SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH 
(Fejervarya cancrivora) 
Dosen Penanggung Jawab : 
Dr. Hesti Wahyuningsih, S.si, M.Si 
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si 
Ir. Nurmatias, S.Pi, M.Si 
Oleh : 
Tiur Natalia Manalu 
120302028 
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR 
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN 
FAKULTAS PERTANIAN 
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 
MEDAN 
2014
2 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Amfibia atau amfibi (amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam yakni di air dan di daratan. Amfibia mempunyai ciri-ciri: 1) tubuh diselubungi kulit yang berlendir, 2) merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm), 3) mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, 4) mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang, 5) matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam, 6) pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam (Burhanuddin, 2008). 
Katak adalah satu anggota dari kelas Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yag hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di darat. Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk memyngkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melelui epidermis bermuara di permukaan kulit. Mekanisme pernapasannya meliputi dua fase, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Katak yang dijadian bahan penelitian adalah katak sawah (Rana canorivara) (Omar, 2011). 
Warna katak bermacam-macam dengan pola yang berlainan. Hal ini disebabkan karena adanya pigmen dalam dermis, yaitu: 1) melanopora, berupa warna pigmen yang dapat menyebabkan warna hitam atau coklat, 2) lipopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna merah kuning, 3) gaunopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna biru hijau. Amfibi adalah satwa vertebrata dengan jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4.000 jenis. Walaupun
3 
sedikit amfibi merupakan vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang reptil. Dari ketiga ordo tersebut, salamander adalah satu-satunya kelompok yang tidak terdapat di Indonesia. Salamander dijumpai di Amerika utara dan tengah sampai Amerika Selatan bagian utara, Eropa, Afrika, Jepang dan Taiwan. Katak sawah adalah jenis katak yang terdapat banyak di Indonesia, termasuk daerah di NTT. Hal tersebut di sebabkan karena di NTT terdapat banyak lahan persawahan. Dimana sawah merupakan habitat yang paling disukai oleh hewan tersebut (Andi, 2011). 
Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di perairan dalam, tetapi menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Sama halnya dengan jenis ikan, katak tidak mempunyai leher. Kulitnya lunak dan agak berlendir, tidak mempunyai ekor karena dapat menghalang-halangi gerak meloncat. Fungsi kulit pada katak yaitu untuk melindungi tubuh dari lingkungan luar dan sebagai alat pernafasan. Proses terjadinya pernapasan melalui kulit yang dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir agar permukaan kulit selalu basah. Bentuk kelenjar kulit pada katak seperti piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melalui epidermis yang bermuara di permukaan kulit (Yono, 2006). 
1.2 Tujuan Praktikum 
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 
1. Untuk mengetahui dan mengamati secara langsung ciri-ciri morfologi dari katak sawah (Fejervarya cancrivora). 
2. Untuk mengetahui gerakan-gerakan yang ditimbulkan oleh katak pada berbagai perlakuan baik yang ditimbulkan oleh respon otak maupun sumsum tulang belakang 
3. Untuk mengetahui gerak refleks yang terjadi pada spinal katak sawah. 
1.3 Manfaat Praktikum 
Manfaat praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Fisiologi Hewan Air dan sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.
4 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) 
Katak sawah memiliki tubuh yang kecil sampai agak besar. Gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot besar .Katak jantan dewasa memiliki ukuran sekitar 60 mm dan betina dewasa berukuran sekitar 70-80 mm. Namun yang terbesar bisa sampai dengan 120 mm SVL (snout vent length, dari moncong ke anus). Spesimen yang kecil agak sulit dibedakan dengan kodok Tegalan (F.lomnocharis). Pungungnya berwarna lumpur kecoklatan dengan bercak-bercak gelap yang tidak simetris. Terkadang terdapat warna hijau lumut terang pada individu dengan ukran yang besar. Sisi tubuh dan lipatan paha dengan bercak-bercak hitam. Kaki depan dan belakang kerap bercoreng-coreng hitam. Bibir juga berbelang 2-3 belang hitam. Terdapat lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas punggung, serupa jalur bintil atau pematang. Kaki dengan selaput renang yang penuh sampai ujung jari, kecuali pada jari kaki keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat sisi dalam (pangkal jari pertama) kaki, bentuknya memanjang (Christy, 2008). 
Tubuh katak sawah terbagi menjadi kepala dan badan (tidak ada leher). Terdapat dua pasang apendiks lokomotor (yang belakang sangat panjang).Kulit lunak, tidak bersisik. Lubang hidung antori-dorsal, mata dorsal, besar, membran timpaniv, dorsal berada di belakang dekat mata dan mulut sangat lebar. Tiap tangan mempunyai 4 jari, jari kelima rudimeter. Tiap kaki mempunyai 5 buah jari dengan selaput antar jari – jari. Kulit katak sawah memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katak dapat berubah sesuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas (Omar, 2013).
5 
2.2 Gerak Refleks pada Spinal Katak 
Semua penyebab terjadinya perubahan dalam tubuh atau bagian tubuh disebut rangsang. Alat yang mampu menerima rangsang dinamakan Indera (Reseptor). Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh, misalnya berupa bau, rasa, sentuhan, cahaya, suhu, tekanan ataupun gaya berat. Indera yang mampu menerimanya disebut reseptor luar (ekteroseptor). Rangsangan dari dalam tubuh sendiri antara lain dapat berupa rasa lapar, kenyang, nyeri dan kelelahan. Indera penerimanya disebut reseptor dalam (Interoseptor). Jadi reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Rangsangan yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan ke system saraf pusat oleh neuron sensori dan tanggapan akan disampaikan oleh neuron motor ke efektor, misalnya otot dan kelenjar. Jadi efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan (Rafael, 2011). 
Sistem saraf pada Amphibi dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Pada amphibi, Otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang juga dibungkus oleh 2 lapisan selaput yaitu durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan jaringan saraf. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale dan terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Sistem saraf amphibi terdiri dari otak. Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan berkembang lebih baik sehingga amphibi memiliki penglihatan yang baik. Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih (Andi, 2011). 
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini
6 
bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya. Sel neuron terdiri atas tiga bagian 1) badan sel yang mengandung nukleus dan nukleolus serta berwarna kelabu, 2) endrit merupakan lanjutan plasma yang berfungsi menyampaikan impuls saraf (informasi) menuju ke badan sel dan 3) akson berfungsi meneruskan informasi dari badan sel ke sel lain (Christy, 2008). 
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 bagian: a) neuron sensorik (nouron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya, b) neuron motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor, c) neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang lainnya, 4) neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat dalam sumsum tulang belakang atau di otak (Rafael, 2011). Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk kedalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral (Omar, 2011). Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
7 
tidak melewati otak. Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak. Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada organ reseptor - sel saraf sensorik - sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang - sel saraf motorik - respon pada organ efektor. Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung refleks. Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung (asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti gerak mengedip atau mempersempit pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum tulang belakang terjadi apabila sel saraf penghubung terdapat di dalam sumsum tulang belakang seperti refleks pada lutut (Fujaya, 2002). 
Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, diperlukan satu mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam akson tanpa menimbulkan kerusakan pada akson tersebut. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, plektus dan ganglia. Perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi. Perusakan ¼ cm dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk perusakan ½ cm dan ¾ cm sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah. (Timang dkk., 2010). 
Mekanisme gerak refleks pada katak yaitu : 1) adanya reseptor rangsangan dari luar, 2) induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang. 3) adanya sinapsis, 4) terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh efektor sebagai respon. Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi
8 
intrasel ditengahi oleh impuls saraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung- gelembung berjalan yang berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron- neuron dan antara neuron otot seringkali di mediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter. Sistem saraf vertebrata memiliki peranan vital, yaitu: a) menerima stimulus dari lingkungan luar dan mengkoordinir respon, b) mengatur agar kerja semua sistem dalam tubuh dapat bekeja sesuai fungsinya, c) empat ingatan dan kecerdasan, pada vertebrata tingkat tinggi (Santoso, 2010). 
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain: ada tidaknya rangsangan atau stimulus. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivate dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan- hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal. Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangasangan (Rizal, 2008).
9 
BAB III 
BAHAN DAN METODE 
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 06 Mei 2014 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai, tempat di Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. 
3.2 Alat dan Bahan Praktikum 
Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu: jarum untuk menusuk dan mengorek bagian spinal katak, pinset untuk menahan katak agar tidak melompat, nampan sebagai tempat katak untuk diamati, botol film sebagai wadah air dan asam sulfat (H2SO4), kain lap/tissue yang digunakan untuk membersihkan alat-alat yang digunakan dan alat tulis untuk mencatat data hasil praktikum serta kamera digital sebagai alat dokumentasi. 
Bahan yang digunakan adalah katak sawah (Fejervarya cancrivora) yang akan diamati gerak refleks spinalnya, larutan asam sulfat (H2SO4) untuk menimbulkan panas atau luka bakar dan air untuk mencuci bagian tubuh yang dicelupkan asam sulfat (H2SO4). 
3.3 Prosedur Kerja 
1. Otak katak dirusak, pada batas kepala dengan punggung jarum ditusukkan kurang lebih 1 cm kemudian dikorek-korek dan katak ditelentangkan di atas nampan, perhatikan sikap katak apakah ada gerak refleks. 
2. Tulang rahang bawah katak dijepit, jika kaki belakangnya dipijat dengan pinset dicatat gerakan apa yang terjadi. 
3. Kaki katak dimasukkan kedalam asam sulfat, diamati gerakan kaki katak. Kemudian dicuci denagn air dalam gelas dan dicatat gerakan apa yang terjadi. 
4. Tusuk sumsum tulang belakang daerah dada katak dengan memasukkan jarum (½ cm, ¼ cm dan 1 cm ) ke dalam saluran tulang punggung dan diamati gerakan pada katak.
10 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Hasil 
Adapun hasil yang didapat dari percobaan praktikum ini sebagai berikut: 
Gambar 1. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) 
Klasifikasi katak sawah (Fejervarya cancrivora) menurut Christy (2008), adalah sebagai berikut : 
Kingdom : Animalia 
Filum : Chordata 
Kelas : Amfibia 
Ordo : Anura 
Famili : Ranidae 
Genus : Fejervarya 
Spesies : Fejervarya cancrivora 
Data Pengamatan 
No 
Perlakuan 
Respon 
Pembalikan Badan 
Gerakan Kaki Depan 
Gerakan Kaki Belakang 
1 
Perusakan otak 1 cm 
tidak ada pembalikan 
ada pergerakan 
ada pergerakan
11 
2 
Perusakan pada sumsum tulang belakang ½ cm 
berbalik badan 
tidak ada pergerakan 
tidak ada pergerakan 
3 
Peruskan sumsum tulang belakang ¾ cm 
ada pembalikan 
tidak ada pergerakan 
ada pergerakan 
4 
Perusakan sumsum tulang belakang 1cm 
ada pembalikan 
ada pergerakan 
tidak ada pergerakan 
5 
Kontrol 
- Dicelupkan asam sulfat 
- 
ada pergerakan 
tidak ada pergerakan 
- Dicelupkan air 
- 
ada pergerakan 
tidak ada pergerakan 
4.2 Pembahasan 
Dari hasil praktikum dapat dilahat bahwa organisme atau hewan yang akan diamati gerak refleksnya dalah katak sawah. Katak memiliki spinal yang sangat mudah diamati gerak refleksnya. Semua penyebab terjadinya perubahan dalam tubuh atau bagian tubuh disebut rangsang. Hal ini sesuai dengan (Rafael, 2011), bahwa alat yang mampu menerima rangsang dinamakan Indera (Reseptor). Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh, misalnya berupa bau, rasa, sentuhan, cahaya, suhu, tekanan ataupun gaya berat. Indera yang mampu menerimanya disebut reseptor luar (ekteroseptor). Rangsangan dari dalam tubuh sendiri antara lain dapat berupa rasa lapar, kenyang, nyeri dan kelelahan. Indera penerimanya disebut reseptor dalam (Interoseptor). Jadi reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Rangsangan yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan ke system saraf pusat oleh neuron sensori dan tanggapan akan disampaikan oleh neuron motor ke efektor, misalnya otot dan kelenjar. Jadi efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan.
12 
Pada perlakuan perusakan otak katak sawah sebesar 1 cm tidak ditemukan adanya respon pada pembalikan badan, sementara pada kaki depan dan belakang pada saat dijepit dengan pinset menunjukkan adanya pergerakan. Gerakan menarik kaki pada katak sawah secara spontan disebut gerakan refleks. Sesuai dengan Fujaya (2002), bahwa gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak. Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada organ reseptor-sel saraf sensorik-sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang-sel saraf motorik-respon pada organ efektor. Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung reflek. 
Pada saat percobaan praktikum dengan perusakan sumsum tulang belakang ½ cm terjadi pembalikan tubuh katak, sementara pada gerakan kaki depan dan belakang pada saat ditekan dengan pinset tidak menimbulkan gerakan. Pada perusakan ¾ cm sumsum tulang belakang masih terjadi pembalikan badan sementara pada gerakan kaki depan tidak ditemukan adanya respon dan kaki belakang ditemukan adanya respon. Perusakan sumsum tulang belakang 1 cm juga ditemukan adanya respon pembalikan badan, sementara pada kaki depan tidak ditemukan adanya respon dan kaki belakang menunjukkan respon yang nyata. Menurut Timang dkk (2010) bahwa perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi. Perusakan ¼ cm dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk perusakan ½ cm dan ¾ cm sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah. 
Pada percobaan katak kontrol, pada saat dicelupkan dengan larutan asam sulfat (H2SO4) ditemukan adanya pergerakan pada kaki depan dan belakang
13 
katak, sementara pada saat dicelupkan dengan air pada kaki depan dan belakang katak tidak menunjukkan adanya pergerakan. Pada saat pencelupan dengan larutan sulfat katak langsung menarik kakinya dikarenaan larutan H2SO4 memberikan rangsangan panas yang membakar kulit dan gerakan ini juga disebut gerakan refleks Menurut Santoso (2010), bahawa mekanisme gerak refleks pada katak yaitu: 1) adanya reseptor rangsangan dari luar, 2) induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang. 3) adanya sinapsis, 4) terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh efektor sebagai respon. Sistem saraf vertebrata memiliki peranan vital, yaitu: a) menerima stimulus dari lingkungan luar dan mengkoordinir respon, b) mengatur agar kerja semua sistem dalam tubuh dapat bekeja sesuai fungsinya, c) empat ingatan dan kecerdasan, pada vertebrata tingkat tinggi (Santoso, 2010). 
Dari keseluruhan hasil percobaan praktikum disimpulkan bahwa katak sawah mempunyai gerak refleks yang sama untuk merespon semua perlakuan yang diberikan. Menurut Rizal (2010), bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain: ada tidaknya rangsangan atau stimulus. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivate dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal. Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsangan.
14 
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
5.1 Kesimpulan 
1. Alat yang mampu menerima rangsang pada katak dinamakan indera (Reseptor), rangsangan dapat berasal dari luar tubuh berupa bau, rasa, sentuhan, cahaya, suhu, tekanan ataupun gaya berat dan indera yang mampu menerimanya disebut reseptor luar (ekteroseptor). 
2. Pada perlakuan perusakan otak katak sawah sebesar 1 cm tidak ditemukan adanya respon pada pembalikan badan, sementara pada kaki depan dan belakang pada saat dijepit dengan pinset menunjukkan adanya pergerakan. 
3. Pada perusakan sumsum tulang belakang ½ cm terjadi pembalikan tubuh katak, sementara pada gerakan kaki depan dan belakang pada saat ditekan dengan pinset tidak menimbulkan gerakan, pada perusakan sumsum tulang belakang 3/4 cm masih terjadi pembalikan badan sementara pada gerakan kaki depan tidak ditemukan adanya respon dan kaki belakang ditemukan adanya respon. 4. Pada percobaan katak kontrol, pada saat dicelupkan dengan larutan asam sulfat (H2SO4) ditemukan adanya pergerakan pada kaki depan dan belakang katak, sementara pada saat dicelupkan dengan air pada kaki depan dan belakang katak tidak menunjukkan adanya pergerakan. 5. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal katak antara lain ada tidaknya rangsangan atau stimulus, rangsangan dari luar adalah derivate dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya 
5.2 Saran 
Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan lebih serius agar pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancer dan hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
15 
DAFTAR PUSTAKA 
Andi, E. 2011. Perbedaan Kontraksi Otot Jantung Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Brawijaya. Indralaya. 
Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System Organ Ikan Yang Berbasis Scl Pada Matakuliah Ikhtiologi. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. 
Christy, M. 2008. Kontraksi Otot Jantung Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 
Fujaya, M. 2002. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 
Omar, S. A. 2011. Iktiologi. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. 
Rafael. 2011. Kontraksi Otot Jantung Ikan. Universitas Gunadarma. Bandung. 
Rizal. O. 2008. Sistem Peredaran Darah Pada Ikan. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. 
Santoso, I. 2010. Sifat Reproduksi dan Kebiasaan Makan dilihat Dari Aspek Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 
Timang, Y., Sitti, R. A., Muhammad, R. A dan Rispa, Y. A. 2010. Sistem Sirkulasi Dan Jantung. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. 
Yono, H. 2006. Sistem Otot Daging Ikan. Diakses dari http://materi.learning. Com [12 Maret 2013].

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...Feri Chandra
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi FungiRukmana Suharta
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteriAfifi Rahmadetiassani
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...UNESA
 
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungLaporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungSelly Noviyanty Yunus
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanamanshafirasalsa11
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiDian Khairunnisa
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik SterilisasiRukmana Suharta
 
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 

What's hot (20)

Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
 
Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
laporan fieldtrip herbarium
laporan fieldtrip herbariumlaporan fieldtrip herbarium
laporan fieldtrip herbarium
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
 
Praktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dnaPraktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dna
 
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungLaporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
 
CACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SPCACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SP
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
Praktikum amfibi
Praktikum amfibiPraktikum amfibi
Praktikum amfibi
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
 
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 

Viewers also liked

Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIAKlara Tri Meiyana
 
Laporan katak sawah
Laporan katak sawahLaporan katak sawah
Laporan katak sawahMonika Sari
 
katak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikatorkatak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikatorDina Lubis
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanAzizah Kuswardini
 
Fisiologi hewan
Fisiologi hewanFisiologi hewan
Fisiologi hewanindri951
 

Viewers also liked (9)

Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
 
Laporan katak sawah
Laporan katak sawahLaporan katak sawah
Laporan katak sawah
 
Sistem saraf
Sistem saraf Sistem saraf
Sistem saraf
 
katak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikatorkatak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikator
 
Anestetik lokal
Anestetik lokalAnestetik lokal
Anestetik lokal
 
Sistem2 amfibi
Sistem2 amfibiSistem2 amfibi
Sistem2 amfibi
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
 
sistem saraf
sistem sarafsistem saraf
sistem saraf
 
Fisiologi hewan
Fisiologi hewanFisiologi hewan
Fisiologi hewan
 

Similar to REFLEKS

echinodermata dan vertebrata.docx
echinodermata dan vertebrata.docxechinodermata dan vertebrata.docx
echinodermata dan vertebrata.docxOrzonPrintingTravel
 
Nirga Animalia.pptx
Nirga Animalia.pptxNirga Animalia.pptx
Nirga Animalia.pptxAstriMina1
 
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas bThv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas bMaratus Solikhah
 
Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia
Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia
Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia Fauzan Ardana
 
pembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahpembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahSitti Nur Fadillah
 
Laporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrataLaporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrataYunita Sari
 
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02Mulya Yanto
 
Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2
Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2
Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2Mohammad Nur
 
3 ikan-dan-katak
3 ikan-dan-katak3 ikan-dan-katak
3 ikan-dan-katakIo rona
 
Power point annelida
Power point annelidaPower point annelida
Power point annelidaImawaty Yulia
 
Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6ikaayu
 

Similar to REFLEKS (20)

ORGANISASI KEHIDUPAN
ORGANISASI KEHIDUPANORGANISASI KEHIDUPAN
ORGANISASI KEHIDUPAN
 
echinodermata dan vertebrata.docx
echinodermata dan vertebrata.docxechinodermata dan vertebrata.docx
echinodermata dan vertebrata.docx
 
Nirga Animalia.pptx
Nirga Animalia.pptxNirga Animalia.pptx
Nirga Animalia.pptx
 
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas bThv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
 
Lkm 2-kelompok-4
Lkm 2-kelompok-4Lkm 2-kelompok-4
Lkm 2-kelompok-4
 
Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia
Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia
Biologi Animalia SMA Kelas 10 Amphibia
 
pembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahpembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basah
 
Laporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrataLaporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrata
 
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
 
Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2
Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2
Rangkuman IPA Kelas 6 Semester 1 - 2
 
Bentuk tubuh
Bentuk tubuhBentuk tubuh
Bentuk tubuh
 
3 ikan-dan-katak
3 ikan-dan-katak3 ikan-dan-katak
3 ikan-dan-katak
 
Annelida
AnnelidaAnnelida
Annelida
 
Power point annelida
Power point annelidaPower point annelida
Power point annelida
 
Chordata
ChordataChordata
Chordata
 
Annelida dan molusca
Annelida dan moluscaAnnelida dan molusca
Annelida dan molusca
 
Xmia4 arthropoda
Xmia4 arthropodaXmia4 arthropoda
Xmia4 arthropoda
 
Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6
 
ppt insekta
ppt insektappt insekta
ppt insekta
 
Reptil, aves, mamalia
Reptil, aves, mamaliaReptil, aves, mamalia
Reptil, aves, mamalia
 

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (19)

PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
LAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARATLAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARAT
 
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio) PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
 
Rasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan GuppyRasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan Guppy
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
Adaptasi  Fisiologis Hewan AirAdaptasi  Fisiologis Hewan Air
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
 
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
 
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang VanamePengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
 
Bab i udangku
Bab i udangkuBab i udangku
Bab i udangku
 

REFLEKS

  • 1. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) Dosen Penanggung Jawab : Dr. Hesti Wahyuningsih, S.si, M.Si Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ir. Nurmatias, S.Pi, M.Si Oleh : Tiur Natalia Manalu 120302028 LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amfibia atau amfibi (amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam yakni di air dan di daratan. Amfibia mempunyai ciri-ciri: 1) tubuh diselubungi kulit yang berlendir, 2) merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm), 3) mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, 4) mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang, 5) matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam, 6) pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam (Burhanuddin, 2008). Katak adalah satu anggota dari kelas Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yag hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di darat. Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk memyngkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melelui epidermis bermuara di permukaan kulit. Mekanisme pernapasannya meliputi dua fase, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Katak yang dijadian bahan penelitian adalah katak sawah (Rana canorivara) (Omar, 2011). Warna katak bermacam-macam dengan pola yang berlainan. Hal ini disebabkan karena adanya pigmen dalam dermis, yaitu: 1) melanopora, berupa warna pigmen yang dapat menyebabkan warna hitam atau coklat, 2) lipopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna merah kuning, 3) gaunopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna biru hijau. Amfibi adalah satwa vertebrata dengan jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4.000 jenis. Walaupun
  • 3. 3 sedikit amfibi merupakan vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang reptil. Dari ketiga ordo tersebut, salamander adalah satu-satunya kelompok yang tidak terdapat di Indonesia. Salamander dijumpai di Amerika utara dan tengah sampai Amerika Selatan bagian utara, Eropa, Afrika, Jepang dan Taiwan. Katak sawah adalah jenis katak yang terdapat banyak di Indonesia, termasuk daerah di NTT. Hal tersebut di sebabkan karena di NTT terdapat banyak lahan persawahan. Dimana sawah merupakan habitat yang paling disukai oleh hewan tersebut (Andi, 2011). Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di perairan dalam, tetapi menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Sama halnya dengan jenis ikan, katak tidak mempunyai leher. Kulitnya lunak dan agak berlendir, tidak mempunyai ekor karena dapat menghalang-halangi gerak meloncat. Fungsi kulit pada katak yaitu untuk melindungi tubuh dari lingkungan luar dan sebagai alat pernafasan. Proses terjadinya pernapasan melalui kulit yang dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir agar permukaan kulit selalu basah. Bentuk kelenjar kulit pada katak seperti piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melalui epidermis yang bermuara di permukaan kulit (Yono, 2006). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan mengamati secara langsung ciri-ciri morfologi dari katak sawah (Fejervarya cancrivora). 2. Untuk mengetahui gerakan-gerakan yang ditimbulkan oleh katak pada berbagai perlakuan baik yang ditimbulkan oleh respon otak maupun sumsum tulang belakang 3. Untuk mengetahui gerak refleks yang terjadi pada spinal katak sawah. 1.3 Manfaat Praktikum Manfaat praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Fisiologi Hewan Air dan sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) Katak sawah memiliki tubuh yang kecil sampai agak besar. Gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot besar .Katak jantan dewasa memiliki ukuran sekitar 60 mm dan betina dewasa berukuran sekitar 70-80 mm. Namun yang terbesar bisa sampai dengan 120 mm SVL (snout vent length, dari moncong ke anus). Spesimen yang kecil agak sulit dibedakan dengan kodok Tegalan (F.lomnocharis). Pungungnya berwarna lumpur kecoklatan dengan bercak-bercak gelap yang tidak simetris. Terkadang terdapat warna hijau lumut terang pada individu dengan ukran yang besar. Sisi tubuh dan lipatan paha dengan bercak-bercak hitam. Kaki depan dan belakang kerap bercoreng-coreng hitam. Bibir juga berbelang 2-3 belang hitam. Terdapat lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas punggung, serupa jalur bintil atau pematang. Kaki dengan selaput renang yang penuh sampai ujung jari, kecuali pada jari kaki keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat sisi dalam (pangkal jari pertama) kaki, bentuknya memanjang (Christy, 2008). Tubuh katak sawah terbagi menjadi kepala dan badan (tidak ada leher). Terdapat dua pasang apendiks lokomotor (yang belakang sangat panjang).Kulit lunak, tidak bersisik. Lubang hidung antori-dorsal, mata dorsal, besar, membran timpaniv, dorsal berada di belakang dekat mata dan mulut sangat lebar. Tiap tangan mempunyai 4 jari, jari kelima rudimeter. Tiap kaki mempunyai 5 buah jari dengan selaput antar jari – jari. Kulit katak sawah memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katak dapat berubah sesuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas (Omar, 2013).
  • 5. 5 2.2 Gerak Refleks pada Spinal Katak Semua penyebab terjadinya perubahan dalam tubuh atau bagian tubuh disebut rangsang. Alat yang mampu menerima rangsang dinamakan Indera (Reseptor). Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh, misalnya berupa bau, rasa, sentuhan, cahaya, suhu, tekanan ataupun gaya berat. Indera yang mampu menerimanya disebut reseptor luar (ekteroseptor). Rangsangan dari dalam tubuh sendiri antara lain dapat berupa rasa lapar, kenyang, nyeri dan kelelahan. Indera penerimanya disebut reseptor dalam (Interoseptor). Jadi reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Rangsangan yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan ke system saraf pusat oleh neuron sensori dan tanggapan akan disampaikan oleh neuron motor ke efektor, misalnya otot dan kelenjar. Jadi efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan (Rafael, 2011). Sistem saraf pada Amphibi dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Pada amphibi, Otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang juga dibungkus oleh 2 lapisan selaput yaitu durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan jaringan saraf. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale dan terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Sistem saraf amphibi terdiri dari otak. Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan berkembang lebih baik sehingga amphibi memiliki penglihatan yang baik. Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih (Andi, 2011). Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini
  • 6. 6 bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya. Sel neuron terdiri atas tiga bagian 1) badan sel yang mengandung nukleus dan nukleolus serta berwarna kelabu, 2) endrit merupakan lanjutan plasma yang berfungsi menyampaikan impuls saraf (informasi) menuju ke badan sel dan 3) akson berfungsi meneruskan informasi dari badan sel ke sel lain (Christy, 2008). Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 bagian: a) neuron sensorik (nouron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya, b) neuron motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor, c) neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang lainnya, 4) neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat dalam sumsum tulang belakang atau di otak (Rafael, 2011). Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk kedalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral (Omar, 2011). Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
  • 7. 7 tidak melewati otak. Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak. Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada organ reseptor - sel saraf sensorik - sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang - sel saraf motorik - respon pada organ efektor. Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung refleks. Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung (asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti gerak mengedip atau mempersempit pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum tulang belakang terjadi apabila sel saraf penghubung terdapat di dalam sumsum tulang belakang seperti refleks pada lutut (Fujaya, 2002). Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, diperlukan satu mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam akson tanpa menimbulkan kerusakan pada akson tersebut. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, plektus dan ganglia. Perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi. Perusakan ¼ cm dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk perusakan ½ cm dan ¾ cm sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah. (Timang dkk., 2010). Mekanisme gerak refleks pada katak yaitu : 1) adanya reseptor rangsangan dari luar, 2) induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang. 3) adanya sinapsis, 4) terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh efektor sebagai respon. Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi
  • 8. 8 intrasel ditengahi oleh impuls saraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung- gelembung berjalan yang berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron- neuron dan antara neuron otot seringkali di mediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter. Sistem saraf vertebrata memiliki peranan vital, yaitu: a) menerima stimulus dari lingkungan luar dan mengkoordinir respon, b) mengatur agar kerja semua sistem dalam tubuh dapat bekeja sesuai fungsinya, c) empat ingatan dan kecerdasan, pada vertebrata tingkat tinggi (Santoso, 2010). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain: ada tidaknya rangsangan atau stimulus. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivate dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan- hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal. Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangasangan (Rizal, 2008).
  • 9. 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 06 Mei 2014 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai, tempat di Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu: jarum untuk menusuk dan mengorek bagian spinal katak, pinset untuk menahan katak agar tidak melompat, nampan sebagai tempat katak untuk diamati, botol film sebagai wadah air dan asam sulfat (H2SO4), kain lap/tissue yang digunakan untuk membersihkan alat-alat yang digunakan dan alat tulis untuk mencatat data hasil praktikum serta kamera digital sebagai alat dokumentasi. Bahan yang digunakan adalah katak sawah (Fejervarya cancrivora) yang akan diamati gerak refleks spinalnya, larutan asam sulfat (H2SO4) untuk menimbulkan panas atau luka bakar dan air untuk mencuci bagian tubuh yang dicelupkan asam sulfat (H2SO4). 3.3 Prosedur Kerja 1. Otak katak dirusak, pada batas kepala dengan punggung jarum ditusukkan kurang lebih 1 cm kemudian dikorek-korek dan katak ditelentangkan di atas nampan, perhatikan sikap katak apakah ada gerak refleks. 2. Tulang rahang bawah katak dijepit, jika kaki belakangnya dipijat dengan pinset dicatat gerakan apa yang terjadi. 3. Kaki katak dimasukkan kedalam asam sulfat, diamati gerakan kaki katak. Kemudian dicuci denagn air dalam gelas dan dicatat gerakan apa yang terjadi. 4. Tusuk sumsum tulang belakang daerah dada katak dengan memasukkan jarum (½ cm, ¼ cm dan 1 cm ) ke dalam saluran tulang punggung dan diamati gerakan pada katak.
  • 10. 10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Adapun hasil yang didapat dari percobaan praktikum ini sebagai berikut: Gambar 1. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) Klasifikasi katak sawah (Fejervarya cancrivora) menurut Christy (2008), adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Amfibia Ordo : Anura Famili : Ranidae Genus : Fejervarya Spesies : Fejervarya cancrivora Data Pengamatan No Perlakuan Respon Pembalikan Badan Gerakan Kaki Depan Gerakan Kaki Belakang 1 Perusakan otak 1 cm tidak ada pembalikan ada pergerakan ada pergerakan
  • 11. 11 2 Perusakan pada sumsum tulang belakang ½ cm berbalik badan tidak ada pergerakan tidak ada pergerakan 3 Peruskan sumsum tulang belakang ¾ cm ada pembalikan tidak ada pergerakan ada pergerakan 4 Perusakan sumsum tulang belakang 1cm ada pembalikan ada pergerakan tidak ada pergerakan 5 Kontrol - Dicelupkan asam sulfat - ada pergerakan tidak ada pergerakan - Dicelupkan air - ada pergerakan tidak ada pergerakan 4.2 Pembahasan Dari hasil praktikum dapat dilahat bahwa organisme atau hewan yang akan diamati gerak refleksnya dalah katak sawah. Katak memiliki spinal yang sangat mudah diamati gerak refleksnya. Semua penyebab terjadinya perubahan dalam tubuh atau bagian tubuh disebut rangsang. Hal ini sesuai dengan (Rafael, 2011), bahwa alat yang mampu menerima rangsang dinamakan Indera (Reseptor). Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh, misalnya berupa bau, rasa, sentuhan, cahaya, suhu, tekanan ataupun gaya berat. Indera yang mampu menerimanya disebut reseptor luar (ekteroseptor). Rangsangan dari dalam tubuh sendiri antara lain dapat berupa rasa lapar, kenyang, nyeri dan kelelahan. Indera penerimanya disebut reseptor dalam (Interoseptor). Jadi reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Rangsangan yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan ke system saraf pusat oleh neuron sensori dan tanggapan akan disampaikan oleh neuron motor ke efektor, misalnya otot dan kelenjar. Jadi efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan.
  • 12. 12 Pada perlakuan perusakan otak katak sawah sebesar 1 cm tidak ditemukan adanya respon pada pembalikan badan, sementara pada kaki depan dan belakang pada saat dijepit dengan pinset menunjukkan adanya pergerakan. Gerakan menarik kaki pada katak sawah secara spontan disebut gerakan refleks. Sesuai dengan Fujaya (2002), bahwa gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak. Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada organ reseptor-sel saraf sensorik-sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang-sel saraf motorik-respon pada organ efektor. Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung reflek. Pada saat percobaan praktikum dengan perusakan sumsum tulang belakang ½ cm terjadi pembalikan tubuh katak, sementara pada gerakan kaki depan dan belakang pada saat ditekan dengan pinset tidak menimbulkan gerakan. Pada perusakan ¾ cm sumsum tulang belakang masih terjadi pembalikan badan sementara pada gerakan kaki depan tidak ditemukan adanya respon dan kaki belakang ditemukan adanya respon. Perusakan sumsum tulang belakang 1 cm juga ditemukan adanya respon pembalikan badan, sementara pada kaki depan tidak ditemukan adanya respon dan kaki belakang menunjukkan respon yang nyata. Menurut Timang dkk (2010) bahwa perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi. Perusakan ¼ cm dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk perusakan ½ cm dan ¾ cm sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah. Pada percobaan katak kontrol, pada saat dicelupkan dengan larutan asam sulfat (H2SO4) ditemukan adanya pergerakan pada kaki depan dan belakang
  • 13. 13 katak, sementara pada saat dicelupkan dengan air pada kaki depan dan belakang katak tidak menunjukkan adanya pergerakan. Pada saat pencelupan dengan larutan sulfat katak langsung menarik kakinya dikarenaan larutan H2SO4 memberikan rangsangan panas yang membakar kulit dan gerakan ini juga disebut gerakan refleks Menurut Santoso (2010), bahawa mekanisme gerak refleks pada katak yaitu: 1) adanya reseptor rangsangan dari luar, 2) induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang. 3) adanya sinapsis, 4) terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh efektor sebagai respon. Sistem saraf vertebrata memiliki peranan vital, yaitu: a) menerima stimulus dari lingkungan luar dan mengkoordinir respon, b) mengatur agar kerja semua sistem dalam tubuh dapat bekeja sesuai fungsinya, c) empat ingatan dan kecerdasan, pada vertebrata tingkat tinggi (Santoso, 2010). Dari keseluruhan hasil percobaan praktikum disimpulkan bahwa katak sawah mempunyai gerak refleks yang sama untuk merespon semua perlakuan yang diberikan. Menurut Rizal (2010), bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain: ada tidaknya rangsangan atau stimulus. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivate dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal. Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsangan.
  • 14. 14 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Alat yang mampu menerima rangsang pada katak dinamakan indera (Reseptor), rangsangan dapat berasal dari luar tubuh berupa bau, rasa, sentuhan, cahaya, suhu, tekanan ataupun gaya berat dan indera yang mampu menerimanya disebut reseptor luar (ekteroseptor). 2. Pada perlakuan perusakan otak katak sawah sebesar 1 cm tidak ditemukan adanya respon pada pembalikan badan, sementara pada kaki depan dan belakang pada saat dijepit dengan pinset menunjukkan adanya pergerakan. 3. Pada perusakan sumsum tulang belakang ½ cm terjadi pembalikan tubuh katak, sementara pada gerakan kaki depan dan belakang pada saat ditekan dengan pinset tidak menimbulkan gerakan, pada perusakan sumsum tulang belakang 3/4 cm masih terjadi pembalikan badan sementara pada gerakan kaki depan tidak ditemukan adanya respon dan kaki belakang ditemukan adanya respon. 4. Pada percobaan katak kontrol, pada saat dicelupkan dengan larutan asam sulfat (H2SO4) ditemukan adanya pergerakan pada kaki depan dan belakang katak, sementara pada saat dicelupkan dengan air pada kaki depan dan belakang katak tidak menunjukkan adanya pergerakan. 5. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal katak antara lain ada tidaknya rangsangan atau stimulus, rangsangan dari luar adalah derivate dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya 5.2 Saran Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan lebih serius agar pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancer dan hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA Andi, E. 2011. Perbedaan Kontraksi Otot Jantung Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Brawijaya. Indralaya. Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System Organ Ikan Yang Berbasis Scl Pada Matakuliah Ikhtiologi. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. Christy, M. 2008. Kontraksi Otot Jantung Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Fujaya, M. 2002. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Omar, S. A. 2011. Iktiologi. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. Rafael. 2011. Kontraksi Otot Jantung Ikan. Universitas Gunadarma. Bandung. Rizal. O. 2008. Sistem Peredaran Darah Pada Ikan. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. Santoso, I. 2010. Sifat Reproduksi dan Kebiasaan Makan dilihat Dari Aspek Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Timang, Y., Sitti, R. A., Muhammad, R. A dan Rispa, Y. A. 2010. Sistem Sirkulasi Dan Jantung. [Buku]. Universitas Hasanuddin. Makassar. Yono, H. 2006. Sistem Otot Daging Ikan. Diakses dari http://materi.learning. Com [12 Maret 2013].