Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]
650180 replacem00change0bhs0lr0rev3c
1. Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
JAKARTA
Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim
Public Disclosure Authorized
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko Bencana &
Masyarakat Miskin Perkotaan
osure Authorized
2. The World Bank
Jakarta Stock Exchange Building, Tower II, 12th Floor
JAKARTA
Jl, Jenderal Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12190 Indonesia
Tel: +62-21 5299 3000
Fax: +62-21 5299 3111
www.worldbank.org/id
Untuk Perhatian: Dokumen ini merangkum beberapa inisiatif terkait perubahan iklim yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta, beserta segenap pemangku Satuan Tugas Walikota untuk Perubahan Iklim, Risiko Bencana &
kepentingan dan aktor lain. Analisis dilakukan dan data dikumpulkan oleh para konsultan dan akademisi, yang berkoordinasi dengan Bank Dunia dan berbagai Dinas Masyarakat Miskin Perkotaan
dalam lingkup Pemerintah DKI Jakarta. Pandangan dan pernyataan yang terdapat di dalam dokumen ini tidak harus mencerminkan sikap resmi Pemerintah DKI Jakarta.
Materi yang disajikan di sini dimaksudkan untuk membangkitkan wacana dan meningkatkan kesadaran mengenai pelbagai dampak perubahan iklim terhadap kota
Jakarta dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan.
Foto oleh: Olivia Stinson (2011), Paavo Perttula (2010) dan Kabar Media (2010) untuk Bank Dunia; foto-foto Kamal Muara: Institute for Essential Services Reform (2010).
3. Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar
Studi kasus Jakarta: Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim Jakarta masa kini adalah kota metropolitan dengan kegiatan Bentuk dukungan yang diberikan antara lain investasi dan kegiatan
dilaksanakan di bawah Satuan Tugas Walikota untuk Perubahan Iklim, perekonomian, politik, dan sosial yang hidup. Hal ini merupakan wujud analitis dalam area tematis seperti infrastruktur, kesinambungan
Risiko Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan. Pengembangan studi keuntungan dan sekaligus menimbulkan tantangan globalisasi lingkungan hidup, pengentasan kemiskinan, dan pencegahan bencana.
dilakukan oleh Bank Dunia, bekerjasama dengan pemerintah DKI Jakarta. dan urbanisasi. Pertumbuhan Jakarta yang di luar perkiraan Studi kasus ini adalah bagian dari program kerja Satuan Tugas
Bapak Tauchid Tjakra Amidjaja, Asisten Sekretaris Pembangunan dan memberikan peluang signifikan untuk pembangunan perkotaan yang Walikota untuk Perubahan Iklim, Risiko Bencana & Masyarakat
Lingkungan Hidup, Ibu Sarwo Handayani dari BAPPEDA beserta staf, berkesinambungan, pengurangan kemiskinan, dan daya tahan. Namun, Miskin Perkotaan, inisiatif penting yang muncul dari Pertemuan
dan Ibu Peni Susanti bersama staf BPLHD memberikan bimbingan dan kota ini masih menghadapi tantangan di berbagai sektor seperti Walikota-Walikota UNFCCC COP-15 di Kopenhagen, Desember
informasi yang tak ternilai. Ibu Sjaane Ellen Kasono Nasution dan Bapak transportasi, perumahan, pasokan air dan sanitasi, dan pengelolaan 2009. Jakarta dipertemukan dengan tiga kota lain yang tersebar di
Marzon Hermansyah dari BPN, beserta staf Kantor BPN Kotamadya sampah. Perubahan iklim memunculkan lebih banyak ancaman, bagian selatan dunia – Dar es Salaam, Mexico City, dan Sao Paulo
membantu mengumpulkan data untuk peta. sehingga Jakarta menjadi semakin rentan terhadap bencana seperti – demi meningkatkan pemahaman tentang tautan antara perubahan
banjir dan dampak cuaca ekstrim. iklim, bencana dan kemiskinan perkotaan. Dengan program kerja yang
Persiapan dokumen ini melibatkan tim yang terdiri dari staf Bank Dunia didukung oleh Bank Dunia, Satuan Tugas ini menghadirkan peluang
Jakarta dan unit Pemerintah Kota dan Daerah Bank Dunia di Washington, DKI Jakarta tengah mengembangkan kebijakan dan rencana strategis untuk pembelajaran bersama dan pertukaran pengetahuan antar
DC. Olivia Stinson dan Marcus Lee berperan sebagai tim penulis utama yang berfokus kepada perubahan iklim. Kota ini pun aktif terlibat di kota. Hal ini difokuskan pada perspektif dan kerentanan masyarakat
bersama kolega Bank Dunia Iwan Gunawan, Arlan Rahman, dan Micah dalam jejaring perkotaan di kawasan Asia Timur dan Pasifik, bahkan di miskin, serta perencanaan jangka panjang untuk ketahanan terhadap
Fisher. Dukungan organisasi dan administratif diberikan oleh Suriani skala internasional. Dalam kerangka pembangunan berkesinambungan perubahan iklim di kota-kota besar dunia.
Burhan, Ummi Kaltsum dan Vivian Cherian. Materi-materi teknis Jakarta yang tengah berlangsung, sebagaimana tertera dalam
yang digunakan oleh studi ini dipersiapkan oleh Rudy Tambunan dan dokumen perencanaan seperti RTRW 2030, peningkatan investasi Studi kasus ini mengulas mengapa dan bagaimana masyarakat Jakarta
Syarifah Syaukat dari Universitas Indonesia, serta Yani Witjaksono dari dan penyediaan layanan sangat penting untuk mengatasi hambatan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan bencana alam. Jakarta: Tantangan
Bronzeoak. Komentar-komentar yang berguna diterima dari peninjau terhadap kesuksesan dan keberlanjutan pertumbuhan Jakarta. Dalam Perkotaan Seiring Perubahan menyediakan landasan penguatan
sejawat Sri Probo Sudarmo, Maria Catalina Ochoa, dan Arish Dastur. rangka mendukung agenda ini, Bank Dunia, bersama mitra pemerintah keterlibatan DKI Jakarta dalam isu-isu perubahan iklim dan bencana.
Terima kasih pula kepada Franz Drees-Gross, Abha Joshi-Ghani, Judy pusat, pemerintah daerah lainnya, serta organisasi bilateral dan Dengan memberikan dukungan pemahaman global terhadap isu-isu
Baker, dan Peter Ellis untuk bimbingan dan kepemimpinan mereka. multilateral membina kemitraan yang terus berkembang bersama DKI ini akan memastikan terciptanya masa depan yang berkelanjutan
Sebagai penutup, terima kasih kepada segenap penduduk Jakarta yang Jakarta guna mencapai tujuan penguatan instansi-instansi Indonesia. untuk masyarakat Jakarta.
telah berbagi pengalaman, cerita, dan perjuangan hidup.
Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) Fauzi Bowo Stefan G. Koeberle
menyediakan dana yang memungkinkan pelaksanaan studi ini untuk Gubernur Direktur Bank Dunia
Jakarta. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Indonesia
ii JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim
Senja di kaki langit Jakarta.
iii
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
4. Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih ii Tabel
Kata Pengantar iii Tabel 1 : Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta 6
Ringkasan Eksekutif 1 Tabel 2 : Populasi Kota-Kota Dunia 6
Memperkenalkan Satuan Tugas Walikota dan Studi Kasus 3 Tabel 3 : Kepadatan Penduduk Kota, Daerah dan Nasional 7
Latar Belakang Jakarta, Kota Megapolitan Global 5 Tabel 4 : Kendaraan Jakarta 10
Bahaya Kerentanan terhadap Perubahan Iklim 11 Tabel 5 : Wilayah Jakarta yang Terkena Banjir 12
Perubahan Iklim dan Kemiskinan Perkotaan 19 Tabel 6 : Curah Hujan Selama Dua Banjir Besar Terakhir 16
Aksi Penanggulangan Risiko Iklim dan Bencana 28 Tabel 7 : Area Banjir Berdasarkan Kotamadya Tahun 2007 21
Langkah Menuju Ketahanan 40 Tabel 8 : Peran dan Fungsi Instansi Kunci Pemerintah DKI Jakarta Terkait Penanggulangan Perubahan Iklim dan Risiko Bencana 28
Sumber 44 Tabel 9 : Kegiatan Mitigasi di Jakarta 31
Tabel 10 : Program dan Proyek Adaptasi DKI Jakarta 33
Gambar Tabel 11 : Aksi Adaptasi Masyarakat 33
Gambar 1 : Batas Administratif DKI Jakarta 5 Tabel 12 : Proyek Perubahan Iklim Organisasi Internasional 34
Gambar 2 : Peralihan Fungsi Lahan Jakarta: 1970 - 2000 8 Tabel 13 : Program Pengentasan Kemiskinan DKI Tahun 2010 35
Gambar 3 : Ketinggian Tanah di Jakarta 11 Tabel 14 : Berbagai Kebijakan dan Pasal Perubahan Iklim dalam Rencana Tata Ruang Jangka Panjang dan Menengah 37
Gambar 4 : Pemanfaatan Ruang Jakarta dan Banjir 2007 13
Gambar 5 : Penurunan Tanah dan Kenaikan Permukaan Laut 15 Kotak
Gambar 6 : Kenaikan Permukaan Laut Global 17 Kotak 1. Kampung Melayu 26
Gambar 7 : Dampak Kenaikan Permukaan Laut pada Jakarta Utara di Tahun 2050 17 Kotak 2. Kamal Muara 27
Gambar 8 : Suhu Permukaan Rata-Rata Jakarta 18
Gambar 9 : Kasus DBD di Jakarta 18
Gambar 10 : Area Kumuh dan Area Kumuh dengan Peta Daerah Banjir 20
Gambar 11 : Persentase Bidang Tanah Belum Terdaftar per Kelurahan 22
Gambar 12 : Peta Perencanaan Pola Ruang dalam RTRW 2030 untuk DKI Jakarta 36
iv JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim v
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
5. Ringkasan Eksekutif
Pertumbuhan penduduk dan perekonomian Jakarta yang kuat
dan berkelanjutan telah menyebabkan tingginya peningkatan
wilayah perkotaan sekaligus perubahan penggunaan lahan.
Antara tahun 1980 dan 2002 hampir seperempat dari luas daratan DKI
Jakarta mengalami pengalihan manfaat dari ruang non-urban (misalnya
pertanian, lahan basah) menjadi ruang perkotaan untuk industri,
perdagangan dan perumahan. Ruang yang belum berkembang di Jakarta
dan sekitarnya turun 60% antara tahun 1992 dan 2005. Pemekaran Kota
ke provinsi-provinsi sekitarnya disertai dengan peningkatan kepadatan
inti perkotaan, yang ditandai dengan bangunan bertingkat tinggi dan
juga pengembangan bangunan multi guna. Pertumbuhan di daerah
metropolitan ikut mengangkat isu koordinasi yuridiksi dengan provinsi-
provinsi sekitarnya.
Urbanisasi dan pertumbuhan Jakarta yang pesat menimbulkan
masalah infrastruktur skala besar, seperti yang diakui dan
ditelaah oleh pemerintah DKI dan dialami secara langsung
dan menerus oleh masyarakat. Hal ini termasuk pemekaran
kota, kemacetan lalu lintas massal, permukiman informal, banjir besar,
kekurangan air bersih dan layanan pengelolaan sampah, dan penurunan
tanah. Penurunan tanah, yang disebabkan oleh tingginya tingkat
pengambilan air tanah, mencerminkan tekanan penduduk terhadap
terbatasnya sumber daya dan infrastruktur.
Kini Jakarta sangat rentan terhadap dampak perubahan
iklim. Risiko terbesar terkait iklim dan bencana yang dihadapi
Jakarta adalah banjir yang membebani Kota Jakarta dengan
biaya manusia dan ekonomi yang sangat tinggi. Empat puluh
persen dari luas kota, terutama di sebelah utara, sudah terletak di bawah
permukaan laut.
Kaki langit Jakarta dilihat dari Monas
1
6. Ringkasan Eksekutif
Dengan demikian area tersebut sangat rentan terhadap banjir pasang,
badai, dan kenaikan permukaan laut di masa mendatang. Frekuensi dan
Merambahnya bangunan fisik dan pembuangan sampah sepanjang
aliran air mengurangi kapasitas drainase dan menyebabkan banjir. Memperkenalkan Satuan Tugas
intensitas curah hujan pun meningkat sementara meningkatnya suhu Kerjasama aktif dengan masyarakat sekitar diperlukan untuk
global dan efek Urban Heat Island meninggikan suhu rata-rata. Ukuran
area rentan banjr telah berkembang dari waktu ke waktu. Saat ini lebih
menghasilkan sebuah solusi berkesinambungan dalam mengatasi
banjir di Jakarta.
Walikota dan Studi Kasus
dari seperempat bagian dari kota Jakarta rentan banjir. Banjir besar
seperti pada tahun 2007 mengakibatkan kerugian yang diperkirakan Pemerintah DKI Jakarta tengah menanggulangi perubahan iklim, Dampak perubahan iklim dan bencana alam menimbulkan risiko
sebesar USD 400 juta1 yang meliputi kerugian akibat macetnya lalu namun masih banyak yang harus dilakukan untuk mengangkat pada kota karena tingginya konsentrasi penduduk dan aset ekonomi,
lintas, rusaknya harta benda dan hilangnya produktivitas. wacana perubahan iklim di semua sektor untuk jangka panjang. khususnya di lokasi rawan bencana seperti wilayah pesisir dan delta.
Sejauh ini tindakan yang diambil cenderung terkait dengan mitigasi, Di dalam kota, dampak perubahan iklim dan bencana terdistribusi
Masyarakat miskin Jakarta adalah bagian produktif dan dengan fokus pada transportasi, pengelolaan sampah dan efisiensi secara tidak merata pada kelompok populasi yang berbeda - seringkali
integral dari ekonomi kota tapi juga paling rentan terhadap energi di gedung-gedung. Gubernur menyatakan komitmennya permukiman rumah tangga miskin terkonsentrasi di lokasi yang rawan
risiko terkait banjir. Mereka pun terampil dan adaptif dan untuk mengurangi emisi sebanyak 30% pada tahun 2030. Investasi bahaya seperti tanah longsor, banjir dan gelombang pasang. Kapasitas
cukup banyak kegiatan mereka dilakukan di tingkat individu atau infrastruktur besar-besaran untuk mengurangi kerentanan meliputi adaptif rumah tangga dan masyarakat dalam menghadapi bencana dan
komunitas. Jakarta memiliki sektor ekonomi informal yang sangat kanal banjir besar dan tanggul laut di sepanjang pantai. Ada banyak perubahan iklim juga tidak merata. Penduduk kota berpenghasilan rendah
luas. Sektor tersebut menyediakan tenaga kerja tidak terampil yang lagi yang dapat dilakukan terkait perencanaan untuk masa depan dan tidak memiliki informasi, pengetahuan dan jaring pengaman sosial yang
merupakan tulang punggung perekonomian formal kota. Statistik resmi persiapan masyarakat terkait bencana yang berhubungan dengan memadai. Hal ini membatasi kesadaran mereka akan pilihan tindakan
menunjukkan bahwa 3,48 persen penduduk Jakarta - lebih dari 312.180 iklim dan perbaikan dan pembaharuan kebijakan pemerintah. yang bisa mereka ambil dalam menangani akibat-akibat perubahan
orang - berada di bawah garis kemiskinan. Namun jumlah penduduk yang cuaca ekstrim. Contohnya, mereka akan menolak meninggalkan rumah
tinggal di permukiman informal belum diketahui karena sensus untuk Beberapa prinsip dasar dapat memandu penanggulangan dan aset lainnya seperti yang dihimbau oleh pemerintah. Namun,
masyarakat tersebut belum usai. Secara fisik mereka rentan terhadap ke depan untuk perubahan iklim, risiko bencana dan masyarakat miskin juga telah mengembangkan mekanisme dan strategi
kerusakan dan kerugian harta benda karena mereka hidup di pesisir kemiskinan masyarakat perkotaan di Jakarta. Pertama, untuk mengurangi kerentanan mereka di daerah perkotaan berisiko
dan di sepanjang aliran air. Mereka juga rentan secara ekonomi karena adaptasi perubahan iklim tidak seharusnya menjadi tantangan tinggi seperti Jakarta.
penghidupan dan pekerjaan mereka sebagian besar berada di daerah tambahan yang dibebankan pada prioritas perencanaan dan
yang sama. Meskipun perumahan dan mata pencaharian masyarakat kebijakan, melainkan menjadi sebuah kesempatan bagi pemerintah Dalam Pertemuan Walikota di Kopenhagen pada Desember 2009,
miskin tergolong rapuh, jaringan sosial dan identitas budaya setempat DKI dan mitra utama untuk mengarahkan fokus dan prioritas Presiden Bank Dunia Robert Zoellick dan sejumlahWalikota menyambut
mereka di Jakarta telah tertanam kuat, dan merupakan elemen penting untuk masa depan. Mengingat sumber daya yang terbatas, fokus baik pembentukan Satuan Tugas Walikota untuk Masyarakat Miskin
dari kemampuan adaptif. awal harus diberikan untuk mengatasi kekurangan yang ada dalam Perkotaan dan Perubahan Iklim. Selanjutnya, dalam Dialog Global
investasi infrastruktur dan pelayanan dasar, khususnya drainase, untuk Walikota pada bulan Januari 2010, Walikota dari Dar es Salaam,
Masyarakat miskin perkotaan memiliki peran penting dalam air bersih, perumahan, dan transportasi. Kebijakan dan investasi Jakarta, Kota Meksiko dan Sao Paulo, bersama dengan jaringan kota
mengatasi kerentanan Jakarta terhadap perubahan iklim dan harus didasarkan pada informasi yang lebih baik, termasuk data global, menetapkan unsur-unsur utama dari program kerja Satuan Tugas
bencana. Mereka bukan pengguna energi besar menimbang pendapatan kuantitatif dan pemahaman aksi di tingkat masyarakat dan kapasitas tersebut. Sebagai bagian dari program kerja, studi kasus di empat kota
mereka yang relatif rendah dan hanya berkontribusi sedikit terhadap adaptif. Pada akhirnya, kerjasama yang ditingkatkan - baik dengan yang berpartisipasi diselenggarakan untuk lebih memahami hubungan
emisi gas rumah kaca di Jakarta. Namun demikian tekanan urbanisasi pemerintah provinsi tetangga serta dengan masyarakat setempat antara kemiskinan perkotaan, perubahan iklim dan penanggulangan
telah menyebabkan masyarakat miskin untuk menetap secara informal sebagai peserta aktif dan mitra - sangat penting untuk keberhasilan risiko bencana dan untuk berbagi praktek yang baik dalam memajukan
dalam bangunan rumah yang padat dan rapuh. aksi jangka panjang. program ketahanan iklim untuk membantu masyarakat miskin kota.
2 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim Atap-atap di Kampung Melayu. 3
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
7. Memperkenalkan Satuan Tugas
Walikota dan Studi Kasus
Bank Dunia, berkonsultasi dengan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta, pemangku kepentingan dan mitra lainnya, telah Latar Belakang Jakarta,
Kota Megapolis Global
menyiapkan studi kasus Jakarta. Instansi kunci pemerintah DKI, seperti
instansi yang bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan
(BAPPEDA), lingkungan (BPLHD), dan rencana tata ruang (Biro Tata
Ruang) membahas mengenai strategi kota sudah ada yang kebijakan yang
berkaitan dengan perubahan iklim. DKI Jakarta juga menyelenggarakan
lokakarya konsultasi pemangku kepentingan pada bulan Desember 2010, Jakarta adalah salah satu kota terbesar di Asia Tenggara yang sekaligus Gambar 1: Batas Administratif DKI Jakarta
untuk meninjau dan memperkuat hasil temuan dari studi kasus ini melalui merupakan ibukota negara demokratis terkini di kawasan tersebut.
perbincangan dengan banyak pejabat pemerintah dan LSM. Jakarta sudah menjadi kawasan pelabuhan yang aktif sejak abad ke-empat,
dan pada awal abad ke-17 menjadi kota pelabuhan yang resmi dicanangkan
Pendekatan yang digunakan dalam studi kasus ini didasarkan pada oleh Belanda. Provinsi DKI Jakarta dipimpin oleh seorang Gubernur, dan
kerangka Penilaian Risiko Kota (Urban Risk Assessment Framework) memiliki 5 Kotamadya – Jakarta Utara, Selatan, Timur, Barat, dan Pusat
yang dikembangkan oleh Bank Dunia2. Pendekatan tersebut mencakup dipimpin masing-masing oleh seorang Walikota. Kabupaten Kepulauan
pengkajian bahaya, kerentanan sosial ekonomi dan aspek kelembagaan Seribu, gugusan 105 pulau kecil di laut Jawa, juga termasuk dalam wilayah
yang berkaitan dengan perubahan iklim dan bencana di Jakarta. Berfokus DKI Jakarta (untuk peta batas wilayah administratif Jakarta lihat Gambar
pada masyarakat miskin perkotaan, studi ini mempertimbangkan 1).
bagaimana masyarakat miskin terpengaruh oleh perubahan iklim dan
bencana alam, memeriksa pendekatan yang diambil untuk menanggulangi Selama pertengahan abad ke-20 dan masa kemerdekaan di tahun 1945
tantangan ini, dan mengidentifikasi prioritas dan pilihan untuk tindak Jakarta mengalami tingkat pertumbuhan yang cukup stabil. Namun, sejak
lanjutnya di Jakarta. Studi ini mengacu pada sejumlah laporan yang ada awal 1960an Jakarta mengalami pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi
dan sumber lain terkait bencana dan isu-isu perubahan iklim di Jakarta, yang sangat pesat, dan menjadikan Jakarta ibukota yang berkembang
serta wawancara dan diskusi dengan pejabat pemerintah, LSM lokal, dan seperti sekarang ini. Tabel 1 menunjukkan pesatnya peningkatan
tokoh masyarakat. populasi Jakarta selama 50 tahun terakhir, dengan pertumbuhan rata-
rata 2,4% per tahun. Pada tahun 1961, jumlah penduduk Jakarta adalah
2,9 juta jiwa, dan pada tahun 2010 hampir mencapai 9,6 juta jiwa. Pada
hari kerja, jumlah penduduk membengkak menjadi lebih dari 12 juta
Studi kasus diselenggarakan untuk meningkatkan orang. Hal ini disebabkan oleh komuter yang masuk ke dalam kota setiap
pemahaman tentang hubungan antara kemiskinan harinya. Berdasarkan tingkat populasi kota, Jakarta menempati peringkat
perkotaan, perubahan iklim, dan penanggulangan risiko 10 di dunia (lihat Tabel 2).
bencana serta untuk berbagi praktek yang baik demi
memajukan program ketahanan iklim.
Populasi Jabodetabekjur menurut hasil sensus tahun
2010 adalah 27 juta jiwa. Hal ini menjadikannya area
Sumber: DKI Jakarta.
metropolitan terluas kedua di dunia.
Bajaj adalah salah satu bentuk sarana transportasi
4 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim di Jakarta, tetapi kendaraan ini dianggap ketinggalan 5
zaman, berisik dan mencemari lingkungan. Bajaj
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
akan dihilangkan secara bertahap.
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
8. Latar Belakang Jakarta, Kota Megapolitan Global Latar Belakang Jakarta, Kota Megapolitan Global
Tabel 1: Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Sebagai wilayah metropolitan, aglomerasi perkotaan sering dirujuk Tabel 3: Kepadatan Penduduk Kota, Daerah dan Nasional
Pertumbuhan Dasawarsa sebagai Jabodetabekjur (berasal dari nama kota dan daerah sekitarnya Republik
Tahun Populasi - Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur). Berdasarkan DKI Jakarta Jabodetabekjur
Terakhir Indonesia
1961 2.906.500 28% sensus tahun 2010 jumlah populasi Jabodetabekjur mencapai lebih Wilayah daratan
662 7,297 1,919,440
dari 27 juta jiwa. Hal ini menjadikannya daerah metropolitan terbesar (km²)
1971 4.546.500 56%
kedua di dunia3. Jika dibandingkan dengan Jabodetabekjur atau wilayah Populasi 9,588,200 27,067,133 238,000,000
1980 6.503.400 43%
Indonesia lainnya, DKI Jakarta sendiri memiliki kepadatan penduduk Kepadatan
1990 8.259.300 27% 14,483 3,462 134
yang sangat tinggi (lihat Tabel 3). Dari sudut pandang perencanaan Penduduk/km²
2000 8.385.600 2%
wilayah, pengelolaan air, sampah, transportasi dan kebijakan lain dari Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2009.
2010 9.588.200 14%
provinsi-provinsi tetangga sangat mempengaruhi Jakarta.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2009. Selain jumlah penduduknya yang sangat besar, Jakarta juga memiliki
posisi yang khusus sebagai pusat ekonomi Indonesia, negara keempat
terpadat di dunia dan negara Muslim terbesar di dunia. Perekonomian
Tabel 2: Populasi Kota-Kota Dunia Jakarta pada kuartal ketiga tahun 2010 adalah Rp 220,5 triliun4 (USD
Peringkat Kota Negara Populasi Definisi Area (km) Kepadatan (/km²) 24,4 miliar), dimana output ekonomi tahunan Jakarta kini berada di
1 Shanghai China 13.831.900 Distrik Utama + Pinggiran Kota Terdekat 1,928 7,174 kisaran USD 100 miliar, berdasarkan nilai tukar saat ini. Dengan
demikian Jakarta menghasilkan hampir seperlima PDB Indonesia, dan
2 Mumbai India 13.830.884 Perkotaan 603 22,937
saat ini pendapatan per kapita Jakarta sebesar USD 10.582, yaitu lebih
3 Karachi Pakistan 12.991.000 Distrik Kota 3,527 3,683 dari empat kali rata-rata nasional 2009 sebesar USD 2.329.5
4 Delhi India 12.565.900 Perkotaan 431 29,149
5 Istanbul Turkey 12.517.664 Kota Metropolitan 1,831 6,211 Pertumbuhan penduduk dan perekonomian Jakarta yang kuat dan
6 São Paulo Brazil 11.244.369 Kota 1,523 7,383 berkesinambungan menyebabkan tingginya peningkatan wilayah
7 Moscow Russia 10.508.971 Kota (termasuk Zelenograd) 1,081 9,722 perkotaan sekaligus perubahan penggunaan lahan. Urbanisasi di Jakarta
8 Seoul South Korea 10.464.051 Kota Khusus 605 17,288 ditandai dengan pemekaran dan pertumbuhan vertikal ratusan menara
serta beragam pengembangan lainnya. Selama lebih dari dua dasawarsa,
9 Beijing China 10.123.000 Distrik Utama + Pinggiran Kota Terdekat 1,368 7,400
dari 1980-2002, hampir seperempat dari luas daratan DKI Jakarta
10 Jakarta Indonesia 9,588,200 Daerah Khusus Ibukota 662 14,483 dialihkan pemanfaatannya dari ruang non-urban untuk pertanian atau
11 Tokyo Japan 8,887,608 23 Distrik Khusus 617 14,400 lahan basah dan air menjadi pemanfaatan ruang perkotaan untuk
12 Mexico City Mexico 8,873,017 Distrik Federal 1,485 5,973 industri, perdagangan dan perumahan. Nilai ekonomi tanah perkotaan
13 Kinshasa D.R. Congo 8,754,000 Kota-Provinsi 2,016 4,342 yang tinggi, sebagaimana tercermin pada harga pasar, sewa tanah dan
14 New York City United States 8,363,710 Kota 789 10,452 properti yang terus meningkat, kian mengancam keberadaan ruang hijau
15 Lagos Nigeria 7,937,932 Area Statistik 1,000 7,938 yang tersisa. Adapun ruang hijau ini sangat penting untuk menyerap
limpasan dari curah hujan dan untuk mengisi kembali kebutuhan air.
Sumber: Berbagai Instansi Data tingkat Kota dan laporan-laporan (lihat catatan akhir 3).
Gambar 2 menggambarkan perubahan penggunaan dari tahun 1970
hingga tahun 2000.
Sebagian besar wilayah Jakarta
6 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim
adalah dataran rendah dan sangat 7
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko padat.
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
9. Latar Belakang Jakarta, Kota Megapolitan Global Latar Belakang Jakarta, Kota Megapolitan Global
Gambar 2: Peralihan Fungsi Lahan Jakarta: 1970, 1980, 1990 dan 2000
Di daerah Jakarta dan sekitarnya, lahan tidur (termasuk area pemakaman perkotaan yang luas) menurun dari 17.956 hektar pada tahun 1992 menjadi 7.166 hektar Legend :
Legenda:
pada tahun 2005. Pengurangan 60% dari lahan tidur terjadi hanya dalam kurun waktu 13 tahun6
Rivers
Sungai
Sumber: DKI Jakarta.
Wetland
Lahan Basah
U
Open Space and Farmland
Ruang Terbuka dan Lahan Pertanian 0 5 10
Developed Area
Lahan terbangun Kilometer
8 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim 9
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
10. Latar Belakang Jakarta, Kota Megapolitan Global
Tabel 4: Kendaraan Jakarta
2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan
Bahaya dan Kerentanan Gambar 3: Ketinggian Tanah di Jakarta
Terhadap Perubahan Iklim
2007 -2010
Mobil 1,916,469 2,034,943 2,116,282 2,285,802 19%
Truk 518,991 538,731 550,924 564,776 9%
Bus 318,332 308,528 309,385 322,440 1%
Motor 5,974,173 6,765,723 7,518,098 8,484,384 42%
Semua Kendaraan 8,727,965 9,647,925 10,494,689 11,657,402 34%
Bahkan sebelum adanya tekanan dari urbanisasi dan perubahan iklim,
Sumber: Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2010.
Jakarta telah memiliki sejumlah karakteristik yang menjadikannya
mudah terkena banjir dan bahaya alam lainnya. Secara geografis
Jakarta menghadapi berbagai tantangan fisik yang serius - terutama yang Jakarta juga masih memiliki masalah-masalah kelembagaan yang
Jakarta terletak di salah satu wilayah pantai dengan aktifitas seismik
berkaitan dengan infrastruktur dan perencanaan. Tantangan tersebut sangat penting untuk mengatasi perbaikan infrastruktur dan
dan vulkanik paling tinggi di dunia. Hal ini menjadikannya rentan
adalah hasil, sekaligus mempengaruhi definisi karakter urban Jakarta. pemberian layanan. Pemerintah DKI bergulat dengan keterbatasan
terhadap bencana alam geologis serta fenomena hidrologis seperti
Tantangan-tantangan ini sangat kompleks, saling terkait, dan kebanyakan kemampuan keuangan dan teknis dalam memberikan layanan dan
banjir pasang, sebuah peristiwa alam yang semakin diperparah oleh
sudah dipahami dengan baik oleh pemerintah DKI dan masyarakat pada menanggapi berbagai kebutuhan. Biaya administrasi adalah bagian
kenaikan permukaan laut. Kota ini terletak pada dataran rendah pesisir
umumnya. Investasi infrastruktur dan pemberian layanan mendasar besar dari pengeluaran pemerintah daerah, sementara anggaran
di sebelah utara daerah perbukitan yang perairannya secara alamiah
seperti saluran limbah, air, konstruksi jalan dan pengelolaan limbah padat untuk layanan mendasar dan prasarana tersendat7. Meskipun usaha
mengalir ke dataran, serta ditandai oleh topografi yang relatif datar.
belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini mengakibatkan penanganan berbagai masalah membutuhkan pendekatan dan solusi
Di dalam perimeternya terdapat pantai, area rawa-rawa, hutan bakau,
masalah seperti kemacetan lalu lintas besar-besaran, wabah penyakit, terpadu regional untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, pelaksanaan
dan tanah delta. Tiga belas sungai alami mengalir dari selatan ke utara,
terbentuknya permukiman informal yang juga merupakan kantong dan koordinasi masih juga terhambat oleh batasan yurisdiksi antara
melewati kota, begitu pula ratusan saluran drainase buatan dan sistem KETINGGIAN TANAH
LAND ELEVATION Legenda:
Legend :
kemiskinan terkonsentrasi, banjir besar, dan penurunan tanah. Kota ini DKI Jakarta dan provinsi sekitarnya. Informasi kuantitatif mengenai PROVINSI DKIPROVINCE
DKI JAKARTA JAKARTA
Ketinggian (m):
Elevation (m) :
drainase tersier. Seperti diilustrasikan pada Gambar 3, diperkirakan <0 Garis Pantai
River
memiliki reputasi sebagai kota dengan kemacetan lalu lintas terburuk masyarakat miskin Jakarta, tingkat migrasi masuk, dan perekonomian Sungai
Coastline
40% wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut, seperti lazimnya 0- 5
Batas Kotamadya
Provincial Boundary
di Asia Tenggara, juga sebagai kota dengan kampung yang sangat padat informal kota yang besar dan penting, juga tidak memadai. Sulit bagi 5 - 10
kota-kota delta yang terus-menerus dibangun di atas tanah rawa. 10 - 15 Batas Kecamatan
Municipality Boundary
penduduknya (permukiman dataran rendah yang ditandai dengan pemerintah untuk menghitung dampak perubahan iklim pada kota. 15 - 20
Batas Kelurahan Kota
Subdistrict Boundary
Sebagian besar tanah rendah ini berada di sebelah utara kota dekat 20 - 25
Batas Village Boundary
Urban Provinsi
percampuran permukiman formal dan informal). Diperkirakan bahwa Pemaduan pertimbangan perubahan iklim ke dalam perencanaan tata
laut.8 Karena terletak di wilayah tropis, Jakarta mengalami musim hujan Km 25 - 30
saat ini terdapat hampir 12 juta kendaraan yang menyumbat jalan-jalan ruang dan pencegahan bencana masih merupakan wacana baru bagi 02 1,25 ,5 57 ,5 10 30 - 35
deras selama 6 bulan dalam setahun. 35 - 40
Jakarta, dimana hampir 73% adalah sepeda motor (lihat Tabel 4). pemerintah kota. > 40
Sekitar 40% dari luas daratan Jakarta merupakan tanah dataran rendah yang berada di
Pemaduan pertimbangan perubahan iklim ke dalam perencanaan tata ruang dan pencegahan bencana bawah permukaan laut, sebagian besar di wilayah utara kota. Peta ini menggambarkan
masih merupakan wacana baru bagi pemerintah DKI Jakarta. ketinggian tanah di Jakarta pada tahun 2010.
Sumber: Dinas Pertanahan dan Pemetaan, Provinsi DKI Jakarta, 2000.
10 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim 11
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
11. Bahaya dan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim Bahaya dan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim
Tabel 5: Wilayah Jakarta yang Terkena Banjir Figure 4: Pemanfaatan Ruang dan Area Banjir 2007
Area (Ha)
1980 1996 2002 2007
770 2,259 16,778 23,832
Sumber: Pengolahan Data Peta Wilayah Banjir, DPP DKI Jakarta.
Saat ini, kerentanan tertinggi bagi Jakarta adalah terhadap banjir
akibat air yang datang dari laut dan peningkatan curah hujan. Banjir
Jakarta terkenal ganas, dan besaran kerugian yang terjadi akibat
kemacetan lalu lintas, hilangnya produktivitas, dan rusaknya harta
benda yang diakibatkannya dikabarkan mencapai USD 400 juta
per tahun.9 Tabel 5 serta peta pemanfaatan ruang (Gambar 4)
menggambarkan meluasnya wilayah Jakarta yang terkena banjir —
pada tahun 2002, lebih dari seperempat wilayah Jakarta tergenang.
Bencana banjir terburuk hingga saat ini terjadi pada bulan Februari
2007 yang menelan 57 korban jiwa, mengakibatkan lebih dari
422.300 orang untuk mengungsi, dan menghancurkan 1.500 rumah,
sementara rumah yang rusak tidak terhitung jumlahnya. Total
kerugian properti dan infrastruktur diperkirakan mencapai USD
695 juta.10 Namun banjir sebesar ini relatif jarang terjadi dan tidak
selalu menjadi isu terpenting Jakarta karena banjir terjadi secara
rutin sepanjang tahun, memacetkan lalu lintas, merusak rumah, dan
melemahkan kegiatan bisnis di semua tingkat masyarakat. Dengan LAND USE
PEMANFAATAN RUANG Legenda:
Legend :
hujan kecil sekalipun, mobilitas kendaraan di kota ini dapat menjadi PEMANFAATAN RUANG FLOOD BANJIR
LAND USE & & AREA AREA Banjir, 2007
Flood, 2007 Area Berkembang
Developed Area
Garis Pantai
River
lumpuh kadang hingga berjam-jam. Coastline
Sungai
DKI JAKARTA PROVINCE
PROVINSI DKI JAKARTA Hutan (Bakau)
Forest (Mangrove) Sawah
Rice Field
Provincial Boundary
Batas Kotamadya
Industrial Area
Area Industri Fields
Perkebunan
Batas Kecamatan
Municipality Boundary
Ruang Hijau/Padang Rumput
Green Space/Grassland Lahan Kosong Land
Undeveloped
Kerentanan tertinggi bagi Jakarta adalah terhadap Subdistrict Boundary
Batas Kelurahan Kota
Danau/Situ
Lake/Reservoir
banjir akibat air yang datang dari laut dan Batas Provinsi Boundary
Urban Village
Km
peningkatan curah hujan. 02 1,25 ,55 7,51 0
Pemanfaatan ruang Jakarta hingga 2010. Peta sebelah kanan menggambarkan area-area di Jakarta yang akan terkena banjir sebesar yang terjadi pada tahun 2007. Saat ini, banjir
parah diperkirakan muncul setiap lima tahun, sehingga yang terbesar berikutnya diperkirakan terjadi pada tahun 2012.
Sumber: Peta RBI, Bakosurtanal, 2003/2004. Pemutakhiran dari ALOS Image, 2010.
12 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim Campuran permukiman formal dan informal di 13
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko pinggiran Kali Angke.
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan
12. Bahaya dan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim Bahaya dan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim
Efek banjir diperburuk oleh perilaku yang dilakukan (atau tidak GAMBAR 5: Penurunan Tanah dan Kenaikan Permukaan Laut
dilakukan) manusia dalam mengatur dan memelihara lingkungan Nov 1989 Nov 2007 Nov 2025
perkotaan yang berkembang serta infrastrukturnya. Jakarta yang
terletak pada sebuah delta besar membutuhkan pembangunan jaringan
Pasar ikan cm
drainase yang rumit dan luas yang panjangnya lebih dari 14.000 km.
Namun seluruh sistem bisa jadi tidak memadai meskipun semua
240 cm
pompa dan kanal bekerja pada tingkat optimal. Kanal dan saluran Nov 26, 2007 225
220 Climate change
air yang ada ini sering tersumbat oleh sampah dan puing-puing yang 215 Sea level Nov 26
Sea level rise
menghalangi fungsinya. Permukiman informal di sepanjang tepi kanal
190 cm Critical level 2007 Oct 29, 2007
juga punya andil dalam penyumbatan tersebut. Peningkatan endapan
pada sistem drainase terus berlangsung sebagai akibat kurangnya 18.6 year cycle
rencana pemeliharaan dan lemahnya pengaturan dan penyediaan subsidence
layanan pembuangan sampah. 140 cm
40- 60 cm 2025:
80- 100 cm
PENURUNAN TANAH subsidence increase
Penurunan tanah, meski bukan diakibatkan oleh perubahan iklim, 40- 50 cm
merupakan salah satu penyebab utama kerentanan Jakarta.11 Di
Kotamadya Jakarta Utara misalnya, lebih dari 60% daratannya
sudah berada di bawah permukaan laut, dan beberapa permukaan Ilustrasi ini mendramatisir efek gabungan penurunan tanah Jakarta (diukur di area Pasar Ikan di pesisir) dan permukaan laut yang terus naik hingga 2025.
Sumber: Penurunan Tanah dan Perkembangan Perkotaan di Jakarta. Brinkman, JanJaap dan Hartman, Marco, 2010.
wilayah menurun hingga 4 – 6 cm per tahun. Wilayah utara memiliki
konsentrasi kemiskinan yang lebih besar dan penyediaan air bersih
perpipaan yang lebih kecil. Bagian kota yang lain juga terpengaruh Penurunan tanah merupakan akibat dari urbanisasi yang cepat dan adalah ketidakmampuan sektor publik dan swasta, akibat terbatasnya
oleh penurunan tanah, walau lebih lambat. Hilangnya lahan secara tak terkendali yang telah memaksa penyedotan air tanah secara tidak sumber daya anggaran dan keterbatasan-keterbatasan lain, untuk
besar-besaran di Jakarta pada akhir abad ke-21 diperkirakan bisa teratur dan kurang terawasi. Penyedotan air tanah menyebabkan memenuhi permintaan persediaan air bersih yang meningkat cepat.
terjadi, yaitu ketika tingkat penurunan tanah di Jakarta diperparah hilangnya tekanan hidrolik dalam tabel air, menyebabkan penurunan Hanya sekitar 60% dari total penduduk yang mendapatkan air dari
oleh kenaikan permukaan laut, seperti terlihat pada Gambar 5.
tanah yang dipercepat oleh berat dari banyaknya bangunan gedung sistem layanan kota.12
baru yang telah menjadi ciri khas kaki langit Jakarta. Warga Jakarta,
Penurunan tanah, meski bukan diakibat oleh perubahan dari berbagai kalangan mulai dari masyarakat-masyarakat informal Solusi yang paling cepat untuk menghentikan penurunan tanah adalah
iklim, merupakan salah satu penyebab utama kerentanan kecil hingga pembangunan-pembangunan besar multiguna seperti dengan meningkatkan penyediaan air bersih, dimulai dari area yang
Jakarta. mal dan kompleks apartemen, telah beralih ke penggunaan sumur mengalami tingkat penurunan tanah tertinggi. Peningkapan cakupan
dalam sebagai sumber air. Masalah yang paling menonjol di sini penyediaan air bersih juga penting bagi peningkatan kesehatan
Penurunan tanah di Muara Angke, Jakarta Utara, menyebabkan
14 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim air berkumpul dan menggenang karena tidak lagi bisa mengalir, 15
sehingga meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan penyakit-
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan penyakit yang disebarkannya.
13. Bahaya dan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim Bahaya dan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim
dan kesejahteraan masyarakat banyak. Saat ini banyak masyarakat Tabel 6: Curah Hujan Selama Dua Banjir Besar Terakhir Kenaikan Permukaan Laut Gambar 7: Dampak Kenaikan Permukaan Laut pada Jakarta
miskin di Jakarta yang bergantung pada air sumur yang semakin tidak 2001- 2006- Utara Tahun 2050
layak minum, sehingga mereka terpaksa membeli air yang mahal untuk 2002 2007 Kenaikan permukaan laut merupakan tantangan perubahan iklim jangka Biru=genangan akibat kenaikan permukaan laut setinggi 1 cm/thn
minum dan memasak. Banyak kegiatan lain seperti mencuci, mandi, dan Total curah hujan di 5 stasiun (mm) 7,100.0 7,483.9 panjang bagi Jakarta. Gambar 6 menunjukkan perkiraan kenaikan
buang air dilakukan di sungai dan kanal, sehingga turut mengakibatkan Maksimum curah hujan di hulu (mm/hari) 168.1 247.0 permukaan laut global hingga tahun 2100 akibat ekspansi termal lautan
pencemaran air dan penyebaran penyakit. Pencarian air dan banyaknya Maksimum curah hujan di hilir (mm/hari) 172.0 234.7 dan mencairnya es dan gletser di kutub. Selain kenaikan permukaan
waktu dan uang yang dihabiskan untuk menemukan dan mengangkutnya laut, perubahan iklim juga diperkirakan dapat meningkatkan frekuensi
Rata-rata curah hujan (mm/hari) 21.1 25.8
merupakan beban fisik dan ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat dan tingkat keparahan peristiwa-peristiwa ekstrim seperti badai dan
Rata-rata curah hujan di hulu (mm/hari) 20.6 24.8
miskin. Yang paling terbebani adalah kaum perempuan, karena tanggung gelombang pasang tinggi, gejala yang tengah berkembang di wilayah ini
Rata-rata curah hujan di hilir (mm/hari) 21.9 27.3 secara keseluruhan.15
jawab mencari air biasanya jatuh kepada mereka. Dalam jangka panjang,
Jumlah hari hujan dalam setahun (%) 69.9 67.0
pendekatan yang lebih luas dan menyeluruh terhadap perencanaan dan
Lamanya kejadian (hari) 121.0 88.0 Gambar 6: Kenaikan Permukaan Laut Global
pengembangan perkotaan dapat membantu menanggulangi penurunan
Tinggi air di Manggarai (cm) 1,050.0 1,061.0
tanah secara terpadu. 1.0
Tinggi banjir Bukit Duri (m) 2.3 3.4
Kenaikan tambahan dari Ilustrasi ini menunjukkan tingkat genangan yang akan dialami Jakarta di area-area
PENINGKATAN CURAH HUJAN Sumber: Badan Meterologi dan Geofisika, Proyek Ciliwung Cisadane, Tempo, 2007.
0.8
0.06 proses-proses dinamis
Additional contributions
pesisir pada tahun 2050 jika tidak dilakukan aksi-aksi intervensi. Asumsi kenaikan
Permukaan(m) (m)
Diadaptasi dari Pauline Texier, “Floods in Jakarta: When the Extreme Reveals Daily potensial lapisan es.
from potential ice-sheet
permukaan laut setinggi 1 cm/tahun diterapkan pada model perhitungan ini. Meski tidak
Sea level laut
0.04
Structural Constraints and Mismanagement,” Disaster Prevention and Management, dynamic processes
Permukaan laut (m)
Proyeksi umpama ditampakkan pada peta, pelabuhan-pelabuhan bersejarah, area-area industri utama, dan
Sejumlah studi telah dilakukan sehubungan anomali cuaca dan curah Vol. 17 Edisi: 3, 2008 0.02
Model bandara di Jakarta akan berada di bawah air dalam skenario ini.
Sea level (m)
0.6
hujan untuk kawasan Indonesia, sehingga data nasional mengenai anomali 0.00 projections Sumber: Institut Teknologi Bandung, 2007
ini sudah tersedia. Dalam lingkup kawasan, Jakarta dan area Jawa Barat Peningkatan intensitas dan frekuensi curah hujan juga memperburuk 1990 1995
Tahun
2000 2005
Year
terlihat mengalami peningkatan curah hujan.13 Selain peningkatan jumlah banjir dan masalah-masalah drainase yang sudah ada di seluruh kota. 0.4
curah hujan, intensitas hujan juga telah meningkat, baik hujan maksimum Urbanisasi dan peralihan fungsi tanah telah mengurangi jumlah luas
harian maupun hujan rata-rata harian. Tabel 6 menunjukkan peningkatan resapan yang memungkinkan penyerapan air hujan secara alami ke dalam Peningkatan Suhu
0.2
jumlah curah hujan serta intensitas hujan selama dua periode banjir tanah. Hujan yang turun deras ke permukaan kedap air meningkatkan
besar terakhir pada tahun 2001-2002 dan 2006-2007. Meskipun curah limpasan ke sungai dan kanal yang kapasitasnya terbatas, sehingga banjir Jakarta juga rentan terhadap gabungan meningkatnya suhu global
hujan rata-rata tahunan di Jakarta diproyeksikan meningkat hanya meluap ke jalan-jalan dan permukiman. 0.0 dan efek urban heat island. Gambar 8 memperlihatkan grafik suhu
2000 2010 2020 2030 2040 2050
Tahun 2060 2070 2080 2090 2100
sebesar 2% pada periode 2030-2049 (dibandingan dengan1980-199914),
1990 permukaan rata-rata di Jakarta tahun 1881 – 1991 dan menunjukkan
Year
intensitas hujan serta perubahan-perubahannya secara keseluruhan bisa peningkatan yang tetap sebesar lebih dari 1,5 derajat Celcius selama
diperkirakan akan terus meningkat. Source: World Climate Research Programme; Kredit: J. Church et al. 2007.16 periode 100 tahun tersebut. Efek pemanasan global diperkirakan
akan meningkatkan suhu rata-rata Jakarta sebesar 1 derajat Celcius
Jakarta Utara, yang berbatasan dengan Laut Jawa dan merupakan tempat di tahun 2030, dan sebesar 3 derajat Celcius pada tahun 2100.17
Urbanisasi dan peralihan fungsi tanah telah mengurangi jumlah luas resapan yang memungkinkan penyerapan air tinggal bagi penduduk dari berbagai tingkat pendapatan serta berbagai Gabungan pemanasan global di seluruh dunia merupakan fenomena
hujan secara alami ke dalam tanah. aktivitas bisnis, industri, dan pelabuhan, sangatlah rentan terhadap akibat efek Urban Heat Island yang lebih terlokalisir, diakibatkan oleh
dari kenaikan permukaan laut. Gambar 7 menunjukkan dampak kenaikan jumlah panas yang diciptakan dan diserap di lingkungan perkotaan
permukaan laut terhadap Jakarta hingga 2050. yang sangat padat.
16 JAKARTA | Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim 17
Satuan Tugas Walikota Untuk Perubahan Iklim, Risiko
Bencana & Masyarakat Miskin Perkotaan