SlideShare a Scribd company logo
1 of 103
Download to read offline
Final Draft February, 2009
WORLD HEALTH ORGANIZATION
Geneva, Switzerland
Manual Perencanaan
Program Komunikasi
Dampak Perilaku Kesehatan
2
TRIAL COPY
(Limited Distribution—Being Edited)
3
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
UCAPAN TERIMAKASIH
MAKSUD DAN PENGGUNAAN MANUAL
BAGIAN I: PENGENALAN COMBI – PERTANYAAN – PERTANYAAN DASAR
 Apa itu “COMBI” – Communication for Behavioural Impact?
 Kenapa kita memerlukan “COMBI”?
 Apa langkah – langkah kunci dalam merancang Rencana COMBI?
 Apakah COMBI berbeda dengan Pendidikan dan Promosi Kesehatan?
 Dimana saja COMBI telah diterapkan
 Bagaimana seseorang dapat mengatakan jika COMBI berjalan dengan baik?
 Apakah COMBI merupakan investasi yang baik?
 Bagaimana seseorang mencari bahan tambahan mengenai COMBI?
BAGIAN II: 10 LANGKAH – LANGKAH UNTUK MERANCANG RENCANA
COMBI
Pendahuluan
Garis besar 10 langkah – langkah dalam merancang rencana COMBI
LANGKAH NO.1: PENETAPAN GOL KESELURUHAN
LANGKAH NO.2: PENETAPAN OBYEKTIVE PERILAKU YANG DIHARAPKAN
CATATAN 2.1 MANTRA COMBI NO.1:
“TIDAK MELAKUKAN APA – APA……. TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT,
PAMFLET, VIDEO …. TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG TELAH
MEMBUAT OBYEKTIVE
PERILAKU SPESIFIK DAN TEPAT”
CATATAN 2.2 HINDARI DARI GODAAN “PERASAAN MENDIDIK”
CATATAN 2.3 KEKHAWATIRAN TERHADAP “PERASAAN PEMBANGUNAN SOSIAL”; BERTUJUAN UNTUK
HASIL – HASIL PERILAKU YANG TERBATAS, PALING BANYAK 1 – 3.
CATATAN 2.4 PERNYATAAN PERTAMA DARI OBYEKTIVE PERILAKU BUKAN MERUPAKAN YANG TERAKHIR.
KITA AKAN KEMBALI PADA YANG PERTAMA UNTUK MELAKUKAN PENINJAUAN DAN
MODIFIKASI BILA PERLU
CATATAN 2.5 MENINJAU OBYEKTIVE PERILAKU TERHADAP KRITERIA 5 W DAN “SMART”
4
LANGKAH NO.3: MELAKUKAN ANALISA “PASAR” UNTUK MENDAPATKAN KUNCI
KOMUNIKASI (SMACK) SEHUBUNGAN DENGAN OBYEKTIVE
PERILAKU YANG TEPAT.
CATATAN 3.1 MANTRA COMBI NOMOR 2
“TIDAK MELAKUKAN APA – APA……. TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT, PAMFLET, VIDEO
…. TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG TELAH MELAKUKAN ANALISA
SITUASI PASAR UNTUK MENDAPAT KUNCI KOMUNIKASI SEHUBUNGAN DENGAN OBYEKTIVE
PERILAKU PENDAHULUAN
CATATAN 3.2 MENDAPAT DATA DASAR UNTUK MELAKUKAN ANALISA SITUASI PASAR
CATATAN 3.3 DAERAH PENGGALIAN DALAM MELAKSANAKAN ANALISA SITUASI PASAR
CATATAN 3.4 TETAPLAH PADA ISU – ISU SOLUSI YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DITERIMA DALAM
MELAKSANAKAN ANALISA SITUASI PASAR (SMA) UNTUK MENDAPAKAN KUNCI
KOMUNIKASI (CK)
CATATAN 3.5 MELAKUKAN ANALISA HIC – DARM DARI SITUASI SAAT INI MENGENAI TINGKAT
PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU DAN KECENDERUNGAN PERILAKU
CATATAN 3.6 MELAKSANAKAN LATIHAN SEGMENTASI PASAR
CATATAN 3.7 MELAKUKAN ANALISA KEKUATAN LAPANGAN (FORCED FIELD ANALYSIS)
CATATAN 3.8 MELAKUKAN ANALISA ”SWOT” (STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES,
THREATS)
CATATAN 3.9 MEMPERHATIKAN OBYEKTIVE PERILAKU SEHUBUNGAN DENGAN “4 C” DARI
KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (IMC - INTEGRATED MARKETING
COMMUNICATION)
CATATAN 3.10MELAKUKAN ANALISA DILO (DAY IN THE LIFE ON) DAN MILO (MOMENT IN THE
LIFE ON)
CATATAN 3.11 MELAKUKAN LATIHAN PENEMPATAN / TOMA (TOP OF THE MIND ANALYSIS /
ANALISA HAL – HAL YANG ADA DALAM PIKIRAN)
CATATAN 3.12 MELAKUKAN ANALISA KOMPETITOR
CATATAN 3.13 MELAKUKANKAN ANALISA MS.CREFS (KOMUNIKASI SITUASI / ISU)
CATATAN 3.14 MENETAPKAN RISET LEBIH LANJUT
CATATAN 3.15 MENENTUKAN PERSYARATAN – PERSYARATAN RENCANA COMBI
LANGKAH NO.4: MEMBUAT STRATEGI COMBI UNTUK MENCAPAI
OBYEKTIVE PERILAKU YANG TELAH DITETAPKAN
CATATAN 4.1 PENETAPAN ULANG OBYEKTIVE PERILAKU
CATATAN 4.2 MEMBUAT “OBYEKTIVE KOMUNIKASI” YANG AKAN DICAPAI, DALAM RANGKA
MEMBERI SUMBANGAN PADA PENCAPAIAN OBYEKTIVE PERILAKU
CATATAN 4.3 MENGANTISIPASI 3 UPAYA KOMUNIKASI BILA SESEORANG MEMBUAT STRATEGI:
PERHATIAN PILIHAN, PERSEPSI PILIHAN, INGATAN PILIHAN
CATATAN 4.4 MEMPERTIMBANGKAN RANCANGAN STARATEGI YANG M – RIP (MASSIVE –
REPETITIVE, INTENSE, PERSISTENT)
5
CATATAN 4.5 GARIS BESAR PENGGABUNGAN AKSI – AKSI KOMUNIKASI TERPADU YANG AKAN
DIAMBIL SEHUBUNGAN DENGAN “C” KE EMPAT DARI KOMUNIKASI
PEMASARAN
TERPADU (IMC)
CATATAN 4.6 MENGGUNAKAN APA YANG SEDANG BERFUNGSI DALAM HAL SISTEM DAN
PENDEKATAN KOMUNIKASI TETAPI BELUM DIUPAYAKAN SECARA OPTIMAL
SEBAGAI
INTERVENSI ALTERNATIVE DAN KREATIVE
CATATAN 4.7 BERCERMIN KEMBALI PADA “MS.CREFS”
CATATAN 4.8 BERUPAYA UNTUK MENYANDINGKAN KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DAN
INTERAKSI YANG ARIF”
CATATAN 4.9 MEMPERTIMBANGKAN PENGGUNAAN INSENTIVE DAN LOGO LABEL
LANGKAH NO.5: MENYAJIKAN RENCANA AKSI COMBI
CATATAN 5.1 MEMBUAT KEGIATAN – KEGIATAN SPESIFIK MENURUT 5 AREA UMUM DARI
INTERVENSI KOMUNIKASI (BILA DIPERLUKAN AREA DAPAT DITAMBAH)
CATATAN 5.2 SEKALI LAGI MENGINGATKAN MS.CREFS
CATATAN 5.3 MENGINGAT 3 UPAYA DARI KOMUNIKASI
CATATAN 5.4 MENGINGAT ATURAN NO.2 DARI 7 ATURAN DALAM MEMASANG IKLAN
ELEKTRONIK DAN YANG TERBAIK MENGHINDARI TIPUAN “GERAK DAN LAGU”
CATATAN 5.5 ATURAN DARI TRIAD AJAIB
CATATAN 5.6 MEMPERTIMBANGKAN MEMASANG IKLAN BERTAHAP
CATATAN 5.7 MEMAKAI AGEN PERIKLANAN DAN MENGATUR AGEN DENGAN RAJIN.
LANGKAH NO.6: MANAJEMEN / PENATALAKSANAAN
CATATAN 6.1 TUGASKAN SATU ORANG SEBAGAI MANAJER PROGRAM COMBI
CATATAN 6.2 TUGASKAN KELOMPOK PELAKSANAN UNTUK MEMUDAHKAN
PENATALAKSANAAN
DAN MENGATASI KRISI
CATATAN 6.3 MEMPERTIMBANGKAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PENASEHAT
LANGKAH NO.7 MONITORING / PEMANTAUAN
CATATAN 7.1 GUNAKAN JADWAL RENCANA KERJA SEBAGAI ALAT PEMANTAU
CATATAN 7.2 RENCAN UNTUK MEMANTAU SURVEI
LANGKAH NO.8: PENILAIAN DAMPAK
CATATAN 8.1 MENGIKUTI ARAH OBYEKTIVE PERILAKU YANG TELAH DITETAPKAN DALAM
MEMBENTUK PROSES YANG BENAR DALAM PENILAIAN DAMPAK,
MENGGUNAKAN CATATAN KEHADIRAN DI PUSKESMAS ATAU STUDI OBSERVASIONAL
CATATAN 8.2 MENYUMBANG PADA DAMPAK INTERVENSI COMBI
CATATAN 8.3 MEMAKAI SPESIALIS EVALUASI
LANGKAH NO.9: PENJADWALAN: RENCANA KERJA
CATATAN 9.1 MENGIKUTI DRAFT PERTAMA DARI JADWAL RENCANA KERJA MELALUI LATIHAN
KELOMPOK YANG MELIBATKAN INDIVIDU DAN MITRA PELAKSANA
LANGKAH NO.10 ANGGARAN
CATATAN 10.1 RENCANA COMBI TIDAK DAPAT DILAKSNAKAN DENGAN BIAYA MURAH, JADI
6
LAKUKAN ANTISIPASI KESULITAN DENGAN BESARNYA KEBUTUHAN
ANGGARAN
CATATAN 10.2 KEMUNGKINAN MEMBANGUN KERJASAMA DENGAN SEKTOR SWASTA
LAMPIRAN I: FORMAT MENYAJIKAN DOKUMEN RENCANA COMBI
LAMPIRAN II: CONTOH RENCANA COMBI
7
PENDAHULUAN
Manual ini berkembang dari kerja kami dalam bidang penyakit – penyakit menular dan
didorong oleh 5 pertimbangan:
1. Penyakit menular masih sebagai ancaman global. Merupakan pembunuh anak –
anak dan remaja terbesar. Bertanggung jawab atas lebih dari 13 juta kematian
pertahun, setengah dari kematian tersebut terjadi dinegara – negara berkembang.
Pembunuh terbanyak dari penyakit infeksi adalah apenyakit saluran pernapasan
akut dan diare, HIV/AIDS, TBC dan Malaria. Pada tahun 2001, kematian karena
HIV/AIDS, TBC dan Malaria diperkirakan sekitar 6 juta. Diluar penyakit –
penyakit ”pembunuh”, masih terdapat 250 juta orang setiap tahun yang menderita
cacat karena penyakit – penyakit infeksi seperti Limfatik Filariasis, Lepra, dan
luka buruli. Penyakit – penyakit ini telah menyebabkan anak putus sekolah dan
bagi orang dewasa akan menghambat mereka untuk mengurus anak anaknya dan
untuk bekerja, secara perlahan – lahan menggangu kesehatan dan kesejahteraan
bangsa, keluarga dan individu. Penyakit – penyakit yang terabaikan ini
memperparah siklus kemiskinan.
2. Kami mempunyai solusi teknis dan medis untuk mengurangi beban kesehatan dari
penyakit – penyakit menular dan dalam banyak kasus solusi tersebut siap tersedia.
Tetapi dengan berbagai alasan orang tidak mau menggunakan solusi yang ada
padanya untuk memperbaiki kesehatannya. Pandangan lama bahwa semua yang
harus kita lakukan adalah menyediakan pengobatan dan otomatis orang akan
datang ke klinik kita, tidak akan dipakai lagi. Bagian penting dari mengatasi
kesenjangan antara adanya solusi dan penerimaan orang adalah perlunya
mobilisasi sosial yang lebih fokus dan strategis, program – program komunikasi
dan pendidikan guna mengajak orang dalam melakukan perilaku yang mengubah
status kesehatan mereka.
3. Untuk sementara kami telah mengetahui bahwa pendekatan informasi –
pendidikan yang sejauh ini telah memberitahu rancangan program komunikasi
kesehatan tidak memberikan dampak perilaku yang kita inginkan sebagai gol
akhir. Sementara itu diperlukan peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai
perilaku sehat, yang dasarnya masih kurang untuk aksi perorangan. Kesenjangan
8
antara mengetahui apa yang harus dilakukan dan melaksanakannya, jauh dari
menggembirakan.
4. Program mobilisasi sosial WHO pada tahun 2000 mulai menerapkan suatu
pendekatan yang disebut Komunikasi berDampak Perilaku (COMBI) didalam
rancangan dan pelaksanaan mobilisasi sosial berfokus perilaku untuk eliminasi
Lepra di India dan Mozambik, pencegahan Limfatik Filariasis di Malaisia dan
Laos, dan pencegahan dan pengobatan TBC di Kenya, Bangladesh dan India. Kami
telah memperoleh beberapa keberhasilan yang mengesankan. Dan kami juga
memiliki pemikiran yang jelas bahwa dengan pendekatan ini kita dapat membuat
perbedaan yang mencolok dalam mengurangi dampak kesakitan dan kematian dari
penyakit – penyakit menular, bahwa janji kesehatan yang kami buat kepada orang
dapat diberikan. Kami telah melihat COMBI di…… pada tantangan perilaku bagi
seseorang yang terlibat dalam menghadapi berbagai penyakit, secara efektive
mendorong orang dalam mempertimbangkan aksi – aksi individu dan masyarakat
yang dapat mereka kerjakan untuk mengendalikan dan mencegah penyakit –
penyakit tersebut.
5. Meningkatnya jumlah tenaga – tenaga kesehatan yang meminta untuk dibimbing
bagaimana menerapkan pendekatan COMBI terhadap tantangan perilaku yang
ditemukan dari berbagai penyakit.
Bagi mereka yang memiliki latar belakang komunikasi dan beberapa pelatihan, kami
berharap bahwa manual ini dapat menjadi alat praktis didalam membuat program –
program COMBI guna pelaksanaan sewaktu – waktu. Bagi mereka yang punya
ketertarikan pada pendekatan ini kami percaya bahwa manual ini akan memberikan
beberapa pandangan mengenai apa yang terlibat dalam membuat rencana COMBI untuk
mendapat hasil – hasil perilaku tertentu bagi kesehatan.
Catatan khusus:saat kita menyajikan COMBI dalam hubungannya dengan penyakit –
penyakit menular kami ingin menekankan bahwa metodologi COMBI dapat juga relevansi
khususterhadap tugas pencapaian dampak perilaku yang berhubungan dengan penyakit –
penyakit tidak menular dan juga pengembangan sosial lain.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami.
ASIYA ODUGLEH-KOLEV
Technical Officer, Sosial Mobilization
Health Security and Environment (HSE)
9
20, Avenue Appia
CH-1211 Geneva 27
Switzerland
| Tel. direct: +41 (0) 22 791 4568| Fax: +41 (0) 22 791 4721
| Email: oduglehkoleva@who.int
Dr. Everold Hosein (Ph.D), WHO Senior Communication Advisor-Consultant (e-mail:
everold.hosein@wmc.who.int; Everold@aol.com.)
10
UCAPAN TERIMA KASIH
Manual ini akarnya ada didalam kursus tahunan selama 3 minggu tentang “ Komunikasi
Pemasaran Terpadu untuk Dampak Perilaku dalam Kesehatan dan pembangunan Sosial”
yang telah dilaksanakan di New York University (NYU) sejak 1994 dan dikoordinir oleh
Dr. Everold N. Hosein.
Program pelatihan telah mendapat keuntungan selama bertahun – tahun, dari
input pengajaran diantara: Jeff Carr, dosen bidang Pemasaran di NYU Stern
School of Business Administration; Burson –Marsteller, perusahaan dunia
terbesar dalam pembimbingan komunikasi dan humas; Sudler and Henessy, agen
periklanan pelayanan kesehatan internasional berkedudukan di New York;
Cooney-Waters, perusahaan public relation berkedudukan di New York; badan
periklanan; Dr. Erma Manoncourt, Dr. Sylvia Luciani, dari UNICEF; Dr. O.J.
Sikes, Dr. Sylvie Cohen, dan Dr. Delia Barcelona, dari UNFPA; Dr. Gloria Coe, Dr.
Marilyn Rice, Ms. Bryna Brennan dari PAHO/WHO; Denise Gray-Felder dan Brian
Byrd, dari Rockefeller Foundation; dan Diana Leidel, editor majalah dan desainer
grafis.
Sejak tahun 2000, WHO telah bekerja sama dengan NYU dalam menyelenggarakan dan
melaksanakan program pelatihan dengan peran serta yang besar dari Ms. Helen Kelly
dan Dr. Ron Janoff, Erich Dietrich, dari kantor Academic initiatives and global programs,
dan Dr. Allyson Taub, Prof. Vivian Clarke, Dr. Judith Gilbride dari departemen gizi,
makanan, dan kesehatan masyarakat di NYU Steinhardt School of Education. The
11
NYU/WHO Summer Institute Class of 2003 was involved in a detailed review of this
manual.
Juga pada tahun 2000, WHO mulai menerapkan metodologi dari Communication for
Behavioural Impact (COMBI) berdasarkan pada konsep komunikasi pemasaran terpadu
terhadap penyakit – penyakit menular tertentu. Dr. Elil Renganathan, koordinator dari
program pelatihana dan mobilisasi sosial, dan Dr. Maria Neira, Direktur bagian
pengendalian, pencegahan dan pemberantasan di WHO divisi penyakit – penyakit
menular (dikepalai oleh Dr. David Heymann) yang sangat mendukung pembentukan
inisitive ini. pertama kali COMBI diterapkan pada program – program Lepra di India
yang di dorong oleh Dr. Denis Daumerie dari program pemberantasan Lepra WHO. Sejak
itu digunakan juga dengan berhasil pada Dengue dan Limfatik Filariasis. Baru baru ini
diterapkan pada program TBC, Malaria, HIV/AIDS, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi bayi,
penyakit – penyakit kronis dan kegemukan. Kantor – kantor UNICEF juga telah
menerapkan metodologi ini untuk berbagai program UNICEF mulai dari kekerasan
terhadap anak, HIV/AIDS, ANC, sampai imunisasi. Program – program lapangan ini
dilakukan bekerja sama dengan kantor WHO regional dan perwakilan negara anggota,
kantor UNICEF regional dan negara perwakilan dilebih dari 50 negara.
Manual COMBI dipersiapkan oleh Dr. Everold N Hosein, Senior Communication Advisor –
Consultant WHO dengan dibantu oleh Nn. Asiya Odugleh, technical officer WHO, Dr. Will
Parks, WHO Communication officer, Nn. Lotta Adestal, konsultan WHO yang dibiayai
pemerintah Swedia, dan Nn. Diane Pollet, WHO communication assistant, dan dibawah
supervisi penuh dan bimbingan dari Dr. Elil Renganathan dari WHO.
12
MAKSUD DAN PENGGUNAAN MANUAL
Maksud
Manual ini dimaksudkan terutama untuk mempermudah petugas kesehatan yang telah
dilatih didalam menerapkan petunjuk 10 langkah COMBI dalam merancang rencana
COMBI guna mencapai obyektive perilaku yang jelas
Bagi mereka yang akan dilatih COMBI, manual ini merupakan referensi cepat tentang
konsep – konsep dan langkah – langkah membuat perencanaan yang digunakan dalam
membuat rencana COMBI
Pada saat yang sama, bagi petugas yang tidak memiliki latar belakang komunikasi,
manual ini memberikan kilasan proses yang terlibat dalam merancang suatu
perencanaan)
Manual ini tidak dimaksudkan untuk mencakup secara mendalam seluruh perangkat
yang digunakan dalam merancang COMBI. Isi dari manual ini meliputi beberapa
pengertian dasar dari prinsip – prinsip dan teknik komunikasi dasar. Diharapkan juga
bahwa spesialis lain akan dilibatkan dalam latihan merancang COMBI, seperti spesialis
di bidang periklanan, riset pasar, dan evaluasi dampak
Penggunaan
Manual ini dibagi dalam 2 (dua) bagian:
Bagian I, pada bagian ini pembaca diberi pengenalan dasar dan metodologi dari COMBI.
Menyediakan jawaban terhadap beberapa pertanyaan mendasar tentang COMBI:
 Apa itu COMBI?
 Mengapa kita memerlukan COMBI?
 Apa perbedaan antara COMBI dengan Penyuluhan dan Promosi kesehatan?
 Apa langkah – langkah kunci dalam merancang rencana COMBI?
 Bagaimana seseorang dapat mengatakan jika COMBI bekerja?
13
 Apakah COMBI merupakan investasi yang baik?
 Dimana saja COMBI telah diterapkan?
 Bagaimana seseorang dapat mengetahui lebih lanjut?
Bagian II, bagian ini membawa pembaca kedalam tiap langkah dari 10 langkah pedoman
COMBI dalam merancang COMBI dan menjelaskan apa yang akan dilakukan pada setiap
langkah. Disamping itu juga terdapat beberapa konsep dan perangkat yang berhubungan
dengan tiap langkah di catatan khusus yang dilampirkan pada setiap langkah. Kami
merekomendasikan agar bagian II ini dibaca dulu seluruhnya sebelum dilanjutkan ke
penerapan tiap langkah pada latihan merancang COMBI.
Pada bagian akhir tersedia lampiran – lampiran format untuk menyajikan rencana
COMBI dan contoh dari rencana COMBI
14
BAGIAN I:
Pengenalan COMBI
Pertanyaan – pertanyaan Dasar
15
BAGIAN I:
PENGENALAN COMBI
BAGIAN I: PENGENALAN COMBI
Pertanyaan – Pertanyaan dasar
 APA ITU “COMBI – KOMUNIKASI BAGI DAMPAK PERILAKU”?
COMBI adalah kegiatan mobilisasi sosial yang ditujukan pada tugas
menggerakkan seluruh individu dan masyarakat yang berpengaruh pada individu
dan keluarga dalam mendorong aksi individu dan keluarga. Kegiatan ini
merupakan starategi dalam proses penggabungan beraneka intervensi komunikasi
dengan maksud mengajak individu dan keluarga dalam untuk mempertimbangkan
perilaku sehat yang direkomendasikan dan menganjurkan agar perilaku tersebut
diadopsi dan dipertahankan. COMBI banyak menggunakan masukan dari
pelajaran tentang pendidikan kesehatan dan komunikasi yang diperoleh dalam 50
tahun terakhir dan fokus pada perilaku dengan strategi yang berpusat pada
masyarakat. Dalam hal komunikasi dengan konsumen, secara substansial COMBI
juga mengambil pengalaman – pengalaman dari sektor swasta.
Metodologi COMBI secara efektive memadukan pendidikan kesehatan, KIE,
mobilisasi masyarakat, tehnik komunikasi dengan konsumen dan riset pasar,
dimana semuanya itu secara tajam dan cerdik ditujukan pada hasil – hasil
perilaku yang tepat dibidang kesehatan.
Disadari bahwa gol akhir dibidang kesehatan adalah dampak perilaku: seseorang
melakukan sesuatu. COMBI menekankan pada: kebutuhan informasi, kita butuh
pendidikan, kita perlu persuasi, kita butuh peran serta masyarakat, kita perlu
16
membangunkan masyarakat, kita butuh komitmen pemerintah, kita juga butuh
kepekaan terhadap konsumen dengan fokus pada perilaku dan keputusan yang
dibuat oleh konsumen, untuk diterapkan pada perilaku sehat.
COMBI dimulai dengan “orang” (klien, yaitu mereka yang memperoleh
keuntungan, pengguna jasa – anggota keluarga) dan kebutuhan (keinginan, atau
minat) kesehatan serta ketepatan fokus pada hasil – hasil perilaku yang
diharapkan sehubungan dengan kebutuhan, keinginan, minatnya. Mantra dari
COMBI adalah: tidak melakukan apa - apa – tidak membuat kaos, poster, leaflet,
video …….. tidak melakukan apa – apa, sampai dibuat obyektive perilaku yang
tepat dan spesifik.
Akar dari COMBI adalah pengetahuan, pemahaman dan pengertian seseorang atas
perilaku sehat yang direkomendasikan. ”Pasar / masyarakat” secara penuh
dilibatkan mulai dari awal sampai dengan mempraktekannya, riset masyarakat
dan analisis situasi yang bersifat partisipative sehubungan dengan perilaku yang
diharapkan guna mengekspresikan atau menunjukkan
kebutuhan/keinginan/harapannya. Termasuk dalam analisa situasi adalah
mendengarkan orang dan mempelajari persepsi dan penerimaan mereka atas
perilaku yang ditawarkan, faktor – faktor yang dapat menghalangi atau
mempermudah penerimaan perilaku, pengertian mereka tentang biaya (waktu,
uang, usaha) dalam hubungannya dengan persepsi mereka terhadap nilai perilaku
dengan kehidupan mereka.
Masyarakat kemudian disertakan dalam peninjauan kembali dan analisis dari
perilaku sehat yang dianjurkan melalui penggabungan 5 area aksi komunikasi
terpadu kedalam beraneka susunan yang sesuai dengan situasi “pasar”. Kita
menyadari bahwa tidak ada intervensi komunikasi tunggal yang ajaib.
5 area paduan aksi komunikasi adalah:
 Mobilisasi administrasi, Advokasi kepada masyarakat, dan Hubungan
masyarakat, untuk menempatkan suatu perilaku sehat pada agenda
manajemen publik dan administrasi (program) lewat media massa: berita
utama, talk show, opera sabun, penggunaan selebriti sebagai jurubicara,
17
acara diskusi, pertemuan/diskusi dengan berbagai kategori pimpinan
pemerintahan dan masyarakat, penyedia layanan, tenaga administrasi,
memo pejabat, pertemuaan mitrakerja.
 Mobilisasi masyarakat, termasuk menggunakan riset partisipasi,
pertemuan – pertemuan kelompok masyarakat, pertemuan mitra kerja,
media tradisional, musik, gerak dan lagu, road show, drama, leaflet, poster,
pamflet, video, kunjungan rumah.
 Iklan, Promosi dan Insentive, melalui radio, TV, surat kabar, dan media
lain yang tersedia, mengajak orang dalam meninjau manfaat perilaku yang
direkomendasikan dari sisi biaya pelaksanaan. Pemberian insentip seperti
sampel gratis dan hadiah telah digunakan untuk memotivasi orang agar
mempertimbangkan perilaku yang disarankan dan mencap perilaku atau
layanan atau produk yang berhubungan dengan perilaku tersebut, dan
mempromosikan cap tersebut.
 Penjualan perorangan / komunikasi interpersonal / penyuluhan, di tingkat
masyarakat, disekolah dengan menyertakan anak sekolah sebagai ”penjual
perorangan” , di rumah dan terutama di titik – titik pelayanan, dengan
kepustakaan yang bersifat informasional dan sesuai serta insentive
tambahan, dan mendengar dengan seksama dan mengarahkan pada apa
yang menjadi perhatian orang.
 Promosi tempat pelayanan, menekankan pada kemudahan akses dan
tersedianya solusi - solusi terhadap masalah - masalah kesehatan.
Kunci dalam perencanaan program COMBI adalah memberi perhatian atas kesungguhan
upaya pendekatan keterpaduan dalam pemilihan dan penggabungan aksi komunikasi
yang baik sesuai dengan hasil perilaku yang sangat diharapkan, dan untuk tidak
mempercayai bahwa satu jenis intervensi komunikasi mempunyai kekuatan yang hebat.
 MENGAPA KITA MEMBUTUHKAN COMBI?
18
Tantangan yang paling mendasar dalam menghadapi penyakit – penyakit infeksius
utama adalah membuat individu (dalam konteks keluarga dan masyarakat) mau
mengadopsi dan memelihara perilaku sehat yang merupakan tujuan akhir dari
upaya – upaya kita terhadap penyakit – penyakit infeksius. Perilaku yang sangat
penting ini hanya diam menunggu seluruh rencana peningkatan serangan
terhadap penyakit – penyakit menular dan penyakit lainnya yang terdapat di
masyarakat miskin. Karena seringkali tantangan ini dikira akan dapat dipenuhi
bila “ segala sesuatunya tersedia”, saat pelayanan kesehatan, dan intervensi
kesehatan sudah tersedia. Ketika obat MDT gratis telah tersedia, apakah seorang
penderita lepra dengan kelainan di kulit dengan mudah untuk datang ke klinik
yang menyediakan MDT? Sangat sulit bagi seorang penderita TB untuk datang ke
klinik meski telah siap tersedia obat gratis.
Penapsiran terhadap kesederhanaan dari perilaku yang diharapkan sering
membingungkan kita. Kita memerlukan sistem kesehatan yang berkualitas,
petugas yang terlatih, dan tersedianya pelayanan dan produk kesehatan. Banyak
perilaku kesehatan sangat tergantung pada ketersediaan pelayanan dan produk
kesehatan. Namun solusi tehnis medis canggih terhadap masalah kesehatan tidak
dengan sendirinya dapat dijual meskipun telah siap tersedia. Pengalaman selama
50 tahun dibidang kesehatan masyarakat memberikan satu contoh dari
kebingungan ini. Sangat banyak contoh – contoh pengalaman kesehatan
masyarakat mengenai kesenjangan antara pengetahuan dan akses pada
pelayanan, produk dan praktek sehingga perilaku kesehatan apapun, sulit untuk
dipahami.
Dasar dari seseorang untuk mengadopsi perilaku sehat adalah pengetahuan,
ketika perilaku sehat serta layanan dan produk kesehatan yang berhubungan
berada dalam jangkauan yang masuk akal konsumen. Perasaan tahu / dididik
sebegitu jauh telah menunjukkan arah strategi dalam mencapai hasil – hasil
perilaku dibidang kesehatan.
Meningkatnya kesadaran dan pendidikan tentang perilaku sehat belum cukup
untuk digunakan sebagai dasar kegiatan individu dan keluarga untuk mengetahui
sesuatu yang jelek meskipun hal ini merupakan langkah yang penting dalam
proses menuju praktek perilaku sehat. Sangat disayangkan, individu yang telah
19
memperoleh informasi dan terdidik tidak berperangai sebagai individu yang
responsive. Banyak contoh – contoh dibidang kesehatan mengenai bagaimana
“pengetahuan” gagal memberikan hasil perilaku yang sangat diinginkan.
Seringkali masih diperlukan untuk mengulangi tema yang nampaknya kurang
penting seperti berikut ini: Mengetahui perbedaan antara apa yang akan
dilakukan dengan melakukan nya.
Untuk melangkah kedalam perilaku yang responsive, diperlukan penerapan
pengetahuan. Untuk itu perlu upaya dalam menarik perhatian orang, baik melalui
proses kehati – hatian dalam mempertimbangkan perilaku yang berfokus pada
komunikasi dan mobilisasi sosial, serta dalam menunjukkan pengetahuan yang
didapat dalam hubungannya dengan keuntungan pribadi, norma – norma sosial
serta pengaruh – pengaruh dan pertimbangan atas aksi dalam menarik orang
tersebut. Inilah misi kunci kita yang bertujuan mempraktekan perilaku - perilaku
sehat dalam mengendalikan dan mencegah penyakit – penyakit infeksi utama.
Perencanaan dan pelaksanaan yang strategis dari program komunikasi dan
mobilisasi sosial agar berperilaku sehat dimulai dengan dasar: seseorang tidak
dapat beraksi atas perilaku sehat yang dianjurkan jika seseorang tidak menyadari
dan tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut, dan jika seseorang tidak
terlibat penuh dalam penilaian yang adil dari manfaat biaya yang digunakan
dalam mempraktekkan upaya – upaya tersebut. Inilah esensi dari “penerapan
pengetahuan”: sesuaikan komunikasi berdasarkan pengetahuan dalam menilai
aksi - aksi yang direkomendasikan. Strategi dalam mencapai dampak perilaku
yaitu perlu untuk sering menawarkan kesempatan kepada orang untuk terlibat
dalam melakukan tinjauan yang seksama atas perilaku yang dianjurkan,
menimbang nilainya sehubungan dengan beban dalam menjalankannya.
Jenis komunikasi ini jelas lebih menarik daripada hal – hal memproduksi materi –
materi audio visual. Lebih dari sekedar mempunyai poster, pamflet, dan kaos T-
shirt. Komunikasi ini lebih pada pemberdayaan orang, keluarga, dan masyarakat
untuk memiliki kendali yang lebih besar terhadap kesehatan dan kehidupannya.
Untuk itu dituntut rancangan yang strategis, pendidikan / penyuluhan yang
massive, program komunikasi dan mobilisasi sosial yang peka terhadap
20
komsumen, mengajak orang dari setiap tingkatan sosial lewat media yang
mengesankan dan dalam aneka situasi (dalam rumah, di klinik, ditempat kerja, di
rumah ibadah, kelompok masyarakat, di sekolah, pada kegiatan – kegiatan
masyarakat).
Diluar penilaian yang adil dari perilaku – perilaku sehat, program komunikasi ini
perlu selangkah didepan. Meskipun seseorang mempunyai pendirian mengenai
perjalanan dari suatu aksi, seringkali mereka membutuhkan dorongan dan pemicu
yang menggerakkan mereka untuk melangkah maju dalam mengadopsi dan
memelihara perilaku - perilaku sehat. Kita semua seringkali butuh insentip, yang
sebenarnya untuk melakukan sesuatu yang benar hal tersebut tidak diperlukan.
Peluang untuk memenangkan hadiah telah mendorong banyak orang untuk
mengimunisasi anaknya pada kampanye polio.
Program komunikasi bagi dampak perilaku membutuhkan keduanya, mengajak
individu dalam mencermati perilaku yang direkomendasikan dan juga memberikan
insentip dan penarik untuk melakukan aksi. Dibanyak Negara, ditempat – tempat
pelayanan kesehatan tidak biasa terdapat tanda – tanda promosi yang memberi
tahu pelayanan apa yang tersedia. Diantara negara – negara tersebut, lebih
menonjol tanda – tanda tempat penjualan minuman karbonasi yang sangat
banyak.
Jika kita menginginkan dampak yang lebih mendalam dalam pengendalian,
pencegahan, dan pemberantasan penyakit – penyakit utama, kita perlu
perencanaan yang strategis, dengan fokus pada upaya komunikasi dan mobilisasi
sosial.
Inilah yang ditawarkan oleh COMBI
21
 APA LANGKAH – LANGKAH KUNCI DALAM MERANCANG RENCANA
COMBI?
Konsultan dan petugas teknis terlatih dalam perencanaan COMBI menerapkan proses 10
langkah dalam pembuatan rencana COMBI. Dibawah ini akan dijelaskan garis besar
kerangka rencana COMBI. Secara rinci, langkah – langkah tersebut akan diterangkan
pada bagian II dari manual ini. Mereka yang diperkirakan telah sedikit memahami lebih
dulu dasar komunikasi dan prinsip – prinsip pemasaran.
Dua mantra prinsip menuntun proses rancangan COMBI:
Mantra nomor 1: tidak melakukan apa – apa, tidak membuat T shirt, poster, leflet, vidio,
dsb ….. tidak melakukan apa - apa sampai seseorang membuat
obyektive perilaku yang jelas, tepat, dan spesifik.
Mantra nomor 2: tidak melakukan apa – apa, tidak membuat T shirt, poster, leflet, vidio,
dsb ….. tidak melakukan apa – apa sampai seseorang telah melakukan
analisis situasi
pasar yang berhubungan dengan obyektive perilaku awal.
LANGKAH-LANGKAH KUNCI DALAM MERANCANG RENCANA COMBI
Identifikasi obyektive perilaku
1. Obyektive umum: Suatu pernyataan dari obyektive program secara
menyeluruh bahwa COMBI akan membantu mencapainnya. Sebagai contoh:
Membantu eliminasi Lymphatic Filariasis (di lokasi) pada tahun 2020.
2. Obyektive Perilaku: Suatu pernyataan obyektive perilaku yang dapt
diterapkan, spesifik, realistik, dapat diukur dan terikat waktu. Sebagai contoh:
Mendorong 800.000 individu (mis, setiap orang kecuali wanita hamil, ibu baru
melahirkan 1 minggu, dan anak usia kurang dari 5 tahun) di (lokasi tertentu),
untuk menerima paket tablet pencegahan limfatik filariasis (maksimum 4
tablet) dan meminumnya dihadapan petugas kesehatan / relawan pada tanggal
27 oktober 2001.
22
3. Analisis situasi pasar sebagai kunci komunikasi (SMACK-ing ) dalam
hubungannya dengan ketepatan tujuan akhir perilaku: dengan “berorientasi
pada konsumen”, menggali faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam mencapai obyektive perilaku dalam memberi tahu strategi
penggabungan aksi komunikasi.
Analisis situasi pasar untuk menemukan kunci komunikasi (SMACK ing) dalam
merencanakan COMBI menggunakan seni teknik riset partisipatori yang diadapatasi dari
pemasaran, komunikasi, antropologi dan sosiologi, untuk mengidentifikasi isu perilaku
yang dapat diterima sebagai solusi komunikasi. Analisa situasi pasar meliputi
mendengarkan orang dan mempelajari tentang persepsi dan penerimaannya atas perilaku
yang ditawarkan melalui perangkat seperti analisis TOMA (Top of the Mind
Analysis/analisis apa yang ada dalam pikiran orang) dan DILO (Day in Life Of/ kehidupan
keseharian). Perasaan mereka tentang biaya (waktu, usaha, uang) sehubungan dengan
persepsi atas nilai perilaku terhadap kehidupan mereka, yang digali lewat perhitungan
biaya dan nilai. Perangkat lain seperti analisa kekuatan lapangan (Forced Field Analysis),
membantu anggota masyarakat, petugas kesehatan, akhli setempat, dan akhli COMBI
untuk menganalisis faktor – faktor sosial, politik, ekologi, moral, hukum, dan budaya yang
dapat menghambat atau membantu penerimaan perilaku. Analsia situasi pasar juga
memperhatikan dimana dan dari siapa orang mencari informasi dan nasehat tentang suatu
masalah kesehatan, dan mengapa mereka menggunakan sumber informasi ini. Konsep dari
penempatan (digunakan luas dalam dunia periklanan), juga membantu pengembangan
pesan – pesan dan pendekatan komunikasi yang benar. Juga memperhatikan daerah yang
memerlukan penyelidikan. Akhirnya isu – isu yang tidak substansional dapat diterima
sebagai solusi komunikasi seperti pelayanan yang siap tersedia, didokumentasikan
sehingga dapat dilakukan perubahan organisasi dan aksi politis.
Strategi komunikasi dan Penggabungan
4. Strategi umum dalam mencapai hasil perilaku yang ditetapkan: penjelasan dari
pendekatan aksi komunikasi umum yang perlu dilakukan untuk mencapai
hasil – hasil perilaku seperti pada nomor 3 diatas dan isu – isu komunikasi
yang diketahui adalah sebagai berikut:
a. Nyatakan kembali obyektive perilaku
b. Batlah “obyektive komunikasi” yang perlu untuk dicapai dalam rangka
mencapai hasil perilaku.
c. Tekankan strategi komunikasi: suatu pernyataan yang luas dari aksi
komunikasi yang dianjurkan dalam mencapai hasil - hasil komunikasi
23
dan perilaku dalam bentuk 5 aksi komunikasi yang ada pada nomor 5
berikut ini
5. Rencana aksi COMBI: penjelasan dari aksi komunikasi terpadu yang akan
dilakukan dengan komunikasi spesifik yang rinci dalam hubungannya dengan
(tapi tidak ekslusive):
 Mobilisasi administrasi / Advokasi / Hubungan masyarakat
 Mobilisasi masyarakat
 Penjualan perorangan (komunikasi interpersonal)
 Memasang iklan (dan promosi dan insentive)
 Promosi Tempat pelayanan
Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi, Penganggaran
6. Manajemen dan pelaksanaan dari COMBI: penjelasan dari bagaimana COMBI
akan menata spesifikasi tim perencanaan yang bersifat multidisplin, termasuk
petugas khusus atau institusi mitrakerja (spt, perusahaan iklan dan institusi
riset setempat), penunjukkan untuk mengkoordinir kegiatan - kegiatan
komunikasi dan kegiatan – kegiatan lainnya seperti monitoring. Juga termasuk
setiap kelompok penasehat teknis atau badan pemerintahan darimana tim
manajemen mendapat dukungan teknis atau kepada siapa tim melaporkan.
7. Monitoring pelaksanaan: penjelasan dari indikator proses yang digunakan
dalam mengikuti pencapaian dan efek dari aksi komunikasi termasuk
penjelasan bagaimana data monitoring di kumpulkan, disebar dan digunakan.
8. Penilaian dampak perilaku: rincian dari indikator perilaku yang digunakan,
metode pengumpulan data, analisa dan pelaporan.
9. Kalender / Jangka waktu / rencana pelaksanaan: diperlukan rincian rencana
kerja berikut jadwal waktu untuk persiapan dan pelaksanaan kegiatan dalam
melaksanakan setiap aksi komunikasi seperti pada nomor 5.
10. Anggaran: rincian daftar biaya untuk berbagai aktivitas kegiatan yang
dijelaskan pada no 5,6,7, dan 8.
(contoh dari rencana COMBI disajikan pada annex II dari manual ini)
24
 Apakah COMBI berbeda dengan Pendidikan/penyuluhan dan promosi
kesehatan?
Ya dan tidak. COMBI memadukan prinsip – prinsip dan teknik – teknik
pendidikan dan promosi kesehatan. Sementara pendidikan dan promosi kesehatan
mungkin ditujukan pada hasil perilaku yang dinyatakan secara umum, maka
COMBI lebih fokus pada dan memberi informasi hasil perilaku yang dibuat secara
tegas. Sementara pendidikan dan promosi kesehatan berkembang dari sensibilitas
pendidikan, maka COMBI muncul dari sensibilitas komunikasi dengan konsumen,
mengenali bahwa hasil - hasil perilaku dipakai untuk untuk pendidikan dan dasar
informasi yang disandingkan dengan orientasi pada pemasaran. COMBI juga
dimulai dari “perencanaan berbasis nol” dengan prinsip dasar bahwa tidak ada
yang perlu dikira - kira. Malah melalui riset pasar yang bersifat partisipatori, akan
ditemukan penghalang dan hambatan yang sesungguhnya yang mencegah orang
dalam memilih untuk mengadopsi perilaku sehat.
 Dimana COMBI telah diterapkan?
COMBI sedang diterapkan terhadap berbagai penyakit di sekitar 50 negara:
Program
Kesehatan
Negara – Negara dimana penerapan perencanaan dan pelaksanaan
COMBI berlangsung(A Selected Sample)
Dengue
Leprosy
Belize (planning), Brazil (planning), Cambodia (pre-implementation),
Costa Rica (pre-implementation), Cuba (planning), Dominican
Republic (pre-implementation), El Salvador (planning), Guatemala
(implementing), Honduras (planning), Indonesia (pre-
implementation) Lao People’s Democratic Republic (implementing),
Malaysia (implemented 2001), Myanmar (pre-implementation),
Nicaragua (implementing), Philippines (planning), Thailand
(planning)
India (implemented 2002), Mozambique (implementing)
25
Lymphatic
Filariasis
Malaria
TB
HIV/AIDS
Others
India (implemented 2002,2003), Kenya (implemented 2002, 2003)
Myanmar (planning), Nepal (implemented 2003), Philippines
(implemented 2003), Sri Lanka (2002, 2003), Tanzania (planning),
Uganda (planning), Zanzibar (implemented 2001, 2002, 2003)
Afghanistan (pre-implementation), Ghana (pre-planning), Sudan (pre-
implementation); Mozambique (pre-implementation)
Bangladesh (planning), India (implementation), Kenya
(implementation)
Myanmar (implementation), Moldova w/UNICEF (pre-
implementation), Kazakhstan w/UNICEF (pre-implementation),
Sudan (pre-implementation), Namibia w/UNFPA (implementation),
Swaziland w/US Government (pre-implementation).
Georgia w/UNICEF on immunisation and antenatal care – pre-
implementation; South Asia w/UNICEF on maternal mortality
reduction – pre-implementation;
Moldova and Albania with UNICEF, implementation on juvenile
justice; Moldova w/UNICEF on Early Childhood Development and
Antenatal Care - implementation; Albania w/UNICEF (pre-
implementation on Violence against Children, and Juvenile Justice.),
Cambodia w/UNICEF on infant and young child feeding and tetanus
infection elimination and antenatal care.
 Bagaimana seseorang dapat mengatakan jika COMBI berjalan dengan baik?
Dampak dari COMBI ditetapkan sebagai hasil – hasil perilaku spesifik yang terjadi
sejak dari awal. Bila obyektive telah ditetapkan, maka metode – metode riset sosial
ilmiah mulai dari melakukan survei, jumlah sampel survei, pengamatan lapangan,
dan wawancara mendalam akan memungkinkan untuk mengukur pencapaian hasil –
hasil perilaku yang spesifik. Namun demikian persyaratan awal yang penting untuk
26
mengukur dampak adalah memperoleh obyektive perilaku yang jelas sebagai tujuan
akhir dari program.
Di Johor Bahru, Malaisia, program COMBI 3 bulan ditunjukkan dalam hal 85% rumah
tangga yang dari area sampel melaksanakan tugas perilaku yang diinginkan selama
periode 12 minggu. Dan 3 bulan kemudian 70% masih tetap mengerjakannya.
Di Negara bagian Bihar, India, sumbangan COMBI dalam deteksi dini kasus lepra
adalah melalui perbaikan jumlah orang yang datang sendiri ke klinik - klinik. Proporsi
dari penderita dengan kelainan kulit yang hadir di klinik meningkat sebesar 69%
dengan jumlah kasus wanita meningkat sekitar 73%.
COMBI juga mendukung partisipasi lebih dari 40 juta orang dalam pemberian obat
masal, memotivasi lebih 75% dari seluruh populasi untuk mencegah limfatik filariasis
di 6 negara. Srilanka dan Kenya adalah dua Negara yang mencapai cakupan lebih dari
80% populasi, yang berarti kepatuhannya lebih 90% dari mereka yang mendapat
pengobatan.
 Apakah COMBI merupakan investasi yang bagus?
Tidak ada cara yang tepat untuk menunjukkan biaya investasi untuk program
COMBI. Kebanyakan tergantung pada lingkup dari program, apakah merupakan
suatu upaya nasional atau hanya mencakup satu kabupaten. Ada kecenderungan
untuk melihat kerja komunikasi sebagai relative tidak mahal. Namun tidaklah
demikian. Bila kita merasakan bahwa investasi komunikasi pemasaran yang besar
di negara – negara berkembang dalam mempromosikan penjualan produk
konsumen, seperti pasta gigi atau deterjen, masih ada sesuatu yang tersembunyi
disini, yaitu komunikasi kesehatan memerlukan pembiayaan yang minimal. Jika
COMBI akan dilaksanakan dengan baik dalam mencapai tujuan akhir perilaku
yang penting guna menghadapi penyakit – penyakit menular, maka hal itu akan
memerlukan pembiayaan yang masuk akal.
27
Untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang efektive dibuatlah investasi
yang besar seperti pengembangan vaksin dan penentuan efikasi regimen obat.
Namun kita menjalani risiko dengan masih belum efektivenya solusi canggih
tersebut dalam mengatasi masalah - masalah kesehatan masyarakat utama,
karena investasi yang diperlukan untuk mengajak orang dalam memikirkan
perilaku yang baru belum dikerjakan.
Diluar memberikan hasil perilaku, nilai investasi yang dimiliki COMBI terletak
pada hal berikut: mobilisasi sosial akan lebih strategis bila diarahkan sejak dari
permulaan, lebih baik menggunakan sumberdaya – sumberdaya yang sedang
berfungsi, mengetahui dengan tepat masalah – masalah dan hambatan
sesungguhnya yang berpengaruh pada hasil – hasil perilaku, penggunaan tenaga –
tenaga akhli yang relevan dengan tepat, monitoring dan evaluasi lebih terfokus
dan terdapat pengertian yang lebih besar dan kerjasama pada hasil – hasil
mobilisasi sosial diantara mitrakerja.
COMBI telah menarik perhatian berbagai kalangan individu dan kelompok -
kelompok mulai dari spesialis komunikasi, peneliti, relawan, dan pelaku bisnis,
telah mendorong kemitraan antara pihak pemerintah dan swasta, dan membuat
program – program kesehatan menjadi hidup. Sebagai contoh, cabang – cabang
perusahaan farmasi setempat seperti GSK dan agen periklanan global seperti
Ogilvy & Mather (India), Saatchi & Saatchi (Kenya), Ayton Young & Rubicam
(Kenya), Grant McCann Erickson (Sri Lanka) telah memiliki mitra yang kuat
didalam banyak program nasional. Bahkan COMBI sesungguhnya memberikan
nilai uang yang lebih dari itu. Di tingkat global, filantropis perorangan mendukung
COMBI sebab diatas semua itu COMBI memberikan OUTCOME PERILAKU
YANG DIHARAPKAN.
 Bagaimana seseorang dapat mengetahui lebih lanjut?
Untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana COMBI dapat diterapkan
terhadap gol perilaku dibidang kesehatan, silahkan menghubungi:
ASIYA ODUGLEH-KOLEV
Technical Officer, Sosial Mobilization
28
Health Security and Environment (HSE)
20, Avenue Appia
CH-1211 Geneva 27
Switzerland
| Tel. direct: +41 (0) 22 791 4568| Fax: +41 (0) 22 791 4721
| Email: oduglehkoleva@who.int
Dr. Everold Hosein (Ph.D), WHO Senior Communication Advisor-Consultant (e-mail:
everold.hosein@wmc.who.int; Everold@aol.com.)
29
BAGIAN II:
10 Langkah dalam merancang
Rencana COMBI
30
BAGIAN II:
10 Langkah dalam merancang
Rencana COMBI
Pendahuluan
Pada bagian II dari manual ini, kami menyajikan 10 langkah dalam proses merancang
rencana COMBI. Manual ini tidak dimaksudkan untuk mencakup semua kerumitan
dalam membuat rencana COMBI. Bagian dari proses ini bersifat intuitive dan kreative.
Tetapi bagian ini akan membawa kita lebih dalam saat melakukan latihan yang sering
membuat bingung waktu membuat rencana komunikasi yang strategis atas hasil - hasil
perilaku spesifik dibidang kesehatan.
Sebelumnya pada halaman 13 – 14 telah kami tampilkan ringkasan dari 10 langkah.
Dibawah ini akan diulangi lagi dengan sedikit berbeda yaitu lebih berorientasi pada
format langkah sebagai pendahuluan untuk menggali setiap langkah dan penjelasan lebih
rinci diberikan pada bagian II dari manual ini.
Ketika kami membuat 10 langkah, hal itu tidak dimaksudkan untuk diikuti secara linear.
Seseorang akan menemui bahwa dalam proses perancangan yang sesungguhnya, dia
dapat mundur atau maju diantara berbagai langkah – langkah sesuai dengan wawasan
baru yang berkembang dari suatu langkah atau yang lainnya.
10 proses langkah ini difokuskan pada merancang rencana COMBI dan diarahkan pada
berbagai isu – isu yang berhubungan dengan pelaksanaan dari rencana tersebut. Tetapi
tugas – tugas yang terlibat dalam pelaksanaan rencana ini tidak diarahkan secara rinci.
Sebagai contoh, rencana COMBI mungkin dirancang bersama dengan komponen iklan
31
termasuk rincian jadwal pemasangan iklan yang dianjurkan. Tapi manual ini tidak
membicarakan isu – isu yang berhubungan dengan proses pemilihan agen periklanan dan
bekerja dengannya.
Didalam annex di bagian ini diberikan contoh dari rencana COMBI, untuk memberi
gambaran apa yang menjadi isi dari rencana COMBI.
Catatan khusus: pedoman yang juga berguna untuk perencanaan COMBI yang
dikeluarkan WHO adalah Merencanakan Komunikasi dan Mobilisasi Sosial untuk
pencegahan dan pengendalian Dengue Fever: petunjuk langkah demi langkah.
32
GARIS BESAR DARI 10 LANGKAH DALAM MERANCANG RENCANA COMBI.
Mengidentifikasi Obyektive Perilaku:
1. Nyatakan obyektive umum / keseluruhan: suatu pernyataan yang bersifat
jangka panjang dari program dimana COMBI akan membantu
pencapaiannya. Sebagai contoh …… berkontribusi dalam eliminasi Limfatik
Filariasis di (lokasi) pada tahun 2020.
2. Menentukan Obyektive perilaku: suatu pernyataan obyektive perilaku yang
spesifik, sesuai, realistik, dapat diukur dan terikat waktu. Sebagai contoh:
Mendorong 800.000 individu (mis, setiap orang kecuali wanita hamil, ibu
baru melahirkan 1 minggu, dan anak usia kurang dari 5 tahun) di (lokasi
tertentu) untuk menerima paket tablet pencegahan limfatik filariasis
(maksimum 4 tablet) dan meminumnya dihadapan petugas kesehatan /
relawan pada tanggal 27 oktober 2001.
3. Lakukan / tinjaun analsis situasi pasar terhadap obyektive perilaku yang
tepat: suatu penggalian faktor – faktor yang “berorientasi pada konsumen”,
yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai obyektive
perilaku, sebagai masukan dalam membuat strategi dan penggabungan
komunikasi.
Strategi Komunikasi dan Penggabungan
4. Menjelaskan strategi keseluruhan untuk mencapai hasil perilaku yang
telah ditetapkan: adalah uraian dari pendekatan komunikasi secara umum
mengenai aksi – aksi yang perlu untuk dilakukan dalam mencapai hasil –
hasil perilaku seperti pada nomor 3 diatas dan isu – isu komunikasi, yang
disajikan berikut ini:
a. Nyatakan kembali obyektive dari perilaku
b. Membuat “obyektive komunikasi” yang perlu untuk dicapai dalam
rangka mencapai hasil perilaku.
c. Skema strategi komunikasi: pernyataan yang luas dari aksi
komunikasi yang diajukan guna mencapai hasil – hasil komunikasi
33
dan perilaku dalam bentuk 5 aksi komunikasi seperti dalam daftar
nomor 5 dibawah,
5. Membuat Rencana aksi COMBI: penjelasan dari aksi komunikasi terpadu
yang akan dilakukan dengan komunikasi spesifik yang rinci dalam
hubungannya dengan (tapi tidak ekslusive):
 Mobilisasi administrasi / Advokasi / Hubungan masyarakat
 Mobilisasi masyarakat
 Penjualan perorangan ( komunikasi interpersonal)
 Memasang iklan (serta promosi dan insentive)
 Promosi tempat pelayanan
Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi, Penganggaran
6. Menjelaskan struktur dari manajemen dan pelaksanaan COMBI:
penjelasan bagaimana COMBI akan dikelola dengan menetapkan tim
perencanaan multidisplin, termasuk petugas khusus atau institusi
mitrakerja (spt, perusahaan iklan dan institusi riset setempat),
penunjukkan orang untuk mengkoordinir kegiatan komunikasi dan
kegiatan – kegiatan lainnya seperti monitoring. Juga termasuk setiap
kelompok penasehat teknis atau badan pemerintahan dari mana tim
manajemen mendapat dukungan teknis atau kepada siapa tim melaporkan.
7. Monitoring pelaksanaan: penjelasan mengenai indikator proses yang
digunakan dalam mengikuti pencapaian dan efek dari aksi – aksi
komunikasi, termasuk penjelasan mengenai bagaimana data monitoring di
kumpulkan, disebarluaskan dan digunakan.
8. Penilaian dampak perilaku: rincian mengenai indikator perilaku yang
digunakan, metode pengumpulan data, analisa dan pelaporan.
9. Menyajikan Kalender / Jangka waktu / rencana pelaksanaan: diperlukan
rincian rencana kerja berikut jadwal waktu persiapan dan pelaksanaan
kegiatan untuk mengerjakan setiap aksi komunikasi seperti diterangkan
pada nomor 5.
34
10. Anggaran: rincian daftar biaya untuk berbagai aktivitas kegiatan yang
dijelaskan pada no 5,6,7, dan 8.
35
LANGKAH NO.1
Menetapkan
Tujuan
UmumKeseluruha
n
1. PENETAPAN TUJUAN AKHIR SECARA UMUM
Memberikan konteks dalam membuat tingkatan obyektive
Menyatakan gol jangka panjang yang umum memberikan suatu konteks didalam
mana rencana aksi COMBI yang spesifik akan dibuat. Hal ini akan memungkinkan
seseorang untuk melihat pertalian antara rencana aksi COMBI atas obyektive
perilaku spesifik dan misi dari tujuan secara keseluruhan. Biasanya tujuan umum
jangka panjang berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan kunci. Suatu
pernyataan yang menerangkan masalah ini berdasarkan pada tujuan secara
keseluruhan. Pada dasarnya seseorang memberikan tantangan yang tumpang
tindih dan beberapa latar belakang informasi, yang dapat membantu menguraikan
pentingnya obyektive perilaku yang akan datang pada langkah ke 2.
Contoh (secara singkat)
Pernyataan masalah: Negara bagian Johor Bahru mempunyai insiden dan
kematian Dengue Fever dan DHF yang paling tinggi di Malaisia (16
kematian pada tahun 2000). Johor Bahru adalah negara bagian yang
menjadi prioritas Kementerian Kesehatan Malaisia dalam pengendalian
dan Pencegahan Dengue. Strategi kementerian dalam pengendalian Dengue
terutama adalah eliminasi tempat – tempat perindukan nyamuk penyebar
36
Dengue. Strateginya juga dalam mencari mereka yang mungkin menderita
Dengue Fever untuk segera mencari pengobatan. Masyarakat kelihatannya
tidak menyadari bahwa tempat – tempat perindukan nyamuk berada di
rumah mereka dan area sekelilingnya serta keluarga tidak terlibat aktive
dalam menghilangkan tempat – tempat perindukan tersebut.
Gol keseluruhan: Berkontribusi dalam mengurangi insiden Dengue Fever
dan kematian akibat DHF di Negara bagian Johor Bahru, Malaisia tahun
2001 dengan melaksanakan program komunikasi dan mobilisasi sosial yang
akan mendorong orang untuk segera membersihkan tempat perindukan
nyamuk disekeliling rumahnya.
LANGKAH
NO.2:
Menetapkan
hasil perilaku
2. MENETAPKAN OBYEKTIVE PERILAKU SPESIFIK YANG
DIHARAPKAN
37
Buatlah obyektive perilaku yang spesifik dan tepat, yang akan mengarahkan rancangan
rencana COMBI. Seseorang diminta untuk tidak melanjut ke langkah berikutnya
sebelum hal ini dilakukan
Contoh obyektive perilaku nomor 1: Mengajak 800.000 individu (mis, setiap orang
kecuali wanita hamil, ibu baru melahirkan 1 minggu, dan anak usia kurang dari 5
tahun) di (lokasi tertentu) untuk menerima paket tablet pencegahan limfatik
filariasis (maksimum 4 tablet) dan meminumnya dihadapan petugas kesehatan /
relawan pada tanggal 27 oktober 2001.
Contoh obyektive perilaku nomor 2: Mengajak 400.000 individu (pria, wanita dan anak –
anak semua umur) yang batuk lebih dari 3 minggu dan tidak datang ke salah satu dari
320 sarana kesehatan yang ditunjuk pemerintah untuk pemeriksaan gratis sputum TB
diseluruh (lokasi) selama periode 1 tahun.
Seluruh rencana COMBI kembali pada gambaran dampak perilaku yang diharapkan
dan juga difokuskan pada tugas akhir mengevaluasi dampak. Obyektive perilaku yang
lebih tepat dan spesifik pada saat nya kemudian akan memberi latihan penilaian
dampak yang lebih baik. Catatan berikut akan sangat membantu dalam menuntun kita
lewat langkah ini.
CATATAN 2.1 (MANTRA COMBI 1:)
“ TIDAK MELAKUKAN APA - APA … TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT,
PAMFLET, VIDEO…… TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG
TELAH MEMBUAT OBYEKTIVE PERILAKU YANG TEPAT DAN SPESIFIK”.
Langkah nomor 2 adalah pernyataan pada prinsip dasar: pengendalian, pencegahan,
dan pemberantasan penyakit – penyakit menular yang pada akhirnya sampai pada
pencapaian hasil – hasil perilaku yang spesifik. Seseorang harus Melakukan sesuatu,
tidak cukup hanya dengan menyadari atau telah termotivasi atau terdorong. Seseorang
harus beraksi. Untuk mencapai tujuan akhir keseluruhan yang dinyatakan sebelumnya,
diperlukan respons perilaku yang spesifik. Suatu perilaku sehat yang diadopsi atau
38
gagal diadopsi akan berdampak pada status kesehatannya. Rencana COMBI harus
secara absolut mengetahui informasi tentang perilaku yang penting ini.
Selanjutnya mantra COMBI nomor 1: tidak melakukan apa - apa …. Tidak membuat
poster, leflet, video, T-shirt.. tidak melakukan apa – apa sampai seseorang telah
membuat obyektive perilaku yang spesifik dan tepat.
Berpegang pada mantra ini akan mencegah untuk tidak terburu buru memproduksi
bahan-bahan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) seperti T-shirt, poster dan
pamflet, tanpa pertama – tama memikirkan mengenai relevansi dari bahan – bahan
terhadap hasil – hasil perilaku yang diinginkan. Bahan – bahan ini mungkin ataupun
tidak dibutuhkan tetapi keputusan ini kembali pada bagaimana bahan tersebut dapat
memenuhi obyektive dari perilaku. Dan dari permulaan harus disebutkan dengan jelas
permintaan akan hasil – hasil perilaku yang diharapkan.
CATATAN 2.2 HINDARI GODAAN DARI “PERASAAN MENDIDIK”
Perasaan mendidik menunjukkan bahwa semua yang perlu kita lakukan adalah
membuat orang mendapatkan informasi dan mengetahui sehingga menjadi sadar akan
perilaku sehat yang direkomendasikan dalam rangka mendorong penerimaan perilaku
yang dianjurkan. Sebagai konsekuensinya perasaan ini menggoda seseorang dalam
merumuskan tujuan akhir yang mengatakan untuk “meningkatkan kesadaran dan
memperbaiki pengetahuan” tetapi hanya sedikit atau tidak ada penekanan yang
difokuskan pada hasil perilaku yang diharapkan. Sementara itu kesadaran dan
pengetahuan adalah langkah – langkah penting dalam proses menuju praktek perilaku
sehat, keduanya masih belum cukup dalam memberikan dasar untuk mendorong respon
perilaku. Dengan mengetahui apa yang harus dilakukan dan sungguh – sungguh
melakukan nya adalah sesuatu yang sangat berbeda.
Langkah nomor 2 mendorong bahwa sejak awal, tujuan akhir harus dinyatakan dalam
bentuk perilaku dan jangan melihatnya dari sudut peningkatan kesadaran dan
pengetahuan. Pada beberapa perilaku mungkin tidak dibutuhkan kegiatan peningkatan
kesadaran dan pengetahuan yang bahkan mungkin akan menimbulkan masalah. Orang
mungkin sudah mengetahui dan bahkan terdorong oleh perilaku yang
direkomendasikan. Upaya komunikasi mungkin lebih dirperlukan daripada
mengarahkan pada faktor – faktor lain yang menghambat respons perilaku yang
diinginkan. Tetapi untuk membuat ketetapan ini, seseorang perlu memulainya dengan
pernyataan yang jelas tentang hasil perilaku yang diinginkan.
39
Perasaan mendidik juga memberi sumbangan pada tindakan yang buru – buru
memproduksi bahan – bahan KIE yang berperan dalam “memberi informasi dan
mendidik” tetapi tidak mempunyai kaitan dengan tujuan akhir kita yaitu dampak
perilaku. Langkah nomor 2 memberi kendali pada satu arah tujuan.
CATATAN 2.3 MEWASPAI SUATU ”PERASAAN PERBAIKAN
SOSIAL”. YANG DITUJUKAN PADA HASIL PERILAKU YANG
TERBATAS, TIDAK LEBIH DARI 1 – 3 HASIL.
Tujuan akhir keseluruhan yang telah kami sampaikan pada langkah nomor 1
kemungkinan besar ingin dicapai dalam beraneka hasil - hasil perilaku. Saat “perasaan
perbaikan sosial” menggoda seseorang untuk menangani semuanya atau sebagian besar,
maka hal ini merupakan kesalahan operasional. Ketika kita merasa terpaksa
melakukan setiap obyektive perilaku untuk memperoleh tujuan akhir keseluruhan, kita
perlu mengurangi tekanan ini dan membatasi diri kita pada keterbatasan waktu yang
sedikit.
Dalam mengatasi banyaknya hasil - hasil perilaku yang diinginkan, biasanya kita
melakukannya dengan menyelesaikan masing – masing hasil dengan segera, seperti
kupu – kupu yang terbang dari satu bunga ke bunga lainnya, tetapi pada akhir tahun
tidak banyak yang dapat diselesaikan meskipun kita harus bekerja keras melakukannya
dan dengan maksud yang baik namun hanya sedikit yang dapat dicapai.
Akan lebih baik bila kita membatasi diri dan perhatian pada satu gol perilaku yang
mendasar yang pada waktunya akan memberikan perbedaan hasil yang bermakna.
Paling tidak kita meminta untuk pada saat yang sama tidak lebih dari 3 gol perilaku
yang saling berhubungan. Riset komunikasi konsumen selama bertahun – tahun telah
menunjukkan bahwa orang memiliki kesulitan besar dalam mengingat lebih dari 3 tema
/ pesan dari presentasi komunikasi. Dalam memilih gol perilaku kami benar – benar
menekankan untuk membatasi perhatian.
40
Contoh A
Dalam membuat rencana COMBI untuk eliminasi LEPRA di negara bagian
Bihar, India, kami mengajukan beberapa gol: Mengajak masyarakat untuk
lebih menerima mereka yang menderita lepra dengan mengurangi stigma
yang berhubungan dengan lepra; Meminta orang dengan kelainan pada
kulit untukmengunjungi klinik guna mendiagnosa lepra; meminta pasien –
pasien lepra untuk terus mengikuti pengobatan lepra selama 12 bulan;
memperoleh dukungan tambahan dari pejabat pemerintah dalam program
eliminasi lepra; petugas kesehatan memadukan diagnosa dan pengobatan
lepra sebagai bagian dari pelayanan perawatan kesehatan dan tidak
membuat upaya perlakuan tersendiri.
Kesemua gol tersebut penting, namun masing – masing memerlukan
rencana COMBI sendiri. Tetapi untuk berusaha menangani semuanya
dalam satu upaya komunikasi merupakan suatu risiko yang sebenarnya
tidak perlu. Pada akhirnya kita hanya tertuju pada satu gol: Meminta
orang dengan kelainan pada kulit untuk datang ke klinik guna
mendapatkan diagnosa lepra. Meski hal ini masih harus di sempurnakan
lagi kearah gol perilaku yang lebih fundamental, meminta orang untuk
lebih sering memeriksakan kulitnya bila mereka belum terbiasa untuk
melakukannya.
Contoh B
Dalam membuat rencana COMBI untuk pengendalian Dengue di Johor
Bahru, Malaisia, berikut ini adalah daftar dari obyektive awal:
 Semua dokter melakukan pemeriksaan Uji Hess terhadap semua pasien
dengan demam
 Semua dokter memeriksa jumlah platelet darah dari semua pasien yang
diduga menderita dengue
 Dalam 24 jam semua kasus - kasus dengue harus diberitahukan kepada
otoritas kesehatan
 Manajemen kasus pasien dengue yang benar
 Setiap orang harus membersihkan rumahnya
 Memperoleh pengobatan segera untuk setiap demam
 Setiap orang bertanggung jawab atas daerah tempat tinggalnya
41
 Kontraktorbangunan harus mempunyai tim anti nyamuk sendiri
 Setiap minggu tiap rumah tangga / keluarga melakukan pemeriksaan
rumah masing – masing
 Melakukan kegiatan anti nyamuk yang diorganisir oleh masyarakat
sendiri
 Pablik / industri melakukan survilens nyamuk dan dengue di derahnya
masing – masing
 Guru sekolah membicarakan dengue setiap minggu
Sudah jelas bahwa tidak mungkin komunikasi tunggal dilakukan untuk
semua tujuan tersebut dengan dampak yang berarti. Setiap obyektive dari
perilaku diatas telah dibicarakan panjang lebar diantara kelompok
penasehat teknis yang bertanggung jawab pada proyek ini. Dan akhirnya
dipilih 3 obyektive perilaku:
 Setiap keluarga melaksanakan pemeriksaan rumah sekali
seminggu selama periode 12 minggu, memeriksa larva – larva
potensial dan melakukan kegiatan yang sesuai bila ditemukan
adanya larva.
 Setiap orang dengan demam apapun untuk segera mencari
pengobatan ke klinik kesehatan
 Individu- individu yang datang dari masyarakat membentuk
kelompok relawan untuk memeriksa daerah dimana masyarakat
tersebut tingga dan melakukan kegiatan yang sesuai bila
ditemukan adanya larva.
Pemilihan dari ketiga obyektive tersebut didasarkan pada alasan berikut
ini:
 Layak dan dapat dicapai dalam periode waktu singkat
 Dapat dimengerti oleh setiap orang (pesan – pesan dari kelompok
teknis yang berhubungan dengan setiap obyektive disampaikan
pada sample kecil yang terdiri dari 50 orang dan terpilih secara
acak untuk diuji)
 Dapat sewaktu – waktu mengarah ke pengurangan tempat
perindukan Aedes dan selanjutnya pengurangan nyamuk dan
dengue)
42
 Tidak sulit memonitor perkembangannya
CATATAN 2.4 PERNYATAAN AWAL OBYEKTIVE PERILAKU BUKANLAH OBYEKTIVE
AKHIR.
KITA AKAN KEMBALI LAGI DENGAN MODIFIKASI
Dasar dari upaya pertama kita dalam menetapkan hasil - hasil perilaku yang spesifik
dan tepat adalah pemahaman awal kita mengenai penyakit, penyebabnya, perilaku dan
persepsi orang mengenai penyakit itu, dan apa yang menjadi perkiraan para akhli
mengenai perilaku yang diinginkan dalam mengendalikan penyakit. Tetapi bila kita
berlanjut ke langkah nomor 3 setelah ini (melakukan analisis situasi pasar), maka kita
akan diajak untuk meninjau kembali gambaran awal kita mengenai hasil perilaku yang
diharapkan untuk dilakukan modifikasi. Seperti kasus di Bihar untuk Lepra, kami
memulai dengan tujuan mengajak orang dengan kelainan kulit untuk datang ke klinik
untuk mendapat diagnosa. Tetapi dari hasil analisis situasi pasar mengingatkan kami
pada kenyataan bahwa orang miskin di pedesaan tidak mempunyai kebiasaan untuk
memeriksa kulitnya sehingga mereka tidak perduli terhadap adanya bercak pada kulit
atau kelainan pada tubuhnya. Hal ini mengarahkan pada modifikasi obyektive perilaku
menjadi mendorong orang agar memeriksakan kulit nya untuk mengetahui ada
tidaknya bercak atau kelainan pada kulit yang merupakan tanda permulaan dari
kemungkinan menderita lepra.
CATATAN 2.5 MENINJAU KEMBALI OBYEKTIVE PERILAKU YANG
BERHUBUNGAN DENGAN 5 W DAN KRITERIA “SMART”
Dalam membuat obyektive perilaku, suatu peninjuan kembali berguna untuk
melengkapi jawaban atas pertanyaan – pertanyaan 5 W, Who (siapa), What (Apa),
When (Kapan), Where (Dimana), dan Why (Kenapa). Suatu pernyataan yang jelas
dari hasil perilaku yang diharapkan akan menentukan Siapa yang diharapkan
melakukan Apa, Kapan, dan Dimana. Contoh, 21 juta individu berumur 5 lebih
(Siapa?) akan meminum 3 – 5 tablet untuk mencegah Limfatik Filariasis (akan
melakukan Apa) pada tanggal 24 Februari 2002 (Kapan?) di 12 Kabupaten (nama
kabupaten) dari negara bagian Tamil Nadu, India (Dimana?). Seseorang sebaiknya
memeriksa apakah ke 4 pertanyaan penting tersebut telah menjawab obyektive
43
perilaku. W (Why – Kenapa?) mengingatkan kita untuk memverifikasi kaitan
antara hasil perilaku yang diinginkan dan pencapaian dari gol keseluruhan.
Seperti dikatakan sebelumnya, bahwa kemungkinan besar kita perlu memilih hasil
perilaku yang diinginkan dalam jumlah yang terbatas dari sejumlah daftar
perilaku. Dalam membuat pilihan ini seseorang perlu memastikan bahwa apa yang
dipilih akan membuat perbedaan yang bermakna dalam mencapai gol keseluruhan
seperti yang dinyatakan sejak awal.
Pendekatan lain untuk meninjau kelengkapan dari obyektive perilaku yang telah
ditetapkan adalah memeriksa hubungannya dengan pertanyaan yang dapat
dijawab sendiri melalui akronim berikut “SMART”, apakah obyektive perilaku
tersebut Spesifik?, Measurable? (dapat diukur?), Appropriate? (Sesuai?), Realistc?
(Realistis?), Time – bound ?(terikat waktu?).
LANGKAH NO.3:
Melakukan Analisa
“Pasar”
3. MELAKUKAN ANALISA SITUASI “PASAR” UNTUK KUNCI
KOMUNIKASI (SMACK) SEHUBUNGAN DENGAN
OBYEKTIVE PERILAKU YANG TEPAT.
Analisa Situasi “Pasar” guna memperoleh Kunci Komunikasi merujuk pada latihan yang
disebut SMACK, sebagai langkah kritis dalam memperoleh pemahaman mengenai hasil
perilaku yang diinginkan dari sudut pandang konsumen. Hanya melalui pemahaman ini
seseorang dapat melangkah untuk menarik konsumen lewat berbagai cara komunikasi
agar mau mempertimbangkan perilaku yang direkomendasikan. Disini kata “Pasar”
digunakan secara penuh. Kata itu diambil dari pengalaman selama lebih dari 100 tahun
dibidang riset pasar dan komunikasi konsumen. Dengan kata itu individu ditempatkan
didalam lingkungan pasarnya (meskipun pada masyarakat termiskin), dimana mereka
44
membuat keputusan konsumen mulai dari apakah hari ini membeli beras atau
mengunjungi klinik kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan atas batuk yang terus
menerus. Melaksanakan analisa situasi pasar (SMA) dapat menjadi pengalaman yang
kurang mengenakan karena seseorang akan menghabiskan banyak waktu dalam
membuat rencana COMBI. Tetapi bila hal itu dilakukan dengan baik maka langkah
berikut yaitu langkah nomor 4 dan nomor 5 menjadi relative lebih mudah karena
strategi komunikasi dan rencana kegiatan akan keluar dari SMA.
Namun demikian seseorang sebaiknya menyadari bahwa analisa situasi pasar dapat
membawa pada kesimpulan bahwa situasi pasar sangat terbuka, dan mungkin tanpa
ujung pangkal dari mana upaya penawaran dimulai dalam memberikan rekomendasi
suatu perilaku sehat. Keadaan ini membawa pada pertimbangan pilihan perilaku lain
atau pada pendekatan lain dalam pengendalian atau pencegahan penyakit tertentu.
CATATAN BERIKUT AKAN MEMBANTU PELAKSANAAN LANGKAH NOMOR 3
CAT 3.1 MANTRA COMBI NOMOR 2
“TIDAK MELAKUKAN APA-APA ….. TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT,
PAMFLET, VIDEO … TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG
TELAH MELAKUKAN ANALISA SITUASI “PASAR” DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN OBYEKTIVE PERILAKU AWAL”.
Seperti pada mantra COMBI nomor 1, Mantra nomor 2 dikembangkan dari
kesadaran bahwa analisa situasi pasar (SMA) merupakan langkah awal yang
penting didalam merancang COMBI sebelum masuk kedalam pemilihan pesan –
pesan dan produksi bahan – bahan KIE. Bila tekanan terus berlangsung untuk
memproduksi bahan – bahan, maka mantra nomor 2 ini menuntun seseorang untuk
bertahan terhadap tekanan sampai analisa situasi pasar telah dilakukan.
MEMEGANG DAN BERMAIN DENGAN MANTRA COMBI nomor 2.
Mengapa analisa situasi pasar? Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari
upaya untuk menemukan Kunci Komunikasi (Commmunication Keys-CK)
yang memungkinkan kita melakukan komunikasi dengan konsumen dalam
45
memfasilitasi pertimbangan perilaku yang disarankan. Selanjutnya
kombinasi dari Analisa Situasi Pasar (SMA) dengan kunci komunikasi (CK)
menjadi SMACK. Mantra nomor 2 menjadi: tidak melakukan apa – apa…
tidak membuat poster, leaflet, T-shirt dsb…. Sampai kita men SMACK
PERILAKU disekitar …
Melakukan SMACK usulan obyektive perilaku adalah membawa perilaku
yang dianjurkan kepada konsumen, melontarkannya seperti bermainan
tenis meja antara anda dan konsumen, dan galilah faktor – faktor apa yang
menjadi penghambat atau pendukung dengan melihat kemungkinannya
mempraktekkan perilaku tersebut. Prinsip dasar pemasaran disini:
mendengarkan konsumen. Ada pepatah pemasaran tua yang mengatakan:
seseorang tidak dapat melakukan apa – apa bagi konsumen sampai anda
mendengarkan konsumen. Kunci komunikasi yang dapat memberikan
perbedaan dalam pempertimbangkan dan melaksanakan perilaku, akan
berkembang dalam proses SMACK.
Kami akan menguraikan dibawah ini beberapa perangkat yang digunakan
dalam melaksanakan latihan analisa situasi pasar atau analisa situasi
pasar untuk kunci komunikasi (SMACK). Sebagai contoh, bagian dari
analisa situasi pasar akan mendorong seseorang untuk memeriksa alasan –
alasan mengapa orang tidak menerima perilaku sehat yang
direkomendasikan atau mengapa mereka melakukannya. Dalam banyak
kasus, alasan – alasan yang diberikan adalah diluar isu - isu “kesadaran
dan pengetahuan”. Hal itu akan meyakinkan kita untuk memulai
memproduksi informasi melalui leaflet tanpa terlebih dulu menemukan
fakta dari analisa situasi pasar, apa faktor – faktor yang mendukung atau
menghambat penerimaan perilaku sehat. Selanjutnya kita mendorong
untuk berulang ulang menyuarakan mantra COMBI nomor 2.
CATATAN 3.2 MENDAPAT DATA DASAR UNTUK MELAKUKAN ANALISA SITUASI PASAR
Analisa situasi pasar biasanya berdasarkan pada data riset yang ada saat ini baik dari
berbagai survei maupun studi yang telah dilakukan pada penyakit – penyakit tertentu
di suatu negara. Seringkali hasil penelitian tersimpan dan sangat jarang digunakan
46
dalam merencanakan program komunikasi. Perguruan tinggi setempat atau institusi
penelitian mungkin memiliki hasil yang lengkap tetapi belum pernah dipublikasikan.
Bila belum ada penelitian yang dilakukan, seseorang dapat meminta orang atau
institusi pendidikan untuk melakukan riset yang spesifik. Tetapi jika waktu dan biaya
menjadi hambatan, seseorang harus melakukan sendiri risetnya dengan cara
mengunjungi dan bercakap – cakap dengan anggota masyarakat dan orang yang
mengetahui sistem kesehatan terutama dilapangan.
CAT 3.3 DAERAH PENGGALIAN DALAM MELAKSAKAN ANALISA SITUASI
PASAR
Dibawah ini adalah daftar area utama yang akan digali dalam melaksanakan
analisa situasi pasar meski seseorang tidak perlu terikat pada daftar ini. Setiap
area akan digali lebih rinci pada catatan – catatan berikutnya dan didalam proses
akan diberikan perangkat tertentu. Kadang – kadang perangkat ini kelihatan
seperti diulang – ulang. Kami menemukan bahwa meski serupa tapi perangkat
yang berbeda akan menghasilkan faktor – faktor yang berbeda untuk dipikirkan.
 Situasi saat ini dari penyakit berkenan dengan besarnya beban kesehatan,
tingkat pengetahuan, sikap, persepsi mengenai risiko, perilaku saat ini,
kecenderungan perilaku (lihat catatan nomor 3.5)
 Segmentasi pasar : kelompok – kelompok sasaran mana yang akan
dilibatkan, apa yang menjadi prioritas dari segmen pasar. (lihat catatan
nomor 3.6)
 Konteks dan Perilaku yang mempengaruhi: kekuatan – kekuatan apa yang
sekarang ada sebagai faktor – faktor penghambat dan atau pendukung
untuk menerima perilaku sehat yang direkomendasikan terhadap penyakit.
Dalam situasi apa berperan sebagai “kekuatan, kelemahan, kesempatan,
dan ancaman”, yang dapat mempengaruhi respon perilaku yang
direkomendasikan. (lihat catatan nomor 3.7 dan 3.8)
 Persepsi perilaku yang direkomendasikan dalam hubungannya dengan
konsep – konsep pemasaran yang di butuhkan / inginkan / minati
konsumen, Biaya yang ditanggung komsumen, dan Menyenangkan
konsumen: apa yang menjadi ke butuhan/inginan/minat konsumen dan
bagaimana hal itu dapat diterima, apa persepsi nya tentang biaya (uang,
waktu, dan usaha) yang terlibat dalam pelaksanaan perilaku yang
47
direkomendasikan sehubungan dengan nilai yang dijanjikan bila perilaku
tersebut dijalankan, apa persepsi nya tentang tingkat kepuasan dan
aksesibilitas terhadap perilaku yang direkomendasikan bagi konsumen.
(lihat catatan nomor 3.9, 3.10)
 Posisi – Persepsi perilaku saat ini dan yang diinginkan: bagaimana perilaku
yang direkomendasikan dirasakan saat ini (posisi saat ini didalam benak
konsumen) dan apa persepsi yang diinginkan, oleh karena itu bagaimana
sebaiknya perilaku itu di reposisi dalam pikiran konsumen. (lihat catatan
nomor 3.11).
 Pesaing / kompetitor : alternative perilaku apa yang dapat berperan sebagai
kompetitor terhadap perilaku yang direkomendasikan, sejauh mana dan
kenapa tidak ada tindakan (“tidak berbuat apa – apa”) atau menggunakan
peluang berkompetisi dengan perilaku yang direkomendasikan. (lihat
catatan nomor 3.12)
 Situasi komunikasi: apa saluran / media komunikasi yang paling populer
dan berpengaruh, media tradisional apa yang digunakan, siapa sumber
informasi terpercaya, media apa yang dapat menjadi pemicu yang berguna
dan mendorong aksi, apa pola komunikasi sosial saat ini, apa metode
komunikasi konsumen saat ini, dsb. (lihat catatan nomor 3.13)
 Riset lebih lanjut: aspek – aspek apa dari perilaku yang direkomendasikan
dan komunikasi sosial, yang memerlukan riset lanjutan untuk
memudahkan rancangan COMBI yang lebih baik. (lihat catatan nomor 3.14)
 Persyaratan COMBI: apa persyaratan yang sebaiknya ditentukan (seperti
terdapatnya pelayanan dan obat) sebelum memulai program COMBI. (lihat
catatan nomor 3.15)
CATATAN 3.4 KETIKA SMA / SMACK DIKERJAKAN TETAPLAH PADA ISU – ISU
SOLUSI KOMUNIKASI YANG DAPAT ATAU TIDAK DAPAT
DITERIMA.
Melakukan analisa situasi pasar berguna bila kita tetap berjalan pada isu – isu
solusi komunikasi yang dapat atau tidak dapat diterima. Sesungguhnya tidak
setiap hambatan penerimaan perilaku adalah sesuatu yang mempengaruhi aksi
48
komunikasi. Sebagai contoh, jika pintu klinik tutup pada jam 4 sore tepat dan
kebanyakan orang – orang didaerah itu baru bisa datang setelah jam 4, keadaaan
ini adalah suatu faktor dimana tidak ada solusi dari komunikasi konsumen.
Namun demikian manajemen kesehatan senior sebaiknya mewaspadai hambatan
ini dengan tambahan saran bahwa upaya COMBI mungkin tanpa berujung sampai
isu ini terpecahkan. Analisa situasi pasar dapat membantu keduanya, rancangan
COMBI dan manajemen program penyakit keseluruhan.
Untuk faktor – faktor yang tampaknya dapat diterima sebagai intervensi
komunikasi, catat implikasi komunikasi nya pada strategi dan aksi lebih lanjut
pada langkah nomor 4 (Strategi dalam mencapai hasil perilaku), nomor 5 (Rencana
aksi COMBI), nomor 6 (Manajemen), nomor 7 (Monitoring), dan nomor 8
(Evaluasi).
Pada halaman berikutnya disediakan lembaran kerja yang mungkin dapat
membantu menata
informasi yang dikumpulkan. Daftar jenis kegiatan dibawah kolom analisa situasi
pasar akan
menjadi lebih berarti setelah sebelumnya membaca semua langkah nomor 3.
49
Lembar kerja implikasi komunikasi dari analisa situasi pasar – kunci
komunikasi:
Mendengarkan konsumen
ANALISA SITUASI PASAR
Isu – isu yang
berkembang yang
tidak dapat
diterima sebagai
solusi komunikasi
Isu – isu yang
berkembang yang
dapat diterima
sebagai solusi
komunikasi
Implikasi
komuikasi
(1) Situasi saat ini: pengetahuan ,
perilaku dan kecenderungan
perilaku sekarang
(2) Segmentasi pasar: prioritas
segmen pasar
(3) Analisa Kekuatan lapangan/
SWAT: kekuatan - kekuatan /
faktor - faktor di lapangan yang
menghambat / mendukung
penerimaan perilaku
(4) Kebutuhan/Keinginan/ minat
yang sedang direspon dengan
solusi–perilaku yang direkomendasi
(5) Biaya dalam bentuk harga,
usaha, waktu, faktor biaya lain dan
perhitungan biaya / nilai
(6) Kepuasan dalam hal
50
ketersediaan dan aksesibilitas
(7) Posisi dan persepsi: bagaimana
posisi persepsi dari perilaku yang
ditawarkan menurut pemikiran
konsumen, bagaimana persepsi itu
dapat di reposisi dalam hubungan
dengan persepsi terbaik yang
diinginkan
(8) Kompetitor: perilaku
alternative, tidak melakukan apa –
apa dan mengambil kesempatan
(9) Situasi komunikasi
CATATAN 3.5: MELAKSANAKAN ANALISA HIC – DARM DARI SITUASI SAAT INI –
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU DAN
KECENDERUNGAN
PERILAKU SAAT INI
Seseorang tidak dapat beraksi terhadap perilaku sehat bila seseorang tidak menyadari
dan mengetahui tentang perilaku tersebut serta jika seseorang tidak terlibat penuh
dalam penilaian manfaat dalam hubungannya dengan biaya dan upaya yang terlibat
dalam mempraktekkannya. Oleh karena itu untuk merencanakan COMBI yang
efektive, seseorang perlu memulainya dengan pemikiran yang positive atas situasi
saat ini dengan memperhatikan pengetahuan dan pemahaman orang mengenai
perilaku yang direkomendasikan dalam konteks kesadaran mereka atas beban
penyakit terhadap kesehatan, sikap mereka terhadap perilaku yang
51
direkomendasikan, respons perilaku mereka saat ini, proyeksi respons mereka
dikemudian hari. Kami menyebutnya dengan analisa HIC-DARM.
“HIC – DARM adalah suatu model sederhana untuk menerangkan proses penerimaan
perilaku yang baru atau yang direkomendasikan. Model ini berdasarkan pada teori
penerimaan perilaku tradisional dan analisa situasi pasar.
Pertama, kita H ear (mendengar ) tentang perilaku yang
baru
Lalu, kita menjadi I nformed (mengetahui ) mengenai hal
itu
Dan kemudian C onvinced (meyakini) bahwa hal itu
berguna.
--------------------------------------------------------------------------------
Pada waktunya,
Kita membuat D ecision (keputusan) untuk melakukan apa
yang telah
diyakini
Dan kemudian kita mengambil A ction (aksi) pada perilaku yang
baru.
Kita menunggu R e-confirmation (rekonfirmasi) bahwa aksi
kita adalah yang terbaik. Jika semuanya
bagus,
Kita M aintain (memelihara) perilaku yang baru
Pada model ini, terdapat garis pemisah antara HIC dan DARM untuk
menggambarkan adanya kesenjangan antara memberitahu dan meyakinkan seseorang
(HIC) dengan langkah pelaksanaan selanjutnya terhadap dampak perilaku (DARM).
Banyak program kesehatan yang berusaha untuk terus memberi tahu dan
meyakinkan (HIC), tetapi sering berhenti disitu saja dan gagal untuk mendorong
orang agar selanjutnya melangkah untuk menerima dan menjaga perilaku sehat yang
baru. Secara relative adalah mudah untuk memberitahu, mendidik, dan meyakinkan
individu mengenai apa yang perlu dilakukan dan merupakan tantangan besar untuk
52
mendorong hasrat atau minat dalam melaksanakan dan mempertahankan aksi
tersebut.
Seseorang kembali harus berhati – hati terhadap dorongan perasaan mendidik yang
memberi konsekuensi bahwa seseorang akan berhenti sampai HIC saja dari rangkaian
proses HICDARM. COMBI digunakan dengan prinsip – prinsip ketelitian dari
Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication – IMC) guna
memfasilitasi suatu proses melalui pengambilan Keputusan, untuk ber Aksi, dan
melakukan Rekonfirmasi, serta Memeliharanya (DARM).
Melakukan analisa DARM adalah untuk mendapatkan dan menganalisa data dan
informasi (dari riset pasar yang ada atau akan dilakukan) yang akan memungkinkan
seseorang untuk melihat pasar, masyarakat dalam hubungannya dengan masing –
masing dimensi HICDARM. Sebagai contoh, dari data yang tersedia seseorang
menentukan berapa banyak orang telah mendengar tentang perilaku yang
direkomendasikan dan apa yang mereka dengar, berapa banyak orang yang
kelihatannya telah mengetahui dan apa yang mereka ketahui dan atau yang tidak
diketahui., berapa banyak orang yang kelihatannya meyakini atau tidak meyakini
perilaku yang direkomendasikan dan apa dasar dari keyakinan / kekurang
yakinannya, berapa proporsi dari mereka yang kelihatannya telah sampai pada tahap
membuat keputusan – apa keputusannya dan bagaimana sampai dia memutuskannya,
berapa banyak yang telah melangkah ke tahap aksi atau yang tidak beraksi pada
perilaku yang direkomendasikan, jika mereka telah beraksi, apa yang memicu mereka
untuk beraksi dan seperti apa pengalamannya, bila ternyata belum beraksi apa yang
menyebabkan mereka tidak beraksi, seberapa jauh orang merasa puas atas
pengalaman melakukan aksi, keuntungan dan nilai yang didapat dari rekonfirmasi
perilaku yang direkomendasikan. Berapa proporsi orang – orang yang saat ini
mempertahankan praktek perilaku dan apa yang memfasilitasi nya.
Setiap dimensi dari HIC-DARM meminta intervensi komunikasi yang benar. Analisa
HIC-DARM menggali situasi saat ini dan mendorong pemikiran mengenai pendekatan
– pendekatan komunikasi untuk memfasilitasi kesempatan seseorang melalui HIC-
DARM. Secara umum apa yang dikatakan seseorang tentang tahap HIC biasanya
adalah sangat berbeda dengan apa yang perlu dikatakan seseorang untuk tahap
53
DARM. Seringkali kita melihat usaha dalam menangani tahap DARM dengan pesan –
pesan yang sama dengan yang digunakan untuk komponen HIC.
Jika banyak orang melewati tahap HIC dan telah menunjukkan peningkatan aksi
namun belum melaksanakannya maka analisa HIC-DARM memungkinkan kita untuk
menggali kenapa orang enggan untuk beraksi. Pada gilirannya hasil analisa ini
memberikan dasar untuk mendorong mereka untuk meninjau keenganannya
bersamaan dengan penawaran berbagai pemicu yang dapat membantu mengatasi
keengganan nya. Analisa HIC-DARM memberi kewaspadaan pada kita terdapat
sesuatu yang nyata: Pesan kepada individu yang menciptakan kesadaran terhadap
perilaku yang disarankan (tanpa memandang media yang digunakan) harus berbeda
dari apa yang mendorong untuk mengambil keputusan beraksi dan tetap berbeda dari
apa yang sesungguhnya membantu memicu aksi.
Data untuk analisa HIC-DARM kadang kala sudah ada didalam survei KAP atau
dalam studi yang serupa. Namun seringkali hasil riset yang ada tergeletak begitu saja
disekeliling kita dan tidak digunakan. Kadangkala beberapa studi yang relevan telah
dilakukan oleh staf fakultas dari Universitas setempat namun belum dipublikasi. Bila
belum ada studi yang lengkap dan masih tersedia waktu yang cukup maka seseorang
dapat meminta orang melakukan studi yang spesifik (survei atau fokus group) dalam
hubungannya dengan analisa HIC-DARM. Sumber informasi lain yang bagus adalah
petugas kesehatan lapangan yang mempunyai pengalaman langsung dengan
masyarakat dan dapat memberi pandangan yang berguna mengenai HICDARM.
Dalam setiap kasus seseorang akan terdorong untuk melakukan penggalian
HICDARM melalui “jelajah sekitar”: berbaur dalam kehidupan masyarakat dan
bercakap – cakap langsung dengan anggota masyarakat mengenai isu kesehatan
tertentu dan perilaku yang direkomendasikan dengan menggunakan elemen HIC-
DARM dalam percakapan. Bila kesimpulan dari sesi informal ini belum dapat di tarik
ke populasi yang lebih besar, maka kegiatan ini dapat memberikan potret atau
gambaran dari analisa HICDARM.
CATATAN 3.6 : MELAKSANAKAN LATIHAN DALAM SEGMENTASI PASAR.
54
Penetapan awal dari obyektive perilaku pada rencana COMBI (langkah nomor 2),
memisahkan populasi yang akan di sertakan dalam mempertimbangkan perilaku yang
direkomendasikan. Sebagai contoh jika gol dari perilaku adalah membuat “setiap
orang” yang batuk lebih dari 3 minggu harus mendapatkan pemeriksaan sputum TB
(untuk diagnosa TB), rujukan kepada semua orang yang batuk lebih dari 3 minggu
adalah definisi tingkat pertama dari “pasar” untuk perilaku yang direkomendasi.
Untuk jelasnya, tidak semua orang di ”pasar” akan disertakan dengan cara (definisi)
yang sama. Petani di desa akan didekati secara berbeda dari pekerja di kota. Sangat
mungkin masing – masing berpikir dan berlaku berbeda mengenai batuk yang terus
menerus. Dan meski diantara petani, petani muda berpikir dan berlaku berbeda
dengan petani tua. Petani wanita berbeda dengan petani pria. Jadi dengan cara ini
kita mulai menyusun / memahami “segmen pasar” untuk memudahkan strategi
pendekatan kita tentang bagaimana memasukkan kategori orang yang berbeda.
Segmentasi pasar dapat dilakukan melalui berbagai cara. Terdapat segmentasi pasar
secara demografis: segmentasi menurut umur, pendapatan, gender, pekerjaan, tempat
tinggal (kota, desa, pinggir kota), dsb. Terdapat segmentasi psikografis: orang miskin
yang hanya mencari kebutuhan yang paling dasar. Orang miskin yang menginginkan
lepas dari kemiskinan, bercita – cita kaya, kompetisi sosial kelas menengah, wanita –
wanita yang tertekan dan terpinggirkan, dsb. Terdapat segmentasi etnografis,
pembagian sub kelompok menurut keturunan budaya. Pada akhir analisa, setiap
individu menjadi suatu segmen pasar. Tetapi tanpa melihat hal-hal yang ekstrim, hal
tersebut berguna untuk berpikir dalam hal kategori – kategori yang berlainan atau
sub kelompok dari pasar dalam merencanakan komunikasi. Bila kita memperlakukan
orang “semuanya sama”, jarang sekali akan berhasil.
Oleh karena itu kita sebaiknya melakukan latihan segmentasi pasar dimana kita
memisah kelompok pasar tertentu kedalam sub kelompok. Kita dapat menggunakan
pendekatan demografis, dan atau psikografis dan atau etnografis pada proses ini.
Dengan membagi sub kelompok dan tersedianya data sosiologis, antropologis dan
HICDARM, kita perlu memenggambarkan implikasi – implikasi komunikasi untuk
memasukkan sub kelompok tersebut. Sebagai contoh, jika menurut budaya wanita
tidak diperkenankan meninggalkan rumah untuk mencari perawatan kesehatan tanpa
pengawalan seorang pria, hal ini mempunyai implikasi, bagaimana seseorang akan
55
menyertakan wanita dalam mempertimbangkan perilaku sehat yang melibatkan
kunjungan ke pusat kesehatan.
Cat no. 3.4 dari analisa HIC-DARM diatas, memberikan kerangka kerja untuk
segmentasi pasar. Segmentasi pasar dapat dibuat sehubungan dengan dimana posisi
orang didalam proses HICDARM. Mungkin satu sub kelompok adalah kelompok HIC
yang sekarang perlu untuk dimasukkan, berbeda jika mereka telah memasuki tahap
DARM. Dan juga dalam sub kelompok DARM mungkin terdapat sub kelompok besar
yang mulai beraksi tetapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk memicu aksi.
Meski diantara sub kelompok yang mulai melakukan kegiatan, terdapat diantaranya
yang sudah mendekati akhir kegiatan. COMBI tetap menggunakan konsep yang
merujuk pada NOSA (Number of Steps Away):
Jumlah langkah yang telah dilaksanakan sejak dari awal kegiatan. Contoh, seorang
individu mungkin akan berangkat ke Puskesmas tetapi terhalang oleh karena tidak
mengetahui berapa lama kemungkinannya dia menunggu untuk mendapatkan
pelayanan. Seseorang akan mengatakan bahwa orang tersebut sudah maju selangkah
dari kegiatan. Individu lain mungkin ingin mengunjungi Puskesmas tetapi suami
melarang nya meninggalkan rumah, disamping dia juga mendengar bahwa seseorang
harus menghabiskan waktu 2 hari untuk mendapatkan pelaksanaan pemeriksaan
sputum TB serta dia juga tidak punya uang untuk transportasi ke Klinik. Dari sudut
pandang NOSA kita akan mengatakan bahwa orang tersebut kira – kira telah maju 6
langkah dari kegiatan (setiap hambatan memberikan hitungan 2 langkah) dan akan
lebih sulit untuk mendorongnya dibanding bila individu hanya berapa selangkah dari
kegiatan.
Implikasi NOSA pada strategi COMBI, berakhir pada pengalaman komunikasi
konsumen bahwa prioritas pertama seseorang adalah mencapai kesepakatan dengan
konsumen potensial yang baru berada beberapa langkah dari kegiatannya dan
berkeinginan untuk melangkah melalui pintu tersebut. Ketika individu tersebut
diperlakukan dengan baik, dia akan menjadi tenaga penjualan (sales person) terbaik
bagi anda. Menjawab kebutuhan mereka yang hampir berada di titik kegiatan adalah
juga menjawab kebutuhan mereka dalam fase – fase HIC-DARM yang lain.
56
Segmentasi pasar memungkinkan seseorang untuk membuat segmen pasar prioritas.
Dan ketika seseorang berusaha untuk menangani seluruh pasar dari nurani
pembangunan sosial, mungkin lebih bijaksana untuk menangani segmen – segmen
prioritas, membangun jejaring dari klien yang merasa puas dan pada gilirannya akan
“menjual” perilaku yang direkomendasikan pada yang lain.
Ketika latihan segmentasi berlanjut, tetap berada pada jalur akan membantu
implikasi komunikasi yang didorong oleh suasana khusus dari setiap segmen pasar.
CATATAN 3.7: MELAKUKAN ANALISA KEKUATAN LAPANGAN
Pertanyaan yang diajukan pada analisa kekuatan lapangan: apa yang menjadi
kekuatan - kekuatan atau faktor – faktor di lapangan (masyarakat tertentu,
masyarakat umum, lingkungan) yang dapat membantu mencapai obyektive perilaku
yang diinginkan atau mencegah pencapaiannya. Memahami hambatan – hambatan
dan atau faktor – faktor pendukung ini akan memberi informasi yang berguna tentang
tema – tema yang akan membentuk dasar dari komunikasi dengan publik. Dilain
pihak hasil analisa dapat menunjukkan sedemikian hebatnya kekuatan – kekuatan
yang akan menghalangi penerimaan perilaku yang direkomendasikan sehingga tidak
ada pijakan untuk memulai upaya komunikasi publik.
Mengelompokkan faktor – faktor atau kekuatan – kekuatan lapangan harus dilakukan
dengan bagaimana perilaku yang direkomendasikan dirasakan. Analisa kekuatan
lapangan dari apa yang dirasakan akan membantu dalam menentukan faktor – faktor
yang mendukung persepsi terbaik yang diinginkan dan yang mencegah persepsi
terburuk terhadap perilaku yang direkomendasikan. Kolom berikut ini memudahkan
seseorang untuk mengelompokkan kedalam kolom yang sesuai: persepsi saat ini,
kemungkinan persepsi terburuk, dan persepsi terbaik yang diinginkan. Kemudian
didalam kolom yang masih ada seseorang memasukkan apa hal terbaik yang akan
membantu mencegah persepsi terburuk (dan karena itu perlu diperkuat dalam
komunikasi publik) dan apa hal buruk yang akan mencegah pencapaian persepsi
terbaik dan yang mana selanjutnya harus ditangani.
Persepsi
terburuk
Pengendali
(”Hal Baik”)
Persepsi
Saat ini
Penghalang
(”Hal Buruk”)
Persepsi
Terbaik
57
Apa yang akan
membantu
mencegah persepsi
terburuk

Pilihan strategi
Perkuat Kendali
Apa yang mencegah
pencapaian Persepsi
terbaik?

Pilihan strategi:
Penghalang dihilangkan
CATATAN 3.8: MELAKUKAN ANALISA “SWOT”(STRENGTH, WEAKNESS,
OPPORTUNITIES, THREATS)
Rencana COMBI perlu dilihat sebagai bagian integral dari keseluruhan program
pengendalian / pencegahan penyakit. Mencapai obyektive perilaku yang spesifik
dari rencana COMBI sangat terkait dengan dinamika program penyakit.
Melakukan analisa SWOT pada lingkungan program penyakit akan membantu
kita untuk fokus pada Kekuatan, meminimalisir Kelemahan, dan mengambil
kemungkinan keuntungan yang besar dari Kesempatan yang ada, sambil
memperhatikan Ancaman untuk mencapai obyektive perilaku.
Hal ini kelihatannya serupa dengan analisa kekuatan lapangan, tetapi dengan
menggunakan pola yang berbeda, isu – isu baru dapat muncul yang sebelumnya
tidak ditemukan saat analisis awal.
Analisa SWOT dapat dilakukan sebagai latihan kelompok dengan tim program
penyakit yang bersifat multi disipliner. Idealnya pada akhir dari analisa SWOT
kita harus mempunyai dua daftar:
58
 Daftar dari SW (Kekuatan dan Kelemahan) yang menerangkan kekuatan
dan kelemahan pokok dari program (faktor internal)
 Daftar dari OT (Kesempatan dan Ancaman) yang menerangkan kesempatan
dan ancaman terhadap program (faktor eksternal).
Seperti kita menyiapkan daftar tersebut kita perlu mencatat implikasi dari
berbagai faktor atau kekuatan untuk merencanakan intervensi komunikasi dalam
mengajak publik mempertimbang-kan perilaku yang direkomendasikan.
CATATAN 3.9 : PERHATIKAN OBYEKTIVE PERILAKU DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN “4 C” DARI KOMUNIKASI
PEMASARAN TERPADU (IMC)
Komunikasi pemasaran terpadu mememberikan konseptualisasi baru dari
Pemasaran dalam 4 C, yang salah satunya lebih sesuai dengan hasil perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan daripada konsep pemasaran konvensional yaitu 4
P.
“C” yang pertama adalah consumer need/want/desire (kebutuhan / keinginan /
minat konsumen) dibanding P (produk). Fokus dari C yang pertama ini pada
konsumen dan persepsi konsumen atas suatu kebutuhan / keinginan / minat.
Seseorang tidak semata-mata menjual produk saja, seseorang menawarkan solusi
atas kebutuhan / keinginan / minat konsumen yang mungkin ada atau tersembunyi
di pikirannya. Coca cola tidak menjual air yang telah di beri pemanis, carbon dan
pewarna, dia menjual pengalaman dalam menjawab minat konsumen. Seseorang
tidak menciptakan kebutuhan / keinginan / minat ini tetapi menanggapi
kebutuhan yang ada atau yang terbaik dalam membangkitkan sesuatu yang sudah
laten. Program kesehatan menanggapi kebutuhan dan minat untuk kesehatan
yang baik. Kebutuhan ini tidak harus diciptakan, tetapi sudah ada. Pada analisa
situasi pasar (SMA) kita perlu mencari tahu apa ”kebutuhan / keinginan / minat
konsumen” yang menjadi sasaran dari perilaku yang direkomendasikan dan
menggali bagaimana hal ini dirasakan oleh individu. Sebagai contoh, pada kasus
pemberian paket obat massal limfatik filariasis, kita percaya bahwa kita
59
menanggapi kebutuhan dasar yaitu kesehatan yang baik tetapi individu mungkin
tidak merasa berisiko terhadap penularan penyakit dan selanjutnya merasa
perilaku yang dianjurkan, tidak ada hubungan dengan kebutuhan / keinginan /
minatnya.
“C” kedua adalah Cost – Biaya (berlawanan dengan “P” – harga) difokuskan pada
kombinasi dari biaya uang, biaya kesempatan, dan biaya upaya. Seseorang perlu
memperhatikan biaya yang terlibat dalam melakukan perilaku yang
direkomendasikan dalam hubungannya dengan nilai yang dijanjikan jika perilaku
tersebut dijalankan. Disini kita fokus pada nilai yang dirasakan oleh individu dan
bukan pada keuntungannya. Perilaku mungkin mempunyai keuntungan, tetapi
keuntungan tersebut tidak masuk dalam peringkat yang berharga dari seseorang.
Disini kita mendapati titik pusat pembuatan keputusan bagi konsumen: jika rasio
nilai – biaya tidak seimbang, dalam hal ini tampaknya biayanya terlalu besar untuk
nilai yang dijanjikan, maka konsumen akan menolak tawaran tersebut. Dalam
merekomendasikan perilaku sehat biasanya yang menjadi jantung dalam mengajak
orang adalah memfasilitasi perhitungan biaya dan nilai dan mendengarkan
keperdulian, ketakutan dan pesanan. Pada analisa situasi pasar (SMA), seseorang
perlu menggali rasio Nilai dan Biaya dari perilaku seperti yang dirasakan oleh
individu. Sebagai contoh, dalam kasus mencari diagnosis TBC, seseorang mengamati
bahwa hal itu akan mengambil 2 – 3 hari dari waktu kehidupan pasien agar dapat
pergi ke Puskesmas dan mengambil 3 sampel sputum serta menunggu hasilnya. Biaya
transport tambahan dan mengatur siapa yang menjaga anak – anak dapat membuat
beban yang berlebihan pada individu sehubungan dengan apa yang diketahuinya
tentang batuk. Persepsi ini perlu dipertimbangkan dalam membuat rencana
bagaimana kita akan mendorong masyarakat dalam upaya mencari diagnosa TBC.
“C” ketiga adalah ‘Convenience / Kepercayaan’ (berbeda dengan P – Placement /
Penempatan) yang bejalan diluar penempatan lokasi dan fisik dari produk, dan
yang membangkitkan pertanyaan – pertanyaan mengenai seberapa nyaman dan
mudahnya akses konsumen untuk mendapatkan pelayanan atau melakukan
perilaku yang diminati. Faktor – faktor seperti lokasi Puskesmas, jam pelayanan,
keberadaan pemberi layanan, ketidak praktisan perilaku yang direkomendasikan,
dll, adalah dimensi dari “C” yang ketiga. Didalam SMA seseorang perlu menggali
60
persepsi individu mengenai kemudahan melakukan perilaku yang
direkomendsikan.
“C” yang pertama dan ketiga keduanya diakhiri dengan bagian perhitungan nilai –
biaya. Jika kelihatannya biaya (termasuk faktor kepercayaan) nya terlalu tinggi
dalam hubungannya dengan nilai yang dijanjikan (terkait dengan kebutuhan /
keinginan / minat), maka kita perlu memikirkan cara merendahkan biaya atau
mengajak individu melihat nilai yang berguna setimpal dengan tingginya biaya.
Mungkin dilihat dari segi kepuasan, biaya yang dipakai terlalu tinggi. Solusinya
mungkin terletak dalam hal kemudahan individu untuk melaksanakan perilaku
pada program penyakit yang dimiliki. Sebagai contoh, daripada individu harus
mendatangi klinik untuk mendapatkan tablet pencegahan limfatik filariasis,
mungkin kita harus memberikan tablet ke rumah. Meskipun hal ini bukanlah isu
komunikasi, paling tidak analisa situasi pasar (SMA) menjadikan hal ini sebagai
perhatian dari manajemen sistem kesehatan.
Lihat catatan no.4.9 dibawah ini yang menerangkan bagaimana perhitungan
biaya–nilai dapat dipengaruhi oleh label perilaku (sehingga meningkatkan persepsi
dari nilai) dan pemberian insentip (sehingga mengurangi persepsi dari biaya).
Akhirnya, “C” keempat adalah ‘Communication / Komunikasi’ (berlawanan dengan
“P” – Production / Produksi) menjadi terpadu dan menyenangkan, melihat
gabungan intervensi komunikasi (PR-Humas, Advokasi, mobilisasi administrasive,
periklanan, media massa, media tradisional, mobilisasi masyarakat, penjualan
perorangan / konseling, promosi ti tempat layanan, dll) yang menyenangkan. Lebih
banyak daripada hanya berfokus pada promosi pelayanan atau produk, dan
memproduksi poster, T-shirt dan pamflet. Hal ini juga disadari bahwa tidak ada
satupun peluru komunikasi yang ampuh. Komunikasi menjadi kegiatan tukar
menukar informasi dengan konsumen yang berhubungan dengan 3 ”C” yang lain:
ini adalah solusi yang mengagumkan terhadap kebutuhan anda terhadap rasio
nilai – biaya yang baik dan menyenangkan. Dan hal ini juga melibatkan
kepuasan konsumen dalam melihat rasio nilai – biaya. Hal ini sangat berbeda dari
sekedar mempromosikan merk. Dan hal tersebut perlu dilakukan secara massive,
61
repetitive (berulang – ulang), intensive, persisten (M-RIP). Kita akan kembali lagi
ke C keempat ini pada langkah no. 4 dan 5.
Namun demikian, untuk saat ini, seperti kita perhatikan obyektive perilaku dalam
hubungannya dengan C yang ke empat, maka kita perlu untuk mengklarifikasi
aspek – aspek tersebut pada ketiga C yang lainnya yang menjadi dasar untuk
publik dapat menerimanya.
CATATAN 3.10 MELAKSANAKAN ANALISA DILO (DAY IN THE LIFE OF / )
DAN
MILO (MOMENT IN THE LIFE OF / )
Analisa DILO digunakan untuk menggali konteks situasi dan keseharian dimana
yang perilaku direkomendasikan sedang di dorong. Analisa DILO, menghendaki
untuk memeriksa kegiatan sehari – hari dari mereka yang ingin kita dorong untuk
mempertimbangkan perilaku sehat. Apakah melalui pengamatan atau narasi
individu, seseorang membuat daftar kegiatan keseharian mereka sejak dari
bangun pagi sampai mau tidur malam. Analisa ini membantu kita memberi empati
pada konsumen, untuk mengetahui saat untuk melakukan kontak komunikasi,
menempatkan perilaku yang dianjurkan kedalam kehidupan sehari-harinya
sehingga kita lebih memahami faktor – faktor yang mendukung atau menghambat
aksi dari perilaku sehat. Dengan cara ini seseorang mendapatkan perasaan yang
lain dari bagaimana mereka merasakan keterlibatan biaya dalam melaksanakan
perilaku yang dianjurkan. Sebagai contoh analisa DILO di satu komunitas
mungkin menunjukkan bahwa hampir seharian penuh, sebagian besar orang
dewasa berada diluar rumah, bekerja di sawah, meski pada akhir pekan. Pada
program pemberian pengobatan masal, hal ini membangkitkan beraneka
pertanyaan strategis seperti: bagaimana kita menjangkau individu – individu
tersebut dengan komunikasi?, kapan waktu terbaik untuk melakukan kunjungan
rumah? Apa pendekatan yang harus dilakukan untuk mendistribusikan obat pada
situasi ini?, bagaimana kita mengurangi biaya dari perilaku yang
direkomendasikan dengan tidak terlalu membebani mereka untuk meninggalkan
sawahnya untuk mendapatkan obat.
62
Analisa Moment In the Life Of (MILO) adalah modifikasi dari DILO yang
menangkap bagian –
bagian penting dari saat - saat ketika seseorang mengharapkan perilaku tertentu
akan dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan atau main peran, seseorang
memperhatikan langkah – langkah apa yang terlibat dalam menjalankan perilaku
yang direkomendasikan. Hal ini lebih memungkinkan untuk memberi empati
langsung pada, contoh: individu yang hadir di Pusat kesehatan untuk memeriksa
sputum TB. Dalam menggali momen tersebut seseorang berusaha melihat proses
dari titik pandang individu dan mencatat bagaimana proses khusus telah
membebani kelengkapan proses pemeriksaan sputum TB. Sekali lagi, sifat dari
biaya terhadap perkembangan individu. Jika melalui proses ini seseorang dapat
mengantisipasi bagaimana orang akan bereaksi, maka seseorang dapat lebih
mempersiapkan mereka untuk momen dari aksi dan memfasilitasi penerimaan
dari perilaku yang dianjurkan. Sebagai contoh, pada kasus pemberian pengobatan
masal limfatik filariasis, analisa MILO menempatkan seseorang kedalam situasi
seorang relawan kesehatan yang muncul di pintu rumah dan menawarkan 4
sampai 7 tablet yang harus diminum ditempat. Latihan MILO mempermudah
pemahaman dari apa yang mungkin sedang melintasi didalam pikiran anggota
keluarga saat itu dan mendorong untuk mempertimbangkan apa yang dapat
dikerjakan sebelum dan ketika itu guna mendukung penerimaan dari tablet yang
ditawarkan.
CATATAN 3.11 LAKUKAN LATIHAN PENEMPATAN / TOMA (TOP OF
THE MIND ANALYSIS – ANALISA APA YANG
SEDANG
DIPIKIRAN)
Analisa puncak pikiran (TOMA) memungkinkan seseorang untuk menggali
persepsi yang berhubungan dengan isu tertentu. Kegiatan ini melibatkan latihan
sederhana dalam mengajukan pertanyaan pada berbagai orang mengenai hal apa
yang pertama datang kedalam pikiran mereka ketika mendengar kata atau
kalimat tertentu (berkaitan dengan perilaku yang direkomendasikan), apa hal
yang kedua dan yang ketiga. Dengan cara ini, setelah mengajukan pertanyaan –
pertanyaan tersebut kepada masyarakat maka seseorang dapat merasakan apa
63
yang ada pada puncak pikiran orang sehubungan dengan penyakit atau perilaku
tertentu. Pengetahuan mengenai rumor dan mitos seringkali berkembang dari
TOMA. Sebagai contoh, analisa pemikiran dari kata ‘Filariasis’ dapat menunjukan
bahwa orang berpikir sebagai ‘hukuman Tuhan’, Cacat menetap’, atau ‘Penyakit
bulan baru’. Jika hal tersebut yang segera timbul dalam pikiran sebagian
masyarakat, maka ini merupakan indikasi bahwa dibutuhkan dorongan yang lebih
substansial kepada masyarakat untuk melihat penyebab penyakit yang
sesungguhnya dan bagaimana penyakit tersebut dapat dicegah.
Jika kita kembali ke catatan no.3.7 diatas tentang analisa kekuatan lapangan dan
bagaimana hal itu digunakan dengan memperhatikan persepsi orang, maka
seseorang akan melihat bagaimana TOMA dapat membantu seseorang untuk lebih
mengerti persepsi orang pada saat itu, mencatat bagaimana secara mentalitas
kedudukan perilaku tertentu dalam pikiran orang. Analisa ini dapat menunjukkan
bahwa kita perlu mengajak individu secara mentalitas dalam proses reposisi
perilaku sehingga dapat diterima dengan harmonis terkait dengan status
kesehatan mereka. TOMA memungkinkan seseorang mengelompokkan faktor –
faktor yang akan menuntun keikutsertaan individu dalam mereposisi perilaku
terhadap penyakit.
Jalan lain melihat TOMA adalah melihatnya sebagai cara memeriksa persepsi
orang atas “label perilaku”. Hal ini dapat menuntun kepada labeling perilaku yang
lebih baik.
Jika didalam program kita menggunakan petugas kesehatan atau relawan dan
persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugasnya adalah:
pelayanannya buruk dengan petugas yang tidak perduli, maka pertimbangan
strategis utama adalah bagaimana meminimalisir persepsi tersebut (yang mungkin
sangat baik bila berdasarkan pada pengalaman kontak nyata). Implikasinya
mungkin kita perlu melatih petugas / relawan dengan benar, membangun
keterampilan komunikasi interpersonal, membuat mereka tampil beda dengan
seragam dan badge yang lain untuk meningkatkan keberadaan dan kredibilitas
nya, dan kemudian memberitahu masyarakat mengenai perubahan tersebut.
Melalui cara inilah TOMA membantu membuat rencana COMBI.
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO
Jazmedia COMBI - WHO

More Related Content

What's hot

Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmasAdelina Hutauruk
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfMuh Saleh
 
Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)Yesir Hasan
 
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi PermukimanPengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATPENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATEDIS BLOG
 
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Oswar Mungkasa
 
10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatan
10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatan10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatan
10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatanAgus Candra
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalMuh Saleh
 
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan MasyarakatProses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan MasyarakatYohanita Tengku
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanSukistinah
 
Teori health belief model syukur
Teori health belief model syukurTeori health belief model syukur
Teori health belief model syukurachmad syukkur
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanYurie Arsyad Temenggung
 
Pelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencilPelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencilJoni Iswanto
 
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKDokter Tekno
 
Ppt komunikasi efektif
Ppt komunikasi efektifPpt komunikasi efektif
Ppt komunikasi efektifFitriWahyuni52
 

What's hot (20)

Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
 
Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)
 
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi PermukimanPengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
 
Advokasi kesehatan jf pkm
Advokasi kesehatan   jf pkmAdvokasi kesehatan   jf pkm
Advokasi kesehatan jf pkm
 
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATPENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
 
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
 
10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatan
10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatan10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatan
10. pemasaran sosial dalam promosi kesehatan
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional
 
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan MasyarakatProses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
 
Advokasi Kesehatan
Advokasi KesehatanAdvokasi Kesehatan
Advokasi Kesehatan
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
 
Teori health belief model syukur
Teori health belief model syukurTeori health belief model syukur
Teori health belief model syukur
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatan
 
Jamban
JambanJamban
Jamban
 
Pelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencilPelayanan daerah terpencil
Pelayanan daerah terpencil
 
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
 
Langkah langkah pelaksanaan survei cepat
Langkah langkah pelaksanaan survei cepatLangkah langkah pelaksanaan survei cepat
Langkah langkah pelaksanaan survei cepat
 
Manajemen Puskesmas
Manajemen PuskesmasManajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas
 
Ppt komunikasi efektif
Ppt komunikasi efektifPpt komunikasi efektif
Ppt komunikasi efektif
 

Similar to Jazmedia COMBI - WHO

Modul communication for_behavioral_impact(comb)-dbd
Modul communication for_behavioral_impact(comb)-dbdModul communication for_behavioral_impact(comb)-dbd
Modul communication for_behavioral_impact(comb)-dbdVicky Hilang
 
files49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdf
files49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdffiles49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdf
files49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdfYanti319948
 
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...Oswar Mungkasa
 
Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...
Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...
Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...Sekretariat STBM
 
Strakom risiko branding
Strakom risiko brandingStrakom risiko branding
Strakom risiko brandingTini Wartini
 
Bahan Tayang Strakom Risiko Branding
Bahan Tayang Strakom Risiko BrandingBahan Tayang Strakom Risiko Branding
Bahan Tayang Strakom Risiko BrandingTini Wartini
 
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga Berencana
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga BerencanaFaktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga Berencana
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga Berencanapjj_kemenkes
 
The survival strategies and sustainable economy when retirement arrives
The survival strategies and sustainable economy when retirement arrivesThe survival strategies and sustainable economy when retirement arrives
The survival strategies and sustainable economy when retirement arrivesSetiono Winardi
 
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fixPkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fixWegiarti Sikalak
 
Fasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptx
Fasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptxFasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptx
Fasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptxSalim SAg
 
1 sekilas buku putih
1 sekilas buku putih1 sekilas buku putih
1 sekilas buku putihinfosanitasi
 
PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdfPAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdfMarioRio8
 
Aplikasi percakapan.pdf
Aplikasi percakapan.pdfAplikasi percakapan.pdf
Aplikasi percakapan.pdfJesaArinda
 
14816863.ppt
14816863.ppt14816863.ppt
14816863.pptdesilusi1
 
Soal Ulangan Harian Sosiologi
Soal Ulangan Harian SosiologiSoal Ulangan Harian Sosiologi
Soal Ulangan Harian SosiologiEfrem Gaho
 
Menguasai konten sebagai_moderator
Menguasai konten sebagai_moderatorMenguasai konten sebagai_moderator
Menguasai konten sebagai_moderatorboijos
 
UAS Lobi dan Negosiasi
UAS Lobi dan NegosiasiUAS Lobi dan Negosiasi
UAS Lobi dan NegosiasiSerenity 101
 

Similar to Jazmedia COMBI - WHO (20)

Komunikasi bisnis
Komunikasi bisnisKomunikasi bisnis
Komunikasi bisnis
 
Modul communication for_behavioral_impact(comb)-dbd
Modul communication for_behavioral_impact(comb)-dbdModul communication for_behavioral_impact(comb)-dbd
Modul communication for_behavioral_impact(comb)-dbd
 
files49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdf
files49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdffiles49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdf
files49505Juknis Implementasi KPP Stunting_ISBN_13072021.pdf
 
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
 
Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...
Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...
Modul -pelatihan-fasilitator-stbm-pilar-stop-buang-air-besar-sembarangan-dan-...
 
Strakom risiko branding
Strakom risiko brandingStrakom risiko branding
Strakom risiko branding
 
Bahan Tayang Strakom Risiko Branding
Bahan Tayang Strakom Risiko BrandingBahan Tayang Strakom Risiko Branding
Bahan Tayang Strakom Risiko Branding
 
PB 1. Pendahuluan.pdf
PB 1. Pendahuluan.pdfPB 1. Pendahuluan.pdf
PB 1. Pendahuluan.pdf
 
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga Berencana
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga BerencanaFaktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga Berencana
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Keluarga Berencana
 
The survival strategies and sustainable economy when retirement arrives
The survival strategies and sustainable economy when retirement arrivesThe survival strategies and sustainable economy when retirement arrives
The survival strategies and sustainable economy when retirement arrives
 
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fixPkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
 
Fasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptx
Fasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptxFasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptx
Fasilitasi Pemilihan dan Pembimbingan kepada KPM.pptx
 
1 sekilas buku putih
1 sekilas buku putih1 sekilas buku putih
1 sekilas buku putih
 
PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdfPAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf
 
Aplikasi percakapan.pdf
Aplikasi percakapan.pdfAplikasi percakapan.pdf
Aplikasi percakapan.pdf
 
14816863.ppt
14816863.ppt14816863.ppt
14816863.ppt
 
Strategi promkes
Strategi promkesStrategi promkes
Strategi promkes
 
Soal Ulangan Harian Sosiologi
Soal Ulangan Harian SosiologiSoal Ulangan Harian Sosiologi
Soal Ulangan Harian Sosiologi
 
Menguasai konten sebagai_moderator
Menguasai konten sebagai_moderatorMenguasai konten sebagai_moderator
Menguasai konten sebagai_moderator
 
UAS Lobi dan Negosiasi
UAS Lobi dan NegosiasiUAS Lobi dan Negosiasi
UAS Lobi dan Negosiasi
 

More from Masyrifah Jazm

Bacaan Sholat dan Terjemah Per-Kata
Bacaan Sholat dan Terjemah Per-KataBacaan Sholat dan Terjemah Per-Kata
Bacaan Sholat dan Terjemah Per-KataMasyrifah Jazm
 
Jazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional SurabayaJazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional SurabayaMasyrifah Jazm
 
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional SurabayaJazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional SurabayaMasyrifah Jazm
 
Solusi shalat di jalan macet oleh buya yahya
Solusi shalat di jalan macet oleh buya yahyaSolusi shalat di jalan macet oleh buya yahya
Solusi shalat di jalan macet oleh buya yahyaMasyrifah Jazm
 
Panduan HKN 53 tahun 2017
Panduan HKN 53 tahun 2017Panduan HKN 53 tahun 2017
Panduan HKN 53 tahun 2017Masyrifah Jazm
 
Jazmedia - Sekilas tentang Umroh
Jazmedia - Sekilas tentang UmrohJazmedia - Sekilas tentang Umroh
Jazmedia - Sekilas tentang UmrohMasyrifah Jazm
 
Jazmedia - Show me how 500 things you should know instructions for life fro...
Jazmedia - Show me how 500 things you should know   instructions for life fro...Jazmedia - Show me how 500 things you should know   instructions for life fro...
Jazmedia - Show me how 500 things you should know instructions for life fro...Masyrifah Jazm
 
Jazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimahJazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimahMasyrifah Jazm
 
Jazmedia - Menemukan passion
Jazmedia - Menemukan passionJazmedia - Menemukan passion
Jazmedia - Menemukan passionMasyrifah Jazm
 
Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014
Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014
Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014Masyrifah Jazm
 
Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat. Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat. Masyrifah Jazm
 
Seven Habbit -Stephen Covey-
Seven Habbit -Stephen Covey-Seven Habbit -Stephen Covey-
Seven Habbit -Stephen Covey-Masyrifah Jazm
 
Sepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaSepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaMasyrifah Jazm
 
Jazmedia workshop level 1 STIFIn
Jazmedia workshop level 1 STIFInJazmedia workshop level 1 STIFIn
Jazmedia workshop level 1 STIFInMasyrifah Jazm
 
Jazmedia Making Health Policy Book
Jazmedia Making Health Policy Book Jazmedia Making Health Policy Book
Jazmedia Making Health Policy Book Masyrifah Jazm
 
Jazmedia tentang Slide presentasi : kick to add title
Jazmedia tentang Slide presentasi : kick to add titleJazmedia tentang Slide presentasi : kick to add title
Jazmedia tentang Slide presentasi : kick to add titleMasyrifah Jazm
 

More from Masyrifah Jazm (20)

Bacaan Sholat dan Terjemah Per-Kata
Bacaan Sholat dan Terjemah Per-KataBacaan Sholat dan Terjemah Per-Kata
Bacaan Sholat dan Terjemah Per-Kata
 
Jazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional SurabayaJazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Pengalaman VBAC Sungsang Ibu Profesional Surabaya
 
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional SurabayaJazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
 
Solusi shalat di jalan macet oleh buya yahya
Solusi shalat di jalan macet oleh buya yahyaSolusi shalat di jalan macet oleh buya yahya
Solusi shalat di jalan macet oleh buya yahya
 
Panduan HKN 53 tahun 2017
Panduan HKN 53 tahun 2017Panduan HKN 53 tahun 2017
Panduan HKN 53 tahun 2017
 
Jazmedia - Sekilas tentang Umroh
Jazmedia - Sekilas tentang UmrohJazmedia - Sekilas tentang Umroh
Jazmedia - Sekilas tentang Umroh
 
Anti Mati Gaya
Anti Mati GayaAnti Mati Gaya
Anti Mati Gaya
 
Jazmedia - Focus
Jazmedia - FocusJazmedia - Focus
Jazmedia - Focus
 
Jazmedia - Show me how 500 things you should know instructions for life fro...
Jazmedia - Show me how 500 things you should know   instructions for life fro...Jazmedia - Show me how 500 things you should know   instructions for life fro...
Jazmedia - Show me how 500 things you should know instructions for life fro...
 
Jazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimahJazmedia panduan kesehatan muslimah
Jazmedia panduan kesehatan muslimah
 
Jazmedia - Menemukan passion
Jazmedia - Menemukan passionJazmedia - Menemukan passion
Jazmedia - Menemukan passion
 
Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014
Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014
Panduan pelaksanaan-peringatan-hari-aids-sedunia-2014
 
Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat. Penuntun Hidup Sehat.
Penuntun Hidup Sehat.
 
Seven Habbit -Stephen Covey-
Seven Habbit -Stephen Covey-Seven Habbit -Stephen Covey-
Seven Habbit -Stephen Covey-
 
Sepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswaSepotong hati untukmu mahasiswa
Sepotong hati untukmu mahasiswa
 
Jazmedia kadarzi
Jazmedia kadarziJazmedia kadarzi
Jazmedia kadarzi
 
Jazmedia workshop level 1 STIFIn
Jazmedia workshop level 1 STIFInJazmedia workshop level 1 STIFIn
Jazmedia workshop level 1 STIFIn
 
Jazmedia Making Health Policy Book
Jazmedia Making Health Policy Book Jazmedia Making Health Policy Book
Jazmedia Making Health Policy Book
 
manajemen konflik
manajemen konflikmanajemen konflik
manajemen konflik
 
Jazmedia tentang Slide presentasi : kick to add title
Jazmedia tentang Slide presentasi : kick to add titleJazmedia tentang Slide presentasi : kick to add title
Jazmedia tentang Slide presentasi : kick to add title
 

Jazmedia COMBI - WHO

  • 1. Final Draft February, 2009 WORLD HEALTH ORGANIZATION Geneva, Switzerland Manual Perencanaan Program Komunikasi Dampak Perilaku Kesehatan
  • 3. 3 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN UCAPAN TERIMAKASIH MAKSUD DAN PENGGUNAAN MANUAL BAGIAN I: PENGENALAN COMBI – PERTANYAAN – PERTANYAAN DASAR  Apa itu “COMBI” – Communication for Behavioural Impact?  Kenapa kita memerlukan “COMBI”?  Apa langkah – langkah kunci dalam merancang Rencana COMBI?  Apakah COMBI berbeda dengan Pendidikan dan Promosi Kesehatan?  Dimana saja COMBI telah diterapkan  Bagaimana seseorang dapat mengatakan jika COMBI berjalan dengan baik?  Apakah COMBI merupakan investasi yang baik?  Bagaimana seseorang mencari bahan tambahan mengenai COMBI? BAGIAN II: 10 LANGKAH – LANGKAH UNTUK MERANCANG RENCANA COMBI Pendahuluan Garis besar 10 langkah – langkah dalam merancang rencana COMBI LANGKAH NO.1: PENETAPAN GOL KESELURUHAN LANGKAH NO.2: PENETAPAN OBYEKTIVE PERILAKU YANG DIHARAPKAN CATATAN 2.1 MANTRA COMBI NO.1: “TIDAK MELAKUKAN APA – APA……. TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT, PAMFLET, VIDEO …. TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG TELAH MEMBUAT OBYEKTIVE PERILAKU SPESIFIK DAN TEPAT” CATATAN 2.2 HINDARI DARI GODAAN “PERASAAN MENDIDIK” CATATAN 2.3 KEKHAWATIRAN TERHADAP “PERASAAN PEMBANGUNAN SOSIAL”; BERTUJUAN UNTUK HASIL – HASIL PERILAKU YANG TERBATAS, PALING BANYAK 1 – 3. CATATAN 2.4 PERNYATAAN PERTAMA DARI OBYEKTIVE PERILAKU BUKAN MERUPAKAN YANG TERAKHIR. KITA AKAN KEMBALI PADA YANG PERTAMA UNTUK MELAKUKAN PENINJAUAN DAN MODIFIKASI BILA PERLU CATATAN 2.5 MENINJAU OBYEKTIVE PERILAKU TERHADAP KRITERIA 5 W DAN “SMART”
  • 4. 4 LANGKAH NO.3: MELAKUKAN ANALISA “PASAR” UNTUK MENDAPATKAN KUNCI KOMUNIKASI (SMACK) SEHUBUNGAN DENGAN OBYEKTIVE PERILAKU YANG TEPAT. CATATAN 3.1 MANTRA COMBI NOMOR 2 “TIDAK MELAKUKAN APA – APA……. TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT, PAMFLET, VIDEO …. TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG TELAH MELAKUKAN ANALISA SITUASI PASAR UNTUK MENDAPAT KUNCI KOMUNIKASI SEHUBUNGAN DENGAN OBYEKTIVE PERILAKU PENDAHULUAN CATATAN 3.2 MENDAPAT DATA DASAR UNTUK MELAKUKAN ANALISA SITUASI PASAR CATATAN 3.3 DAERAH PENGGALIAN DALAM MELAKSANAKAN ANALISA SITUASI PASAR CATATAN 3.4 TETAPLAH PADA ISU – ISU SOLUSI YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DITERIMA DALAM MELAKSANAKAN ANALISA SITUASI PASAR (SMA) UNTUK MENDAPAKAN KUNCI KOMUNIKASI (CK) CATATAN 3.5 MELAKUKAN ANALISA HIC – DARM DARI SITUASI SAAT INI MENGENAI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU DAN KECENDERUNGAN PERILAKU CATATAN 3.6 MELAKSANAKAN LATIHAN SEGMENTASI PASAR CATATAN 3.7 MELAKUKAN ANALISA KEKUATAN LAPANGAN (FORCED FIELD ANALYSIS) CATATAN 3.8 MELAKUKAN ANALISA ”SWOT” (STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, THREATS) CATATAN 3.9 MEMPERHATIKAN OBYEKTIVE PERILAKU SEHUBUNGAN DENGAN “4 C” DARI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (IMC - INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION) CATATAN 3.10MELAKUKAN ANALISA DILO (DAY IN THE LIFE ON) DAN MILO (MOMENT IN THE LIFE ON) CATATAN 3.11 MELAKUKAN LATIHAN PENEMPATAN / TOMA (TOP OF THE MIND ANALYSIS / ANALISA HAL – HAL YANG ADA DALAM PIKIRAN) CATATAN 3.12 MELAKUKAN ANALISA KOMPETITOR CATATAN 3.13 MELAKUKANKAN ANALISA MS.CREFS (KOMUNIKASI SITUASI / ISU) CATATAN 3.14 MENETAPKAN RISET LEBIH LANJUT CATATAN 3.15 MENENTUKAN PERSYARATAN – PERSYARATAN RENCANA COMBI LANGKAH NO.4: MEMBUAT STRATEGI COMBI UNTUK MENCAPAI OBYEKTIVE PERILAKU YANG TELAH DITETAPKAN CATATAN 4.1 PENETAPAN ULANG OBYEKTIVE PERILAKU CATATAN 4.2 MEMBUAT “OBYEKTIVE KOMUNIKASI” YANG AKAN DICAPAI, DALAM RANGKA MEMBERI SUMBANGAN PADA PENCAPAIAN OBYEKTIVE PERILAKU CATATAN 4.3 MENGANTISIPASI 3 UPAYA KOMUNIKASI BILA SESEORANG MEMBUAT STRATEGI: PERHATIAN PILIHAN, PERSEPSI PILIHAN, INGATAN PILIHAN CATATAN 4.4 MEMPERTIMBANGKAN RANCANGAN STARATEGI YANG M – RIP (MASSIVE – REPETITIVE, INTENSE, PERSISTENT)
  • 5. 5 CATATAN 4.5 GARIS BESAR PENGGABUNGAN AKSI – AKSI KOMUNIKASI TERPADU YANG AKAN DIAMBIL SEHUBUNGAN DENGAN “C” KE EMPAT DARI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (IMC) CATATAN 4.6 MENGGUNAKAN APA YANG SEDANG BERFUNGSI DALAM HAL SISTEM DAN PENDEKATAN KOMUNIKASI TETAPI BELUM DIUPAYAKAN SECARA OPTIMAL SEBAGAI INTERVENSI ALTERNATIVE DAN KREATIVE CATATAN 4.7 BERCERMIN KEMBALI PADA “MS.CREFS” CATATAN 4.8 BERUPAYA UNTUK MENYANDINGKAN KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DAN INTERAKSI YANG ARIF” CATATAN 4.9 MEMPERTIMBANGKAN PENGGUNAAN INSENTIVE DAN LOGO LABEL LANGKAH NO.5: MENYAJIKAN RENCANA AKSI COMBI CATATAN 5.1 MEMBUAT KEGIATAN – KEGIATAN SPESIFIK MENURUT 5 AREA UMUM DARI INTERVENSI KOMUNIKASI (BILA DIPERLUKAN AREA DAPAT DITAMBAH) CATATAN 5.2 SEKALI LAGI MENGINGATKAN MS.CREFS CATATAN 5.3 MENGINGAT 3 UPAYA DARI KOMUNIKASI CATATAN 5.4 MENGINGAT ATURAN NO.2 DARI 7 ATURAN DALAM MEMASANG IKLAN ELEKTRONIK DAN YANG TERBAIK MENGHINDARI TIPUAN “GERAK DAN LAGU” CATATAN 5.5 ATURAN DARI TRIAD AJAIB CATATAN 5.6 MEMPERTIMBANGKAN MEMASANG IKLAN BERTAHAP CATATAN 5.7 MEMAKAI AGEN PERIKLANAN DAN MENGATUR AGEN DENGAN RAJIN. LANGKAH NO.6: MANAJEMEN / PENATALAKSANAAN CATATAN 6.1 TUGASKAN SATU ORANG SEBAGAI MANAJER PROGRAM COMBI CATATAN 6.2 TUGASKAN KELOMPOK PELAKSANAN UNTUK MEMUDAHKAN PENATALAKSANAAN DAN MENGATASI KRISI CATATAN 6.3 MEMPERTIMBANGKAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PENASEHAT LANGKAH NO.7 MONITORING / PEMANTAUAN CATATAN 7.1 GUNAKAN JADWAL RENCANA KERJA SEBAGAI ALAT PEMANTAU CATATAN 7.2 RENCAN UNTUK MEMANTAU SURVEI LANGKAH NO.8: PENILAIAN DAMPAK CATATAN 8.1 MENGIKUTI ARAH OBYEKTIVE PERILAKU YANG TELAH DITETAPKAN DALAM MEMBENTUK PROSES YANG BENAR DALAM PENILAIAN DAMPAK, MENGGUNAKAN CATATAN KEHADIRAN DI PUSKESMAS ATAU STUDI OBSERVASIONAL CATATAN 8.2 MENYUMBANG PADA DAMPAK INTERVENSI COMBI CATATAN 8.3 MEMAKAI SPESIALIS EVALUASI LANGKAH NO.9: PENJADWALAN: RENCANA KERJA CATATAN 9.1 MENGIKUTI DRAFT PERTAMA DARI JADWAL RENCANA KERJA MELALUI LATIHAN KELOMPOK YANG MELIBATKAN INDIVIDU DAN MITRA PELAKSANA LANGKAH NO.10 ANGGARAN CATATAN 10.1 RENCANA COMBI TIDAK DAPAT DILAKSNAKAN DENGAN BIAYA MURAH, JADI
  • 6. 6 LAKUKAN ANTISIPASI KESULITAN DENGAN BESARNYA KEBUTUHAN ANGGARAN CATATAN 10.2 KEMUNGKINAN MEMBANGUN KERJASAMA DENGAN SEKTOR SWASTA LAMPIRAN I: FORMAT MENYAJIKAN DOKUMEN RENCANA COMBI LAMPIRAN II: CONTOH RENCANA COMBI
  • 7. 7 PENDAHULUAN Manual ini berkembang dari kerja kami dalam bidang penyakit – penyakit menular dan didorong oleh 5 pertimbangan: 1. Penyakit menular masih sebagai ancaman global. Merupakan pembunuh anak – anak dan remaja terbesar. Bertanggung jawab atas lebih dari 13 juta kematian pertahun, setengah dari kematian tersebut terjadi dinegara – negara berkembang. Pembunuh terbanyak dari penyakit infeksi adalah apenyakit saluran pernapasan akut dan diare, HIV/AIDS, TBC dan Malaria. Pada tahun 2001, kematian karena HIV/AIDS, TBC dan Malaria diperkirakan sekitar 6 juta. Diluar penyakit – penyakit ”pembunuh”, masih terdapat 250 juta orang setiap tahun yang menderita cacat karena penyakit – penyakit infeksi seperti Limfatik Filariasis, Lepra, dan luka buruli. Penyakit – penyakit ini telah menyebabkan anak putus sekolah dan bagi orang dewasa akan menghambat mereka untuk mengurus anak anaknya dan untuk bekerja, secara perlahan – lahan menggangu kesehatan dan kesejahteraan bangsa, keluarga dan individu. Penyakit – penyakit yang terabaikan ini memperparah siklus kemiskinan. 2. Kami mempunyai solusi teknis dan medis untuk mengurangi beban kesehatan dari penyakit – penyakit menular dan dalam banyak kasus solusi tersebut siap tersedia. Tetapi dengan berbagai alasan orang tidak mau menggunakan solusi yang ada padanya untuk memperbaiki kesehatannya. Pandangan lama bahwa semua yang harus kita lakukan adalah menyediakan pengobatan dan otomatis orang akan datang ke klinik kita, tidak akan dipakai lagi. Bagian penting dari mengatasi kesenjangan antara adanya solusi dan penerimaan orang adalah perlunya mobilisasi sosial yang lebih fokus dan strategis, program – program komunikasi dan pendidikan guna mengajak orang dalam melakukan perilaku yang mengubah status kesehatan mereka. 3. Untuk sementara kami telah mengetahui bahwa pendekatan informasi – pendidikan yang sejauh ini telah memberitahu rancangan program komunikasi kesehatan tidak memberikan dampak perilaku yang kita inginkan sebagai gol akhir. Sementara itu diperlukan peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai perilaku sehat, yang dasarnya masih kurang untuk aksi perorangan. Kesenjangan
  • 8. 8 antara mengetahui apa yang harus dilakukan dan melaksanakannya, jauh dari menggembirakan. 4. Program mobilisasi sosial WHO pada tahun 2000 mulai menerapkan suatu pendekatan yang disebut Komunikasi berDampak Perilaku (COMBI) didalam rancangan dan pelaksanaan mobilisasi sosial berfokus perilaku untuk eliminasi Lepra di India dan Mozambik, pencegahan Limfatik Filariasis di Malaisia dan Laos, dan pencegahan dan pengobatan TBC di Kenya, Bangladesh dan India. Kami telah memperoleh beberapa keberhasilan yang mengesankan. Dan kami juga memiliki pemikiran yang jelas bahwa dengan pendekatan ini kita dapat membuat perbedaan yang mencolok dalam mengurangi dampak kesakitan dan kematian dari penyakit – penyakit menular, bahwa janji kesehatan yang kami buat kepada orang dapat diberikan. Kami telah melihat COMBI di…… pada tantangan perilaku bagi seseorang yang terlibat dalam menghadapi berbagai penyakit, secara efektive mendorong orang dalam mempertimbangkan aksi – aksi individu dan masyarakat yang dapat mereka kerjakan untuk mengendalikan dan mencegah penyakit – penyakit tersebut. 5. Meningkatnya jumlah tenaga – tenaga kesehatan yang meminta untuk dibimbing bagaimana menerapkan pendekatan COMBI terhadap tantangan perilaku yang ditemukan dari berbagai penyakit. Bagi mereka yang memiliki latar belakang komunikasi dan beberapa pelatihan, kami berharap bahwa manual ini dapat menjadi alat praktis didalam membuat program – program COMBI guna pelaksanaan sewaktu – waktu. Bagi mereka yang punya ketertarikan pada pendekatan ini kami percaya bahwa manual ini akan memberikan beberapa pandangan mengenai apa yang terlibat dalam membuat rencana COMBI untuk mendapat hasil – hasil perilaku tertentu bagi kesehatan. Catatan khusus:saat kita menyajikan COMBI dalam hubungannya dengan penyakit – penyakit menular kami ingin menekankan bahwa metodologi COMBI dapat juga relevansi khususterhadap tugas pencapaian dampak perilaku yang berhubungan dengan penyakit – penyakit tidak menular dan juga pengembangan sosial lain. Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami. ASIYA ODUGLEH-KOLEV Technical Officer, Sosial Mobilization Health Security and Environment (HSE)
  • 9. 9 20, Avenue Appia CH-1211 Geneva 27 Switzerland | Tel. direct: +41 (0) 22 791 4568| Fax: +41 (0) 22 791 4721 | Email: oduglehkoleva@who.int Dr. Everold Hosein (Ph.D), WHO Senior Communication Advisor-Consultant (e-mail: everold.hosein@wmc.who.int; Everold@aol.com.)
  • 10. 10 UCAPAN TERIMA KASIH Manual ini akarnya ada didalam kursus tahunan selama 3 minggu tentang “ Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk Dampak Perilaku dalam Kesehatan dan pembangunan Sosial” yang telah dilaksanakan di New York University (NYU) sejak 1994 dan dikoordinir oleh Dr. Everold N. Hosein. Program pelatihan telah mendapat keuntungan selama bertahun – tahun, dari input pengajaran diantara: Jeff Carr, dosen bidang Pemasaran di NYU Stern School of Business Administration; Burson –Marsteller, perusahaan dunia terbesar dalam pembimbingan komunikasi dan humas; Sudler and Henessy, agen periklanan pelayanan kesehatan internasional berkedudukan di New York; Cooney-Waters, perusahaan public relation berkedudukan di New York; badan periklanan; Dr. Erma Manoncourt, Dr. Sylvia Luciani, dari UNICEF; Dr. O.J. Sikes, Dr. Sylvie Cohen, dan Dr. Delia Barcelona, dari UNFPA; Dr. Gloria Coe, Dr. Marilyn Rice, Ms. Bryna Brennan dari PAHO/WHO; Denise Gray-Felder dan Brian Byrd, dari Rockefeller Foundation; dan Diana Leidel, editor majalah dan desainer grafis. Sejak tahun 2000, WHO telah bekerja sama dengan NYU dalam menyelenggarakan dan melaksanakan program pelatihan dengan peran serta yang besar dari Ms. Helen Kelly dan Dr. Ron Janoff, Erich Dietrich, dari kantor Academic initiatives and global programs, dan Dr. Allyson Taub, Prof. Vivian Clarke, Dr. Judith Gilbride dari departemen gizi, makanan, dan kesehatan masyarakat di NYU Steinhardt School of Education. The
  • 11. 11 NYU/WHO Summer Institute Class of 2003 was involved in a detailed review of this manual. Juga pada tahun 2000, WHO mulai menerapkan metodologi dari Communication for Behavioural Impact (COMBI) berdasarkan pada konsep komunikasi pemasaran terpadu terhadap penyakit – penyakit menular tertentu. Dr. Elil Renganathan, koordinator dari program pelatihana dan mobilisasi sosial, dan Dr. Maria Neira, Direktur bagian pengendalian, pencegahan dan pemberantasan di WHO divisi penyakit – penyakit menular (dikepalai oleh Dr. David Heymann) yang sangat mendukung pembentukan inisitive ini. pertama kali COMBI diterapkan pada program – program Lepra di India yang di dorong oleh Dr. Denis Daumerie dari program pemberantasan Lepra WHO. Sejak itu digunakan juga dengan berhasil pada Dengue dan Limfatik Filariasis. Baru baru ini diterapkan pada program TBC, Malaria, HIV/AIDS, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi bayi, penyakit – penyakit kronis dan kegemukan. Kantor – kantor UNICEF juga telah menerapkan metodologi ini untuk berbagai program UNICEF mulai dari kekerasan terhadap anak, HIV/AIDS, ANC, sampai imunisasi. Program – program lapangan ini dilakukan bekerja sama dengan kantor WHO regional dan perwakilan negara anggota, kantor UNICEF regional dan negara perwakilan dilebih dari 50 negara. Manual COMBI dipersiapkan oleh Dr. Everold N Hosein, Senior Communication Advisor – Consultant WHO dengan dibantu oleh Nn. Asiya Odugleh, technical officer WHO, Dr. Will Parks, WHO Communication officer, Nn. Lotta Adestal, konsultan WHO yang dibiayai pemerintah Swedia, dan Nn. Diane Pollet, WHO communication assistant, dan dibawah supervisi penuh dan bimbingan dari Dr. Elil Renganathan dari WHO.
  • 12. 12 MAKSUD DAN PENGGUNAAN MANUAL Maksud Manual ini dimaksudkan terutama untuk mempermudah petugas kesehatan yang telah dilatih didalam menerapkan petunjuk 10 langkah COMBI dalam merancang rencana COMBI guna mencapai obyektive perilaku yang jelas Bagi mereka yang akan dilatih COMBI, manual ini merupakan referensi cepat tentang konsep – konsep dan langkah – langkah membuat perencanaan yang digunakan dalam membuat rencana COMBI Pada saat yang sama, bagi petugas yang tidak memiliki latar belakang komunikasi, manual ini memberikan kilasan proses yang terlibat dalam merancang suatu perencanaan) Manual ini tidak dimaksudkan untuk mencakup secara mendalam seluruh perangkat yang digunakan dalam merancang COMBI. Isi dari manual ini meliputi beberapa pengertian dasar dari prinsip – prinsip dan teknik komunikasi dasar. Diharapkan juga bahwa spesialis lain akan dilibatkan dalam latihan merancang COMBI, seperti spesialis di bidang periklanan, riset pasar, dan evaluasi dampak Penggunaan Manual ini dibagi dalam 2 (dua) bagian: Bagian I, pada bagian ini pembaca diberi pengenalan dasar dan metodologi dari COMBI. Menyediakan jawaban terhadap beberapa pertanyaan mendasar tentang COMBI:  Apa itu COMBI?  Mengapa kita memerlukan COMBI?  Apa perbedaan antara COMBI dengan Penyuluhan dan Promosi kesehatan?  Apa langkah – langkah kunci dalam merancang rencana COMBI?  Bagaimana seseorang dapat mengatakan jika COMBI bekerja?
  • 13. 13  Apakah COMBI merupakan investasi yang baik?  Dimana saja COMBI telah diterapkan?  Bagaimana seseorang dapat mengetahui lebih lanjut? Bagian II, bagian ini membawa pembaca kedalam tiap langkah dari 10 langkah pedoman COMBI dalam merancang COMBI dan menjelaskan apa yang akan dilakukan pada setiap langkah. Disamping itu juga terdapat beberapa konsep dan perangkat yang berhubungan dengan tiap langkah di catatan khusus yang dilampirkan pada setiap langkah. Kami merekomendasikan agar bagian II ini dibaca dulu seluruhnya sebelum dilanjutkan ke penerapan tiap langkah pada latihan merancang COMBI. Pada bagian akhir tersedia lampiran – lampiran format untuk menyajikan rencana COMBI dan contoh dari rencana COMBI
  • 15. 15 BAGIAN I: PENGENALAN COMBI BAGIAN I: PENGENALAN COMBI Pertanyaan – Pertanyaan dasar  APA ITU “COMBI – KOMUNIKASI BAGI DAMPAK PERILAKU”? COMBI adalah kegiatan mobilisasi sosial yang ditujukan pada tugas menggerakkan seluruh individu dan masyarakat yang berpengaruh pada individu dan keluarga dalam mendorong aksi individu dan keluarga. Kegiatan ini merupakan starategi dalam proses penggabungan beraneka intervensi komunikasi dengan maksud mengajak individu dan keluarga dalam untuk mempertimbangkan perilaku sehat yang direkomendasikan dan menganjurkan agar perilaku tersebut diadopsi dan dipertahankan. COMBI banyak menggunakan masukan dari pelajaran tentang pendidikan kesehatan dan komunikasi yang diperoleh dalam 50 tahun terakhir dan fokus pada perilaku dengan strategi yang berpusat pada masyarakat. Dalam hal komunikasi dengan konsumen, secara substansial COMBI juga mengambil pengalaman – pengalaman dari sektor swasta. Metodologi COMBI secara efektive memadukan pendidikan kesehatan, KIE, mobilisasi masyarakat, tehnik komunikasi dengan konsumen dan riset pasar, dimana semuanya itu secara tajam dan cerdik ditujukan pada hasil – hasil perilaku yang tepat dibidang kesehatan. Disadari bahwa gol akhir dibidang kesehatan adalah dampak perilaku: seseorang melakukan sesuatu. COMBI menekankan pada: kebutuhan informasi, kita butuh pendidikan, kita perlu persuasi, kita butuh peran serta masyarakat, kita perlu
  • 16. 16 membangunkan masyarakat, kita butuh komitmen pemerintah, kita juga butuh kepekaan terhadap konsumen dengan fokus pada perilaku dan keputusan yang dibuat oleh konsumen, untuk diterapkan pada perilaku sehat. COMBI dimulai dengan “orang” (klien, yaitu mereka yang memperoleh keuntungan, pengguna jasa – anggota keluarga) dan kebutuhan (keinginan, atau minat) kesehatan serta ketepatan fokus pada hasil – hasil perilaku yang diharapkan sehubungan dengan kebutuhan, keinginan, minatnya. Mantra dari COMBI adalah: tidak melakukan apa - apa – tidak membuat kaos, poster, leaflet, video …….. tidak melakukan apa – apa, sampai dibuat obyektive perilaku yang tepat dan spesifik. Akar dari COMBI adalah pengetahuan, pemahaman dan pengertian seseorang atas perilaku sehat yang direkomendasikan. ”Pasar / masyarakat” secara penuh dilibatkan mulai dari awal sampai dengan mempraktekannya, riset masyarakat dan analisis situasi yang bersifat partisipative sehubungan dengan perilaku yang diharapkan guna mengekspresikan atau menunjukkan kebutuhan/keinginan/harapannya. Termasuk dalam analisa situasi adalah mendengarkan orang dan mempelajari persepsi dan penerimaan mereka atas perilaku yang ditawarkan, faktor – faktor yang dapat menghalangi atau mempermudah penerimaan perilaku, pengertian mereka tentang biaya (waktu, uang, usaha) dalam hubungannya dengan persepsi mereka terhadap nilai perilaku dengan kehidupan mereka. Masyarakat kemudian disertakan dalam peninjauan kembali dan analisis dari perilaku sehat yang dianjurkan melalui penggabungan 5 area aksi komunikasi terpadu kedalam beraneka susunan yang sesuai dengan situasi “pasar”. Kita menyadari bahwa tidak ada intervensi komunikasi tunggal yang ajaib. 5 area paduan aksi komunikasi adalah:  Mobilisasi administrasi, Advokasi kepada masyarakat, dan Hubungan masyarakat, untuk menempatkan suatu perilaku sehat pada agenda manajemen publik dan administrasi (program) lewat media massa: berita utama, talk show, opera sabun, penggunaan selebriti sebagai jurubicara,
  • 17. 17 acara diskusi, pertemuan/diskusi dengan berbagai kategori pimpinan pemerintahan dan masyarakat, penyedia layanan, tenaga administrasi, memo pejabat, pertemuaan mitrakerja.  Mobilisasi masyarakat, termasuk menggunakan riset partisipasi, pertemuan – pertemuan kelompok masyarakat, pertemuan mitra kerja, media tradisional, musik, gerak dan lagu, road show, drama, leaflet, poster, pamflet, video, kunjungan rumah.  Iklan, Promosi dan Insentive, melalui radio, TV, surat kabar, dan media lain yang tersedia, mengajak orang dalam meninjau manfaat perilaku yang direkomendasikan dari sisi biaya pelaksanaan. Pemberian insentip seperti sampel gratis dan hadiah telah digunakan untuk memotivasi orang agar mempertimbangkan perilaku yang disarankan dan mencap perilaku atau layanan atau produk yang berhubungan dengan perilaku tersebut, dan mempromosikan cap tersebut.  Penjualan perorangan / komunikasi interpersonal / penyuluhan, di tingkat masyarakat, disekolah dengan menyertakan anak sekolah sebagai ”penjual perorangan” , di rumah dan terutama di titik – titik pelayanan, dengan kepustakaan yang bersifat informasional dan sesuai serta insentive tambahan, dan mendengar dengan seksama dan mengarahkan pada apa yang menjadi perhatian orang.  Promosi tempat pelayanan, menekankan pada kemudahan akses dan tersedianya solusi - solusi terhadap masalah - masalah kesehatan. Kunci dalam perencanaan program COMBI adalah memberi perhatian atas kesungguhan upaya pendekatan keterpaduan dalam pemilihan dan penggabungan aksi komunikasi yang baik sesuai dengan hasil perilaku yang sangat diharapkan, dan untuk tidak mempercayai bahwa satu jenis intervensi komunikasi mempunyai kekuatan yang hebat.  MENGAPA KITA MEMBUTUHKAN COMBI?
  • 18. 18 Tantangan yang paling mendasar dalam menghadapi penyakit – penyakit infeksius utama adalah membuat individu (dalam konteks keluarga dan masyarakat) mau mengadopsi dan memelihara perilaku sehat yang merupakan tujuan akhir dari upaya – upaya kita terhadap penyakit – penyakit infeksius. Perilaku yang sangat penting ini hanya diam menunggu seluruh rencana peningkatan serangan terhadap penyakit – penyakit menular dan penyakit lainnya yang terdapat di masyarakat miskin. Karena seringkali tantangan ini dikira akan dapat dipenuhi bila “ segala sesuatunya tersedia”, saat pelayanan kesehatan, dan intervensi kesehatan sudah tersedia. Ketika obat MDT gratis telah tersedia, apakah seorang penderita lepra dengan kelainan di kulit dengan mudah untuk datang ke klinik yang menyediakan MDT? Sangat sulit bagi seorang penderita TB untuk datang ke klinik meski telah siap tersedia obat gratis. Penapsiran terhadap kesederhanaan dari perilaku yang diharapkan sering membingungkan kita. Kita memerlukan sistem kesehatan yang berkualitas, petugas yang terlatih, dan tersedianya pelayanan dan produk kesehatan. Banyak perilaku kesehatan sangat tergantung pada ketersediaan pelayanan dan produk kesehatan. Namun solusi tehnis medis canggih terhadap masalah kesehatan tidak dengan sendirinya dapat dijual meskipun telah siap tersedia. Pengalaman selama 50 tahun dibidang kesehatan masyarakat memberikan satu contoh dari kebingungan ini. Sangat banyak contoh – contoh pengalaman kesehatan masyarakat mengenai kesenjangan antara pengetahuan dan akses pada pelayanan, produk dan praktek sehingga perilaku kesehatan apapun, sulit untuk dipahami. Dasar dari seseorang untuk mengadopsi perilaku sehat adalah pengetahuan, ketika perilaku sehat serta layanan dan produk kesehatan yang berhubungan berada dalam jangkauan yang masuk akal konsumen. Perasaan tahu / dididik sebegitu jauh telah menunjukkan arah strategi dalam mencapai hasil – hasil perilaku dibidang kesehatan. Meningkatnya kesadaran dan pendidikan tentang perilaku sehat belum cukup untuk digunakan sebagai dasar kegiatan individu dan keluarga untuk mengetahui sesuatu yang jelek meskipun hal ini merupakan langkah yang penting dalam proses menuju praktek perilaku sehat. Sangat disayangkan, individu yang telah
  • 19. 19 memperoleh informasi dan terdidik tidak berperangai sebagai individu yang responsive. Banyak contoh – contoh dibidang kesehatan mengenai bagaimana “pengetahuan” gagal memberikan hasil perilaku yang sangat diinginkan. Seringkali masih diperlukan untuk mengulangi tema yang nampaknya kurang penting seperti berikut ini: Mengetahui perbedaan antara apa yang akan dilakukan dengan melakukan nya. Untuk melangkah kedalam perilaku yang responsive, diperlukan penerapan pengetahuan. Untuk itu perlu upaya dalam menarik perhatian orang, baik melalui proses kehati – hatian dalam mempertimbangkan perilaku yang berfokus pada komunikasi dan mobilisasi sosial, serta dalam menunjukkan pengetahuan yang didapat dalam hubungannya dengan keuntungan pribadi, norma – norma sosial serta pengaruh – pengaruh dan pertimbangan atas aksi dalam menarik orang tersebut. Inilah misi kunci kita yang bertujuan mempraktekan perilaku - perilaku sehat dalam mengendalikan dan mencegah penyakit – penyakit infeksi utama. Perencanaan dan pelaksanaan yang strategis dari program komunikasi dan mobilisasi sosial agar berperilaku sehat dimulai dengan dasar: seseorang tidak dapat beraksi atas perilaku sehat yang dianjurkan jika seseorang tidak menyadari dan tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut, dan jika seseorang tidak terlibat penuh dalam penilaian yang adil dari manfaat biaya yang digunakan dalam mempraktekkan upaya – upaya tersebut. Inilah esensi dari “penerapan pengetahuan”: sesuaikan komunikasi berdasarkan pengetahuan dalam menilai aksi - aksi yang direkomendasikan. Strategi dalam mencapai dampak perilaku yaitu perlu untuk sering menawarkan kesempatan kepada orang untuk terlibat dalam melakukan tinjauan yang seksama atas perilaku yang dianjurkan, menimbang nilainya sehubungan dengan beban dalam menjalankannya. Jenis komunikasi ini jelas lebih menarik daripada hal – hal memproduksi materi – materi audio visual. Lebih dari sekedar mempunyai poster, pamflet, dan kaos T- shirt. Komunikasi ini lebih pada pemberdayaan orang, keluarga, dan masyarakat untuk memiliki kendali yang lebih besar terhadap kesehatan dan kehidupannya. Untuk itu dituntut rancangan yang strategis, pendidikan / penyuluhan yang massive, program komunikasi dan mobilisasi sosial yang peka terhadap
  • 20. 20 komsumen, mengajak orang dari setiap tingkatan sosial lewat media yang mengesankan dan dalam aneka situasi (dalam rumah, di klinik, ditempat kerja, di rumah ibadah, kelompok masyarakat, di sekolah, pada kegiatan – kegiatan masyarakat). Diluar penilaian yang adil dari perilaku – perilaku sehat, program komunikasi ini perlu selangkah didepan. Meskipun seseorang mempunyai pendirian mengenai perjalanan dari suatu aksi, seringkali mereka membutuhkan dorongan dan pemicu yang menggerakkan mereka untuk melangkah maju dalam mengadopsi dan memelihara perilaku - perilaku sehat. Kita semua seringkali butuh insentip, yang sebenarnya untuk melakukan sesuatu yang benar hal tersebut tidak diperlukan. Peluang untuk memenangkan hadiah telah mendorong banyak orang untuk mengimunisasi anaknya pada kampanye polio. Program komunikasi bagi dampak perilaku membutuhkan keduanya, mengajak individu dalam mencermati perilaku yang direkomendasikan dan juga memberikan insentip dan penarik untuk melakukan aksi. Dibanyak Negara, ditempat – tempat pelayanan kesehatan tidak biasa terdapat tanda – tanda promosi yang memberi tahu pelayanan apa yang tersedia. Diantara negara – negara tersebut, lebih menonjol tanda – tanda tempat penjualan minuman karbonasi yang sangat banyak. Jika kita menginginkan dampak yang lebih mendalam dalam pengendalian, pencegahan, dan pemberantasan penyakit – penyakit utama, kita perlu perencanaan yang strategis, dengan fokus pada upaya komunikasi dan mobilisasi sosial. Inilah yang ditawarkan oleh COMBI
  • 21. 21  APA LANGKAH – LANGKAH KUNCI DALAM MERANCANG RENCANA COMBI? Konsultan dan petugas teknis terlatih dalam perencanaan COMBI menerapkan proses 10 langkah dalam pembuatan rencana COMBI. Dibawah ini akan dijelaskan garis besar kerangka rencana COMBI. Secara rinci, langkah – langkah tersebut akan diterangkan pada bagian II dari manual ini. Mereka yang diperkirakan telah sedikit memahami lebih dulu dasar komunikasi dan prinsip – prinsip pemasaran. Dua mantra prinsip menuntun proses rancangan COMBI: Mantra nomor 1: tidak melakukan apa – apa, tidak membuat T shirt, poster, leflet, vidio, dsb ….. tidak melakukan apa - apa sampai seseorang membuat obyektive perilaku yang jelas, tepat, dan spesifik. Mantra nomor 2: tidak melakukan apa – apa, tidak membuat T shirt, poster, leflet, vidio, dsb ….. tidak melakukan apa – apa sampai seseorang telah melakukan analisis situasi pasar yang berhubungan dengan obyektive perilaku awal. LANGKAH-LANGKAH KUNCI DALAM MERANCANG RENCANA COMBI Identifikasi obyektive perilaku 1. Obyektive umum: Suatu pernyataan dari obyektive program secara menyeluruh bahwa COMBI akan membantu mencapainnya. Sebagai contoh: Membantu eliminasi Lymphatic Filariasis (di lokasi) pada tahun 2020. 2. Obyektive Perilaku: Suatu pernyataan obyektive perilaku yang dapt diterapkan, spesifik, realistik, dapat diukur dan terikat waktu. Sebagai contoh: Mendorong 800.000 individu (mis, setiap orang kecuali wanita hamil, ibu baru melahirkan 1 minggu, dan anak usia kurang dari 5 tahun) di (lokasi tertentu), untuk menerima paket tablet pencegahan limfatik filariasis (maksimum 4 tablet) dan meminumnya dihadapan petugas kesehatan / relawan pada tanggal 27 oktober 2001.
  • 22. 22 3. Analisis situasi pasar sebagai kunci komunikasi (SMACK-ing ) dalam hubungannya dengan ketepatan tujuan akhir perilaku: dengan “berorientasi pada konsumen”, menggali faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai obyektive perilaku dalam memberi tahu strategi penggabungan aksi komunikasi. Analisis situasi pasar untuk menemukan kunci komunikasi (SMACK ing) dalam merencanakan COMBI menggunakan seni teknik riset partisipatori yang diadapatasi dari pemasaran, komunikasi, antropologi dan sosiologi, untuk mengidentifikasi isu perilaku yang dapat diterima sebagai solusi komunikasi. Analisa situasi pasar meliputi mendengarkan orang dan mempelajari tentang persepsi dan penerimaannya atas perilaku yang ditawarkan melalui perangkat seperti analisis TOMA (Top of the Mind Analysis/analisis apa yang ada dalam pikiran orang) dan DILO (Day in Life Of/ kehidupan keseharian). Perasaan mereka tentang biaya (waktu, usaha, uang) sehubungan dengan persepsi atas nilai perilaku terhadap kehidupan mereka, yang digali lewat perhitungan biaya dan nilai. Perangkat lain seperti analisa kekuatan lapangan (Forced Field Analysis), membantu anggota masyarakat, petugas kesehatan, akhli setempat, dan akhli COMBI untuk menganalisis faktor – faktor sosial, politik, ekologi, moral, hukum, dan budaya yang dapat menghambat atau membantu penerimaan perilaku. Analsia situasi pasar juga memperhatikan dimana dan dari siapa orang mencari informasi dan nasehat tentang suatu masalah kesehatan, dan mengapa mereka menggunakan sumber informasi ini. Konsep dari penempatan (digunakan luas dalam dunia periklanan), juga membantu pengembangan pesan – pesan dan pendekatan komunikasi yang benar. Juga memperhatikan daerah yang memerlukan penyelidikan. Akhirnya isu – isu yang tidak substansional dapat diterima sebagai solusi komunikasi seperti pelayanan yang siap tersedia, didokumentasikan sehingga dapat dilakukan perubahan organisasi dan aksi politis. Strategi komunikasi dan Penggabungan 4. Strategi umum dalam mencapai hasil perilaku yang ditetapkan: penjelasan dari pendekatan aksi komunikasi umum yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil – hasil perilaku seperti pada nomor 3 diatas dan isu – isu komunikasi yang diketahui adalah sebagai berikut: a. Nyatakan kembali obyektive perilaku b. Batlah “obyektive komunikasi” yang perlu untuk dicapai dalam rangka mencapai hasil perilaku. c. Tekankan strategi komunikasi: suatu pernyataan yang luas dari aksi komunikasi yang dianjurkan dalam mencapai hasil - hasil komunikasi
  • 23. 23 dan perilaku dalam bentuk 5 aksi komunikasi yang ada pada nomor 5 berikut ini 5. Rencana aksi COMBI: penjelasan dari aksi komunikasi terpadu yang akan dilakukan dengan komunikasi spesifik yang rinci dalam hubungannya dengan (tapi tidak ekslusive):  Mobilisasi administrasi / Advokasi / Hubungan masyarakat  Mobilisasi masyarakat  Penjualan perorangan (komunikasi interpersonal)  Memasang iklan (dan promosi dan insentive)  Promosi Tempat pelayanan Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi, Penganggaran 6. Manajemen dan pelaksanaan dari COMBI: penjelasan dari bagaimana COMBI akan menata spesifikasi tim perencanaan yang bersifat multidisplin, termasuk petugas khusus atau institusi mitrakerja (spt, perusahaan iklan dan institusi riset setempat), penunjukkan untuk mengkoordinir kegiatan - kegiatan komunikasi dan kegiatan – kegiatan lainnya seperti monitoring. Juga termasuk setiap kelompok penasehat teknis atau badan pemerintahan darimana tim manajemen mendapat dukungan teknis atau kepada siapa tim melaporkan. 7. Monitoring pelaksanaan: penjelasan dari indikator proses yang digunakan dalam mengikuti pencapaian dan efek dari aksi komunikasi termasuk penjelasan bagaimana data monitoring di kumpulkan, disebar dan digunakan. 8. Penilaian dampak perilaku: rincian dari indikator perilaku yang digunakan, metode pengumpulan data, analisa dan pelaporan. 9. Kalender / Jangka waktu / rencana pelaksanaan: diperlukan rincian rencana kerja berikut jadwal waktu untuk persiapan dan pelaksanaan kegiatan dalam melaksanakan setiap aksi komunikasi seperti pada nomor 5. 10. Anggaran: rincian daftar biaya untuk berbagai aktivitas kegiatan yang dijelaskan pada no 5,6,7, dan 8. (contoh dari rencana COMBI disajikan pada annex II dari manual ini)
  • 24. 24  Apakah COMBI berbeda dengan Pendidikan/penyuluhan dan promosi kesehatan? Ya dan tidak. COMBI memadukan prinsip – prinsip dan teknik – teknik pendidikan dan promosi kesehatan. Sementara pendidikan dan promosi kesehatan mungkin ditujukan pada hasil perilaku yang dinyatakan secara umum, maka COMBI lebih fokus pada dan memberi informasi hasil perilaku yang dibuat secara tegas. Sementara pendidikan dan promosi kesehatan berkembang dari sensibilitas pendidikan, maka COMBI muncul dari sensibilitas komunikasi dengan konsumen, mengenali bahwa hasil - hasil perilaku dipakai untuk untuk pendidikan dan dasar informasi yang disandingkan dengan orientasi pada pemasaran. COMBI juga dimulai dari “perencanaan berbasis nol” dengan prinsip dasar bahwa tidak ada yang perlu dikira - kira. Malah melalui riset pasar yang bersifat partisipatori, akan ditemukan penghalang dan hambatan yang sesungguhnya yang mencegah orang dalam memilih untuk mengadopsi perilaku sehat.  Dimana COMBI telah diterapkan? COMBI sedang diterapkan terhadap berbagai penyakit di sekitar 50 negara: Program Kesehatan Negara – Negara dimana penerapan perencanaan dan pelaksanaan COMBI berlangsung(A Selected Sample) Dengue Leprosy Belize (planning), Brazil (planning), Cambodia (pre-implementation), Costa Rica (pre-implementation), Cuba (planning), Dominican Republic (pre-implementation), El Salvador (planning), Guatemala (implementing), Honduras (planning), Indonesia (pre- implementation) Lao People’s Democratic Republic (implementing), Malaysia (implemented 2001), Myanmar (pre-implementation), Nicaragua (implementing), Philippines (planning), Thailand (planning) India (implemented 2002), Mozambique (implementing)
  • 25. 25 Lymphatic Filariasis Malaria TB HIV/AIDS Others India (implemented 2002,2003), Kenya (implemented 2002, 2003) Myanmar (planning), Nepal (implemented 2003), Philippines (implemented 2003), Sri Lanka (2002, 2003), Tanzania (planning), Uganda (planning), Zanzibar (implemented 2001, 2002, 2003) Afghanistan (pre-implementation), Ghana (pre-planning), Sudan (pre- implementation); Mozambique (pre-implementation) Bangladesh (planning), India (implementation), Kenya (implementation) Myanmar (implementation), Moldova w/UNICEF (pre- implementation), Kazakhstan w/UNICEF (pre-implementation), Sudan (pre-implementation), Namibia w/UNFPA (implementation), Swaziland w/US Government (pre-implementation). Georgia w/UNICEF on immunisation and antenatal care – pre- implementation; South Asia w/UNICEF on maternal mortality reduction – pre-implementation; Moldova and Albania with UNICEF, implementation on juvenile justice; Moldova w/UNICEF on Early Childhood Development and Antenatal Care - implementation; Albania w/UNICEF (pre- implementation on Violence against Children, and Juvenile Justice.), Cambodia w/UNICEF on infant and young child feeding and tetanus infection elimination and antenatal care.  Bagaimana seseorang dapat mengatakan jika COMBI berjalan dengan baik? Dampak dari COMBI ditetapkan sebagai hasil – hasil perilaku spesifik yang terjadi sejak dari awal. Bila obyektive telah ditetapkan, maka metode – metode riset sosial ilmiah mulai dari melakukan survei, jumlah sampel survei, pengamatan lapangan, dan wawancara mendalam akan memungkinkan untuk mengukur pencapaian hasil – hasil perilaku yang spesifik. Namun demikian persyaratan awal yang penting untuk
  • 26. 26 mengukur dampak adalah memperoleh obyektive perilaku yang jelas sebagai tujuan akhir dari program. Di Johor Bahru, Malaisia, program COMBI 3 bulan ditunjukkan dalam hal 85% rumah tangga yang dari area sampel melaksanakan tugas perilaku yang diinginkan selama periode 12 minggu. Dan 3 bulan kemudian 70% masih tetap mengerjakannya. Di Negara bagian Bihar, India, sumbangan COMBI dalam deteksi dini kasus lepra adalah melalui perbaikan jumlah orang yang datang sendiri ke klinik - klinik. Proporsi dari penderita dengan kelainan kulit yang hadir di klinik meningkat sebesar 69% dengan jumlah kasus wanita meningkat sekitar 73%. COMBI juga mendukung partisipasi lebih dari 40 juta orang dalam pemberian obat masal, memotivasi lebih 75% dari seluruh populasi untuk mencegah limfatik filariasis di 6 negara. Srilanka dan Kenya adalah dua Negara yang mencapai cakupan lebih dari 80% populasi, yang berarti kepatuhannya lebih 90% dari mereka yang mendapat pengobatan.  Apakah COMBI merupakan investasi yang bagus? Tidak ada cara yang tepat untuk menunjukkan biaya investasi untuk program COMBI. Kebanyakan tergantung pada lingkup dari program, apakah merupakan suatu upaya nasional atau hanya mencakup satu kabupaten. Ada kecenderungan untuk melihat kerja komunikasi sebagai relative tidak mahal. Namun tidaklah demikian. Bila kita merasakan bahwa investasi komunikasi pemasaran yang besar di negara – negara berkembang dalam mempromosikan penjualan produk konsumen, seperti pasta gigi atau deterjen, masih ada sesuatu yang tersembunyi disini, yaitu komunikasi kesehatan memerlukan pembiayaan yang minimal. Jika COMBI akan dilaksanakan dengan baik dalam mencapai tujuan akhir perilaku yang penting guna menghadapi penyakit – penyakit menular, maka hal itu akan memerlukan pembiayaan yang masuk akal.
  • 27. 27 Untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang efektive dibuatlah investasi yang besar seperti pengembangan vaksin dan penentuan efikasi regimen obat. Namun kita menjalani risiko dengan masih belum efektivenya solusi canggih tersebut dalam mengatasi masalah - masalah kesehatan masyarakat utama, karena investasi yang diperlukan untuk mengajak orang dalam memikirkan perilaku yang baru belum dikerjakan. Diluar memberikan hasil perilaku, nilai investasi yang dimiliki COMBI terletak pada hal berikut: mobilisasi sosial akan lebih strategis bila diarahkan sejak dari permulaan, lebih baik menggunakan sumberdaya – sumberdaya yang sedang berfungsi, mengetahui dengan tepat masalah – masalah dan hambatan sesungguhnya yang berpengaruh pada hasil – hasil perilaku, penggunaan tenaga – tenaga akhli yang relevan dengan tepat, monitoring dan evaluasi lebih terfokus dan terdapat pengertian yang lebih besar dan kerjasama pada hasil – hasil mobilisasi sosial diantara mitrakerja. COMBI telah menarik perhatian berbagai kalangan individu dan kelompok - kelompok mulai dari spesialis komunikasi, peneliti, relawan, dan pelaku bisnis, telah mendorong kemitraan antara pihak pemerintah dan swasta, dan membuat program – program kesehatan menjadi hidup. Sebagai contoh, cabang – cabang perusahaan farmasi setempat seperti GSK dan agen periklanan global seperti Ogilvy & Mather (India), Saatchi & Saatchi (Kenya), Ayton Young & Rubicam (Kenya), Grant McCann Erickson (Sri Lanka) telah memiliki mitra yang kuat didalam banyak program nasional. Bahkan COMBI sesungguhnya memberikan nilai uang yang lebih dari itu. Di tingkat global, filantropis perorangan mendukung COMBI sebab diatas semua itu COMBI memberikan OUTCOME PERILAKU YANG DIHARAPKAN.  Bagaimana seseorang dapat mengetahui lebih lanjut? Untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana COMBI dapat diterapkan terhadap gol perilaku dibidang kesehatan, silahkan menghubungi: ASIYA ODUGLEH-KOLEV Technical Officer, Sosial Mobilization
  • 28. 28 Health Security and Environment (HSE) 20, Avenue Appia CH-1211 Geneva 27 Switzerland | Tel. direct: +41 (0) 22 791 4568| Fax: +41 (0) 22 791 4721 | Email: oduglehkoleva@who.int Dr. Everold Hosein (Ph.D), WHO Senior Communication Advisor-Consultant (e-mail: everold.hosein@wmc.who.int; Everold@aol.com.)
  • 29. 29 BAGIAN II: 10 Langkah dalam merancang Rencana COMBI
  • 30. 30 BAGIAN II: 10 Langkah dalam merancang Rencana COMBI Pendahuluan Pada bagian II dari manual ini, kami menyajikan 10 langkah dalam proses merancang rencana COMBI. Manual ini tidak dimaksudkan untuk mencakup semua kerumitan dalam membuat rencana COMBI. Bagian dari proses ini bersifat intuitive dan kreative. Tetapi bagian ini akan membawa kita lebih dalam saat melakukan latihan yang sering membuat bingung waktu membuat rencana komunikasi yang strategis atas hasil - hasil perilaku spesifik dibidang kesehatan. Sebelumnya pada halaman 13 – 14 telah kami tampilkan ringkasan dari 10 langkah. Dibawah ini akan diulangi lagi dengan sedikit berbeda yaitu lebih berorientasi pada format langkah sebagai pendahuluan untuk menggali setiap langkah dan penjelasan lebih rinci diberikan pada bagian II dari manual ini. Ketika kami membuat 10 langkah, hal itu tidak dimaksudkan untuk diikuti secara linear. Seseorang akan menemui bahwa dalam proses perancangan yang sesungguhnya, dia dapat mundur atau maju diantara berbagai langkah – langkah sesuai dengan wawasan baru yang berkembang dari suatu langkah atau yang lainnya. 10 proses langkah ini difokuskan pada merancang rencana COMBI dan diarahkan pada berbagai isu – isu yang berhubungan dengan pelaksanaan dari rencana tersebut. Tetapi tugas – tugas yang terlibat dalam pelaksanaan rencana ini tidak diarahkan secara rinci. Sebagai contoh, rencana COMBI mungkin dirancang bersama dengan komponen iklan
  • 31. 31 termasuk rincian jadwal pemasangan iklan yang dianjurkan. Tapi manual ini tidak membicarakan isu – isu yang berhubungan dengan proses pemilihan agen periklanan dan bekerja dengannya. Didalam annex di bagian ini diberikan contoh dari rencana COMBI, untuk memberi gambaran apa yang menjadi isi dari rencana COMBI. Catatan khusus: pedoman yang juga berguna untuk perencanaan COMBI yang dikeluarkan WHO adalah Merencanakan Komunikasi dan Mobilisasi Sosial untuk pencegahan dan pengendalian Dengue Fever: petunjuk langkah demi langkah.
  • 32. 32 GARIS BESAR DARI 10 LANGKAH DALAM MERANCANG RENCANA COMBI. Mengidentifikasi Obyektive Perilaku: 1. Nyatakan obyektive umum / keseluruhan: suatu pernyataan yang bersifat jangka panjang dari program dimana COMBI akan membantu pencapaiannya. Sebagai contoh …… berkontribusi dalam eliminasi Limfatik Filariasis di (lokasi) pada tahun 2020. 2. Menentukan Obyektive perilaku: suatu pernyataan obyektive perilaku yang spesifik, sesuai, realistik, dapat diukur dan terikat waktu. Sebagai contoh: Mendorong 800.000 individu (mis, setiap orang kecuali wanita hamil, ibu baru melahirkan 1 minggu, dan anak usia kurang dari 5 tahun) di (lokasi tertentu) untuk menerima paket tablet pencegahan limfatik filariasis (maksimum 4 tablet) dan meminumnya dihadapan petugas kesehatan / relawan pada tanggal 27 oktober 2001. 3. Lakukan / tinjaun analsis situasi pasar terhadap obyektive perilaku yang tepat: suatu penggalian faktor – faktor yang “berorientasi pada konsumen”, yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai obyektive perilaku, sebagai masukan dalam membuat strategi dan penggabungan komunikasi. Strategi Komunikasi dan Penggabungan 4. Menjelaskan strategi keseluruhan untuk mencapai hasil perilaku yang telah ditetapkan: adalah uraian dari pendekatan komunikasi secara umum mengenai aksi – aksi yang perlu untuk dilakukan dalam mencapai hasil – hasil perilaku seperti pada nomor 3 diatas dan isu – isu komunikasi, yang disajikan berikut ini: a. Nyatakan kembali obyektive dari perilaku b. Membuat “obyektive komunikasi” yang perlu untuk dicapai dalam rangka mencapai hasil perilaku. c. Skema strategi komunikasi: pernyataan yang luas dari aksi komunikasi yang diajukan guna mencapai hasil – hasil komunikasi
  • 33. 33 dan perilaku dalam bentuk 5 aksi komunikasi seperti dalam daftar nomor 5 dibawah, 5. Membuat Rencana aksi COMBI: penjelasan dari aksi komunikasi terpadu yang akan dilakukan dengan komunikasi spesifik yang rinci dalam hubungannya dengan (tapi tidak ekslusive):  Mobilisasi administrasi / Advokasi / Hubungan masyarakat  Mobilisasi masyarakat  Penjualan perorangan ( komunikasi interpersonal)  Memasang iklan (serta promosi dan insentive)  Promosi tempat pelayanan Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi, Penganggaran 6. Menjelaskan struktur dari manajemen dan pelaksanaan COMBI: penjelasan bagaimana COMBI akan dikelola dengan menetapkan tim perencanaan multidisplin, termasuk petugas khusus atau institusi mitrakerja (spt, perusahaan iklan dan institusi riset setempat), penunjukkan orang untuk mengkoordinir kegiatan komunikasi dan kegiatan – kegiatan lainnya seperti monitoring. Juga termasuk setiap kelompok penasehat teknis atau badan pemerintahan dari mana tim manajemen mendapat dukungan teknis atau kepada siapa tim melaporkan. 7. Monitoring pelaksanaan: penjelasan mengenai indikator proses yang digunakan dalam mengikuti pencapaian dan efek dari aksi – aksi komunikasi, termasuk penjelasan mengenai bagaimana data monitoring di kumpulkan, disebarluaskan dan digunakan. 8. Penilaian dampak perilaku: rincian mengenai indikator perilaku yang digunakan, metode pengumpulan data, analisa dan pelaporan. 9. Menyajikan Kalender / Jangka waktu / rencana pelaksanaan: diperlukan rincian rencana kerja berikut jadwal waktu persiapan dan pelaksanaan kegiatan untuk mengerjakan setiap aksi komunikasi seperti diterangkan pada nomor 5.
  • 34. 34 10. Anggaran: rincian daftar biaya untuk berbagai aktivitas kegiatan yang dijelaskan pada no 5,6,7, dan 8.
  • 35. 35 LANGKAH NO.1 Menetapkan Tujuan UmumKeseluruha n 1. PENETAPAN TUJUAN AKHIR SECARA UMUM Memberikan konteks dalam membuat tingkatan obyektive Menyatakan gol jangka panjang yang umum memberikan suatu konteks didalam mana rencana aksi COMBI yang spesifik akan dibuat. Hal ini akan memungkinkan seseorang untuk melihat pertalian antara rencana aksi COMBI atas obyektive perilaku spesifik dan misi dari tujuan secara keseluruhan. Biasanya tujuan umum jangka panjang berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan kunci. Suatu pernyataan yang menerangkan masalah ini berdasarkan pada tujuan secara keseluruhan. Pada dasarnya seseorang memberikan tantangan yang tumpang tindih dan beberapa latar belakang informasi, yang dapat membantu menguraikan pentingnya obyektive perilaku yang akan datang pada langkah ke 2. Contoh (secara singkat) Pernyataan masalah: Negara bagian Johor Bahru mempunyai insiden dan kematian Dengue Fever dan DHF yang paling tinggi di Malaisia (16 kematian pada tahun 2000). Johor Bahru adalah negara bagian yang menjadi prioritas Kementerian Kesehatan Malaisia dalam pengendalian dan Pencegahan Dengue. Strategi kementerian dalam pengendalian Dengue terutama adalah eliminasi tempat – tempat perindukan nyamuk penyebar
  • 36. 36 Dengue. Strateginya juga dalam mencari mereka yang mungkin menderita Dengue Fever untuk segera mencari pengobatan. Masyarakat kelihatannya tidak menyadari bahwa tempat – tempat perindukan nyamuk berada di rumah mereka dan area sekelilingnya serta keluarga tidak terlibat aktive dalam menghilangkan tempat – tempat perindukan tersebut. Gol keseluruhan: Berkontribusi dalam mengurangi insiden Dengue Fever dan kematian akibat DHF di Negara bagian Johor Bahru, Malaisia tahun 2001 dengan melaksanakan program komunikasi dan mobilisasi sosial yang akan mendorong orang untuk segera membersihkan tempat perindukan nyamuk disekeliling rumahnya. LANGKAH NO.2: Menetapkan hasil perilaku 2. MENETAPKAN OBYEKTIVE PERILAKU SPESIFIK YANG DIHARAPKAN
  • 37. 37 Buatlah obyektive perilaku yang spesifik dan tepat, yang akan mengarahkan rancangan rencana COMBI. Seseorang diminta untuk tidak melanjut ke langkah berikutnya sebelum hal ini dilakukan Contoh obyektive perilaku nomor 1: Mengajak 800.000 individu (mis, setiap orang kecuali wanita hamil, ibu baru melahirkan 1 minggu, dan anak usia kurang dari 5 tahun) di (lokasi tertentu) untuk menerima paket tablet pencegahan limfatik filariasis (maksimum 4 tablet) dan meminumnya dihadapan petugas kesehatan / relawan pada tanggal 27 oktober 2001. Contoh obyektive perilaku nomor 2: Mengajak 400.000 individu (pria, wanita dan anak – anak semua umur) yang batuk lebih dari 3 minggu dan tidak datang ke salah satu dari 320 sarana kesehatan yang ditunjuk pemerintah untuk pemeriksaan gratis sputum TB diseluruh (lokasi) selama periode 1 tahun. Seluruh rencana COMBI kembali pada gambaran dampak perilaku yang diharapkan dan juga difokuskan pada tugas akhir mengevaluasi dampak. Obyektive perilaku yang lebih tepat dan spesifik pada saat nya kemudian akan memberi latihan penilaian dampak yang lebih baik. Catatan berikut akan sangat membantu dalam menuntun kita lewat langkah ini. CATATAN 2.1 (MANTRA COMBI 1:) “ TIDAK MELAKUKAN APA - APA … TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT, PAMFLET, VIDEO…… TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG TELAH MEMBUAT OBYEKTIVE PERILAKU YANG TEPAT DAN SPESIFIK”. Langkah nomor 2 adalah pernyataan pada prinsip dasar: pengendalian, pencegahan, dan pemberantasan penyakit – penyakit menular yang pada akhirnya sampai pada pencapaian hasil – hasil perilaku yang spesifik. Seseorang harus Melakukan sesuatu, tidak cukup hanya dengan menyadari atau telah termotivasi atau terdorong. Seseorang harus beraksi. Untuk mencapai tujuan akhir keseluruhan yang dinyatakan sebelumnya, diperlukan respons perilaku yang spesifik. Suatu perilaku sehat yang diadopsi atau
  • 38. 38 gagal diadopsi akan berdampak pada status kesehatannya. Rencana COMBI harus secara absolut mengetahui informasi tentang perilaku yang penting ini. Selanjutnya mantra COMBI nomor 1: tidak melakukan apa - apa …. Tidak membuat poster, leflet, video, T-shirt.. tidak melakukan apa – apa sampai seseorang telah membuat obyektive perilaku yang spesifik dan tepat. Berpegang pada mantra ini akan mencegah untuk tidak terburu buru memproduksi bahan-bahan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) seperti T-shirt, poster dan pamflet, tanpa pertama – tama memikirkan mengenai relevansi dari bahan – bahan terhadap hasil – hasil perilaku yang diinginkan. Bahan – bahan ini mungkin ataupun tidak dibutuhkan tetapi keputusan ini kembali pada bagaimana bahan tersebut dapat memenuhi obyektive dari perilaku. Dan dari permulaan harus disebutkan dengan jelas permintaan akan hasil – hasil perilaku yang diharapkan. CATATAN 2.2 HINDARI GODAAN DARI “PERASAAN MENDIDIK” Perasaan mendidik menunjukkan bahwa semua yang perlu kita lakukan adalah membuat orang mendapatkan informasi dan mengetahui sehingga menjadi sadar akan perilaku sehat yang direkomendasikan dalam rangka mendorong penerimaan perilaku yang dianjurkan. Sebagai konsekuensinya perasaan ini menggoda seseorang dalam merumuskan tujuan akhir yang mengatakan untuk “meningkatkan kesadaran dan memperbaiki pengetahuan” tetapi hanya sedikit atau tidak ada penekanan yang difokuskan pada hasil perilaku yang diharapkan. Sementara itu kesadaran dan pengetahuan adalah langkah – langkah penting dalam proses menuju praktek perilaku sehat, keduanya masih belum cukup dalam memberikan dasar untuk mendorong respon perilaku. Dengan mengetahui apa yang harus dilakukan dan sungguh – sungguh melakukan nya adalah sesuatu yang sangat berbeda. Langkah nomor 2 mendorong bahwa sejak awal, tujuan akhir harus dinyatakan dalam bentuk perilaku dan jangan melihatnya dari sudut peningkatan kesadaran dan pengetahuan. Pada beberapa perilaku mungkin tidak dibutuhkan kegiatan peningkatan kesadaran dan pengetahuan yang bahkan mungkin akan menimbulkan masalah. Orang mungkin sudah mengetahui dan bahkan terdorong oleh perilaku yang direkomendasikan. Upaya komunikasi mungkin lebih dirperlukan daripada mengarahkan pada faktor – faktor lain yang menghambat respons perilaku yang diinginkan. Tetapi untuk membuat ketetapan ini, seseorang perlu memulainya dengan pernyataan yang jelas tentang hasil perilaku yang diinginkan.
  • 39. 39 Perasaan mendidik juga memberi sumbangan pada tindakan yang buru – buru memproduksi bahan – bahan KIE yang berperan dalam “memberi informasi dan mendidik” tetapi tidak mempunyai kaitan dengan tujuan akhir kita yaitu dampak perilaku. Langkah nomor 2 memberi kendali pada satu arah tujuan. CATATAN 2.3 MEWASPAI SUATU ”PERASAAN PERBAIKAN SOSIAL”. YANG DITUJUKAN PADA HASIL PERILAKU YANG TERBATAS, TIDAK LEBIH DARI 1 – 3 HASIL. Tujuan akhir keseluruhan yang telah kami sampaikan pada langkah nomor 1 kemungkinan besar ingin dicapai dalam beraneka hasil - hasil perilaku. Saat “perasaan perbaikan sosial” menggoda seseorang untuk menangani semuanya atau sebagian besar, maka hal ini merupakan kesalahan operasional. Ketika kita merasa terpaksa melakukan setiap obyektive perilaku untuk memperoleh tujuan akhir keseluruhan, kita perlu mengurangi tekanan ini dan membatasi diri kita pada keterbatasan waktu yang sedikit. Dalam mengatasi banyaknya hasil - hasil perilaku yang diinginkan, biasanya kita melakukannya dengan menyelesaikan masing – masing hasil dengan segera, seperti kupu – kupu yang terbang dari satu bunga ke bunga lainnya, tetapi pada akhir tahun tidak banyak yang dapat diselesaikan meskipun kita harus bekerja keras melakukannya dan dengan maksud yang baik namun hanya sedikit yang dapat dicapai. Akan lebih baik bila kita membatasi diri dan perhatian pada satu gol perilaku yang mendasar yang pada waktunya akan memberikan perbedaan hasil yang bermakna. Paling tidak kita meminta untuk pada saat yang sama tidak lebih dari 3 gol perilaku yang saling berhubungan. Riset komunikasi konsumen selama bertahun – tahun telah menunjukkan bahwa orang memiliki kesulitan besar dalam mengingat lebih dari 3 tema / pesan dari presentasi komunikasi. Dalam memilih gol perilaku kami benar – benar menekankan untuk membatasi perhatian.
  • 40. 40 Contoh A Dalam membuat rencana COMBI untuk eliminasi LEPRA di negara bagian Bihar, India, kami mengajukan beberapa gol: Mengajak masyarakat untuk lebih menerima mereka yang menderita lepra dengan mengurangi stigma yang berhubungan dengan lepra; Meminta orang dengan kelainan pada kulit untukmengunjungi klinik guna mendiagnosa lepra; meminta pasien – pasien lepra untuk terus mengikuti pengobatan lepra selama 12 bulan; memperoleh dukungan tambahan dari pejabat pemerintah dalam program eliminasi lepra; petugas kesehatan memadukan diagnosa dan pengobatan lepra sebagai bagian dari pelayanan perawatan kesehatan dan tidak membuat upaya perlakuan tersendiri. Kesemua gol tersebut penting, namun masing – masing memerlukan rencana COMBI sendiri. Tetapi untuk berusaha menangani semuanya dalam satu upaya komunikasi merupakan suatu risiko yang sebenarnya tidak perlu. Pada akhirnya kita hanya tertuju pada satu gol: Meminta orang dengan kelainan pada kulit untuk datang ke klinik guna mendapatkan diagnosa lepra. Meski hal ini masih harus di sempurnakan lagi kearah gol perilaku yang lebih fundamental, meminta orang untuk lebih sering memeriksakan kulitnya bila mereka belum terbiasa untuk melakukannya. Contoh B Dalam membuat rencana COMBI untuk pengendalian Dengue di Johor Bahru, Malaisia, berikut ini adalah daftar dari obyektive awal:  Semua dokter melakukan pemeriksaan Uji Hess terhadap semua pasien dengan demam  Semua dokter memeriksa jumlah platelet darah dari semua pasien yang diduga menderita dengue  Dalam 24 jam semua kasus - kasus dengue harus diberitahukan kepada otoritas kesehatan  Manajemen kasus pasien dengue yang benar  Setiap orang harus membersihkan rumahnya  Memperoleh pengobatan segera untuk setiap demam  Setiap orang bertanggung jawab atas daerah tempat tinggalnya
  • 41. 41  Kontraktorbangunan harus mempunyai tim anti nyamuk sendiri  Setiap minggu tiap rumah tangga / keluarga melakukan pemeriksaan rumah masing – masing  Melakukan kegiatan anti nyamuk yang diorganisir oleh masyarakat sendiri  Pablik / industri melakukan survilens nyamuk dan dengue di derahnya masing – masing  Guru sekolah membicarakan dengue setiap minggu Sudah jelas bahwa tidak mungkin komunikasi tunggal dilakukan untuk semua tujuan tersebut dengan dampak yang berarti. Setiap obyektive dari perilaku diatas telah dibicarakan panjang lebar diantara kelompok penasehat teknis yang bertanggung jawab pada proyek ini. Dan akhirnya dipilih 3 obyektive perilaku:  Setiap keluarga melaksanakan pemeriksaan rumah sekali seminggu selama periode 12 minggu, memeriksa larva – larva potensial dan melakukan kegiatan yang sesuai bila ditemukan adanya larva.  Setiap orang dengan demam apapun untuk segera mencari pengobatan ke klinik kesehatan  Individu- individu yang datang dari masyarakat membentuk kelompok relawan untuk memeriksa daerah dimana masyarakat tersebut tingga dan melakukan kegiatan yang sesuai bila ditemukan adanya larva. Pemilihan dari ketiga obyektive tersebut didasarkan pada alasan berikut ini:  Layak dan dapat dicapai dalam periode waktu singkat  Dapat dimengerti oleh setiap orang (pesan – pesan dari kelompok teknis yang berhubungan dengan setiap obyektive disampaikan pada sample kecil yang terdiri dari 50 orang dan terpilih secara acak untuk diuji)  Dapat sewaktu – waktu mengarah ke pengurangan tempat perindukan Aedes dan selanjutnya pengurangan nyamuk dan dengue)
  • 42. 42  Tidak sulit memonitor perkembangannya CATATAN 2.4 PERNYATAAN AWAL OBYEKTIVE PERILAKU BUKANLAH OBYEKTIVE AKHIR. KITA AKAN KEMBALI LAGI DENGAN MODIFIKASI Dasar dari upaya pertama kita dalam menetapkan hasil - hasil perilaku yang spesifik dan tepat adalah pemahaman awal kita mengenai penyakit, penyebabnya, perilaku dan persepsi orang mengenai penyakit itu, dan apa yang menjadi perkiraan para akhli mengenai perilaku yang diinginkan dalam mengendalikan penyakit. Tetapi bila kita berlanjut ke langkah nomor 3 setelah ini (melakukan analisis situasi pasar), maka kita akan diajak untuk meninjau kembali gambaran awal kita mengenai hasil perilaku yang diharapkan untuk dilakukan modifikasi. Seperti kasus di Bihar untuk Lepra, kami memulai dengan tujuan mengajak orang dengan kelainan kulit untuk datang ke klinik untuk mendapat diagnosa. Tetapi dari hasil analisis situasi pasar mengingatkan kami pada kenyataan bahwa orang miskin di pedesaan tidak mempunyai kebiasaan untuk memeriksa kulitnya sehingga mereka tidak perduli terhadap adanya bercak pada kulit atau kelainan pada tubuhnya. Hal ini mengarahkan pada modifikasi obyektive perilaku menjadi mendorong orang agar memeriksakan kulit nya untuk mengetahui ada tidaknya bercak atau kelainan pada kulit yang merupakan tanda permulaan dari kemungkinan menderita lepra. CATATAN 2.5 MENINJAU KEMBALI OBYEKTIVE PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN 5 W DAN KRITERIA “SMART” Dalam membuat obyektive perilaku, suatu peninjuan kembali berguna untuk melengkapi jawaban atas pertanyaan – pertanyaan 5 W, Who (siapa), What (Apa), When (Kapan), Where (Dimana), dan Why (Kenapa). Suatu pernyataan yang jelas dari hasil perilaku yang diharapkan akan menentukan Siapa yang diharapkan melakukan Apa, Kapan, dan Dimana. Contoh, 21 juta individu berumur 5 lebih (Siapa?) akan meminum 3 – 5 tablet untuk mencegah Limfatik Filariasis (akan melakukan Apa) pada tanggal 24 Februari 2002 (Kapan?) di 12 Kabupaten (nama kabupaten) dari negara bagian Tamil Nadu, India (Dimana?). Seseorang sebaiknya memeriksa apakah ke 4 pertanyaan penting tersebut telah menjawab obyektive
  • 43. 43 perilaku. W (Why – Kenapa?) mengingatkan kita untuk memverifikasi kaitan antara hasil perilaku yang diinginkan dan pencapaian dari gol keseluruhan. Seperti dikatakan sebelumnya, bahwa kemungkinan besar kita perlu memilih hasil perilaku yang diinginkan dalam jumlah yang terbatas dari sejumlah daftar perilaku. Dalam membuat pilihan ini seseorang perlu memastikan bahwa apa yang dipilih akan membuat perbedaan yang bermakna dalam mencapai gol keseluruhan seperti yang dinyatakan sejak awal. Pendekatan lain untuk meninjau kelengkapan dari obyektive perilaku yang telah ditetapkan adalah memeriksa hubungannya dengan pertanyaan yang dapat dijawab sendiri melalui akronim berikut “SMART”, apakah obyektive perilaku tersebut Spesifik?, Measurable? (dapat diukur?), Appropriate? (Sesuai?), Realistc? (Realistis?), Time – bound ?(terikat waktu?). LANGKAH NO.3: Melakukan Analisa “Pasar” 3. MELAKUKAN ANALISA SITUASI “PASAR” UNTUK KUNCI KOMUNIKASI (SMACK) SEHUBUNGAN DENGAN OBYEKTIVE PERILAKU YANG TEPAT. Analisa Situasi “Pasar” guna memperoleh Kunci Komunikasi merujuk pada latihan yang disebut SMACK, sebagai langkah kritis dalam memperoleh pemahaman mengenai hasil perilaku yang diinginkan dari sudut pandang konsumen. Hanya melalui pemahaman ini seseorang dapat melangkah untuk menarik konsumen lewat berbagai cara komunikasi agar mau mempertimbangkan perilaku yang direkomendasikan. Disini kata “Pasar” digunakan secara penuh. Kata itu diambil dari pengalaman selama lebih dari 100 tahun dibidang riset pasar dan komunikasi konsumen. Dengan kata itu individu ditempatkan didalam lingkungan pasarnya (meskipun pada masyarakat termiskin), dimana mereka
  • 44. 44 membuat keputusan konsumen mulai dari apakah hari ini membeli beras atau mengunjungi klinik kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan atas batuk yang terus menerus. Melaksanakan analisa situasi pasar (SMA) dapat menjadi pengalaman yang kurang mengenakan karena seseorang akan menghabiskan banyak waktu dalam membuat rencana COMBI. Tetapi bila hal itu dilakukan dengan baik maka langkah berikut yaitu langkah nomor 4 dan nomor 5 menjadi relative lebih mudah karena strategi komunikasi dan rencana kegiatan akan keluar dari SMA. Namun demikian seseorang sebaiknya menyadari bahwa analisa situasi pasar dapat membawa pada kesimpulan bahwa situasi pasar sangat terbuka, dan mungkin tanpa ujung pangkal dari mana upaya penawaran dimulai dalam memberikan rekomendasi suatu perilaku sehat. Keadaan ini membawa pada pertimbangan pilihan perilaku lain atau pada pendekatan lain dalam pengendalian atau pencegahan penyakit tertentu. CATATAN BERIKUT AKAN MEMBANTU PELAKSANAAN LANGKAH NOMOR 3 CAT 3.1 MANTRA COMBI NOMOR 2 “TIDAK MELAKUKAN APA-APA ….. TIDAK MEMBUAT POSTER, T-SHIRT, PAMFLET, VIDEO … TIDAK MELAKUKAN APA – APA SAMPAI SESEORANG TELAH MELAKUKAN ANALISA SITUASI “PASAR” DALAM HUBUNGANNYA DENGAN OBYEKTIVE PERILAKU AWAL”. Seperti pada mantra COMBI nomor 1, Mantra nomor 2 dikembangkan dari kesadaran bahwa analisa situasi pasar (SMA) merupakan langkah awal yang penting didalam merancang COMBI sebelum masuk kedalam pemilihan pesan – pesan dan produksi bahan – bahan KIE. Bila tekanan terus berlangsung untuk memproduksi bahan – bahan, maka mantra nomor 2 ini menuntun seseorang untuk bertahan terhadap tekanan sampai analisa situasi pasar telah dilakukan. MEMEGANG DAN BERMAIN DENGAN MANTRA COMBI nomor 2. Mengapa analisa situasi pasar? Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk menemukan Kunci Komunikasi (Commmunication Keys-CK) yang memungkinkan kita melakukan komunikasi dengan konsumen dalam
  • 45. 45 memfasilitasi pertimbangan perilaku yang disarankan. Selanjutnya kombinasi dari Analisa Situasi Pasar (SMA) dengan kunci komunikasi (CK) menjadi SMACK. Mantra nomor 2 menjadi: tidak melakukan apa – apa… tidak membuat poster, leaflet, T-shirt dsb…. Sampai kita men SMACK PERILAKU disekitar … Melakukan SMACK usulan obyektive perilaku adalah membawa perilaku yang dianjurkan kepada konsumen, melontarkannya seperti bermainan tenis meja antara anda dan konsumen, dan galilah faktor – faktor apa yang menjadi penghambat atau pendukung dengan melihat kemungkinannya mempraktekkan perilaku tersebut. Prinsip dasar pemasaran disini: mendengarkan konsumen. Ada pepatah pemasaran tua yang mengatakan: seseorang tidak dapat melakukan apa – apa bagi konsumen sampai anda mendengarkan konsumen. Kunci komunikasi yang dapat memberikan perbedaan dalam pempertimbangkan dan melaksanakan perilaku, akan berkembang dalam proses SMACK. Kami akan menguraikan dibawah ini beberapa perangkat yang digunakan dalam melaksanakan latihan analisa situasi pasar atau analisa situasi pasar untuk kunci komunikasi (SMACK). Sebagai contoh, bagian dari analisa situasi pasar akan mendorong seseorang untuk memeriksa alasan – alasan mengapa orang tidak menerima perilaku sehat yang direkomendasikan atau mengapa mereka melakukannya. Dalam banyak kasus, alasan – alasan yang diberikan adalah diluar isu - isu “kesadaran dan pengetahuan”. Hal itu akan meyakinkan kita untuk memulai memproduksi informasi melalui leaflet tanpa terlebih dulu menemukan fakta dari analisa situasi pasar, apa faktor – faktor yang mendukung atau menghambat penerimaan perilaku sehat. Selanjutnya kita mendorong untuk berulang ulang menyuarakan mantra COMBI nomor 2. CATATAN 3.2 MENDAPAT DATA DASAR UNTUK MELAKUKAN ANALISA SITUASI PASAR Analisa situasi pasar biasanya berdasarkan pada data riset yang ada saat ini baik dari berbagai survei maupun studi yang telah dilakukan pada penyakit – penyakit tertentu di suatu negara. Seringkali hasil penelitian tersimpan dan sangat jarang digunakan
  • 46. 46 dalam merencanakan program komunikasi. Perguruan tinggi setempat atau institusi penelitian mungkin memiliki hasil yang lengkap tetapi belum pernah dipublikasikan. Bila belum ada penelitian yang dilakukan, seseorang dapat meminta orang atau institusi pendidikan untuk melakukan riset yang spesifik. Tetapi jika waktu dan biaya menjadi hambatan, seseorang harus melakukan sendiri risetnya dengan cara mengunjungi dan bercakap – cakap dengan anggota masyarakat dan orang yang mengetahui sistem kesehatan terutama dilapangan. CAT 3.3 DAERAH PENGGALIAN DALAM MELAKSAKAN ANALISA SITUASI PASAR Dibawah ini adalah daftar area utama yang akan digali dalam melaksanakan analisa situasi pasar meski seseorang tidak perlu terikat pada daftar ini. Setiap area akan digali lebih rinci pada catatan – catatan berikutnya dan didalam proses akan diberikan perangkat tertentu. Kadang – kadang perangkat ini kelihatan seperti diulang – ulang. Kami menemukan bahwa meski serupa tapi perangkat yang berbeda akan menghasilkan faktor – faktor yang berbeda untuk dipikirkan.  Situasi saat ini dari penyakit berkenan dengan besarnya beban kesehatan, tingkat pengetahuan, sikap, persepsi mengenai risiko, perilaku saat ini, kecenderungan perilaku (lihat catatan nomor 3.5)  Segmentasi pasar : kelompok – kelompok sasaran mana yang akan dilibatkan, apa yang menjadi prioritas dari segmen pasar. (lihat catatan nomor 3.6)  Konteks dan Perilaku yang mempengaruhi: kekuatan – kekuatan apa yang sekarang ada sebagai faktor – faktor penghambat dan atau pendukung untuk menerima perilaku sehat yang direkomendasikan terhadap penyakit. Dalam situasi apa berperan sebagai “kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman”, yang dapat mempengaruhi respon perilaku yang direkomendasikan. (lihat catatan nomor 3.7 dan 3.8)  Persepsi perilaku yang direkomendasikan dalam hubungannya dengan konsep – konsep pemasaran yang di butuhkan / inginkan / minati konsumen, Biaya yang ditanggung komsumen, dan Menyenangkan konsumen: apa yang menjadi ke butuhan/inginan/minat konsumen dan bagaimana hal itu dapat diterima, apa persepsi nya tentang biaya (uang, waktu, dan usaha) yang terlibat dalam pelaksanaan perilaku yang
  • 47. 47 direkomendasikan sehubungan dengan nilai yang dijanjikan bila perilaku tersebut dijalankan, apa persepsi nya tentang tingkat kepuasan dan aksesibilitas terhadap perilaku yang direkomendasikan bagi konsumen. (lihat catatan nomor 3.9, 3.10)  Posisi – Persepsi perilaku saat ini dan yang diinginkan: bagaimana perilaku yang direkomendasikan dirasakan saat ini (posisi saat ini didalam benak konsumen) dan apa persepsi yang diinginkan, oleh karena itu bagaimana sebaiknya perilaku itu di reposisi dalam pikiran konsumen. (lihat catatan nomor 3.11).  Pesaing / kompetitor : alternative perilaku apa yang dapat berperan sebagai kompetitor terhadap perilaku yang direkomendasikan, sejauh mana dan kenapa tidak ada tindakan (“tidak berbuat apa – apa”) atau menggunakan peluang berkompetisi dengan perilaku yang direkomendasikan. (lihat catatan nomor 3.12)  Situasi komunikasi: apa saluran / media komunikasi yang paling populer dan berpengaruh, media tradisional apa yang digunakan, siapa sumber informasi terpercaya, media apa yang dapat menjadi pemicu yang berguna dan mendorong aksi, apa pola komunikasi sosial saat ini, apa metode komunikasi konsumen saat ini, dsb. (lihat catatan nomor 3.13)  Riset lebih lanjut: aspek – aspek apa dari perilaku yang direkomendasikan dan komunikasi sosial, yang memerlukan riset lanjutan untuk memudahkan rancangan COMBI yang lebih baik. (lihat catatan nomor 3.14)  Persyaratan COMBI: apa persyaratan yang sebaiknya ditentukan (seperti terdapatnya pelayanan dan obat) sebelum memulai program COMBI. (lihat catatan nomor 3.15) CATATAN 3.4 KETIKA SMA / SMACK DIKERJAKAN TETAPLAH PADA ISU – ISU SOLUSI KOMUNIKASI YANG DAPAT ATAU TIDAK DAPAT DITERIMA. Melakukan analisa situasi pasar berguna bila kita tetap berjalan pada isu – isu solusi komunikasi yang dapat atau tidak dapat diterima. Sesungguhnya tidak setiap hambatan penerimaan perilaku adalah sesuatu yang mempengaruhi aksi
  • 48. 48 komunikasi. Sebagai contoh, jika pintu klinik tutup pada jam 4 sore tepat dan kebanyakan orang – orang didaerah itu baru bisa datang setelah jam 4, keadaaan ini adalah suatu faktor dimana tidak ada solusi dari komunikasi konsumen. Namun demikian manajemen kesehatan senior sebaiknya mewaspadai hambatan ini dengan tambahan saran bahwa upaya COMBI mungkin tanpa berujung sampai isu ini terpecahkan. Analisa situasi pasar dapat membantu keduanya, rancangan COMBI dan manajemen program penyakit keseluruhan. Untuk faktor – faktor yang tampaknya dapat diterima sebagai intervensi komunikasi, catat implikasi komunikasi nya pada strategi dan aksi lebih lanjut pada langkah nomor 4 (Strategi dalam mencapai hasil perilaku), nomor 5 (Rencana aksi COMBI), nomor 6 (Manajemen), nomor 7 (Monitoring), dan nomor 8 (Evaluasi). Pada halaman berikutnya disediakan lembaran kerja yang mungkin dapat membantu menata informasi yang dikumpulkan. Daftar jenis kegiatan dibawah kolom analisa situasi pasar akan menjadi lebih berarti setelah sebelumnya membaca semua langkah nomor 3.
  • 49. 49 Lembar kerja implikasi komunikasi dari analisa situasi pasar – kunci komunikasi: Mendengarkan konsumen ANALISA SITUASI PASAR Isu – isu yang berkembang yang tidak dapat diterima sebagai solusi komunikasi Isu – isu yang berkembang yang dapat diterima sebagai solusi komunikasi Implikasi komuikasi (1) Situasi saat ini: pengetahuan , perilaku dan kecenderungan perilaku sekarang (2) Segmentasi pasar: prioritas segmen pasar (3) Analisa Kekuatan lapangan/ SWAT: kekuatan - kekuatan / faktor - faktor di lapangan yang menghambat / mendukung penerimaan perilaku (4) Kebutuhan/Keinginan/ minat yang sedang direspon dengan solusi–perilaku yang direkomendasi (5) Biaya dalam bentuk harga, usaha, waktu, faktor biaya lain dan perhitungan biaya / nilai (6) Kepuasan dalam hal
  • 50. 50 ketersediaan dan aksesibilitas (7) Posisi dan persepsi: bagaimana posisi persepsi dari perilaku yang ditawarkan menurut pemikiran konsumen, bagaimana persepsi itu dapat di reposisi dalam hubungan dengan persepsi terbaik yang diinginkan (8) Kompetitor: perilaku alternative, tidak melakukan apa – apa dan mengambil kesempatan (9) Situasi komunikasi CATATAN 3.5: MELAKSANAKAN ANALISA HIC – DARM DARI SITUASI SAAT INI – TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SAAT INI Seseorang tidak dapat beraksi terhadap perilaku sehat bila seseorang tidak menyadari dan mengetahui tentang perilaku tersebut serta jika seseorang tidak terlibat penuh dalam penilaian manfaat dalam hubungannya dengan biaya dan upaya yang terlibat dalam mempraktekkannya. Oleh karena itu untuk merencanakan COMBI yang efektive, seseorang perlu memulainya dengan pemikiran yang positive atas situasi saat ini dengan memperhatikan pengetahuan dan pemahaman orang mengenai perilaku yang direkomendasikan dalam konteks kesadaran mereka atas beban penyakit terhadap kesehatan, sikap mereka terhadap perilaku yang
  • 51. 51 direkomendasikan, respons perilaku mereka saat ini, proyeksi respons mereka dikemudian hari. Kami menyebutnya dengan analisa HIC-DARM. “HIC – DARM adalah suatu model sederhana untuk menerangkan proses penerimaan perilaku yang baru atau yang direkomendasikan. Model ini berdasarkan pada teori penerimaan perilaku tradisional dan analisa situasi pasar. Pertama, kita H ear (mendengar ) tentang perilaku yang baru Lalu, kita menjadi I nformed (mengetahui ) mengenai hal itu Dan kemudian C onvinced (meyakini) bahwa hal itu berguna. -------------------------------------------------------------------------------- Pada waktunya, Kita membuat D ecision (keputusan) untuk melakukan apa yang telah diyakini Dan kemudian kita mengambil A ction (aksi) pada perilaku yang baru. Kita menunggu R e-confirmation (rekonfirmasi) bahwa aksi kita adalah yang terbaik. Jika semuanya bagus, Kita M aintain (memelihara) perilaku yang baru Pada model ini, terdapat garis pemisah antara HIC dan DARM untuk menggambarkan adanya kesenjangan antara memberitahu dan meyakinkan seseorang (HIC) dengan langkah pelaksanaan selanjutnya terhadap dampak perilaku (DARM). Banyak program kesehatan yang berusaha untuk terus memberi tahu dan meyakinkan (HIC), tetapi sering berhenti disitu saja dan gagal untuk mendorong orang agar selanjutnya melangkah untuk menerima dan menjaga perilaku sehat yang baru. Secara relative adalah mudah untuk memberitahu, mendidik, dan meyakinkan individu mengenai apa yang perlu dilakukan dan merupakan tantangan besar untuk
  • 52. 52 mendorong hasrat atau minat dalam melaksanakan dan mempertahankan aksi tersebut. Seseorang kembali harus berhati – hati terhadap dorongan perasaan mendidik yang memberi konsekuensi bahwa seseorang akan berhenti sampai HIC saja dari rangkaian proses HICDARM. COMBI digunakan dengan prinsip – prinsip ketelitian dari Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication – IMC) guna memfasilitasi suatu proses melalui pengambilan Keputusan, untuk ber Aksi, dan melakukan Rekonfirmasi, serta Memeliharanya (DARM). Melakukan analisa DARM adalah untuk mendapatkan dan menganalisa data dan informasi (dari riset pasar yang ada atau akan dilakukan) yang akan memungkinkan seseorang untuk melihat pasar, masyarakat dalam hubungannya dengan masing – masing dimensi HICDARM. Sebagai contoh, dari data yang tersedia seseorang menentukan berapa banyak orang telah mendengar tentang perilaku yang direkomendasikan dan apa yang mereka dengar, berapa banyak orang yang kelihatannya telah mengetahui dan apa yang mereka ketahui dan atau yang tidak diketahui., berapa banyak orang yang kelihatannya meyakini atau tidak meyakini perilaku yang direkomendasikan dan apa dasar dari keyakinan / kekurang yakinannya, berapa proporsi dari mereka yang kelihatannya telah sampai pada tahap membuat keputusan – apa keputusannya dan bagaimana sampai dia memutuskannya, berapa banyak yang telah melangkah ke tahap aksi atau yang tidak beraksi pada perilaku yang direkomendasikan, jika mereka telah beraksi, apa yang memicu mereka untuk beraksi dan seperti apa pengalamannya, bila ternyata belum beraksi apa yang menyebabkan mereka tidak beraksi, seberapa jauh orang merasa puas atas pengalaman melakukan aksi, keuntungan dan nilai yang didapat dari rekonfirmasi perilaku yang direkomendasikan. Berapa proporsi orang – orang yang saat ini mempertahankan praktek perilaku dan apa yang memfasilitasi nya. Setiap dimensi dari HIC-DARM meminta intervensi komunikasi yang benar. Analisa HIC-DARM menggali situasi saat ini dan mendorong pemikiran mengenai pendekatan – pendekatan komunikasi untuk memfasilitasi kesempatan seseorang melalui HIC- DARM. Secara umum apa yang dikatakan seseorang tentang tahap HIC biasanya adalah sangat berbeda dengan apa yang perlu dikatakan seseorang untuk tahap
  • 53. 53 DARM. Seringkali kita melihat usaha dalam menangani tahap DARM dengan pesan – pesan yang sama dengan yang digunakan untuk komponen HIC. Jika banyak orang melewati tahap HIC dan telah menunjukkan peningkatan aksi namun belum melaksanakannya maka analisa HIC-DARM memungkinkan kita untuk menggali kenapa orang enggan untuk beraksi. Pada gilirannya hasil analisa ini memberikan dasar untuk mendorong mereka untuk meninjau keenganannya bersamaan dengan penawaran berbagai pemicu yang dapat membantu mengatasi keengganan nya. Analisa HIC-DARM memberi kewaspadaan pada kita terdapat sesuatu yang nyata: Pesan kepada individu yang menciptakan kesadaran terhadap perilaku yang disarankan (tanpa memandang media yang digunakan) harus berbeda dari apa yang mendorong untuk mengambil keputusan beraksi dan tetap berbeda dari apa yang sesungguhnya membantu memicu aksi. Data untuk analisa HIC-DARM kadang kala sudah ada didalam survei KAP atau dalam studi yang serupa. Namun seringkali hasil riset yang ada tergeletak begitu saja disekeliling kita dan tidak digunakan. Kadangkala beberapa studi yang relevan telah dilakukan oleh staf fakultas dari Universitas setempat namun belum dipublikasi. Bila belum ada studi yang lengkap dan masih tersedia waktu yang cukup maka seseorang dapat meminta orang melakukan studi yang spesifik (survei atau fokus group) dalam hubungannya dengan analisa HIC-DARM. Sumber informasi lain yang bagus adalah petugas kesehatan lapangan yang mempunyai pengalaman langsung dengan masyarakat dan dapat memberi pandangan yang berguna mengenai HICDARM. Dalam setiap kasus seseorang akan terdorong untuk melakukan penggalian HICDARM melalui “jelajah sekitar”: berbaur dalam kehidupan masyarakat dan bercakap – cakap langsung dengan anggota masyarakat mengenai isu kesehatan tertentu dan perilaku yang direkomendasikan dengan menggunakan elemen HIC- DARM dalam percakapan. Bila kesimpulan dari sesi informal ini belum dapat di tarik ke populasi yang lebih besar, maka kegiatan ini dapat memberikan potret atau gambaran dari analisa HICDARM. CATATAN 3.6 : MELAKSANAKAN LATIHAN DALAM SEGMENTASI PASAR.
  • 54. 54 Penetapan awal dari obyektive perilaku pada rencana COMBI (langkah nomor 2), memisahkan populasi yang akan di sertakan dalam mempertimbangkan perilaku yang direkomendasikan. Sebagai contoh jika gol dari perilaku adalah membuat “setiap orang” yang batuk lebih dari 3 minggu harus mendapatkan pemeriksaan sputum TB (untuk diagnosa TB), rujukan kepada semua orang yang batuk lebih dari 3 minggu adalah definisi tingkat pertama dari “pasar” untuk perilaku yang direkomendasi. Untuk jelasnya, tidak semua orang di ”pasar” akan disertakan dengan cara (definisi) yang sama. Petani di desa akan didekati secara berbeda dari pekerja di kota. Sangat mungkin masing – masing berpikir dan berlaku berbeda mengenai batuk yang terus menerus. Dan meski diantara petani, petani muda berpikir dan berlaku berbeda dengan petani tua. Petani wanita berbeda dengan petani pria. Jadi dengan cara ini kita mulai menyusun / memahami “segmen pasar” untuk memudahkan strategi pendekatan kita tentang bagaimana memasukkan kategori orang yang berbeda. Segmentasi pasar dapat dilakukan melalui berbagai cara. Terdapat segmentasi pasar secara demografis: segmentasi menurut umur, pendapatan, gender, pekerjaan, tempat tinggal (kota, desa, pinggir kota), dsb. Terdapat segmentasi psikografis: orang miskin yang hanya mencari kebutuhan yang paling dasar. Orang miskin yang menginginkan lepas dari kemiskinan, bercita – cita kaya, kompetisi sosial kelas menengah, wanita – wanita yang tertekan dan terpinggirkan, dsb. Terdapat segmentasi etnografis, pembagian sub kelompok menurut keturunan budaya. Pada akhir analisa, setiap individu menjadi suatu segmen pasar. Tetapi tanpa melihat hal-hal yang ekstrim, hal tersebut berguna untuk berpikir dalam hal kategori – kategori yang berlainan atau sub kelompok dari pasar dalam merencanakan komunikasi. Bila kita memperlakukan orang “semuanya sama”, jarang sekali akan berhasil. Oleh karena itu kita sebaiknya melakukan latihan segmentasi pasar dimana kita memisah kelompok pasar tertentu kedalam sub kelompok. Kita dapat menggunakan pendekatan demografis, dan atau psikografis dan atau etnografis pada proses ini. Dengan membagi sub kelompok dan tersedianya data sosiologis, antropologis dan HICDARM, kita perlu memenggambarkan implikasi – implikasi komunikasi untuk memasukkan sub kelompok tersebut. Sebagai contoh, jika menurut budaya wanita tidak diperkenankan meninggalkan rumah untuk mencari perawatan kesehatan tanpa pengawalan seorang pria, hal ini mempunyai implikasi, bagaimana seseorang akan
  • 55. 55 menyertakan wanita dalam mempertimbangkan perilaku sehat yang melibatkan kunjungan ke pusat kesehatan. Cat no. 3.4 dari analisa HIC-DARM diatas, memberikan kerangka kerja untuk segmentasi pasar. Segmentasi pasar dapat dibuat sehubungan dengan dimana posisi orang didalam proses HICDARM. Mungkin satu sub kelompok adalah kelompok HIC yang sekarang perlu untuk dimasukkan, berbeda jika mereka telah memasuki tahap DARM. Dan juga dalam sub kelompok DARM mungkin terdapat sub kelompok besar yang mulai beraksi tetapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk memicu aksi. Meski diantara sub kelompok yang mulai melakukan kegiatan, terdapat diantaranya yang sudah mendekati akhir kegiatan. COMBI tetap menggunakan konsep yang merujuk pada NOSA (Number of Steps Away): Jumlah langkah yang telah dilaksanakan sejak dari awal kegiatan. Contoh, seorang individu mungkin akan berangkat ke Puskesmas tetapi terhalang oleh karena tidak mengetahui berapa lama kemungkinannya dia menunggu untuk mendapatkan pelayanan. Seseorang akan mengatakan bahwa orang tersebut sudah maju selangkah dari kegiatan. Individu lain mungkin ingin mengunjungi Puskesmas tetapi suami melarang nya meninggalkan rumah, disamping dia juga mendengar bahwa seseorang harus menghabiskan waktu 2 hari untuk mendapatkan pelaksanaan pemeriksaan sputum TB serta dia juga tidak punya uang untuk transportasi ke Klinik. Dari sudut pandang NOSA kita akan mengatakan bahwa orang tersebut kira – kira telah maju 6 langkah dari kegiatan (setiap hambatan memberikan hitungan 2 langkah) dan akan lebih sulit untuk mendorongnya dibanding bila individu hanya berapa selangkah dari kegiatan. Implikasi NOSA pada strategi COMBI, berakhir pada pengalaman komunikasi konsumen bahwa prioritas pertama seseorang adalah mencapai kesepakatan dengan konsumen potensial yang baru berada beberapa langkah dari kegiatannya dan berkeinginan untuk melangkah melalui pintu tersebut. Ketika individu tersebut diperlakukan dengan baik, dia akan menjadi tenaga penjualan (sales person) terbaik bagi anda. Menjawab kebutuhan mereka yang hampir berada di titik kegiatan adalah juga menjawab kebutuhan mereka dalam fase – fase HIC-DARM yang lain.
  • 56. 56 Segmentasi pasar memungkinkan seseorang untuk membuat segmen pasar prioritas. Dan ketika seseorang berusaha untuk menangani seluruh pasar dari nurani pembangunan sosial, mungkin lebih bijaksana untuk menangani segmen – segmen prioritas, membangun jejaring dari klien yang merasa puas dan pada gilirannya akan “menjual” perilaku yang direkomendasikan pada yang lain. Ketika latihan segmentasi berlanjut, tetap berada pada jalur akan membantu implikasi komunikasi yang didorong oleh suasana khusus dari setiap segmen pasar. CATATAN 3.7: MELAKUKAN ANALISA KEKUATAN LAPANGAN Pertanyaan yang diajukan pada analisa kekuatan lapangan: apa yang menjadi kekuatan - kekuatan atau faktor – faktor di lapangan (masyarakat tertentu, masyarakat umum, lingkungan) yang dapat membantu mencapai obyektive perilaku yang diinginkan atau mencegah pencapaiannya. Memahami hambatan – hambatan dan atau faktor – faktor pendukung ini akan memberi informasi yang berguna tentang tema – tema yang akan membentuk dasar dari komunikasi dengan publik. Dilain pihak hasil analisa dapat menunjukkan sedemikian hebatnya kekuatan – kekuatan yang akan menghalangi penerimaan perilaku yang direkomendasikan sehingga tidak ada pijakan untuk memulai upaya komunikasi publik. Mengelompokkan faktor – faktor atau kekuatan – kekuatan lapangan harus dilakukan dengan bagaimana perilaku yang direkomendasikan dirasakan. Analisa kekuatan lapangan dari apa yang dirasakan akan membantu dalam menentukan faktor – faktor yang mendukung persepsi terbaik yang diinginkan dan yang mencegah persepsi terburuk terhadap perilaku yang direkomendasikan. Kolom berikut ini memudahkan seseorang untuk mengelompokkan kedalam kolom yang sesuai: persepsi saat ini, kemungkinan persepsi terburuk, dan persepsi terbaik yang diinginkan. Kemudian didalam kolom yang masih ada seseorang memasukkan apa hal terbaik yang akan membantu mencegah persepsi terburuk (dan karena itu perlu diperkuat dalam komunikasi publik) dan apa hal buruk yang akan mencegah pencapaian persepsi terbaik dan yang mana selanjutnya harus ditangani. Persepsi terburuk Pengendali (”Hal Baik”) Persepsi Saat ini Penghalang (”Hal Buruk”) Persepsi Terbaik
  • 57. 57 Apa yang akan membantu mencegah persepsi terburuk  Pilihan strategi Perkuat Kendali Apa yang mencegah pencapaian Persepsi terbaik?  Pilihan strategi: Penghalang dihilangkan CATATAN 3.8: MELAKUKAN ANALISA “SWOT”(STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, THREATS) Rencana COMBI perlu dilihat sebagai bagian integral dari keseluruhan program pengendalian / pencegahan penyakit. Mencapai obyektive perilaku yang spesifik dari rencana COMBI sangat terkait dengan dinamika program penyakit. Melakukan analisa SWOT pada lingkungan program penyakit akan membantu kita untuk fokus pada Kekuatan, meminimalisir Kelemahan, dan mengambil kemungkinan keuntungan yang besar dari Kesempatan yang ada, sambil memperhatikan Ancaman untuk mencapai obyektive perilaku. Hal ini kelihatannya serupa dengan analisa kekuatan lapangan, tetapi dengan menggunakan pola yang berbeda, isu – isu baru dapat muncul yang sebelumnya tidak ditemukan saat analisis awal. Analisa SWOT dapat dilakukan sebagai latihan kelompok dengan tim program penyakit yang bersifat multi disipliner. Idealnya pada akhir dari analisa SWOT kita harus mempunyai dua daftar:
  • 58. 58  Daftar dari SW (Kekuatan dan Kelemahan) yang menerangkan kekuatan dan kelemahan pokok dari program (faktor internal)  Daftar dari OT (Kesempatan dan Ancaman) yang menerangkan kesempatan dan ancaman terhadap program (faktor eksternal). Seperti kita menyiapkan daftar tersebut kita perlu mencatat implikasi dari berbagai faktor atau kekuatan untuk merencanakan intervensi komunikasi dalam mengajak publik mempertimbang-kan perilaku yang direkomendasikan. CATATAN 3.9 : PERHATIKAN OBYEKTIVE PERILAKU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN “4 C” DARI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (IMC) Komunikasi pemasaran terpadu mememberikan konseptualisasi baru dari Pemasaran dalam 4 C, yang salah satunya lebih sesuai dengan hasil perilaku yang berhubungan dengan kesehatan daripada konsep pemasaran konvensional yaitu 4 P. “C” yang pertama adalah consumer need/want/desire (kebutuhan / keinginan / minat konsumen) dibanding P (produk). Fokus dari C yang pertama ini pada konsumen dan persepsi konsumen atas suatu kebutuhan / keinginan / minat. Seseorang tidak semata-mata menjual produk saja, seseorang menawarkan solusi atas kebutuhan / keinginan / minat konsumen yang mungkin ada atau tersembunyi di pikirannya. Coca cola tidak menjual air yang telah di beri pemanis, carbon dan pewarna, dia menjual pengalaman dalam menjawab minat konsumen. Seseorang tidak menciptakan kebutuhan / keinginan / minat ini tetapi menanggapi kebutuhan yang ada atau yang terbaik dalam membangkitkan sesuatu yang sudah laten. Program kesehatan menanggapi kebutuhan dan minat untuk kesehatan yang baik. Kebutuhan ini tidak harus diciptakan, tetapi sudah ada. Pada analisa situasi pasar (SMA) kita perlu mencari tahu apa ”kebutuhan / keinginan / minat konsumen” yang menjadi sasaran dari perilaku yang direkomendasikan dan menggali bagaimana hal ini dirasakan oleh individu. Sebagai contoh, pada kasus pemberian paket obat massal limfatik filariasis, kita percaya bahwa kita
  • 59. 59 menanggapi kebutuhan dasar yaitu kesehatan yang baik tetapi individu mungkin tidak merasa berisiko terhadap penularan penyakit dan selanjutnya merasa perilaku yang dianjurkan, tidak ada hubungan dengan kebutuhan / keinginan / minatnya. “C” kedua adalah Cost – Biaya (berlawanan dengan “P” – harga) difokuskan pada kombinasi dari biaya uang, biaya kesempatan, dan biaya upaya. Seseorang perlu memperhatikan biaya yang terlibat dalam melakukan perilaku yang direkomendasikan dalam hubungannya dengan nilai yang dijanjikan jika perilaku tersebut dijalankan. Disini kita fokus pada nilai yang dirasakan oleh individu dan bukan pada keuntungannya. Perilaku mungkin mempunyai keuntungan, tetapi keuntungan tersebut tidak masuk dalam peringkat yang berharga dari seseorang. Disini kita mendapati titik pusat pembuatan keputusan bagi konsumen: jika rasio nilai – biaya tidak seimbang, dalam hal ini tampaknya biayanya terlalu besar untuk nilai yang dijanjikan, maka konsumen akan menolak tawaran tersebut. Dalam merekomendasikan perilaku sehat biasanya yang menjadi jantung dalam mengajak orang adalah memfasilitasi perhitungan biaya dan nilai dan mendengarkan keperdulian, ketakutan dan pesanan. Pada analisa situasi pasar (SMA), seseorang perlu menggali rasio Nilai dan Biaya dari perilaku seperti yang dirasakan oleh individu. Sebagai contoh, dalam kasus mencari diagnosis TBC, seseorang mengamati bahwa hal itu akan mengambil 2 – 3 hari dari waktu kehidupan pasien agar dapat pergi ke Puskesmas dan mengambil 3 sampel sputum serta menunggu hasilnya. Biaya transport tambahan dan mengatur siapa yang menjaga anak – anak dapat membuat beban yang berlebihan pada individu sehubungan dengan apa yang diketahuinya tentang batuk. Persepsi ini perlu dipertimbangkan dalam membuat rencana bagaimana kita akan mendorong masyarakat dalam upaya mencari diagnosa TBC. “C” ketiga adalah ‘Convenience / Kepercayaan’ (berbeda dengan P – Placement / Penempatan) yang bejalan diluar penempatan lokasi dan fisik dari produk, dan yang membangkitkan pertanyaan – pertanyaan mengenai seberapa nyaman dan mudahnya akses konsumen untuk mendapatkan pelayanan atau melakukan perilaku yang diminati. Faktor – faktor seperti lokasi Puskesmas, jam pelayanan, keberadaan pemberi layanan, ketidak praktisan perilaku yang direkomendasikan, dll, adalah dimensi dari “C” yang ketiga. Didalam SMA seseorang perlu menggali
  • 60. 60 persepsi individu mengenai kemudahan melakukan perilaku yang direkomendsikan. “C” yang pertama dan ketiga keduanya diakhiri dengan bagian perhitungan nilai – biaya. Jika kelihatannya biaya (termasuk faktor kepercayaan) nya terlalu tinggi dalam hubungannya dengan nilai yang dijanjikan (terkait dengan kebutuhan / keinginan / minat), maka kita perlu memikirkan cara merendahkan biaya atau mengajak individu melihat nilai yang berguna setimpal dengan tingginya biaya. Mungkin dilihat dari segi kepuasan, biaya yang dipakai terlalu tinggi. Solusinya mungkin terletak dalam hal kemudahan individu untuk melaksanakan perilaku pada program penyakit yang dimiliki. Sebagai contoh, daripada individu harus mendatangi klinik untuk mendapatkan tablet pencegahan limfatik filariasis, mungkin kita harus memberikan tablet ke rumah. Meskipun hal ini bukanlah isu komunikasi, paling tidak analisa situasi pasar (SMA) menjadikan hal ini sebagai perhatian dari manajemen sistem kesehatan. Lihat catatan no.4.9 dibawah ini yang menerangkan bagaimana perhitungan biaya–nilai dapat dipengaruhi oleh label perilaku (sehingga meningkatkan persepsi dari nilai) dan pemberian insentip (sehingga mengurangi persepsi dari biaya). Akhirnya, “C” keempat adalah ‘Communication / Komunikasi’ (berlawanan dengan “P” – Production / Produksi) menjadi terpadu dan menyenangkan, melihat gabungan intervensi komunikasi (PR-Humas, Advokasi, mobilisasi administrasive, periklanan, media massa, media tradisional, mobilisasi masyarakat, penjualan perorangan / konseling, promosi ti tempat layanan, dll) yang menyenangkan. Lebih banyak daripada hanya berfokus pada promosi pelayanan atau produk, dan memproduksi poster, T-shirt dan pamflet. Hal ini juga disadari bahwa tidak ada satupun peluru komunikasi yang ampuh. Komunikasi menjadi kegiatan tukar menukar informasi dengan konsumen yang berhubungan dengan 3 ”C” yang lain: ini adalah solusi yang mengagumkan terhadap kebutuhan anda terhadap rasio nilai – biaya yang baik dan menyenangkan. Dan hal ini juga melibatkan kepuasan konsumen dalam melihat rasio nilai – biaya. Hal ini sangat berbeda dari sekedar mempromosikan merk. Dan hal tersebut perlu dilakukan secara massive,
  • 61. 61 repetitive (berulang – ulang), intensive, persisten (M-RIP). Kita akan kembali lagi ke C keempat ini pada langkah no. 4 dan 5. Namun demikian, untuk saat ini, seperti kita perhatikan obyektive perilaku dalam hubungannya dengan C yang ke empat, maka kita perlu untuk mengklarifikasi aspek – aspek tersebut pada ketiga C yang lainnya yang menjadi dasar untuk publik dapat menerimanya. CATATAN 3.10 MELAKSANAKAN ANALISA DILO (DAY IN THE LIFE OF / ) DAN MILO (MOMENT IN THE LIFE OF / ) Analisa DILO digunakan untuk menggali konteks situasi dan keseharian dimana yang perilaku direkomendasikan sedang di dorong. Analisa DILO, menghendaki untuk memeriksa kegiatan sehari – hari dari mereka yang ingin kita dorong untuk mempertimbangkan perilaku sehat. Apakah melalui pengamatan atau narasi individu, seseorang membuat daftar kegiatan keseharian mereka sejak dari bangun pagi sampai mau tidur malam. Analisa ini membantu kita memberi empati pada konsumen, untuk mengetahui saat untuk melakukan kontak komunikasi, menempatkan perilaku yang dianjurkan kedalam kehidupan sehari-harinya sehingga kita lebih memahami faktor – faktor yang mendukung atau menghambat aksi dari perilaku sehat. Dengan cara ini seseorang mendapatkan perasaan yang lain dari bagaimana mereka merasakan keterlibatan biaya dalam melaksanakan perilaku yang dianjurkan. Sebagai contoh analisa DILO di satu komunitas mungkin menunjukkan bahwa hampir seharian penuh, sebagian besar orang dewasa berada diluar rumah, bekerja di sawah, meski pada akhir pekan. Pada program pemberian pengobatan masal, hal ini membangkitkan beraneka pertanyaan strategis seperti: bagaimana kita menjangkau individu – individu tersebut dengan komunikasi?, kapan waktu terbaik untuk melakukan kunjungan rumah? Apa pendekatan yang harus dilakukan untuk mendistribusikan obat pada situasi ini?, bagaimana kita mengurangi biaya dari perilaku yang direkomendasikan dengan tidak terlalu membebani mereka untuk meninggalkan sawahnya untuk mendapatkan obat.
  • 62. 62 Analisa Moment In the Life Of (MILO) adalah modifikasi dari DILO yang menangkap bagian – bagian penting dari saat - saat ketika seseorang mengharapkan perilaku tertentu akan dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan atau main peran, seseorang memperhatikan langkah – langkah apa yang terlibat dalam menjalankan perilaku yang direkomendasikan. Hal ini lebih memungkinkan untuk memberi empati langsung pada, contoh: individu yang hadir di Pusat kesehatan untuk memeriksa sputum TB. Dalam menggali momen tersebut seseorang berusaha melihat proses dari titik pandang individu dan mencatat bagaimana proses khusus telah membebani kelengkapan proses pemeriksaan sputum TB. Sekali lagi, sifat dari biaya terhadap perkembangan individu. Jika melalui proses ini seseorang dapat mengantisipasi bagaimana orang akan bereaksi, maka seseorang dapat lebih mempersiapkan mereka untuk momen dari aksi dan memfasilitasi penerimaan dari perilaku yang dianjurkan. Sebagai contoh, pada kasus pemberian pengobatan masal limfatik filariasis, analisa MILO menempatkan seseorang kedalam situasi seorang relawan kesehatan yang muncul di pintu rumah dan menawarkan 4 sampai 7 tablet yang harus diminum ditempat. Latihan MILO mempermudah pemahaman dari apa yang mungkin sedang melintasi didalam pikiran anggota keluarga saat itu dan mendorong untuk mempertimbangkan apa yang dapat dikerjakan sebelum dan ketika itu guna mendukung penerimaan dari tablet yang ditawarkan. CATATAN 3.11 LAKUKAN LATIHAN PENEMPATAN / TOMA (TOP OF THE MIND ANALYSIS – ANALISA APA YANG SEDANG DIPIKIRAN) Analisa puncak pikiran (TOMA) memungkinkan seseorang untuk menggali persepsi yang berhubungan dengan isu tertentu. Kegiatan ini melibatkan latihan sederhana dalam mengajukan pertanyaan pada berbagai orang mengenai hal apa yang pertama datang kedalam pikiran mereka ketika mendengar kata atau kalimat tertentu (berkaitan dengan perilaku yang direkomendasikan), apa hal yang kedua dan yang ketiga. Dengan cara ini, setelah mengajukan pertanyaan – pertanyaan tersebut kepada masyarakat maka seseorang dapat merasakan apa
  • 63. 63 yang ada pada puncak pikiran orang sehubungan dengan penyakit atau perilaku tertentu. Pengetahuan mengenai rumor dan mitos seringkali berkembang dari TOMA. Sebagai contoh, analisa pemikiran dari kata ‘Filariasis’ dapat menunjukan bahwa orang berpikir sebagai ‘hukuman Tuhan’, Cacat menetap’, atau ‘Penyakit bulan baru’. Jika hal tersebut yang segera timbul dalam pikiran sebagian masyarakat, maka ini merupakan indikasi bahwa dibutuhkan dorongan yang lebih substansial kepada masyarakat untuk melihat penyebab penyakit yang sesungguhnya dan bagaimana penyakit tersebut dapat dicegah. Jika kita kembali ke catatan no.3.7 diatas tentang analisa kekuatan lapangan dan bagaimana hal itu digunakan dengan memperhatikan persepsi orang, maka seseorang akan melihat bagaimana TOMA dapat membantu seseorang untuk lebih mengerti persepsi orang pada saat itu, mencatat bagaimana secara mentalitas kedudukan perilaku tertentu dalam pikiran orang. Analisa ini dapat menunjukkan bahwa kita perlu mengajak individu secara mentalitas dalam proses reposisi perilaku sehingga dapat diterima dengan harmonis terkait dengan status kesehatan mereka. TOMA memungkinkan seseorang mengelompokkan faktor – faktor yang akan menuntun keikutsertaan individu dalam mereposisi perilaku terhadap penyakit. Jalan lain melihat TOMA adalah melihatnya sebagai cara memeriksa persepsi orang atas “label perilaku”. Hal ini dapat menuntun kepada labeling perilaku yang lebih baik. Jika didalam program kita menggunakan petugas kesehatan atau relawan dan persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugasnya adalah: pelayanannya buruk dengan petugas yang tidak perduli, maka pertimbangan strategis utama adalah bagaimana meminimalisir persepsi tersebut (yang mungkin sangat baik bila berdasarkan pada pengalaman kontak nyata). Implikasinya mungkin kita perlu melatih petugas / relawan dengan benar, membangun keterampilan komunikasi interpersonal, membuat mereka tampil beda dengan seragam dan badge yang lain untuk meningkatkan keberadaan dan kredibilitas nya, dan kemudian memberitahu masyarakat mengenai perubahan tersebut. Melalui cara inilah TOMA membantu membuat rencana COMBI.