SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
Download to read offline
TYPHOID FEVER
Rafi Mahandaru
2013
PRESUS
CASE
• Identitas Pasien
• Nama : An. Hairul Ikhlas
• Umur : 10 tahun
• Jenis Kelamin : Laki - laki
• Alamat : Bakal Pokok RT 25
Argodadi Sedayu Bantul
• Tanggal masuk : 17/05/2013
• No. RM : 50.18.24
• Keluhan Utama
– Pasien dating dengan keluhan Demam
• RPS
Pasien datang dari IGD dengan keluhan demam,
sejak 7 hari yang lalu. Demam dirasakan sepanjang
hari makin parah saat sore jam dan tinggi saat
malam hari. Demam pertama kali hadir disertai
nyeri perut yang mengganggu dan mual. Pasien
pernah muntah saat hari ke 5 (sekitar 3 kali).
Pasien masih mengeluh mual dan muntah setiap
habis makan. Pasien mengeluh batuk pilek, nafsu
makan menurun, BAK (+), BAB (+) jemek. Pasien
pernah berobat ke puskesmas dank e bidan
setempat dan diberi obat turun pana (paracetamol
dan lain lain) sempat turun panas namun kambuh
lagi sehingga harus dibawa ke RS kali ini.
• Riwayat Penyakit Dahulu
– Pasien belum pernah mengalami penyakit yang
sama sebelumnya.
– Riwayat demam lama (-)
– Riwayat batuk lama (-)
– Riwayat penyakit asthma dan alergi (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga
– Riwayat batuk lama di keluarga (-)
– Riwayat keluarga yng menderita KP/TB/Flek (-)
– Riwayat tetangga menderita TB (+)
– Riwayat Alergi (-)
• Kesan Umum : Tampak Sakit sedang, tampak lemah
• Kesadaran : Compos Mentis
• Vital Sign :
• Tekanan darah : 100/60 mmHg
• Nadi : 80 x/menit
• Suhu badan : 38,3oC
• Pernafasan : 24 x/menit
• Pemeriksaan kulit : Turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan kulit (-), sianosis (-)
• Pemeriksaan kepala
• - Bentuk kepala : Mesosefal
• - Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
• Pemeriksaan mata
• - Palpebra : Edema (-/-)
• - Konjungtiva : Anemis (+/+)
• - Sklera : Ikterik (-/-)
• - Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
• Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
• Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-)
• Pemeriksaan Leher
• - Kelenjar tiroid : Tidak membesar
• - Kelenjar lnn : Teraba membesar, di nll sub mandibular dextra dan cervical dextra
<1 cm dan +- 1 cm tidak nyeri
• - Retraksi suprasternal : (-)
• - JVP : Tidak meningkat
• - Pharynx hiperemis, Tonsil dalam batas normal
Depan
Kanan Kiri
Inspeksi : retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi :
- Suara dasar : vesikuler
- Suara tambahan : Ronkhi kering (-),
wheezing (-), krepitasi (-)
Inspeksi : retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi :
- Suara dasar : vesikuler
- Suara tambahan : Ronkhi kering (-),
wheezing (-) krepitasi (-)
Belakang
Kanan Kiri
Palpasi : ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi :
- Suara dasar : vesikuler
- Suara tambahan : Ronkhi kering (-
), wheezing (-), krepitasi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi :
- Suara dasar : vesikuler
- Suara tambahan : Ronkhi kering (-),
wheezing (-), krepitasi(-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk bulat, defans muskular (-
), venektasi (-), sikatrik (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+)
 region lumbal dex et sin, inguinal dex et sin,
dan hypocondriaca dextra, Hepatomegali (-),
nyeri tekan hepar (+), lien tak teraba membesar,
nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan
suprapubik (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-),
pekak beralih (-), undulasi (-)
Hb 11,4 gr%
AL 10,3
AE 4,90
AT 226
Hmt 35,2
Eosinofil 0
Basofil 0
Batang 5
Segmen 66
Limfosit 23
Monosit 6
Widal 969
Typhus O 1/320
Typhus H 1/320
Ro Thorax : pulmo dan cor dalam batas normal.
Diagnosis Kerja
• Diagnosis Kerja : Obs. Febris H7 susp Tifoid
Fever, ISPA, Status Gizi Baik
Terapi
• Infus D5% 5 tpm
• Inj. Amphicilin 3 x 500 mg
• Inj. Cloramphenicol 3 X 400 mg
• Paracetamol K/P
Tanggal
Perjalanan Penyakit Terapi
17/05/2
013
S : Pasien mengelh mual, muntah dan perutya nyeri,
lemas, batuk pilek (+), BAB susah
O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah,
anemis
TD 110/60 RR 24
N 88 T 38,4
A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi
Baik
1. Infus D5% 5 tpm
2. Inj. Amphicilin 3 x 500 mg
3. Inj. Cloramphenicol 3 X
400 mg
4. Paracetamol K/P
Planning
Cek UL, Darah Malaria,
RO Thorax
18/05/2
013
S : Pasien mengelh mual, muntah dan perutya nyeri,
lemas, batuk pilek (+), BAB Hitam (+)
O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah,
anemis
TD 100/80 RR 24
N 84 T 37,8
A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi
Baik
Infus D5% 5 tpm
Inj. Amphicilin 3 x 500 mg
Inj. Cloramphenicol 3 X
400 mg
Paracetamol K/P
19/05/2
013
S : Pasien mengelh mual (+), muntah(-) dan perutya
nyeri (+), lemas, batuk(-) pilek (-), BAB Hitam (+)
O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah,
anemis
TD 100/80 RR 24
N 84 T 37,8
A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi
Baik
Infus D5% 5 tpm
Inj. Amphicilin 3 x 500
mg
Inj. Cloramphenicol 3 X
400 mg
Paracetamol K/P
20/05/2
013
S : Pasien mengelh mual (-), muntah(-) dan nyeri perut
sudah banyak berkurang (+), lemas, batuk(-) pilek (-),
BAB Hitam (+)
O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah,
anemis
TD 100/70 RR 24
N 68 T 36,8
A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi
Baik
Infus D5% 5 tpm
Inj. Amphicilin 3 x 500 mg
Inj. Cloramphenicol 3 X
400 mg
Paracetamol K/P
21/05/2013 S : Pasien mengelh mual (-),
muntah(-) dan perutya nyeri (-
), lemas, batuk(-) pilek (-), BAB
Hitam (-)
O : KU tampak sakit sedang,
pasien tampak lemah, anemis
TD 100/60 RR 24
N 76 T 36,9
A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid
Fever, ISPA, Status Gizi Baik
Infus D5% 5 tpm
Inj. Amphicilin 3 x 500
mg
Inj. Cloramphenicol 3 X
400 mg
Paracetamol K/P
Now Loading . . . . .
Introduction
• Definition
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Merupakan infeksi akut
pada usus halus (terutama pada daerah
illeocaecal) dengan gejala demam selama 7
hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan,
dan gangguan kesadaran).
• Incidence
– Demam tifoid merupakan penyakit endermik dan
termasuk penyakit menular di Indonesia (UU No 6, 1992
tentang Wabah)
– Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi
kejadian demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990
sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan
frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk
– Umur penderita (daerah endemis) dilaporkan antara
3-19 tahun. Penularan salmonella typhi sebagian
besar melalui makanan / minuman yang tercemar
oleh kuman yang berasal dari penderita atau
pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama
dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal).
• Indonesia termasuk negara dengan angka
kejadian demam tifoid yang tinggi > dari 100
kasus per 100.000 penduduk pertahun
• Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah
dan terkait dengan sanitasi lingkungan; di rural
(Jawa Barat) 157 kasus per 100.000 penduduk,
sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810
per 100.000 penduduk.
ETIOLOGY
• Salmonella typhi
• Gram negatif
• Ber-flagel
• Tidak berkapsul
• Membentuk spora
fakultatif anaerob
• Antigen ( O, H, K , Vi )
Patogenesis
Salmonella typhi bisa
bertahan pada PH +- 1,5
(dari asam lambung),
yang mana kebanyakan
bakteri tidak bisa
bertahan
• SPI-1 (salmonella
patogenicity island – 1)
• Berikatan dengan reseptor
T3SS di sel M di peyer’s
pacth  SPI-1-T3SS
• Menyebabkan alterasi
penyusunan protein actin
 kerusakan membran dan
invasi bakteri
• SPI-2  memberi signal ke
T3SS untuk pematangan
pembentukan SCV 
endocytosis
• Antigen Vi  capsullar
pollysacharide antigen 
menghalangi fagositosis
dengan mencegah ikatan
TLR dan immune spesific
surveilance lainnya dengan
antigen
• SPI-2  mencegah fusi
antara vesicel dengan
lisosom di macrofag
• Kuman di bawa oleh
macrophage ke organ
RES terutama hati
dan limfa
• (1 st bakteremia )
• berkisar 5 – 9 hari,
kuman kembali masuk
ke darah menyebar ke
seluruh tubuh (2nd
bakteremia )
• sebagian kuman masuk ke organ
tubuh terutama limpa, kandung
empedu yang selanjutnya kuman
tersebut dikeluarkan kembali dari
kandung empedu ke rongga usus dan
menyebabkan reinfeksi di usus
Endotoxin (LPS)  gejala demam tifoid
Tifoid Pada Anak
Typhoid
Fever
Demam
Gangguan
Kesadaran
Gejala
GIT
Clinical Manifestation
• Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 – 20
hari, dengan masa inkubasi terpendek 3 hari dan
terpanjang 60 hari
• Demam > 7 hari (7-
14 hari stlh ingesti
S.typhi)
• Pola demam remiten
• Demam semakin
meningkat di malam
hari dan turun saat
pagi
• Puncak demam
semakin meningkat
• 103° to 104° F (39° to
40° C)
1 st Week
Diare Nyeri Perut Anoreksia Mual
konstipasiNyeri kepalaDemam
• Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala
menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya, seperti
• Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu
badan yang meningkat.
2nd Week
• Gejala tampak lebih jelas dan
progresif
• Demam remiten
• Demam tinggi 39 – 41 C
• Perut kembung
• Lidah typhoid
• Hepato/splenomegali
• Ruam (rose spot)
3rd week
• Toxic , anorexic dengan
penurunan BB
• Conjunctiva hiperemis
• Tachypnea, nadi lemah
• Bradikardia relative
nyata
• Apathy, confusion
• Distensi abdomen
• Perdarahan saluran
cerna
4th week
• If the individual survives to the fourth week,
the fever, mental state, and abdominal
distension slowly improve over a few days.
Intestinal and neurologic complications may
still occur in surviving untreated individuals.
Weight loss and debilitating weakness last
months. Some survivors become asymptomatic
S typhi carriers and have the potential to
transmit the bacteria indefinitely
Gambaran darah tepi
Diagnosis
• Malaise
• Delirium
• Apathy
• Konfusi
• Lethargi
• Somnolent
• Stepladder
• Menggigil
• Ruam
• Rose spot
• Nyeri kepala
• Lidah kotor
• Hepatomegally
• Mual muntah
• Nyeri perut
• diare
• konstipasi
• Anoreksia
• Perut kembung
• Mellena
• Onset
• Pola/tipe
• Temperature
• Karakteristik
• Progresivitas
• Usaha mengobati
demam
Demam
Keluhan
GIT
gg.
Kesadarn
Gejala
Pendkng
PhysicalExamination
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium darah lengkap
– Leukopenia  normal  leukositosis
– Peningkatan ESR, trombositopenia dan limfopenia
– PT, Aptt sedikit meningkat, fibrinogen menurun
– Transaminase dan bilirubin naik
– Hipo Na dan K ringan dan peningkatan LDH
• Isolasi Kuman S.typhi  Kultur
• Uji Serologi
• Test DNA
• Kultur darah
– Sensitivitas 40 – 80 % spesifisitas 100 % (Gold
Standard)
– Disertai Uji sensitivitas  hasil keluar dalam 5 hari
– Jika hasil negative  pertimbangkan
• Terapi antibiotik sebelumya
• Volume darah yang kurang (idealnya 5 - 10 cc)
• Riwayat vaksinasi
• Waktu pengambilan sample ( idealnya minggu pertama)
– Biakan darah positif ditemukan pada 75-80%
penderita pada minggu pertama sakit, sedangkan
pada akhir minggu ke-tiga, biakan darah positif hanya
pada 10% penderita. Setelah minggu ke-empat
penyakit, sangat jarang ditemukan kuman di dalam
darah. Bila terjadi relaps, maka biakan darah akan
positif kembali.
• Kultur sumsum tulang
– 90 % sensitivitas sampai setidaknya hari ke 5
sebelum pemakaian antibiotik
– Extremely painful
– Banyak digunakan untuk penelitian saja
– Media selektif 10% aqueus oxgall, tryptic soy
broth  inkubasi pda 37 C selama 7 hari
– Biakan sumsum tulang sering tetap positif selama
perjalanan penyakit dan menghilang pada fase
penyembuhan.
– Tidak terlalu dipengaruhi oleh penggunaan
antibiotik
• Kultur Feses memiliki sensitivitas < 50 %
• Kultur urine lebih rendah dari pada kultur
feses
• Kultur punch-biopsy pada ruam / rose spot
memiliki sensitifitas 63% (dapat memberikan
hasil posotif setelah pemakaian antibiotik)
• Deteksi terhadap Aglutinin
Antigen O (somatik) dan
antigen H (flagella)
• Semakin tinggi nilai
pengenceran yang positif
semakin besar prediktif
penderita terkena Tifoid
• Di Indonesia pengambilan angka titer O aglutinin ≥ 1/40
dengan memakai uji widal slide aglutination (prosedur
pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit) menunjukkan
nilai ramal positif 96%. Artinya apabila hasil tes positif, 96%
kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif
tidak menyingkirkan. Banyak senter mengatur pendapat
apabila titer O aglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau pada
titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis
demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak
dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau,
sedang Vi aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S.
typhi (karier). Banyak peneliti mengemukanan bahwa uji
serologi widal kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul
positif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti biakan
darah positif.
• Aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan
• Aglutinin H menetap lebih lama antara 9 bulan – 2
tahun
• Antibodi Vi timbul lebih lambat dan biasanya
menghilang setelah penderita sembuh dari sakit.
• Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya
(misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O
dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang
dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan
hasil positif palsu (false positive).
• Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi
(bukan tifoid).
Widal Test
Tubex TF test
• deteksi antibodi anti-S.typhi
O9 pd serum pasien
• Antigen O9 bersifat
imunodominan 
merangsang respon imun
secara cepat sehingga 
deteksi anti-O9 dapat
dilakukan lebih dini yaitu
pada hari ke 4-5 untuk infeksi
primer.
• Interpretasi hasil uji Tubex :
< 2 Negatif tidak menunjuk infeksi TF aktif
3 Borderline tidak dapat disimpulkan 
bila ragu, ulangi pengujian beberapa
hari kemudian
4-5 Positif menunjukkan infeksi TF aktif
> 6 Positif indikasi kuat infeksi TF
Klinis umum + gejala khas + Penunjang
Gejala infeksi
akut
Exclude malaria dan
adanya limfosit
naik/normal, Widal
Positive
(serodiagnosis)
Kultur (darah, sum-
tul,feses/cairans
usus)  positive
Widal > 1/320
CONFIRMED
TYPHOID FEVER
Treatment
Tirah baring
Pemenuhan nutrisi yang tepat
Antibiotik
Indikasi Rawat Inap
• Demam tifoid dengan komplikasi/penyulit
atau bila dipertimbangkan perawatan dirumah
oleh keluarga tidak adekuat. Komplikasi yang
bisa terjadi: dehidrasi, perdarahan saluran
cerna, perforasi usus, hepatisis tifosa,
meningitis, pneumonia, pyelonephritis,
endokarditis dll.
• Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein
• Tidak mengandung banyak serat.
• Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
• Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Makanan dengan rendah serat dan
rendah sisa bertujuan untuk
memberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi yang sedikit mungkin
meninggalkan sisa sehingga
dapat membatasi volume feses, dan
tidak merangsang saluran cerna.
Pemberian bubur saring, juga
ditujukan untuk menghindari
terjadinya komplikasi perdarahan
saluran cerna atau perforasi usus.
Nutrisi
Cloramphenicol / Tiamphenicol
• 50 – 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari
• Berikatan dengan ribosom sub unit 50s
• Banyak terjadi resistensi, namun masih banyak
digunakan
• Efektif dalam menurunkan demam dan
intensitas gejala dalam 3 – 5 hari
• Murah dan mudah didapat
• AE : anemia aplastik, depresi sumsum
tulang, hemolisis, reaksi alergi, reaksi saluran
cerna
Ampisilin 100 – 200 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14
hari.
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14
hari.
• derivat Penisilin yang digunakan pada
pengobatan demam tifoid
• Menghambat sintesis dinding sel bakteri
• dapat terjadi skin rash (3 – 18%), dan diare
(11%). (Reaksi alergi)
• Kombinasi tidak lebih baik dari pada tunggal
Ceftriaxone
• Dosis yang dianjurkan adalah 50 – 100
mg/kgBB/hari, tunggal atau dalam 2 dosis iv.
Cefotaxime
• Dosis yang dianjurkan adalah 150 – 200
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3- 4 dosis iv.
• Cyprofloxacin
– Dosis yang dianjurkan adalah 2 x 200 – 400 mg
oral pada anak berumur lebih dari 10 tahun.
– Pilihan bagi yang resisten
Pencegahan
• Sebagian besar penularan melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (kurang bersih) maka
pencegahan terutama penyediaan air bersih dan
penyajian/pengelolaan makanan yang sehat serta
sanitasi lingkungan. Bagi mereka yang berisiko sakit
(anak-anak) atau sumber penular (mereka yang terkait
dengan penyajian makanan) sangat dianjurkan
pemberian vaksin.
• Vaksin yang tersedia saat ini:
A. Oral Typhoid Vaccine (Ty21A) : vaksin hidup
B. Parenteral Inactivated Typhoid Vaccine: mati,
subkutan
C. Typhoid Vi Capsular Polysaccharide Vaccine: IM
KESIMPULAN
• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Bakteri salmonella typhi
bersama makanan / minuman masuk ke dalam
tubuh melalui mulut.
• Walupun gejala demam tifoid pada anak lebih
bervariasi, secara garis besar gejala-gejala yang
timbul adalah :
– Demam satu minggu atau lebih.
– Gangguan saluran pencernaan.
– Gangguan kesadaran.
• Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis
demam tifoid dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
• Isolasi kuman penyebab demam tifoid melalui biakan
kuman dari spesimen penderita, seperti darah, sumsum
tulang, urin, tinja, cairan duodenum dan rose spot.
• Uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen
S.typhi dan menentukan adanya antigen spesifik dari
Salmonella typhi.
• Pemeriksaan melacak DNA kuman S.typhi.
• Kloramfenikol digunakan sebagai obat pilihan pada kasus
demam tifoid.
• Pencegahannya adalah higiene pribadi yang baik dan
Imunisasi serta vaksinasi aktif dapat membantu menekan
angka kejadian demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
• Soedarmo, Poorwo, SS, dkk ; penyunting : Buku ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis; Edisi kedua; Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UI, Jakarta : 2010.
• Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi bahasa
Indonesia: A Samik Wahab; Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ed.15- Jakarta:
EGC, 1999.
• Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi
IV; Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
• Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam
Pediatrics Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta : 2003
• Rampengan. T H : Penyakit infeksi Tropis pada Anak ; edisi 2. Jakarta : EGC
2007.
• http://emedicine.medscape.com/article/231135-medication#showall
THANK YOU
ANY QUESTION ?

More Related Content

What's hot

Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imaturKarin Survival
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Ajo Yayan
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis AnakSimposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis AnakTikabanget Gituh
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report MeningitisKharima SD
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriEncepal Cere
 
Laporan kasus graves disease
Laporan kasus graves diseaseLaporan kasus graves disease
Laporan kasus graves diseaseNoorahmah Adiany
 
Laporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixLaporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixbeequeen_30
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikAulia Amani
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demamwagamama6
 

What's hot (20)

Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Gonorrhea
GonorrheaGonorrhea
Gonorrhea
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis AnakSimposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
 
P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 
Dispepsia
DispepsiaDispepsia
Dispepsia
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
Tuberkulosis ppt
Tuberkulosis pptTuberkulosis ppt
Tuberkulosis ppt
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit Disentri
 
Laporan kasus graves disease
Laporan kasus graves diseaseLaporan kasus graves disease
Laporan kasus graves disease
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Laporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixLaporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fix
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 

Viewers also liked

Demam tipoid
Demam tipoidDemam tipoid
Demam tipoidejjariza
 
Demam tifoid puskesmas cynthia
Demam tifoid puskesmas cynthiaDemam tifoid puskesmas cynthia
Demam tifoid puskesmas cynthiaCynthia Natalia
 
Typhoid fever ppt
Typhoid fever pptTyphoid fever ppt
Typhoid fever pptAnwar Ahmad
 
Typhoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & Prevention
Typhoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & PreventionTyphoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & Prevention
Typhoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & PreventionDJ CrissCross
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiAnjani Hidayah
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalisMo Nas
 
Salmonellosis
SalmonellosisSalmonellosis
Salmonellosisudayana
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidSri Nala
 

Viewers also liked (20)

Demam tipoid
Demam tipoidDemam tipoid
Demam tipoid
 
Demam tifoid puskesmas cynthia
Demam tifoid puskesmas cynthiaDemam tifoid puskesmas cynthia
Demam tifoid puskesmas cynthia
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Thypoid
ThypoidThypoid
Thypoid
 
Typhoid fever ppt
Typhoid fever pptTyphoid fever ppt
Typhoid fever ppt
 
Serologi fk 15
Serologi fk 15Serologi fk 15
Serologi fk 15
 
Typhoid fever
Typhoid feverTyphoid fever
Typhoid fever
 
Typhoid Fever
Typhoid FeverTyphoid Fever
Typhoid Fever
 
Typhoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & Prevention
Typhoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & PreventionTyphoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & Prevention
Typhoid Fever: Clinical Manifestations, Diagnosis, Treatment & Prevention
 
Typhoid fever
Typhoid feverTyphoid fever
Typhoid fever
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Daftar harga new reguler1
Daftar harga new reguler1Daftar harga new reguler1
Daftar harga new reguler1
 
Demam fadli
Demam fadliDemam fadli
Demam fadli
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
 
239930897 case-hsp
239930897 case-hsp239930897 case-hsp
239930897 case-hsp
 
Salmonellosis
SalmonellosisSalmonellosis
Salmonellosis
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam Thypoid
 
Typhoid
Typhoid Typhoid
Typhoid
 
Power point kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Power point kejang demam AKPER PEMKAB MUNAPower point kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Power point kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Presentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTIPresentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTI
 

Similar to Tifoid Pada Anak

Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Soroy Lardo
 
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptxPPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptxRiskiSyahputra4
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseDondy Juliansyah
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverHannaSilmiZahra
 
Presentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failurePresentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failureLetta Samudra
 
Gastritis erosiva
Gastritis erosivaGastritis erosiva
Gastritis erosivaardi ansyah
 
LAPKAS CHF.pptx
LAPKAS CHF.pptxLAPKAS CHF.pptx
LAPKAS CHF.pptxIvanOnggo1
 
Gastrointestinal Akut (resus dr.maria)
Gastrointestinal Akut  (resus dr.maria)Gastrointestinal Akut  (resus dr.maria)
Gastrointestinal Akut (resus dr.maria)Jifani Rasyad
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutReny Erawati
 
prolonged fever
prolonged feverprolonged fever
prolonged fevertendriayu1
 
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSSoroy Lardo
 
IdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptx
IdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptxIdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptx
IdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptxHusnulAridha1
 

Similar to Tifoid Pada Anak (20)

Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
 
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptxPPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptx
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid Fever
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Severe Malaria
Severe MalariaSevere Malaria
Severe Malaria
 
Presentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failurePresentasi kasus congestive heart failure
Presentasi kasus congestive heart failure
 
LAPSUS INTERSHIP IPD.pptx
LAPSUS INTERSHIP IPD.pptxLAPSUS INTERSHIP IPD.pptx
LAPSUS INTERSHIP IPD.pptx
 
Gastritis erosiva
Gastritis erosivaGastritis erosiva
Gastritis erosiva
 
LAPKAS CHF.pptx
LAPKAS CHF.pptxLAPKAS CHF.pptx
LAPKAS CHF.pptx
 
Gastrointestinal Akut (resus dr.maria)
Gastrointestinal Akut  (resus dr.maria)Gastrointestinal Akut  (resus dr.maria)
Gastrointestinal Akut (resus dr.maria)
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
 
prolonged fever
prolonged feverprolonged fever
prolonged fever
 
Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleksKejang demam kompleks
Kejang demam kompleks
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
 
Ppt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumoniaPpt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumonia
 
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
 
IdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptx
IdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptxIdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptx
IdaolxnalzljalKxmalzlxnalzmwnmsmzzmwm.pptx
 
Asma pada anak
Asma pada anakAsma pada anak
Asma pada anak
 
Lapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasisLapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasis
 

More from Rafi Mahandaru

More from Rafi Mahandaru (8)

HHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic PersonHHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic Person
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASE
 
asthma bronchiale
asthma bronchialeasthma bronchiale
asthma bronchiale
 
Misoprostol vs oxytocin
Misoprostol vs oxytocinMisoprostol vs oxytocin
Misoprostol vs oxytocin
 
See pneumoperitoneum
See pneumoperitoneumSee pneumoperitoneum
See pneumoperitoneum
 
Charcot foot
Charcot footCharcot foot
Charcot foot
 
Septic shock
Septic shockSeptic shock
Septic shock
 
Diare Pada Anak
Diare Pada AnakDiare Pada Anak
Diare Pada Anak
 

Tifoid Pada Anak

  • 2. CASE • Identitas Pasien • Nama : An. Hairul Ikhlas • Umur : 10 tahun • Jenis Kelamin : Laki - laki • Alamat : Bakal Pokok RT 25 Argodadi Sedayu Bantul • Tanggal masuk : 17/05/2013 • No. RM : 50.18.24
  • 3. • Keluhan Utama – Pasien dating dengan keluhan Demam • RPS Pasien datang dari IGD dengan keluhan demam, sejak 7 hari yang lalu. Demam dirasakan sepanjang hari makin parah saat sore jam dan tinggi saat malam hari. Demam pertama kali hadir disertai nyeri perut yang mengganggu dan mual. Pasien pernah muntah saat hari ke 5 (sekitar 3 kali). Pasien masih mengeluh mual dan muntah setiap habis makan. Pasien mengeluh batuk pilek, nafsu makan menurun, BAK (+), BAB (+) jemek. Pasien pernah berobat ke puskesmas dank e bidan setempat dan diberi obat turun pana (paracetamol dan lain lain) sempat turun panas namun kambuh lagi sehingga harus dibawa ke RS kali ini.
  • 4. • Riwayat Penyakit Dahulu – Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. – Riwayat demam lama (-) – Riwayat batuk lama (-) – Riwayat penyakit asthma dan alergi (-) • Riwayat Penyakit Keluarga – Riwayat batuk lama di keluarga (-) – Riwayat keluarga yng menderita KP/TB/Flek (-) – Riwayat tetangga menderita TB (+) – Riwayat Alergi (-)
  • 5. • Kesan Umum : Tampak Sakit sedang, tampak lemah • Kesadaran : Compos Mentis • Vital Sign : • Tekanan darah : 100/60 mmHg • Nadi : 80 x/menit • Suhu badan : 38,3oC • Pernafasan : 24 x/menit • Pemeriksaan kulit : Turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan kulit (-), sianosis (-) • Pemeriksaan kepala • - Bentuk kepala : Mesosefal • - Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata • Pemeriksaan mata • - Palpebra : Edema (-/-) • - Konjungtiva : Anemis (+/+) • - Sklera : Ikterik (-/-) • - Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor • Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-) • Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-) • Pemeriksaan Leher • - Kelenjar tiroid : Tidak membesar • - Kelenjar lnn : Teraba membesar, di nll sub mandibular dextra dan cervical dextra <1 cm dan +- 1 cm tidak nyeri • - Retraksi suprasternal : (-) • - JVP : Tidak meningkat • - Pharynx hiperemis, Tonsil dalam batas normal
  • 6. Depan Kanan Kiri Inspeksi : retraksi (-) Palpasi : ketinggalan gerak (-). Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : - Suara dasar : vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (-), wheezing (-), krepitasi (-) Inspeksi : retraksi (-) Palpasi : ketinggalan gerak (-). Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : - Suara dasar : vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (-), wheezing (-) krepitasi (-) Belakang Kanan Kiri Palpasi : ketinggalan gerak (-) Perkusi : sonor Auskultasi : - Suara dasar : vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (- ), wheezing (-), krepitasi (-) Palpasi : ketinggalan gerak (-) Perkusi : sonor Auskultasi : - Suara dasar : vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (-), wheezing (-), krepitasi(-)
  • 7. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Bentuk bulat, defans muskular (- ), venektasi (-), sikatrik (-) Auskultasi : Peristaltik usus (+) Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+)  region lumbal dex et sin, inguinal dex et sin, dan hypocondriaca dextra, Hepatomegali (-), nyeri tekan hepar (+), lien tak teraba membesar, nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan suprapubik (-) Perkusi : Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-), pekak beralih (-), undulasi (-)
  • 8. Hb 11,4 gr% AL 10,3 AE 4,90 AT 226 Hmt 35,2 Eosinofil 0 Basofil 0 Batang 5 Segmen 66 Limfosit 23 Monosit 6 Widal 969 Typhus O 1/320 Typhus H 1/320
  • 9. Ro Thorax : pulmo dan cor dalam batas normal. Diagnosis Kerja • Diagnosis Kerja : Obs. Febris H7 susp Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi Baik Terapi • Infus D5% 5 tpm • Inj. Amphicilin 3 x 500 mg • Inj. Cloramphenicol 3 X 400 mg • Paracetamol K/P
  • 10. Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi 17/05/2 013 S : Pasien mengelh mual, muntah dan perutya nyeri, lemas, batuk pilek (+), BAB susah O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah, anemis TD 110/60 RR 24 N 88 T 38,4 A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi Baik 1. Infus D5% 5 tpm 2. Inj. Amphicilin 3 x 500 mg 3. Inj. Cloramphenicol 3 X 400 mg 4. Paracetamol K/P Planning Cek UL, Darah Malaria, RO Thorax 18/05/2 013 S : Pasien mengelh mual, muntah dan perutya nyeri, lemas, batuk pilek (+), BAB Hitam (+) O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah, anemis TD 100/80 RR 24 N 84 T 37,8 A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi Baik Infus D5% 5 tpm Inj. Amphicilin 3 x 500 mg Inj. Cloramphenicol 3 X 400 mg Paracetamol K/P
  • 11. 19/05/2 013 S : Pasien mengelh mual (+), muntah(-) dan perutya nyeri (+), lemas, batuk(-) pilek (-), BAB Hitam (+) O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah, anemis TD 100/80 RR 24 N 84 T 37,8 A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi Baik Infus D5% 5 tpm Inj. Amphicilin 3 x 500 mg Inj. Cloramphenicol 3 X 400 mg Paracetamol K/P 20/05/2 013 S : Pasien mengelh mual (-), muntah(-) dan nyeri perut sudah banyak berkurang (+), lemas, batuk(-) pilek (-), BAB Hitam (+) O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah, anemis TD 100/70 RR 24 N 68 T 36,8 A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi Baik Infus D5% 5 tpm Inj. Amphicilin 3 x 500 mg Inj. Cloramphenicol 3 X 400 mg Paracetamol K/P
  • 12. 21/05/2013 S : Pasien mengelh mual (-), muntah(-) dan perutya nyeri (- ), lemas, batuk(-) pilek (-), BAB Hitam (-) O : KU tampak sakit sedang, pasien tampak lemah, anemis TD 100/60 RR 24 N 76 T 36,9 A : Obs Fevris H 8 susp. Tifoid Fever, ISPA, Status Gizi Baik Infus D5% 5 tpm Inj. Amphicilin 3 x 500 mg Inj. Cloramphenicol 3 X 400 mg Paracetamol K/P
  • 13. Now Loading . . . . .
  • 14. Introduction • Definition Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Merupakan infeksi akut pada usus halus (terutama pada daerah illeocaecal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran).
  • 15. • Incidence – Demam tifoid merupakan penyakit endermik dan termasuk penyakit menular di Indonesia (UU No 6, 1992 tentang Wabah) – Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk – Umur penderita (daerah endemis) dilaporkan antara 3-19 tahun. Penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan / minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal). • Indonesia termasuk negara dengan angka kejadian demam tifoid yang tinggi > dari 100 kasus per 100.000 penduduk pertahun • Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan terkait dengan sanitasi lingkungan; di rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk.
  • 16. ETIOLOGY • Salmonella typhi • Gram negatif • Ber-flagel • Tidak berkapsul • Membentuk spora fakultatif anaerob • Antigen ( O, H, K , Vi )
  • 17. Patogenesis Salmonella typhi bisa bertahan pada PH +- 1,5 (dari asam lambung), yang mana kebanyakan bakteri tidak bisa bertahan
  • 18. • SPI-1 (salmonella patogenicity island – 1) • Berikatan dengan reseptor T3SS di sel M di peyer’s pacth  SPI-1-T3SS • Menyebabkan alterasi penyusunan protein actin  kerusakan membran dan invasi bakteri • SPI-2  memberi signal ke T3SS untuk pematangan pembentukan SCV  endocytosis • Antigen Vi  capsullar pollysacharide antigen  menghalangi fagositosis dengan mencegah ikatan TLR dan immune spesific surveilance lainnya dengan antigen • SPI-2  mencegah fusi antara vesicel dengan lisosom di macrofag
  • 19. • Kuman di bawa oleh macrophage ke organ RES terutama hati dan limfa • (1 st bakteremia ) • berkisar 5 – 9 hari, kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (2nd bakteremia ) • sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus
  • 20. Endotoxin (LPS)  gejala demam tifoid
  • 23. • Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 – 20 hari, dengan masa inkubasi terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari • Demam > 7 hari (7- 14 hari stlh ingesti S.typhi) • Pola demam remiten • Demam semakin meningkat di malam hari dan turun saat pagi • Puncak demam semakin meningkat • 103° to 104° F (39° to 40° C)
  • 24. 1 st Week Diare Nyeri Perut Anoreksia Mual konstipasiNyeri kepalaDemam • Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti • Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.
  • 25. 2nd Week • Gejala tampak lebih jelas dan progresif • Demam remiten • Demam tinggi 39 – 41 C • Perut kembung • Lidah typhoid • Hepato/splenomegali • Ruam (rose spot)
  • 26. 3rd week • Toxic , anorexic dengan penurunan BB • Conjunctiva hiperemis • Tachypnea, nadi lemah • Bradikardia relative nyata • Apathy, confusion • Distensi abdomen • Perdarahan saluran cerna 4th week • If the individual survives to the fourth week, the fever, mental state, and abdominal distension slowly improve over a few days. Intestinal and neurologic complications may still occur in surviving untreated individuals. Weight loss and debilitating weakness last months. Some survivors become asymptomatic S typhi carriers and have the potential to transmit the bacteria indefinitely
  • 29. • Malaise • Delirium • Apathy • Konfusi • Lethargi • Somnolent • Stepladder • Menggigil • Ruam • Rose spot • Nyeri kepala • Lidah kotor • Hepatomegally • Mual muntah • Nyeri perut • diare • konstipasi • Anoreksia • Perut kembung • Mellena • Onset • Pola/tipe • Temperature • Karakteristik • Progresivitas • Usaha mengobati demam Demam Keluhan GIT gg. Kesadarn Gejala Pendkng
  • 31. Pemeriksaan Penunjang • Laboratorium darah lengkap – Leukopenia  normal  leukositosis – Peningkatan ESR, trombositopenia dan limfopenia – PT, Aptt sedikit meningkat, fibrinogen menurun – Transaminase dan bilirubin naik – Hipo Na dan K ringan dan peningkatan LDH • Isolasi Kuman S.typhi  Kultur • Uji Serologi • Test DNA
  • 32. • Kultur darah – Sensitivitas 40 – 80 % spesifisitas 100 % (Gold Standard) – Disertai Uji sensitivitas  hasil keluar dalam 5 hari – Jika hasil negative  pertimbangkan • Terapi antibiotik sebelumya • Volume darah yang kurang (idealnya 5 - 10 cc) • Riwayat vaksinasi • Waktu pengambilan sample ( idealnya minggu pertama) – Biakan darah positif ditemukan pada 75-80% penderita pada minggu pertama sakit, sedangkan pada akhir minggu ke-tiga, biakan darah positif hanya pada 10% penderita. Setelah minggu ke-empat penyakit, sangat jarang ditemukan kuman di dalam darah. Bila terjadi relaps, maka biakan darah akan positif kembali.
  • 33. • Kultur sumsum tulang – 90 % sensitivitas sampai setidaknya hari ke 5 sebelum pemakaian antibiotik – Extremely painful – Banyak digunakan untuk penelitian saja – Media selektif 10% aqueus oxgall, tryptic soy broth  inkubasi pda 37 C selama 7 hari – Biakan sumsum tulang sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan. – Tidak terlalu dipengaruhi oleh penggunaan antibiotik
  • 34. • Kultur Feses memiliki sensitivitas < 50 % • Kultur urine lebih rendah dari pada kultur feses • Kultur punch-biopsy pada ruam / rose spot memiliki sensitifitas 63% (dapat memberikan hasil posotif setelah pemakaian antibiotik)
  • 35. • Deteksi terhadap Aglutinin Antigen O (somatik) dan antigen H (flagella) • Semakin tinggi nilai pengenceran yang positif semakin besar prediktif penderita terkena Tifoid • Di Indonesia pengambilan angka titer O aglutinin ≥ 1/40 dengan memakai uji widal slide aglutination (prosedur pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit) menunjukkan nilai ramal positif 96%. Artinya apabila hasil tes positif, 96% kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif tidak menyingkirkan. Banyak senter mengatur pendapat apabila titer O aglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (karier). Banyak peneliti mengemukanan bahwa uji serologi widal kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul positif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti biakan darah positif. • Aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan • Aglutinin H menetap lebih lama antara 9 bulan – 2 tahun • Antibodi Vi timbul lebih lambat dan biasanya menghilang setelah penderita sembuh dari sakit. • Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). • Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi (bukan tifoid). Widal Test
  • 36. Tubex TF test • deteksi antibodi anti-S.typhi O9 pd serum pasien • Antigen O9 bersifat imunodominan  merangsang respon imun secara cepat sehingga  deteksi anti-O9 dapat dilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer. • Interpretasi hasil uji Tubex : < 2 Negatif tidak menunjuk infeksi TF aktif 3 Borderline tidak dapat disimpulkan  bila ragu, ulangi pengujian beberapa hari kemudian 4-5 Positif menunjukkan infeksi TF aktif > 6 Positif indikasi kuat infeksi TF
  • 37. Klinis umum + gejala khas + Penunjang Gejala infeksi akut Exclude malaria dan adanya limfosit naik/normal, Widal Positive (serodiagnosis) Kultur (darah, sum- tul,feses/cairans usus)  positive Widal > 1/320 CONFIRMED TYPHOID FEVER
  • 39. Indikasi Rawat Inap • Demam tifoid dengan komplikasi/penyulit atau bila dipertimbangkan perawatan dirumah oleh keluarga tidak adekuat. Komplikasi yang bisa terjadi: dehidrasi, perdarahan saluran cerna, perforasi usus, hepatisis tifosa, meningitis, pneumonia, pyelonephritis, endokarditis dll.
  • 40. • Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein • Tidak mengandung banyak serat. • Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. • Makanan lunak diberikan selama istirahat. Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Nutrisi
  • 41. Cloramphenicol / Tiamphenicol • 50 – 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari • Berikatan dengan ribosom sub unit 50s • Banyak terjadi resistensi, namun masih banyak digunakan • Efektif dalam menurunkan demam dan intensitas gejala dalam 3 – 5 hari • Murah dan mudah didapat • AE : anemia aplastik, depresi sumsum tulang, hemolisis, reaksi alergi, reaksi saluran cerna
  • 42. Ampisilin 100 – 200 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari. Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari. • derivat Penisilin yang digunakan pada pengobatan demam tifoid • Menghambat sintesis dinding sel bakteri • dapat terjadi skin rash (3 – 18%), dan diare (11%). (Reaksi alergi) • Kombinasi tidak lebih baik dari pada tunggal
  • 43. Ceftriaxone • Dosis yang dianjurkan adalah 50 – 100 mg/kgBB/hari, tunggal atau dalam 2 dosis iv. Cefotaxime • Dosis yang dianjurkan adalah 150 – 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3- 4 dosis iv.
  • 44. • Cyprofloxacin – Dosis yang dianjurkan adalah 2 x 200 – 400 mg oral pada anak berumur lebih dari 10 tahun. – Pilihan bagi yang resisten
  • 45. Pencegahan • Sebagian besar penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (kurang bersih) maka pencegahan terutama penyediaan air bersih dan penyajian/pengelolaan makanan yang sehat serta sanitasi lingkungan. Bagi mereka yang berisiko sakit (anak-anak) atau sumber penular (mereka yang terkait dengan penyajian makanan) sangat dianjurkan pemberian vaksin. • Vaksin yang tersedia saat ini: A. Oral Typhoid Vaccine (Ty21A) : vaksin hidup B. Parenteral Inactivated Typhoid Vaccine: mati, subkutan C. Typhoid Vi Capsular Polysaccharide Vaccine: IM
  • 46. KESIMPULAN • Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Bakteri salmonella typhi bersama makanan / minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. • Walupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, secara garis besar gejala-gejala yang timbul adalah : – Demam satu minggu atau lebih. – Gangguan saluran pencernaan. – Gangguan kesadaran.
  • 47. • Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: • Isolasi kuman penyebab demam tifoid melalui biakan kuman dari spesimen penderita, seperti darah, sumsum tulang, urin, tinja, cairan duodenum dan rose spot. • Uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen S.typhi dan menentukan adanya antigen spesifik dari Salmonella typhi. • Pemeriksaan melacak DNA kuman S.typhi. • Kloramfenikol digunakan sebagai obat pilihan pada kasus demam tifoid. • Pencegahannya adalah higiene pribadi yang baik dan Imunisasi serta vaksinasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid.
  • 48. DAFTAR PUSTAKA • Soedarmo, Poorwo, SS, dkk ; penyunting : Buku ajar Infeksi dan Pediatri Tropis; Edisi kedua; Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Jakarta : 2010. • Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi bahasa Indonesia: A Samik Wahab; Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ed.15- Jakarta: EGC, 1999. • Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi IV; Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007 • Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003 • Rampengan. T H : Penyakit infeksi Tropis pada Anak ; edisi 2. Jakarta : EGC 2007. • http://emedicine.medscape.com/article/231135-medication#showall

Editor's Notes

  1. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH &lt; 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus.
  2. Syarat-syarat diet sisarendahadalah:1.     Energicukupsesuaidenganumur, jeniskelamindanaktivitas2.     Protein cukup, yaitu 10-15% darikebutuhanenergi total3.     Lemaksedang, yaitu 10-25% darikebutuhanenergi total4.     Karbohidratcukup, yaitusisakebutuhanenergi total5.  Menghindarimakananberserattinggidansedangsehinggaasupanseratmaksimal 8 gr/hari. Pembatasaninidisesuaikandengantoleransiperorangan6.  Menghindarisusu, produksusu, dagingberseratkasar (liat) sesuai   dengan toleransiperorangan.7.    Menghindarimakanan yang terlaluberlemak, terlalumanis, terlaluasamdan berbumbu   tajam.8.   Makanandimasakhinggalunakdandihidangkanpadasuhutidakterlalu panasdandingin9.    Makananseringdiberikandalamporsikecil               10.    Biladiberikanuntukjangkawaktu lama ataudalamkeadaankhusus, diet perludisertaisuplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makananparenteral. Makanan yang dianjurkanantara lain :    1. Sumberkarbohidrat : berasdibubur/tim, rotibakar, kentang rebus, krakers, tepung-tepungandibuburataudibuatpuding                 2. Sumber protein hewani: dagingempuk, hati, ayam, ikandirebus, ditumis, dikukus,diungkep, dipanggang; telurdirebus, ditim, diceplok air, didadar, dicampurdalammakanandanminuman; susumaksimal 2 gelas per hari        3. Sumber protein nabati : tahu, tempeditim, direbus, ditumis; pindakas; susukedelai   4. Sayuran : sayuranberseratrendahdansedangsepertikacangpanjang, buncismuda, bayam, labusiam, tomatmasak, wortel  direbus, dikukus, ditumis     5.  Buah-buahan : semua sari buah; buahsegar yang matang (tanpakulitdanbiji) dantidakbanyakmenimbulkan gas sepertipepaya , pisang, jeruk, alpukat    6. Lemaknabati : margarin, mentega, danminyakdalamjumlahterbatasuntukmenumis, mengolesdan setup      7.  Minuman : tehencer, sirup     8.  Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kuncidalamjumlahterbatas Sedangkanmakanan yang tidakdianjurkanadalah :          1. Sumberkarbohidrat : berasketan, berastumbuk/merah, roti whole wheat, jagung, ubi, singkong, talas, tarcis, dodoldankue-kue lain yang manisdangurih     2. Sumber protein hewani : dagingberseratkasar (liat), sertadaging, ayam, ikandiawetkan, telurmatasapi, didadar        3. Sumber protein nabati : Kacangmerahsertakacang-kacangankeringsepertikacangtanah, kacanghijau, kacangkedelai, dankacangtolo      5. Sayuran : sayuran yang berserattinggiseperti : daunsingkong, daunkatuk, daunpepaya, daundanbuahmelinjo, oyong,timunsertasemuasayuran yang dimakanmentah         6. Buah-buahan : buah-buahan yang dimakandengankulitsepertiapel, jambubiji,   jeruk yang dimakandengankulitari; buah yang menimbulkan gas seperti durian dannangka            7. Lemak : minyakuntukmenggoreng, lemakhewani, kelapadansantan            8. Minuman : kopi dantehkental; minuman yang mengandung soda danalkohol            9. Bumbu : cabedanmerica