1. Kitab Tentang Sumpah (Qosamah),
Kelompok Penyamun, Kisas Dan
Diyat
1. Qasamah (sumpah)
Hadis riwayat Rafi` bin Khadij ra. dan Sahal bin Abu Hatsmah ra. mereka
berkata:
Abdullah bin Sahal bin Zaid dan Muhaishah bin Mas`ud bin Zaid keluar untuk
berperang sampai ketika telah tiba di Khaibar mereka berdua berpencar.
Tidak berapa lama kemudian Muhaishah mendapatkan Abdullah bin Sahal
terbunuh, lalu ia menguburkan mayatnya. Setelah itu Muhaishah bersama
Huwaishah bin Mas`ud dan Abdurrahman bin Sahal sebagai yang termuda di
antara mereka, datang menghadap Rasulullah saw. Lalu Abdurrahman maju
untuk berbicara mendahului kedua sahabatnya sehingga berkatalah
Rasulullah saw. kepadanya: Dahulukanlah orang yang lebih tua usianya!
Terdiamlah Abdurrahman, sehingga berbicaralah kedua sahabatnya yang
segera diikuti oleh Abdurrahman. Mereka menceritakan kepada Rasulullah
saw. peristiwa terbunuhnya Abdullah bin Sahal. Rasulullah saw. bertanya
kepada mereka: Apakah kamu sekalian berani bersumpah lima puluh kali,
sehingga kamu berhak atas kawanmu atau pembunuhnya? Mereka berkata:
Bagaimana kami harus bersumpah sementara kami tidak menyaksikan
peristiwanya? Rasulullah saw. bersabda: Kalau begitu orang-orang Yahudi
akan terbebas dari tuntutan kalian karena mereka berani bersumpah lima
puluh kali. Mereka berkata lagi: Bagaimana kami dapat menerima sumpah
kaum kafir? Maka akhirnya Rasulullah saw. memberikan diyatnya. (Shahih
Muslim No.3157)
2. Hukum kelompok penyamun dan orang-orang murtad
2. Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa beberapa orang dari Urainah tiba di Madinah untuk menghadap
Rasulullah saw. lalu mereka terserang penyakit perut yang parah. Kepada
mereka Rasulullah saw. menganjurkan: Kalau kamu sekalian ingin, kamu
dapat keluar mencari unta sedekah lalu kalian meminum susu dan air
kencingnya. Kemudian mereka melakukan anjuran itu sehingga sembuhlah
mereka. Tetapi kemudian mereka menyerang para penggembala dan
membunuh mereka semua bahkan mereka juga murtad dari Islam serta
menggiring (merampas) unta-unta milik Rasulullah saw. Sampailah berita itu
kepada Rasulullah saw. lalu beliau mengutus pasukan untuk mengejar dan
menangkap mereka. Mereka lalu dihadapkan kepada Rasulullah, kemudian
beliau memotong tangan dan kaki mereka serta mencukil mata mereka.
Kemudian beliau membiarkan mereka di Harrah sampai meninggal dunia.
(Shahih Muslim No.3162)
3. Ketetapan hukum kisas dalam pembunuhan dengan batu dan benda-
benda tajam serta berat lainnya dan pembunuhan lelaki dengan wanita
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa seorang lelaki Yahudi membunuh seorang budak perempuan untuk
merampas perhiasan perak miliknya. Lelaki itu membunuhnya dengan batu.
Lalu dihadapkanlah perempuan yang sedang sekarat itu kepada kepada
Rasulullah saw. Beliau bertanya: Apakah si fulan yang membunuhmu?
Perempuan mengisyaratkan dengan kepalanya untuk menjawab: Tidak!
Beliau bertanya lagi, lalu perempuan itu kembali mengisyaratkan dengan
kepalanya untuk menjawab tidak. Kemudian beliau bertanya untuk ketiga kali.
Wanita menjawab dengan mengisyaratkan kepalanya: Ya! Kemudian
Rasulullah saw. membunuh lelaki tersebut dengan dua buah batu. (Shahih
Muslim No.3165)
4. Tentang orang yang menyerang untuk membunuh atau melukai organ
tubuh orang lain, lalu ia membela sehingga membunuh atau melukai
penyerang maka tidak ada tanggungan atasnya
3. Hadis riwayat Imran bin Hushain ra., ia berkata:
Ya`la bin Munyah atau Ibnu Umayyah berkelahi dengan seorang lelaki
sehingga mereka berdua saling menggigit yang lain. Maka menariklah yang
digigit tangannya dari mulut orang yang menggigit, sehingga menanggalkan
satu gigi depan Ibnu Mutsanna dan dua gigi depannya. Keduanya lalu
meminta penyelesaian kepada Nabi saw., beliau bersabda: Jika salah seorang
kamu menggigit seperti hewan jantan menggigit, maka tidak ada diyat
baginya. (Shahih Muslim No.3168)
5. Penetapan hukum kisas gigi dan sejenisnya
Hadis riwayat Anas ra.:
Bahwa saudara perempuan Rabi`, yaitu Ummu Haritsah, melukai seseorang.
Lalu mereka meminta penyelesaian kepada Nabi saw. Rasulullah saw.
bersabda: Hukumannya adalah kisas, hukumannya adalah kisas! Ummu Rabi`
berkata: Wahai Rasulullah, apakah fulanah akan dikisas? Demi Allah, ia
jangan dikisas! Nabi saw. bersabda: Maha Suci Allah, wahai Ummu Rabi`,
hukuman kisas itu adalah ketentuan Allah. Ummu Rabi` berkata: Demi Allah,
jangan, ia jangan sekali-kali dikisas. Dia terus memohon (agar fulanah tidak
dikisas) sampai mereka (keluarga korban) mau menerima diyat. Rasulullah
saw. bersabda: Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu terdapat
orang yang kalau bersumpah atas nama Allah, sungguh akan dikabulkan.
(Shahih Muslim No.3174)
6. Sebab yang menghalalkan darah seorang muslim
Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah halal darah seorang muslim yang telah
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku adalah utusan
Allah, kecuali satu di antara tiga perkara ini: Seorang yang telah kawin lalu
berzina, seorang yang membunuh jiwa orang lain, dan orang yang
meninggalkan agamanya lagi memisahkan diri dari jemaah. (Shahih Muslim
No.3175)
4. 7. Menerangkan dosa orang yang pertama melakukan pembunuhan
Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu jiwa pun yang dibunuh karena
kezaliman kecuali putra Adam pertama (yang membunuh) akan menanggung
sebagian dari dosa pembunuhannya karena dialah orang pertama yang
melakukan pembunuhan. (Shahih Muslim No.3177)
8. Pembalasan perkara darah di akhirat, dan bahwa perkara itu adalah
yang pertama kali diselesaikan antara manusia pada hari kiamat
Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Perkara yang pertama kali akan diselesaikan di
antara manusia pada hari kiamat nanti, ialah perkara darah (pembunuhan).
(Shahih Muslim No.3178)
9. Larangan keras membunuh, melanggar kehormatan serta kekayaan
orang lain
Hadis riwayat Abu Bakrah ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya zaman itu telah
kembali seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi.
Setahun itu ada dua belas bulan. Empat di antaranya ialah bulan-bulan
haram, yang tiga berurutan, yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijjah dan Muharram
dan Rajab adalah bulan mudhar, bulan yang terletak antara Jumadilakhir dan
Syakban. Kemudian beliau bertanya: Bulan apakah sekarang? Kami
menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Sejenak beliau terdiam
sehingga kami mengira beliau akan menyebutnya dengan nama lain. Beliau
berkata: Bukankah sekarang bulan Zulhijjah? Kami menjawab: Benar. Beliau
bertanya: Negeri apakah ini? Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih
tahu. Sejenak beliau terdiam, hingga kami mengira beliau akan menyebutnya
dengan nama yang lain. Beliau bersabda: Bukankah ia negeri haram? Kami
menjawab: Benar. Beliau bertanya: Hari apakah ini? Kami menjawab: Allah
dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Sejenak beliau diam saja, hingga kami
5. mengira beliau akan menyebutnya dengan nama lain. Beliau bersabda:
Bukankah ini hari raya kurban? Kami menjawab: Benar wahai Rasulullah. Lalu
beliau bersabda: Sesungguhnya darahmu, harta bendamu (berkata
Muhammad: Aku mengira beliau bersabda: dan kehormatanmu) adalah
haram atas dirimu, seperti haramnya hari ini, di negerimu ini dan di bulanmu
ini. Kamu akan bertemu dengan Tuhanmu. Dia akan bertanya kepadamu
tentang semua perbuatanmu. Maka setelahku nanti janganlah kalian kembali
pada kekafiran atau kesesatan, di mana salah seorang dari kalian membunuh
sebagian yang lain. Ingatlah, hendaknya orang yang hadir menyampaikan
kepada yang tidak hadir. Karena mungkin saja orang yang disampaikannya itu
lebih memahas.mi daripada orang yang mendengar langsung. Kemudian
beliau bersabda: Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan?. (Shahih
Muslim No.3179)
10. Diyat janin dan kewajiban membayar diyat karena pembunuhan tidak
sengaja (salah bunuh) atau seperti sengaja atas keluarga pembunuh
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa dua orang wanita Hudzail saling melempar yang lain, sehingga
menggugurkan janinnya. Kemudian Nabi saw. memutuskan perkaranya
dengan membayar sepersepuluh diyat budak laki-laki atau perempuan.
(Shahih Muslim No.3183)
Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra., ia berkata:
Seorang wanita memukul madunya yang sedang hamil dengan tiang kemah,
sehingga meninggal dunia. Salah seorang darinya berasal dari kaum Lihyan.
Rasulullah saw. lalu membebankan diyat wanita yang terbunuh kepada
keluarga pelaku begitu juga dengan seperduapuluh diyat (ghurrah) untuk
janin yang di dalam perutnya. Kemudian salah seorang anggota keluarga
pelaku berkata: Apakah kami harus ikut menanggung diyat janin yang tidak
makan, minum serta belum terlahir dengan menangis? Seperti itu jelas tidak
ditanggung. Mendengar itu Rasulullah saw. bersabda: Apakah (kamu
melantunkan) sajak seperti sajak orang-orang Arab badui, dan Rasulullah
saw. tetap membebankan diyat kepada mereka. (Shahih Muslim No.3186)
6. Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra. dan Muhammad bin Maslamah ra.:
Umar bin Khathab meminta pendapat kaum muslimin mengenai wanita yang
menggugurkan janin. Maka Mughirah bin Syu`bah mengatakan: Aku pernah
menyaksikan Nabi saw. memutuskan perkara ini dengan membayar
seperduapuluh diyat penuh. Umar berkata kepada Mughirah: Datangkan
kepadaku orang yang ikut menyaksikan bersamamu. Kemudian Muhammad
bin Maslamah bersumpah bahwa ia menyaksikan Nabi saw. memutuskan
perkara dengan demikian. (Shahih Muslim No.3188)