SlideShare a Scribd company logo
1 of 86
Integralisasi Nilai Keislaman dan
akhlak dalam kurikulum 2013
Oleh : Ta’ Rauf Yusuf
Nilai Keislaman
“ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al
Qur’an dan mengajarkanya” ( HR. Bukhari )
Sesungguhnya dia ( Dzul Khuwaishirah seorang
dari bani tamim ) mempunyai pengikut ,
dimana kalian akan merendahkan
(menganggap kecil) shalat kalian dibanding
shalat mereka, puasa kalian dibanding puasa
mereka. Mereka membaca Al Quran tapi tidak
mencapai tenggorokan mereka. Mereka
melesat dari (batas-batas) agama seperti
melesatnya anak panah dari sasaran
(busurnya)….. (HR Bukhari dalam kitab Al
Manakib 3610 dan Muslim dalam Kitab Az
Zakah 2453)
“ Wahai saudara, izinkan saya menggunakan ungkapan
ini. Saya tidak bermaksud bahwa Islam Ikhwan
Muslimin adalah Islam yang baru, yang bukan dibawa
oleh Sayidina Muhammad saw dari Tuhannya. Saya
maksudkan bahwa kebanyakan umat Islam di
kebanyakan zaman telah mencabut sifat-sifat, ciri-ciri
dan batas-batas dari Islam mengikut kemauan masing-
masing. Mereka mempergunakan kemudahan dan
keluasannya secara buruk. Sedangkan kemudahanan
dan keluasan itu adalah mempunyai hikmat yang
tinggi. Mereka membaharukan dalam memahami
makna Islam dan menanamkan gambaran Islam yang
bermacam-macam di dalam jiwa anak-anak mereka,
sama juga dia hampir, jauh atau bertepatan dengan
Islam pertama yang dibawa oleh Rasulullah saw dan
para sahabatnya. “ Hasan al Banna
Bagaimana sahabat mengajarkan
Islam
1. Prioritas utama para sahabat adalah menanamkan kecintaan
kepada Allah dan Rasul Nya
2. Mengajarkan kecintaan belajar dan ilmu
3. Mengajarkan dengan praktek secara langsung.
4. Tidak membatasi dengan ruang kelas khusus, mereka mengajar di
rumah, masjid, padang gembala, pasar dll
5. Tidak mematok anak-anak mereka menjadi seseorang dengan
profesi tertentu. Mereka hanya mengajarkan ketaqwaan, anak-
anak mereka diberikan pilihan akan menjadi apa nantinya.
6. Menekankan pendidikan akhlak mulia, bukan hanya
kelemahlembutan tapi juga ketegasan dan keberanian.
7. Para sahabat nabi memberi kesempatan yang sama setiap
anaknya untuk berkembang.
8. Para sahabat tidak hanya mengajarkan teori namun juga
mengajarkan gerak motorik kepada anak seperti kegiatan fisik dan
olahraga.
Nabi Muhammad saw selalu mengajarkan
kepada anak-anak dari Bani Hasyim ketika
mulai bisa bicara, ayat ini sebanyak 7 kali,
“Dan katakanlah,” segala puji bagi Allah yang
tidak mempunyai sekutu dalam kerajaanNya
dan tidak mempunyai penolong ( untuk
menjaga Nya ) dari kehinaan dan agungkanlah
Dia dengan pengagunggan yang sebenar-
benarnya .”( Al-Isra :111)” ( Sunan Abi Syaibah
1/306)
Rasulullah bersabda,“….. Apabila anak telah
mencapai enam tahun, maka hendaklah
diajarkan adab sopan santun….” ( HR Ibnu
Hiban)
Rasulullah bersabda , Perintahkanlah anak-
anakmu untuk melakukan shalat apabila
mereka telah berusia tujuh tahun dan apabila
mereka telah berusia sepuluh tahun, maka
pukullah mereka ( bila tidak shalat) dan
pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR Abu
Dawud dan Hakim)
Umar bin Khatab berkata ,”Ajaklah anakmu
bermain umur tujuh tahun, didiklah umur
tujuh tahun dan dampingilah dalam hidup
umur tujuh tahun.”
1-7 tahun
-bermain
-usia 6 tahun mulai
diajarkan aqidah,adab dan
akhlak.
7-14 tahun
-7 tahun mulai di ajarkan
fikih ibadah.
-10 tahun mulai diberikan
reward & Punishment.
10-14 adalah masa transisi
14-21 tahun
- Masa pubertas.
-pendampingan
Iman Islam Ihsan
Perkembangan Moral Anak
• Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori
perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari
teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia
membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu:
1. Fase Bayi
2.Fase 1 : Berfikir Egosentris
3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat
4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan
5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok
6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
Fase 2
1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD)
- Patuh tanpa syarat
- Lebih mudah menurut dan kerjasama
- Orang dewasa maha tahu
- Suka mengadukan teman
- Cenderung melanggar kkalau tidak diawasi
* ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan
penanaman adab dan akhlak tahap awal)
Fase 2
2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis)
-Merasa punya hak seperti orang dewasa
-Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa.
Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan.
-Konsep keadilan kaku (balas membalas)
-Berperilaku baik agar disenangi
-cenderung melanggar perintah
-berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati
-Kurang bisa melihat tindakan yang salah
-Banyak terlibat perkelahian
• (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan
fiqih.)
Fase 3
3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD)
-Ingin penghargaan sosial
-Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti
kamu mengharap orang lain memperlakukanmu.
-Mengerti yang dibutuhkan orang lain
-Bisa menerima otoritas orang tua
-Bisa menerima tanggung jawab
-Cenderung kurang Percaya diri
-Mulai mempunyai Nurani.
* (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
Muwasofat Tarbiyah
1. Salimul Aqidah
2. Shahihul Ibadah
3. Mantinul Khuluk
4. Qowiyul Jismi
5. Mutsaqqoful Fikri
6. Mujahadatul Linafsihi
7. Haritsun Ala Waqtihi
8. Munazamun fi syuunihi
9. Qadirun alal kasbi
10. Nafi’un Lighoirihi
Masukan
1. Materi Keislaman seharusnya disesuaikan
dengan fase perkembangan moral anak
2. Materi keislaman untuk usia SD dititik beratkan
kepada 3 tingkatan muwasofat tarbiyah yaitu,
salimul aqidah, dilanjutkan shahihul ibadah dan
matinul khuluq
3. Materi keislaman seharusnya diintegralkan
kedalam pelajaran dan belum memerlukan
pembahasan yang terlalu dalam agar mudah
dihafal.
Akhlak Mulia
Akhlak adalah Institusi yang bersemayam di
hati tempat munculnya tindakan-tindakan
spontan, tindakan yang benar atau salah.
Karakter berasal dari kata Yunani, Charassein
yang berarti mengukir sehingga terbentuk
sebuah pola.
*Beberapa ahli menyamakan makna akhlak
dan karakter.
Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazari mengatakan dalam kitabnya
Minhajul muslim dahwa menurut tabiatnya institusi akhlak
tersebut secara fitrah siap menerima pengaruh pembinaan
yang baik atau buruk. Jika Institusi tadi dididik untuk
memilih kebaikan maka akhlak yang baik begitu pula
sebaliknya.
Menurut Ibnu Jazzar Al Qairawani, “ sebnarnya sifat-sifat
buruk yang timbul dari diri anak bukanlah lahir dari fitrah
mereka. Sifat –sifat tersebut terutama timbul karena
kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan
pendidik. Semakin dewasa usia anak, semakin sulit pula
baginya untuk meninggalkan sifat-sifat buruk. Banyak sekali
orang dewasa yang menyadari sifat-sifat buruk tetapi tidak
mampu mengubahnya. Karena sifat buruk itu sudah kuat
mengakar di dalam dirinya. Dan menjadi kebiasaan yang
sulit di tinggalkan.
Karakter adalah kualitas otot yang terbentuk
melalui latihan setiap hari dan setiap jam dari
seorang pejuang spiritual (Tolbert Mc Carrol)
Karakter yang baik lebih patut di puji daripada
bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat
adalah anugerah. Karakter yang baik,
sebaliknya tidak dianugerahkan kepada kita.
Kita harus membangunya sedikit demi sedikit,
dengan pikiran, pilihan, keberanian dan usaha
keras. ( john Luther)
Pembentukan karakter harus dilakukan secara integral atau
menyeluruh yang melibatkan aspek “knowing”,
mengetahui, “acting” melatih dan membiasakan diri serta “
feelling” perasaan yang dilakukan secara terus menerus.
Hal ini juga terjadi dalam kehidupan Rasullulah saw, Beliau
merasakan tarbiyah khuluqiyah yang dilakukan oleh Allah.
Allah memberikan ‘Knowing’ tentang Akhlak dengan wahyu
berupa Al Quran yang didalamnya juga terdapat kisah-kisah
sebagai perwujudan proses ‘Feeling’ dan Allah juga
merencanakan keadaan dimana Rasulullah menerapkan
akhlak yang ada di dalam al qur’an (acting) sehingga suatu
ketika ketika Aisyah ra ditanya seperti apa akhlak rasulullah
maka dia menjawab, “ Akhlaknya adalah Al Qur’an” . Oleh
karena itu Rasulullah pernah bersabda bahwa “
sesungguhnya Aku di utus untuk menyempurnakan
akhlak.”
Masukan
1. Pendidikan akhlak disediakan kurikulum yang
sesuai dengan perkembangan moral anak.
2. Untuk aplikasi pendidikan akhlak diadakan
refleksi akhlak setiap hari sekitar 1 jam pelajaran
dengan rincian 2 hari proses knowing, 2 hari
proses feeling dan 2 hari proses acting.
3. Akhlak apa saja yang akan ditanamkan harus
jelas dan diberikan indikator-indikator untuk
pencapaian setiap akhlak di setiap tingkatan.
Integralisasi nilai-nilai keislaman dan
akhlak mulia dalam pembelajaran
kurikulum 2013
1. Landasan utama adalah keimanan
kepada Allah Swt.
Rasulullah pernah kepada Ibnu Abbas yang masih kecil, “Wahai
anaku sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat,
jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, Jagalah Allah maka
kamu akan menemui Nya di hadapanmu. Apabila kamu ingin
meminta maka mintalah kepada Allah dan bila kamu meminta
pertolongan maka mintalah tolong kepada Allah, ketahuilah bila
seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu manfaat
kepadamu maka mereka tidak bisa memberi sesuatu kecuali
yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu dan bila semua umat
bersatu ingin menimpakan suatu mudharat kepadamu maka
mereka tidak akan mampu menimpakan sesuatu kecuali yang
telah ditetapkan Allah atasmu. Pena sudah diangkat dan tinta
tulisan sudah kering.” ( Hr Ahmad & Tirmidzi, Hasan Shahih)
2. Pendidikan akhlak harus mengandung nilai-
nilai yang menjadi acuan atau standar
kebenaran berupa nilai-nilai moral yang berasal
dari Al Qur’an dan Sunnah
• Melunturnya nilai moral di amerika karena
adanya standar moral relatif. Misalkan dari
kurun waktu tahun 1960-1990, tindakan
kekerasan (violent crime) remaja meningkat
sebesar 560% dan peningkatan 419% anaka
remaja yang hamil di luar nikah.
• Pendidikan akhlak / karakter adalah metode
pendidikan moral yang secara eksplisit
memakai standar baik dan buruk yang sifatnya
universal. Dalam pendidikan karakter selalu
ada nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada
anak dan nilai-nilai ini dituangkan dalam
kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah.
3. Pendidikan Akhlak yang melibatkan
aspek Moral Knowing, Moral Felling
dan Moral Action
• Thomas Lickona menekankan tiga komponen
karakter yang baik (components of good
character) yaitu moral knowing, moral feeling dan
moral action. Hal ini diperlukan agar siswa didik
mampu memahami , merasakan dan
mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.
• Hal yang sama di ungkapkan oleh Karen E. Bohlin,
Deborah Farmer dan Kevin Ryan bahwa
membentuk karakter adalah dengan
menumbuhkan karakter yang merupakan the
habits of mind, heart and action, yang antara
ketiganya adalah saling terkait.
• Edward Wayne mengatakan bahwa 95%
kemungkinan kita semua tahu mana
perbuatatn baik dan buruk, masalahnya kita
tidak mempunyai keinginan kuat atau
komitmen melakukanya dalam tindakan nyata.
• Majalah Curent Health melaporkan hasil
polling bahwa 80% dari 3000 murid SMU di AS
mengaku pernah belaku curang di sekolah.
Sedangkan di Australia 76% dari 6000 siswa
juga pernah melakukan kecurangan di sekolah.
Moral Knowing
1. Moral awareness (kesadaran moral)
2. Knowing moral values (mengetahui nilai-nilai
moral)
3. Perspective taking
4. Moral reasoning
5. Decision making
6. Self knowledge
Moral Feeling
1. Conscience (nurani)
2. Self esteem (percaya diri)
3. Empathy (merasakan penderitaan orang lain)
4. Loving the good (mencintai kebenaran)
5. Self control (kemampuan mengontrol diri)
6. Humility (kerendah hatian)
Moral Action
• Moral action adalah hasil dari dua komponen
karakter sebelumnya. Untuk memahami apa
yang mendorong seseorang dalam perbuatan
baik maka harus dilihat 3 aspek yaitu:
1. Kompetensi ( competence)
2. Keinginan ( Will )
3. Kebiasaan ( Habit )
4. Penerapan Kurikulum Pendidikan
Karakter secara Eksplisit
• Jon Dewey mengatakan bahwa sekolah yang tidak
mempunyai program pendidikan karakter tetapi
dapat memberikan suasana lingkungan sekolah
yang sesuai dengan nilai-nilai moral, sekolah
tersebut mempunyai pendidikan moral yang
disebut hidden curiculum.
• Namun menurut Marvin W. Berkowitz hidden
curicullum saja tidak cukup, pendidikan karakter
di sekolah dianggap efektif adalah dengan
menggunakan kurikullum pendidikan karakter
formal, atau kurikulum yang secara eksplisit
mempunyai tujuan pembentukan karakter anak.
Selain itu sekolah juga harus mempunyai visi dan
misi yang bertujuan membentuk anak yang
berkarakter.
Contoh penerapan pendidikan
karakter secara eksplisit
• Jefferson Center for Character Education (
California, USA) menggunakan waktu 10-15
menit sehari sebelum kelas dimulai dengan
cara diskusi yang dipandu oleh guru.
• Di Indonesia Indonesia Heritage Foundation
mengadopsi sistem di JCCE dengan
penambahan aspek loving good and acting
5. Menerapkan Konsep
Developmentally Appropriate Practices
(DAP) dan Pembelajaran Ramah Otak
Mengapa Muncul Konsep DAP?
• Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal
menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah kehidupan
• Alasan kegagalanya adalah :
1. Orientasinya hanya pada menghafal ( rote memorization)
2. Lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek lain
(sosial, emosi dan spiritual)
3. Pelajaran bersifat abstrak ( tidak konkrit )
4. Materi pelajaran terpisah dari pelajaran lain.
5. Guru berceramah sedangkan anak hanya mendengarkan secara
pasif
6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan individu
7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan pilihan berganda
DAP
• Konsep pembelajaran DAP adalah memperlakukan
anak sebagai individu yang utuh ( the whole child )
yang melibatkan 4 komponen : Pengetahuan (
Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat alamiah (
dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran ,
emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara
bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem
pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua
aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan
intelektual, sosial dan karakter anak dapat terbentuk
secara simultan.
*****(lihat kembali bagaimana para sahabat nabi
mendidik anak)
Konsep DAP
• Memperlakuakan anak sebagai individu yang
utuh
• Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills,
dispositions dan feelings
Dianggap dapat
mempertahankan
& bahkan
meningkatkan
semangat anak-
anak untuk belajar.
Dimensi konsep DAP
DAP
Patut menurut umur
: sesuai dengan
tahap-tahap
perkembangan anak
Patut secara individual
: sesuai dengan
pertumbuhan dan
karakteristik anak,
kelebihanya,
ketertarikanya dan
pengalamanya
Patut secara sosial &
budaya : sesuai
dengan pengalaman
belajar yang
bermakna, relevan
dan sesuai dengan
sosial budaya
Kegiatan DAP
• Berarti dan relevan dengan kehidupan anak
• Belajar dengan menggunakan konsep bukan
hafalan (rote learning) dan menggunakan objek
konkrit
• Menimbulkan minat dan ketertarikan anak
• Interactive teaching and cooperative learning
• Kegiatan terintegrasi dengan kegiatan lain
• Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan
• Evaluasi harus sesuai dan dilakukan secara terus
menerus (meliputi proses dan hasil akhir)
Atmosfir DAP
• Anak harus terlibat aktif dalam kegiatan kelas,
tidak sekedar menjadi pendengar pasif.
• Menghargai menerima dan memberi
semangat pada anak
• Mencelupkan anak kedalam kegiatan
• Memberikan kesempatan anak aktif,
berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
Kurikulum DAP
social
emotional
intelectusl
physical
Melibatkan
pengalaman
sosial,
emosional,
intelektual
dan fisik
Jadwal waktu DAP
• Anak diberi waktu yang cukup untuk
bereksplorasi
• DAP memberikan peluang bagi anak untuk
aktif bermain, juga waktu untuk tenang,
belajar, beristirahat secara seimbang.
Kualitas Guru DAP
• Merespon segera atas kebutuhan dan keinginan anak
• Mendengar dan memberikan respon terhadap
pembicaraan anak
• Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas
dengan sukses
• Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan
menghormati, menerima dan memberikan rasa aman
kepada anak
• Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak
dengan memperlakukan mereka secara hormat, serta
memberikan disiplin yang patut
Pembelajaran Ramah Otak
Prinsip Kerja Otak
Seluruh informasi masuk
- Bermakna : diproses lebih lanjut
- Tidak bermakna maka tidak akan di proses
Dibagi ke bagian –bagian
otak
Ingatan jangka pendek
Ingatan Jangka
panjang
Jika ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll) OTAK
TIDAK AKAN BEKERJA SECARA OPTIMAL
Respon
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Ramah
Otak
a. Otak bekerja secara paralel
( melakukan beberapa hal dalam satu
waktu )
b. Sistem kerja otak berkaitan dengan
seluruh organ tubuh
c. Otak selalu mencari arti / makna
berdasarkan pengalaman
• Anak kaya dengan pengalaman yang
bermakna
• Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman
anak
• Pilih topik pembelajaran yang nyata dan
dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
d. Otak lebih mudah memproses
informasi dengan pola yang sudah
dikenal
Anak akan lebih mudah belajar dengan pola yang
sudah dikenalnya dan tidak terpisah
PEMBELAJARAN HOLISTIK
Menghubungkan konsep baru dengan pola lama yang
sudah di kenal
MNEMONIC
e. Emosi mempengaruhi kerja otak
( Otak lebih mudah mengingat jika
melibatkan emosi )
f. Otak bekerja secara terbagi dan
menyeluruh
Otak Kiri
logis
sistematis
analisis
linier
bahasa
Otak kanan
ritmik
kreatif
musik
menyeluruh
emosi
imajinasi
Menghafal sambil bernyanyi / bermain
g. Otak menerima informasi di
dalam ataupun di luar fokus
• Lingkungan mempengaruhi proses belajar (
Poster, Display, Musik )
h. Proses belajar dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar
• Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
i. Proses belajar ada yang dilakukan
secara alami dan ada yang butuh
latihan.
j. Otak dapat memahami dan
mengingat untuk selamanya
• Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang
• Anak di celupkan dalam berbagai pengalaman
/ proses di dalam diri atau lingkungan.
k. Otak tidak bekerja dengan baik
dalam keadaan tertekan namun
bekerja dengan baik saat di berikan
tantangan.
l. Tiap otak Unik
• Kinestetik
• Visual
• auditori
Ramah Otak
• Multi Indrawi
• Unik
• Dukungan lingkungan
• Arti / makna
• Hidupkan emosi positif
Aplikasi konsep DAP sesuai dengan
kerja otak
• Proses belajar harus menyenangkan
• Memberikan pengalaman yang bermakna dan
relevan
• Melibatkan aspek multi sensori manusia
• Memberikan pengalaman unik dan menantang
• Melibatkan peran aktif fisik
• Memberikan hubungan antara pendidik & anak
yang menyenangkan dan dapat dipercaya.
• Kurikulum yang menumbuhkan minat anak
6. Integrated Learning Curriculum
DAP
Kurikulum
Terpadu
Mengapa kurikulum terpadu
Agar anak dapat menjadi manusia yang ingin belajar seumur hidup (lifelong
learner) sehingga dapat berpikir secara kritis, imajinatif, dapat mengungkap
pertanyaan-pertanyaan kritis, dapat memberi alternatif solusi, menghargai
perbedaan, dapat bekerjasama dan memiliki kepedulian
Subyek yang diajarkan dapat mudah dimengerti oleh anak. Dengan membuat
anak mudah mengerti akan meningkatkan daya minat anak, anak lebih
percaya diri dan akhirnya lebih semangat untuk belajar.
Mampu mengakomodasi kecerdasan majemuk manusia, sehingga setiap anak
dapat belajar sesuai dengan kecerdasan dominan anak.
Mebiasakan anak berpikir holistik, tidak berfikir fragmented. Dalam
kehidupan nyata setiap fenomena tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, tetapi
banyak faktor yang terkait yang perlu ditinjau.
Diharapkan dengan memasukan pendidikan karakter dalam sistem belajar
terpadu, dapat menciptakan manusia berkarakter bukan sekedar
mengajarkan nilai-nilai moral yang bersifat abstrak
7. Pendidikan Karakter harus sesuai
dengan tahapan perkembangan
moral anak.
• Perkembangan motorik, mental dan sosial anak
berjalan secara bertahap dan memerlukan
pendekatan yang patut sesuai dengan tahapan
umur anak, pendidikan karakter yang diberikan
kepada anak juga harus memperhatikan tahap-
tahap perkembangan moral anak. Untuk
mencapai tingkatan moral tertinggi seseorang
harus melalui tahapan tahapan moral dengan
baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya
akan berakibat fatal terhadap perkembangan
moral berikutnya.
Perkembangan Moral Anak
• Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori
perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari
teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia
membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu:
1. Fase Bayi
2.Fase 1 : Berfikir Egosentris
3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat
4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan
5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok
6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
Fase Bayi
Anak-anak usia Bayi sangat membutuhkan :
• Kelekatan Psikologis antara orang tua dan
anak (Bonding / Attachment (disusui 2 tahun))
• Ekspresi Cinta
• Responsif terhadap kebutuhan anak
• Kebutuhan akan rasa aman
• Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental
• Keseimbangan antara cinta dan otoritas
• Pakar psikologi mengatakan kelekatan psikologis anak
ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada usia
selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan
psikologi yang erat pada ibunya mempunyai sifat lebih baik
yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi
belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kekurangan
kelekatan hubungan psikologis.
• Usia bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust (
percaya vs tidak percaya ). Apabila kualitas pengasuhan
baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan stimulasi yang
bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan
terbentuk, sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia
akan percaya kepada orang lain. Rasa percaya ini penting
dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan
menimbulkan perasaan pada anak bahwa dunia adalah
tempat yang aman dan menyenangkan.
Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self
oriented morality )
• Usia sekitar 4 tahun
• Sangat egois
• Cenderung manipulatif (berkhayal)
• Cenderung melanggar aturan
• Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan
• Bisa bersikap kooperatif dan menyayangi sejauh
tidak konflik dengan kepentinganya
• Ingin mandiri
• **** tahap perkembangan, ini normal dan tidak
berlanjut selamanya.
Menghadapi anak Fase 1
• Memberikan arahan yang lembut namun tegas
• Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu perbuatan
dilarang dilakukan
• Berikan pilihan dalam kegiatan
• Berikan insentif yang patut agar mau patuh namun jangan
sering-sering.
• Berikan aturan yang jelas dengan berulang-ulang
(konsepnya sekarang)
• Memberikan contoh bagaimana seharusnya anak
berperilaku
• Tumbuhkan rasa empati anak dengan melihat dari
prespektif orang lain
• Mengenalkan konsep “adil” dari titik pandang orang lain
• Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
Fase 2.1
1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD)
- Patuh tanpa syarat
- Lebih mudah menurut dan kerjasama
- Orang dewasa maha tahu
- Suka mengadukan teman
- Cenderung melanggar kalau tidak diawasi
* ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan
penanaman adab dan akhlak tahap awal)
Cara menghadapi fase 2.1
• Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat
secara otoritatif mengajarkan moral baik dan
buruk karena anak masih tergantung dengan
otoritas orang dewasa
• Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua /
guru
• Menekankan pentingnya perilaku baik dan sopan
• Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’
• Ajarkan anak tindakan yang salah atau tidak
boleh dilakukan.
Fase 2.2
2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis)
-Merasa punya hak seperti orang dewasa
-Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa.
Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan.
-Konsep keadilan kaku (balas membalas)
-Berperilaku baik agar disenangi
-cenderung melanggar perintah
-berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati
-Kurang bisa melihat tindakan yang salah
-Banyak terlibat perkelahian
• (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan
fiqih.)
Menghadapi anak fase 2.2
• Berikan pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam
melakukan sesuatu, tidak semata-mata prinsip timbal balik saja.
• Tekankan nilai agama yang menjunjung tinggi nilai cinta dan
pengorbanan.
• Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
• Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya
karena ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari
hukuman
• Ciptakan hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan
dan harapan-harapan anda
• Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang
dan perluas rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap
sesama manusia
• Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli
dengan orang lain
Fase 3
3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD)
-Ingin penghargaan sosial
-Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti
kamu mengharap orang lain memperlakukanmu.
-Mengerti yang dibutuhkan orang lain
-Bisa menerima otoritas orang tua
-Bisa menerima tanggung jawab
-Cenderung kurang Percaya diri
-Mulai mempunyai Nurani.
* (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
Menghadapi Fase 3
• Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan menjalin komunikasi,
turut serta dalam memecahkan masalahnya dan membantu mereka untuk
menemukan identitas dirinya
• Membantu membangun konsep diri yang positif:
- tidak membanding-bandingkan dengan temanya
- berikan penghargaan pada perilaku positif yang mereka lakukan
- Dorong mereka untuk mencari kawan yang baik
- Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya
- Bantu mereka menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain
• Mendiskusikan permasalahan moral
• Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol
tindakan mereka
- gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih
- katakan ‘ya’ atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga
peluang untuk memilih
- berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik
-jangan berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka
berbuat salah. Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif
Gunakan kontrol secara tidak langsung
Fase 4
• Usia 16-19 tahun
• Ingin menjaga kelompoknya
• Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem
sosial
• Lebih mandiri, peer pressure menurun
• Dapat melihat dampak dari perbuatan negatif
• Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial
• Memahami pentingnya jadi warga negara yang
baik
Menghadapi Fase 4
• Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan hati
nuraninya berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan
menjalankan kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial
• Mengajak berdiskusi tentang permasalahan moral yang dihadapi
oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk berpikir bagaimana
memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial
• Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan
komunitasnya ( kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu
orang-orang yang kesulitan, belajar hidup mandiri di luar
rumah,pramuka ,camping dsb)
• Mendorong mereka untuk memikirkan masa depanya, apa yang
harus dipersiapkan dari sekarang agar dapat memberikan kontribusi
positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang cerah hanya
dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
Fase 5
• Sebelum Usia 20
• Moralitas tidak berpihak
• Moral hati nurani, mempertahankan moral yang
menghargai HAM
• Bisa berdiri di luar sistem sosial dan bertindak secara
obyektif
• Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat
memberikan benefit kepada setiap anggotanya
• Berbuat baik karena hati nuraninya berkata demikian,
bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau
sistemnya.
• Walaupun tahapan moral sebelumnya (fase 4)
sudah bagus, jarang orang dewasa yang
mampu mencapi tahapan ini, namun tahapan
ini belum mencerminkankualitas moral
tertinggi. Menurut Lickona orang yang
mempunyai moral tertinggi adalah mereka
yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip
moral yang menghargai hak asasi manusia
walaupun harus berseberangan dengan sistem
sosialnya.
Masukan
• Mengintegrasikan muatan ke IT an pada
pembelajaran kurikulum 2013
• Menyusun kurikulum Akhlak sehingga terbuat
kurikulum akhlak yang secara eksplisit
membentuk moral peserta didik

More Related Content

What's hot

Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 
Pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini
Pentingnya pendidikan karakter sejak usia diniPentingnya pendidikan karakter sejak usia dini
Pentingnya pendidikan karakter sejak usia dinisamwara
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karaktergusipung
 
Pembentukan karakter generasi muda melalui
Pembentukan  karakter generasi muda melaluiPembentukan  karakter generasi muda melalui
Pembentukan karakter generasi muda melaluiMinna Tiani
 
Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 KemabangPendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 KemabangVivi Vey
 
Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterPresentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterAnis Rahman
 
Modul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanModul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanFitri Yusmaniah
 
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013Bapake Icha Kukuh Andin
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakterpenggawa
 
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematikaPendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematikaInterest_Matematika_2011
 
Pendidikan karakter nas 123
Pendidikan karakter nas 123Pendidikan karakter nas 123
Pendidikan karakter nas 123Binsar Samosir
 
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi showPendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi showSuedi Ahmad
 
Presentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
Presentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSAPresentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
Presentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSANASuprawoto Sunardjo
 

What's hot (20)

Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakter
 
PENDIDIKAN KARAKTER
PENDIDIKAN KARAKTERPENDIDIKAN KARAKTER
PENDIDIKAN KARAKTER
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
 
Pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini
Pentingnya pendidikan karakter sejak usia diniPentingnya pendidikan karakter sejak usia dini
Pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini
 
Makalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakterMakalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakter
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pembentukan karakter generasi muda melalui
Pembentukan  karakter generasi muda melaluiPembentukan  karakter generasi muda melalui
Pembentukan karakter generasi muda melalui
 
Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 KemabangPendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
 
Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterPresentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
 
Modul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanModul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaan
 
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematikaPendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
 
Pendidikan karakter nas 123
Pendidikan karakter nas 123Pendidikan karakter nas 123
Pendidikan karakter nas 123
 
Integritas moral siswa
Integritas moral siswaIntegritas moral siswa
Integritas moral siswa
 
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi showPendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi show
 
Presentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
Presentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSAPresentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
Presentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
 

Viewers also liked

Pendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan Karakter dalam IslamPendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan Karakter dalam IslamRasyeda Aufa
 
Membuat Presentasi dengan Flash 8
Membuat Presentasi dengan Flash 8Membuat Presentasi dengan Flash 8
Membuat Presentasi dengan Flash 8Moerhadie Berbagi
 
Kerangka dan struktur kurikulum 2013
Kerangka dan struktur kurikulum 2013Kerangka dan struktur kurikulum 2013
Kerangka dan struktur kurikulum 2013Nurul Azzahra
 
Makalah struktur kurikulum 2013
Makalah struktur kurikulum 2013Makalah struktur kurikulum 2013
Makalah struktur kurikulum 2013Bambang Giwank
 
Hadits tentang etika siswa terhadap guru
Hadits tentang etika siswa terhadap guruHadits tentang etika siswa terhadap guru
Hadits tentang etika siswa terhadap guruInti Yuliana
 
Pengajian Motivasi Remaja Islam
Pengajian Motivasi Remaja IslamPengajian Motivasi Remaja Islam
Pengajian Motivasi Remaja IslamBhayu Sulistiawan
 

Viewers also liked (9)

Grand design-pend-karakter
Grand design-pend-karakterGrand design-pend-karakter
Grand design-pend-karakter
 
Pendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan Karakter dalam IslamPendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan Karakter dalam Islam
 
Membuat Presentasi dengan Flash 8
Membuat Presentasi dengan Flash 8Membuat Presentasi dengan Flash 8
Membuat Presentasi dengan Flash 8
 
Kerangka dan struktur kurikulum 2013
Kerangka dan struktur kurikulum 2013Kerangka dan struktur kurikulum 2013
Kerangka dan struktur kurikulum 2013
 
Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013
 
B.indo
B.indoB.indo
B.indo
 
Makalah struktur kurikulum 2013
Makalah struktur kurikulum 2013Makalah struktur kurikulum 2013
Makalah struktur kurikulum 2013
 
Hadits tentang etika siswa terhadap guru
Hadits tentang etika siswa terhadap guruHadits tentang etika siswa terhadap guru
Hadits tentang etika siswa terhadap guru
 
Pengajian Motivasi Remaja Islam
Pengajian Motivasi Remaja IslamPengajian Motivasi Remaja Islam
Pengajian Motivasi Remaja Islam
 

Similar to Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013

Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahYusuf Prasetyo
 
NOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdf
NOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdfNOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdf
NOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdfizzah888925
 
Bab 3 (institusi islam)
Bab 3 (institusi islam)Bab 3 (institusi islam)
Bab 3 (institusi islam)Afiq Izzudin
 
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptxPPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptxBhocahNajma
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxZukét Printing
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdfZukét Printing
 
Pendidikan dan peranan lelaki
Pendidikan dan peranan lelakiPendidikan dan peranan lelaki
Pendidikan dan peranan lelakiAqil Salahuddin
 
Makalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlakMakalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlaknewskiem
 
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptxTUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptxmuhamzad
 
RPP MTs Akidah Ahlak Kelas VII
RPP MTs Akidah Ahlak Kelas VIIRPP MTs Akidah Ahlak Kelas VII
RPP MTs Akidah Ahlak Kelas VIIDiva Pendidikan
 
Projek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan Islam
Projek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan IslamProjek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan Islam
Projek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan Islamsyafarehanisa
 
Materi Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYA
Materi Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYAMateri Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYA
Materi Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYAflorryfiorella
 
2 adab, akhlak dan etika dalam islam
2 adab, akhlak dan etika dalam islam2 adab, akhlak dan etika dalam islam
2 adab, akhlak dan etika dalam islamMuhammad Alif Nordin
 
Keutamaan akhlak dan ilmu
Keutamaan akhlak dan ilmuKeutamaan akhlak dan ilmu
Keutamaan akhlak dan ilmuRatnaSafitri3
 

Similar to Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013 (20)

Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul Karimah
 
NOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdf
NOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdfNOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdf
NOOR IZZAH (SINOPSIS 4 BUAH BUKU) 2021.pdf
 
Bab 3 (institusi islam)
Bab 3 (institusi islam)Bab 3 (institusi islam)
Bab 3 (institusi islam)
 
Akhlaq
AkhlaqAkhlaq
Akhlaq
 
Akhlak islami
Akhlak islamiAkhlak islami
Akhlak islami
 
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptxPPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
 
Akhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam IslamAkhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam Islam
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
 
Cara memahami ahlak
Cara memahami ahlakCara memahami ahlak
Cara memahami ahlak
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 
Pendidikan dan peranan lelaki
Pendidikan dan peranan lelakiPendidikan dan peranan lelaki
Pendidikan dan peranan lelaki
 
Makalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlakMakalah ilmu akhlak
Makalah ilmu akhlak
 
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptxTUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
 
RPP MTs Akidah Ahlak Kelas VII
RPP MTs Akidah Ahlak Kelas VIIRPP MTs Akidah Ahlak Kelas VII
RPP MTs Akidah Ahlak Kelas VII
 
Projek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan Islam
Projek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan IslamProjek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan Islam
Projek akhir Kriteria Guru Falsafah Pendidikan Islam
 
Materi Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYA
Materi Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYAMateri Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYA
Materi Sosialisasi Kurikulum Kelas 8 SMPIT AULIYA
 
Akhlaq
AkhlaqAkhlaq
Akhlaq
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
AKHLAK
 
2 adab, akhlak dan etika dalam islam
2 adab, akhlak dan etika dalam islam2 adab, akhlak dan etika dalam islam
2 adab, akhlak dan etika dalam islam
 
Keutamaan akhlak dan ilmu
Keutamaan akhlak dan ilmuKeutamaan akhlak dan ilmu
Keutamaan akhlak dan ilmu
 

Recently uploaded

MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013

  • 1. Integralisasi Nilai Keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013 Oleh : Ta’ Rauf Yusuf
  • 3. “ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkanya” ( HR. Bukhari )
  • 4. Sesungguhnya dia ( Dzul Khuwaishirah seorang dari bani tamim ) mempunyai pengikut , dimana kalian akan merendahkan (menganggap kecil) shalat kalian dibanding shalat mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Quran tapi tidak mencapai tenggorokan mereka. Mereka melesat dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari sasaran (busurnya)….. (HR Bukhari dalam kitab Al Manakib 3610 dan Muslim dalam Kitab Az Zakah 2453)
  • 5. “ Wahai saudara, izinkan saya menggunakan ungkapan ini. Saya tidak bermaksud bahwa Islam Ikhwan Muslimin adalah Islam yang baru, yang bukan dibawa oleh Sayidina Muhammad saw dari Tuhannya. Saya maksudkan bahwa kebanyakan umat Islam di kebanyakan zaman telah mencabut sifat-sifat, ciri-ciri dan batas-batas dari Islam mengikut kemauan masing- masing. Mereka mempergunakan kemudahan dan keluasannya secara buruk. Sedangkan kemudahanan dan keluasan itu adalah mempunyai hikmat yang tinggi. Mereka membaharukan dalam memahami makna Islam dan menanamkan gambaran Islam yang bermacam-macam di dalam jiwa anak-anak mereka, sama juga dia hampir, jauh atau bertepatan dengan Islam pertama yang dibawa oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. “ Hasan al Banna
  • 7. 1. Prioritas utama para sahabat adalah menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul Nya 2. Mengajarkan kecintaan belajar dan ilmu 3. Mengajarkan dengan praktek secara langsung. 4. Tidak membatasi dengan ruang kelas khusus, mereka mengajar di rumah, masjid, padang gembala, pasar dll 5. Tidak mematok anak-anak mereka menjadi seseorang dengan profesi tertentu. Mereka hanya mengajarkan ketaqwaan, anak- anak mereka diberikan pilihan akan menjadi apa nantinya. 6. Menekankan pendidikan akhlak mulia, bukan hanya kelemahlembutan tapi juga ketegasan dan keberanian. 7. Para sahabat nabi memberi kesempatan yang sama setiap anaknya untuk berkembang. 8. Para sahabat tidak hanya mengajarkan teori namun juga mengajarkan gerak motorik kepada anak seperti kegiatan fisik dan olahraga.
  • 8. Nabi Muhammad saw selalu mengajarkan kepada anak-anak dari Bani Hasyim ketika mulai bisa bicara, ayat ini sebanyak 7 kali, “Dan katakanlah,” segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai sekutu dalam kerajaanNya dan tidak mempunyai penolong ( untuk menjaga Nya ) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagunggan yang sebenar- benarnya .”( Al-Isra :111)” ( Sunan Abi Syaibah 1/306)
  • 9. Rasulullah bersabda,“….. Apabila anak telah mencapai enam tahun, maka hendaklah diajarkan adab sopan santun….” ( HR Ibnu Hiban) Rasulullah bersabda , Perintahkanlah anak- anakmu untuk melakukan shalat apabila mereka telah berusia tujuh tahun dan apabila mereka telah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka ( bila tidak shalat) dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR Abu Dawud dan Hakim)
  • 10. Umar bin Khatab berkata ,”Ajaklah anakmu bermain umur tujuh tahun, didiklah umur tujuh tahun dan dampingilah dalam hidup umur tujuh tahun.”
  • 11. 1-7 tahun -bermain -usia 6 tahun mulai diajarkan aqidah,adab dan akhlak. 7-14 tahun -7 tahun mulai di ajarkan fikih ibadah. -10 tahun mulai diberikan reward & Punishment. 10-14 adalah masa transisi 14-21 tahun - Masa pubertas. -pendampingan Iman Islam Ihsan
  • 12. Perkembangan Moral Anak • Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu: 1. Fase Bayi 2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat 4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan 5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok 6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
  • 13. Fase 2 1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) - Patuh tanpa syarat - Lebih mudah menurut dan kerjasama - Orang dewasa maha tahu - Suka mengadukan teman - Cenderung melanggar kkalau tidak diawasi * ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan penanaman adab dan akhlak tahap awal)
  • 14. Fase 2 2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) -Merasa punya hak seperti orang dewasa -Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan. -Konsep keadilan kaku (balas membalas) -Berperilaku baik agar disenangi -cenderung melanggar perintah -berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati -Kurang bisa melihat tindakan yang salah -Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan fiqih.)
  • 15. Fase 3 3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) -Ingin penghargaan sosial -Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti kamu mengharap orang lain memperlakukanmu. -Mengerti yang dibutuhkan orang lain -Bisa menerima otoritas orang tua -Bisa menerima tanggung jawab -Cenderung kurang Percaya diri -Mulai mempunyai Nurani. * (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
  • 16. Muwasofat Tarbiyah 1. Salimul Aqidah 2. Shahihul Ibadah 3. Mantinul Khuluk 4. Qowiyul Jismi 5. Mutsaqqoful Fikri 6. Mujahadatul Linafsihi 7. Haritsun Ala Waqtihi 8. Munazamun fi syuunihi 9. Qadirun alal kasbi 10. Nafi’un Lighoirihi
  • 17. Masukan 1. Materi Keislaman seharusnya disesuaikan dengan fase perkembangan moral anak 2. Materi keislaman untuk usia SD dititik beratkan kepada 3 tingkatan muwasofat tarbiyah yaitu, salimul aqidah, dilanjutkan shahihul ibadah dan matinul khuluq 3. Materi keislaman seharusnya diintegralkan kedalam pelajaran dan belum memerlukan pembahasan yang terlalu dalam agar mudah dihafal.
  • 19. Akhlak adalah Institusi yang bersemayam di hati tempat munculnya tindakan-tindakan spontan, tindakan yang benar atau salah. Karakter berasal dari kata Yunani, Charassein yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. *Beberapa ahli menyamakan makna akhlak dan karakter.
  • 20. Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazari mengatakan dalam kitabnya Minhajul muslim dahwa menurut tabiatnya institusi akhlak tersebut secara fitrah siap menerima pengaruh pembinaan yang baik atau buruk. Jika Institusi tadi dididik untuk memilih kebaikan maka akhlak yang baik begitu pula sebaliknya. Menurut Ibnu Jazzar Al Qairawani, “ sebnarnya sifat-sifat buruk yang timbul dari diri anak bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat –sifat tersebut terutama timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan pendidik. Semakin dewasa usia anak, semakin sulit pula baginya untuk meninggalkan sifat-sifat buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari sifat-sifat buruk tetapi tidak mampu mengubahnya. Karena sifat buruk itu sudah kuat mengakar di dalam dirinya. Dan menjadi kebiasaan yang sulit di tinggalkan.
  • 21. Karakter adalah kualitas otot yang terbentuk melalui latihan setiap hari dan setiap jam dari seorang pejuang spiritual (Tolbert Mc Carrol) Karakter yang baik lebih patut di puji daripada bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik, sebaliknya tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunya sedikit demi sedikit, dengan pikiran, pilihan, keberanian dan usaha keras. ( john Luther)
  • 22. Pembentukan karakter harus dilakukan secara integral atau menyeluruh yang melibatkan aspek “knowing”, mengetahui, “acting” melatih dan membiasakan diri serta “ feelling” perasaan yang dilakukan secara terus menerus. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan Rasullulah saw, Beliau merasakan tarbiyah khuluqiyah yang dilakukan oleh Allah. Allah memberikan ‘Knowing’ tentang Akhlak dengan wahyu berupa Al Quran yang didalamnya juga terdapat kisah-kisah sebagai perwujudan proses ‘Feeling’ dan Allah juga merencanakan keadaan dimana Rasulullah menerapkan akhlak yang ada di dalam al qur’an (acting) sehingga suatu ketika ketika Aisyah ra ditanya seperti apa akhlak rasulullah maka dia menjawab, “ Akhlaknya adalah Al Qur’an” . Oleh karena itu Rasulullah pernah bersabda bahwa “ sesungguhnya Aku di utus untuk menyempurnakan akhlak.”
  • 23. Masukan 1. Pendidikan akhlak disediakan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan moral anak. 2. Untuk aplikasi pendidikan akhlak diadakan refleksi akhlak setiap hari sekitar 1 jam pelajaran dengan rincian 2 hari proses knowing, 2 hari proses feeling dan 2 hari proses acting. 3. Akhlak apa saja yang akan ditanamkan harus jelas dan diberikan indikator-indikator untuk pencapaian setiap akhlak di setiap tingkatan.
  • 24. Integralisasi nilai-nilai keislaman dan akhlak mulia dalam pembelajaran kurikulum 2013
  • 25. 1. Landasan utama adalah keimanan kepada Allah Swt.
  • 26. Rasulullah pernah kepada Ibnu Abbas yang masih kecil, “Wahai anaku sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, Jagalah Allah maka kamu akan menemui Nya di hadapanmu. Apabila kamu ingin meminta maka mintalah kepada Allah dan bila kamu meminta pertolongan maka mintalah tolong kepada Allah, ketahuilah bila seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi sesuatu kecuali yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu dan bila semua umat bersatu ingin menimpakan suatu mudharat kepadamu maka mereka tidak akan mampu menimpakan sesuatu kecuali yang telah ditetapkan Allah atasmu. Pena sudah diangkat dan tinta tulisan sudah kering.” ( Hr Ahmad & Tirmidzi, Hasan Shahih)
  • 27. 2. Pendidikan akhlak harus mengandung nilai- nilai yang menjadi acuan atau standar kebenaran berupa nilai-nilai moral yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah
  • 28. • Melunturnya nilai moral di amerika karena adanya standar moral relatif. Misalkan dari kurun waktu tahun 1960-1990, tindakan kekerasan (violent crime) remaja meningkat sebesar 560% dan peningkatan 419% anaka remaja yang hamil di luar nikah.
  • 29. • Pendidikan akhlak / karakter adalah metode pendidikan moral yang secara eksplisit memakai standar baik dan buruk yang sifatnya universal. Dalam pendidikan karakter selalu ada nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada anak dan nilai-nilai ini dituangkan dalam kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah.
  • 30. 3. Pendidikan Akhlak yang melibatkan aspek Moral Knowing, Moral Felling dan Moral Action
  • 31. • Thomas Lickona menekankan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing, moral feeling dan moral action. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu memahami , merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. • Hal yang sama di ungkapkan oleh Karen E. Bohlin, Deborah Farmer dan Kevin Ryan bahwa membentuk karakter adalah dengan menumbuhkan karakter yang merupakan the habits of mind, heart and action, yang antara ketiganya adalah saling terkait.
  • 32. • Edward Wayne mengatakan bahwa 95% kemungkinan kita semua tahu mana perbuatatn baik dan buruk, masalahnya kita tidak mempunyai keinginan kuat atau komitmen melakukanya dalam tindakan nyata.
  • 33. • Majalah Curent Health melaporkan hasil polling bahwa 80% dari 3000 murid SMU di AS mengaku pernah belaku curang di sekolah. Sedangkan di Australia 76% dari 6000 siswa juga pernah melakukan kecurangan di sekolah.
  • 34. Moral Knowing 1. Moral awareness (kesadaran moral) 2. Knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral) 3. Perspective taking 4. Moral reasoning 5. Decision making 6. Self knowledge
  • 35. Moral Feeling 1. Conscience (nurani) 2. Self esteem (percaya diri) 3. Empathy (merasakan penderitaan orang lain) 4. Loving the good (mencintai kebenaran) 5. Self control (kemampuan mengontrol diri) 6. Humility (kerendah hatian)
  • 36. Moral Action • Moral action adalah hasil dari dua komponen karakter sebelumnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan baik maka harus dilihat 3 aspek yaitu: 1. Kompetensi ( competence) 2. Keinginan ( Will ) 3. Kebiasaan ( Habit )
  • 37. 4. Penerapan Kurikulum Pendidikan Karakter secara Eksplisit
  • 38. • Jon Dewey mengatakan bahwa sekolah yang tidak mempunyai program pendidikan karakter tetapi dapat memberikan suasana lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai moral, sekolah tersebut mempunyai pendidikan moral yang disebut hidden curiculum. • Namun menurut Marvin W. Berkowitz hidden curicullum saja tidak cukup, pendidikan karakter di sekolah dianggap efektif adalah dengan menggunakan kurikullum pendidikan karakter formal, atau kurikulum yang secara eksplisit mempunyai tujuan pembentukan karakter anak. Selain itu sekolah juga harus mempunyai visi dan misi yang bertujuan membentuk anak yang berkarakter.
  • 39. Contoh penerapan pendidikan karakter secara eksplisit • Jefferson Center for Character Education ( California, USA) menggunakan waktu 10-15 menit sehari sebelum kelas dimulai dengan cara diskusi yang dipandu oleh guru. • Di Indonesia Indonesia Heritage Foundation mengadopsi sistem di JCCE dengan penambahan aspek loving good and acting
  • 40. 5. Menerapkan Konsep Developmentally Appropriate Practices (DAP) dan Pembelajaran Ramah Otak
  • 41. Mengapa Muncul Konsep DAP? • Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan masalah kehidupan • Alasan kegagalanya adalah : 1. Orientasinya hanya pada menghafal ( rote memorization) 2. Lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek lain (sosial, emosi dan spiritual) 3. Pelajaran bersifat abstrak ( tidak konkrit ) 4. Materi pelajaran terpisah dari pelajaran lain. 5. Guru berceramah sedangkan anak hanya mendengarkan secara pasif 6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan individu 7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan pilihan berganda
  • 42. DAP • Konsep pembelajaran DAP adalah memperlakukan anak sebagai individu yang utuh ( the whole child ) yang melibatkan 4 komponen : Pengetahuan ( Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat alamiah ( dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran , emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan. *****(lihat kembali bagaimana para sahabat nabi mendidik anak)
  • 43. Konsep DAP • Memperlakuakan anak sebagai individu yang utuh • Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills, dispositions dan feelings Dianggap dapat mempertahankan & bahkan meningkatkan semangat anak- anak untuk belajar.
  • 44. Dimensi konsep DAP DAP Patut menurut umur : sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak Patut secara individual : sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihanya, ketertarikanya dan pengalamanya Patut secara sosial & budaya : sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan sosial budaya
  • 45. Kegiatan DAP • Berarti dan relevan dengan kehidupan anak • Belajar dengan menggunakan konsep bukan hafalan (rote learning) dan menggunakan objek konkrit • Menimbulkan minat dan ketertarikan anak • Interactive teaching and cooperative learning • Kegiatan terintegrasi dengan kegiatan lain • Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan • Evaluasi harus sesuai dan dilakukan secara terus menerus (meliputi proses dan hasil akhir)
  • 46. Atmosfir DAP • Anak harus terlibat aktif dalam kegiatan kelas, tidak sekedar menjadi pendengar pasif. • Menghargai menerima dan memberi semangat pada anak • Mencelupkan anak kedalam kegiatan • Memberikan kesempatan anak aktif, berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
  • 48. Jadwal waktu DAP • Anak diberi waktu yang cukup untuk bereksplorasi • DAP memberikan peluang bagi anak untuk aktif bermain, juga waktu untuk tenang, belajar, beristirahat secara seimbang.
  • 49. Kualitas Guru DAP • Merespon segera atas kebutuhan dan keinginan anak • Mendengar dan memberikan respon terhadap pembicaraan anak • Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sukses • Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan menghormati, menerima dan memberikan rasa aman kepada anak • Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak dengan memperlakukan mereka secara hormat, serta memberikan disiplin yang patut
  • 51. Prinsip Kerja Otak Seluruh informasi masuk - Bermakna : diproses lebih lanjut - Tidak bermakna maka tidak akan di proses Dibagi ke bagian –bagian otak Ingatan jangka pendek Ingatan Jangka panjang Jika ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll) OTAK TIDAK AKAN BEKERJA SECARA OPTIMAL Respon
  • 53. a. Otak bekerja secara paralel ( melakukan beberapa hal dalam satu waktu )
  • 54. b. Sistem kerja otak berkaitan dengan seluruh organ tubuh
  • 55. c. Otak selalu mencari arti / makna berdasarkan pengalaman • Anak kaya dengan pengalaman yang bermakna • Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman anak • Pilih topik pembelajaran yang nyata dan dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
  • 56. d. Otak lebih mudah memproses informasi dengan pola yang sudah dikenal Anak akan lebih mudah belajar dengan pola yang sudah dikenalnya dan tidak terpisah PEMBELAJARAN HOLISTIK Menghubungkan konsep baru dengan pola lama yang sudah di kenal MNEMONIC
  • 57. e. Emosi mempengaruhi kerja otak ( Otak lebih mudah mengingat jika melibatkan emosi )
  • 58. f. Otak bekerja secara terbagi dan menyeluruh Otak Kiri logis sistematis analisis linier bahasa Otak kanan ritmik kreatif musik menyeluruh emosi imajinasi Menghafal sambil bernyanyi / bermain
  • 59. g. Otak menerima informasi di dalam ataupun di luar fokus • Lingkungan mempengaruhi proses belajar ( Poster, Display, Musik )
  • 60. h. Proses belajar dilakukan secara sadar maupun tidak sadar • Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
  • 61. i. Proses belajar ada yang dilakukan secara alami dan ada yang butuh latihan.
  • 62. j. Otak dapat memahami dan mengingat untuk selamanya • Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang • Anak di celupkan dalam berbagai pengalaman / proses di dalam diri atau lingkungan.
  • 63. k. Otak tidak bekerja dengan baik dalam keadaan tertekan namun bekerja dengan baik saat di berikan tantangan.
  • 64. l. Tiap otak Unik • Kinestetik • Visual • auditori
  • 65. Ramah Otak • Multi Indrawi • Unik • Dukungan lingkungan • Arti / makna • Hidupkan emosi positif
  • 66. Aplikasi konsep DAP sesuai dengan kerja otak • Proses belajar harus menyenangkan • Memberikan pengalaman yang bermakna dan relevan • Melibatkan aspek multi sensori manusia • Memberikan pengalaman unik dan menantang • Melibatkan peran aktif fisik • Memberikan hubungan antara pendidik & anak yang menyenangkan dan dapat dipercaya. • Kurikulum yang menumbuhkan minat anak
  • 67. 6. Integrated Learning Curriculum DAP Kurikulum Terpadu
  • 68. Mengapa kurikulum terpadu Agar anak dapat menjadi manusia yang ingin belajar seumur hidup (lifelong learner) sehingga dapat berpikir secara kritis, imajinatif, dapat mengungkap pertanyaan-pertanyaan kritis, dapat memberi alternatif solusi, menghargai perbedaan, dapat bekerjasama dan memiliki kepedulian Subyek yang diajarkan dapat mudah dimengerti oleh anak. Dengan membuat anak mudah mengerti akan meningkatkan daya minat anak, anak lebih percaya diri dan akhirnya lebih semangat untuk belajar. Mampu mengakomodasi kecerdasan majemuk manusia, sehingga setiap anak dapat belajar sesuai dengan kecerdasan dominan anak. Mebiasakan anak berpikir holistik, tidak berfikir fragmented. Dalam kehidupan nyata setiap fenomena tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, tetapi banyak faktor yang terkait yang perlu ditinjau. Diharapkan dengan memasukan pendidikan karakter dalam sistem belajar terpadu, dapat menciptakan manusia berkarakter bukan sekedar mengajarkan nilai-nilai moral yang bersifat abstrak
  • 69. 7. Pendidikan Karakter harus sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak.
  • 70. • Perkembangan motorik, mental dan sosial anak berjalan secara bertahap dan memerlukan pendekatan yang patut sesuai dengan tahapan umur anak, pendidikan karakter yang diberikan kepada anak juga harus memperhatikan tahap- tahap perkembangan moral anak. Untuk mencapai tingkatan moral tertinggi seseorang harus melalui tahapan tahapan moral dengan baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya akan berakibat fatal terhadap perkembangan moral berikutnya.
  • 71. Perkembangan Moral Anak • Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu: 1. Fase Bayi 2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat 4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan 5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok 6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
  • 72. Fase Bayi Anak-anak usia Bayi sangat membutuhkan : • Kelekatan Psikologis antara orang tua dan anak (Bonding / Attachment (disusui 2 tahun)) • Ekspresi Cinta • Responsif terhadap kebutuhan anak • Kebutuhan akan rasa aman • Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental • Keseimbangan antara cinta dan otoritas
  • 73. • Pakar psikologi mengatakan kelekatan psikologis anak ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada usia selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan psikologi yang erat pada ibunya mempunyai sifat lebih baik yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kekurangan kelekatan hubungan psikologis. • Usia bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust ( percaya vs tidak percaya ). Apabila kualitas pengasuhan baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan stimulasi yang bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan terbentuk, sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia akan percaya kepada orang lain. Rasa percaya ini penting dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan menimbulkan perasaan pada anak bahwa dunia adalah tempat yang aman dan menyenangkan.
  • 74. Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self oriented morality ) • Usia sekitar 4 tahun • Sangat egois • Cenderung manipulatif (berkhayal) • Cenderung melanggar aturan • Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan • Bisa bersikap kooperatif dan menyayangi sejauh tidak konflik dengan kepentinganya • Ingin mandiri • **** tahap perkembangan, ini normal dan tidak berlanjut selamanya.
  • 75. Menghadapi anak Fase 1 • Memberikan arahan yang lembut namun tegas • Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu perbuatan dilarang dilakukan • Berikan pilihan dalam kegiatan • Berikan insentif yang patut agar mau patuh namun jangan sering-sering. • Berikan aturan yang jelas dengan berulang-ulang (konsepnya sekarang) • Memberikan contoh bagaimana seharusnya anak berperilaku • Tumbuhkan rasa empati anak dengan melihat dari prespektif orang lain • Mengenalkan konsep “adil” dari titik pandang orang lain • Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
  • 76. Fase 2.1 1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) - Patuh tanpa syarat - Lebih mudah menurut dan kerjasama - Orang dewasa maha tahu - Suka mengadukan teman - Cenderung melanggar kalau tidak diawasi * ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan penanaman adab dan akhlak tahap awal)
  • 77. Cara menghadapi fase 2.1 • Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat secara otoritatif mengajarkan moral baik dan buruk karena anak masih tergantung dengan otoritas orang dewasa • Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua / guru • Menekankan pentingnya perilaku baik dan sopan • Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’ • Ajarkan anak tindakan yang salah atau tidak boleh dilakukan.
  • 78. Fase 2.2 2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) -Merasa punya hak seperti orang dewasa -Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan. -Konsep keadilan kaku (balas membalas) -Berperilaku baik agar disenangi -cenderung melanggar perintah -berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati -Kurang bisa melihat tindakan yang salah -Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan fiqih.)
  • 79. Menghadapi anak fase 2.2 • Berikan pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata prinsip timbal balik saja. • Tekankan nilai agama yang menjunjung tinggi nilai cinta dan pengorbanan. • Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain • Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya karena ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari hukuman • Ciptakan hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan anda • Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang dan perluas rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap sesama manusia • Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli dengan orang lain
  • 80. Fase 3 3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) -Ingin penghargaan sosial -Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti kamu mengharap orang lain memperlakukanmu. -Mengerti yang dibutuhkan orang lain -Bisa menerima otoritas orang tua -Bisa menerima tanggung jawab -Cenderung kurang Percaya diri -Mulai mempunyai Nurani. * (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
  • 81. Menghadapi Fase 3 • Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan menjalin komunikasi, turut serta dalam memecahkan masalahnya dan membantu mereka untuk menemukan identitas dirinya • Membantu membangun konsep diri yang positif: - tidak membanding-bandingkan dengan temanya - berikan penghargaan pada perilaku positif yang mereka lakukan - Dorong mereka untuk mencari kawan yang baik - Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya - Bantu mereka menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain • Mendiskusikan permasalahan moral • Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol tindakan mereka - gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih - katakan ‘ya’ atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga peluang untuk memilih - berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik -jangan berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka berbuat salah. Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif Gunakan kontrol secara tidak langsung
  • 82. Fase 4 • Usia 16-19 tahun • Ingin menjaga kelompoknya • Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem sosial • Lebih mandiri, peer pressure menurun • Dapat melihat dampak dari perbuatan negatif • Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial • Memahami pentingnya jadi warga negara yang baik
  • 83. Menghadapi Fase 4 • Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan hati nuraninya berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan menjalankan kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial • Mengajak berdiskusi tentang permasalahan moral yang dihadapi oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk berpikir bagaimana memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial • Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan komunitasnya ( kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu orang-orang yang kesulitan, belajar hidup mandiri di luar rumah,pramuka ,camping dsb) • Mendorong mereka untuk memikirkan masa depanya, apa yang harus dipersiapkan dari sekarang agar dapat memberikan kontribusi positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang cerah hanya dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
  • 84. Fase 5 • Sebelum Usia 20 • Moralitas tidak berpihak • Moral hati nurani, mempertahankan moral yang menghargai HAM • Bisa berdiri di luar sistem sosial dan bertindak secara obyektif • Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat memberikan benefit kepada setiap anggotanya • Berbuat baik karena hati nuraninya berkata demikian, bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau sistemnya.
  • 85. • Walaupun tahapan moral sebelumnya (fase 4) sudah bagus, jarang orang dewasa yang mampu mencapi tahapan ini, namun tahapan ini belum mencerminkankualitas moral tertinggi. Menurut Lickona orang yang mempunyai moral tertinggi adalah mereka yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip moral yang menghargai hak asasi manusia walaupun harus berseberangan dengan sistem sosialnya.
  • 86. Masukan • Mengintegrasikan muatan ke IT an pada pembelajaran kurikulum 2013 • Menyusun kurikulum Akhlak sehingga terbuat kurikulum akhlak yang secara eksplisit membentuk moral peserta didik