Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Rilismediapemilu2014.pdf
1. SURVEI PEMILU 2014:
Preferensi Pemilih berdasarkan Kepuasan, Popularitas, dan Kampanye
Oleh: Ram Ariff
Direktur Eksekutif Pothink Institute
Mobile Phone: 081320999747
Tlpn: 02174709264 Fax: 02174709139
Email: info@pothink.com
2. Latar Belakang
• Terjadi perubahan preferensi pemilih pada tiga pemilu terakhir ditandai
oleh adanya pergantian pemenangan pemilu yakni: Pemilu 1999, PDIP
memenangi pemilu dengan perolehan 33% suara. Pada pemilu 2004,
Golkar memenangi pemilu dengan perolehan 22% suara. Dan pemilu
2009, Demokrat memenangi pemilu dengan perolehan 21% suara.
• Pemilu presiden 2014 kini kurang dari setahun. Bagaimanakah kepuasan
pemilih berpengaruh pada pemilu 2014? Bagaimana perspektif pemilih
terhadap tingkat popularitas pada pemilu 2014? Dan seperti apakah
pengaruh kampanye terhadap kemungkinan memilih?
• Pothink Institute melalukan survei nasional untuk menyuguhkan suasana
pemikiran dan perasaan pemilih terhadap kemungkinan memilih di pemilu
2014. Sumber biaya kegiatan ini berasal dari dana mandiri dan donatur
yang tidak memiliki relevansi dengan politik.
3. Metodologi
• Populasi survei ini adalah minimal pemilih pemula yang ditandai oleh
kepemilikan hak pilih.
• Jumlah sampel 1.965 responden. Berdasarkan jumlah sampel ini,
diperkirakan margin of error (MoE) sebesar ± 2,90% pada tingkat
kepercayaan 95%.
• Responden terpilih diwawancarai secara tatap muka oleh sukarelawan
yang terlatih. Satu sukarelawan melakukan wawancara terhadap 15
responden.
• Dilakukan pengecekan ulang dengan menggunakan telepon terhadap
populasi.
• Penentuan pemilihan sampel menggunakan Multistage Random Sampling.
Pemilihan populasi desa/kelurahan di tingkat nasional, lalu propinsi secara
acak dengan jumlah proporsional, selanjutnya di tiap desa/kelurahan
dipilih lima rukun tetangga, kemudian di tiap RT dipilih tiga KK, dan
akhirnya tiap KK yang diambil hanya satu orang pemilik hak pilih
(Bapak/Ibu/Anak).
• Pengolahan data lapangan dilaksanakan pada 1 s.d. 5 April 2014.
5. Policy dan Pemerataan
Seberapa puaskah Anda terhadap politik keadilan dalam hukum?
Seberapa puaskah Anda terhadap politik pembangunan dalam ekonomi?
Seberapa puaskah Anda terhadap politik kesejahteraan dalam sosial?
10. Temuan I
• Dari populasi terlihat bahwa pemilih terhadap
kebijakan masih kurang puas cukup signifikan
berkisar 30-40%. Begitupun dengan pelayanan
birokrasi yang menunjukan kekurang puasan
sekitar 34,8%. Tetapi, program pendidikan dan
kesehatan menunjukkan cukup puas dengan
angka 52,6%.
• Sedangkan ketidak puasan terhadap partai politik
diangka 54,4% dan sama hal terhadap elit partai
yang menunjukkan sangat tidak puas dengan
angka 67,2%.
16. Temuan II
• Dalam kondisi kekurang puasan, populasi tidak apatis
dengan politik bahwa populasi mengikuti berita politik
Indonesia sekitar 59,8%. Ada kematangan dan
kedewasaan berpolitik walaupun mereka mengetahui
terjadinya korupsi sekitar 71,1%.
• Dalam keadaan demikian, calon pemilih tetap memilih
partai tiga besar yakni PDIP, Golkar, dan Demokrat. Dan
para calon pemilih sudah mengetahui pilihan nama
caleg sekitar 55,1% dari populasi. Dan kemungkinan
akan memilih capres seperti: Megawati Soekarnoputri,
Abu Rizal Bakrie, dan Pramono Edhie berdasarkan
angka popularitas PDIP, Golkar, dan Demokrat.
17. Kampanye Iklan di Sarana Berita
Apakah kampanye di televisi atau media cetak akan mempengaruhi atau
merubah pilihan Anda?
19. Kampanye dengan Money Politic
Apakah kampanye dengan Money Politic akan
mempengaruhi pilihan Anda di pemilu 2014?
20. Kampanye dengan Pelayanan
Apakah kampanye dengan pelayanan mobil ambulan gratis, kesehatan gratis,
baksos, pelatihan keterampilan, dan pinjaman modal mempengaruhi atau
merubah pilihan Anda?
21. Kampanye dengan Musik di Lapangan
Apakah pengumpulan di lapangan dengan hiburan seperti musik
mampu mempengaruhi pilihan atau perubahan pilihan Anda?
24. Kampanye Alat Peraga
Apakah kampanye dengan alat peraga seperti baliho, poster,
surat edaran, dan sejenisnya mempengaruhi pilihan Anda?
Tingkat Pengaruh
Tidak Tahu 15,9%
Tidak Pengaruh 40,3%
Berpengaruh 43,8%
25. Kampanye Tatap Muka
Apakah kampanye tatap muka seperti FGD, diskusi, dialog, kontrak politik,
faktor kedekatan, dan sejenisnya mempengaruhi pilihan Anda?
Tingkat Pengaruh
Tidak Tahu 21,5
Tidak Pengaruh 12,8
Berpengaruh 65,7
26. Temuan III
• Model kampanye yang juga secara signifikan tidak
mempengaruhi pilihan adalah Money Politic, pengumpulan
di lapangan dengan musik, dan SMS/telepon. Adapun yang
mempengaruhi signifikan adalah model kampanye media
cetak maupun elektronik, tatap muka, Black Campaign,
Pelayanan, dan Alat Peraga.
• Dalam keadaan demikian, calon pemilih dapat berubaha
pilihan atau terpengaruhi dari beberapa faktor model
kampanye. Jika benar terpengaruhi kemungkinan pilihan
saat ini terhadap pilihan tetap memilih partai tiga besar
yakni PDIP, Golkar, dan Demokrat dan akan memilih capres
seperti: Megawati Soekarnoputri, Abu Rizal Bakrie, dan
Pramono Edhie bisa jadi mengalami perubahan.
27. Kesimpulan
• Dalam konteks demokrasi, populasi atau masyarakat
terlihat umumnya matang dalam berpolitik atau
menyikapi politik.
• Mereka semakin cerdas dalam membedakan wilayah
publik dan privat. Sehingga ada sebagian signifikan
tidak terpengaruh terhadap pemberitaan.
• Mereka juga sebagian cenderung bersyukur atas hasil
pemerintahan secara nasional atau di daerah masing-
masing terhadap pelayanan dan kebijakan.
• Mereka selektif terhadap kandidat politik dengan
analisis baik perasaan atau pikiran.
28. Kesimpulan
• Masyarakat mengetahui kondisi kenyataan dan
mau menahan diri atau pemakluman. Ini
menandakan tingginya keyakinan dan ada
perbedaan realitas politik di kalangan elit dan
akar rumput.
• Masyarakat tidak mudah terkecoh atau sebagian
terkecoh dengan informasi media atau pembuat
isu/black campaign karena mereka mengikuti
media cetak dan online secara periodik.
29. Temuan III
• Partai politik perlu menyikapi tren pemilih
yang semakin kompetitif dan cenderung kritis.
• Para calon presiden sebaiknya tidak
mengandalkan uang saja melainkan terus
mengabarkan kemampuan diri dalam
mengelola demokrasi atau jabatan politik.
• Model Koalisi Pilpres bisa jadi terulang, hal
yang baru adalah adanya kecenderungan
pemerataan terhadap elit ataupun partai.