SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
RUMUSAN HASIL DISKUSI KOMISI II
BIDANG URUSAN LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA
RAKERNAS MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 2010

A. Permasalahan Teknis Yustisial
1.

Semua hasil rumusan Rekernas tahun 2009 di Palembang kecuali yang diadakan
perubahan dalam rumusan ini, tetap berlaku dan dijadikan sebagai rumusan dalam
Rakernas tahun 2010 di Balikpapan.

2.

Hakim dalam mengadili perkara, harus mengetahui dengan jelas fakta dan peristiwa
yang ada dalam perkara tersebut. Oleh karena itu sebelum menjatuhkan putusan terlebih
dahulu harus menemukan fakta dan peristiwa yang terungkap dari Penggugat dan
Tergugat serta alat-alat bukti yang diajukan oleh para pihak dalam persidangan.

3.

Hakim dalam mengambil keputusan, dapat menggunakan teknik penemuan hukum
dengan metode interpretasi, kontruksi dan hermeneutika hukum.

4.

Hakim dalam mengambil keputusan terhadap perkara perceraian dan atau hadlanah,
disamping mempertimbangkan KHI, UU Nomor 1 tahun 1974, Peraturan Pemerintah
Nomor 9 tahun 1975 juga harus memperhatikan UU Nomor 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan KDRT serta UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

5.

Ahli waris Pengganti sebagaimana tersebut dalam Pasal 185 KHI pelaksanaannya
dibatasi kepada keturunan garis lurus kebawah sampai dengan derajat cucu.

6.

Pengadilan Agama tidak berwenang untuk mengadili sengketa yang menyangkut
perseroan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, namun
Pengadilan Agama berwenang untuk mengadili, memutus serta menyelesaikan sengketa
harta bersama, maupun sengketa waris yang objek sengketanya berupa saham di
Perseroan Terbatas.

7.

Untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan penetapan itsbat nikah sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf (a) KHI , agar penetapan itsbat nikah
tersebut dibuat dalam satu kesatuan dengan putusan cerai gugat / ikrar talak dan dalam
pertimbangan hukumnya dipertegas dengan pernyataan bahwa itsbat nikah tersebut
semata-mata hanya untuk proses perceraian.
8.

Masalah perceraian yang para pihaknya / salah satu pihak adalah anggota Tentara
Nasional Indonesia (TNI), hendaknya memperhatikan Peraturan Panglima TNI Nomor
Perpang/11/VII/2007 tanggal 4 Juli 2007 Tentang Tata Cara Pernikahan, Perceraian dan
Rujuk bagi prajurit.

9.

Pelaksanaan SEMA Nomor 10 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan
Hukum tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Hukum Acara.

10. Dalam proses pemeriksaan itsbat nikah harus dilaksanakan secara seksama dan teliti,
tidak ada istilah Tajiddun Nikah.
11. Untuk membantu Tenaga Kerja Wanita / Tenaga Kerja Indonesia yang menghadapi
masalah hukum diluar negeri khususnya yang menyangkut masalah bidang perkawinan,
perlu terobosan mengenai kemungkinan untuk melaksanakan pemeriksaan / persidangan
perkara itsbat nikah di Kedutaaan Besar Indonesia termasuk pembiayaannya.
12. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 tahun 1947 tentang
peradilan Ulangan, Hakim tingkat banding berwenang untuk memeriksa, mengadili
kembali dan memutus perkara sebagai yudex factie. Dalam hal Hakim Tingkat Banding
berpendapat putusan Hakim Tingkat Pertama lalai menerapkan ketentuan hukum formil,
maka amar putusan ditingkat banding disamping menyatakan putusan Pengadilan
Agama Batal Demi Hukum, harus mengadili sendiri atau memerintahkan kepada
Pengadilan Tingkat Pertama untuk memeriksa ulang dan memutuskan perkaranya.
13. Untuk kepastian hukum, putusan izin ikrar talak yang tidak dilaksanakan setelah lewat
tenggang waktu 6 bulan dari tanggal Penetapan Hari Sidang Pengucapan ikrar talak,
perlu adanya penetapan yang menyatakan bahwa putusan tentang izin ikrar talak
tersebut sudah tidak berkekuatan hukum lagi.

B. Pembinaan Administrasi Peradilan
1.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan ketentuan Pasal 84 UU Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2006 dan
perubahan kedua dengan UU Nomor 50 Tahun 2009, secara ex officio hakim harus
memasukkan dalam amar putusan tentang kewajiban Panitera untuk menyampaikan
salinan putusan/penetapan ikrar talak kepada pejabat yang terkait.
2.

Untuk menyamakan pola tindak dan pola pikir dalam pelaksanaan administrasi perkara,
perlu mengoptimalkan pelaksanaan SK KMA/001/SK/1991 tentang Pola Pembinaan
Pengendalian Administasi Perkara di TIngkat Pertama, Banding, Kasasi, dan Peninjauan
Kembali (PK).

3.

Untuk tahap awal, pengisian buku jurnal di tingkat pertama atas perkara yang diajukan
secara Prodeo, panjar biaya perkara harus ditulis NIHIL. Selanjutnya jika permohonan
tersebut dikabulkan, maka dalam jurnal tersebut di tulis jumlah panjar biaya perkaranya.
Untuk berperkara secara prodeo ditingkat Banding dan atau Kasasi agar mengacu pada
lampiran B SEMA Nomor 10 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum.

4.

Dalam rangka kelancaran pelaksanaan Pola Bindalmin perlu didukung dengan aplikasi
SIADPA (Sistem Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama) dan Aplikasi
SIADPTA.

5.

Disamping sosialisasi perlu bimbingan dan monitoring yang simultan ke Satker tentang
pelaksanaan Pola Bindalmin, SIADPA/SIADPTA termasuk sarana administrasi perkara
lainnya.

6.

Untuk membantu pencari keadilan bagi masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis
terutama perempuan, anak-anak dam penyandang disabilitas akan diberi bantuan hukum
berupa pemberian informasi, konsultasi, advis dan pembuatan surat gugatan atau
permohonan sejak tahun 2011. dalam tahun 2010 ini agar dilakukan sosialisasi dan
pendalaman SEMA 10/2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum dalam
berbagai kesempatan sehingga pelaksanaan penanganan perkara prodeo, pelaksanaan
sidang keliling dan penyelenggaran Posbakum dapat berjalan dengan baik.

7.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tertib pelaksanaan tugas di Pengadilan Agama
perlu adanya bimbingan teknis dan monitoring yang dilakukan secara simultan dengan
melibatkan hakim dan panitera.

8.

Untuk mengoptimalkan pemungutan PNBP, agar berpedoman kepada PP Nomor 53
tahun 2008 tentang PNBP.

9.

Pemungutan biaya proses agar mengacu kepada hasil RAKERNAS Mahkamah Agung
RI tahun 2009 di Palembang.

10. Pengembalian sisa panjar perkara diusahakan agar diberikan segera setelah sidang
selesai,

dengan

menggunakan

instrument

pengembalian

sisa

panjar.

Untuk
mengefektifkan upaya tersebut perlu disiapkan loket khusus yang bertuliskan
“TEMPAT PENGEMBALIAN SISA PANJAR”.
11. Laporan perkara prodeo, sidang keliling dan bantuan hukum dan biaya perkara secara
berkala di laporkan melalui SMS Gateway.

C. Peningkatan Kemampuan Tenaga Teknis
1.

Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya tenaga teknis baik
hakim maupun kepaniteraan perlu diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan
latihan, orientasi, seminar dan mengikuti formal. Oleh karena itu perlu diadakan
kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan instansi terkait lainnya baik di dalam maupun
di luar negeri.

2.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan hakim dalam bidang
pengarusutamaan dan sensifitas gender, perlindungan anak, perempuan dan penyandang
disabilitas perlu adanya kerjasama dengan lembaga terkait.

3.

Mengingat pentingnya data kepegawaian yang akurat dalam pelaksanaan mutasi dan
pengembangan karier pegawai, diperlukan pengelolaan SIKEP dan SIMPEG secara
professional.

D. Lain-lain
1.

Dalam rangka merespon permintaan masyarakat Indonesia di Luar Negeri untuk
memperoleh pelayanan hukum khususnya dibidang itsbat nikah perlu adanya kajian
yang konkrit tentang landasan hukum dan mekanisme pelaksanaan sidang di luar negeri
(Kantor Kedubes).

2.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan hukum sebagaimana dimaksud dalam SEMA
Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum perlu dilakukan
sosialisasi dan pendalaman SEMA 10/2010 tersebut.

3.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi masyarakat pencari keadilan dan sejala
dengan pemekaran wilayah, perlu segera dibentuk Pengadilan Tingkat Banding dan
Pengadilan Tingkat Pertama.
4.

Dalam rangka pemanfaatan Teknologi Informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas,
perlu dorongan agar Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama mengoptimalkan
pemanfaatan penggunaan website.

More Related Content

What's hot

Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaSiddiki Syadzily
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
Akibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatatAkibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatatsuberia suberia
 
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Natasha Rastie Aulia
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
Putusan Pengadilan
Putusan PengadilanPutusan Pengadilan
Putusan Pengadilanntii_meiian
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021CIkumparan
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020CIkumparan
 
Materi penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakum
Materi penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakumMateri penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakum
Materi penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakumSudirman Sultan
 

What's hot (18)

Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan Agama
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Siane
SianeSiane
Siane
 
Makalah sengketa pns
Makalah sengketa pnsMakalah sengketa pns
Makalah sengketa pns
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Akibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatatAkibat hukum kawin tidak tercatat
Akibat hukum kawin tidak tercatat
 
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Acaraperdata
AcaraperdataAcaraperdata
Acaraperdata
 
Putusan Pengadilan
Putusan PengadilanPutusan Pengadilan
Putusan Pengadilan
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Putusan
Putusan Putusan
Putusan
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
 
Materi penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakum
Materi penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakumMateri penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakum
Materi penanganan tkp untuk peningkatan kapasitas polhut gakum
 

Similar to OPTIMALKAN LAYANAN

RAKERNAS PA - MARI 2011
RAKERNAS PA - MARI 2011RAKERNAS PA - MARI 2011
RAKERNAS PA - MARI 2011Beryl Syamwil
 
RAKERNAS PA - MARI 2012
RAKERNAS PA - MARI 2012RAKERNAS PA - MARI 2012
RAKERNAS PA - MARI 2012Beryl Syamwil
 
Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009pamuaralabuh
 
RAKERNAS PA MARI 2009
RAKERNAS PA MARI 2009RAKERNAS PA MARI 2009
RAKERNAS PA MARI 2009Beryl Syamwil
 
Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010Beryl Syamwil
 
Lakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuhLakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuhpamuaralabuh
 
Tugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptx
Tugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptxTugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptx
Tugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptxRuryy1
 
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptxADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptxSigitGinting1
 
Etika Pegawai Direktorat Jendral Pajak
Etika Pegawai Direktorat Jendral PajakEtika Pegawai Direktorat Jendral Pajak
Etika Pegawai Direktorat Jendral PajakFair Nurfachrizi
 
Permasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentang
Permasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentangPermasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentang
Permasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentangAmelia Amel
 
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utangUu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utanganthonius karianga
 
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPUUu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPUFERI S SAMAD
 
Annex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usaha
Annex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usahaAnnex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usaha
Annex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usahaCIFOR-ICRAF
 
SK Biaya Proses
SK Biaya ProsesSK Biaya Proses
SK Biaya Prosesmoliiceman
 
Pengelolaan Keuangan.ppt
Pengelolaan Keuangan.pptPengelolaan Keuangan.ppt
Pengelolaan Keuangan.pptHMToha1
 
Materi KPN Semarang.pptx
Materi KPN Semarang.pptxMateri KPN Semarang.pptx
Materi KPN Semarang.pptxBimtekHI
 
Presentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptx
Presentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptxPresentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptx
Presentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptxArafatAlFatih
 

Similar to OPTIMALKAN LAYANAN (20)

RAKERNAS PA - MARI 2011
RAKERNAS PA - MARI 2011RAKERNAS PA - MARI 2011
RAKERNAS PA - MARI 2011
 
RAKERNAS PA - MARI 2012
RAKERNAS PA - MARI 2012RAKERNAS PA - MARI 2012
RAKERNAS PA - MARI 2012
 
Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009
 
RAKERNAS PA MARI 2009
RAKERNAS PA MARI 2009RAKERNAS PA MARI 2009
RAKERNAS PA MARI 2009
 
Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010Rakerda PA & PN Banten 2010
Rakerda PA & PN Banten 2010
 
ppt ririn.pptx
ppt ririn.pptxppt ririn.pptx
ppt ririn.pptx
 
Lakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuhLakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuh
 
Tugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptx
Tugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptxTugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptx
Tugas PT Hukum Lelang Kapita Selekta Rury Mutia Dewi.pptx
 
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptxADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
 
Etika Pegawai Direktorat Jendral Pajak
Etika Pegawai Direktorat Jendral PajakEtika Pegawai Direktorat Jendral Pajak
Etika Pegawai Direktorat Jendral Pajak
 
Prosedur beracara di ptun
Prosedur beracara di ptunProsedur beracara di ptun
Prosedur beracara di ptun
 
Permasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentang
Permasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentangPermasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentang
Permasalahan dalam pembuatan peraturan direkri tentang
 
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utangUu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
 
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPUUu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
 
Annex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usaha
Annex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usahaAnnex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usaha
Annex 2-1 Session 1-2 Prinsip 1 legalitas usaha
 
SK Biaya Proses
SK Biaya ProsesSK Biaya Proses
SK Biaya Proses
 
Pengelolaan Keuangan.ppt
Pengelolaan Keuangan.pptPengelolaan Keuangan.ppt
Pengelolaan Keuangan.ppt
 
Materi KPN Semarang.pptx
Materi KPN Semarang.pptxMateri KPN Semarang.pptx
Materi KPN Semarang.pptx
 
Presentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptx
Presentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptxPresentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptx
Presentasi Rancangan Akualisasi Arafat.pptx
 
7. ujian final blkl
7. ujian final blkl7. ujian final blkl
7. ujian final blkl
 

More from pamuaralabuh

More from pamuaralabuh (20)

Pendaftaran perkaraprodeo
Pendaftaran perkaraprodeoPendaftaran perkaraprodeo
Pendaftaran perkaraprodeo
 
Hasil rakernas 2008
Hasil rakernas 2008Hasil rakernas 2008
Hasil rakernas 2008
 
Hasil rakernas 2007
Hasil rakernas 2007Hasil rakernas 2007
Hasil rakernas 2007
 
Pkt 2014
Pkt 2014Pkt 2014
Pkt 2014
 
Rkt pengadilan agama m. labuh.
Rkt pengadilan agama m. labuh.Rkt pengadilan agama m. labuh.
Rkt pengadilan agama m. labuh.
 
Iku pengadilan agama muara labuh
Iku pengadilan agama muara labuhIku pengadilan agama muara labuh
Iku pengadilan agama muara labuh
 
Lakip 2013
Lakip 2013Lakip 2013
Lakip 2013
 
Skp bendahara
Skp bendaharaSkp bendahara
Skp bendahara
 
Skp kepegawaian
Skp kepegawaianSkp kepegawaian
Skp kepegawaian
 
Skp bagian umum
Skp bagian umumSkp bagian umum
Skp bagian umum
 
Skp bagian keuangan
Skp bagian keuanganSkp bagian keuangan
Skp bagian keuangan
 
Skp wasek
Skp wasekSkp wasek
Skp wasek
 
Skp panmud permohonan
Skp panmud permohonanSkp panmud permohonan
Skp panmud permohonan
 
Skp panmud gugatan
Skp panmud gugatanSkp panmud gugatan
Skp panmud gugatan
 
Skp panmud hukum
Skp panmud hukumSkp panmud hukum
Skp panmud hukum
 
Skp wapan
Skp wapanSkp wapan
Skp wapan
 
Skp pansek
Skp pansekSkp pansek
Skp pansek
 
Renstra 2015 2019
Renstra 2015 2019Renstra 2015 2019
Renstra 2015 2019
 
Program kerja 2013
Program kerja 2013Program kerja 2013
Program kerja 2013
 
Lipa 8
Lipa 8Lipa 8
Lipa 8
 

OPTIMALKAN LAYANAN

  • 1. RUMUSAN HASIL DISKUSI KOMISI II BIDANG URUSAN LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA RAKERNAS MAHKAMAH AGUNG RI TAHUN 2010 A. Permasalahan Teknis Yustisial 1. Semua hasil rumusan Rekernas tahun 2009 di Palembang kecuali yang diadakan perubahan dalam rumusan ini, tetap berlaku dan dijadikan sebagai rumusan dalam Rakernas tahun 2010 di Balikpapan. 2. Hakim dalam mengadili perkara, harus mengetahui dengan jelas fakta dan peristiwa yang ada dalam perkara tersebut. Oleh karena itu sebelum menjatuhkan putusan terlebih dahulu harus menemukan fakta dan peristiwa yang terungkap dari Penggugat dan Tergugat serta alat-alat bukti yang diajukan oleh para pihak dalam persidangan. 3. Hakim dalam mengambil keputusan, dapat menggunakan teknik penemuan hukum dengan metode interpretasi, kontruksi dan hermeneutika hukum. 4. Hakim dalam mengambil keputusan terhadap perkara perceraian dan atau hadlanah, disamping mempertimbangkan KHI, UU Nomor 1 tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 juga harus memperhatikan UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT serta UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 5. Ahli waris Pengganti sebagaimana tersebut dalam Pasal 185 KHI pelaksanaannya dibatasi kepada keturunan garis lurus kebawah sampai dengan derajat cucu. 6. Pengadilan Agama tidak berwenang untuk mengadili sengketa yang menyangkut perseroan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, namun Pengadilan Agama berwenang untuk mengadili, memutus serta menyelesaikan sengketa harta bersama, maupun sengketa waris yang objek sengketanya berupa saham di Perseroan Terbatas. 7. Untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan penetapan itsbat nikah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf (a) KHI , agar penetapan itsbat nikah tersebut dibuat dalam satu kesatuan dengan putusan cerai gugat / ikrar talak dan dalam pertimbangan hukumnya dipertegas dengan pernyataan bahwa itsbat nikah tersebut semata-mata hanya untuk proses perceraian.
  • 2. 8. Masalah perceraian yang para pihaknya / salah satu pihak adalah anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), hendaknya memperhatikan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/11/VII/2007 tanggal 4 Juli 2007 Tentang Tata Cara Pernikahan, Perceraian dan Rujuk bagi prajurit. 9. Pelaksanaan SEMA Nomor 10 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Hukum Acara. 10. Dalam proses pemeriksaan itsbat nikah harus dilaksanakan secara seksama dan teliti, tidak ada istilah Tajiddun Nikah. 11. Untuk membantu Tenaga Kerja Wanita / Tenaga Kerja Indonesia yang menghadapi masalah hukum diluar negeri khususnya yang menyangkut masalah bidang perkawinan, perlu terobosan mengenai kemungkinan untuk melaksanakan pemeriksaan / persidangan perkara itsbat nikah di Kedutaaan Besar Indonesia termasuk pembiayaannya. 12. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 tahun 1947 tentang peradilan Ulangan, Hakim tingkat banding berwenang untuk memeriksa, mengadili kembali dan memutus perkara sebagai yudex factie. Dalam hal Hakim Tingkat Banding berpendapat putusan Hakim Tingkat Pertama lalai menerapkan ketentuan hukum formil, maka amar putusan ditingkat banding disamping menyatakan putusan Pengadilan Agama Batal Demi Hukum, harus mengadili sendiri atau memerintahkan kepada Pengadilan Tingkat Pertama untuk memeriksa ulang dan memutuskan perkaranya. 13. Untuk kepastian hukum, putusan izin ikrar talak yang tidak dilaksanakan setelah lewat tenggang waktu 6 bulan dari tanggal Penetapan Hari Sidang Pengucapan ikrar talak, perlu adanya penetapan yang menyatakan bahwa putusan tentang izin ikrar talak tersebut sudah tidak berkekuatan hukum lagi. B. Pembinaan Administrasi Peradilan 1. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan ketentuan Pasal 84 UU Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU Nomor 50 Tahun 2009, secara ex officio hakim harus memasukkan dalam amar putusan tentang kewajiban Panitera untuk menyampaikan salinan putusan/penetapan ikrar talak kepada pejabat yang terkait.
  • 3. 2. Untuk menyamakan pola tindak dan pola pikir dalam pelaksanaan administrasi perkara, perlu mengoptimalkan pelaksanaan SK KMA/001/SK/1991 tentang Pola Pembinaan Pengendalian Administasi Perkara di TIngkat Pertama, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali (PK). 3. Untuk tahap awal, pengisian buku jurnal di tingkat pertama atas perkara yang diajukan secara Prodeo, panjar biaya perkara harus ditulis NIHIL. Selanjutnya jika permohonan tersebut dikabulkan, maka dalam jurnal tersebut di tulis jumlah panjar biaya perkaranya. Untuk berperkara secara prodeo ditingkat Banding dan atau Kasasi agar mengacu pada lampiran B SEMA Nomor 10 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum. 4. Dalam rangka kelancaran pelaksanaan Pola Bindalmin perlu didukung dengan aplikasi SIADPA (Sistem Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama) dan Aplikasi SIADPTA. 5. Disamping sosialisasi perlu bimbingan dan monitoring yang simultan ke Satker tentang pelaksanaan Pola Bindalmin, SIADPA/SIADPTA termasuk sarana administrasi perkara lainnya. 6. Untuk membantu pencari keadilan bagi masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis terutama perempuan, anak-anak dam penyandang disabilitas akan diberi bantuan hukum berupa pemberian informasi, konsultasi, advis dan pembuatan surat gugatan atau permohonan sejak tahun 2011. dalam tahun 2010 ini agar dilakukan sosialisasi dan pendalaman SEMA 10/2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum dalam berbagai kesempatan sehingga pelaksanaan penanganan perkara prodeo, pelaksanaan sidang keliling dan penyelenggaran Posbakum dapat berjalan dengan baik. 7. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tertib pelaksanaan tugas di Pengadilan Agama perlu adanya bimbingan teknis dan monitoring yang dilakukan secara simultan dengan melibatkan hakim dan panitera. 8. Untuk mengoptimalkan pemungutan PNBP, agar berpedoman kepada PP Nomor 53 tahun 2008 tentang PNBP. 9. Pemungutan biaya proses agar mengacu kepada hasil RAKERNAS Mahkamah Agung RI tahun 2009 di Palembang. 10. Pengembalian sisa panjar perkara diusahakan agar diberikan segera setelah sidang selesai, dengan menggunakan instrument pengembalian sisa panjar. Untuk
  • 4. mengefektifkan upaya tersebut perlu disiapkan loket khusus yang bertuliskan “TEMPAT PENGEMBALIAN SISA PANJAR”. 11. Laporan perkara prodeo, sidang keliling dan bantuan hukum dan biaya perkara secara berkala di laporkan melalui SMS Gateway. C. Peningkatan Kemampuan Tenaga Teknis 1. Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya tenaga teknis baik hakim maupun kepaniteraan perlu diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan, orientasi, seminar dan mengikuti formal. Oleh karena itu perlu diadakan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan instansi terkait lainnya baik di dalam maupun di luar negeri. 2. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan hakim dalam bidang pengarusutamaan dan sensifitas gender, perlindungan anak, perempuan dan penyandang disabilitas perlu adanya kerjasama dengan lembaga terkait. 3. Mengingat pentingnya data kepegawaian yang akurat dalam pelaksanaan mutasi dan pengembangan karier pegawai, diperlukan pengelolaan SIKEP dan SIMPEG secara professional. D. Lain-lain 1. Dalam rangka merespon permintaan masyarakat Indonesia di Luar Negeri untuk memperoleh pelayanan hukum khususnya dibidang itsbat nikah perlu adanya kajian yang konkrit tentang landasan hukum dan mekanisme pelaksanaan sidang di luar negeri (Kantor Kedubes). 2. Dalam rangka meningkatkan pelayanan hukum sebagaimana dimaksud dalam SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum perlu dilakukan sosialisasi dan pendalaman SEMA 10/2010 tersebut. 3. Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi masyarakat pencari keadilan dan sejala dengan pemekaran wilayah, perlu segera dibentuk Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama.
  • 5. 4. Dalam rangka pemanfaatan Teknologi Informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas, perlu dorongan agar Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama mengoptimalkan pemanfaatan penggunaan website.