien nampak mual dan muntah
Nyeri dan Kenyamanan
Gejala :
Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Pusing, mata berkunang – kunang
Tanda
;
Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
Tanda-tanda tusukan gigi
Integritas ego
Gejala :
Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Tanda
Reaksi emosi yang kuat, kaget
;
8. 2) Pengelompokan Data
Data Subyektif
c. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
d. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
e. Klien mengatakan merasa mual dan muntah
f. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
g. Rasa sakit atau berat didada dan perut
h. Pusing, mata berkunang – kunang
i. Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Data Obyektif
j. Klien nampak lemah
k. Reaksi emosi yang kuat, kaget
l. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
m. Ekspresi wajah meringis
n. Tanda-tanda tusukan gigi
o. Klien nampak mual dan muntah
3) Analisa Data
Data
Ds :
p. Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
q. Klien mengatakan pinggangnya
terasa pegal
Do :
r. Klien nampak lemah
Penyebab
Gigitan ular yang berbisa
Masalah
Intoleransi
↓
aktivitas
Toksin masuk ke tubuh
↓
Merangsang saraf saraf
↓
Kelemahan otot
↓
Intoleransi aktivitas
9. Ds :
s. Klien mengatakan rasa sakit di
seluruh persendian tubuh
t. Klien mengatakan rasa sakit atau
berat didada dan perut
u. Klien mengatakan pusing, mata
berkunang – kunang
Do :
v. Nampak pembengkakan pada
luka gigitan ular
w. Ekspresi wajah meringis
Gigitan ular berbisa yang
Nyeri
mengandung toksin
↓
Merangsang saraf saraf seluruh
tubuh
↓
Merangsang pengeluaran
bradikin, prostaglandin
↓
Impuls di sampaikan ke SSP
bagian korteks serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri dipersepsikan
Ds :
x. Klien mengatakan takut dengan
keadaannya
Do :
y. Reaksi emosi yang kuat, kaget
Gigitan ular berbisa yang
mengandung toksin
↓
Mempengaruhi saraf saraf
↓
Kurang informasi
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Cemas
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot
c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk
Cemas
10. 3. Rencana tindakan keperawatan
Nyeri berhubungan dengan retensi urin
Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat
berkurang dengan kriteria :
Klien melaporkan tidak nyeri lagi
Ekspresi wajah tidak meringis
Intervensi
1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien
untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup
sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas
secara mandiri dengan kriteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
11. Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi
support dalam pemulihan kesehatan
4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu
R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi
penyebaran toksin.
Cemas berhubungan kondisi yang menurun
Tupan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang
Intervensi
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan
cukup
2) Anjurkan klien untuk tidak panic
R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh
3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan
tindakan yang akan dilakukan
R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu
menambah wawasan klien akan gigitan ular