1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jujur adalah suatu sifat/perangai seseorang baik dalam bentuk
perkataan maupun dalam bentuk sikap dan tingkah laku. Jujur disini adalah
bentuk kesederhanaan seseorang terhadap kenyataan yang dialaminya, dan tidak
merubah keadaan tersebut dengan bentuk apapun. Pada awal kerasulannya,
Muhammad SAW pernah bertanya kepada kaum Quraisy, 'Bagaimana
pendapatmu sekalian kalau kukatakan bahwa pada permukaan bukit ini ada
pasukan berkuda? Percayakah kalian?' Jawab mereka, 'Ya, engkau tidak
pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat kau berdusta.' (Muhammad
Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, hlm 121-122). Jawaban orang
Quraisy itu disampaikan secara spontan karena yang bertanya adalah
Muhammad bin Abdullah. Sosok yang selama ini mereka gelari dengan Al
Amin, orang yang dipercaya. Ada fenomena menarik dari penganugerahan
gelar Al-Amin ini. Pertama, gelar Al-Amin lahir dari mulut orang-orang
Quraisy. Padahal, sejarah mencatat bahwa peradaban Quraisy saat itu dan
jazirah Arab umumnya berada di tengah peradaban Jahiliyyah. Sebuah
peradaban yang sudah tidak bisa lagi membedakan antara yang hak dan
batil, antara yang halal dan haram. Sebuah peradaban yang sudah sangat
rusak dan bobrok. Namun, kejujuran Muhammad bin Abdullah tidak luntur
oleh peradaban di sekelilingnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Urgensitas Kejujuran?
2. Bagaimana Kejujuran Membawa Kebaikan?
-1-
2. C. Tujuan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa bisa mengerti
mengenai hadtis tentang Pentingnya Kejujuran
dan untuk memenenuhi
tugas mata kuliah Hadits, makalah ini juga bertujuan:
1. Untuk mengetahui dan memahami Urgensitas Kejujuran
2. Untuk mengetahui dan memahami Kejujuran Membawa Kebaikan
-2-
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Urgensitas Kejujuran
1. Hadits dan Terjemahannya
Artinya :
“Abu Umamah Al-Bakhili r.a berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda,
“Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang
meninggalkan perdebatan meskipun ia benar . Dan menjamin suatu rumah
di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau .
-3-
4. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang
baik budi pekertinya.”
2. Biografi Perawi
Abu Umamah Al-Bakhily, nama lengkapnya adalah Abu Umamah
Ash-Shady Al-Bakhily, Ibn Ajalan, Ibn Ribah, Ibn Ma’an Ibn Malik, Ibn
Ashar, Ibn Sa’id, Ibn Qais Ailan Ibn Mudhar, Ibn Najar, Ibn Mu’adalah Ibn
Adnan. Ia termasuk salah seorang sahabat yang masyhur
Ia meriwayatkan hadis Rasulullah SAW sebanyak 250 hadis.
Diriwayatkan oleh Bukhari sebanyak 5 hadis, dan diriwayatkan oleh
Muslim sebanyak tiga hadis. Hadis-hadisnya banyak diriwayatkan
pengarang Kitab Sunan yang enam
Dia tinggal di Mesir dan meninggal disana pada tahun 81 atau 86
H. ia termasuk sahabat paling akhir yang meninggal di Syam dan hadishadisnya banyak dikenal orang-orang Syam.
3. Penjelasan Hadist dan ayat Yang Berhubungan
Hadis ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan
jaminan surga dari Rasulullah bagi mereka yang memiliki perilaku
a. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar.
Berdebat atau berbantah-bantah adalah suatu pernyataan dengan
maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau
mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela
ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis
permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan
-4-
5. dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha
mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.1
Tidak sedikit orang memiliki ego santa tinggi dan tidak mau
dikalahkan oleh orang lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya
ia merasa kalah, Tipe orang seperti ini, biasanya selalu berusaha
untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalaupun
dilayani, yang terjadi bukan lagi adu mulut melainkan adu fisik. Oleh
karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan
dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasullah besabda :
Artinya :
“ Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah,
kecuali kaum mendatangkan perdebatan” (HR. At Tirmidzi, dari Abu
Umamah)
Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam
setiap
perdebatan,
Nabi
menganjurkan
umatnya
untuk
meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia
menang dalam perdebatan tersebut.
Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, seperti ketika berdebat
dengan
orang-orang
kafir
tentang
aqidah,
kita
harus
mempertahankan pendapat kita dengan menggunakan berbagai cara
supaya mereka menyadari bahwa aqidah kita memang benar dan
mereka salah. Seperti dalam QS Al-An’am
1
Al-Ghazali, OP, Hal 114
-5-
6. Artinya :
“Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu
kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawankawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti
mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang
musyrik.”
b. Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam Islam. Karena
selain merugikan orang lain, juga merugikan diri sendiri. Banyak ayat
dalam Al-Qur’an yang mencela orang yang suka berdusta, apalagi
terhadap mereka yang mendustakan Allah. Seperti firman-Nya
Artinya :
“Pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat
dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah di dalam
-6-
7. neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang yang menyombongkan
diri.”( QA. Az-Zumar:60)
Sebaliknya, Islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur
walaupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekalipun
dalam bercanda sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas dijamin
oleh Rasulullah SAW satu tempat di tengah surga.
Dalam bercanda, seseorang biasanya suka melebih-lebihkan
candaannya untuk mengundang tawa orang yang diajak bercanda.
Hal ini membuatnya merasa puas. Maka dibuatlah gurauan dengan
berbagai cara walaupun harus berbohong. Hal seperti itu, tidaklah
benar dalam Islam karena apapun alasannya berbohong merupakan
perbuatan yang dilarang.
Menurut M. Quraish Shihab2, seseorang yang disodori pertanyaan
mengenai sesuatu yang belum ia ketahui jawabannya mempunyai 3
pilihan :
-
Menjawab dengan membohongi dirinya sendiri dan sipenanya
-
Berusaha
meyakinkan
dirinya
dan
sipenanya
dengan
memberikan jawaban yang tidak berdasarkan dugaan sedangkan
dugaan menurut Al-quran tidak bermanfaat sedikitpun terhadap
kebenaran
-
Bersikap juur dan berkata “Saya tudak tau” Nabi bersabda “bukti
pengetahuan seorang adalah menjawab dengan jawaban saya
tidak tau”
Adapun salah satu cara untuk menjadi orang yang dikenal sebagai
orang jujur. Hal ini karena pergaulan sangat berpengaruhi terhadap
watak dan kepribadian seorang, Allah AWT berfirman :
2
Rachmat syafe’I, hal 78
-7-
8. Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” Q.s At-Taubah :
119
c. Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorangdi sisi Allah
SWT dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Salah satu risalah Rasulullah SAW beliau memiliki akhlak terpuji,
Rasulullah
SAW
memberikan
suri
teladan
bukan
sekedar
memberikan anjuran atau perintah kepada umatnya. Itulah salah
satu sebab keberhasilan dakwah Rasulullah SAW. beliau memiliki
akhlak yang sangat terpuji yang dikagumi kawan maupun lawannya.
Hal itu dijelaskan dalam Al-Quran:
Artinya:
“Sungguh engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur.”
(QS. Al-Qalam: 4)
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka
manis, berusaha untuk membantu orang lain dan perkara yang baik,
serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat
seperti itu, selain dijanjikan surga sebagaimana dinyatakan dalam
hadis di atas, juga dianggap sebagai orang yang paling baik di antara
sesama manusia lain. Rasulullah SAW, bersabda :
-8-
9. Artinya:
“Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a berkata, “Rasulullah SAW bukan
seorang yang memiliki perilaku dan perkataan yang keji. Nabi SAW
bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak (budi
pekertinya).” (H.R. Bukhari dan Muslim)
B. KEJUJURAN MEMBAWA KEBAIKAN
1. Hadits dan Terjemahannya
-9-
10. Artinya :
Abdullah Ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda,
”Sesungguhnya benar (jujur) itu menuntun kepada kebaikan,
kebaikan itu menuntun ke surga,
dan
dan seseorang itu berlaku benar
sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang siddiq (yang sangat
jujur dan benar).
Dan dusta menuntun kepada curang, dan curang itu
menuntun ke dalam neraka.
Dan seorang yang berdusta
sehingga
tercatat di sisi Allah sebagai pendusta”. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari
dalam kitab “Tatakrama” bab : Firman Allah SWT : Hai Orang-orang yang
beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadiah kamu semua bersama
orang-orang yang benar)
2. Biografi Perawi
Abdullah Ibn Mas’ud Ibn Gafil Ibn Habib Al-Hadly, nama kunyahnya adalah Abu Abdurrahman. Ia masuk Islam di Mekkah, pernah
hijrah ke Habsyi kemudian hijrah ke Madinah, dan menyaksikan
Perang Badar, Bay’ah Ar-Ridlwan, serta pernah shalat menghadap dua
kiblat.
Rasulullah SAW menghormatinya dan memberikan kabar gembira
dengan sabdanya bahwa beliau SAW rida terhadap apa-apa yang
diridhai Ibnu Ummu Abd (Abdullah Ibn Mas’ud) dan membenci apaapa yang dibencinya.
Pada masa Khalifah Umar Ibn Khattab dan Utsman, ia menjadi
qadhi di Kuffah dan penanggung jawab bait al-mal, kemudian kembali
ke Madinah dan meninggal di Kuffah pada tahun 32 H, dalam usia
lebih dari 60 tahun.
Ia telah meriwayatkan 848 hadis. Sebanyak 40 hadis disepakati
oleh Bukhari dan Muslim, Imam Bukhari sendiri dalam 21 hadis, dan
Muslim sendiri dalam 35 hadis.
- 10 -
11. 3. Penjelasan Hadis dan ayat Yang Berhubungan
Hadist ini menjelaskan berbagai kebaikan dan pahala akan
diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak di
akhirat. Ia akan dimasukkan ke dalam surga dan mendapat gelar yang
sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan
benar. Bahkan dalam Al-Quran dinyatakan bahwa orang yang selalu
jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang
yang bertaqwa
Artinya:
“Orang-orang
yang
dating
menyampaikan
kebenaran
dan
melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang
taqwa.” (Q.S. Az-Zumar: 33)
Orang yang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada
Allah SWT. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang badui
yang meminta nasihat kepada Rasullah SAW. Beliau hany berkata
“jangan bohong”. Perkataan Rasullah SAW terus mengiang ngiang
ditelinga sang badui sehingga setiap kalidia akan melakukan suatu
perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasullah pasti akan
menanyakannya dan dia harus jujur. Diapun tidak jadi melakukan
perbuatan tersebut. Dalam hal lain Allah berfirman :
- 11 -
12. Artinya :
“Tiada menyatakan sepatah kata pun, melainkan ada pengawas
yang selalu siap mencatat (malaikat Raqid Atid)” (Q.S. Qaf: 18)
Oleh karena itu, setiap orang beriman hendaklah tidak asal bicara
apalagi terhadap sesuatu yang belum jelas dan belum ia ketahui
kebenarannya secara pasti. Allah SWT berfirman:
Artinya :
“Janganlah mengikuti pembicaraan apa yang tidak kamu ketahui.”
(Q.S. Al-Israa’: 36)
Jika seseorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan
hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitu pun sebaliknya,
jika seseorang berkata dusta perbuatannya itu selain merugikan
dirinya, juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang
yang mempercainya. Padahal kepercayaan merupakan salah satu
moal utama dalam menempuh kehidupan di dunia. Hak ini dinyatakan
dalam Al-quran:
Artinya:
- 12 -
13. “Sungguh celaka orang-orang yang suka berdusta.” (Q.S. Adz-Dzariyat:
10)
C. Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan
1. Hadits dan Terjemahannya
Artinya :
“Abu Hurairah r.a, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang menggunakan harta orang lain (untuk berdagang) /
dan dia ingin mengembalikannya, / maka Allah akan (membantu)
mengembalikannnya./ Dan barang siapa mengambilnya dengan maksud
untuk
merusaknya
/
Allah
pun
akan
merusaknya.”
(H.R. Bukhari, Ibnu Majah, dan selainnya)
2. Biografi Perawi
Nama lengkap Abu Hurairah Ad-Dawsy menurut Hisyam Ibn Al-Kalbi
adalah Umam Ibn Amir Ibn Dzi As-Sarri Ibn Tharrif Ibn Iyan Ibn Abi Sha’b
Ibn Hunaid Ibn Tsa’labah Ibn Sulaiman Ibn Fahn Ibn Ghanan Ibn Daws.
Pada masa Jahiliyah, ia bernama Abd Syams dengan kunyah-nya Abu
Aswad. Kemudian Rasulullah SAW memberi nama Abdullah, dan kunyah-
- 13 -
14. nya
Abu
Hurairah.
Ini
berkaitan
dengan
kucing,
sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibn Abd Al-Birr bahwa Abu Hurairah berkata, “Pada
suatu hari aku membawa kucing dalan suatu yang tertutup dan Nabi SAW
melihatku dan menanyakan apa yang kubawa. Aku pun menjawab
“kucing”, kemudian Nabi SAW. Memanggilku, “ya, Abu Hurairah”) Ibunya
bernama Maemunah Binti Syahr.
Abu Hurairah menerima hadits dari Nabi SAW, Abu Bakar, Umar, AlFadl, Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib, Aisyah, dan lain-lain. Adapun orangorang yang menerima riwayat darinya adalah : putranya, Al-Muharrar,
Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Sa’id Ibn Al-Musyyab, Abu Salamah Ibn Abd
Ar-Rahman Ibn Awf. Menurut Al-Bukhari, mereka yang menerima
riwayat darinya mencapai 800 orang lebih. Semuanya merupakan ahli
ilmu, baik dari kalangan sahabat maupun tabi’in.
Abu Hurairah masuk islam pada tahun Khaibar, yaitu pada bulan
Muharram tahun ketujuh Hijrah. Al-A’raj berkata. “Abu Hurairah adalah
seorang sahabat yang banyak menerima hadits dari Rasulullah SAW.
Abu Hurairah termasuk sahabat yang paling banyak hafal hadits Nabi.
Tidak ada sahabat lain yang menyamainya dari segi jumlahnya. Ia
meriwayatkan tidak kurang dari 5.374 hadis. Tiga ratus hadis disepakati
oleh Bukhari dan Muslim. Dan Imam Al-Bukhari sendiri dalam 73 hadis.
Ibnu Umaiyah dari Hisyan Ibn Urwah berkata, “Abu Hurairah
meninggal pada tahun Siti Aisyah meninggal, yakni tahun 57 H.” hal itu
dikemukakan pula oleh Khalifah, Amr Ibn Ali, Abu Bakar dan jamaah,
Damrah Ibn Rabi’ah, dan Hitsam Ibn Abdi pun berpendapat demikian.
Abu Masyar berkata bahwa ia meninggal pada tahun 58 H Abu Hurairah
dikuburkan di Baqi dekat kuburan Asqalam.
- 14 -
15. 3. Penjelasan Hadis
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka
meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai
penunjang usahanya. Hal itu dibolehkan dalam Islam dan Allah SWT akan
menolong mereka kalau mereka berniat untuk menggunakannya sebagai
penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada
pemiliknya.
Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan
uang yang dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis
begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk menggantinya. Hal
itu merugikan pemilik modal karena akan menghentikan usahanya, yang
sangat penting untuk membiayai keluarganya.
Oleh karena itu, setiap peminjam modal hendaknya ingat bahwa harta
tersebut adalah amanat yang dipercayakan oleh pemiliknya kepadanya.
Dalam Islam umatnya selalu diingatkan untuk menjaga amanat yang
dipercayakan kepadanya dan mengambalikan amanat tersebut kepada
pemiliknya, sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
- 15 -
16. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Begitu pula, seorang peminjam modal, ia harus berusaha sekuat
tenaga untuk menjaga kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara
mengembalikan modal yang dipinjamnya pada waktu yang telah
disepakati. Jika ia berbuat demikian, pemilik modal akan semakin
mempercayainya. Ini berarti, jika ia memerlukan modal lagi, ia tidak akan
mengalami kesulitan.
Selain akan mendapat predikat shiddiq, sebagaimana dijelaskan
dalam pembahasan terdahulu, ia juga akan dimudahkan oleh Allah SWT.
Dalam setiap usahanya, terutama dalam usahanya untuk mengembalikan
modal yang dimanfaatkan kepadanya.
Sebailknya, apabila dia bermaksud berkhianat, yakni meminjam
barang atau harta tersebut untuk dirusak atau sengaja tidak akan
mengembalikannya Allah SWT akan membalas perbuatan zalim tersebut,
sebagaimana firman-Nya:
Artinya:
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa
Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari
yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”. (QS. Ibrahim: 42)
Hal itu menunjukkan bahwa penuaian suatu amanah sangat
penting dalam kehidupan bermasyarakat. Adapaun khianat (tidak
- 16 -
17. menuaikan amanah) telah disepakati sebagai perbuatan tercela, baik
dalam pandangan Allah maupun pandangan manusia.
Hal itu karena khianat akan merugikan diri si pengkhianat sendiri
dan orang lain. Apalagi bagi seorang pemimpin atau wakil rakyat yang
memiliki tanggung jawab besar untuk melaksanakan amanat dengan
baik. Setiap jabatan adalah amanat dari rakyat dan hakikatnya dari Allah
SWT, maka seharusnya orang yang dipercayakan memegang suatu
jabatan harus melakukan berbagai ketentuan yang sesuai dengan
kehendak dan aspirasi rakyat, bukan sebaliknya justru mementingkan
diri sendiri, lupa diri, dan mengkhianati kepercayaan yang telah
diberikan rakyat kepadanya.
Tentu saja, amanat bukan saja dimonopoli para pemimpin, sebab
bila merujuk kepada Al-Qur’an, khianat terbagi kepada dua bagian, yaitu
khianat terhadap Khalik (Allah dan Rasulnya) dan khianat terhadap
makhluk.
Berkhianat kepada Allah adalah meninggalkan perintah-Nya dan
melaksanakan larangan-Nya, sedangkan berkhianat kepada Rasul-Nya
adalah meninggalkan Sunnah-Nya. Adapun yang dimaksud mengkhianati
amanat sesama manusia adalah mengingkari atau meninggalkan suatau
kesepakatan atau amanat yang telah diterima dan disepakati bersama
atau mungkin melaksanakannya, tetapi tidak sempurna.
Dengan demikian, setiap orang berpotensi untuk menjadi
pengkhianat, bahkan mungkin sekarang ini, kita termasuk para para
pengkhianat, baik kepada Allah SWT, Rasulullah SAW maupun sesama
manusia.
- 17 -
18. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam Islam. Karena selain
merugikan orang lain, juga merugikan diri sendiri
Kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik
di dunia maupun kelak di akhirat. Ia akan dimasukkan ke dalam surga
dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang
yang sangat jujur dan benar
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka
meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai
penunjang usahanya. Hal itu dibolehkan dalam Islam dan Allah SWT akan
menolong mereka kalau mereka berniat untuk menggunakannya sebagai
penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada
pemiliknya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang.
- 18 -
19. DAFTAR PUSTAKA
Syafe’I rachat. 2000, Al-Hadits (Akidah,Akhlak, Sosial dan Hukum) : Bandung :
Pustaka Setia
Muhammad Abdul Aziz al-Khuli, Al-Adabun Nabawi, Semarang: CV. Wijaksana,
1989.
Salim Banreisy, Tarjamah Riadhus Shalihin, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1978.
Salim Banreisy, Tarjamah Al-Lu’lu wal Marjan, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003.
Muhammad Al-Husaini Al-Jabidy, Ittik
iii
- 19 -
20. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prilaku Jujur”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang.
Bengkulu, November 2012
Penyusun
i
- 20 -
21. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
i
DAFATR ISI..........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................
1
B. Rumusan masalah ..............................................................................................
2
C. Tujuan .....................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Urgensitas Kejujuran ........................................................................................
3
B. Kejujuran Membawa Kebaikan .....................................................................
9
C. Orang Jujur Mendapat Pertolongan Allah .................................................
14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
17
B. Kritik dan Saran .................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
iii
ii
- 21 -
22. MAKALAH
HADIST
Prilaku Jujur
Disusun Oleh
Nina Sustriana
Neng Rika Susilawati
Masdiah Hadi
Dosen:
Khermarinah
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
2012
- 22 -