Transaksi ekonomi dalam Islam mencakup simpan pinjam, ijarah, dan sistem perbankan Islam. Simpan pinjam melibatkan pengumpulan simpanan dan pinjaman kepada anggota dengan syarat-syarat tertentu sesuai hadis Nabi. Ijarah adalah kontrak sewa menyewa dengan dasar Alquran dan hadis. Sistem perbankan Islam menghindari riba dan mengutamakan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan perbankannya.
5. Pengertian
Simpan pinjam adalah simpanan yang
dikumpulkan bersama dan pinjamkan kepada
anggota yang memerlukan pinjaman dalam
berbagai usaha dimana anggota mengajukan
permohonan tertulis kepada pengurus dengan
mencantumkan jumlah uang yang diperlukan
6. Rukun dan syarat simpan pinjam
Rukun dan syarat utang piutang atau simpan pinjam meminjam,
menurut hukum Islam adalah:
a. Yang berpiutang dan yang berutang syaratnya:
1). Sudah baligh dan berakal sehat
2). Yang berpiutang tidak meminta pembayaran melebihi pokok
piutang
3). Peminjam tidak boleh menunda-nunda pembayaran
utangnya.
7. b. Barang (uang) yang diutangkan atau dipinjamkan adalah
milik sah dari yang meminjamkan.
Pengembalian utang tidak boleh kurang nilainya.
Disunahkan mengembalikan lebih dari pokok utangnya.
“Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang membayar utangnya dengan
lebih baik” (HR. Ahmad dan Tirmizi)
8. Hadist tentang Simpan Pinjam
“Setiap piutang yang sengaja untuk mencari manfaat
(pembayaran lebih) adalah riba” (HR. Haris bin Abi Imamah)
“Orang yang mampu yang melalaikan kewajiban
membayar utangnya adalah zalim (HR. Ahmad dan Tirmizi)
12. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan. {Q.S. Az-Zuhkhruf:32}
13. Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah
ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anakanak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika
kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak
itu) untuknya. (Q.S. At-Tahalaq: 6)
14. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang Kuat lagi dapat dipercaya".
{Q.S. Al-Qasas:26}
16. Rukun dan Syarat Ijarah
Rukun Ijarah
Orang yang berakad
Sewa/ imbalan
Manfaat
Sighat atau ijab kabul
17. Syarat Ijarah
Orang yang melakukan Ijarah sudah Baligh dan Berakal
Sehat
Rela / Tidak terpaksa
Objek Ijarah diketahui kondisi dan manfaatnya serta
tidak cacat
Objek Ijarah bisa diserahkan dan dipergunakan secara
langsung
Objek ijarah merupakan sesuatu yang dihalalkan syara’
Hak yang disewakan tidak termasuk suatu kewajiban
bagi
penyewa.
Objek ijarah adalah sesuatu yang biasa disewakan.
18. Sifat Akad/Transaksi Ijarah
Jumhur ulama berpendapat bahwa akad/transaksi
ijarah bersifat mengikat, kecuali ada cacat, atau barang
tersebut tidak bisa dimanfaatkan.
Karena bersifat mengikat, kematian salah satu pihak
yang menyewakan atau penyewa, tidak membatalkan
ijarah.
Manfaat dari sewa menyewa termasuk harta yang bisa
diwariskan.
19. Tanggung Jawab Orang yang Diupah/Digaji
Ijarah yang berupa pekerjaan, apabila orang yang
dipekerjakan itu bersifat pribadi, maka seluruh
pekerjaan yang ditentukan untuk dikerjakan menjadi
tangung jawabnya.
Ulama fikih sepakat, apabila objek yang dikerjakan
rusak ditangan pekerja bukan karena kelalaiannya dan
tidak ada unsur kesengajaan, maka pekerja tidak dapat
dituntut ganti rugi.
20. Berakhirnya Akad Ijarah
Objek Ijarah Hilang
atau Musnah
Habisnya Tenggang
Waktu yang disepakati
dalam Akad/Transaksi
21. Sistem Perbankan yang Islami
Sistem perbankan yang islami maksudnya adalah sistem yang
sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber kepada A-Qur’an
dan Hadits.
Bank Islam Adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lau lintas
pembayaran, serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesusaikan dengan prinsip syariat Islam.
22. Perkembangan Dunia perbankan
Islam
Mesir telah mendirikan bank Islam (Bank Nasional
Nasser tahun 1971).
Dubai, Bank Islam Dubai pada tahun 1975.
Jedah, Saudi arabia, Islamic Development Bank yang
didukung oleh 40 Negara Muslim tanggal 20 Oktober
1975
Bank Islam di Indonesia didirikan atas prakarsa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) diberi nama Bank
Muamalat Indonesia, mulai beroperasi 1 Mei 1992