SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
TUGAS ILMU PENDIDIKAN 
Mengenai Pendidikan Vokasi dan 
Pendidikan Non Formal 
Oleh : 
Nama : Mitha Yulia Sari 
Kelas : 1-C PGSD 
NIM : K7113142 
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan 
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 
Universitas Sebelas Maret
I. Pendidikan Vokasi 
Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang diarahkan pada penguasaan dan 
pengembangan keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat 
menciptakan peluang kerja.Pendidikan vokasi menganut sistem terbuka (multi-entry-exit 
system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan 
watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill yang akan dilaksanakan 
melalui kurikulum 2013. Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan 
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan 
kebutuhan lapangan kerja. 
Salah satu problem pendidikan di Indonesia selama ini adalah relevansi pendidikan 
dengan dunia kerja. Rendahnya Pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan relevansi 
kurikulum dengan kebutuhan pasar, sebab lebih mengarah kepada pendidikan akademis 
ketimbang vokasional atau kejuruan yang menghasilkan tenaga kerja terampil. Pendekatan 
sistem pembelajaran perlu menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan terkini dalam 
menyiapkan lulusan untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu. 
Sebagian besar masyarakat kita sampai saat ini masih asing dengan istilah pendidikan 
vokasi. Hal tersebut wajar karena kata vokasi belum dikenal secara luas di masyarakat, 
bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang saat ini digunakan sebagai referensi 
perbendaharaan kata dan istilah oleh sebagian besar masyarakat, kata vokasi juga tidak 
ditemukan. 
Kata vokasi dewasa ini sering dikaitkan dengan kata pendidikan, sehingga muncul istilah 
pendidikan vokasi. Apakah pendidikan vokasi itu? 
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 
(Sisdiknas) dijelaskan bahwa pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang 
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu 
maksimal setara dengan program sarjana. 
Bentuk penyelenggaraan pendidikan vokasi terdiri dari Program Diploma 1 (D-1), Diploma 2 
(D-ll), Diploma 3 (D-lll), dan Diploma 4 (D-lV). 
Bahkan dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi, 
pendidikan vokasi dapat melaksanakan program ke strata yang lebih tinggi lagi, yakni 
Magister Terapan (S-2) dan Doktor Terapan (S-3). Ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi 
yang menyelenggarakan pendidikan vokasi tidak ada lagi perbedaan dengan perguruan tinggi 
lainnya. 
Bedanya, pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja yang sesuai dengan 
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta selaras dengan tuntutan 
kebutuhan lapangan kerja. Sedangkan, pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi 
dengan program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin 
ilmu pengetahuan tertentu.
Menarik untuk disimak, apa yang dikatakan oleh Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen 
Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Djoko Santoso beberapa bulan yang lalu di 
Jakarta. 
“Pendidikan tinggi difokuskan kepada pendidikan akademik. Saya selalu mendapatkan 
komplain, lulusan kita banyak yang menganggur. Setelah kami pelajari, hal itu disebabkan 
karena pendidikan tinggi kita lebih menitikberatkan kepada pendidikan akademik”. 
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa filosofi dari pendidikan akademik adalah untuk 
pengembangan ilmu, bukan untuk bekerja. Pendidikan yang lulusannya dipersiapkan untuk 
bekerja terutama pada dunia industri, itu namanya pendidikan vokasi. 
Oleh karena itu pendidikan vokasi akan diperkuat, karena akan bisa mengisi lapangan 
kerja secara langsung. 
Pendidikan vokasi harus berkaitan langsung dengan proses industrialisasi, terutama bila 
dikaitkan dengan fungsinya memenuhi tenaga kerja terampil dan dapat dihandalkan serta 
punya visi perhatian yang sungguh-sungguh kepada pembangunan teknologi dan 
rekayasa.Pendidikan vokasi sebagai suatu jenis pendidikan tinggi yang didirikan dengan 
maksud mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan 
tertentu. 
Untuk mencapai maksud dan tujuan pendidikan tersebut, kegiatan belajar-mengajar pada 
pendidikan vokasi lebih didominasi oleh kegiatan praktik, baik praktikum yang dilakukan di 
laboratorium, bengkel, kebun percobaan, maupun studio. 
Secara umum perbandingan antara kegiatan praktik dan teori dalam pendidikan vokasi 
adalah 60 persen berbanding 40 persen, walaupun dalam beberapa kasus angka perbandingan 
itu dapat menjadi 50 persen berbanding 50 persen. Mahasiswa dan dosen akan menghabiskan 
sebagian besar waktu efektifnya untuk belajar dan bekerja di tempat-tempat praktikum atau 
laboratorium. Proses pembelajaran seperti ini terdapat pada proses pembelajaran di 
politeknik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan politeknik adalah model 
pendidikan vokasi di Indonesia. 
Kareteristik khusus pendidikan vokasi ( baca: politeknik) dapat dicermati dari aspek 
kurikulumnya. Kurikulum pendidikan vokasi lazimnya berbasis kompetensi, populer dengan 
istilah KBK, singkatan dari kurikulum berbasis kompetensi. KBK selaras dan berkaitan 
dengan program studi yang lebih memberatkan kepada aspek keterampilan (skill) dan 
penguasaan teknologi. KBK menekankan aspek penguasaan secara komprehensif pada 
sebuah program studi sehingga relevan dengan kebutuhan masyarakat. Titik berat KBK 
adalah memunculkan sosok profesionalisme pada bidangnya masing-masing. Pada kaitan 
inilah KBK memberi penekanan yang dominan pada berbagai kompetensi yang harus 
dikuasai seseorang dalam setiap program studi pada setiap jenjang pendidikan. 
Dengan demikian akan terjadi pergeseran penguasaan kognisi (pengetahuan) atau 
dominasi kognitif menuju kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan program
studi masing-masing. 
Inti KBK ini sebenarnya adalah output pendidikan yang benar-benar profesional di 
bidangnya karena KBK menggunakan pendekatan penguasaan kompetensi tertentu, 
materinya sedikit tetapi lebih mendalam. 
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah pangsa pasar dan keterlibatan dunia usaha dan 
dunia industri yang memberikan masukan (feed back) terhadap kompetensi dan standardisasi 
kemampuan seorang lulusan pendidikan vokasi yang dibutuhkannya. 
Dalam prakteknya, banyak industri melakukan rekrutmen di kampus pendidikan vokasi 
untuk mengisi lowongan pekerjaan di perusahaan mereka. 
Salah satu alasannya adalah rekrutmen yang dilaksanakan di kampus pendidikan vokasi 
tingkat keberhasilanya cukup tinggi karena tepat sasaran dan cost effective. 
Oleh karena itu, tercipta kondisi yang harmonis antara penyelenggara pendidikan vokasi 
dan dunia industri serta masyarakat luas suatu kolaborasi yang saling menguntungkan untuk 
menetapkan suatu sertifikasi profesi lulusan pendidikan vokasi yang diakui bersama. 
Dengan demikian, tuntutan masyarakat agar perguruan tinggi , khususnya pendidikan 
vokasi dapat memenuhi harapan masyarakat dan dunia industri akan kebutuhan tenaga kerja 
yang “siap pakai” dapat terwujud, dan sehingga perguruan tinggi tidak lagi dipandang 
sebagai suatu menara gading. 
Standar nasional pendidikan vokasi dikembangkan berdasarkan standar kompetensi 
nasional dan/atau internasional yang dalam proses pengembangnnya 
mengikutsertakan masyarakat industri sebagai pengguna lulusan vokasi. 
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi antara kempetensi 
lulusan pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia industri. 
Sehingga komplain mengenai rendahnya mutu lulusan pendidikan dan ketidaksesuaian 
(mismatch) kebutuhan stakeholder atau pengguna lulusan dengan lulusan yang dihasilkan 
oleh institusi pendidikan sebagai isu utama yang telah lama menjadi polemik antara kedua 
pihak tersebut dapat dieliminasi. 
Walaupun kebutuhan akan lulusan pendidikan vokasi laris manis bagi dunia industri. 
Tetapi keingingan atau animo lulusan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA) plus Madrasah Aliyah 
(MA) kurang tertarik untuk melanjutkan pendidikannya ke pendidikan vokasi tersebut. 
Persepsi mereka, pendidikan vokasi sebagai pendidikan tinggi kelas dua. Bilamana mereka 
tidak diterima pada perguruan tinggi akademik, baru mereka melirik kepada pendidikan 
vokasi. 
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan 
Tinggi, yang tidak ada lagi pengkotakkan antara pendidikan vokasi khususnya Politeknik
dengan pendidikan tinggi akademik yang berbentuk universitas, institut, atau pun sekolah 
tinggi. Dalam undang-undang tersebut ditegaskan bahwa perguruan tingi vokasi dapat 
melaksanakan program master terapan dan doktor terapan. 
Politeknik akan dapat juga mempromosikan dosennya menjadi guru besar atau 
professor. Kita berharap, diberlakukannya undang-undang ini akan dapat merubah mindset 
lulusan SLTA terhadap pendidikan vokasi. Arah menuju ke sana sudah nampak, penerimaan 
mahasiswa baru dari beberapa perguruan tinggi politeknik di republik ini meningkat tajam 
untuk beberapa tahun terakhir ini. 
Oleh karena itu, tidak berlebihan dikatakan bahwa pendidikan vokasi khususnya 
pendidikan politeknik sekarang berada di atas angin.***
II. Pendidikan Non Formal 
Definisi 
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat 
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai 
setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan 
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada 
standar nasional pendidikan. 
Jenis 
Pendidikan nonformal meliputi : 
1. pendidikan kecakapan hidup 
2. pendidikan anak usia dini 
3. pendidikan kepemudaan 
4. pendidikan pemberdayaan perempuan 
5. pendidikan keaksaraan 
6. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. 
7. Pendidikan kesetaraan meliputi: Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain 
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, seperti: Pusat 
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok 
belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang 
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 
Fungsi 
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan 
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan 
kepribadian profesional. 
Sasaran 
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan 
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan 
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 
Satuan Pendidikan Penyelenggara 
 Kelompok bermain (KB) 
 Taman penitipan anak (TPA) 
 Lembaga kursus 
 Sanggar 
 Lembaga pelatihan 
 Kelompok belajar 
 Pusat kegiatan belajar masyarakat 
 Majelis taklim 
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, 
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan 
profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih 
tinggi.
Peran Pendidikan Non Formal 
Kehadiran berbagai PAUD dan lembaga pendidikan nonformal yang kian beredar di 
sekitar kita menunjukkan betapa pedulinya oknum pendidik nonformal terhadap dunia 
pendidikan nonformal. Ini akan sangat membantu para orang tua yang menginginkan nilai lebih 
yang dihasilkan anak-anak mereka sebagai bentuk pendukung pendidikan formal yang anak 
terima di sekolah. Dalam hal ini peran penting pendidikan nonformal sebagai salah satu bentuk 
layanan pendidikan yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan 
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat bergerak sebagaimana mestinya. 
Masyarakat patut bersyukur dengan keberadaan pendidikan nonformal maka kebutuhan anak-anak 
dalam mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal mereka bisa terpenuhi. 
Sebut saja berbagai contoh yang ada di sekitar kita saat ini; dengan adanya Sanggar Kegiatan 
Belajar yang menawarkan pembelajaran seperti di sekolah formal tapi dengan keringanan jam 
belajar membantu anak-anak untuk tetap bersekolah di waktu mereka yang mungkin tidak 
sefleksibel anak-anak di sekolah formal. Pengadaan Program Paket A, B dan C oleh pendidikan 
nonformal membantu semangat anak-anak yang tidak lulus sekolah formal kembali berkobar 
karena peraturan pemerintah yang menyatakan ijazah mereka setara dengan anak-anak yang 
menimba ilmu di sekolah formal. Kemunculan banyaknya PAUD cukup meringankan beban 
orangtua yang mungkin sebagian besar waktunya terkuras akan dunia karir mereka. Di PAUD, 
anak-anak dipastikan mendapatkan dasar pendidikan formal sebagai bekal mereka sekolah 
nanti dan tambahan pendidikan informal sebagai pelengkap pendidikan informal yang mereka 
dapatkan di lingkungan keluarga. Banyaknya Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar yang 
kian marak di sekitar kita dapat menjadi penambah dan pelengkap ilmu yang anak-anak peroleh 
di sekolah formal. Sungguh besar peran dunia pendidikan nonformal. 
Bersikap selektif 
Menilik banyaknya PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang berlomba - 
lomba menawarkan keunggulan dari masing-masing lembaga, banyak orang tua berbondong-bondong 
mengantarkan anak-anaknya ke lembaga pelayanan pendidikan nonformal tersebut 
berharap buah hati mereka mendapatkan pendidikan tambahan yang tepat dan baik untuk 
melengkapi kebutuhan pendidikan formal mereka. Oleh karena itu sudah selayaknya orang tua 
bersikap selektif dalam memilih PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang tepat 
untuk anak-anak mereka mengingat kian maraknya keberadaan layanan pendidikan nonforma l 
yang hanya berasas manfaat. Jadi, meninjau betapa banyak kelebihan yang ditawarkan 
pendidikan nonformal dalam rangka melengkapi pendidikan formal dan informal sudah 
sepantasnya lah kita sebagai masyarakat yang peduli akan pendidikan generasi penerus bangsa 
memilih yang terbaik dan sesuai kualitas yang ditawarkan. Jangan lupa untuk menjadi saksi 
keberhasilan anak-anak akan proses belajar yang dilakukan selama anak-anak dalam masa 
pembelajaran di PAUD, Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar di sekitar kita. Buat anak, 
jangan coba-coba. Apalagi menyangkut pendidikan yang bersifat mendidik sepanjang hayat. 
Jadilah pendidik sejati yang berawal dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan 
bangsa.
SUMBER 
www.riaupos.co/2251-opini-pendidikan-vokasi-di-atas-angin-.html#.UpCjrTcSPkI 
www.seminarvokasi.ft.unp.ac.id 
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal 
www.edukasi.kompasiana.com/2012/05/07/pendidikan-nonformal-460462.html 
www.ujisem2ayunabila.blogspot.com/2012/06/pendidikan-nonformal.html

More Related Content

What's hot

Proses penyusunan rencana kerja sekolah
Proses penyusunan rencana kerja sekolahProses penyusunan rencana kerja sekolah
Proses penyusunan rencana kerja sekolahSUKAWANGI03
 
PPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptx
PPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptxPPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptx
PPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptxsalviohexia2
 
Paparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdf
Paparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdfPaparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdf
Paparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdfSri Ratna Lestari
 
STRATEGI PENGEMBANGAN BKK...ppt
STRATEGI PENGEMBANGAN BKK...pptSTRATEGI PENGEMBANGAN BKK...ppt
STRATEGI PENGEMBANGAN BKK...pptReadyTataSurya1
 
PEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASAR
PEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASARPEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASAR
PEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASARRigo Tampati
 
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanPelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanJerry Makawimbang
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuanAnang Dwi Purwanto
 
Pengabdian berbasis Penelitian
Pengabdian berbasis PenelitianPengabdian berbasis Penelitian
Pengabdian berbasis PenelitianAnis Masykhur
 
Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...
Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...
Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...PutimasuraiPutimasur
 
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanPancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanMiftakhul Jannah
 
Presentasi pancasila sebagai paradigma
Presentasi  pancasila sebagai paradigmaPresentasi  pancasila sebagai paradigma
Presentasi pancasila sebagai paradigma01041995
 
Sosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.ppt
Sosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.pptSosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.ppt
Sosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.pptsriningsih63
 
Proposal Pengembangan dan Tata Kelola Perpustakaan
Proposal Pengembangan dan Tata Kelola PerpustakaanProposal Pengembangan dan Tata Kelola Perpustakaan
Proposal Pengembangan dan Tata Kelola Perpustakaan@rtNya
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamSurveyan Adhi Laksana
 
MERDEKA BELAJAR.pptx
MERDEKA BELAJAR.pptxMERDEKA BELAJAR.pptx
MERDEKA BELAJAR.pptxendartam4tch
 
LAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.doc
LAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.docLAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.doc
LAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.docIdaratnawati4
 

What's hot (20)

Proses penyusunan rencana kerja sekolah
Proses penyusunan rencana kerja sekolahProses penyusunan rencana kerja sekolah
Proses penyusunan rencana kerja sekolah
 
Landasan filosofi ptk
Landasan filosofi ptkLandasan filosofi ptk
Landasan filosofi ptk
 
Laporan pengembangan diri mgmp tik ii
Laporan pengembangan diri mgmp tik iiLaporan pengembangan diri mgmp tik ii
Laporan pengembangan diri mgmp tik ii
 
Komponen kurikulum smk appg
Komponen kurikulum smk appgKomponen kurikulum smk appg
Komponen kurikulum smk appg
 
PPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptx
PPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptxPPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptx
PPT PEMBELAJARAN BERBASIS DUNIA KERJA.pptx
 
Paparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdf
Paparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdfPaparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdf
Paparan Sosialisasi SMK PK 2023 - Skema Reguler Baru - 16 Juni 2023.pdf
 
STRATEGI PENGEMBANGAN BKK...ppt
STRATEGI PENGEMBANGAN BKK...pptSTRATEGI PENGEMBANGAN BKK...ppt
STRATEGI PENGEMBANGAN BKK...ppt
 
PEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASAR
PEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASARPEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASAR
PEDOMAN PEMBELAJARAN TIK DI SEKOLAH DASAR
 
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanPelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
 
Pengabdian berbasis Penelitian
Pengabdian berbasis PenelitianPengabdian berbasis Penelitian
Pengabdian berbasis Penelitian
 
Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...
Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...
Edisi Revisi-Panduan Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK ...
 
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanPancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
 
Presentasi pancasila sebagai paradigma
Presentasi  pancasila sebagai paradigmaPresentasi  pancasila sebagai paradigma
Presentasi pancasila sebagai paradigma
 
Tutorial lectora
Tutorial lectoraTutorial lectora
Tutorial lectora
 
Sosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.ppt
Sosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.pptSosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.ppt
Sosialisasi Penilaian Angka Kredit PAK Integrasi 2023.ppt
 
Proposal Pengembangan dan Tata Kelola Perpustakaan
Proposal Pengembangan dan Tata Kelola PerpustakaanProposal Pengembangan dan Tata Kelola Perpustakaan
Proposal Pengembangan dan Tata Kelola Perpustakaan
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan ham
 
MERDEKA BELAJAR.pptx
MERDEKA BELAJAR.pptxMERDEKA BELAJAR.pptx
MERDEKA BELAJAR.pptx
 
LAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.doc
LAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.docLAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.doc
LAPORAN ORIENTASI IDA RATNAWATI.doc
 

Similar to PENDIDIKAN VOKASI DAN NON FORMAL

Proposal ptk jacka aditama 5215083403
Proposal ptk jacka aditama 5215083403Proposal ptk jacka aditama 5215083403
Proposal ptk jacka aditama 5215083403Jacka_Adhiethama
 
Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...
Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...
Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...Ruslina Wati
 
Review jurnal pendidikan kejuruan denmark
Review jurnal pendidikan kejuruan denmarkReview jurnal pendidikan kejuruan denmark
Review jurnal pendidikan kejuruan denmarkNurAlfiana
 
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIRPENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIRFazHani Faz
 
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptxDWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptxDwiMaulanaKristantod
 
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRPERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRroyzamy
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalHayati Mustaffa
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalHayati Mustaffa
 
editorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdf
editorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdfeditorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdf
editorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdfFadhilPradana4
 
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan KarirPendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan KarirMohamad Adriyanto
 

Similar to PENDIDIKAN VOKASI DAN NON FORMAL (20)

Proposal ptk jacka aditama 5215083403
Proposal ptk jacka aditama 5215083403Proposal ptk jacka aditama 5215083403
Proposal ptk jacka aditama 5215083403
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...
Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...
Keberkesanan Penerapan Nilai Domain Afektif Pelajar Kejuruteraan Awam dan Mek...
 
Evaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psgEvaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psg
 
Tugas 4 ptk
Tugas 4 ptkTugas 4 ptk
Tugas 4 ptk
 
Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasiPendidikan vokasi
Pendidikan vokasi
 
Review jurnal pendidikan kejuruan denmark
Review jurnal pendidikan kejuruan denmarkReview jurnal pendidikan kejuruan denmark
Review jurnal pendidikan kejuruan denmark
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIRPENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
 
Hawati
HawatiHawati
Hawati
 
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptxDWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
 
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRPERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
 
Kolej vokasional
Kolej vokasionalKolej vokasional
Kolej vokasional
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasional
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasional
 
Maklumat kolej vokasional
Maklumat kolej vokasionalMaklumat kolej vokasional
Maklumat kolej vokasional
 
editorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdf
editorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdfeditorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdf
editorsnpasca,+5.+cahya+fajar+budi+hartanto.pdf
 
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan KarirPendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
 
SKMJOUNAL.pdf
SKMJOUNAL.pdfSKMJOUNAL.pdf
SKMJOUNAL.pdf
 

More from Mitha Ye Es

Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2
Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2
Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2Mitha Ye Es
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran baruuu
Rencana pelaksanaan pembelajaran baruuuRencana pelaksanaan pembelajaran baruuu
Rencana pelaksanaan pembelajaran baruuuMitha Ye Es
 
Belajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupuBelajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupuMitha Ye Es
 
Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01
Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01
Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01Mitha Ye Es
 
Manfaat tersembunyi dari madu
Manfaat tersembunyi dari maduManfaat tersembunyi dari madu
Manfaat tersembunyi dari maduMitha Ye Es
 
Tugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisional
Tugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisionalTugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisional
Tugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisionalMitha Ye Es
 
Kelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusi
Kelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusiKelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusi
Kelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusiMitha Ye Es
 
Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara Mitha Ye Es
 
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak Mitha Ye Es
 
Kelompok 2 menyimak ..
Kelompok 2 menyimak ..Kelompok 2 menyimak ..
Kelompok 2 menyimak ..Mitha Ye Es
 
Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak
Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak
Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak Mitha Ye Es
 
Resensi novel negeri 5 menara
Resensi novel negeri 5 menara Resensi novel negeri 5 menara
Resensi novel negeri 5 menara Mitha Ye Es
 
Pidato lingkungan
Pidato lingkungan Pidato lingkungan
Pidato lingkungan Mitha Ye Es
 
Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara Mitha Ye Es
 
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia Mitha Ye Es
 
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak Mitha Ye Es
 
Kelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan berita
Kelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan beritaKelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan berita
Kelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan beritaMitha Ye Es
 

More from Mitha Ye Es (20)

Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2
Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2
Problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran baruuu
Rencana pelaksanaan pembelajaran baruuuRencana pelaksanaan pembelajaran baruuu
Rencana pelaksanaan pembelajaran baruuu
 
Belajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupuBelajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupu
 
Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01
Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01
Berpikirdanberjiwabesarr 121106100023-phpapp01
 
Mulok
MulokMulok
Mulok
 
Manfaat tersembunyi dari madu
Manfaat tersembunyi dari maduManfaat tersembunyi dari madu
Manfaat tersembunyi dari madu
 
Dialog mulok
Dialog mulokDialog mulok
Dialog mulok
 
Story for mulok
Story for mulokStory for mulok
Story for mulok
 
Tugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisional
Tugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisionalTugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisional
Tugas Seni RUpa : Gambar beraliran, body painting, senjata tradisional
 
Kelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusi
Kelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusiKelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusi
Kelompok 5 keterampilan berbicara: bercerita, pidato, diskusi
 
Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara
 
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
 
Kelompok 2 menyimak ..
Kelompok 2 menyimak ..Kelompok 2 menyimak ..
Kelompok 2 menyimak ..
 
Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak
Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak
Kelompok 1 pengertian, tujuan, jenis dan proses menyimak
 
Resensi novel negeri 5 menara
Resensi novel negeri 5 menara Resensi novel negeri 5 menara
Resensi novel negeri 5 menara
 
Pidato lingkungan
Pidato lingkungan Pidato lingkungan
Pidato lingkungan
 
Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara Kelompok 4 berbicara
Kelompok 4 berbicara
 
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
 
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
Kelompok 3 apresiasi sastra menyimak
 
Kelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan berita
Kelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan beritaKelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan berita
Kelompok 2 menyimak khotbah pidato cermah diskusi dan berita
 

PENDIDIKAN VOKASI DAN NON FORMAL

  • 1. TUGAS ILMU PENDIDIKAN Mengenai Pendidikan Vokasi dan Pendidikan Non Formal Oleh : Nama : Mitha Yulia Sari Kelas : 1-C PGSD NIM : K7113142 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sebelas Maret
  • 2. I. Pendidikan Vokasi Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja.Pendidikan vokasi menganut sistem terbuka (multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill yang akan dilaksanakan melalui kurikulum 2013. Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Salah satu problem pendidikan di Indonesia selama ini adalah relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Rendahnya Pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan relevansi kurikulum dengan kebutuhan pasar, sebab lebih mengarah kepada pendidikan akademis ketimbang vokasional atau kejuruan yang menghasilkan tenaga kerja terampil. Pendekatan sistem pembelajaran perlu menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan terkini dalam menyiapkan lulusan untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu. Sebagian besar masyarakat kita sampai saat ini masih asing dengan istilah pendidikan vokasi. Hal tersebut wajar karena kata vokasi belum dikenal secara luas di masyarakat, bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang saat ini digunakan sebagai referensi perbendaharaan kata dan istilah oleh sebagian besar masyarakat, kata vokasi juga tidak ditemukan. Kata vokasi dewasa ini sering dikaitkan dengan kata pendidikan, sehingga muncul istilah pendidikan vokasi. Apakah pendidikan vokasi itu? Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Bentuk penyelenggaraan pendidikan vokasi terdiri dari Program Diploma 1 (D-1), Diploma 2 (D-ll), Diploma 3 (D-lll), dan Diploma 4 (D-lV). Bahkan dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi, pendidikan vokasi dapat melaksanakan program ke strata yang lebih tinggi lagi, yakni Magister Terapan (S-2) dan Doktor Terapan (S-3). Ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi tidak ada lagi perbedaan dengan perguruan tinggi lainnya. Bedanya, pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta selaras dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Sedangkan, pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi dengan program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
  • 3. Menarik untuk disimak, apa yang dikatakan oleh Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Djoko Santoso beberapa bulan yang lalu di Jakarta. “Pendidikan tinggi difokuskan kepada pendidikan akademik. Saya selalu mendapatkan komplain, lulusan kita banyak yang menganggur. Setelah kami pelajari, hal itu disebabkan karena pendidikan tinggi kita lebih menitikberatkan kepada pendidikan akademik”. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa filosofi dari pendidikan akademik adalah untuk pengembangan ilmu, bukan untuk bekerja. Pendidikan yang lulusannya dipersiapkan untuk bekerja terutama pada dunia industri, itu namanya pendidikan vokasi. Oleh karena itu pendidikan vokasi akan diperkuat, karena akan bisa mengisi lapangan kerja secara langsung. Pendidikan vokasi harus berkaitan langsung dengan proses industrialisasi, terutama bila dikaitkan dengan fungsinya memenuhi tenaga kerja terampil dan dapat dihandalkan serta punya visi perhatian yang sungguh-sungguh kepada pembangunan teknologi dan rekayasa.Pendidikan vokasi sebagai suatu jenis pendidikan tinggi yang didirikan dengan maksud mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu. Untuk mencapai maksud dan tujuan pendidikan tersebut, kegiatan belajar-mengajar pada pendidikan vokasi lebih didominasi oleh kegiatan praktik, baik praktikum yang dilakukan di laboratorium, bengkel, kebun percobaan, maupun studio. Secara umum perbandingan antara kegiatan praktik dan teori dalam pendidikan vokasi adalah 60 persen berbanding 40 persen, walaupun dalam beberapa kasus angka perbandingan itu dapat menjadi 50 persen berbanding 50 persen. Mahasiswa dan dosen akan menghabiskan sebagian besar waktu efektifnya untuk belajar dan bekerja di tempat-tempat praktikum atau laboratorium. Proses pembelajaran seperti ini terdapat pada proses pembelajaran di politeknik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan politeknik adalah model pendidikan vokasi di Indonesia. Kareteristik khusus pendidikan vokasi ( baca: politeknik) dapat dicermati dari aspek kurikulumnya. Kurikulum pendidikan vokasi lazimnya berbasis kompetensi, populer dengan istilah KBK, singkatan dari kurikulum berbasis kompetensi. KBK selaras dan berkaitan dengan program studi yang lebih memberatkan kepada aspek keterampilan (skill) dan penguasaan teknologi. KBK menekankan aspek penguasaan secara komprehensif pada sebuah program studi sehingga relevan dengan kebutuhan masyarakat. Titik berat KBK adalah memunculkan sosok profesionalisme pada bidangnya masing-masing. Pada kaitan inilah KBK memberi penekanan yang dominan pada berbagai kompetensi yang harus dikuasai seseorang dalam setiap program studi pada setiap jenjang pendidikan. Dengan demikian akan terjadi pergeseran penguasaan kognisi (pengetahuan) atau dominasi kognitif menuju kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan program
  • 4. studi masing-masing. Inti KBK ini sebenarnya adalah output pendidikan yang benar-benar profesional di bidangnya karena KBK menggunakan pendekatan penguasaan kompetensi tertentu, materinya sedikit tetapi lebih mendalam. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah pangsa pasar dan keterlibatan dunia usaha dan dunia industri yang memberikan masukan (feed back) terhadap kompetensi dan standardisasi kemampuan seorang lulusan pendidikan vokasi yang dibutuhkannya. Dalam prakteknya, banyak industri melakukan rekrutmen di kampus pendidikan vokasi untuk mengisi lowongan pekerjaan di perusahaan mereka. Salah satu alasannya adalah rekrutmen yang dilaksanakan di kampus pendidikan vokasi tingkat keberhasilanya cukup tinggi karena tepat sasaran dan cost effective. Oleh karena itu, tercipta kondisi yang harmonis antara penyelenggara pendidikan vokasi dan dunia industri serta masyarakat luas suatu kolaborasi yang saling menguntungkan untuk menetapkan suatu sertifikasi profesi lulusan pendidikan vokasi yang diakui bersama. Dengan demikian, tuntutan masyarakat agar perguruan tinggi , khususnya pendidikan vokasi dapat memenuhi harapan masyarakat dan dunia industri akan kebutuhan tenaga kerja yang “siap pakai” dapat terwujud, dan sehingga perguruan tinggi tidak lagi dipandang sebagai suatu menara gading. Standar nasional pendidikan vokasi dikembangkan berdasarkan standar kompetensi nasional dan/atau internasional yang dalam proses pengembangnnya mengikutsertakan masyarakat industri sebagai pengguna lulusan vokasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi antara kempetensi lulusan pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia industri. Sehingga komplain mengenai rendahnya mutu lulusan pendidikan dan ketidaksesuaian (mismatch) kebutuhan stakeholder atau pengguna lulusan dengan lulusan yang dihasilkan oleh institusi pendidikan sebagai isu utama yang telah lama menjadi polemik antara kedua pihak tersebut dapat dieliminasi. Walaupun kebutuhan akan lulusan pendidikan vokasi laris manis bagi dunia industri. Tetapi keingingan atau animo lulusan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA) plus Madrasah Aliyah (MA) kurang tertarik untuk melanjutkan pendidikannya ke pendidikan vokasi tersebut. Persepsi mereka, pendidikan vokasi sebagai pendidikan tinggi kelas dua. Bilamana mereka tidak diterima pada perguruan tinggi akademik, baru mereka melirik kepada pendidikan vokasi. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi, yang tidak ada lagi pengkotakkan antara pendidikan vokasi khususnya Politeknik
  • 5. dengan pendidikan tinggi akademik yang berbentuk universitas, institut, atau pun sekolah tinggi. Dalam undang-undang tersebut ditegaskan bahwa perguruan tingi vokasi dapat melaksanakan program master terapan dan doktor terapan. Politeknik akan dapat juga mempromosikan dosennya menjadi guru besar atau professor. Kita berharap, diberlakukannya undang-undang ini akan dapat merubah mindset lulusan SLTA terhadap pendidikan vokasi. Arah menuju ke sana sudah nampak, penerimaan mahasiswa baru dari beberapa perguruan tinggi politeknik di republik ini meningkat tajam untuk beberapa tahun terakhir ini. Oleh karena itu, tidak berlebihan dikatakan bahwa pendidikan vokasi khususnya pendidikan politeknik sekarang berada di atas angin.***
  • 6. II. Pendidikan Non Formal Definisi Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Jenis Pendidikan nonformal meliputi : 1. pendidikan kecakapan hidup 2. pendidikan anak usia dini 3. pendidikan kepemudaan 4. pendidikan pemberdayaan perempuan 5. pendidikan keaksaraan 6. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. 7. Pendidikan kesetaraan meliputi: Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Fungsi Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Sasaran Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Satuan Pendidikan Penyelenggara  Kelompok bermain (KB)  Taman penitipan anak (TPA)  Lembaga kursus  Sanggar  Lembaga pelatihan  Kelompok belajar  Pusat kegiatan belajar masyarakat  Majelis taklim Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
  • 7. Peran Pendidikan Non Formal Kehadiran berbagai PAUD dan lembaga pendidikan nonformal yang kian beredar di sekitar kita menunjukkan betapa pedulinya oknum pendidik nonformal terhadap dunia pendidikan nonformal. Ini akan sangat membantu para orang tua yang menginginkan nilai lebih yang dihasilkan anak-anak mereka sebagai bentuk pendukung pendidikan formal yang anak terima di sekolah. Dalam hal ini peran penting pendidikan nonformal sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat bergerak sebagaimana mestinya. Masyarakat patut bersyukur dengan keberadaan pendidikan nonformal maka kebutuhan anak-anak dalam mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal mereka bisa terpenuhi. Sebut saja berbagai contoh yang ada di sekitar kita saat ini; dengan adanya Sanggar Kegiatan Belajar yang menawarkan pembelajaran seperti di sekolah formal tapi dengan keringanan jam belajar membantu anak-anak untuk tetap bersekolah di waktu mereka yang mungkin tidak sefleksibel anak-anak di sekolah formal. Pengadaan Program Paket A, B dan C oleh pendidikan nonformal membantu semangat anak-anak yang tidak lulus sekolah formal kembali berkobar karena peraturan pemerintah yang menyatakan ijazah mereka setara dengan anak-anak yang menimba ilmu di sekolah formal. Kemunculan banyaknya PAUD cukup meringankan beban orangtua yang mungkin sebagian besar waktunya terkuras akan dunia karir mereka. Di PAUD, anak-anak dipastikan mendapatkan dasar pendidikan formal sebagai bekal mereka sekolah nanti dan tambahan pendidikan informal sebagai pelengkap pendidikan informal yang mereka dapatkan di lingkungan keluarga. Banyaknya Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar yang kian marak di sekitar kita dapat menjadi penambah dan pelengkap ilmu yang anak-anak peroleh di sekolah formal. Sungguh besar peran dunia pendidikan nonformal. Bersikap selektif Menilik banyaknya PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang berlomba - lomba menawarkan keunggulan dari masing-masing lembaga, banyak orang tua berbondong-bondong mengantarkan anak-anaknya ke lembaga pelayanan pendidikan nonformal tersebut berharap buah hati mereka mendapatkan pendidikan tambahan yang tepat dan baik untuk melengkapi kebutuhan pendidikan formal mereka. Oleh karena itu sudah selayaknya orang tua bersikap selektif dalam memilih PAUD, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang tepat untuk anak-anak mereka mengingat kian maraknya keberadaan layanan pendidikan nonforma l yang hanya berasas manfaat. Jadi, meninjau betapa banyak kelebihan yang ditawarkan pendidikan nonformal dalam rangka melengkapi pendidikan formal dan informal sudah sepantasnya lah kita sebagai masyarakat yang peduli akan pendidikan generasi penerus bangsa memilih yang terbaik dan sesuai kualitas yang ditawarkan. Jangan lupa untuk menjadi saksi keberhasilan anak-anak akan proses belajar yang dilakukan selama anak-anak dalam masa pembelajaran di PAUD, Lembaga Kursus dan Bimbingan Belajar di sekitar kita. Buat anak, jangan coba-coba. Apalagi menyangkut pendidikan yang bersifat mendidik sepanjang hayat. Jadilah pendidik sejati yang berawal dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa.
  • 8. SUMBER www.riaupos.co/2251-opini-pendidikan-vokasi-di-atas-angin-.html#.UpCjrTcSPkI www.seminarvokasi.ft.unp.ac.id http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal www.edukasi.kompasiana.com/2012/05/07/pendidikan-nonformal-460462.html www.ujisem2ayunabila.blogspot.com/2012/06/pendidikan-nonformal.html