2. Malari, Demo Anti Modal Asing dan Perlawanan
Terhadap Penjajah Ekonomi Indonesia
Oleh Musni Umar
Sociologist and Researcher
3. Hari ini 40 tahun yang lalu, tepatnya 15 Januari 1974
terjadi Malapetaka 15 Januari yang disingkat “Malari”
oleh penguasa Orde Baru. Disebut Malari karena terjadi
demonstrasi mahasiswa yang disertai kerusuhan,
pembakaran, dan penjarahan di DKI Jakarta dalam
menyambut kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang
Kakuei Tanaka di Jakarta pada tanggal 14-17 Januari
1974.
Pada mulanya demonstrasi mahasiswa yang dipimpin
Hariman Siregar dan kawan-kawan, diarahkan ke
Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma untuk
menyambut kedatangan PM Jepang, tetapi sakingnya
ketatnya penjagaan oleh tentara dan polisi, rombongan
demonstrasi mahasiswa tidak berhasil menerobos
masuk pangkalan udara. Demo akhirnya menyebar ke
pusat kota dan terjadi titik temu (rallying point) dengan
pihak-pihak yang anti pemerintah sehingga terjadi
kerusuhan, pembakaran dan penjarahan.
4. Dalam Memoar Jenderal Yoga (1990) yang dikutip Asvi
Warman Adam (Kompas, Malari 1974 dan Sisi Gelap Sejarah,
16/1/2003) bahwa peristiwa itu digambarkan sebagai klimaks
kegiatan mahasiswa yang telah berlangsung sejak 1973. Yoga
Sugama ada di New York saat kerusuhan 15 Januari 1974.
Lima hari setelah itu ia dipanggil ke Jakarta, menggantikan
Soetopo Juwono menjadi Kepala BAKIN.
Menurut Yoga, ceramah dan demonstrasi di kampus-kampus
mematangkan situasi, bermuara pada penentangan kebijakan
ekonomi pemerintah. Awalnya, diskusi di UI Jakarta (1316/8/1973) dengan pembicara Subadio Sastrosatomo,
Sjafrudin Prawiranegara, Ali Sastroamidjojo, dan TB
Simatupang. Disusul peringatan Sumpah Pemuda yang
menghasilkan “Petisi 24 Oktober”.
Kedatangan Ketua IGGI JP Pronk dijadikan momentum untuk
demonstrasi anti modal asing. Klimaksnya, kedatangan PM
Jepang, 14-17 Januari 1974, disertai demonstrasi, kerusuhan
dan pembakaran toko dan mobil-mobil buatan Jepang.
5. Demo Anti Modal Asing
Presiden Soeharto yang berkuasa tahun 1966-1998, dapat
dikatakan merupakan rezim perpanjangan tangan dari
kepentingan asing di Indonesia. Rezim Orde Baru yang
dipimpin Presiden Soeharto sangat pro asing, yang
merupakan antitesa dari Rezim Orde lama yang dipimpin
Presiden Soekarno, yang sangat nasionalistik dan tidak mau
kekayaan alam Indonesia jatuh ke tangan asing sebelum
bangsa Indonesia siap mengelola kekayaan alamnya sendiri.
Presiden Soeharto sejak berkuasa telah mengundang pihak
asing datang ke Indonesia untuk berinvestasi. Melalui UU No
1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA),
Indonesia membuka selebar-lebarnya kepada pihak asing
untuk mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia dan
melakukan investasi ke bagai bidang di Indonesia.
6. PT Freeport Indonesia sebagai contoh merupakan
perusahaan Amerika Serikat afiliasi dari FreeportMcMoRan Copper & Gold Inc yang pertama kali
berinvestasi di Indonesia (tahun 1967) saat keluarnya
UU Penenaman Modal Asing (PMA) tersebut.
PT Freeport Indonesia yang banyak digugat sejak di era
Orde Baru sampai di era Orde Reformasi, menambang,
memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih
yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Ia
beroperasi berdasarkan Kontrak Karya Pertama
Freeport (KK-I).di daerah dataran tinggi di Kabupaten
Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Freeport Indonesia
memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga,
emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
Melalui UU PMA, pihak asing datang berinvestasi ke
Indonesia dengan sebebas-bebasnya dengan
pembagian hasil eksplorasi kekayaan alam yang sangat
tidak adil bagi bangsa Indonesia.
7. Penjajahan Ekonomi
Melihat dominasi asing dalam ekonomi Indonesia yang dahsyat, mahasiswa
merasa terpanggil untuk menyelamatkan kekayaan alam Indonesia yang
dapat dikatakan telah “dijarah”, dengan memanfaatkan momentum
kedatangan PM Jepang Kakuei Tanaka untuk berdemo dalam rangka
mengingatkan kepada Presiden Soeharto dan PM Jepang bahwa ada
masalah dalam PMA karena yang terjadi tidak banyak memberi manfaat
bagi kemajuan Indonesia. Justru PMA berubah menjadi penjajahan ekonomi
yang sering disebut Bung Karno sebagai “Neo kolonialisme dan neo
imperialisme”.
Amat disayangkan demo yang akan disampaikan mahasiswa kepada PM
Jepang, tidak diperbolehkan oleh TNI dan Polisi pada saat itu, sehingga
dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk
menciptakan kerusuhan, pembakaran dan penjarahan.
Akibatnya perjuangan mulia para mahasiswa untuk melawan penjajahan
ekonomi di Indonesia melalui PMA tidak berlanjut selama masa
kepemimpinan Presiden Soeharto.
Sangat memprihatinkan, setelah Presiden Soeharto berhenti sebagai
Presiden RI pada 21 Mei 1998, penjajahan ekonomi melalui PMA terus
dilanjutkan dan bahkan semakin mendapat momentum kemajuannya di
masa Orde Reformasi.
8. Masih Relevan Masa Kini
Perjuangan mahasiswa yang melahirkan Malari tahun 1974, kita
tentu prihatin dan sesalkan. Pertama, perjuangan mulia para
mahasiswa untuk menyetop dominasi asing terhadap ekonomi
Indonesia, terhenti akibat terjadinya malapetaka 15 Januari 1974.
Kedua, demonstrasi damai para mahasiswa disusupi, sehingga
terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang
menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi ekonomi Indonesia.
Ketiga, rezim Orde Baru tidak ambil pelajaran dari peristiwa
Malari. Bahkan semakin represif terhadap para mahasiswa dan
rakyat Indonesia yang kritis terhadap Orde Baru.
Akibat rezim Orde Baru tidak mengambil hikmah dan pelajaran
dari peristiwa yang menyebabkan terjadinya Malari, dan berbagai
saran dan pemikiran yang berkembang di dalam masyarakat
Indonesia, akhirnya terjadi akumulasi ketidak-puasan, kemarahan,
kebencian, dan ketidak-sukaan masyarakat Indonesia terhadap
rezim Orde Baru, kemudian meletupkan demo besar-besaran
mahasiswa tahun 1998 yang melahirkan Orde Reformasi.
9. Perjuangannya Penting Diteruskan
Inti perjuangan para mahasiswa yang dipimpin Dr. Hariman
Siregar, yang telah menciptakan Malari tahun 1974, yaitu
menggugat dominasi asing dalam ekonomi Indonesia melalui
Penanaman Modal Asing (PMA), masih tetap relevan, bahkan
semakin penting dan diperlukan untuk diteruskan
perjuangannya.
Pertama, setelah 40 tahun Malari, ekonomi Indonesia yang
dibangun melalui investasi asing dan utang, tidak memberi
manfaat banyak bagi kemajuan rakyat Indonesia. Mayoritas
rakyat Indonesia tetap miskin, kurang pendidikan dan
terkebelakang.
Kedua, kekayaan alam Indonesia semakin terkuras habis,
sementara yang menikmati hasil eksplorasi kekayaan alam
Indonesia hanya kelompok kecil dari bangsa Indonesia. Ini
bertentangan dengan tujuan Indonesia merdeka dan semua
sila dari Pancasila.
10. Ketiga, Indonesia semakin tergantung kepada pihak
asing. Buktinya, hampir semua jenis barang kebutuhan
bangsa Indonesia diimpor, sehingga menguras devisa
Indonesia.
Keempat, bangsa Indonesia tidak memiliki
kemandirian. Pihak asing diduga sering mendikte dan
mengintervensi kebijakan yang pro kepada kepentingan
nasional bangsa Indonesia.
Kelima, Indonesia memiliki utang yang sangat besar
jumlahnya. Fitra menyebut bahwa utang negara
sebesar Rp 2.036 triliun (Kompas.com, 15/1/2014).
Jumlah utang Indonesia akan terus bertambah besar
jumlahnya seiring dengan terus melemahnya mata
uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan mata
uang negara lainnya karena utang Indonesia pada
umumnya dalam bentuki valuta asing.
11. Lakukan Koreksi
Orde Reformasi yang dibangun dari perjuangan panjang para
mahasiswa, yaitu sejak Malari 1974, Penangkapan seluruh
pimpinan mahasiswa dan pembubaran Dewan
Mahasiswa/Senat Mahasuswa tahun 1978, serta tahun 1998
yang melahirkan reformasi, sejatinya harus dilakukan koreksi
besar-besaran terhadap kesalahan dan pelanggaran terhadap
Pancasila dan UUD 1945 di masa Orde Baru.
Akan tetapi yang terjadi, aspirasi yang diperjuangkan para
mahasiswa dengan isu “anti modal asing”, yang berintikan
pentingnya diakhiri penjajahan ekonomi melalui penguasaan
kekayaan alam Indonesia oleh pihak asing justru
dipertahankan dan dilanjutkan oleh rezim Orde Reformasi
yang sudah silih berganti.
Bahkan melalui Amandemen UUD 1945 dan berbagai UU
yang dibuat sebagai turunan dari UUD hasil amandemen,
semakin mengukuhkan dominasi asing terhadap penguasaan
kekayaan alam Indonesia.
12. Dampaknya, kehidupan mayoritas rakyat Indonesia
tidak semakin baik di era Orde Reformasi, sehingga
rakyat bawah menganggap bahwa pemerintahan
rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto
lebih baik daripada Orde Reformasi.
Pada hal berbagai permasalahan besar yang dialami
bangsa Indonesia saat ini merupakan produk dari
rezim Orde Baru, yang dilanjutkan rezim Orde
Reformasi. Sejatinya dilakukan koreksi di era Orde
Reformasi.
Jakarta, 15 Januari 2014
Musni Umar adalah Sosiolog dan mantan Aktivis
Dewan Mahasiswa/Senat Mahasiswa 77/78