Matematika tidak hanya dapat dikuasai oleh murid-murid berbakat saja, melainkan juga membutuhkan ketekunan. Murid perlu sering berlatih menyelesaikan soal-soal matematika untuk meningkatkan keterampilannya. Guru juga harus menguasai materi pelajaran dan mampu menyampaikannya dengan cara yang mudah dipahami murid agar murid tidak takut dengan matematika. Peran orang tua dan pendekatan pembelajaran yang kreatif
1. Matematika itu Mudah dan Menyenangkan
Pernyataan bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan, semestinya kita
perkenalkan dan kita buktikan dari awal. Untuk mencapai penguasaan materi pelajaran apapun
(bukan hanya matematika), membutuhkan ketekunan. Anggapan bahwa matematika hanya dapat
dikuasai oleh murid-murid yang berbakat, tidak sepenuhnya benar. Bakat tidak menentukan
tingkat penalaran, kemampuan dan keterampilan murid dalam berhitung
Keterampilan murid dalam menyelesaikan soal matematika seperti halnya seseorang yang
mencoba keterampilan menganyam.Begitu juga dengan pelajaran matematika. Murid tidak akan
terampil menyelesaikan soal matematika bila murid yang bersangkutan jarang mencoba berlatih
menyelesaikan soal matematika secara mandiri. Pelajaran matematika identik dengan pelajaran
ketrampilan tangan. Semakin sering tangan mau menulis, mencoret, mengkali, membagi, tambah
dan kurang, maka otak akan semakin pandai dalam memecahkan materi soal matematika. Awal
mula tangan mau bergerak, kemudian otak terstimulasi menemukan ide pemecahan soal lebih
lanjut. Oleh karena itu untuk tahap permulaan, bila kita berhadapan dengan soal cerita
matematika dengan tingkat kerumitan yang cukup tinggi, maka langkah pertama yang harus kita
kerjakan adalah menulis apa yang kita ketahui dari soal tersebut. Maka pada saat menuliskan
“diketahui:……” kita sering menemukan ide dalam memecahkan soal matematika tersebut.
Terbukti bahwa ide seringkali muncul setelah tangan kita mau bergerak untuk menuliskan
apapun yang kita mau. Hal lain yang perlu kita ketahui adalah kita bebas menuliskan apapun
yang kita mau (tentunya yang berhubungan dengan soal), kita tidak perlu takut untuk membuat
kesalahan. Karena dari kesalahan yang telah kita buat akan memunculkan ide yang lebih kreatif
dalam menyelesaikan soal.
Yang sangat menentukan tingkat penguasaan materi adalah ketekunan murid itu sendiri.
Tetapi waktu yang dibutuhkan untuk menguasai suatu materi bagi tiap orang tidak sama. Asalkan
murid mempunyai minat dan waktu yang cukup untuk mempelajari suatu materi pelajaran, murid
akan bisa menguasai materi tersebut.
Matematika mempunyai jenjang dan aturan pemahaman yang jelas. Seorang murid kelas
4 SD akan mengalami kesulitan mempelajari matematika jika materi pelajaran kelas 1, 2, dan 3
tidak dikuasai dengan baik. Sebagai contoh materi pelajaran tentang pembagian bersusun atau
perkalian bersusun pada kelas 4 SD tidak akan dapat dimengerti dengan baik bila murid yang
2. bersangkutan belum memahami pengurangan, penjumlahan dan perkalian bilangan sederhana
yang diajarkan pada waktu kelas 1, 2, dan 3. Murid juga akan mengalami kesulitan dalam
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan, dan seterusnya. Penjumlahan, pengurangan,
pembagian, perkalian pecahan dan juga dasar-dasar perhitungan yang lain harus dapat dikuasai
murid dengan baik agar murid yang bersangkutan tidak mengalami kesulitan yang lebih besar
pada tingkat selanjutnya.
Karena matematika mempunyai jenjang dan aturan pemahaman yang jelas, maka
kemampuan guru dalam menerangkan pelajaran matematika dalam bahasa yang mudah dan
sederhana sangat diperlukan dalam hal ini. Guru tidak akan bisa menerangkan materi pelajaran
matematika dengan baik bila guru yang bersangkutan tidak menguasai materi yang akan
diterangkan. Murid tidak akan dengan mudah memahami materi yang diterangkan oleh guru, bila
guru tidak mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan kreatif. Murid akan melihat
matematika adalah pelajaran yang menakutkan. Matematika harus diterangkan setahap demi
setahap dengan jenjang dan aturan pemahaman yang jelas.
Peran aktif orang tua juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan keberhasilan
anak. Pendampingan orang tua terhadap anak yang memiliki kesulitan belajar akan sangat
membantu anak menyelesaikan masalahnya. Pendampingan ini hanya sebatas mengarahkan
anak-anak sehingga mereka mampu menyelesaikan soal secara mandiri. Orang tua juga perlu
menyediakan buku-buku yang lain disamping buku pegangan sekolah, untuk membantu mereka
mengatasi kesulitan pelajaran dan juga untuk menambah wawasan mereka. Karena tidak ada
buku yang memuat materi dengan lengkap sempurna. Antara satu buku dengan buku yang lain
bersifat saling melengkapi.
Banyak siswa tidak menyukai pelajaran matematika, merupakan sebuah fakta yang dapat
diperbaiki melalui sebuah cara sederhana yang dapat dikerjakan oleh seorang guru ketika
merencanakan dan melakukan pembelajaran matematika.
Ketika banyak siswa yang takut terhadap pelajaran matematika, atau terlihat bosan,
seorang guru perlu melakukan segala sesuatu yang dapat membuat pelajaran matematika
menarik. Siswa yang menyukai pelajaran matematika mampu memperoleh hasil yang baik pada
standar kompetensi yang telah ditentukan. Oleh karena itu perlu bagi seorang guru untuk
melakukan segala sesuatu untuk menolong siswa agar merasa senang dengan pelajaran
matematika.
3. Jika seorang guru tidak menyenangi terhadap suatu subyek (pelajaran), maka para
siswanya juga tidak akan menyenangi pembelajarannya. Semakin banyak energi positif yang
dimiliki seorang guru terhadap sebuah subyek (pelajaran), akan semakin menyenangkan
pembelajarannya. Seorang guru yang tidak menyukai matematika mempunyai tingkat energi
yang lebih rendah dibandingkan seorang guru yang menyukai matematika. Semakin banyak
energi yang guru masukkan ke dalam perencanaan dan pembelajaran, akan menjadikan pelajaran
semakin menyenangkan, sehingga siswa akan lebih antusias dan bergairah.
Ketika membuat perencanaan untuk pelajaran matematika, perlu mewujudkannya dengan
kreatif, membentuk pelajaran matematika interaktif yang melibatkan para siswa dalam proses
pembelajaran. Jika memungkinkan, rencanakan aktifitas yang akan menjadikan siswa-siswa
berdiri dan bergerak di dalam atau di sekitar kelas.