Makalah ini membahas tentang bahasa baku dan bahasa nonbaku. Secara garis besar makalah ini membahas pengertian bahasa baku, bahasa nonbaku, dan bahasa Indonesia baku serta membandingkan ciri-ciri kedua jenis bahasa tersebut beserta contoh-contoh pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1. TUGAS BAHASA INDONESIA
BAHASA BAKU DAN BAHASA NONBAKU
DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 11
1. JUWAIRIAH ANNISA
2. SULISTYA NINGSIH
3. SYARIVA MARIS
KELAS : FISIKA DIK C 2012
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah “BAHASA BAKU DAN BAHASA NONBAKU” ini
tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas matakuliah bahasa Indonesia .
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada bapak
Drs. Malan Lubis,M.Hum selaku dosen pengampu matakuliah bahasa Indonesia.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
Medan, 01 Maret 2014
Penulis
3. DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………..
i
Daftar isi…………………………………………………………………… ….
ii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………… ….
1
B. Rumusan masalah……………………………………………………
2
C. Tujuan penulisan……………………………………………………..
2
Bab II PEMBAHASAN
A. Pengertian bahasa baku…………………………………………… ….
3
….
5
C. Pengertian bahasa Indonesia baku dan nonbaku…………………… ….
6
D. Ciri-ciri bahasa baku dan nonbaku………………………………
….
7
E. Pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar……………
….
9
B. Pengertian bahasa nonbaku………………………………………
Bab III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………………
12
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai
oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal
bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara berawal dari pernyataaan
sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah pemuda. Menurut Sugono (2007) sikap
politik pemuda nusantara yang menyatakan “memjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
“ merupakan pengakuan terhadap banyaknya bahasa di Indonesia sebanyak 746 bahasa.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat
komunikasi antar etnik yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa
pertama, bahasa Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya
hubungan antar etnik di Indonesia.
Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara yang ditetapkan sehari setelah
hari proklamasi kemerdekaan republik Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam pasal 36
UUD 1945, sejak saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan dalam
mengelola Negara dalam situasi formal, seperti interaksi di kantor-kantor, di sekolah-sekolah,
pidato dan ceramah serta secara tertulis dalam buku. Namun tidak semua orang menggunakan
tatacara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu
sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku
cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa
Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar
dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia.
Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku
merupakan standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia.
Istilah
bahasa
baku
telah
dikenal
oleh
masyarakat
secara
luas.
Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan
makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat
berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar
dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak
resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).
5. Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak
berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan
bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas
tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa nonbaku, pengertian bahasa Indonesia
baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa nonbaku, serta pemakaian bahasa Indonesia dengan
baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut ;
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
2. Apa yang dimaksud dengan bahasa non-baku?
3. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
4. Apa ciri-ciri bahasa baku dan bahasa non-baku?
5. Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dari bahasa baku.
2. Mengetahui pengertian bahasa non-baku.
3. Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
4. Dapat menjelaskan cirri-ciri bahasa baku dan bahasa non-baku.
5. Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BAHASA BAKU
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk
dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang
paling betul” bagi sesuatu bahasa.
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.
Hartmann dan Stork (1972: 218) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa
secara sosial lebih digandrungi, seringkali lebih berdasarkan pada ujaran orang-orang yang
berpendidikan di dalam dan di sekitar pusat kebudayaan dan politik suatu masyarakat.
Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu
bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan
disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai
dasar ukuran (nilai, harga, standar).
baku II
saling (1976 : 79)
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata baku juga ada dijelaskan.
baku I
(1) pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan
yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II
saling
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.
baku I
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar
baku II
(Manado), saling (1996 : 144)
Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I.
Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran,
7. atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk
memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang
saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya
dibahas di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi
diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan
norma di dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan
masalah ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa
pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu
dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman
kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma
jangan berubah setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa
menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam
bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis.
Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa
baku.
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat
bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini
bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat
bahasa baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan olehmasyarakat
secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa
dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa
inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai
bentuk bahasa yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan
oleh masyarakat secara luas.
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian
bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima,
dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata
bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf
berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan
umum untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).
8. Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran
teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan
kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan,
secara tertulis maupun terucap.
Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan zaman.Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.
B. PENGERTIAN BAHASA NON-BAKU
Istilah bahasa nonbaku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa
nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”,
“ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah
salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu
dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa
memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa
dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa nonbaku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang
berbeda pelafalan, tata bhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon,
dan Heidi dalam Barus 2014:7)
Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam
yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di
lingkungan tidak resmi.
C. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA BAKU
9. Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh
masyarakat Indonesia secara luas.
Contoh pada Undang-undang dasar :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam
undang-undang tersebut menunjukkan bahasa baku, dan
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara
luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
D. CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA BAKU DAN NONBAKU
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia nonbaku telah dibuat oleh para
pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti
Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia nonbaku itu dibeberkan di bawah ini
setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:
(1) Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif
bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Misalnya,
BAHASA BAKU
Atap
Kalau
Habis
Senin
Mantap
Hilang
Dalam
BAHASA TIDAK BAKU
Atep
Kalo
Abis
Senen
Mantep
Ilang
Dalem
(2) Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi
bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan baik.
10. BAHASA BAKU
Bersama-sama
Melipatgandakan
BAHASA NON BAKU
Bersama2
Melipat gandakan
(3) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya
penipu.
(4) Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
(5) Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan
secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.
(6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.
Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
(7) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
(8) Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia terima.
11. (9) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
saudaranya
dikomentari
mengotori
harganya
(10) Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia
baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Kepala Kantor pergi keluar negeri.
Rumah orang itu bagus.
(11) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis ataudiucapkan secara jelas dan
tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data
dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
(12) Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan,
pergi, tidak begini, begitu, silakan.
(13) Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik
kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
(14) Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan
Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
E. PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap
baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian bahasa
Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa
atau gramatikal bahasa baku. Sebaliknya pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar
12. adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku,
melainkan kaidah gramatikal bahasa nonbaku.
Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa
yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Pemakaian bahasa Indonesia
nonbaku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri
kode bahasa Indonesia nonbaku. Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia
baik baku maupun nonbaku saling mendukung saling berkait. Konsep yang benar adalah
pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Kita harus
memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh karena itu, unsur
umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak
sasaran kita tidak boleh diabaikan.
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Ada empat
hal yang harus diperhatikan, yaitu: tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan.
Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan
dan tulisan. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa
tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam
bermain dengan bahasa.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar:
1.
Tata bunyi (fonologi), misalnya bunyi f,v,dan z. contao kata-kata yang benar adalah
fajar, motif, aktif, variabel, vitamin,devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip,
pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalh lafal juga termasuk aspek tata bunyi.
Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek,
tranmigrasi, ekspot.
2.
Tata bahasa (kata dan kalimat) misalnya, bentuk kata yang benar adalah ubah,
mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawabkan, bukan obah,
rubah, robah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban.
3.
Aspek kosa kata (termasuk istilah), kata-kata seperti bilang, kasih, entar, dan udah
lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan, memberi, sebentar dan sudah dalam
penggunaan bahasa yang benar. Dalam peristilahan, istilah dampak (impact), bandar
udara, keluaran (output) dipilih sebagai istilah yang benar daripada istilah pengaruh,
pelabuhan udara, hasil.
4.
Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, system, objek, jadwal, kualitas,
dan hierarki.
13. 5.
Dari segi maknanya, penggunaan bahas ayang benar bertalian dengan ketepatan
menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam bahasa ilmu
tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan).
14. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang
dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar,digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan,
secara tertulis maupun terucap.
Bahasa nonbaku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dll.