SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
k.wr ‘14
ANALISIS DENGAN SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM
TUJUAN PERCOBAAN
 Menentukan kadar Zn dalam urine
 Melakukan analisis Cu dan Pb dalam larutan electroplating nikel dengan AAS
DASAR TEORI
Prinsip dasar spektrofotometer serapan atom (AAS) yakni atom-atom suatu logam
dalam suatu nyala dan serapannya pada suatu pita radiasi sempit yang dihasilkan oleh suatu
lampu katoda rongga. Lapu katoda rongga dilapisi dengan logam tertentu yang sedang
ditentukan (Watson, 2005).
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk menentukan
konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi
sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar. Proses penyerapan energi
terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses
penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom
meloncat ke tingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap
sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi
radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat absorbansi atau radiasi yang diteruskan
(transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan (Alvian, 2007).
Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas komponen-komponen berikut ini
(Watson, 2005).
 Sumber cahaya, lampu katoda berongga yang dilapisi unsur yang dianalisis.
 Nyala, biasanya berupa udara yang menghasilkan suhu ±2500⁰C atau asetilen yang
dapat menghasilkan suhu sampai 3000⁰C.
 Monokromator, digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang sedang
diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang
dipancarkan oleh lampu katoda rongga ini.
 Detector, berupa sel fotosensitif.
Skema alat AAS dalah sebagai berikut (Watson, 2005).
Analisis kuantitatif AAS didasarkan pada kalibrasi eksternal standar. Dalam serapan
atom, penyimpangan dari linearitas ditemui lebih sering daripada dalam penyerapan molekul.
k.wr ‘14
Dengan demikian, analisis tidak boleh didasarkan pada pengukuran standar tunggal dengan
asumsi bahwa Hukum Beer sedang fol-lowed. Selain itu, produksi dari uap atom melibatkan
cukup label variable yang tidak terkontrol untuk menjamin mengukur absorbansi setidaknya
satu larutan standar setiap kali analisis dilakukan (Skoog, 2004).
Kelebihan yang dimiliki AAS yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang
sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh,
output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis. AAS juga peka dibandingkan dengan SEA
(metode analisis yang sangat spesifik yang bermanfaat dalam beberapa aspek pengendalian
mutu). Keterbatasan AAS yaitu hanya dapat diterapkan pada unsur logam saja dan tiap unsure
memerlukan lampu katoda rongga yang berbeda untuk penentuannya (Watson, 2005).
Range konsentrasi sampel yang dapat dianalisis adalah sebagai berikut.
*berdasarkan 10μL sampel (Skoog, 2004).
Interferensi pada AAS adalah sebagai berikut.
 Interferensi matrix, di mana sampel lebih kental dapat menyebabkan perbedaan dalam
tingkat serapan sampel karena perubahan dalam efisiensi nebulisasi. Dapat diatasi
dengan mencocokkan sedekat mungkin komposisi matriks standar dan sampel.
 Interferensi kimia, sampel mengandung spesies yang membentuk senyawa termal stabil
dengan analit yang tidak sepenuhnya terurai oleh energi yang tersedia dalam api. Dapat
diatasi dengan menggunakan suhu nyala yang lebih tinggi (asetilena) dan pelepasan
agen (release agents).
 Interferensi ionisasi, sering terjadi pada panas api. Kelebihan energi api dapat
menyebabkan eksitasi atom keadaan dasar ke keadaan ionik oleh hilangnya elektron
sehingga mengakibatkan penipisan atom keadaan dasar. Dapat ditekan dengan
menambahkan elemen yang lebih mudah terionisasi.
k.wr ‘14
 Interferensi spectra, karena adanya garis serapan atom lain dengan garis spectral. Dapat
diatasi dengan mengukur dan mengurangi penyerapan latar belakang dari total
penyerapan diukur untuk menentukan serapan atom yang benar.
Analisa kuantitatif dalam metode ini ada yakni metode adisi standar seperti dan metode
kurva kalibrasi pada percobaan sebelumnya untuk menentukan kadar besi. Pada dasarnya
kedua metode ini sama, perbedaannya hanya terletak pada penambahan larutan cuplikan
dengan volum yang sama, yang dicampur kedalam larutan standar dengan konsentrasi yang
berbeda pada metode adisi standar, sedangkan pada metode kurva kalibrasi pada penentuan
besi, baik larutan cuplikan dan larutan standar diukur masing-masing, tanpa dilakukan
pencampuran antara larutan standar dan larutan cuplikan. Adapun alasan mengapa pada
metode adisi standar dilakukan penambahan cuplikan pada larutan standar yaitu konsentrasi
cuplikan yang kecil sehingga sulit untuk diukur serapannya. Maka dengan metode ini,
konsentrasi cuplikan menjadi besar dan untuk menentukan konsentrasi cuplikan tinggal
dihitung selisihnya (Day, 1989).
Dari kedua hukum Lambert-Beer diperoleh persamaan sebagai berikut.
Di mana:
Io = intensitas sumber sinar
It = intensitas sinar yang
diteruskan
ɛ = absortivitas molar
b = panjang medium
C = konsentrasi atom-atom yang menyerap
sibar
A = absorbansi
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi atom (Day, 1989).
Metode adisi standar digunakan jika bekerja dengan larutan uji yang rumit sifatnya atau
yang komposisi eksaknya tak diketahui, mungkin sangat sulit atau tidak mungkin menyiapkan
larutan standar yang komposisinya mendekati komposisi contoh. Cara ini dengan penambahan
kuantitas yang diketahui dari ion yang akan ditetapkan, ke dalam sejumlah porsi larutan contoh,
semua larutan yang diperoleh hendaknya diencerkan menjadi volume akhir yang sama.
Absorbansi larutan uji mula-mula diukur dan kemudian tiap larutan yang telah disediakan
diperiksa bergiliran dengan larutan paling pekat terakhir. Kemudian nilai absorbansi dialurkan
terhadap konsentrasi yang ditambahkan, haruslah diperoleh alur garis lurus dan garis itu dapat
diekspolasi ke sumbu konsentrasi titik di mana sumbu itu terbotong memberikan konsentrasi
larutan uji (Basset, 1991).
Menurut Hukum Beer akan berlaku rumus:
Di mana:
k.wr ‘14
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel
At = absorbansi zat sampel + zat standar
Sehingga, dapat dibuat grafik antara At vs Cs yang linear dari ekstrapolasi ke At = 0,
sehingga diperoleh:
Cx = Cs (-1)
Cx = -Cs
METODE PERCOBAAN
 Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini meliputi labu takar, gelas beker,
pipet ukur, pipet tetes, propipet, corong gelas, dan wadah sampel (tempat plastic).
Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini meliputi larutan
stok Zn 100 ppm, larutan stok Cu 100 ppm, larutan stok Pb 100 ppm, larutan NaCl 0,5 M,
larutan KCl 0,02 M, larutan HCl 0,1 M, sampel urine, dan sampel larutan electroplating.
 Cara Kerja
o Penentuan Zn dalam urine
Dibuat larutan NaCl 0,15 M dan 0,3 M. Larutan NaCl 0,15 M dibuat
dengan melarutkan 30 ml larutan NaCl 0,5 M dalam labu takar 100 ml, dan
larutan 0,3 M dibuat dengan melarutkan 60 ml larutan NaCl 0,5 M dalam labu
takar 100 ml. Kemudian dibuat larutan KCl 0,005 M dan 0,01 M. Larutan KCl
0,005 M dibuat dengan melarutkan 25 ml larutan KCl 0,02 M dalam labu takar
100 ml, dan pembuatan larutan KCl 0,01 M dibuat dengan melarutkan 50 ml
larutan KCl 0,02 M dalam labu takar 100 ml. Lalu dibuat campuran larutan NaCl
0,15 M dan KCl 0,005 M sebanyak 100 ml dengan perbandingan 1:1. Dibuat pula
campuran larutan NaCl 0,15 M dan KCl 0,01 M sebanyak 100 ml dengan
perbandingan 1:1.
Setelah itu, dibuat larutan Zn dalam labu takar 25 ml dengan diluents
seperti table di bawah ini.
No
Konsentrasi
Zn (ppm)
Diluent (Pengencer) Volume Zn 100 ppm
yang digunakan (ml)NaCl (M) KCl (M)
1
2
3
4
0
0,5
1
1,5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,5
1
1,5
k.wr ‘14
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
0,15
0,15
0,15
0,3
0,3
0,3
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0
0
0
0
0
0
0
0,005
0,005
0,005
0,01
0,01
0,01
2
0
0,25
0,5
0
0,25
0,5
0
0,25
0,5
0
0,25
0,5
Kemudian masing-masing larutan dalam table diambil 2 ml dan
diencerkan 10 kali dengan larutan HCl 0,1 M dan dibuat pula larutan blankonya.
Sedangkan sampel urine diambil secukupnya dan diencerkan 10 kali dengan HCl
0,1 M. Lalu setiap sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan AAS.
o Penentuan Cu dan Pb dalam larutan electroplating nikel
Disediakan 5 labu takar 25 ml dan ke dalamnya ditambahkan masing-
masing 1 ml larutan sampel. Lalu di setiap labu masing-masing secara berurutan
ditambah akuades untuk membuat larutan Cu 0 ppm, ditambah 1,25 ml larutan
Cu 100 ppm untuk membuat larutan Cu 5 ppm, ditambah 2,5 ml larutan Cu 100
ppm untuk membuat larutan Cu 10 ppm, ditambah 3,75 ml larutan Cu 100 ppm
untuk membuat larutan Cu 15 ppm, ditambah 5 ml larutan Cu 100 ppm untuk
membuat larutan Cu 20 ppm.
Sedangkan pada larutan Pb juga disediakan 5 labu takar 25 ml dan ke
dalamnya ditambahkan masing-masing 1 ml larutan sampel. Lalu di setiap labu
masing-masing secara berurutan ditambah akuades untuk membuat larutan Pb 0
ppm, ditambah 1,25 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 5 ppm,
ditambah 2,5 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 10 ppm,
ditambah 3,75 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 15 ppm, dan
ditambah 5 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 20 ppm.
Setelah itu, setiap larutan diukur absorbansi dari tiap larutan standar dan
larutan sampel (tanpa ditambahkan standar) dengan AAS pada kondisi optimum
untuk pengukuran Cu dan Pb. Percobaan diulang 3 kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
 HASIL PERCOBAAN
o Penentuan Zn dalam urine
k.wr ‘14
 Larutan standar Zn
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0
0,5
1
1,5
2
0,007
0,057
0,041
0,041
0,045
 Larutan standar Zn + NaCl 0,15 M
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0
1
2
0,007
0,069
0,074
 Larutan standar Zn + NaCl 0,3 M
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0
1
2
0,014
0,051
0,058
 Larutan standar Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,005 M
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0
1
2
0,015
0,051
0,065
 Larutan standar Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,01 M
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0
1
2
0,009
0,041
0,038
 Sampel urine = 0,060
o Penentuan Cu dan Pb dalam larutan electroplating nikel
 Absorbansi Cu
Konsentrasi standar (Cs)
(ppm)
Absorbansi total ( )
0
2,5
5
7,5
10
0,196
0,265
0,388
0,476
0,614
 Absorbansi Pb
k.wr ‘14
Konsentrasi standar (Cs)
(ppm)
Absorbansi total ( )
0
2,5
5
7,5
10
0,061
0,123
0,173
0,219
0,257
 PEMBAHASAN
Praktikum ini terdapat dua macam percobaan. Percobaan pertama yakni
penentuan Zn dalam urine, sedangkan percobaan kedua yakni penentuan Cu dan Pb
dalam larutan electroplating nikel.
Walaupun menggunakan alat yang sama yakni AAS, namun pada dua macam
percobaan tersebut harus digunakan dua metode yang berbeda. Pada metode
penentuan Zn dalam urine menggunakan metode kurva kalibrasi, di mana baik larutan
sampel maupun larutan standar diukur absorbansinya masing-masing. Sementara itu,
pada metode penentuan Cu dan Pb dalam larutan elekroplating nikel menggunakan
metode adisi standar, di mana larutan sampel ditambahkan ke dalam larutan standar.
Perbedaan metode ini dilakukan untuk mengurangi segala bentuk interferensi
yang terjadi. Hal ini dikarenakan pada percobaan kedua, jika menggunakan metode
kurva kalibrasi justru dapat menimbulkan interferensi seperti interferensi spectra dan
interferensi kimia. Kejadian ini karena electroplating nikel yang digunakan sangat
sensitive terhadap kondisi operasi. Sifat fisik yang paling penting adalah internal stress
yang sangat dipengaruhi oleh konsentrasi klorida, suhu, pH. Adanya sifat fisik dari
larutan sampel yang mengakibatkan munculnya interferensi matriks pada percobaan
kedua ini.
Selain itu, pada percobaan dilakukan dengan metode adisi standar karena
konsentrasi unsure yang akan dianalisis (Pb dan Cu) sangat kecil dalam sampel, sehingga
sulit untuk diukur serapannya jika menggunakan metode kurva kalibrasi. Penggunaan
metode adisi standar dapat meningkatkan konsentrasi larutan dan tentunya akan lebih
mudah dihitung karena untuk menentukan konsentrasi sampel tinggal dihitung
selisihnya.
Penentuan Zn dalam Urine
Pada percobaan pertama yakni penentuan Zn dalam urine, digunakan larutan
stok Zn 100 ppm. Penentuan Zn ini dilakukan dengan menggunakan metode kurva
kalibrasi. Artinya, pada percobaan ini baik larutan standar maupun larutan sampel
dihitung absorbansinya masing-masing.
k.wr ‘14
Pada percobaan digunakan larutan standar dengan konsentrasi yang bervariasi,
di mana terdapat lima macam variasi pelarut yang digunakan untuk mengencerkan
larutan standar yang akan digunakan tersebut. Sementara untuk larutan stok Zn-nya
juga digunakan konsentrasi yang bervariasi pula.
Variasi konsentrasi pelarut yang digunakan yakni akuades, larutan NaCl 0,15 M;
larutan NaCl 0,3 M; campuran larutan NaCl 0,15 M dan KCl 0,005 M; dan campuran
larutan NaCl 0,15 M dan KCl 0,01 M. Pada larutan stok Zn juga ada variasi pada
konsentrasi larutan Zn yang akan digunakan pula, yakni meliputi antara variasi 0-2 ppm.
Pengenceran ini dilakukan agar larutan tidak terlalu kental sehingga memudahkan
dalam proses pembacaan absorbansinya.
Alasan penggunaan KCl dan NaCl sebagai pelarut untuk larutan standar yakni
dikarenakan sifat urine manusia diketahui memiliki kandungan beberapa unsure selain
kandungan utamanya yang berupa urea. Ion kalium, natrium, dan klor merupakan
bagian dari kandungan urin. Dengan menjadikan KCl dan NaCl sebagai pelarut dari Zn
dapat mempengaruhi kandungan dalam larutan, di mana diharapkan dapat diperoleh
larutan dengan kandungan menyerupai urine yang sesungguhnya.
Penambahan HCl pada percobaan ini tentunya bertujuan untuk membentuk
suasanya asam dan meminimalkan terjadinya oksidasi pada Zn. Selain itu, adanya HCl
akan menjadikan suasana keasaman (pH) dalam larutan tinggi. Kondisi dengan pH yang
lebih tinggi akan mempertinggi nilai absorbansi dalam larutan tersebut. Suasana asam
juga dapat menjaga kejernihan dari larutan. Salah satu sifat dari Zn yakni ketika berada
dalam lingkungan yang terlalu basa akan menghasilkan endapan. Jika larutan
menghasilkan endapan maka dapat menyumbat pipa kapiler dalam alat saat proses
analisis dengan AAS, sehingga larutan tidak dapat mengalir ke dalam AAS.
Pengukuran dengan AAS pada penentuan Zn ini tentunya dilakukan dengan
menggunakan lampu katoda untuk logam Zn. Sebelum dilakukan penembakan oleh
lampu katoda, larutan yang akan diuji akan mengalami atomisasi yakni dengan cara
dibakar dalam tungku dengan menggunakan bahan bakar berupa asetilena dan
oksidator O₂. Setelah itu baru dilakukan penembakan sinar oleh lampu katoda yakni
katoda akan menembakkan sejumlah energy ke suatu atom. Logam yang tertembak
akan mengalami eksitasi electron terluarnya ke tingkat energy yang lebih tinggi. Electron
yang telah mengalami eksitasi akan kembali ke keadaan semula (ground state) dengan
melepaskan energy.
Sinar yang mengenai atom akan diserap oleh atom. Namun, tidak semua sinar
terabsorb oleh atom karena ada sebagian sinar yang diteruskan. Sinar yang diteruskan
inilah yang kemudian masuk ke detector. Pada detector ini sinar yang diterima
kemudian diubah ke dalam sinyal listrik. Sinyal listrik yang dihasilkan sangat lemah
k.wr ‘14
sehingga harus diamplifikasi (penguatan). Setelah itu, baru dapat terbaca sebagai data
pada rekorder.
Berdasarkan hasil percobaan akan diperoleh nilai absorbansi pada setiap larutan.
Untuk sampel urine diperoleh absorbansinya yakni 0,060. Dengan menggunakan nilai
absorbansi tersebut kemudian dibuat grafik hubungan antara konsentrasi (C) vs
absorbansi (A) untuk setiap golongan pelarutnya. Grafik tersebut akan membentuk garis
lurus melewati titik nol dengan slope = ε.b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel
dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva
kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan
menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.
Berdasarkan hasil pembuatan kurva hubungan antara C vs A, untuk golongan
larutan Zn dengan pelarut akuades diperoleh persamaan garis y = 0,012 x + 0,026
dengan R²=0,259. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 2,83 ppm. Dikarenakan
mengalami 1000 kali pengenceran sehingga nilai konsentrasi Zn menjadi 2830 ppm.
Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,15 M diperoleh persamaan garis y = 0,0833 x
+ 0,016 dengan R²=0,805. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 0,528 ppm.
Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga konsentrasi Zn menjadi 132
ppm.
Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,3 M diperoleh persamaan garis y = 0,022 x +
0,019 dengan R²=0,865. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 0,041 ppm.
Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga konsentrasi Zn menjadi 466
ppm.
Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,005 M diperoleh persamaan
garis y = 0,025 x + 0,018 dengan R²=0,939. Sehingga, diperoleh konsentrasi Zn yakni
0,042 ppm. Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga konsentrasi Zn
menjadi 420 ppm.
Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,01 M diperoleh persamaan y =
0,014 x + 0,014 dengan R²=0,673. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 3,286
ppm. Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga nilai konsentrasi Zn
menjadi 821,6 ppm.
Jika melihat data absorbansi pada percobaan ini terlihat hasil yang sangat buruk.
Pada data tersebut nilai absorbansi hampir semua di bawah 0,01. Padahal untuk
menghasilkan analisis AAS yang baik, harus diperoleh nilai absorbansi 0,44 atau rentang
0,2 – 0,8. Apabila nilai absorbansi sangat kecil (<0,2) menandakan bahwa konsentrasi
yang diserap sangat kecil, sehingga nilai It dan Io hampir sama.
Oleh sebab itu, pada penentuan Zn dalam urine tidak diperoleh nilai konsentrasi
Zn yang sesuai dengan literature, di mana kandungan Zn dalam urine orang dewasa
normal yakni antara 0,5 – 1,2 ppm, sedangkan pada hasil percobaan justru diperoleh
k.wr ‘14
hasil konsentrasi Zn yang semuanya diatas 100 ppm. Kesalahan ini mungkin disebabkan
karena kekurangtelitian praktikan dalam pembuatan larutan sampel.
Penentuan Cu dan Pb dalam Larutan Electroplating Nikel
Pada percobaan kedua ini, untuk menentukan konsentrasi Cu dan Pb
menggunakan metode adisi standar, di mana larutan sampel dengan jumlah yang sama
untuk setiap labu takar dan dicampurkan ke dalam larutan standar dengan konsentrasi
larutan standar yang berbeda-beda. Konsentrasi larutan standar yang digunakan baik
pada penentuan Cu dan Pb yakni 0, 5, 10, 15, dan 20 ppm, di mana larutan stok Cu dan
Pb yang digunakan sama-sama berkonsentrasi 100 ppm. Sementara sampel yang
digunakan yaitu sampel electroplating nikel.
Larutan yang telah dibuat kemudian diuji absorbansinya dengan menggunakan
AAS. Prinsip dari AAS ini sama dengan pada percobaan pertama, namun yang
membedakan adalah lampu katoda cekung yang digunakan. Dikarenakan pada
percobaan kedua ini dilakukan analisis untuk logam Cu dan Pb, maka lampu katoda
cekung yang digunakan juga lampu katoda untuk logam Cu dan Pb.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil absorbansi untuk unsure Pb dan Cu
pada konsentrasi larutan standar tertentu. Dari data hasil absorbansi tersebut kemudian
dibuat grafik hubungan antara konsentrasi (C) dan absorbansi (A).
Pada penentuan Cu dalam sampel diperoleh persamaan garis y = 0,041 + 0,178
dengan R²=0,989. Grafik tersebut linear untuk ekstrapolasi ke =0, sehingga dapat
diperoleh nilai konsentrasi Cu yakni 4,34 ppm. Dikarenakan mengalami 25 kali
pengenceran, konsentrasi Cu menjadi 108,54 ppm.
Pada penentuan Pb dalam sampel diperoleh persamaan garis y = 0,019x + 0,069
dengan R²=0,991. Grafik tersebut linear untuk ekstrapolasi ke =0, sehingga dapat
diperoleh nilai konsentrasi Pb yakni 3,63 ppm. Dikarenakan mengalami 25 kali
pengenceran, konsentrasi Cu menjadi 90,79 ppm.
Jika melihat data absorbansi pada percobaan ini memperlihatkan hasil yang baik.
Pada data terlihat nilai absorbansi rata-rata berada dalam rentang 0,2 – 0,8, di mana
pada rentang tersebut merupakan nilai yang baik untuk analisis AAS. Pada kurva juga
memperlihatkan nilai regresi yang hampir mendekati 1 (hampir linear). Sehingga, data
tersebut dapat dikatakan akurat, di mana konsentrasi Cu dalam sampel diperoleh 222,5
ppm dan konsentrasi Pb diperoleh 191,67 ppm.
Pada percobaan ini, setiap larutan perlu dilakukan pengenceran sampai
beberapa kali. Hal ini karena larutan yang terlalu kental (konsentrasinya tinggi) justru
akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya. Grafik antara absorbansi vs
konsentrasi akan linear untuk konsentrasi larutan yang kecil, sedangkan jika
konsentrasinya terlalu besar justru akan menyimpang (tidak linear lagi) karena ada
interaksi antara analit tersebut sehingga mengurangi absorpsi radiasi. Selain itu jika
k.wr ‘14
konsentrasi larutan tinggi akan menghasilkan nilai absorbansi yang tinggi (mungkin bisa
lebih dari 1). Padahal nilai absorbansi yang baik untuk analisis yakni antara 0,2 – 0,8,
sedangkan AAS umumnya mendeteksi antara 0-1. Jadi dapat menimbulkan
kemungkinan senyawa tidak terdeteksi. Demikian pula saat pengenceran tidak boleh
terlalu encer, karena jika terlalu encer (konsentrasinya rendah) juga dapat menghasilkan
nilai absorbansi di bawah 0,2 karena konsentrasi yang diserap sangat kecil.
Sebenarnya pada percobaan ini terdapat interferensi. Misalnya pada percobaan
penentuan Cu dan Pb dalam sampel electroplating nikel. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa pada percobaan tersebut terdapat interferensi matriks, di mana
inerferensi tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik zat yang akan dianalisis. Sehingga, untuk
mengatasi hal tersebut digunakan metode analisis adisi standar. Metode adisi standar
ini dipandang sebagai metode paling aman untuk analisis AAS.
Kendala utama yang terjadi yakni terlalu banyaknya larutan yang harus dibuat
saat preparasi, terutama pada percobaan pertama. Pengenceran bahkan dilakukan
beberapa kali dengan volume yang bervariasi. Hal itu yang kemudian menyebabkan
praktikan akhirnya melakukan beberapa kesalahan seperti kelebihan volume saat
mengencerkan. Sehingga, hal tersebut yang menyebabkan adanya kesalahan yang cukup
fatal pada hasil data yang diperoleh pada percobaan pertama, yang mana akhirnya data
tersebut sangat jauh dari literature.
Mungkin untuk saran agar ada pembagian tugas pada percobaan pertama.
Artinya, pembuatan larutan pada percobaan pertama tidak hanya dilakukan satu
kelompok saja melainkan dibagi menjadi dua kelompok, sehingga tingkat ketelitian bisa
lebih baik.
KESIMPULAN
...
DAFTAR PUSTAKA
Alvian, Z., 2007, Pengaruh pH dan Penambahan Asam Terhadap Penentuan Kadar Unsur Krom
dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, Jurnal Sains Kimia, Vol 11 (1),
Hal 37-41.
Day, dkk., 1989, ANalisis Kimia Kuantitatif, (ditejermahkan oleh: Pujaatmaka), Erlangga, Jakarta.
Skoog, dkk., 2004, Fundamentals Of Analytical Chemistry, Eight Edition, Thomson Learning Inc,
Canada.
Watson, D., 2005, Pharmaceutical Analysis, Elsevier Limited, Oxford.

More Related Content

What's hot

Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonqlp
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaasterias
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriDila Adila
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleDila Adila
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetriwd_amaliah
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)yusbarina
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinDila Adila
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri Afif Randika
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalahaji indras
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriAndreas Cahyadi
 

What's hot (20)

Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Spektro uv-vis
Spektro uv-visSpektro uv-vis
Spektro uv-vis
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan AtomSpektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan Atom
 
Spektroskopi NMR
Spektroskopi NMRSpektroskopi NMR
Spektroskopi NMR
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetri
 

Similar to Analisis dengan spektrometri serapan atom

Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformqlp
 
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi SederhanaPemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhanafirst last
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriqlp
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionqlp
 
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxBahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxFajrianAulia
 
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan kromPada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan kromHendry Stiaone
 
Apriliyanti ppt prospen
Apriliyanti ppt prospenApriliyanti ppt prospen
Apriliyanti ppt prospenAprili yanti
 
Resumee jurnal kalibrasi
Resumee jurnal kalibrasiResumee jurnal kalibrasi
Resumee jurnal kalibrasiEGi Butz
 
Paper instrumen ssa
Paper instrumen ssa Paper instrumen ssa
Paper instrumen ssa jimmy taopan
 

Similar to Analisis dengan spektrometri serapan atom (20)

Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
6.AAS.ppt
6.AAS.ppt6.AAS.ppt
6.AAS.ppt
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Aas
AasAas
Aas
 
Laporan spektronic-20
Laporan spektronic-20Laporan spektronic-20
Laporan spektronic-20
 
Konduktometri
KonduktometriKonduktometri
Konduktometri
 
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi SederhanaPemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
SNI pb 2009.pdf
SNI pb 2009.pdfSNI pb 2009.pdf
SNI pb 2009.pdf
 
Modul praktikum elektrometri
Modul praktikum elektrometriModul praktikum elektrometri
Modul praktikum elektrometri
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxBahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
 
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan kromPada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
 
Apriliyanti ppt prospen
Apriliyanti ppt prospenApriliyanti ppt prospen
Apriliyanti ppt prospen
 
Resumee jurnal kalibrasi
Resumee jurnal kalibrasiResumee jurnal kalibrasi
Resumee jurnal kalibrasi
 
Paper instrumen ssa
Paper instrumen ssa Paper instrumen ssa
Paper instrumen ssa
 
Lapres percobaan avogadro
Lapres percobaan avogadroLapres percobaan avogadro
Lapres percobaan avogadro
 

More from qlp

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseqlp
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcqlp
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanqlp
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidaqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminaqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftolqlp
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerqlp
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanqlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturqlp
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airqlp
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromqlp
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriqlp
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikqlp
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiqlp
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)qlp
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsialqlp
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometriqlp
 

More from qlp (20)

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis imina
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetri
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
 

Recently uploaded

1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...
MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...
MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...YosuaElyakim
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 

Recently uploaded (20)

1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...
MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...
MATERI SESI 1a FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI SKOM 4323 - Konsep-konsep Pemiki...
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 

Analisis dengan spektrometri serapan atom

  • 1. k.wr ‘14 ANALISIS DENGAN SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM TUJUAN PERCOBAAN  Menentukan kadar Zn dalam urine  Melakukan analisis Cu dan Pb dalam larutan electroplating nikel dengan AAS DASAR TEORI Prinsip dasar spektrofotometer serapan atom (AAS) yakni atom-atom suatu logam dalam suatu nyala dan serapannya pada suatu pita radiasi sempit yang dihasilkan oleh suatu lampu katoda rongga. Lapu katoda rongga dilapisi dengan logam tertentu yang sedang ditentukan (Watson, 2005). Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar. Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat absorbansi atau radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan (Alvian, 2007). Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas komponen-komponen berikut ini (Watson, 2005).  Sumber cahaya, lampu katoda berongga yang dilapisi unsur yang dianalisis.  Nyala, biasanya berupa udara yang menghasilkan suhu ±2500⁰C atau asetilen yang dapat menghasilkan suhu sampai 3000⁰C.  Monokromator, digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang sedang diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang dipancarkan oleh lampu katoda rongga ini.  Detector, berupa sel fotosensitif. Skema alat AAS dalah sebagai berikut (Watson, 2005). Analisis kuantitatif AAS didasarkan pada kalibrasi eksternal standar. Dalam serapan atom, penyimpangan dari linearitas ditemui lebih sering daripada dalam penyerapan molekul.
  • 2. k.wr ‘14 Dengan demikian, analisis tidak boleh didasarkan pada pengukuran standar tunggal dengan asumsi bahwa Hukum Beer sedang fol-lowed. Selain itu, produksi dari uap atom melibatkan cukup label variable yang tidak terkontrol untuk menjamin mengukur absorbansi setidaknya satu larutan standar setiap kali analisis dilakukan (Skoog, 2004). Kelebihan yang dimiliki AAS yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis. AAS juga peka dibandingkan dengan SEA (metode analisis yang sangat spesifik yang bermanfaat dalam beberapa aspek pengendalian mutu). Keterbatasan AAS yaitu hanya dapat diterapkan pada unsur logam saja dan tiap unsure memerlukan lampu katoda rongga yang berbeda untuk penentuannya (Watson, 2005). Range konsentrasi sampel yang dapat dianalisis adalah sebagai berikut. *berdasarkan 10μL sampel (Skoog, 2004). Interferensi pada AAS adalah sebagai berikut.  Interferensi matrix, di mana sampel lebih kental dapat menyebabkan perbedaan dalam tingkat serapan sampel karena perubahan dalam efisiensi nebulisasi. Dapat diatasi dengan mencocokkan sedekat mungkin komposisi matriks standar dan sampel.  Interferensi kimia, sampel mengandung spesies yang membentuk senyawa termal stabil dengan analit yang tidak sepenuhnya terurai oleh energi yang tersedia dalam api. Dapat diatasi dengan menggunakan suhu nyala yang lebih tinggi (asetilena) dan pelepasan agen (release agents).  Interferensi ionisasi, sering terjadi pada panas api. Kelebihan energi api dapat menyebabkan eksitasi atom keadaan dasar ke keadaan ionik oleh hilangnya elektron sehingga mengakibatkan penipisan atom keadaan dasar. Dapat ditekan dengan menambahkan elemen yang lebih mudah terionisasi.
  • 3. k.wr ‘14  Interferensi spectra, karena adanya garis serapan atom lain dengan garis spectral. Dapat diatasi dengan mengukur dan mengurangi penyerapan latar belakang dari total penyerapan diukur untuk menentukan serapan atom yang benar. Analisa kuantitatif dalam metode ini ada yakni metode adisi standar seperti dan metode kurva kalibrasi pada percobaan sebelumnya untuk menentukan kadar besi. Pada dasarnya kedua metode ini sama, perbedaannya hanya terletak pada penambahan larutan cuplikan dengan volum yang sama, yang dicampur kedalam larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda pada metode adisi standar, sedangkan pada metode kurva kalibrasi pada penentuan besi, baik larutan cuplikan dan larutan standar diukur masing-masing, tanpa dilakukan pencampuran antara larutan standar dan larutan cuplikan. Adapun alasan mengapa pada metode adisi standar dilakukan penambahan cuplikan pada larutan standar yaitu konsentrasi cuplikan yang kecil sehingga sulit untuk diukur serapannya. Maka dengan metode ini, konsentrasi cuplikan menjadi besar dan untuk menentukan konsentrasi cuplikan tinggal dihitung selisihnya (Day, 1989). Dari kedua hukum Lambert-Beer diperoleh persamaan sebagai berikut. Di mana: Io = intensitas sumber sinar It = intensitas sinar yang diteruskan ɛ = absortivitas molar b = panjang medium C = konsentrasi atom-atom yang menyerap sibar A = absorbansi Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day, 1989). Metode adisi standar digunakan jika bekerja dengan larutan uji yang rumit sifatnya atau yang komposisi eksaknya tak diketahui, mungkin sangat sulit atau tidak mungkin menyiapkan larutan standar yang komposisinya mendekati komposisi contoh. Cara ini dengan penambahan kuantitas yang diketahui dari ion yang akan ditetapkan, ke dalam sejumlah porsi larutan contoh, semua larutan yang diperoleh hendaknya diencerkan menjadi volume akhir yang sama. Absorbansi larutan uji mula-mula diukur dan kemudian tiap larutan yang telah disediakan diperiksa bergiliran dengan larutan paling pekat terakhir. Kemudian nilai absorbansi dialurkan terhadap konsentrasi yang ditambahkan, haruslah diperoleh alur garis lurus dan garis itu dapat diekspolasi ke sumbu konsentrasi titik di mana sumbu itu terbotong memberikan konsentrasi larutan uji (Basset, 1991). Menurut Hukum Beer akan berlaku rumus: Di mana:
  • 4. k.wr ‘14 Cx = konsentrasi zat sampel Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel Ax = absorbansi zat sampel At = absorbansi zat sampel + zat standar Sehingga, dapat dibuat grafik antara At vs Cs yang linear dari ekstrapolasi ke At = 0, sehingga diperoleh: Cx = Cs (-1) Cx = -Cs METODE PERCOBAAN  Alat dan Bahan Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini meliputi labu takar, gelas beker, pipet ukur, pipet tetes, propipet, corong gelas, dan wadah sampel (tempat plastic). Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini meliputi larutan stok Zn 100 ppm, larutan stok Cu 100 ppm, larutan stok Pb 100 ppm, larutan NaCl 0,5 M, larutan KCl 0,02 M, larutan HCl 0,1 M, sampel urine, dan sampel larutan electroplating.  Cara Kerja o Penentuan Zn dalam urine Dibuat larutan NaCl 0,15 M dan 0,3 M. Larutan NaCl 0,15 M dibuat dengan melarutkan 30 ml larutan NaCl 0,5 M dalam labu takar 100 ml, dan larutan 0,3 M dibuat dengan melarutkan 60 ml larutan NaCl 0,5 M dalam labu takar 100 ml. Kemudian dibuat larutan KCl 0,005 M dan 0,01 M. Larutan KCl 0,005 M dibuat dengan melarutkan 25 ml larutan KCl 0,02 M dalam labu takar 100 ml, dan pembuatan larutan KCl 0,01 M dibuat dengan melarutkan 50 ml larutan KCl 0,02 M dalam labu takar 100 ml. Lalu dibuat campuran larutan NaCl 0,15 M dan KCl 0,005 M sebanyak 100 ml dengan perbandingan 1:1. Dibuat pula campuran larutan NaCl 0,15 M dan KCl 0,01 M sebanyak 100 ml dengan perbandingan 1:1. Setelah itu, dibuat larutan Zn dalam labu takar 25 ml dengan diluents seperti table di bawah ini. No Konsentrasi Zn (ppm) Diluent (Pengencer) Volume Zn 100 ppm yang digunakan (ml)NaCl (M) KCl (M) 1 2 3 4 0 0,5 1 1,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,5 1 1,5
  • 5. k.wr ‘14 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 0,15 0,15 0,15 0,3 0,3 0,3 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0 0 0 0 0 0 0 0,005 0,005 0,005 0,01 0,01 0,01 2 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 Kemudian masing-masing larutan dalam table diambil 2 ml dan diencerkan 10 kali dengan larutan HCl 0,1 M dan dibuat pula larutan blankonya. Sedangkan sampel urine diambil secukupnya dan diencerkan 10 kali dengan HCl 0,1 M. Lalu setiap sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan AAS. o Penentuan Cu dan Pb dalam larutan electroplating nikel Disediakan 5 labu takar 25 ml dan ke dalamnya ditambahkan masing- masing 1 ml larutan sampel. Lalu di setiap labu masing-masing secara berurutan ditambah akuades untuk membuat larutan Cu 0 ppm, ditambah 1,25 ml larutan Cu 100 ppm untuk membuat larutan Cu 5 ppm, ditambah 2,5 ml larutan Cu 100 ppm untuk membuat larutan Cu 10 ppm, ditambah 3,75 ml larutan Cu 100 ppm untuk membuat larutan Cu 15 ppm, ditambah 5 ml larutan Cu 100 ppm untuk membuat larutan Cu 20 ppm. Sedangkan pada larutan Pb juga disediakan 5 labu takar 25 ml dan ke dalamnya ditambahkan masing-masing 1 ml larutan sampel. Lalu di setiap labu masing-masing secara berurutan ditambah akuades untuk membuat larutan Pb 0 ppm, ditambah 1,25 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 5 ppm, ditambah 2,5 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 10 ppm, ditambah 3,75 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 15 ppm, dan ditambah 5 ml larutan Pb 100 ppm untuk membuat larutan Pb 20 ppm. Setelah itu, setiap larutan diukur absorbansi dari tiap larutan standar dan larutan sampel (tanpa ditambahkan standar) dengan AAS pada kondisi optimum untuk pengukuran Cu dan Pb. Percobaan diulang 3 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN  HASIL PERCOBAAN o Penentuan Zn dalam urine
  • 6. k.wr ‘14  Larutan standar Zn Konsentrasi (ppm) Absorbansi 0 0,5 1 1,5 2 0,007 0,057 0,041 0,041 0,045  Larutan standar Zn + NaCl 0,15 M Konsentrasi (ppm) Absorbansi 0 1 2 0,007 0,069 0,074  Larutan standar Zn + NaCl 0,3 M Konsentrasi (ppm) Absorbansi 0 1 2 0,014 0,051 0,058  Larutan standar Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,005 M Konsentrasi (ppm) Absorbansi 0 1 2 0,015 0,051 0,065  Larutan standar Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,01 M Konsentrasi (ppm) Absorbansi 0 1 2 0,009 0,041 0,038  Sampel urine = 0,060 o Penentuan Cu dan Pb dalam larutan electroplating nikel  Absorbansi Cu Konsentrasi standar (Cs) (ppm) Absorbansi total ( ) 0 2,5 5 7,5 10 0,196 0,265 0,388 0,476 0,614  Absorbansi Pb
  • 7. k.wr ‘14 Konsentrasi standar (Cs) (ppm) Absorbansi total ( ) 0 2,5 5 7,5 10 0,061 0,123 0,173 0,219 0,257  PEMBAHASAN Praktikum ini terdapat dua macam percobaan. Percobaan pertama yakni penentuan Zn dalam urine, sedangkan percobaan kedua yakni penentuan Cu dan Pb dalam larutan electroplating nikel. Walaupun menggunakan alat yang sama yakni AAS, namun pada dua macam percobaan tersebut harus digunakan dua metode yang berbeda. Pada metode penentuan Zn dalam urine menggunakan metode kurva kalibrasi, di mana baik larutan sampel maupun larutan standar diukur absorbansinya masing-masing. Sementara itu, pada metode penentuan Cu dan Pb dalam larutan elekroplating nikel menggunakan metode adisi standar, di mana larutan sampel ditambahkan ke dalam larutan standar. Perbedaan metode ini dilakukan untuk mengurangi segala bentuk interferensi yang terjadi. Hal ini dikarenakan pada percobaan kedua, jika menggunakan metode kurva kalibrasi justru dapat menimbulkan interferensi seperti interferensi spectra dan interferensi kimia. Kejadian ini karena electroplating nikel yang digunakan sangat sensitive terhadap kondisi operasi. Sifat fisik yang paling penting adalah internal stress yang sangat dipengaruhi oleh konsentrasi klorida, suhu, pH. Adanya sifat fisik dari larutan sampel yang mengakibatkan munculnya interferensi matriks pada percobaan kedua ini. Selain itu, pada percobaan dilakukan dengan metode adisi standar karena konsentrasi unsure yang akan dianalisis (Pb dan Cu) sangat kecil dalam sampel, sehingga sulit untuk diukur serapannya jika menggunakan metode kurva kalibrasi. Penggunaan metode adisi standar dapat meningkatkan konsentrasi larutan dan tentunya akan lebih mudah dihitung karena untuk menentukan konsentrasi sampel tinggal dihitung selisihnya. Penentuan Zn dalam Urine Pada percobaan pertama yakni penentuan Zn dalam urine, digunakan larutan stok Zn 100 ppm. Penentuan Zn ini dilakukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi. Artinya, pada percobaan ini baik larutan standar maupun larutan sampel dihitung absorbansinya masing-masing.
  • 8. k.wr ‘14 Pada percobaan digunakan larutan standar dengan konsentrasi yang bervariasi, di mana terdapat lima macam variasi pelarut yang digunakan untuk mengencerkan larutan standar yang akan digunakan tersebut. Sementara untuk larutan stok Zn-nya juga digunakan konsentrasi yang bervariasi pula. Variasi konsentrasi pelarut yang digunakan yakni akuades, larutan NaCl 0,15 M; larutan NaCl 0,3 M; campuran larutan NaCl 0,15 M dan KCl 0,005 M; dan campuran larutan NaCl 0,15 M dan KCl 0,01 M. Pada larutan stok Zn juga ada variasi pada konsentrasi larutan Zn yang akan digunakan pula, yakni meliputi antara variasi 0-2 ppm. Pengenceran ini dilakukan agar larutan tidak terlalu kental sehingga memudahkan dalam proses pembacaan absorbansinya. Alasan penggunaan KCl dan NaCl sebagai pelarut untuk larutan standar yakni dikarenakan sifat urine manusia diketahui memiliki kandungan beberapa unsure selain kandungan utamanya yang berupa urea. Ion kalium, natrium, dan klor merupakan bagian dari kandungan urin. Dengan menjadikan KCl dan NaCl sebagai pelarut dari Zn dapat mempengaruhi kandungan dalam larutan, di mana diharapkan dapat diperoleh larutan dengan kandungan menyerupai urine yang sesungguhnya. Penambahan HCl pada percobaan ini tentunya bertujuan untuk membentuk suasanya asam dan meminimalkan terjadinya oksidasi pada Zn. Selain itu, adanya HCl akan menjadikan suasana keasaman (pH) dalam larutan tinggi. Kondisi dengan pH yang lebih tinggi akan mempertinggi nilai absorbansi dalam larutan tersebut. Suasana asam juga dapat menjaga kejernihan dari larutan. Salah satu sifat dari Zn yakni ketika berada dalam lingkungan yang terlalu basa akan menghasilkan endapan. Jika larutan menghasilkan endapan maka dapat menyumbat pipa kapiler dalam alat saat proses analisis dengan AAS, sehingga larutan tidak dapat mengalir ke dalam AAS. Pengukuran dengan AAS pada penentuan Zn ini tentunya dilakukan dengan menggunakan lampu katoda untuk logam Zn. Sebelum dilakukan penembakan oleh lampu katoda, larutan yang akan diuji akan mengalami atomisasi yakni dengan cara dibakar dalam tungku dengan menggunakan bahan bakar berupa asetilena dan oksidator O₂. Setelah itu baru dilakukan penembakan sinar oleh lampu katoda yakni katoda akan menembakkan sejumlah energy ke suatu atom. Logam yang tertembak akan mengalami eksitasi electron terluarnya ke tingkat energy yang lebih tinggi. Electron yang telah mengalami eksitasi akan kembali ke keadaan semula (ground state) dengan melepaskan energy. Sinar yang mengenai atom akan diserap oleh atom. Namun, tidak semua sinar terabsorb oleh atom karena ada sebagian sinar yang diteruskan. Sinar yang diteruskan inilah yang kemudian masuk ke detector. Pada detector ini sinar yang diterima kemudian diubah ke dalam sinyal listrik. Sinyal listrik yang dihasilkan sangat lemah
  • 9. k.wr ‘14 sehingga harus diamplifikasi (penguatan). Setelah itu, baru dapat terbaca sebagai data pada rekorder. Berdasarkan hasil percobaan akan diperoleh nilai absorbansi pada setiap larutan. Untuk sampel urine diperoleh absorbansinya yakni 0,060. Dengan menggunakan nilai absorbansi tersebut kemudian dibuat grafik hubungan antara konsentrasi (C) vs absorbansi (A) untuk setiap golongan pelarutnya. Grafik tersebut akan membentuk garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε.b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi. Berdasarkan hasil pembuatan kurva hubungan antara C vs A, untuk golongan larutan Zn dengan pelarut akuades diperoleh persamaan garis y = 0,012 x + 0,026 dengan R²=0,259. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 2,83 ppm. Dikarenakan mengalami 1000 kali pengenceran sehingga nilai konsentrasi Zn menjadi 2830 ppm. Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,15 M diperoleh persamaan garis y = 0,0833 x + 0,016 dengan R²=0,805. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 0,528 ppm. Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga konsentrasi Zn menjadi 132 ppm. Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,3 M diperoleh persamaan garis y = 0,022 x + 0,019 dengan R²=0,865. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 0,041 ppm. Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga konsentrasi Zn menjadi 466 ppm. Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,005 M diperoleh persamaan garis y = 0,025 x + 0,018 dengan R²=0,939. Sehingga, diperoleh konsentrasi Zn yakni 0,042 ppm. Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga konsentrasi Zn menjadi 420 ppm. Untuk golongan larutan Zn + NaCl 0,15 M + KCl 0,01 M diperoleh persamaan y = 0,014 x + 0,014 dengan R²=0,673. Sehingga, diperoleh nilai konsentrasi Zn yakni 3,286 ppm. Dikarenakan mengalami 250 kali pengenceran sehingga nilai konsentrasi Zn menjadi 821,6 ppm. Jika melihat data absorbansi pada percobaan ini terlihat hasil yang sangat buruk. Pada data tersebut nilai absorbansi hampir semua di bawah 0,01. Padahal untuk menghasilkan analisis AAS yang baik, harus diperoleh nilai absorbansi 0,44 atau rentang 0,2 – 0,8. Apabila nilai absorbansi sangat kecil (<0,2) menandakan bahwa konsentrasi yang diserap sangat kecil, sehingga nilai It dan Io hampir sama. Oleh sebab itu, pada penentuan Zn dalam urine tidak diperoleh nilai konsentrasi Zn yang sesuai dengan literature, di mana kandungan Zn dalam urine orang dewasa normal yakni antara 0,5 – 1,2 ppm, sedangkan pada hasil percobaan justru diperoleh
  • 10. k.wr ‘14 hasil konsentrasi Zn yang semuanya diatas 100 ppm. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena kekurangtelitian praktikan dalam pembuatan larutan sampel. Penentuan Cu dan Pb dalam Larutan Electroplating Nikel Pada percobaan kedua ini, untuk menentukan konsentrasi Cu dan Pb menggunakan metode adisi standar, di mana larutan sampel dengan jumlah yang sama untuk setiap labu takar dan dicampurkan ke dalam larutan standar dengan konsentrasi larutan standar yang berbeda-beda. Konsentrasi larutan standar yang digunakan baik pada penentuan Cu dan Pb yakni 0, 5, 10, 15, dan 20 ppm, di mana larutan stok Cu dan Pb yang digunakan sama-sama berkonsentrasi 100 ppm. Sementara sampel yang digunakan yaitu sampel electroplating nikel. Larutan yang telah dibuat kemudian diuji absorbansinya dengan menggunakan AAS. Prinsip dari AAS ini sama dengan pada percobaan pertama, namun yang membedakan adalah lampu katoda cekung yang digunakan. Dikarenakan pada percobaan kedua ini dilakukan analisis untuk logam Cu dan Pb, maka lampu katoda cekung yang digunakan juga lampu katoda untuk logam Cu dan Pb. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil absorbansi untuk unsure Pb dan Cu pada konsentrasi larutan standar tertentu. Dari data hasil absorbansi tersebut kemudian dibuat grafik hubungan antara konsentrasi (C) dan absorbansi (A). Pada penentuan Cu dalam sampel diperoleh persamaan garis y = 0,041 + 0,178 dengan R²=0,989. Grafik tersebut linear untuk ekstrapolasi ke =0, sehingga dapat diperoleh nilai konsentrasi Cu yakni 4,34 ppm. Dikarenakan mengalami 25 kali pengenceran, konsentrasi Cu menjadi 108,54 ppm. Pada penentuan Pb dalam sampel diperoleh persamaan garis y = 0,019x + 0,069 dengan R²=0,991. Grafik tersebut linear untuk ekstrapolasi ke =0, sehingga dapat diperoleh nilai konsentrasi Pb yakni 3,63 ppm. Dikarenakan mengalami 25 kali pengenceran, konsentrasi Cu menjadi 90,79 ppm. Jika melihat data absorbansi pada percobaan ini memperlihatkan hasil yang baik. Pada data terlihat nilai absorbansi rata-rata berada dalam rentang 0,2 – 0,8, di mana pada rentang tersebut merupakan nilai yang baik untuk analisis AAS. Pada kurva juga memperlihatkan nilai regresi yang hampir mendekati 1 (hampir linear). Sehingga, data tersebut dapat dikatakan akurat, di mana konsentrasi Cu dalam sampel diperoleh 222,5 ppm dan konsentrasi Pb diperoleh 191,67 ppm. Pada percobaan ini, setiap larutan perlu dilakukan pengenceran sampai beberapa kali. Hal ini karena larutan yang terlalu kental (konsentrasinya tinggi) justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya. Grafik antara absorbansi vs konsentrasi akan linear untuk konsentrasi larutan yang kecil, sedangkan jika konsentrasinya terlalu besar justru akan menyimpang (tidak linear lagi) karena ada interaksi antara analit tersebut sehingga mengurangi absorpsi radiasi. Selain itu jika
  • 11. k.wr ‘14 konsentrasi larutan tinggi akan menghasilkan nilai absorbansi yang tinggi (mungkin bisa lebih dari 1). Padahal nilai absorbansi yang baik untuk analisis yakni antara 0,2 – 0,8, sedangkan AAS umumnya mendeteksi antara 0-1. Jadi dapat menimbulkan kemungkinan senyawa tidak terdeteksi. Demikian pula saat pengenceran tidak boleh terlalu encer, karena jika terlalu encer (konsentrasinya rendah) juga dapat menghasilkan nilai absorbansi di bawah 0,2 karena konsentrasi yang diserap sangat kecil. Sebenarnya pada percobaan ini terdapat interferensi. Misalnya pada percobaan penentuan Cu dan Pb dalam sampel electroplating nikel. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada percobaan tersebut terdapat interferensi matriks, di mana inerferensi tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik zat yang akan dianalisis. Sehingga, untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode analisis adisi standar. Metode adisi standar ini dipandang sebagai metode paling aman untuk analisis AAS. Kendala utama yang terjadi yakni terlalu banyaknya larutan yang harus dibuat saat preparasi, terutama pada percobaan pertama. Pengenceran bahkan dilakukan beberapa kali dengan volume yang bervariasi. Hal itu yang kemudian menyebabkan praktikan akhirnya melakukan beberapa kesalahan seperti kelebihan volume saat mengencerkan. Sehingga, hal tersebut yang menyebabkan adanya kesalahan yang cukup fatal pada hasil data yang diperoleh pada percobaan pertama, yang mana akhirnya data tersebut sangat jauh dari literature. Mungkin untuk saran agar ada pembagian tugas pada percobaan pertama. Artinya, pembuatan larutan pada percobaan pertama tidak hanya dilakukan satu kelompok saja melainkan dibagi menjadi dua kelompok, sehingga tingkat ketelitian bisa lebih baik. KESIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA Alvian, Z., 2007, Pengaruh pH dan Penambahan Asam Terhadap Penentuan Kadar Unsur Krom dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, Jurnal Sains Kimia, Vol 11 (1), Hal 37-41. Day, dkk., 1989, ANalisis Kimia Kuantitatif, (ditejermahkan oleh: Pujaatmaka), Erlangga, Jakarta. Skoog, dkk., 2004, Fundamentals Of Analytical Chemistry, Eight Edition, Thomson Learning Inc, Canada. Watson, D., 2005, Pharmaceutical Analysis, Elsevier Limited, Oxford.