1. Penanganan dehidrasi berat dengan cepat melalui pemberian cairan intravena segera.
2. Jika tidak tersedia cairan intravena, berikan rehidrasi oral secara teratur dan rujuk jika kondisi tidak membaik.
3. Rencana terapi B menjelaskan penanganan dehidrasi sedang dan ringan melalui pemberian cairan oral secara terarah.
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Variabel dan cara baca tabel
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE
1. Dx. 1: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual).
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi.
Intervensi :
1) Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi. (R/: Sebagai
upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses).
2) Pantau intake dan output. (R/: Memberikan informasi status keseimbangan cairan
untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti).
3) Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium. (R/:
Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa).
4) Kolaborasi pelaksanaan terapi definitive dengan pemberian edukasi yang jelas sangat
penting sebagai langkah pencegahan antara lain higiene perorangan, sanitasi
lingkungan dan imunisasi melalui vakinasi.. (R/: Pemberian obat-obatan secara kausal
penting setelah penyebab diare diketahui).
a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b. V. parahaemolyticus,
c. E. coli, tidak memerluka terapi spesifik.
d. C. perfringens, spesifik.
e. A. aureus : Kloramfenikol
f. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon
sepertiSiprofloksasin
g. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
h. Helicobacter: Eritromisin
i. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazo
j. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
k. Balantidiasis: Tetrasiklin
l. Candidiasis: Mycostatin
m. Virus: simtomatik dan suportif
2. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
2. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan.
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. (R/: Menurunkan
kebutuhan metabolic).
2) Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan. (R/: Pembatasan diet
per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga
terjadi kekurangan nutrisi).
3) Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet.
(R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi klien).
4) Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. (R/: Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut).
3. Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi:
1) Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. (R/: Menurunkan
tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri).
2) Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen. (R/: Meningkatkan relaksasi, mengalihkan
fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping).
3) Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan air setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit. (R/: Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi).
4) Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi. (R/:
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis). Berikan obat Spasmolitik, yakni zat-
zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri
perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
5) Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal. (R/: Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk
menetapkan intervensi selanjutnya).
3. 4. Dx. 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
Tujuan : Gangguan kulit teratasi.
Kriteria Hasil: Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak
ada.
Intervensi:
1) Ganti popok anak jika basah.
2) Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non alkohol.
3) Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
4) Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi antifungi sesuai indikasi
5. Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi :
1) Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat. (R/: Membantu mengidentifikasi penyebab
kecemasan dan alternatif pemecahan masalah).
2) Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien
yang anaknya mengalami masalah yang sama. (R/: Membantu menurunkan stres
dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah
yang demikian).
3) Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien. (R/: Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan
kecemasan).
6. Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta
mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi :
1) Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan anaknya. (R/: Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh
kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya).
4. 2) Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari. (R/: Pemahaman tentang
masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam
proses perawatan klien).
3) Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul. (R/: Meningkatkan pemahaman dan partisipasi
keluarga klien dalam pengobatan).
4) Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. (R/: Meningkatkan
kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya).
7. Dx. 6 : Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru.
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan.
Intervensi :
1) Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam
perawatn yang dilakukan. (R/: Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan).
2) Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin. (R/: Memberikan rasa
nyaman dan mengurangi stress).
3) Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan
klien. (R/: Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal).
5. RENCANA TERAPI C: Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat.
Ikuti tanda panah, jika jawaban ‘ya’ lanjutkan ke kanan, jika jawaban ‘tidak’, lanjutkan
ke bawah.
Beri cairan intarvena secepatnya. Jika anak bias minum, beri oralit
MULAI melalui mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100ml/kgBB cairan
Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika tidak tersediaa, gunakan
larutan NaCl) yang dibagi sbegai berikut.
Pemberian pertama Pemberian selanjutnya
Umur
30ml/kg selama 70ml/kg selama
Dapatkah saudara
Bayi (< 12 bulan) 1 jam* 5 jam
segera member cairan
YA Anak (12 bulan – 5 tahun) 30 menit* 2 ½ jam
intravena?
*Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidka teraba.
- Periksa kembali anak setiap 15 – 30 menit. Jika status hidrasi belum
membaik, beri tetesan intravena lebih cepat.
TIDAK Juga beri oralit ( kira-kira 5 ml/kg/jam segera setelah anak mau
minum. Biasanya sesudah 3 – 4 jam (bayi) atau 1 – 2 jam (anak) dan
beri anak tablet zinc sesuai dosis dna jadwal yang dianjurkan.
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A,
Apakah ada fasilitas B, atau C). untuk melanjutkan penanganan.
pemberian cairan Rujuk SEGERA unutk pengobatan intravena.
intravena yang terdekat YA Jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
(dalam 30 menit)?
meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama dalam pejalanan.
TIDAK
Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik
atau mulut. Berikan 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg).
Apakah saudara telah
- Periksa kembali anak setiap 1 -2 jam.
dilatih menggunakan
pipa nasogastrik untuk Jika anak muntah terus-menerus atau perut makin kembung, beri
rehidrasi? cairan lebih lanjut.
Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidka membaik, rujuk anak
TIDAK YA untuk pengobatan intravena.
Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.
Apakah anak masih bisa Kemudian tentukan rencana terpai yang sesuai (A, B, atau C) untuk
minum? melanjutkan pengoabatan.
TIDAK
CATATAN:
Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi
Rujuk SEGERA ke rumah untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan
sakit untuk pengobatan pemberian cairan oralit per oral.
i.v atau NGT/OGT.
6. RENCANA TERAPI B : Penanganan Dehidrasi Sedang.Ringan dengan Oralit.
Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
- Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama.
Umur Sampai 4 bulan 4 – 12 bulan 12 – 24 bulan 2 – 5 tahun
Berat badan < 6 kg 6 – 10 kg 10 – 12 kg 12 – 19 kg
Jumlah cairan 200 - 400 400 -700 700 - 900 900 – 1400
Jumlah cairan yang diperlukan = 75 ml/kg berat badan.
Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan sesuai
dengan kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusui, beri juga 100 – 200 ml
air matang selama periode ini.
Mulailah member makan segera setelah anak ingin makan.
Lanjutkan pemberian ASI.
- Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit.
Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari gelas/cangkir.
Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan pemberian oralit dengan lebih
lambat.
Lanjutkan ASI selama anak mau.
- Berikan tablet zinc selama 10 hari.
- Setelah 3 jam.
- Jika ibu memaksa pulang sbeelum pengobatan selesai:
Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah.
Tunjukkan berpa banyak larutan oralit yang haru sdiberikan di rumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi sesuai
yang dianjurkan dalam Rencana Terapi A.
Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah : beri cairan tambhan, lanjutkan pemberian
makan, beri tablet zinc, dan kapan harus kembali.
RENCANA TERAPI A: Penanganan Diare Di Rumah.
Jelaskan kepada ibu tentang empat aturan perawatan di rumah: beri cairan tambahan, beri
tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, dan kapan harus kembali.
1. Beri cairan tambahan.
- Jelaskan kepada ibu:
7. Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang
utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin), atau air matang.
Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:
Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ke klinik.
Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
- Ajari Ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri Ibu 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk digunakan di rumah.
- Tunjukkan kepada Ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari.
Untuk usia < 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB.
Untuk usia > 2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kal BAB.
Katakan kepada Ibu:
Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari gelas/cangkir.
Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan pemberian oralit dengan
lebih lambat.
Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare terhenti.
2. Beri tablet zinc.
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan dosis:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari.
- Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.
3. Lanjutkan pemberian makan/ASI.
4. Kapan harus kembali.