SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
1
BAB I
VEKTOR
1.1 Pengertian
Banyak kuantitas fisik, seperti luas, panjang, massa dan temperatur, dapat
dijelaskan secara lengkap apabila besaran kuantitas tersebut telah diberikan. Kuantitas
seperti ini dinamakan skalar. Kualitas fisik lainnya disebut vektor, penjelasannya tidak
begitu lengkap sehingga baik besarannya maupun arahnya dapat dispesifikasikan. Sebagai
contoh, angin yang bergerak pada umumnya digambarkan dengan memberikan kecepatan
dan arahnya, misalnya mendekati 20 mil / jam.
Vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai segmen – segmen garis terarah
ataupun panah-panah di ruang-2 atau ruang-3; arah panah menentukan arah vektor dan
panjang panah menyatakan besarnya. Ekor panah disebut titik awal (initial point) dari
vektor, dan ujung panah dinamakan titik terminal (terminal point).
Gambar 1.1
Pada gambar 1.1a, titik awal vector v adalah A da titik terminalnya adalah B, maka
dituliskan v =

AB
B
A
(a) (b)
2
Vektor – vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama, seperti pada gambar 3.1b
disebut ekivalen.
Untuk menuliskan panjang vektor v digunakan notasi |v|
1.2 Operasi – operasi pada vector
a. Penjumlahan Vektor
Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk menjumlahkan 2 buah vektor
a.1 Metode Jajaran Genjang
Gambar 1.2
Vektor hasil (resultant) yaitu a + b diperoleh dari diagonal jajaran genjang yang
dibentuk oleh vektor a dan b setelah titik awal dan titik akhir ditempatkan berimpit.
a.2 Metode Segitiga
Gambar 1.3
a
b
a
+
b
a
+
b
a
b
a
+
b
a
b
3
Resultan diperoleh dengan menempatkan titik awal salah satu vektor pada titik
ujung vektor yang lain, maka resultannya adalah vektor bertitik awal di titik awal a
dan bertitik ujung di titik ujung b
Catatan :
1. Penjumlahan vektor bersifat komutatif, a + b = b + a
2. Metode Segitiga baik sekali digunakan untuk menjumlahkan lebih dari 2 vektor.
Misalnya a + b + c + d + e , maka resultannya adalah vektor dengan titik awal di
titik awal vektor a dan bertitik ujung di titik ujung vektor e
3. Pengurangan vektor a dan b adalah a – b = a + (-b)
b. Perkalian Skalar
Jika k adalah suatu skalar bilangan riil, a suatu vektor, maka perkalian skalar ka
menghasilkan suatu vektor yang panjangnya |k| kali panjang a dan arahnya sama dengan
arah a bila k positif atau berlawanan arah bila k negatif. Bila k = 0 maka ka =0 disebut
vektor nol, yaitu vektor yang titik awal dan titik ujungnya berimpit.
Gambar 1.4
a
2
a
-
2
a
4
1.3 Susunan Koordinat Ruang-n
a. Ruang dimensi satu (R1)
R O P E A
Gambar 1.5
Titik O mewakili bilangan nol, titik E mewakili bilangan 1. Ditulis O(0), E(1), P( 5
2 )
artinya P mewkili bilangan 5
2 dan kita letakkan P sehingga OP = 5
2 satuan ke arah E
(arah positif).
b. Ruang dimensi dua (R2)
Setiap pasangan bilangan riil (koordinat titik) dapat diwakili oleh sebuah titik pada suatu
bidang rata, yang membentuk susunan koordinat di dalam ruang dimensi dua, ditulis R2.
X2
E2
E1 C
B(3,1)
A(1,2)
o
X1
D
Gambar 1.6
5
c. Ruang dimensi tiga (R3)
X1
X2
X3
A D
C
B(0,3,3)
Gambar 1.7
d. Ruang dimensi n (Rn)
Secara umum untuk Rn dimana n adalah bilangan bulat positif, suatu titik di dalam Rn
dinyatakan sebagai n-tupel bilangan riil. Misalnya titik X(x1, x2, ...,xn)
1.4 Vektor di dalam Ruang Rn
Lebih dahulu kita pandang suatu susunan koordinat di R2. Suatu vektor disebut satuan bila
panjangnya = 1.
Kita ambil sekarang vektor satuan :
e1 = OE1 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E1(1,0)
6
e2 = OE2 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E2(0,1)
Kemudian kita tulis e1 = 1e1 + 0 e2
e2 = 0e1 + 1 e2
Yang selanjutnya penulisan itu disingkat dengan
e1 = [1,0]
e2 = [0,1]
Sekarang pandang vektor a yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya titik A(a1, a2).
Vektor a disebut vektor posisi dari titik A.
e1
e2
A(a1, a2)
a1e1
a2e2
Gambar 1.8
Bilangan – bilangan a1, a2 disebut komponen – komponen dari a
Panjang vektor a adalah 2
2
2
1 aa 
Secara umum untuk vektor p yang titik awalnya P(p1, p2) dan titik ujungnya di Q(q1, q2) :
PQ = (q1 – p1) e1 + (q2 – p2) e2
= [(q1 – p1), (q2 – p2)]
Kesimpulan (untuk Rn):
1. Vektor posisi dari titik A(a1, a2, …, an) adalah OA = [a1, a2, …, an]
7
2. Vektor bertitik awal di P(p1, p2, …, pn) dan bertitik ujung di Q(q1, q2, …, qn) adalah
PQ = [q1 – p1, q2 – p2, … , qn – pn ]
3. Panjang vektor a = [a1, a2, …, an] adalah |a| = 22
2
2
1 .... naaa 
Jarak 2 titik P(p1, p2, …, pn) dan Q(q1, q2, …, qn) adalah panjang vektor PQ yaitu :
|PQ| = 22
22
2
11 )(....)()( nn qpqppq 
4. Vektor – vektor satuan dari susunan koordinat adalah
e1 = [1,0,0,…,0],
e2 = [0,1,0,…,0],
e3 = [0,0,1,0…,0], dst.
1.5 Beberapa Dalil pada Operasi Vektor
Untuk setiap vektor a = [a1, a2, a3,. . ., an] , b = [b1, b2, b3, . . . , bn] , c=[c1, c2, c3, . . ., cn] 
Rn, dan m, k adalah skalar – skalar, maka berlaku :
(1). a + b = b + a
(2). (a + b) + c = a + (b + c)
(3). k(a + b) = ka + kb
(4). a + 0 = a
(5). a + (-a) = 0
(6). (k + m)a = ka + ma
(7). (km)a = k(ma) = m(ka)
1.6 Dot Product (Hasil Kali Titik)
Definisi
Bila v dan w adalah vektor, dan  adalah sudut antara v dan w (0    )
Maka hasil kali titik (dot product) v. w didefinisikan dengan :
v.w =



0
cos|||| wv
00
00


watauvjika
wdanvjika )1.1.....(....................
8

Gambar 1.9
Perhatikan gambar 1.9 di atas. Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah 2 vektor tak
nol. Dan  adalah sudut antara v dan w , maka hokum cosinus menghasilkan :
|

PQ|2 = |v|2 + |w|2 – 2|v||w| cos  …………………………………………..(1.2)
Karena

PQ = w – v maka dapat (1.2) dapat dituliskan kembali sebagai :
2|v||w| cos  = |v|2 + |w|2 - |w – v|2
|v||w| cos  = 2
1
(|v|2 + |w|2 - |w – v|2)
Atau
v . w = 2
1
(|v|2 + |w|2 - |w – v|2)
Dengan mensubstitusikan
|v|2 = 2
1v + 2
2v + 2
3v dan |w|2 = 2
1w + 2
2w + 2
3w
dan
|w – v|2 = 2
11 )( vw  + 2
22 )( vw  + 2
33 )( vw 
Maka setelah disederhanakan akan diperoleh :
v. w = v1w1 + v2w2 + v3w3
z
x
y
P(v1,
v2, v3)
Q(w1, w2,
w3)

9
Jika v dan w bukan vektor nol, maka persamaan (1.1) dapat ditulis dengan
Cos  =
||||
.
wv
wv
Contoh 1.1
Diketahui vektor v = (2, -1, 1) dan w=(1, 1, 2)
Carilah v.w dan tentukan sudut antara v dan w.
Jawab :
v. w = (2).(1) + (-1).(1) + (1)(2) = 2 – 1 + 2 = 3
|v| = 114  = 6
|w| = 411  = 6
Jadi Cos  =
6
3
= 2
1 , maka sudut antara v dan w adalah 60o
1.7 Cross Product (Hasil Kali Silang)
Dalam banyak penerapan vektor pada bidang geometri, fisika, dan teknik, kita perlu
membentuk vektor di ruang-3 yang tegak lurus dengan 2 vektor lain yang diberikan.
Definisi
Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah vektor – vektor di Ruang-3, maka hasil kali
silang (cross product) v x w adalah vektor yang didefinisikan oleh
v x w = (v2w3 – v3w2, v3w1 – v1w3, v1w2 – v2w1)
10
atau dalam notasi determinan
v x w =









21
21
31
31
32
32
,,
ww
vv
ww
vv
ww
vv
Contoh 1.2
Carilah u x v dimana u = (1, 2, -2) dan v=(3, 0, 1)
Jawab :





 
103
221
u x v = 






 


03
21
,
13
21
,
10
22
=  6,7,2 
Teorema
Jika v dan w adalah vector dalam Ruang-3, maka
1. v. (v x w) = 0
2. v. (v x w) = 0
3. |v x w|2 = |v|2 |w|2 – (v.w)2 (Identitas Lagrange)
Jika  adalah sudut di antara v dan w , maka v.w = |v| |w| cos , sehingga Identitas
Lagrange dapat dituliskan kembali sebagai :
|v x w|2 = |v|2 |w|2 – (v.w)2
= |v|2 |w|2 - (|v| |w| cos )2
= |v|2 |w|2 - |v|2 |w|2 cos2 
= |v|2 |w|2 (1 - cos2 )
= |v|2 |w|2 sin2 
11
Jadi
|v x w| = |v| |w| sin 
Jadi luas A dari jajaran genjang di atas diberikan oleh
A = |v| |w| sin  = |v x w|
1.8 Persamaan Garis LUrus dan Bidang Rata
a. Garis Lurus
|w|
sin 
|
w
|
|v|
v
A
B
X
g
O
12
Gambar 1.6
Misalkan titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3)
Maka

OA= [a1, a2, a3] dan

OB = [b1, b2, b3] dan

AB = [b1- a1, b2-a2, b3-a3]
Untuk setiap titik sebarang pada g berlaku AX = AB.
Jelas

OX =

OA +

AX
=

OA + 

AB
Atau
[x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] +  [b1- a1, b2-a2, b3-a3] ……………………………………(1.3)
Persamaan (1.3) di atas disebut persamaan vektoris garis lurus yang melalui 2 titik A(a1,
a2, a3) dan B(b1, b2, b3).
Vektor

AB(atau vektor lain yang terletak pada g, dengan kata lain, kelipatan dari

AB )
disebut vector arah garis lurus tersebut.
Jadi bila garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vector arah
_
a = [a, b, c], maka
persamaannya adalah :
[x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] +  [a, b, c] ……………………………………….(1.4)
Persamaan (1.4) dapat ditulis menjadi :
x1 = a1 +  b1
x2 = a2 +  b2
x3 = a3 +  b3
yang disebut dengan persamaan parameter garis lurus.
13
Kemudian bila a  0, b  0, c  0,  kita eliminasikan dari persamaan parameter di atas,
diperoleh :
 =
a
ax )( 11 
=
b
ax )( 22 
=
c
ax )( 33 
Merupakan persamaan linier garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vektor arah [a, b,
c].
b. Bidang Rata
Gambar 1.7
Misal diketahui 3 titik P(p1, p2, p3) , Q(q1, q2, q3) dan R(r1, r2, r3) pada sebuah bidang rata
seperti di atas.
Maka

PQ = [q1-p1, q2-p2, q3-p3]
P
Q
R
O
14

PR = [r1-p1, r2-p2, r3-p3]
Untuk setiap titik pada bidang, berlaku

PX = 

PQ + 

PR
Jelas dari gambar

OX =

OP +

PX
=

OP + 

PQ + 

PR
Atau
[x1, x2, x3] = [p1, p2, p3] +  [q1-p1, q2-p2, q3-p3] +  [r1-p1, r2-p2, r3-p3]
Adalah persamaan vektoris bidang yang melalui 3 titik. Kedua vektor

PQ dan

PR adalah
vektor arah bidang.
15
BAB II
RUANG VEKTOR
2.1 Ruang Vektor Umum
Definisi
Misalkan V sebarang himpunan benda yang dua operasinya kita definisikan yaitu
penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil). Penjumlahan tersebut kita
pahami untuk mengasosiasikan sebuah aturan dengan setiap pasang benda u dan v dalam
V, yang mengandung elemen u + v, yang kita namakan jumlah u dan v, dengan perkalian
skalar kita artikan setiap benda u pada V yang mengandung elemen ku, yang dinamakan
perkalian skalar u oleh k. Jika semua aksioma berikut dipenuhi oleh semua benda u, v, w
pada V dan oleh semua skalar k dan l, maka kita namakan V sebuah ruang vektor dan
benda – benda pada V kita namakan vektor :
(1). Jika u dan v adalah benda – benda pada V kita namakan vektor
(2). u + v = v + u
(3). u + (v + w) = (u + v) + w
(4). Ada vektor 0 di V sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk semua u di V
(5). Untuk setiap u di V, terdapat –u sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0
(6). Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang vektor di V, maka ku berada di V
(7). k(u + v )= ku + kv
(8). (k + l)u = ku + lu
(9). k(lu) = l(ku)
(10). 1u = u
16
2.2 SubRuang (subspace)
Definisi
Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V disebut sub ruang (subspace) V jika W itu
sendiri adalah ruang vektor di bawah penjumlahan dan perkalian skalar yang didefinisikan
pada V.
2.3 Vektor yang Bebas Linier dan Tak Bebas Linier
Definisi
Himpunan m buah vektor (u1, u2, … um) disebut tak bebas linier (linearly dependent) bila
terdapat skalar – skalar 1, 2, …, m yang tidak semuanya nol sedemikian hingga (u1, u2,
… um)
Sebaliknya himpunan (u1, u2, … um) disebut bebas linier (linearly independent) jika 1 u1
+ 2 u2 + …+ m um = 0 hanya dipenuhi oleh 1= 2 = …= m = 0.
Catatan :
1. Jika m=1, maka :
a. Bila u = 0 (vektor nol), akan tak bebas linier, karena u = 0
 0 = 0 terpenuhi juga untuk   0
b. Bila   0, akan bebas linier karena u=0 hanya dipenuhi oleh  =0
2. Jika dalam himpunan terdapat vektor 0, misalnya {u1, u2,…,0, … um) maka
himpunan itu tak bebas linier,
1 u1 + 2 u2 + … + i 0+ … + m um = 0 dipenuhi juga oleh I  0
3. JIka u dan v adalah 2 vektor yang berkelipatan, u = v, maka mereka tak bebas linier.
Sebab u = v  1u - v = 0, artinya terdapat   0 pada 1 v + 2 u = 0
17
2.4 Kombinasi Linier
Definisi
Suatu vektor v dikatakan kombinasi linier dari vektor – vektor (u1, u2, … um) bila terdapat
skalar – skalar 1, 2, …, m sedemikian hingga v = 1 u1 + 2 u2 + …+ m um.
Contoh 2.1
a = [2, 1, 2], b = [1, 0, 3], c = [3, 1, 5]
Kita hendak menyatakan a sebagai kombinasi linier dari b dan c
Kita hitung 1, dan 2 yang memenuhi [2, 1, 2] = 1 [1, 0, 3] + 2 [3, 1, 5]
2 = 1 + 3 2
1 = 2
2 = 3 1 + 5 2
Dengan substitusi, diperoleh 1 = -1 dan 2 = 1
Jadi penulisan yang diminta adalah a = -b + c
2.5 Arti Kombinasi Linier Secara Ilmu Ukur
(1). Kalau v kombinasi linier dari suatu vektor u, yaitu v = u yang mana v adalah kelipatan
dari u dengan garis pembawanya sama (atau sejajar), v dan u disebut koliner (segaris).
(2). v kombinasi linier dari 2 vektor u1 dan u2, yaitu v = 1u1 + 2u2 maka v adalah diagonal
jajaran genjang yang sisi – sisinya 1u1 dan 2u2 . u1 dan u2 disebut koplanar
(sebidang).
(3) v kombinasi linier dari 3 vektor u1 , u2 dan u3, yang tidak sebidang, yaitu v = 1u1 + 2u2
+ 3u3 maka v adalah diagonal paralelepipedum yang sisi – sisinya 1u1, 2u2 dan
3u3.
18
2.6 Dimensi dan Basis
Definisi
Jika V adalah sebarang ruang vektor dan S = {v1, v2, …, vr} merupakan himpunan
berhingga dari vektor – vektor pada S, maka S disebut basis untuk V jika : (i). S
bebas linier
(ii) S merentang V
Definisi
Dimensi sebuah ruang vektor V yang berdimensi berhingga didefinisikan sebagai
banyaknya vektor pada basis untuk V.
Contoh 2.2
Tentukan dimensi dari ruang vektor yang dibentuk oleh :
(i). p = [1, -2, 3, 1] dan q = [2, -4, 5, 2]
(ii). u = [5, 7, 11, 4] dan v = [10, 14, 22, 8]
Jawab :
(i). Kedua vektor pembentuk tidak berkelipatan, jadi sistem pembentuk bebas linier. Berarti
dimensi = 2
(ii). Kedua vektor berkelipatan. Vektor u maupun v  0, jadi keduanya merupakan sistem
pembentuk yang bebas linier. Berarti dimensi = 1
19
BAB III
MATRIK
3.1 Pengertian
Matrik adalah himpunan skalar yang disusun secara empat persegi panjang (menurut baris dan
kolom)
Skalar – skalar itu disebut elemen matrik. Untuk batasnya biasanya digunakan: ( ), [ ], || ||
3.2 Notasi Matrik
Matrik diberi nama dengan huruf besar. Secara lengkap ditulis matrik A=(aij), artinya suatu
matrik A yang elemen – elemennya adalah aij dimana index i menunjukkan baris ke-i dan indeks
ke–j menunjukkan kolom ke–j .
Sehingga bila matrik disusun secara A(mxn) = (aij), mxn disebut ordo (ukuran) dari matrik A.
3.3 Operasi pada Matrik
1. Penjumlahan matrik
Syarat : ukuran matrik harus sama.
Jika A = (aij) dan B = (bij), matrik berukuran sama, maka A + B adalah suatu matrik C =
(cij) dimana cij = aij + bij untuk setiap I dan j
20
2. Perkalian skalar terhadap matrik
Kalau  suatu skalar (bilangan) dan A = (aij), maka matrik A = (aij), dengan kata lain,
matrik A diperoleh dengan mengalikan semua elemen matrik A dengan .
Hukum pada penjumlahan dan perkalian scalar :
Jika A, B, C adalah matrik berukuran sama, dan  adalah skalar maka :
1. A + B = B + A (komutatif)
2. (A + B) + C = A + (B+C) (asosiatif)
3. (A + B) = A + B (distributif)
4. Selalu ada matrik D sedemikian hingga A + D = B
3. Perkalian matrik
Pada umumnya matrik tidak komutatif terhadap operasi perkalian : AB  BA. Pada
perkalian matrik AB, matrik A disebut matrik pertama dan B matrik kedua.
Syarat : Jumlah kolom matrik pertama = jumlah baris matrik kedua
Definisi :
Panjang A = (aij) berukuran (p x q) dan B = (bij) berukuran (q x r). Maka perkalian AB
adalah suatu matrik C = (cij) berukuran (p x r) dimana :
cij = ai1 b1j + ai2 b2j + … + aiq bqj, untuk setiap i = 1,2,…,p dan j = 1,2, … r
21
Hukum pada perkalian matrik :
1. A(B + C) = AB + AC, dan (B + C) A = BA + CA, memenuhi hukum distributif
2. A(BC) = (AB)C , memenuhi hukum asosiatif
3. Perkalian tidak komutatif, AB  BA
4. Jika AB = 0 (matrik 0 ) , yaitu matrik yang semua elemennya adalah = 0,
kemungkinan kemungkinannya adalah :
(i). A = 0 dan B = 0
(ii) A = 0 atau B = 0
(iii) A  0 dan B  0
5. Bila AB = AC belum tentu B = C
4. Transpose dari suatu matrik
Pandang suatu matrik A = (aij) berukuran (m x n) maka transpose dari A adalah matrik AT
berukuran (n x m) yang didapatkan dari A dengan menuliskan baris ke – i dari A, i =
1,2,…,m sebagai kolom ke –i dari AT. Dengan kata lain : AT = (aji)
Sifat – sifat matrik transpose
1. (A + B)T = AT + BT
2. (AT)T = A
3. (AT) = (A)T
4. (AB)T = BT AT
22
3.4 Beberapa Jenis matrik Khusus
1. Matrik bujursangkar
adalah matrik dengan jumlah baris = jumlah kolom, sehingga disebut berordo n.
Barisan elemen a11, a22, … ann disebut diagonal utama dari matrik bujursangkar A
2. Matrik nol
adalah matrik yang semua elemennya adalah 0
3. Matrik diagonal
matrik bujursangkar yang semua elemen di luar diagonal utamanya 0.
4. Matrik identitas
adalah matrik diagonal yang elemen – elemen diagonal utama adalah 1.
5. Matrik skalar
adalah matrik diagonal dengan semua elemen diagonal utamanyanya = k
6. Matrik segitiga bawah (lower triangular)
adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di atas diagonal utama = 0.
7. Matrik segitiga atas (upper triangular)
adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di bawah diagonal utama = 0.
8. Matrik simetris
adalah matrik yang transposenya sama dengan dirinya sendiri.
9. Matrik anti simetris
adalah matrik yang transposenya adalah negatifnya.
.
10. Matrik hermitian
23
adalah matrik yang bila transpose hermitiannya adalah sama dengan dirinya
sendiri.
11. Matrik idempoten, nilpotent
Bila berlaku A.A = A2 = A, maka A dikatakan matrik idempoten.
Bila Ar = 0, maka A nilpotent dengan index r (dimana r adalah bilangan bulat
positif terkecil yang memenuhi hubungan tersebut)
3.5 Transformasi (Operasi) elementer pada baris dan kolom suatu matrik
Yang dimaksud dengan transformasi elementer pada baris dan kolom suatu matrik A adalah
sebagai berikut :
1a. Penukaran tempat baris ke – i dan baris ke – j ditulis Hij (A)
b. Penukaran tempat kolom ke – i dan kolom ke – j ditulis Kij (A)
2a Mengalikan baris ke – i dengan skalar   0 , ditulis H )(
i (A)
b. Mengalikan kolom ke – j dengan skalar   0 , ditulis K )(
i (A)
3a. Menambah baris ke – i dengan  kali baris ke – j ditulis Hij
()(A)
b. Menambah kolom ke – i dengan  kali kolom ke – j ditulis Kij
()(A)
Misalnya kita telah mengetahui matrik B sebagai hasil transformasi elementer dari A. Kita dapat
mencari A, disebut invers dari transformasi elementer tersebut.
Matrik ekivalen
Dua matrik A dan B dikatakan ekivalen (A~B) apabila salah satunya dapat diperoleh dari yang
lin dengan transformasi – transformasi elementer terhadap baris dan atau kolom. Jika
24
transformasi elementernya pada baris saja, maka dikatakan ekivalen baris. Begitu juga dengan
kolom.
Matrik Elementer
Sebuah matrik n x n disebut matrik elementer jika matrik tersebut dapat diperoleh dari matrik
identitas n x n yaitu In dengan melakukan sebuah operasi baris elementer tunggal.
3.6 Mencari solusi dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan
Misal diketahui matrik A adalah matrik bujursangkar. Dan X adalah pemecahan bagi AX = 0
dimana AX = 0 adalah bentuk matrik dari sistem :
a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = 0
a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = 0
.
.
.
an1x1 + an2x2 + … + annxn = 0
Jika kita memecahkannya dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan, maka sistem
persamaan yang bersesuaian dengan bentuk eselon baris tereduksi dari matrik yang diperbesar
akan menjadi :
x1 = 0
x2 = 0
.
.
25
xn = 0
dan matrik yang diperbesar tersebut adalah :




















0..
......
......
......
0..
0..
21
22221
11211
nnnn
n
n
aaa
aaa
aaa
3.7 Mencari invers matrik
Contoh 3.1:
Cari invers matrik A =










801
352
321
Jawab :
Pada akhir operasi , matrik dibentuk menjadi [I |A-1] dari bentuk asal [A | I]





801
352
321





100
010
001
dengan operasi elementer H
)2(
21

dan H
)1(
21

menjadi
26







520
310
321







101
012
001
dengan operasi elementer H )2(
32
menjadi







100
310
321







125
012
001
dengan operasi elementer H )1(
3

menjadi






100
310
321







125
012
001
dengan operasi elementer H )3(
13

dan H )3(
23 menjadi





100
010
021








125
3513
3614
dengan operasi elementer H
)2(
12

menjadi





100
010
001








125
3513
91640
Jadi invers dari matrik A adalah













125
3513
91640
27
BAB IV
DETERMINAN
4.1 Pengertian
Setiap matrik bujursangkar A selalu dikaitkan dengan suatu sknlar yang disebut Determinan.
Sebelum mulai dengan yang lebih umum, kita ambil dahulu matrik A(2x2) sebagai berikut :






dc
ba
Didefinisikan ; det(A) =
dc
ba
= ad -bc
Contoh :
A = 





55
31
maka det(A) = 1.5 – 3.5 = 5 – 15 = -10
4.2 PERMUTASI
Definisi :
Permutasi himpunan bilangan – bilangan bulat {1,2,3 …,n} adalah susunan bilangan –
bilangan bulat ini menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau mengulangi bilangan –
bilangan tersebut.
28
Contoh 4.1:
Ada 6 permutasi yang berbeda dari himpunan {1,2,3} yaitu {1,2,3}, {1,3,2}, {2,1,3},
{2,3,1}, {3,2,1}, {3,1,2}
Banyaknya permutasi dapat dihitung dengan factorial. Untuk contoh soal diatas 3! = 1.2.3
= 6
Definisi
Invers pada suatu permutasi (j1, j2, j3 …,jn) adalah adanya jk < ji (jk mendahului ji) padahal
ji < jk (I dan k = 1, 2, . . ., n)
Contoh 4.2:
Berapa banyak invers yang terdapat pada permutasi {2, 1, 4, 3} ?
Ada 2 invers yaitu :
1. ji = 2 mendahului jk = 1, padahal 1 < 2
2. ji = 4 mendahului jk = 3, padahal 3 < 4
4.3 DETERMINAN
Cara termudah mencari determinan dari matrik bujursangkar untuk orde yang tidak terlalu
besar adalah dengan metode SARRUS .
(-) (-) (-)
333231
232221
131211
aaa
aaa
aaa
3231
2221
1211
aa
aa
aa
(+) (+) (+)
Contoh 4.3:
29
213
212
132
13
12
32
= 2.1.2 + 3.2.3 + 1.2.1 – 1.1.3 – 2.2.1 – 3.2.2
= 4 + 18 + 2 – 3 – 4 – 12 = 5
4.4 SIFAT – SIFAT DETERMINAN
1. det(A) = det(AT)
2. Tanda determinan berubah jika 2 baris atau kolom ditukar tempatnya.
3. Harga determinan menjadi  kali, bila suatu baris / kolom dikalikan dengan skalar 
4.5 MENGHITUNG DETERMINAN DGN REDUKSI BARIS
Metode ini penting untuk menghindari perhitungan panjang yang terlibat dalam penerapan
definisi determinan secara langsung.
Theorema :
Jika A adalah matrik segitiga n x n, maka det(A) adalah hasil kali elemen – elemen pada
diagonal utama, yaitu , det(A) = a11.a22.a33 .. ann
Contoh 4.4 :
40000
89000
67600
15730
38372


= (2) (-3) (6) (9) (4) = -1296
Contoh 4.5 :
Hitung det(A) dimana A =
162
963
510

30
Jawab :
Baris I ditukar dengan baris II ( H21), sehingga menjadi = -
162
510
963 
= - 3
162
510
321 
 H31
(-2)  = - 3
5100
510
321


 H32
(-10) 
= - 3
5500
510
321


= (-3) (-55)
100
510
321 
= (-3) (-55) (1) = 165
Metode reduksi baris ini sangat sesuai untuk menghitung determinan dengan menggunakan
komputer karena metode tersebut sistematis dan mudah diprogramkan.
4.6 MINOR, EKSPANSI KOFAKTOR, & ATURAN CRAMER
Minor aij adalah determinan submatrik yang tetap setelah baris ke – i dan kolom ke – j
dicoret dari A . Dinyatakan dengan |Mij|.
Sedangkan bilangan (-1) i+j |Mij|dinyatakan oleh Cij disebut Kofaktor
Contoh 4.6 :
A =










198
765
432
Minor dari elemen a23 =
98
32
= 18 – 24 = -6
Kofaktor dari elemen a23 = (-1)5
(-6) = 6
Perhatikan bahwa kofaktor dan minor hanya berbeda pada tandanya, yaitu Cij =  Mij . Cara
cepat untuk menentukan apakah penggunaantanda + atau tanda – merupakan penggunaan
31
tanda yang menghubungkan Cij dan Mij berada dalam baris ke – i dan kolom ke – j dari
susunan :

























..........
..
.
..
..
..
..
..
Misalnya C11 = M11, C21 = -M21 , C44 = M44, C23 = -M23
Theorema
Determinan matrik A yang berukuran n x n dapat dihitung dengan mengalikan elemen –
elemen dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor – kofaktornya dan menambahkan
hasil kali – hasil kali yang dihasilkan, yaitu setiap 1  i  n dan 1  j  n , maka
det(A) = a1jC1j + a2jC2j + … + anjCnj
(ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – j)
dan
det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin
(ekspansi kofaktor sepanjang baris ke – i)
32
Contoh 4.7 :
Det(A) bila A =












245
342
013
adalah
Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama
= 3
24
34


- 1
25
32


+ 0
45
42 
= (3)(-4) – (1)(-11)
= -12 + 11
= -1
Definisi :
Jika A adalah sebarang matrik n x n dan Cij adalah kofaktor aij, maka matrik
















nnnnn
n
n
CCCC
CCCC
CCCC
...
.....
.......
...
...
321
2232221
1131211
disebut matrik kofaktor A.
Transpose matrik ini disebut Adjoin A dan sinyatakan dengan adj(A).
Jika A adalah matrik yang dapat dibalik, maka : A
1
=
)det(
1
A
adj(A)
33
ATURAN CRAMER
Theorema
Jika AX = B adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linier dalam n bilangan tak
diketahui sehingga det(A)  0, maka system tesebut mempunyai pemecahan unik.
Pemecahan ini adalah :
x1 =
)det(
)det( 1
A
A
, x2 =
)det(
)det( 2
A
A
, … , xn =
)det(
)det(
A
An
dimana Aj adalah matrik yang didaptkan dengan mengantikan elemen- elemen dalam
kolom ke j dari A dengan elemen matrik B =












nb
b
b
.
2
Contoh 4.8:
Gunakan aturan Cramer untuk memecahkan
x1 + + 2x3 = 6
-3x1 + 4x2 + 6x3 = 30
-x1 - 2x2 + 3x3 = 8
Jawab :
A=












321
6403
201
,
A1=










 328
6430
206
, A2=












381
6303
261
, A3=












321
3043
601
Maka
34
x1 =
)det(
)det( 1
A
A
=
44
40
=
11
10
,
x2=
)det(
)det( 2
A
A
=
44
72
=
11
18
,
x3 =
)det(
)det( 3
A
A
=
44
152
=
11
38
35
BAB V
TRANSFORMASI LINIER
5.1 Pengantar
Definisi
Jika F:V  W adalah sebuah fungsi dari ruang vektor V ke dalam ruang vektor W, maka F
disebut transformasi linier, jika :
(i). F(u+v) = F(u) + F(v), untuk semua vektor u dan v di V
(ii). F(ku) = kF(u) untuk semua vektor u di dalam V dan semua skalar k
Contoh 5.1
Misal F:R2  R3 adalah sebuah fungsi yang didefinisikan oleh :
F(v) = (x, x+y, x-y)
Jika u=(x1, y1) dan v=(x2, y2) maka u + v = (x1 + x2 , y1 + y2)
Sehingga ,
F(u + v) = (x1 + x2, [x1 + x2]+[ y1 + y2], [x1 + x2]-[ y1 + y2])
= (x1, x1 + y1, x1 - y1) + (x2, x2 + y2, x2 – y2)
= F(u) + F(v)
Demikian juga jika k adalah sebuah skalar, ku = (kx1, ky1) sehingga
F(ku) = (kx1, kx1 + ky1, kx1 - ky1)
= k(x1, x1 + y1, x1 - y1)
= k F(u)
Jadi F adalah sebuah transformasi linier
Latihan :
Tentukan apakah F linier untuk masing – masing latihan berikut :
1. F(x,y) = (2x, y)
2. F(x,y) = (2x+y, x-y)
36
3. F(x, y, z) = (2x+y, 3y-4z)
4. F(x,y,z) = (1, 1)
5.2 Transformasi Linier dari Rn  Rm
Misalkan e1, e2, . . . , en adalah basis baku untuk Rn dan misalkan A adalah sebuah matrik m
x n yang mempunyai T(e1), T(e2), . . . , T(en) sebagai vektor – vektor kolomnya.
Misal jika T:R2  R2 diberikan oleh :
T 













2
1
x
x
= 







21
21 2
xx
xx
Maka
T(e1) = T 













0
1
= 





1
1
dan T(e2) = T 













1
0
= 





1
2
Jadi A = 





11
21
adalah matrik baku untuk T di atas.
5.3 Jenis – jenis Transformasi Linier bidang
1. Rotasi (Perputaran)
Matrik baku untuk T adalah : 




 


cossin
sincos
2. Refleksi
Refleksi terhadap sebuah garis l adalah transformasi yang memetakan masing – masing
titik pada bidang ke dalam bayangan cerminnya terhadap l
37
Matrik baku untuk :
a. refleksi terhadap sumbu y ( yang mengubah 





y
x
menjadi 





y
x
) adalah : 





10
01
b. refleksi terhadap sumbu x ( yang mengubah 





y
x
menjadi 





 y
x
) adalah : 





10
01
c. refleksi terhadap garis y = x ( yang mengubah 





y
x
menjadi 





x
y
) adalah : 





01
10
3. Ekspansi dan kompresi
Jika koordinat x dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan konstanta k
yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas gambar bidang dalam arah
x. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam arah x.
Disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah x dengan faktor k
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





10
0k
Demikian juga , jika koordinat y dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan
konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas gambar bidang
dalam arah y. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam
arah y. Disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah y dengan faktor k
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





k0
01
38
4. Geseran
Sebuah geseran dalam arah x dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan
masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu x sebanyak ky menuju kedudukan yang
baru (x + ky, y)
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





10
1 k
Sebuah geseran dalam arah y dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan
masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu y sebanyak kx menuju kedudukan yang
baru (x , y + kx)
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





1
01
k
Jika dilakukan banyak sekali transformasi matrik dari Rn ke Rm secara berturutan, maka
hasil yang sama dapat dicapai dengan transformasi matrik tunggal.
Jika transformasi - transformasi matrik
T1(x) = A1x, T2(x) = A2x, , .... , Tn(x) = Anx,
Dari Rn ke Rm dilakukan berurutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan
transformasi matrik tunggal T(x) = Ax, dimana
39
A = Ak . . . A2 A1
Contoh 5.2
a. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula menggeser dengan faktor
sebesar 2 dalam arah x dan kemudian merefleksikannya terhadap y = x
b. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula merefleksikannya terhadap y
= x dan kemudian menggeser dengan faktor sebesar 2 dalam arah x
Jawab :
a). Matrik baku untuk geseran adalah A1 = 





10
21
Dan untuk refleksi terhadap y = x adalah A2 = 





01
10
Jadi matrik baku untuk geseran yang diikuti dengan refleksi adalah
A2. A1 = 





01
10






10
21
= 





21
10
b). Matrik baku untuk refleksi yang diikuti dengan geseran adalah
A1. A2 = 





10
21






01
10
= 





01
12
Dari contoh di atas, perhatikan bahwa A2. A1  A1. A2
Jika T:R2  R2 adalah perkalian oleh sebuah matrik A yang punya invers, dan misalkan T
memetakan titik (x,y) ke titik (x’, y’), maka






'
'
y
x
= A 





y
x
Dan
40






y
x
= A-1






'
'
y
x
Contoh 5.3
Carilah persamaan bayangan sebuah garis y = 2x + 1 yang dipetakan oleh matrik A =






12
13
Jawab :






'
'
y
x
= 





12
13






y
x
Dan






y
x
=
1
12
13













'
'
y
x
= 







32
11






'
'
y
x
Sehingga
x = x’ – y’
y = -2x’ + 3y’
Substitusikan ke y = 2x + 1 maka dihasilkan :
-2x’ + 3y’ = 2(x’ – y’) + 1
-2x’ + 3y’ = 2x’ – 2y’ + 1
5y’ = 4x’ + 1
y’ = 5
4 x’ + 5
1
41
BAB VI
NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN
6.1 Devinisi Nilai Eigen Dan Vektor Eigen
Jika A adalah matrik n x n, maka vektor tak nol x di dalam Rn dinamakan vektor eigen dari
A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yaitu,
Ax = x
untuk suatu skalar . Skalar  disebut nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor eigen
yang bersesuaian dengan .
Contoh 6.1
Vektor x = 





2
1
adalah vektor eigen dari A = 





18
03
Yang bersesuaian dengan nilai  = 3 karena
Ax = 





18
03






2
1
= 





6
3
= 3 





2
1
Untuk mencari nilai eigen matrik A yang berukuran n x n maka kita menuliskannya
kembali Ax = x sebagai Ax = Ix
 (I – A)x = 0
Dan persamaan di atas akan mempunyai penyelesaian jika
det(I – A)=0 ...................................................(6.1)
Persamaan (6.1) disebut persamaan karakteristik A.
42
Contoh 6.2
Carilah nilai – nilai eigen dari A = 





 01
23
Jawab :
Karena
I – A =  





10
01
- 





 01
23
= 




 


1
23
Det(I – A) = (-3)  - (-2) = 0
= 2 - 3 + 2 = 0
1 = 2, 2 = 1
Jadi nilai – nilai eigen dari A adalah 1 = 2 dan 2 = 1

More Related Content

What's hot

Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMuhammad Alfiansyah Alfi
 
09 a analis_vektor
09 a analis_vektor09 a analis_vektor
09 a analis_vektorTri Wahyuni
 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanLutfi Nursyifa
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaKonversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaLuqman Aziz
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 

What's hot (20)

Matriks elementer
Matriks elementerMatriks elementer
Matriks elementer
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
 
09 a analis_vektor
09 a analis_vektor09 a analis_vektor
09 a analis_vektor
 
Grafik fungsi rasional
Grafik fungsi rasionalGrafik fungsi rasional
Grafik fungsi rasional
 
Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
transformasi smp
transformasi smptransformasi smp
transformasi smp
 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
deret kuasa
deret kuasaderet kuasa
deret kuasa
 
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaKonversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
 
Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 

Viewers also liked

Matematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara AljabarMatematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara AljabarJuniarta Sitorus
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Mkls Rivership
 
Matematika dasar vektor SMA
Matematika dasar vektor SMAMatematika dasar vektor SMA
Matematika dasar vektor SMAchusnaqumillaila
 
Rumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektorRumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektorIr Al
 
06 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r306 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r3Citra Adelina
 
Perkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektor
Perkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektorPerkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektor
Perkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektorGita Setiawan
 
Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)
Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)
Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)eli priyatna laidan
 
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriksTugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriksAsep Jaenudin
 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Khotibul Umam
 
Aljabar vektor dan matriks
Aljabar vektor dan matriksAljabar vektor dan matriks
Aljabar vektor dan matriksFandi Rahmat
 
Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)
Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)
Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)Ana Safrida
 
LKS Matematika Materi Vektor
LKS Matematika Materi VektorLKS Matematika Materi Vektor
LKS Matematika Materi VektorFardyani Narwis
 
Penjumlahan dan pengurangan vektor
Penjumlahan dan pengurangan vektorPenjumlahan dan pengurangan vektor
Penjumlahan dan pengurangan vektorNaflah Ariqah
 
Soal dan pembahasan garis di bidang r3
Soal dan pembahasan garis di bidang r3Soal dan pembahasan garis di bidang r3
Soal dan pembahasan garis di bidang r3Nida Shafiyanti
 

Viewers also liked (20)

Matematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara AljabarMatematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
 
20. soal soal vektor
20. soal soal vektor20. soal soal vektor
20. soal soal vektor
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
 
Matematika dasar vektor SMA
Matematika dasar vektor SMAMatematika dasar vektor SMA
Matematika dasar vektor SMA
 
V e k t o r
V e k t o rV e k t o r
V e k t o r
 
Rumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektorRumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektor
 
06 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r306 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r3
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Perkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektor
Perkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektorPerkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektor
Perkalian skalar dua vektor dan proyeksi vektor
 
Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)
Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)
Rpp matematika sma xii peminatan bab 2 (vektor)
 
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriksTugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3
 
Vektor
Vektor Vektor
Vektor
 
Aljabar vektor dan matriks
Aljabar vektor dan matriksAljabar vektor dan matriks
Aljabar vektor dan matriks
 
Modul VEKTOR
Modul VEKTORModul VEKTOR
Modul VEKTOR
 
Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)
Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)
Bahan Ajar Vektor (Kelas XII)
 
LKS Matematika Materi Vektor
LKS Matematika Materi VektorLKS Matematika Materi Vektor
LKS Matematika Materi Vektor
 
Penjelasan Vektor
Penjelasan VektorPenjelasan Vektor
Penjelasan Vektor
 
Penjumlahan dan pengurangan vektor
Penjumlahan dan pengurangan vektorPenjumlahan dan pengurangan vektor
Penjumlahan dan pengurangan vektor
 
Soal dan pembahasan garis di bidang r3
Soal dan pembahasan garis di bidang r3Soal dan pembahasan garis di bidang r3
Soal dan pembahasan garis di bidang r3
 

Similar to VEKTOR DAN OPERASI

Similar to VEKTOR DAN OPERASI (20)

vektor.pptx
vektor.pptxvektor.pptx
vektor.pptx
 
Vektor plpg
Vektor plpgVektor plpg
Vektor plpg
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptxP3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
 
3 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v20113 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v2011
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Bab 4.pdf
Bab 4.pdfBab 4.pdf
Bab 4.pdf
 
tugas_vektor_pptx.pptx
tugas_vektor_pptx.pptxtugas_vektor_pptx.pptx
tugas_vektor_pptx.pptx
 
geometri
geometrigeometri
geometri
 
42. vektor OK.ppt
42. vektor OK.ppt42. vektor OK.ppt
42. vektor OK.ppt
 
vektor ok
vektor okvektor ok
vektor ok
 
05 bab 4
05 bab 405 bab 4
05 bab 4
 
Makalah geometri
Makalah geometriMakalah geometri
Makalah geometri
 
Makalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatMakalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinat
 
VEKTOR.pptx
VEKTOR.pptxVEKTOR.pptx
VEKTOR.pptx
 
Vektor - Albert & Carina
Vektor - Albert & CarinaVektor - Albert & Carina
Vektor - Albert & Carina
 
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
 

Recently uploaded

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 

Recently uploaded (20)

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 

VEKTOR DAN OPERASI

  • 1. 1 BAB I VEKTOR 1.1 Pengertian Banyak kuantitas fisik, seperti luas, panjang, massa dan temperatur, dapat dijelaskan secara lengkap apabila besaran kuantitas tersebut telah diberikan. Kuantitas seperti ini dinamakan skalar. Kualitas fisik lainnya disebut vektor, penjelasannya tidak begitu lengkap sehingga baik besarannya maupun arahnya dapat dispesifikasikan. Sebagai contoh, angin yang bergerak pada umumnya digambarkan dengan memberikan kecepatan dan arahnya, misalnya mendekati 20 mil / jam. Vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai segmen – segmen garis terarah ataupun panah-panah di ruang-2 atau ruang-3; arah panah menentukan arah vektor dan panjang panah menyatakan besarnya. Ekor panah disebut titik awal (initial point) dari vektor, dan ujung panah dinamakan titik terminal (terminal point). Gambar 1.1 Pada gambar 1.1a, titik awal vector v adalah A da titik terminalnya adalah B, maka dituliskan v =  AB B A (a) (b)
  • 2. 2 Vektor – vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama, seperti pada gambar 3.1b disebut ekivalen. Untuk menuliskan panjang vektor v digunakan notasi |v| 1.2 Operasi – operasi pada vector a. Penjumlahan Vektor Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk menjumlahkan 2 buah vektor a.1 Metode Jajaran Genjang Gambar 1.2 Vektor hasil (resultant) yaitu a + b diperoleh dari diagonal jajaran genjang yang dibentuk oleh vektor a dan b setelah titik awal dan titik akhir ditempatkan berimpit. a.2 Metode Segitiga Gambar 1.3 a b a + b a + b a b a + b a b
  • 3. 3 Resultan diperoleh dengan menempatkan titik awal salah satu vektor pada titik ujung vektor yang lain, maka resultannya adalah vektor bertitik awal di titik awal a dan bertitik ujung di titik ujung b Catatan : 1. Penjumlahan vektor bersifat komutatif, a + b = b + a 2. Metode Segitiga baik sekali digunakan untuk menjumlahkan lebih dari 2 vektor. Misalnya a + b + c + d + e , maka resultannya adalah vektor dengan titik awal di titik awal vektor a dan bertitik ujung di titik ujung vektor e 3. Pengurangan vektor a dan b adalah a – b = a + (-b) b. Perkalian Skalar Jika k adalah suatu skalar bilangan riil, a suatu vektor, maka perkalian skalar ka menghasilkan suatu vektor yang panjangnya |k| kali panjang a dan arahnya sama dengan arah a bila k positif atau berlawanan arah bila k negatif. Bila k = 0 maka ka =0 disebut vektor nol, yaitu vektor yang titik awal dan titik ujungnya berimpit. Gambar 1.4 a 2 a - 2 a
  • 4. 4 1.3 Susunan Koordinat Ruang-n a. Ruang dimensi satu (R1) R O P E A Gambar 1.5 Titik O mewakili bilangan nol, titik E mewakili bilangan 1. Ditulis O(0), E(1), P( 5 2 ) artinya P mewkili bilangan 5 2 dan kita letakkan P sehingga OP = 5 2 satuan ke arah E (arah positif). b. Ruang dimensi dua (R2) Setiap pasangan bilangan riil (koordinat titik) dapat diwakili oleh sebuah titik pada suatu bidang rata, yang membentuk susunan koordinat di dalam ruang dimensi dua, ditulis R2. X2 E2 E1 C B(3,1) A(1,2) o X1 D Gambar 1.6
  • 5. 5 c. Ruang dimensi tiga (R3) X1 X2 X3 A D C B(0,3,3) Gambar 1.7 d. Ruang dimensi n (Rn) Secara umum untuk Rn dimana n adalah bilangan bulat positif, suatu titik di dalam Rn dinyatakan sebagai n-tupel bilangan riil. Misalnya titik X(x1, x2, ...,xn) 1.4 Vektor di dalam Ruang Rn Lebih dahulu kita pandang suatu susunan koordinat di R2. Suatu vektor disebut satuan bila panjangnya = 1. Kita ambil sekarang vektor satuan : e1 = OE1 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E1(1,0)
  • 6. 6 e2 = OE2 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E2(0,1) Kemudian kita tulis e1 = 1e1 + 0 e2 e2 = 0e1 + 1 e2 Yang selanjutnya penulisan itu disingkat dengan e1 = [1,0] e2 = [0,1] Sekarang pandang vektor a yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya titik A(a1, a2). Vektor a disebut vektor posisi dari titik A. e1 e2 A(a1, a2) a1e1 a2e2 Gambar 1.8 Bilangan – bilangan a1, a2 disebut komponen – komponen dari a Panjang vektor a adalah 2 2 2 1 aa  Secara umum untuk vektor p yang titik awalnya P(p1, p2) dan titik ujungnya di Q(q1, q2) : PQ = (q1 – p1) e1 + (q2 – p2) e2 = [(q1 – p1), (q2 – p2)] Kesimpulan (untuk Rn): 1. Vektor posisi dari titik A(a1, a2, …, an) adalah OA = [a1, a2, …, an]
  • 7. 7 2. Vektor bertitik awal di P(p1, p2, …, pn) dan bertitik ujung di Q(q1, q2, …, qn) adalah PQ = [q1 – p1, q2 – p2, … , qn – pn ] 3. Panjang vektor a = [a1, a2, …, an] adalah |a| = 22 2 2 1 .... naaa  Jarak 2 titik P(p1, p2, …, pn) dan Q(q1, q2, …, qn) adalah panjang vektor PQ yaitu : |PQ| = 22 22 2 11 )(....)()( nn qpqppq  4. Vektor – vektor satuan dari susunan koordinat adalah e1 = [1,0,0,…,0], e2 = [0,1,0,…,0], e3 = [0,0,1,0…,0], dst. 1.5 Beberapa Dalil pada Operasi Vektor Untuk setiap vektor a = [a1, a2, a3,. . ., an] , b = [b1, b2, b3, . . . , bn] , c=[c1, c2, c3, . . ., cn]  Rn, dan m, k adalah skalar – skalar, maka berlaku : (1). a + b = b + a (2). (a + b) + c = a + (b + c) (3). k(a + b) = ka + kb (4). a + 0 = a (5). a + (-a) = 0 (6). (k + m)a = ka + ma (7). (km)a = k(ma) = m(ka) 1.6 Dot Product (Hasil Kali Titik) Definisi Bila v dan w adalah vektor, dan  adalah sudut antara v dan w (0    ) Maka hasil kali titik (dot product) v. w didefinisikan dengan : v.w =    0 cos|||| wv 00 00   watauvjika wdanvjika )1.1.....(....................
  • 8. 8  Gambar 1.9 Perhatikan gambar 1.9 di atas. Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah 2 vektor tak nol. Dan  adalah sudut antara v dan w , maka hokum cosinus menghasilkan : |  PQ|2 = |v|2 + |w|2 – 2|v||w| cos  …………………………………………..(1.2) Karena  PQ = w – v maka dapat (1.2) dapat dituliskan kembali sebagai : 2|v||w| cos  = |v|2 + |w|2 - |w – v|2 |v||w| cos  = 2 1 (|v|2 + |w|2 - |w – v|2) Atau v . w = 2 1 (|v|2 + |w|2 - |w – v|2) Dengan mensubstitusikan |v|2 = 2 1v + 2 2v + 2 3v dan |w|2 = 2 1w + 2 2w + 2 3w dan |w – v|2 = 2 11 )( vw  + 2 22 )( vw  + 2 33 )( vw  Maka setelah disederhanakan akan diperoleh : v. w = v1w1 + v2w2 + v3w3 z x y P(v1, v2, v3) Q(w1, w2, w3) 
  • 9. 9 Jika v dan w bukan vektor nol, maka persamaan (1.1) dapat ditulis dengan Cos  = |||| . wv wv Contoh 1.1 Diketahui vektor v = (2, -1, 1) dan w=(1, 1, 2) Carilah v.w dan tentukan sudut antara v dan w. Jawab : v. w = (2).(1) + (-1).(1) + (1)(2) = 2 – 1 + 2 = 3 |v| = 114  = 6 |w| = 411  = 6 Jadi Cos  = 6 3 = 2 1 , maka sudut antara v dan w adalah 60o 1.7 Cross Product (Hasil Kali Silang) Dalam banyak penerapan vektor pada bidang geometri, fisika, dan teknik, kita perlu membentuk vektor di ruang-3 yang tegak lurus dengan 2 vektor lain yang diberikan. Definisi Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah vektor – vektor di Ruang-3, maka hasil kali silang (cross product) v x w adalah vektor yang didefinisikan oleh v x w = (v2w3 – v3w2, v3w1 – v1w3, v1w2 – v2w1)
  • 10. 10 atau dalam notasi determinan v x w =          21 21 31 31 32 32 ,, ww vv ww vv ww vv Contoh 1.2 Carilah u x v dimana u = (1, 2, -2) dan v=(3, 0, 1) Jawab :        103 221 u x v =            03 21 , 13 21 , 10 22 =  6,7,2  Teorema Jika v dan w adalah vector dalam Ruang-3, maka 1. v. (v x w) = 0 2. v. (v x w) = 0 3. |v x w|2 = |v|2 |w|2 – (v.w)2 (Identitas Lagrange) Jika  adalah sudut di antara v dan w , maka v.w = |v| |w| cos , sehingga Identitas Lagrange dapat dituliskan kembali sebagai : |v x w|2 = |v|2 |w|2 – (v.w)2 = |v|2 |w|2 - (|v| |w| cos )2 = |v|2 |w|2 - |v|2 |w|2 cos2  = |v|2 |w|2 (1 - cos2 ) = |v|2 |w|2 sin2 
  • 11. 11 Jadi |v x w| = |v| |w| sin  Jadi luas A dari jajaran genjang di atas diberikan oleh A = |v| |w| sin  = |v x w| 1.8 Persamaan Garis LUrus dan Bidang Rata a. Garis Lurus |w| sin  | w | |v| v A B X g O
  • 12. 12 Gambar 1.6 Misalkan titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3) Maka  OA= [a1, a2, a3] dan  OB = [b1, b2, b3] dan  AB = [b1- a1, b2-a2, b3-a3] Untuk setiap titik sebarang pada g berlaku AX = AB. Jelas  OX =  OA +  AX =  OA +   AB Atau [x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] +  [b1- a1, b2-a2, b3-a3] ……………………………………(1.3) Persamaan (1.3) di atas disebut persamaan vektoris garis lurus yang melalui 2 titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3). Vektor  AB(atau vektor lain yang terletak pada g, dengan kata lain, kelipatan dari  AB ) disebut vector arah garis lurus tersebut. Jadi bila garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vector arah _ a = [a, b, c], maka persamaannya adalah : [x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] +  [a, b, c] ……………………………………….(1.4) Persamaan (1.4) dapat ditulis menjadi : x1 = a1 +  b1 x2 = a2 +  b2 x3 = a3 +  b3 yang disebut dengan persamaan parameter garis lurus.
  • 13. 13 Kemudian bila a  0, b  0, c  0,  kita eliminasikan dari persamaan parameter di atas, diperoleh :  = a ax )( 11  = b ax )( 22  = c ax )( 33  Merupakan persamaan linier garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vektor arah [a, b, c]. b. Bidang Rata Gambar 1.7 Misal diketahui 3 titik P(p1, p2, p3) , Q(q1, q2, q3) dan R(r1, r2, r3) pada sebuah bidang rata seperti di atas. Maka  PQ = [q1-p1, q2-p2, q3-p3] P Q R O
  • 14. 14  PR = [r1-p1, r2-p2, r3-p3] Untuk setiap titik pada bidang, berlaku  PX =   PQ +   PR Jelas dari gambar  OX =  OP +  PX =  OP +   PQ +   PR Atau [x1, x2, x3] = [p1, p2, p3] +  [q1-p1, q2-p2, q3-p3] +  [r1-p1, r2-p2, r3-p3] Adalah persamaan vektoris bidang yang melalui 3 titik. Kedua vektor  PQ dan  PR adalah vektor arah bidang.
  • 15. 15 BAB II RUANG VEKTOR 2.1 Ruang Vektor Umum Definisi Misalkan V sebarang himpunan benda yang dua operasinya kita definisikan yaitu penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil). Penjumlahan tersebut kita pahami untuk mengasosiasikan sebuah aturan dengan setiap pasang benda u dan v dalam V, yang mengandung elemen u + v, yang kita namakan jumlah u dan v, dengan perkalian skalar kita artikan setiap benda u pada V yang mengandung elemen ku, yang dinamakan perkalian skalar u oleh k. Jika semua aksioma berikut dipenuhi oleh semua benda u, v, w pada V dan oleh semua skalar k dan l, maka kita namakan V sebuah ruang vektor dan benda – benda pada V kita namakan vektor : (1). Jika u dan v adalah benda – benda pada V kita namakan vektor (2). u + v = v + u (3). u + (v + w) = (u + v) + w (4). Ada vektor 0 di V sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk semua u di V (5). Untuk setiap u di V, terdapat –u sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0 (6). Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang vektor di V, maka ku berada di V (7). k(u + v )= ku + kv (8). (k + l)u = ku + lu (9). k(lu) = l(ku) (10). 1u = u
  • 16. 16 2.2 SubRuang (subspace) Definisi Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V disebut sub ruang (subspace) V jika W itu sendiri adalah ruang vektor di bawah penjumlahan dan perkalian skalar yang didefinisikan pada V. 2.3 Vektor yang Bebas Linier dan Tak Bebas Linier Definisi Himpunan m buah vektor (u1, u2, … um) disebut tak bebas linier (linearly dependent) bila terdapat skalar – skalar 1, 2, …, m yang tidak semuanya nol sedemikian hingga (u1, u2, … um) Sebaliknya himpunan (u1, u2, … um) disebut bebas linier (linearly independent) jika 1 u1 + 2 u2 + …+ m um = 0 hanya dipenuhi oleh 1= 2 = …= m = 0. Catatan : 1. Jika m=1, maka : a. Bila u = 0 (vektor nol), akan tak bebas linier, karena u = 0  0 = 0 terpenuhi juga untuk   0 b. Bila   0, akan bebas linier karena u=0 hanya dipenuhi oleh  =0 2. Jika dalam himpunan terdapat vektor 0, misalnya {u1, u2,…,0, … um) maka himpunan itu tak bebas linier, 1 u1 + 2 u2 + … + i 0+ … + m um = 0 dipenuhi juga oleh I  0 3. JIka u dan v adalah 2 vektor yang berkelipatan, u = v, maka mereka tak bebas linier. Sebab u = v  1u - v = 0, artinya terdapat   0 pada 1 v + 2 u = 0
  • 17. 17 2.4 Kombinasi Linier Definisi Suatu vektor v dikatakan kombinasi linier dari vektor – vektor (u1, u2, … um) bila terdapat skalar – skalar 1, 2, …, m sedemikian hingga v = 1 u1 + 2 u2 + …+ m um. Contoh 2.1 a = [2, 1, 2], b = [1, 0, 3], c = [3, 1, 5] Kita hendak menyatakan a sebagai kombinasi linier dari b dan c Kita hitung 1, dan 2 yang memenuhi [2, 1, 2] = 1 [1, 0, 3] + 2 [3, 1, 5] 2 = 1 + 3 2 1 = 2 2 = 3 1 + 5 2 Dengan substitusi, diperoleh 1 = -1 dan 2 = 1 Jadi penulisan yang diminta adalah a = -b + c 2.5 Arti Kombinasi Linier Secara Ilmu Ukur (1). Kalau v kombinasi linier dari suatu vektor u, yaitu v = u yang mana v adalah kelipatan dari u dengan garis pembawanya sama (atau sejajar), v dan u disebut koliner (segaris). (2). v kombinasi linier dari 2 vektor u1 dan u2, yaitu v = 1u1 + 2u2 maka v adalah diagonal jajaran genjang yang sisi – sisinya 1u1 dan 2u2 . u1 dan u2 disebut koplanar (sebidang). (3) v kombinasi linier dari 3 vektor u1 , u2 dan u3, yang tidak sebidang, yaitu v = 1u1 + 2u2 + 3u3 maka v adalah diagonal paralelepipedum yang sisi – sisinya 1u1, 2u2 dan 3u3.
  • 18. 18 2.6 Dimensi dan Basis Definisi Jika V adalah sebarang ruang vektor dan S = {v1, v2, …, vr} merupakan himpunan berhingga dari vektor – vektor pada S, maka S disebut basis untuk V jika : (i). S bebas linier (ii) S merentang V Definisi Dimensi sebuah ruang vektor V yang berdimensi berhingga didefinisikan sebagai banyaknya vektor pada basis untuk V. Contoh 2.2 Tentukan dimensi dari ruang vektor yang dibentuk oleh : (i). p = [1, -2, 3, 1] dan q = [2, -4, 5, 2] (ii). u = [5, 7, 11, 4] dan v = [10, 14, 22, 8] Jawab : (i). Kedua vektor pembentuk tidak berkelipatan, jadi sistem pembentuk bebas linier. Berarti dimensi = 2 (ii). Kedua vektor berkelipatan. Vektor u maupun v  0, jadi keduanya merupakan sistem pembentuk yang bebas linier. Berarti dimensi = 1
  • 19. 19 BAB III MATRIK 3.1 Pengertian Matrik adalah himpunan skalar yang disusun secara empat persegi panjang (menurut baris dan kolom) Skalar – skalar itu disebut elemen matrik. Untuk batasnya biasanya digunakan: ( ), [ ], || || 3.2 Notasi Matrik Matrik diberi nama dengan huruf besar. Secara lengkap ditulis matrik A=(aij), artinya suatu matrik A yang elemen – elemennya adalah aij dimana index i menunjukkan baris ke-i dan indeks ke–j menunjukkan kolom ke–j . Sehingga bila matrik disusun secara A(mxn) = (aij), mxn disebut ordo (ukuran) dari matrik A. 3.3 Operasi pada Matrik 1. Penjumlahan matrik Syarat : ukuran matrik harus sama. Jika A = (aij) dan B = (bij), matrik berukuran sama, maka A + B adalah suatu matrik C = (cij) dimana cij = aij + bij untuk setiap I dan j
  • 20. 20 2. Perkalian skalar terhadap matrik Kalau  suatu skalar (bilangan) dan A = (aij), maka matrik A = (aij), dengan kata lain, matrik A diperoleh dengan mengalikan semua elemen matrik A dengan . Hukum pada penjumlahan dan perkalian scalar : Jika A, B, C adalah matrik berukuran sama, dan  adalah skalar maka : 1. A + B = B + A (komutatif) 2. (A + B) + C = A + (B+C) (asosiatif) 3. (A + B) = A + B (distributif) 4. Selalu ada matrik D sedemikian hingga A + D = B 3. Perkalian matrik Pada umumnya matrik tidak komutatif terhadap operasi perkalian : AB  BA. Pada perkalian matrik AB, matrik A disebut matrik pertama dan B matrik kedua. Syarat : Jumlah kolom matrik pertama = jumlah baris matrik kedua Definisi : Panjang A = (aij) berukuran (p x q) dan B = (bij) berukuran (q x r). Maka perkalian AB adalah suatu matrik C = (cij) berukuran (p x r) dimana : cij = ai1 b1j + ai2 b2j + … + aiq bqj, untuk setiap i = 1,2,…,p dan j = 1,2, … r
  • 21. 21 Hukum pada perkalian matrik : 1. A(B + C) = AB + AC, dan (B + C) A = BA + CA, memenuhi hukum distributif 2. A(BC) = (AB)C , memenuhi hukum asosiatif 3. Perkalian tidak komutatif, AB  BA 4. Jika AB = 0 (matrik 0 ) , yaitu matrik yang semua elemennya adalah = 0, kemungkinan kemungkinannya adalah : (i). A = 0 dan B = 0 (ii) A = 0 atau B = 0 (iii) A  0 dan B  0 5. Bila AB = AC belum tentu B = C 4. Transpose dari suatu matrik Pandang suatu matrik A = (aij) berukuran (m x n) maka transpose dari A adalah matrik AT berukuran (n x m) yang didapatkan dari A dengan menuliskan baris ke – i dari A, i = 1,2,…,m sebagai kolom ke –i dari AT. Dengan kata lain : AT = (aji) Sifat – sifat matrik transpose 1. (A + B)T = AT + BT 2. (AT)T = A 3. (AT) = (A)T 4. (AB)T = BT AT
  • 22. 22 3.4 Beberapa Jenis matrik Khusus 1. Matrik bujursangkar adalah matrik dengan jumlah baris = jumlah kolom, sehingga disebut berordo n. Barisan elemen a11, a22, … ann disebut diagonal utama dari matrik bujursangkar A 2. Matrik nol adalah matrik yang semua elemennya adalah 0 3. Matrik diagonal matrik bujursangkar yang semua elemen di luar diagonal utamanya 0. 4. Matrik identitas adalah matrik diagonal yang elemen – elemen diagonal utama adalah 1. 5. Matrik skalar adalah matrik diagonal dengan semua elemen diagonal utamanyanya = k 6. Matrik segitiga bawah (lower triangular) adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di atas diagonal utama = 0. 7. Matrik segitiga atas (upper triangular) adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di bawah diagonal utama = 0. 8. Matrik simetris adalah matrik yang transposenya sama dengan dirinya sendiri. 9. Matrik anti simetris adalah matrik yang transposenya adalah negatifnya. . 10. Matrik hermitian
  • 23. 23 adalah matrik yang bila transpose hermitiannya adalah sama dengan dirinya sendiri. 11. Matrik idempoten, nilpotent Bila berlaku A.A = A2 = A, maka A dikatakan matrik idempoten. Bila Ar = 0, maka A nilpotent dengan index r (dimana r adalah bilangan bulat positif terkecil yang memenuhi hubungan tersebut) 3.5 Transformasi (Operasi) elementer pada baris dan kolom suatu matrik Yang dimaksud dengan transformasi elementer pada baris dan kolom suatu matrik A adalah sebagai berikut : 1a. Penukaran tempat baris ke – i dan baris ke – j ditulis Hij (A) b. Penukaran tempat kolom ke – i dan kolom ke – j ditulis Kij (A) 2a Mengalikan baris ke – i dengan skalar   0 , ditulis H )( i (A) b. Mengalikan kolom ke – j dengan skalar   0 , ditulis K )( i (A) 3a. Menambah baris ke – i dengan  kali baris ke – j ditulis Hij ()(A) b. Menambah kolom ke – i dengan  kali kolom ke – j ditulis Kij ()(A) Misalnya kita telah mengetahui matrik B sebagai hasil transformasi elementer dari A. Kita dapat mencari A, disebut invers dari transformasi elementer tersebut. Matrik ekivalen Dua matrik A dan B dikatakan ekivalen (A~B) apabila salah satunya dapat diperoleh dari yang lin dengan transformasi – transformasi elementer terhadap baris dan atau kolom. Jika
  • 24. 24 transformasi elementernya pada baris saja, maka dikatakan ekivalen baris. Begitu juga dengan kolom. Matrik Elementer Sebuah matrik n x n disebut matrik elementer jika matrik tersebut dapat diperoleh dari matrik identitas n x n yaitu In dengan melakukan sebuah operasi baris elementer tunggal. 3.6 Mencari solusi dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan Misal diketahui matrik A adalah matrik bujursangkar. Dan X adalah pemecahan bagi AX = 0 dimana AX = 0 adalah bentuk matrik dari sistem : a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = 0 a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = 0 . . . an1x1 + an2x2 + … + annxn = 0 Jika kita memecahkannya dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan, maka sistem persamaan yang bersesuaian dengan bentuk eselon baris tereduksi dari matrik yang diperbesar akan menjadi : x1 = 0 x2 = 0 . .
  • 25. 25 xn = 0 dan matrik yang diperbesar tersebut adalah :                     0.. ...... ...... ...... 0.. 0.. 21 22221 11211 nnnn n n aaa aaa aaa 3.7 Mencari invers matrik Contoh 3.1: Cari invers matrik A =           801 352 321 Jawab : Pada akhir operasi , matrik dibentuk menjadi [I |A-1] dari bentuk asal [A | I]      801 352 321      100 010 001 dengan operasi elementer H )2( 21  dan H )1( 21  menjadi
  • 26. 26        520 310 321        101 012 001 dengan operasi elementer H )2( 32 menjadi        100 310 321        125 012 001 dengan operasi elementer H )1( 3  menjadi       100 310 321        125 012 001 dengan operasi elementer H )3( 13  dan H )3( 23 menjadi      100 010 021         125 3513 3614 dengan operasi elementer H )2( 12  menjadi      100 010 001         125 3513 91640 Jadi invers dari matrik A adalah              125 3513 91640
  • 27. 27 BAB IV DETERMINAN 4.1 Pengertian Setiap matrik bujursangkar A selalu dikaitkan dengan suatu sknlar yang disebut Determinan. Sebelum mulai dengan yang lebih umum, kita ambil dahulu matrik A(2x2) sebagai berikut :       dc ba Didefinisikan ; det(A) = dc ba = ad -bc Contoh : A =       55 31 maka det(A) = 1.5 – 3.5 = 5 – 15 = -10 4.2 PERMUTASI Definisi : Permutasi himpunan bilangan – bilangan bulat {1,2,3 …,n} adalah susunan bilangan – bilangan bulat ini menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau mengulangi bilangan – bilangan tersebut.
  • 28. 28 Contoh 4.1: Ada 6 permutasi yang berbeda dari himpunan {1,2,3} yaitu {1,2,3}, {1,3,2}, {2,1,3}, {2,3,1}, {3,2,1}, {3,1,2} Banyaknya permutasi dapat dihitung dengan factorial. Untuk contoh soal diatas 3! = 1.2.3 = 6 Definisi Invers pada suatu permutasi (j1, j2, j3 …,jn) adalah adanya jk < ji (jk mendahului ji) padahal ji < jk (I dan k = 1, 2, . . ., n) Contoh 4.2: Berapa banyak invers yang terdapat pada permutasi {2, 1, 4, 3} ? Ada 2 invers yaitu : 1. ji = 2 mendahului jk = 1, padahal 1 < 2 2. ji = 4 mendahului jk = 3, padahal 3 < 4 4.3 DETERMINAN Cara termudah mencari determinan dari matrik bujursangkar untuk orde yang tidak terlalu besar adalah dengan metode SARRUS . (-) (-) (-) 333231 232221 131211 aaa aaa aaa 3231 2221 1211 aa aa aa (+) (+) (+) Contoh 4.3:
  • 29. 29 213 212 132 13 12 32 = 2.1.2 + 3.2.3 + 1.2.1 – 1.1.3 – 2.2.1 – 3.2.2 = 4 + 18 + 2 – 3 – 4 – 12 = 5 4.4 SIFAT – SIFAT DETERMINAN 1. det(A) = det(AT) 2. Tanda determinan berubah jika 2 baris atau kolom ditukar tempatnya. 3. Harga determinan menjadi  kali, bila suatu baris / kolom dikalikan dengan skalar  4.5 MENGHITUNG DETERMINAN DGN REDUKSI BARIS Metode ini penting untuk menghindari perhitungan panjang yang terlibat dalam penerapan definisi determinan secara langsung. Theorema : Jika A adalah matrik segitiga n x n, maka det(A) adalah hasil kali elemen – elemen pada diagonal utama, yaitu , det(A) = a11.a22.a33 .. ann Contoh 4.4 : 40000 89000 67600 15730 38372   = (2) (-3) (6) (9) (4) = -1296 Contoh 4.5 : Hitung det(A) dimana A = 162 963 510 
  • 30. 30 Jawab : Baris I ditukar dengan baris II ( H21), sehingga menjadi = - 162 510 963  = - 3 162 510 321   H31 (-2)  = - 3 5100 510 321    H32 (-10)  = - 3 5500 510 321   = (-3) (-55) 100 510 321  = (-3) (-55) (1) = 165 Metode reduksi baris ini sangat sesuai untuk menghitung determinan dengan menggunakan komputer karena metode tersebut sistematis dan mudah diprogramkan. 4.6 MINOR, EKSPANSI KOFAKTOR, & ATURAN CRAMER Minor aij adalah determinan submatrik yang tetap setelah baris ke – i dan kolom ke – j dicoret dari A . Dinyatakan dengan |Mij|. Sedangkan bilangan (-1) i+j |Mij|dinyatakan oleh Cij disebut Kofaktor Contoh 4.6 : A =           198 765 432 Minor dari elemen a23 = 98 32 = 18 – 24 = -6 Kofaktor dari elemen a23 = (-1)5 (-6) = 6 Perhatikan bahwa kofaktor dan minor hanya berbeda pada tandanya, yaitu Cij =  Mij . Cara cepat untuk menentukan apakah penggunaantanda + atau tanda – merupakan penggunaan
  • 31. 31 tanda yang menghubungkan Cij dan Mij berada dalam baris ke – i dan kolom ke – j dari susunan :                          .......... .. . .. .. .. .. .. Misalnya C11 = M11, C21 = -M21 , C44 = M44, C23 = -M23 Theorema Determinan matrik A yang berukuran n x n dapat dihitung dengan mengalikan elemen – elemen dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor – kofaktornya dan menambahkan hasil kali – hasil kali yang dihasilkan, yaitu setiap 1  i  n dan 1  j  n , maka det(A) = a1jC1j + a2jC2j + … + anjCnj (ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – j) dan det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin (ekspansi kofaktor sepanjang baris ke – i)
  • 32. 32 Contoh 4.7 : Det(A) bila A =             245 342 013 adalah Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama = 3 24 34   - 1 25 32   + 0 45 42  = (3)(-4) – (1)(-11) = -12 + 11 = -1 Definisi : Jika A adalah sebarang matrik n x n dan Cij adalah kofaktor aij, maka matrik                 nnnnn n n CCCC CCCC CCCC ... ..... ....... ... ... 321 2232221 1131211 disebut matrik kofaktor A. Transpose matrik ini disebut Adjoin A dan sinyatakan dengan adj(A). Jika A adalah matrik yang dapat dibalik, maka : A 1 = )det( 1 A adj(A)
  • 33. 33 ATURAN CRAMER Theorema Jika AX = B adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linier dalam n bilangan tak diketahui sehingga det(A)  0, maka system tesebut mempunyai pemecahan unik. Pemecahan ini adalah : x1 = )det( )det( 1 A A , x2 = )det( )det( 2 A A , … , xn = )det( )det( A An dimana Aj adalah matrik yang didaptkan dengan mengantikan elemen- elemen dalam kolom ke j dari A dengan elemen matrik B =             nb b b . 2 Contoh 4.8: Gunakan aturan Cramer untuk memecahkan x1 + + 2x3 = 6 -3x1 + 4x2 + 6x3 = 30 -x1 - 2x2 + 3x3 = 8 Jawab : A=             321 6403 201 , A1=            328 6430 206 , A2=             381 6303 261 , A3=             321 3043 601 Maka
  • 34. 34 x1 = )det( )det( 1 A A = 44 40 = 11 10 , x2= )det( )det( 2 A A = 44 72 = 11 18 , x3 = )det( )det( 3 A A = 44 152 = 11 38
  • 35. 35 BAB V TRANSFORMASI LINIER 5.1 Pengantar Definisi Jika F:V  W adalah sebuah fungsi dari ruang vektor V ke dalam ruang vektor W, maka F disebut transformasi linier, jika : (i). F(u+v) = F(u) + F(v), untuk semua vektor u dan v di V (ii). F(ku) = kF(u) untuk semua vektor u di dalam V dan semua skalar k Contoh 5.1 Misal F:R2  R3 adalah sebuah fungsi yang didefinisikan oleh : F(v) = (x, x+y, x-y) Jika u=(x1, y1) dan v=(x2, y2) maka u + v = (x1 + x2 , y1 + y2) Sehingga , F(u + v) = (x1 + x2, [x1 + x2]+[ y1 + y2], [x1 + x2]-[ y1 + y2]) = (x1, x1 + y1, x1 - y1) + (x2, x2 + y2, x2 – y2) = F(u) + F(v) Demikian juga jika k adalah sebuah skalar, ku = (kx1, ky1) sehingga F(ku) = (kx1, kx1 + ky1, kx1 - ky1) = k(x1, x1 + y1, x1 - y1) = k F(u) Jadi F adalah sebuah transformasi linier Latihan : Tentukan apakah F linier untuk masing – masing latihan berikut : 1. F(x,y) = (2x, y) 2. F(x,y) = (2x+y, x-y)
  • 36. 36 3. F(x, y, z) = (2x+y, 3y-4z) 4. F(x,y,z) = (1, 1) 5.2 Transformasi Linier dari Rn  Rm Misalkan e1, e2, . . . , en adalah basis baku untuk Rn dan misalkan A adalah sebuah matrik m x n yang mempunyai T(e1), T(e2), . . . , T(en) sebagai vektor – vektor kolomnya. Misal jika T:R2  R2 diberikan oleh : T               2 1 x x =         21 21 2 xx xx Maka T(e1) = T               0 1 =       1 1 dan T(e2) = T               1 0 =       1 2 Jadi A =       11 21 adalah matrik baku untuk T di atas. 5.3 Jenis – jenis Transformasi Linier bidang 1. Rotasi (Perputaran) Matrik baku untuk T adalah :          cossin sincos 2. Refleksi Refleksi terhadap sebuah garis l adalah transformasi yang memetakan masing – masing titik pada bidang ke dalam bayangan cerminnya terhadap l
  • 37. 37 Matrik baku untuk : a. refleksi terhadap sumbu y ( yang mengubah       y x menjadi       y x ) adalah :       10 01 b. refleksi terhadap sumbu x ( yang mengubah       y x menjadi        y x ) adalah :       10 01 c. refleksi terhadap garis y = x ( yang mengubah       y x menjadi       x y ) adalah :       01 10 3. Ekspansi dan kompresi Jika koordinat x dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas gambar bidang dalam arah x. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam arah x. Disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah x dengan faktor k Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       10 0k Demikian juga , jika koordinat y dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas gambar bidang dalam arah y. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam arah y. Disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah y dengan faktor k Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       k0 01
  • 38. 38 4. Geseran Sebuah geseran dalam arah x dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu x sebanyak ky menuju kedudukan yang baru (x + ky, y) Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       10 1 k Sebuah geseran dalam arah y dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu y sebanyak kx menuju kedudukan yang baru (x , y + kx) Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       1 01 k Jika dilakukan banyak sekali transformasi matrik dari Rn ke Rm secara berturutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan transformasi matrik tunggal. Jika transformasi - transformasi matrik T1(x) = A1x, T2(x) = A2x, , .... , Tn(x) = Anx, Dari Rn ke Rm dilakukan berurutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan transformasi matrik tunggal T(x) = Ax, dimana
  • 39. 39 A = Ak . . . A2 A1 Contoh 5.2 a. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula menggeser dengan faktor sebesar 2 dalam arah x dan kemudian merefleksikannya terhadap y = x b. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula merefleksikannya terhadap y = x dan kemudian menggeser dengan faktor sebesar 2 dalam arah x Jawab : a). Matrik baku untuk geseran adalah A1 =       10 21 Dan untuk refleksi terhadap y = x adalah A2 =       01 10 Jadi matrik baku untuk geseran yang diikuti dengan refleksi adalah A2. A1 =       01 10       10 21 =       21 10 b). Matrik baku untuk refleksi yang diikuti dengan geseran adalah A1. A2 =       10 21       01 10 =       01 12 Dari contoh di atas, perhatikan bahwa A2. A1  A1. A2 Jika T:R2  R2 adalah perkalian oleh sebuah matrik A yang punya invers, dan misalkan T memetakan titik (x,y) ke titik (x’, y’), maka       ' ' y x = A       y x Dan
  • 40. 40       y x = A-1       ' ' y x Contoh 5.3 Carilah persamaan bayangan sebuah garis y = 2x + 1 yang dipetakan oleh matrik A =       12 13 Jawab :       ' ' y x =       12 13       y x Dan       y x = 1 12 13              ' ' y x =         32 11       ' ' y x Sehingga x = x’ – y’ y = -2x’ + 3y’ Substitusikan ke y = 2x + 1 maka dihasilkan : -2x’ + 3y’ = 2(x’ – y’) + 1 -2x’ + 3y’ = 2x’ – 2y’ + 1 5y’ = 4x’ + 1 y’ = 5 4 x’ + 5 1
  • 41. 41 BAB VI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN 6.1 Devinisi Nilai Eigen Dan Vektor Eigen Jika A adalah matrik n x n, maka vektor tak nol x di dalam Rn dinamakan vektor eigen dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yaitu, Ax = x untuk suatu skalar . Skalar  disebut nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan . Contoh 6.1 Vektor x =       2 1 adalah vektor eigen dari A =       18 03 Yang bersesuaian dengan nilai  = 3 karena Ax =       18 03       2 1 =       6 3 = 3       2 1 Untuk mencari nilai eigen matrik A yang berukuran n x n maka kita menuliskannya kembali Ax = x sebagai Ax = Ix  (I – A)x = 0 Dan persamaan di atas akan mempunyai penyelesaian jika det(I – A)=0 ...................................................(6.1) Persamaan (6.1) disebut persamaan karakteristik A.
  • 42. 42 Contoh 6.2 Carilah nilai – nilai eigen dari A =        01 23 Jawab : Karena I – A =        10 01 -        01 23 =          1 23 Det(I – A) = (-3)  - (-2) = 0 = 2 - 3 + 2 = 0 1 = 2, 2 = 1 Jadi nilai – nilai eigen dari A adalah 1 = 2 dan 2 = 1