SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
JAWABAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER<br />TEORI KEBUDAYAAN 2010<br />Soal no. 1<br />KEBUDAYAAN SEBAGAI SISTEM STRUKTURAL<br />(Soal dari Prof. Dr. Benny Hoedoro Hoed)<br />oleh:<br />Juniato Sidauruk<br />0906655282<br />PROGRAM PASCASARJANA<br />PROGRAM LINGUISTIK<br />FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA <br />UNIVERSITAS INDONESIA<br />Desember 2010<br />1. Kebudayaan sebagai Sistem Struktural (Prof. Dr. Benny H. Hoed)<br />Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan “struktur”? Kemudian, bagaimana konsep struktur berkembang di kalangan pascastrukturalis? Bagaimana kita memperlihatkan bahwa struktur itu bertransformasi? Jelaskan dengan contoh. (Pilih dua tokoh dari tiga: Barthes, Derrida, atau Kristeva).<br />Untuk memahami pendekatan strukturalis, perlu terlebih dahulu memahami apa yang disebut dengan struktur (Kridalaksana, 1988: 24). Struktur adalah suatu tatanan wujud-wujud berupa bangun teoritis yang terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan (Piaget, 1960). Struktur itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut: <br />Sifat yang mencakup keutuhan (totalitas) dimana struktur merupakan tatanan wujud yang berbentuk kumpulan tiap-tiap komponen struktur yang tunduk pada kaidah intrinsik dan tidak mempunyai keberadaan bebas diluar struktur.<br />Sifat yang mencakup transformatif. Artinya struktur merupakan sifat yang tidak statis. Bahan-bahan baru dapat terus diproses oleh dan melalui struktur itu.<br />Sifat yang mencakup pengaturan diri (otoregulatif) dimana struktur itu tidak pernah meminta bantuan dari luar untuk melaksanakan prosedur transformasional tersebut, jadi struktur  itu bersifat tertutup (Kridalaksana, 1988: 24).<br />Keesing (1971: 6) melihat budaya sebagai sistem struktural. Beliau memberi penjelasan terperinci bahwa di daratan Eropa, Levi-Strauss terus memperdalam pandangannya tentang dunia simbolik manusia dan proses pikiran yang menghasilkan dunia simbolik ini. Pada dasawarsa terakhir, pendekatan strukturalis ini telah memberi dampak yang kuat terhadap banyak sarjana yang belajar dalam tradisi Anglo-Amerika. Selain itu, Levi-Strauss juga memandang budaya sebagai sistem simbolik yang dimiliki bersama, dan merupakan creation of mind secara kumulatif. Dia berusaha menemukan penstrukturan bidang kultural (dalam mitologi, kesenian, kekerabatan, dan bahasa) prinsip-prinsip dari pikiran  (mind) yang menghasilkan budaya itu. <br />Khususnya dalam buku Mythologies (Barthes, 1957), Levi-Strauss lebih memperhatikan quot;
Budayaquot;
 daripada quot;
sebuah budayaquot;
.quot;
 Dia melihat struktur mitologi Indian Amerika sebagai sesuatu yang tumpang-tindih. Struktur ini saling menghubungkan pola-pola organisasi kognitif individu-individu Orang Baroro, atau Orang Winnebago atau Orang Mandan. Bahkan lebih jauh struktur ini melintasi garis sempadan bahasa dan adat yang memisahkan masyarakat yang berbeda tersebut. Karena itulah struktur pemikiran tersebut lebih dipandang sebagai quot;
Budayaquot;
, yaitu bersifat universal, daripada quot;
sebuah budayaquot;
 yang bersifat lokal. <br />Sebetulnya istilah strukturalisme, seperti diungkap Bertens (1985: 386), mengemuka pertama kali pada kongres pertama tentang linguistik yang diadakan di Den Haag pada tahun 1928. Sebagai sebuah mode pemikiran yang mempengaruhi beragam bidang kajian lainnya, strukturalisme memiliki akar dan pertahanannya yang sangat kuat pada pembaruan di bidang linguistik yang diprakarsai oleh Saussure (Bertens, 1985: 381 dan Ritzer, 2003: 52).<br />Pada hakekatnya strukturalisme adalah suatu cara pandang yang menekankan persepsi dan deskripsi tentang struktur yang ditemukan dalam sistem bahasa; terjadi dari tingkat-tingkat struktur dimana terdapat unsur-unsur yang saling berkontras dan berkombinasi untuk membentuk satuan-satuan yang lebih tinggi. Inilah yang menjadi dasar pendekatan strukturalis. Dalam Course de Linguistique Generale (1916), Saussure mengemukakan empat konsep dikotomis, yaitu: langue vs. parole; sintagmatik vs. paradigmatik; sinkronik vs. diakronik; dan signifiant vs. signifiě. <br />Pembedaan bahasa (langage) atas langue dan parole oleh Saussure mempengaruhi tidak hanya strukturalisme tetapi pascastrukturalisme dan pasca-modernisme (Ritzer 2003: 52). Langue adalah sistem dan struktur bahasa yang bersifat abstrak dan dijadikan acuan dalam komunikasi (Hoed (dalam Christommy 2002: 6)). Dalam pengantar terjemahan Indonesia Course de Linguistique Generale, Kridalaksana (1988: 7) menjelaskan bahwa langue merupakan keseluruhan kebiasaan yang diperoleh secara pasif, yang memungkinkan para penutur dapat saling memahami. Adapun parole, seperti diungkap Hoed (dalam Christommy 2002: 6), adalah realisasi langue dalam komunikasi. Pembedaan langue vs. parole ini secara lebih sederhana digambarkan oleh Bertens (1985: 383), bahwa langue merupakan quot;
bahasa sejauh merupakan milik bersamaquot;
 dan parole merupakan quot;
pemakaian bahasa yang individual.quot;
 Kalau dikaitkan dengan Noam Chomsky, langue sebagai competence sedangkan parole itu performance (lihat Chomsky, 2005: 4, 23).<br />Saussure mengenalkan istilah sintagmatik dan paradigmatik untuk menjelaskan sifat relasi antar komponen dalam bahasa. Relasi sintagmatik, seperti diungkap Hoed (dalam Christommy 2002: 6), merupakan relasi antarkomponen dalam struktur. Adapun relasi paradigmatik adalah relasi antara suatu komponen dalam struktur tertentu dengan entitas lain di luar struktur tersebut. Saussure menekankan pentingnya gagasan ini dalam bidang ilmu di luar linguistik. Contoh tiang bangunan. Tiang-tiang pada sebuah bangunan / gedung / rumah panggung (di Minahasa), satu sama lain berhubungan dan saling menopang sehingga kuat atau tidak goyang. Jika seperti ini, berarti peran sintagmatis yang terjadi. Tiang-tiang tersebut beragam, baik dari bahan, gaya dan lainnya. Misalnya sebagai contoh paradigmatik, tiang dengan bahan dasar beton dapat digantikan dengan tiang kayu besi (jenis kayu tropis yang terkenal kekuatannya banyak ditemui di Papua), dalam hal gaya, dapat saja tiang-tiang tersebut bergaya Doria, Ionia, atau Korintia (secara asosiatif).<br />Dalam hal penelitian bahasa, Saussure, seperti diungkap oleh Hoed (dalam Christommy 2002: 7), beranggapan bahwa penelitian sinkronik merupakan dasar bagi penelitian diakronik, yaitu penelitian terhadap bahasa yang melihat perkembangannya dari waktu ke waktu. Penelitian sinkronik terhadap bahasa merupakan penelitian bahasa yang terbatas pada satu lapisan waktu tertentu. Dengan ini, bahasa dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang tetap (Piliang, 2003: 48), dan dapat dibebaskan dari unsur ekstra lingual, termasuk waktu (Bertens, 1985: 385).<br />Seperti ditulis oleh Bertens (1985: 382), pembedaan tanda atas signifiant dan signifiě merupakan pokok terpenting dari pandangan Saussure. Ia berusaha melihat tanda sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu yang bersifat material (signifiant/signifier/penanda) (Piliang, 2003: 47), yaitu image acoustique atau citra bunyi (Saussure, 1973: 146), dengan sesuatu yang abstrak (signifiě/signified/petanda) (Piliang, 2003: 47), yang disebutnya sebagai konsep (Saussure, 1973: 146). Citra bunyi tersebut juga tidak semata-mata fisik, tetapi psikis (psychě: sesuatu yang juga abstrak); penggunaan istilah materil hanya untuk membedakannya dari konsep (yang lebih abstrak) (Saussure 1973: 146). <br />Salah sorang sarjana yang secara konservatif menerapkan teori-teori saussure ialah Roland Barthes (1915-1980). Ia menerapkan model Saussure dalam penelitiannya tentang karya-karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan. Bagi Barthes, komponen-komponen tanda, yakni penanda dan petanda, terdapat juga pada tanda-tanda bukan bahasa. Tanda-tanda itu antara lain terdapat juga pada mitos yakni keseluruhan sistem citra dan kepercayaan yang dibentuk masyarakat untuk mempertahankan dan menonjolkan identitasnya. <br />Hoed (2004: 52-54) menjelaskan bahwa Barthes melihat semua gejala dalam kebudayaan sebagai tanda yang terdiri atas signifiant dan signifie. Ia mencoba untuk menerapkan teori Saussure dalam kebudayaannya sendiri yaitu Perancis. <br />… Pemahaman akan signifant dan signifie sebagai proses dua tahap. Karena signifiant adalah gejala yang ditangkap oleh kognisi manusia juga diproduksi, maka ditinjau dari segi pemroduksi tanda, signifiant disebut expression (E) ’ekspresi atau pengungkapan’, dan signifie sebagai content (C) ’isi atau konsep’. <br />Relasi (R) antara E dan C pada manusia terjadi dalam lebih dari satu tahap. Tahap primer terjadi saat tanda diterima untuk pertama kalinya, R1, E1, C1. pemaknaan tanda tidak hanya terjadi pada tahap primer, tetapi dilanjutkan pada tahap sekunder, yakni R2, E2, dan C2. Proses pengembangan dari sistem primer terdiri atas dua jalur yaitu Pengembangan pada segi E. Hasilnya adalah suatu tanda mempunyai lebih dari satu E untuk C yang sama. Ini disebut proses metabahasa. <br />Pengembangan dari segi C. Hasilnya adalah suatu tanda mempunyai lebih dari satu C untuk E yang sama. Pengembangan makna C ini disebut Barthes sebagai konotasi. Contoh: merah muda (E) yang maknanya (C) dalam sistem primer adalah ‘sejenis warna hasil pencampuran antara merah dan putih’. Dalam proses selanjutnya makna primer itu menjadi berkonotasi ‘cinta’, ‘rindu’ dan ‘sayang’.<br />Konsep bersifat pembeda semata-mata dan secara langsung bergantung pada citra bunyi yang berkaitan. Kaitan keduanya dapat diibaratkan dengan selembar kertas karena tidak mungkin menggunting satu sisi tanpa menggunting sisi yang lain. Dalam tanda bahasa, bila citra akustis berubah, maka berubah pula konsep, dan sebaliknya (Kridalaksana, 1988: 12-13).<br />Strukturalisme pada awalnya melihat struktur kebudayaan sebagai sesuatu yang statis. Dalam perkembangannya strukturalisme melihat kebudayaan sebagai suatu yang dinamis. Hal ini terjadi karena diubah oleh agensi kebudayaan yang terdapat dalam struktur tersebut. Budaya tumbuh dalam suatu kelompok masyarakat. Ia berperan dalam mengendalikan, mengatur pola-pola berperilaku yang dianggap lazim dalam masyarakat penganut kebudayaan tersebut. Contoh agensi (aktor) seperti di Papua ada Kepala Suku, ada pembantu pimpinan, dan tentu masyarakat dalam kelompok tersebut sebagai anggota. <br />Pada dasarnya, struktur dalam sistem yang tumbuh itu terletak pada tataran yang sifatnya abstrak yang dilandasi oleh ide-ide dan historis dalam masyarakat. Hal ini tampak dalam kebudayaan materialistik (konkrit) atau manifestasi eksternal, “surface manifestation” yang bentuknya beragam, misalnya dalam bentuk hukum, peraturan, institusi yang bertujuan demi kemaslahatan dan keharmonisan kehidupan bermasyarakat. Contoh terkini adalah gonjang-ganjing tentang keistimewaan provinsi Yogyakarta, antara sistem yang dianut pemerintahan dan kesultanan Yogya yang berbasis pada kebudayaan dan historis daerah tersebut.<br />Daftar Acuan<br />Barthes, Roland. 1957. Mythologies. Paris: Seuil.<br />Bertens, K. 1985. Filsafat Barat Abad XX (Jilid II): Prancis. Jakarta: Gramedia.<br />Chomsky, Noam. 2005. Language and Mind. 3rd Ed. Cambridge University Press.<br />Hoed, Benny. H. 2002. Strukturalisme, Pragmatik, dan Semiotik dalam Kajian Budaya: Sebuah Pengantar Ringkas dalam Tommy Christommy (ed). 2002. Indonesia: Tanda Yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.<br />Hoed, Benny. H. 2004. “Bahasa dan Sastra dalam Tinjauan Semiotik dan Hermeneutik”. Dalam T. Christomy dan Untung Yuwono (ed). Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia. <br />Keesing, R.M, Keesing, F.M. 1971. New Perspectives in Cultural Antrophology. New   York:   Holt,   Rinehart  & Winston.<br />Kridalaksana, Harimurti. 1988. Mongin Ferdinand Saussure (1857: 1913): Bapak Linguistik Modern dan Pelopor Strukturalisme. Dalam Ferdinand Saussure. 1973/1988 Pengantar Linguistik Umum.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.<br />Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Bandung: Jalasutra.<br />Ritzer, George. 2003. Teori Sosial Postmodern. Terjemahan The Postmodern Social Theory oleh Muhammad Taufiq. Yogyakarta: Kreasi Wacana.<br />Saussure, Ferdinand de. 1973/1988. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan Cours de Linguistique Generale oleh Rahayu S. Hidayat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.<br />
Kebudayaan
Kebudayaan
Kebudayaan
Kebudayaan
Kebudayaan

More Related Content

What's hot

Bahasa baku bahasa indonesia
Bahasa baku bahasa indonesiaBahasa baku bahasa indonesia
Bahasa baku bahasa indonesiajiah_siregar
 
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahStruktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahImroati Ar
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikDiana NakEmak
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomskykholid harras
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Hildadp
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikRomza Baher
 
Metode dan teknik
Metode dan teknikMetode dan teknik
Metode dan teknikastutyutomo
 
Bagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budayaBagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budayaRatih Aini
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikYudha Fadillah
 
Macam macam-majas-gaya-bahasa
Macam macam-majas-gaya-bahasaMacam macam-majas-gaya-bahasa
Macam macam-majas-gaya-bahasaRizka Jayusman
 
Proposal linguistik
Proposal linguistikProposal linguistik
Proposal linguistikYeti Dwi
 
Bunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiBunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiRestu Waras Toto
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikamnalfian7
 

What's hot (20)

Topik tema karangan
Topik tema karanganTopik tema karangan
Topik tema karangan
 
Fonemik
FonemikFonemik
Fonemik
 
Bahasa baku bahasa indonesia
Bahasa baku bahasa indonesiaBahasa baku bahasa indonesia
Bahasa baku bahasa indonesia
 
Ragam Lisan Dan Tulisan
Ragam Lisan Dan TulisanRagam Lisan Dan Tulisan
Ragam Lisan Dan Tulisan
 
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahStruktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
 
Retorika
Retorika Retorika
Retorika
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomsky
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3
 
Artikel pancasila
Artikel pancasilaArtikel pancasila
Artikel pancasila
 
Makalah retorika
Makalah retorika Makalah retorika
Makalah retorika
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantik
 
Metode dan teknik
Metode dan teknikMetode dan teknik
Metode dan teknik
 
Bagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budayaBagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budaya
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
 
Konsep Dasar Retorika
Konsep Dasar RetorikaKonsep Dasar Retorika
Konsep Dasar Retorika
 
Macam macam-majas-gaya-bahasa
Macam macam-majas-gaya-bahasaMacam macam-majas-gaya-bahasa
Macam macam-majas-gaya-bahasa
 
Proposal linguistik
Proposal linguistikProposal linguistik
Proposal linguistik
 
Bunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiBunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyi
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etika
 

Viewers also liked (20)

Aeromovel
AeromovelAeromovel
Aeromovel
 
Pedoman Berkebun Anggrek
Pedoman Berkebun AnggrekPedoman Berkebun Anggrek
Pedoman Berkebun Anggrek
 
200 cabang biologi
200 cabang biologi200 cabang biologi
200 cabang biologi
 
Taubat
TaubatTaubat
Taubat
 
Amplop
AmplopAmplop
Amplop
 
Cerpen Tiara
Cerpen TiaraCerpen Tiara
Cerpen Tiara
 
Anaconda.
Anaconda.Anaconda.
Anaconda.
 
Belajar Matematika
Belajar MatematikaBelajar Matematika
Belajar Matematika
 
Tinjauan ergonomi
Tinjauan ergonomiTinjauan ergonomi
Tinjauan ergonomi
 
anca
ancaanca
anca
 
Alat alat musik
Alat alat musikAlat alat musik
Alat alat musik
 
Text anekdot
Text anekdotText anekdot
Text anekdot
 
A Hassan
A HassanA Hassan
A Hassan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ampunkan Daku
Ampunkan DakuAmpunkan Daku
Ampunkan Daku
 
Aforismes i poemes
Aforismes i poemesAforismes i poemes
Aforismes i poemes
 
Aglomerasi
AglomerasiAglomerasi
Aglomerasi
 
Akuifer
AkuiferAkuifer
Akuifer
 
Pezz betta
Pezz bettaPezz betta
Pezz betta
 
Dêdongengan
DêdongenganDêdongengan
Dêdongengan
 

Similar to Kebudayaan

Uas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okkeUas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okkejuniato
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysisjuniato
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysisjuniato
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysisjuniato
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMila Wati
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasOktari Aneliya
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)UIN Surabaya
 
Linguistik baru
Linguistik baruLinguistik baru
Linguistik baru68su01niza
 
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2Orangpintar Smartist
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Marliena An
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraNisha Komik
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysisMerdina Ziraluo
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikkholid harras
 
TUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.doc
TUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.docTUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.doc
TUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.docselawati12
 
Teori roland barthes
Teori roland barthesTeori roland barthes
Teori roland barthesRestuads
 
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdfSEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdfekaweka7
 
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Yunita Wirapraja
 

Similar to Kebudayaan (20)

Uas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okkeUas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okke
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
 
Linguistik baru
Linguistik baruLinguistik baru
Linguistik baru
 
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
TUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.doc
TUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.docTUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.doc
TUGAS UTS ANTROPOLOGI KOMUNIKASI SELAWATI.doc
 
Teori roland barthes
Teori roland barthesTeori roland barthes
Teori roland barthes
 
Semantik
Semantik Semantik
Semantik
 
Definisi analisis wacana
Definisi analisis wacanaDefinisi analisis wacana
Definisi analisis wacana
 
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdfSEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
 
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
 
Pengantar semiotika
Pengantar semiotikaPengantar semiotika
Pengantar semiotika
 

More from juniato

Jadwal simulasi sidang ta
Jadwal simulasi sidang taJadwal simulasi sidang ta
Jadwal simulasi sidang tajuniato
 
Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)juniato
 
Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)juniato
 
Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)juniato
 
Perspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidauruk
Perspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidaurukPerspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidauruk
Perspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidaurukjuniato
 
Nilai hadir n tugas margonda
Nilai hadir n tugas margondaNilai hadir n tugas margonda
Nilai hadir n tugas margondajuniato
 
Nilai hadir n tugas fatmawati
Nilai hadir n tugas fatmawatiNilai hadir n tugas fatmawati
Nilai hadir n tugas fatmawatijuniato
 
Newest tugas
Newest tugasNewest tugas
Newest tugasjuniato
 
Nilai uts n tugas
Nilai uts n tugasNilai uts n tugas
Nilai uts n tugasjuniato
 
Linguistik abad 20 presentasi
Linguistik abad 20 presentasiLinguistik abad 20 presentasi
Linguistik abad 20 presentasijuniato
 
123 kata mutiara motivasi
123 kata mutiara motivasi123 kata mutiara motivasi
123 kata mutiara motivasijuniato
 
Kumpulan cerita lucu
Kumpulan cerita lucuKumpulan cerita lucu
Kumpulan cerita lucujuniato
 
Neurolinguistics lg n brain
Neurolinguistics lg n brainNeurolinguistics lg n brain
Neurolinguistics lg n brainjuniato
 
Uas des 2010 soal 6 mundarjito
Uas des 2010 soal 6 mundarjitoUas des 2010 soal 6 mundarjito
Uas des 2010 soal 6 mundarjitojuniato
 
Uas jawaban no 5 djoko
Uas jawaban no 5 djokoUas jawaban no 5 djoko
Uas jawaban no 5 djokojuniato
 
Presentasi tesol method
Presentasi tesol methodPresentasi tesol method
Presentasi tesol methodjuniato
 
Uas jawaban no. 2 sulistyowati
Uas jawaban no. 2 sulistyowatiUas jawaban no. 2 sulistyowati
Uas jawaban no. 2 sulistyowatijuniato
 
Multiple intelligence presentation slideshare
Multiple intelligence presentation slideshareMultiple intelligence presentation slideshare
Multiple intelligence presentation slidesharejuniato
 

More from juniato (20)

Jadwal simulasi sidang ta
Jadwal simulasi sidang taJadwal simulasi sidang ta
Jadwal simulasi sidang ta
 
Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)
 
Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)
 
Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)Teenagers’ short message service (sms)
Teenagers’ short message service (sms)
 
Cat ppt
Cat pptCat ppt
Cat ppt
 
Perspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidauruk
Perspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidaurukPerspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidauruk
Perspektif sosial dan psikologis dalam pengajaran bahasa juniato sidauruk
 
Nilai hadir n tugas margonda
Nilai hadir n tugas margondaNilai hadir n tugas margonda
Nilai hadir n tugas margonda
 
Nilai hadir n tugas fatmawati
Nilai hadir n tugas fatmawatiNilai hadir n tugas fatmawati
Nilai hadir n tugas fatmawati
 
Newest tugas
Newest tugasNewest tugas
Newest tugas
 
Nilai uts n tugas
Nilai uts n tugasNilai uts n tugas
Nilai uts n tugas
 
Linguistik abad 20 presentasi
Linguistik abad 20 presentasiLinguistik abad 20 presentasi
Linguistik abad 20 presentasi
 
123 kata mutiara motivasi
123 kata mutiara motivasi123 kata mutiara motivasi
123 kata mutiara motivasi
 
Kumpulan cerita lucu
Kumpulan cerita lucuKumpulan cerita lucu
Kumpulan cerita lucu
 
Neurolinguistics lg n brain
Neurolinguistics lg n brainNeurolinguistics lg n brain
Neurolinguistics lg n brain
 
Uas des 2010 soal 6 mundarjito
Uas des 2010 soal 6 mundarjitoUas des 2010 soal 6 mundarjito
Uas des 2010 soal 6 mundarjito
 
Uas jawaban no 5 djoko
Uas jawaban no 5 djokoUas jawaban no 5 djoko
Uas jawaban no 5 djoko
 
Cat ppt
Cat pptCat ppt
Cat ppt
 
Presentasi tesol method
Presentasi tesol methodPresentasi tesol method
Presentasi tesol method
 
Uas jawaban no. 2 sulistyowati
Uas jawaban no. 2 sulistyowatiUas jawaban no. 2 sulistyowati
Uas jawaban no. 2 sulistyowati
 
Multiple intelligence presentation slideshare
Multiple intelligence presentation slideshareMultiple intelligence presentation slideshare
Multiple intelligence presentation slideshare
 

Kebudayaan

  • 1. JAWABAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER<br />TEORI KEBUDAYAAN 2010<br />Soal no. 1<br />KEBUDAYAAN SEBAGAI SISTEM STRUKTURAL<br />(Soal dari Prof. Dr. Benny Hoedoro Hoed)<br />oleh:<br />Juniato Sidauruk<br />0906655282<br />PROGRAM PASCASARJANA<br />PROGRAM LINGUISTIK<br />FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA <br />UNIVERSITAS INDONESIA<br />Desember 2010<br />1. Kebudayaan sebagai Sistem Struktural (Prof. Dr. Benny H. Hoed)<br />Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan “struktur”? Kemudian, bagaimana konsep struktur berkembang di kalangan pascastrukturalis? Bagaimana kita memperlihatkan bahwa struktur itu bertransformasi? Jelaskan dengan contoh. (Pilih dua tokoh dari tiga: Barthes, Derrida, atau Kristeva).<br />Untuk memahami pendekatan strukturalis, perlu terlebih dahulu memahami apa yang disebut dengan struktur (Kridalaksana, 1988: 24). Struktur adalah suatu tatanan wujud-wujud berupa bangun teoritis yang terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan (Piaget, 1960). Struktur itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut: <br />Sifat yang mencakup keutuhan (totalitas) dimana struktur merupakan tatanan wujud yang berbentuk kumpulan tiap-tiap komponen struktur yang tunduk pada kaidah intrinsik dan tidak mempunyai keberadaan bebas diluar struktur.<br />Sifat yang mencakup transformatif. Artinya struktur merupakan sifat yang tidak statis. Bahan-bahan baru dapat terus diproses oleh dan melalui struktur itu.<br />Sifat yang mencakup pengaturan diri (otoregulatif) dimana struktur itu tidak pernah meminta bantuan dari luar untuk melaksanakan prosedur transformasional tersebut, jadi struktur itu bersifat tertutup (Kridalaksana, 1988: 24).<br />Keesing (1971: 6) melihat budaya sebagai sistem struktural. Beliau memberi penjelasan terperinci bahwa di daratan Eropa, Levi-Strauss terus memperdalam pandangannya tentang dunia simbolik manusia dan proses pikiran yang menghasilkan dunia simbolik ini. Pada dasawarsa terakhir, pendekatan strukturalis ini telah memberi dampak yang kuat terhadap banyak sarjana yang belajar dalam tradisi Anglo-Amerika. Selain itu, Levi-Strauss juga memandang budaya sebagai sistem simbolik yang dimiliki bersama, dan merupakan creation of mind secara kumulatif. Dia berusaha menemukan penstrukturan bidang kultural (dalam mitologi, kesenian, kekerabatan, dan bahasa) prinsip-prinsip dari pikiran (mind) yang menghasilkan budaya itu. <br />Khususnya dalam buku Mythologies (Barthes, 1957), Levi-Strauss lebih memperhatikan quot; Budayaquot; daripada quot; sebuah budayaquot; .quot; Dia melihat struktur mitologi Indian Amerika sebagai sesuatu yang tumpang-tindih. Struktur ini saling menghubungkan pola-pola organisasi kognitif individu-individu Orang Baroro, atau Orang Winnebago atau Orang Mandan. Bahkan lebih jauh struktur ini melintasi garis sempadan bahasa dan adat yang memisahkan masyarakat yang berbeda tersebut. Karena itulah struktur pemikiran tersebut lebih dipandang sebagai quot; Budayaquot; , yaitu bersifat universal, daripada quot; sebuah budayaquot; yang bersifat lokal. <br />Sebetulnya istilah strukturalisme, seperti diungkap Bertens (1985: 386), mengemuka pertama kali pada kongres pertama tentang linguistik yang diadakan di Den Haag pada tahun 1928. Sebagai sebuah mode pemikiran yang mempengaruhi beragam bidang kajian lainnya, strukturalisme memiliki akar dan pertahanannya yang sangat kuat pada pembaruan di bidang linguistik yang diprakarsai oleh Saussure (Bertens, 1985: 381 dan Ritzer, 2003: 52).<br />Pada hakekatnya strukturalisme adalah suatu cara pandang yang menekankan persepsi dan deskripsi tentang struktur yang ditemukan dalam sistem bahasa; terjadi dari tingkat-tingkat struktur dimana terdapat unsur-unsur yang saling berkontras dan berkombinasi untuk membentuk satuan-satuan yang lebih tinggi. Inilah yang menjadi dasar pendekatan strukturalis. Dalam Course de Linguistique Generale (1916), Saussure mengemukakan empat konsep dikotomis, yaitu: langue vs. parole; sintagmatik vs. paradigmatik; sinkronik vs. diakronik; dan signifiant vs. signifiě. <br />Pembedaan bahasa (langage) atas langue dan parole oleh Saussure mempengaruhi tidak hanya strukturalisme tetapi pascastrukturalisme dan pasca-modernisme (Ritzer 2003: 52). Langue adalah sistem dan struktur bahasa yang bersifat abstrak dan dijadikan acuan dalam komunikasi (Hoed (dalam Christommy 2002: 6)). Dalam pengantar terjemahan Indonesia Course de Linguistique Generale, Kridalaksana (1988: 7) menjelaskan bahwa langue merupakan keseluruhan kebiasaan yang diperoleh secara pasif, yang memungkinkan para penutur dapat saling memahami. Adapun parole, seperti diungkap Hoed (dalam Christommy 2002: 6), adalah realisasi langue dalam komunikasi. Pembedaan langue vs. parole ini secara lebih sederhana digambarkan oleh Bertens (1985: 383), bahwa langue merupakan quot; bahasa sejauh merupakan milik bersamaquot; dan parole merupakan quot; pemakaian bahasa yang individual.quot; Kalau dikaitkan dengan Noam Chomsky, langue sebagai competence sedangkan parole itu performance (lihat Chomsky, 2005: 4, 23).<br />Saussure mengenalkan istilah sintagmatik dan paradigmatik untuk menjelaskan sifat relasi antar komponen dalam bahasa. Relasi sintagmatik, seperti diungkap Hoed (dalam Christommy 2002: 6), merupakan relasi antarkomponen dalam struktur. Adapun relasi paradigmatik adalah relasi antara suatu komponen dalam struktur tertentu dengan entitas lain di luar struktur tersebut. Saussure menekankan pentingnya gagasan ini dalam bidang ilmu di luar linguistik. Contoh tiang bangunan. Tiang-tiang pada sebuah bangunan / gedung / rumah panggung (di Minahasa), satu sama lain berhubungan dan saling menopang sehingga kuat atau tidak goyang. Jika seperti ini, berarti peran sintagmatis yang terjadi. Tiang-tiang tersebut beragam, baik dari bahan, gaya dan lainnya. Misalnya sebagai contoh paradigmatik, tiang dengan bahan dasar beton dapat digantikan dengan tiang kayu besi (jenis kayu tropis yang terkenal kekuatannya banyak ditemui di Papua), dalam hal gaya, dapat saja tiang-tiang tersebut bergaya Doria, Ionia, atau Korintia (secara asosiatif).<br />Dalam hal penelitian bahasa, Saussure, seperti diungkap oleh Hoed (dalam Christommy 2002: 7), beranggapan bahwa penelitian sinkronik merupakan dasar bagi penelitian diakronik, yaitu penelitian terhadap bahasa yang melihat perkembangannya dari waktu ke waktu. Penelitian sinkronik terhadap bahasa merupakan penelitian bahasa yang terbatas pada satu lapisan waktu tertentu. Dengan ini, bahasa dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang tetap (Piliang, 2003: 48), dan dapat dibebaskan dari unsur ekstra lingual, termasuk waktu (Bertens, 1985: 385).<br />Seperti ditulis oleh Bertens (1985: 382), pembedaan tanda atas signifiant dan signifiě merupakan pokok terpenting dari pandangan Saussure. Ia berusaha melihat tanda sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu yang bersifat material (signifiant/signifier/penanda) (Piliang, 2003: 47), yaitu image acoustique atau citra bunyi (Saussure, 1973: 146), dengan sesuatu yang abstrak (signifiě/signified/petanda) (Piliang, 2003: 47), yang disebutnya sebagai konsep (Saussure, 1973: 146). Citra bunyi tersebut juga tidak semata-mata fisik, tetapi psikis (psychě: sesuatu yang juga abstrak); penggunaan istilah materil hanya untuk membedakannya dari konsep (yang lebih abstrak) (Saussure 1973: 146). <br />Salah sorang sarjana yang secara konservatif menerapkan teori-teori saussure ialah Roland Barthes (1915-1980). Ia menerapkan model Saussure dalam penelitiannya tentang karya-karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan. Bagi Barthes, komponen-komponen tanda, yakni penanda dan petanda, terdapat juga pada tanda-tanda bukan bahasa. Tanda-tanda itu antara lain terdapat juga pada mitos yakni keseluruhan sistem citra dan kepercayaan yang dibentuk masyarakat untuk mempertahankan dan menonjolkan identitasnya. <br />Hoed (2004: 52-54) menjelaskan bahwa Barthes melihat semua gejala dalam kebudayaan sebagai tanda yang terdiri atas signifiant dan signifie. Ia mencoba untuk menerapkan teori Saussure dalam kebudayaannya sendiri yaitu Perancis. <br />… Pemahaman akan signifant dan signifie sebagai proses dua tahap. Karena signifiant adalah gejala yang ditangkap oleh kognisi manusia juga diproduksi, maka ditinjau dari segi pemroduksi tanda, signifiant disebut expression (E) ’ekspresi atau pengungkapan’, dan signifie sebagai content (C) ’isi atau konsep’. <br />Relasi (R) antara E dan C pada manusia terjadi dalam lebih dari satu tahap. Tahap primer terjadi saat tanda diterima untuk pertama kalinya, R1, E1, C1. pemaknaan tanda tidak hanya terjadi pada tahap primer, tetapi dilanjutkan pada tahap sekunder, yakni R2, E2, dan C2. Proses pengembangan dari sistem primer terdiri atas dua jalur yaitu Pengembangan pada segi E. Hasilnya adalah suatu tanda mempunyai lebih dari satu E untuk C yang sama. Ini disebut proses metabahasa. <br />Pengembangan dari segi C. Hasilnya adalah suatu tanda mempunyai lebih dari satu C untuk E yang sama. Pengembangan makna C ini disebut Barthes sebagai konotasi. Contoh: merah muda (E) yang maknanya (C) dalam sistem primer adalah ‘sejenis warna hasil pencampuran antara merah dan putih’. Dalam proses selanjutnya makna primer itu menjadi berkonotasi ‘cinta’, ‘rindu’ dan ‘sayang’.<br />Konsep bersifat pembeda semata-mata dan secara langsung bergantung pada citra bunyi yang berkaitan. Kaitan keduanya dapat diibaratkan dengan selembar kertas karena tidak mungkin menggunting satu sisi tanpa menggunting sisi yang lain. Dalam tanda bahasa, bila citra akustis berubah, maka berubah pula konsep, dan sebaliknya (Kridalaksana, 1988: 12-13).<br />Strukturalisme pada awalnya melihat struktur kebudayaan sebagai sesuatu yang statis. Dalam perkembangannya strukturalisme melihat kebudayaan sebagai suatu yang dinamis. Hal ini terjadi karena diubah oleh agensi kebudayaan yang terdapat dalam struktur tersebut. Budaya tumbuh dalam suatu kelompok masyarakat. Ia berperan dalam mengendalikan, mengatur pola-pola berperilaku yang dianggap lazim dalam masyarakat penganut kebudayaan tersebut. Contoh agensi (aktor) seperti di Papua ada Kepala Suku, ada pembantu pimpinan, dan tentu masyarakat dalam kelompok tersebut sebagai anggota. <br />Pada dasarnya, struktur dalam sistem yang tumbuh itu terletak pada tataran yang sifatnya abstrak yang dilandasi oleh ide-ide dan historis dalam masyarakat. Hal ini tampak dalam kebudayaan materialistik (konkrit) atau manifestasi eksternal, “surface manifestation” yang bentuknya beragam, misalnya dalam bentuk hukum, peraturan, institusi yang bertujuan demi kemaslahatan dan keharmonisan kehidupan bermasyarakat. Contoh terkini adalah gonjang-ganjing tentang keistimewaan provinsi Yogyakarta, antara sistem yang dianut pemerintahan dan kesultanan Yogya yang berbasis pada kebudayaan dan historis daerah tersebut.<br />Daftar Acuan<br />Barthes, Roland. 1957. Mythologies. Paris: Seuil.<br />Bertens, K. 1985. Filsafat Barat Abad XX (Jilid II): Prancis. Jakarta: Gramedia.<br />Chomsky, Noam. 2005. Language and Mind. 3rd Ed. Cambridge University Press.<br />Hoed, Benny. H. 2002. Strukturalisme, Pragmatik, dan Semiotik dalam Kajian Budaya: Sebuah Pengantar Ringkas dalam Tommy Christommy (ed). 2002. Indonesia: Tanda Yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.<br />Hoed, Benny. H. 2004. “Bahasa dan Sastra dalam Tinjauan Semiotik dan Hermeneutik”. Dalam T. Christomy dan Untung Yuwono (ed). Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia. <br />Keesing, R.M, Keesing, F.M. 1971. New Perspectives in Cultural Antrophology. New York: Holt, Rinehart & Winston.<br />Kridalaksana, Harimurti. 1988. Mongin Ferdinand Saussure (1857: 1913): Bapak Linguistik Modern dan Pelopor Strukturalisme. Dalam Ferdinand Saussure. 1973/1988 Pengantar Linguistik Umum.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.<br />Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Bandung: Jalasutra.<br />Ritzer, George. 2003. Teori Sosial Postmodern. Terjemahan The Postmodern Social Theory oleh Muhammad Taufiq. Yogyakarta: Kreasi Wacana.<br />Saussure, Ferdinand de. 1973/1988. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan Cours de Linguistique Generale oleh Rahayu S. Hidayat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.<br />