SlideShare a Scribd company logo
1 of 85
Download to read offline
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
TERHADAP FRESTEA TEKITA DAN TEH SOSRO
    KEMASAN BOTOL DI KOTA BOGOR




                 Oleh :
                ADITYO
              ( A 14101541 )




  PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN
              AGRIBISNIS
          FAKULTAS PERTANIAN
       INSTITUT PERTANIAN BOGOR
                  2006
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
   TERHADAP FRESTEA TEKITA DAN TEH SOSRO
       KEMASAN BOTOL DI KOTA BOGOR




                           Oleh :
                         ADITYO
                        (A 14101541)




                          SKRIPSI
      Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
                  SARJANA PERTANIAN
                            Pada
        Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor




   PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN
                      AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
                           2006
RINGKASAN

ADITYO. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Frestea Tekita Dan Teh Sosro
Kemasan Botol Di Kota Bogor (dibawah bimbingan EKA INTAN K. PUTRI)

        Teh merupakan minuman yang mudah dalam mendapatkan bahan bakunya
serta minuman khas (tradisional) bagi penduduk Indonesia. Teh dijual dalam
berbagai bentuk yaitu (1) dalam bentuk teh siap minum yang dikemas dalam
kemasan karton dan kemasan botol, (2) dalam bentuk curah dimana konsumen
harus menyeduhnya dan mengeluarkan ampasnya atau yang lebih dikenal dengan
teh celup.
        Frestea merupakan salah satu produk teh kemasan botol yang diproduksi
oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia. Minuman ini termasuk dalam minuman
teh siap saji beraroma melati yang dikemas dalam botol dan tetra-pack (kotak).
Frestea adalah produk teh kemasan botol yang masih baru dikeluarkan perusahaan
yaitu pada bulan Juni 2002, sebagai produk yang masih baru dipasaran perusahaan
perlu mengetahui bagaimana perilaku konsumen terhadap Frestea kemasan botol
untuk dapat menemukan strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan
minuman teh dalam kemasan.
        Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Mengkaji sikap
konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol, (2)
Membandingkan sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam
kemasan botol, (3) Rekomendasi terhadap perusahaan berdasarkan strategi bauran
pemasaran.
        Penelitian dilakukan November – Januari 2003 di Kota Bogor. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, melakukan
wawancara, pengisisan kuesioner oleh responden. Data sekunder diperoleh dari
internal perusahaan dan eksternal perusahaan, seperti literatur teh siap saji dan
data dari pihak-pihak terkait dalam industri teh siap saji seperti BPS, Depperindag
dan lain-lain. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience
sampling (pengambilan sampel secara kebetulan) yang termasuk ke dalam teknik
pengambilan sampel non peluang.
        Karakteristik konsumen berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, pendapatan perbulan, pengeluaran per bulan, biaya yang dikeluarkan
untuk membeli teh botol per bulan, kuantitas pembelian Frestea per bulan,
ketertarikan konsumen mengkonsumsi Frestea, asal informasi mengenai Frestea
dan tempat konsumen biasa membeli Frestea dianalisis secara diskriptif. Penilaian
sikap konsumen dianalisis dengan menggunakan Model Multiatribut Fishbein.
Diagram semantic differentia digunakan untuk melihat hasil penilaian konsumen
terhadap ketiga merek produk teh kemasan botol.
        Hasil penelitian didapat bahwa dari delapan atribut yang diteliti, penilaian
sikap konsumen terhadap Frestea kemasan botol cukup baik. Akan tetapi dari ke
tiga merek yang ada Frestea dengan nilai sikap sebesar 20,00 menduduki
peringkat ketiga dibandingkan kedua merek lainnya yaitu Teh Botol Sosro (26,71)
dan Tekita (20,35). Hal ini dapat terjadi karena sebagai produk yang masih cukup
baru, Frestea belum mampu memberikan kualitas serta keunikan produk yang
lebih baik dari kedua produk lainnya yang lebih dahulu hadir dan dikenal oleh
konsumen.
        Hasil analisis menggunakan diagram semantic differentia didapatkan suatu
strategi pemasaran yang dimunculkan dalam strategi bauran pemasaran. Strategi
bauran pemasaran mencakup strategi harga, strategi produk, strategi distribusi
atau tempat dan strategi promosi.
        Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan adalah tetap
mempertahankan atribut yang sudah baik kinerjanya yaitu kebersihan dari
kemasan Frestea. Selain itu perusahaan sebaiknya meningkatkan promosi untuk
lebih memperkenalkan keunikan yang ingin ditonjolkan dari Frestea kemasan
botol, dan juga agar mampu menguasai pasar produk teh kemasan botol
khususnya konsumen usia muda sesuai target pasar dari perusahaan.




     PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
                       INSTITUT PERTANIAN BOGOR



Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh :

Nama                  : Adityo
NRP                   : A.141401541
Program Studi         : Ekstensi Manajemen Agribisnis
Judul Skripsi         : Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Frestea Tekita
                        dan Teh Sosro Kemasan Botol Di Kota Bogor

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.



                                    Menyetujui,
                                 Dosen Pembimbing




                         Dr.Ir.Eka Intan K. Putri, Msi
                               NIP. 131 918 659




                                  Mengetahui,
                            Dekan Fakultas Pertanian,




                     Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabihan, M.Agr
                                NIP. 130 422 698




Tanggal Lulus:
                                 PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
‘ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP FRESTEA TEKITA
DAN TEH SOSRO KEMASAN BOTOL DI KOTA BOGOR’ BELUM PERNAH
DIAJUKAN KEPADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA TINGGI
LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR   HASIL   KARYA   SAYA   SENDIRI   DAN    ATAU     TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.




                                               Bogor, Maret 2006




                                                     Adityo
                                                   A.14101541




                    RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1978 sebagai anak
dari pasangan Bapak Petrus Suwarsono dan Ibu Patricia Sri Warsiti. Penulis
adalah anak ketiga dari tiga bersaudara.
       Pada tahun 1985 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di Taman
Kanak-kanak Angkasa V Halim Perdanakusuma Jakarta Timur. Penulis lulus dari
SD Santo Markus Jakarta Timur pada tahun 1991. Pendidikan tingkat menengah
dapat diselesaikan penulis pada tahun 1994 pada SMP Santo Markus Jakarta
Timur. Pendidikan tingkat menengah atas diselesaikan pada tahun 1997 di SMUN
62 Jakarta Timur. Pada tahun 1997 penulis diterima Politeknik Universitas
Indonesia pada Program Studi Diploma I Akuntansi Perbankan Pendidikan
Aplikasi Bisnis, Jurusan Akuntansi. Kemudian pada tahun 1998 penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Manajemen
Agribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selanjutnya pada tahun 2001, penulis melanjutkan studinya melalui Program
Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Manajemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.




                        UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan

hanya    kepada-Nya yang         pantas   terucap.    Penulis   sadar   bahwa   dalam

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu

penulis. Dalam lembaran ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada:

   1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Msi, selaku dosen pembimbing yang telah

        memberikan bimbingan, arahan, saran, kritik dan semangat sehingga

        skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

   2. Ir. Netti Tina Prila MM, selaku dosen evaluator atas kritik dan sarannya.

   3. Ir. Murdianto Ms, selaku dosen dari komisi pendidikan atas masukannya.

   4. Ir. Hj. Yayah K. Wagiono, Mec, selaku dosen penguji layak sidang atas

        saran dan “solusi” terbaiknya.

   5. Bapak Hadi Ruwiyono,           General and External Affair PT Coca-Cola

        Bottling Indonesia, Cibitung Bekasi yang telah memberikan informasi

        yang sangat berharga bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

   6. Ayah dan Ibunda tercinta, Mas Ary, Mas Itot “Viki’, dan saudara-

        saudaraku tercinta yang selalu memberikan dukungan doa dan kasih

        sayangnya.

   7. Yashoki Cornelius Gulo Amd, yang bersedia menjadi pembahas seminar.

   8. My Sweet and Gorgeous dr. Wiwit Ayu Wulandari, buat doa, perhatian

        dan kasih sayangnya...
9. Rekan-rekan satu bimbingan (Dian, Icha ‘meuh’, Irene ‘nene’, Eka

   ‘simatup’, Andre, Jane, Avi)

10. Sobat-sobatku : Windi, Zarna, Arun, Yusril, Bara, Sony ‘the army’, Hedot,

   Ijul, ... (ex-SMUN 62); serta Marisca Enyta ‘Fukadacan..’, Annisa, Irene,

   Nusfan, Eka, Irsi, Oki ‘Gulo’, Teguh ‘Omguguh’. Oki ‘jabrix’, Dale, Iwan

   ‘batax’, Adi ‘ngex’, , Iman n Mawan‘x-parikesit’, teh Hedi, Ucok, Yudi

   ‘bule’, Riri n Rizal ‘x-bapeun’ , Makasih semuanya atas jalinan

   pertemanan dan kekompakannya... thanx alot..also for Ferry sekeluarga for

   the house n Vivi-nya.

11. Telkomsel family : Bu Yana ‘Manager CC’, Mas Herry, Mb’ Ratna, Mb’

   Debie; Pungky, Yuda, Iman, Dina, Aji, Ruslan, Sugeng, Patrice, Medy,

   Nancy, Pury, Jihan, Dedy, Aldi...

12. Tanah baru “my second family”: Tante Tia, T’ Heny, T’ Manurung, Om

   Ferry dan lainnya yang belum bisa disebutkan semuanya. Atas dukungan

   doa dan dukungan rohaninya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

          Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta rekan-rekan mendapat

   balasan yang jauh lebih baik dari Tuhan Yang Maha Baik. Amin.



                                                      Bogor, Maret 2006



                                                              Penulis
KATA PENGANTAR


       Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

segala rahmat, kesabaran, kemauan dan izin-Nya kepada penulis untuk membuat

skripsi ini. Skripsi yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Frestea

Kemasan Botol di Kota Bogor ini berisi mengenai atribut-atribut yang menjadi

penilaian sikap konsumen serta kepuasan konsumen terhadap Frestea kemasan

botol dibandingkan kedua merek lain.

       Penelitian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh

penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna tidak hanya bagi penulis saja, tetapi

juga pihak-pihak yang memerlukannya.




                                                            Bogor, Maret 2006




                                                                  Penulis
DAFTAR ISI



                                                                                                      Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
BAB I.          PENDAHULUAN ........................................................................ 1
                1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
                1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 3
                1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
                1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
                1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 7
BAB II.         TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8
                2.1. Kerangka Teoritis ................................................................... 8
                        2.1.1. Teh ........................................................................... 8
                        2.1.2. Perilaku Konsumen .................................................. 8
                        2.1.3. Proses Pengambilan Keputusan ............................... 10
                        2.1.4. Persepsi Konsumen .................................................. 11
                        2.1.5. Preferensi Konsumen ............................................... 11
                        2.1.6. Riset Konsumen ....................................................... 12
                        2.1.7. Model Multi Atribut Fishbein .................................. 13
                        2.1.8. Strategi Pemasaran ................................................... 14
                2.2. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................. 15
                2.3. Alur Pemikiran Konseptual .................................................. 18
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 19
                3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 19
                3.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 19
                3.3. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data ........ 19
                3.4. Analisis Data ........................................................................ 20
3.4.1. Pengujian Kuesioner ................................................ 20
                       3.4.2. Analisis Model Sikap Fishbein ................................ 23
               3.5. Definisi Operasional ............................................................ 25
BAB IV. GAMBARAN UMUM ................................................................. 26
               4.1. Lokasi Penelitian .................................................................. 26
               4.2. Karakteristik Responden ...................................................... 27
BAB V.         KARAKTERISTIK FRESTEA, TEKITA DAN
               TEH SOSRO KEMASAN BOTOL .............................................. 36
BAB VI. ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN .................................... 41
               5.1. Penilaian Sikap Konsumen .................................................. 41
               5.2. Penilaian Sikap Konsumen Terhadap Masing-masing
                       Atribut Frestea ...................................................................... 44
                       5.2.1. Atribut Harga Rp 1200 ............................................. 45
                       5.2.2. Atribut Rasa Manis .................................................. 46
                       5.2.3. Atribut Kemudahan Mendapatkan ........................... 46
                       5.2.4. Atribut Volume/Isi ................................................... 47
                       5.2.5. Atribut Tersedia Dalam Kemasan Dingin ................ 48
                       5.2.6. Atribut Aroma .......................................................... 48
                       5.2.7. Atribut Kebersihan Kemasan ................................... 49
                       5.2.8. Atribut Kemasan Menarik ........................................ 50
BAB VII. REKOMENDASI STRATEGI PERUSAHAAN ......................... 52
               7.1. Analisis Semantic Differentia .............................................. 52
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 57
               8.1. Kesimpulan .......................................................................... 57
               8.2. Saran ................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................... 62
DAFTAR TABEL


No.                                           Teks                                          Halaman
1. Konsumsi dan Pengeluaran Konsumen Rata-rata Perkapita
      Seminggu untuk Minuman Tidak Mengandung CO2 (Soda)
      untuk Tahun 1999 di Indonesia ............................................................ 2
2. Daftar Atribut yang Akan Diuji Validitas ........................................... 21
3. Daftar Atribut Hasil Uji Validitas ....................................................... 22
4. Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur Tahun 2001 .......... 26
5. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Frestea Kemasan Botol ............. 42
6. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Teh Botol Sosro ........................ 43
7. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Tekita ........................................ 44
DAFTAR GAMBAR


No.                                                                                                    Halaman
1. Tahapan Pengambilan Keputusan Konsumen ..................................... 10
2. Alur Pemikiran Konseptual ................................................................. 17
3. Jumlah Responden Berdasarkan Usia ................................................. 31
4. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 31
5. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................................ 32
6. Jumlah Reponden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan ....................... 33
7. Jumlah Responden Berdasakan Pengeluaran Per Bulan ..................... 34
8. Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Pembelian Teh Botol
      Per Bulan ............................................................................................. 35
10. Jumlah Responden Berdasarkan Kuantitas Pembelian Frestea
      Per Bulan ............................................................................................. 36
11. Jumlah Responden Bedasarkan Alasan Ketertarikan Mengkonsumsi
      Frestea Per Bulan ................................................................................. 37
12. Jumlah Responden Berdasarkan Asal Informasi Mengenai Frestea ... 37
13. Jumlah Responden Berdasarkan Tempat Membeli Frestea ................. 38
14. Diagram Semantic Differentia ............................................................. 57
DAFTAR LAMPIRAN


No.                                                                                                Halaman
1. Uji Validitas 1 ...................................................................................... 62
2. Uji Validitas 2 ...................................................................................... 63
3. Uji Validitas 3 ...................................................................................... 64
4. Uji Validitas 4 ...................................................................................... 65
5. Kuesioner Penelitian ............................................................................ 66
BAB I
                              PENDAHULUAN



                               I.1. Latar belakang

       Teh merupakan salah satu komoditas agribisnis yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi. Total produksi teh yang dihasilkan perkebunan besar

dan rakyat telah meningkat dari 153,6 ribu ton pada tahun 1997 menjadi 163,4

ribu ton pada tahun 2001 (Biro Pusat Statistik, 2001). Sementara itu ekspor teh

juga telah meningkat dari 63,4 ribu metrik ton tahun 1997 menjadi 95 ribu metrik

ton pada tahun 2001 (BPS, 2002). Teh merupakan minuman yang mudah dalam

mendapatkan bahan bakunya serta minuman khas (tradisional) bagi penduduk

Indonesia.

       Teh dijual dalam berbagai bentuk yaitu (1) dalam bentuk teh siap minum

yang dikemas dalam kemasan karton dan kemasan botol, (2) dalam bentuk curah

dimana konsumen harus menyeduhnya dan mengeluarkan ampasnya atau yang

lebih dikenal dengan teh celup (Sumarwan, 2002). Menurut hasil penelitian yang

dilakukan Aditya (2002) minuman teh dalam kemasan telah menjadi minuman

yang sangat digemari dan memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia,

terutama dikalangan remaja dan mahasiswa. Teh siap minum dalam kemasan

merupakan salah satu jenis produk minuman ringan tidak bergas (non carbonated)

(Kurniawan, 2000). Teh menduduki peringkat kedua untuk minuman ringan tidak

mengandung karbondioksida (CO2)dalam kemasan yang dikonsumsi penduduk

Indonesia setelah air mineral. Untuk data lengkapnya dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Konsumen Rata-rata Perkapita Seminggu
          untuk Minuman Tidak Mengandung CO2 (Soda) untuk Tahun 1999 di
          Indonesia
                                              Perkotaan + Pedesaan
     Jenis Minuman             Satuan
                                          Jumlah (000)    Nilai (Rp) (000)
Air Kemasan                    500 ml              0,014                16
Air Teh Kemasan                200 ml              0,011                11
Sari Buah Kemasan              200 ml              0,001                 2
Minuman Kesehatan              100 ml              0,002                 5
Minuman Lainnya                 Gelas              0,249               137
Sumber : Badan Pusat Statistik (1999)

       Industri pangan termasuk minuman ringan dan suplemen merupakan salah

satu industri yang berkembang pesat saat ini (Kurniawan, 2000). PT. Coca-Cola

Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen minuman ringan yang terkenal

di Indonesia. Salah satu pabrik yang dimiliki adalah Pabrik Nasional Cibitung,

yang merupakan pabrik terbesar di Asia Tenggara dengan 10 jalur produksi

sampai dengan awal 2003. Hasil produksi pabrik ini yaitu :

 o Coca-Cola kemasan botol gelas, kaleng dan PET (Poly Ethylene

     Terephthalate)

 o Diet Coke kemasan kaleng dan PET

 o Sprite kemasan botol, kaleng dan PET

 o Fanta : Strawberry (merah), Orange, Fruit Punch (hijau), Pineapple (nanas),

     Oranggo (jeruk mangga) : kemasan botol gelas, kaleng dan PET

 o Schweppes : tonic, Ginger-Ale, Lemon dan Soda Water kemasan kaleng

 o Aquarius kemasan kaleng

 o A&W rasa Sarsaparila kemasan kaleng

 o Frestea kemasan botol gelas dan tetra-pack (kotak)

 o Syrup Coca-Cola, Sprite dan Fanta Strawberry kemasan lima galon
Frestea sebagai salah satu produk minuman ringan PT. CCBI merupakan

produk minuman ringan yang masih baru dikeluarkan perusahaan yaitu pada

bulan Juni 2002. Minuman ini termasuk dalam minuman teh siap saji beraroma

melati yang dikemas dalam botol dan tetra-pack (kotak). Peluncuran produk ini

didasarkan oleh riset pasar yang telah dilakukan perusahaan sebelumnya. Dari

hasil riset tersebut didapat bahwa masyarakat Indonesia gemar mengkonsumsi teh

terutama teh tubruk beraroma melati. Fenomena ini dimanfaatkan oleh perusahaan

dengan diluncurkannya Frestea, teh dalam kemasan beraroma melati.1

             Dewasa ini telah terdapat berbagai merek teh siap saji di pasaran,

diantaranya Teh Botol Sosro, Tekita, Teh Kotak, Lipton Ice Tea, Teh 2 Tang,

Fruit Tea, dan Hi-C, hal ini menyebabkan persaingan dalam industri teh siap saji

dalam kemasan semakin ketat. Menurut kalkulasi dari majalah SWA (2002) pasar

minuman teh siap saji menyentuh Rp 700 miliar setahun, dan sekitar 75% pangsa

pasar dikuasai oleh Teh Botol Sosro. Setiap perusahaan teh siap saji berusaha

meningkatkan pangsa pasarnya dengan cara mengetahui dan berusaha memenuhi

kebutuhan konsumen. Dengan demikian perlu dikaji lebih lanjut mengenai

konsumen minuman teh siap saji dalam kemasan, yang menyangkut perilaku

konsumen terhadap Frestea sebagai salah satu produk teh siap saji dalam

kemasan.


I.2. Perumusan Masalah

             Pada tahun 1985 PT CCBI melakukan diversifikasi produk minuman

selain minuman berkarbonisasi yaitu minuman teh siap saji kemasan botol yang

dikenal dengan merek Hi-C. Hal ini dilakukan oleh perusahaan setelah melihat

1
    Munadji dan Hadi Ruwiyono , General & External Affair PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, Cibitung-Bekasi
adanya budaya mengkonsumsi minuman teh pada masyarakat Indonesia.

Perusahaan memandang hal tersebut sebagai peluang usaha. Produk ini ditujukan

untuk semua kalangan usia yang menggemari minuman teh. Akan tetapi Hi-C

tidak berhasil mencapai mencapai target perusahaan.

            Dalam rangka menutupi kegagalan produk Hi-C dalam industri minuman

teh, pada tahun 2002 perusahaan kembali memunculkan minuman teh siap saji

kemasan botol dengan merek Frestea. Produk ini memiliki aroma, rasa dan

kemasan yang berbeda dari Hi-C. Pada beberapa daerah Hi-C masih dapat

ditemukan karena perusahaan bermaksud menghilangkannya secara bertahap.

            Frestea sebagai salah satu produk minuman teh siap saji dalam kemasan

mulai dikenal oleh masyarakat dan mulai banyak dijumpai di pasaran. Dalam

rangka meningkatkan penjualannya perusahaan telah melakukan berbagai

kegiatan promosi baik berupa promosi above the line maupun below the line.

Rangkaian promosi yang saat ini telah dilakukan diantaranya adalah iklan melalui

media elektronik (TV dan radio), pemberian cooler box, tissue box kepada

pedagang yang menjual Frestea. Kegiatan promosi tersebut dimaksudkan untuk

meningkatkan customer awareness dan menjamin ketersediaan produk di pasaran,

yang pada akhirnya meningkatkan penjualan melalui peningkatan konsumsi oleh

konsumen.

            Pada tahap awalnya pendistribusian Frestea kemasan botol difokuskan di

wilayah Jakarta dan Jawa Barat.2 Hal ini dikarenakan pada tahap-tahap awal,

produksi Frestea hanya dapat dilakukan oleh pabrik PT CCBI di Jakarta. Kota

Bogor merupakan salah satu daerah pemasaran Frestea yang potensial bagi

perusahaan, salah satu alasannya karena di Bogor terdapat Sales Center Coca-
2
    Jeremy Cook, Country Manager CDS PT Coca-Cola Indonesia, majalah SWA 14/XVIII/ Juli 2002
Cola Distribution Indonesia, hal ini mempermudah akses distribusi Frestea ke

konsumen Kota Bogor.

            Sosialisasi produk yang telah dilakukan perusahaan adalah dengan

memanfaatkan media iklan di televisi, melalui media ini perusahaan berusaha

mengkomunikasikan keberadaan Frestea. Sejauh ini kegiatan promosi tersebut

cukup gencar dilakukan. Diharapkan melalui media televisi perusahaan dapat

menjangkau semua konsumen yang berasal dari berbagai kalangan, meskipun

fokus utamanya adalah konsumen berusia 19-29 tahun.3 Target pasar ini turut

mempengaruhi cara penyampaian dan pengkomunikasian produk dalam kegiatan

promosi yang dilakukan. Selain iklan, perusahaan melakukan kegiatan promosi

berupa membagi-bagikan sampel produk di wilayah Jakarta dan Bandung selama

periode tertentu.

            Sebagai minuman teh siap saji yang masih baru dipasaran perusahaan

perlu mengetahui dengan baik atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi sikap

dan kepuasan konsumen terhadap teh siap saji dalam kemasan. Hal tersebut juga

juga perlu dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat untuk menghadapi

persaingan minuman teh siap saji yang masih dikuasai oleh merek lain.

            Frestea merupakan salah satu teh siap saji yang tidak perlu pengolahan

lebih lanjut untuk dikonsumsi, sehingga produsen perlu mempelajari preferensi

konsumen terhadap produk tersebut. Respon konsumen terhadap suatu produk

perlu mendapat perhatian dari perusahaan apabila perusahaan ingin tetap bertahan

dalam industri yang dimasukinya. Dalam menganalisis preferensi konsumen,

perlu diperhatikan determinan yang menjadi dasar perilaku konsumen itu sendiri.


3
    Jeremy Cook, Country Manager CDS PT Coca-Cola Indonesia, majalah SWA 14/XVIII/ Juli 2002
Determinan itu dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu pengaruh

lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual serta proses psikologis (Kotler,

1997). Pengukuran preferensi konsumen sangat penting bagi perusahaan untuk

melihat bagaimana sikap konsumen terhadap Frestea di Kota Bogor.

         Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

    1.    Bagaimana sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro

          dalam kemasan botol ?

    2.    Bagaimana perbandingan sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan

          Teh Sosro dalam kemasan botol ?

    3.    Strategi   pemasaran    apa   yang   dapat   direkomendasikan   kepada

          perusahaan?



I.3. Tujuan Penelitian

     Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka

tujuan dari penelitian ini adalah :

     1. Mengkaji sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam

          kemasan botol

     2. Membandingkan sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro

          kemasan botol

     3. Rekomendasi kepada perusahaan berdasarkan Strategi Bauran Pemasaran
I.4. Manfaat Penelitian

       Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan masukan

bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu :

    1. Produsen Frestea yaitu PT CCBI Cibitung, dengan adanya penelitian ini

           diharapkan dapat memberi masukan dalam melakukan strategi pemasaran

           yang tepat dalam memasarkan Frestea.

    2. Penyusun dan pembaca dapat menjadi bahan referensi dan penelitian

           lebih lanjut.

    3. Konsumen, sebagai tambahan informasi dalam melakukan pembelian teh

           siap saji dalam kemasan.



I.5. Ruang Lingkup Penelitian

       Penelitian ini difokuskan pada analisis preferensi konsumen, khususnya

sikap terhadap Frestea, Tekita dan Tek Sosro kemasan botol di Kota Bogor.

Hasilnya diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen PT Coca-Cola

Bottling     Indonesia     terhadap   rekomendasi   alternatif   strategi   pemasaran

selanjutnya.
BAB II
                           TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Teh

         Menurut SNI 01-3143-92 minuman teh didefinisikan sebagai minuman

yang diperoleh dari seduhan teh (Thea Sinesis L) dalam air minuman dengan

penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang

diijinkan dan dikemas sistematis (Tambunan, 2001). Teh merupakan minuman

ringan yang bisa diterima oleh seluruh lapisan praktis mendorong berkembangnya

industri teh. Teh tidak hanya diolah menjadi daun teh kering tetapi mengalami

proses pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan teh yang lebih praktis,

mudah penyajian dan tersedia beraneka ragam rasa. Berbagai teh olahan yang

ditawarkan yaitu : teh celup, teh bubuk atau dalam bentuk tes siap saji dalam

kemasan (Supriyasih, 2000). Minuman teh dalam kemasan dibagi dalam tiga

bentuk yaitu teh kotak, teh botol dan teh kaleng (Eveline, 1998 dalam Tambunan,

2001).

         Bahan baku untuk teh dalam kemasan botol terdiri dari daun teh, gula pasir

dan air. Proses pembuatan teh botol terdiri dari lima tahapan yaitu: penyeduhan

teh, pelarutan gula, pencampuran, pemanasan teh cair manis dan pengisian ke

dalam botol (Susilowati, 2001).


2.1.2. Perilaku Konsumen

         Konsumen merupakan fokus utama dari pemasaran (Tambunan, 2001).

Kotler (1994) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok yang
berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan

pribadi atau kelompoknya. Konsumen yang dipilih dalam penelitian ini adalah

konsumen akhir (final consumer), yaitu setiap individu yang tujuan pembeliannya

adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi langsung

(Tambunan, 2001). Sehingga pemahaman tentang konsumen lebih mengarah

kepada proses pengambilan keputusan konsumen sendiri untuk memenuhi

kebutuhan produk atau jasa.

       Pada dasarnya tujuan perusahaan yang menganut konsep pemasaran adalah

memberikan kepuasan kepada konsumen (Susilowati, 2001). Selera dan keinginan

konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh para

pengusaha. Penerimaan suatu jenis produk atau jasa oleh konsumen didasarkan

sampai sejauh mana produk atau jasa tersebut dipandang relevan dengan gaya

hidup konsumen yang bersangkutan, perlu diingat bahwa masing-masing

kelompok konsumen itu memiliki perbedaan minat dan selera (Susilowati, 2001).

Oleh karena itu perlu pengetahuan mengenai perilaku dan preferensi konsumen

terhadap produk yang dihasilkan.

       Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh beberapa faktor.

Menurut Engel et al (1994) perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor :

       - pengaruh lingkungan, yang meliputi lingkungan sosial budaya, kelas

         sosial, pengaruh keluarga dan situasi

       - perbedaan individu, yang meliputi sumber daya konsumsi, motivasi,

         keterlibatan, pengaruh sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi

       - proses psikologis yang meliputi pembelajaran, perubahan sikap dan

         perilaku
2.1.3. Proses Pengambilan Keputusan

       Keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan

tingkat keterlibatan konsumen (consumer involvement). Memahami tingkat

keterlibatan konsumen terhadap produk berarti pemasar berusaha mengidentifikasi

hal-hal yang menyebabkan seseorang merasa harus terlibat atau tidak dalam

pembelian suatu produk (Susilowati, 2001). Menurut Engel et al (1994) keputusan

konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan pembelian tidak muncul

begitu saja, akan tetapi melalui lima tahap proses keputusan (Gambar 1).

       Realisasi dari keputusan konsumen terlihat dalam aktivitas membeli yang

berwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap jenis produk, jumlah

pembelian, pilihan tampilan fisik, pilihan tempat pembelian dan frekuensi

pembelian (Susilowati, 2001). Kegiatan konsumen berawal dari pengambilan

keputusan hingga dilaksanakan dalam bentuk        tindakan yaitu membeli suatu

produk. Setelah membeli suatu produk konsumen akan mengalami tingkatan

kepuasan atau tidak kepuasan tertentu. Jika konsumen puas ia akan menunjukan

kemungkinan untuk membeli kembali produk tersebut


  Pengenalan         Pencarian       Evaluasi           Pembelian          Hasil
  kebutuhan          informasi       alternatif

               Gambar 1. Tahapan Pengambilan Keputusan Konsumen
                  Sumber : Engel, Blackwel dan Miniard (1994)


2.1.4. Persepsi Konsumen

       Persepsi merupakan proses individu untuk memilih, mengorganisasikan

dan menafsirkan masukan-masukan informasi sehingga menimbulkan preferensi

terhadap produk dan merek tertentu dan tercermin dalam perilaku pembeliannya.
Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda, oleh karena itu

persepsi mempunyai sifat subjektif (Sutisna, 2001). Persepsi yang dibentuk oleh

seseorang dipengaruhi oleh isi memorinya. Dengan demikian proses persepsi

seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya yang

tersimpan dalam memori (Sutisna, 2001).

        Ciri khas atau karakteristik sosial dari objek yang dipersepsikan

memegang peranan yang cukup besar (Sadli, 1985 dalam Sumarwan, 2002).

Menurut Kotler (1987 dalam Sumarwan, 2002) seseorang dapat muncul dengan

persepsi yang berbeda terhadap objek rangsangan yang sama karena tiga proses

yang berkenaan dengan persepsi, yaitu penerimaan rangsangan secara selektif,

perubahan makna informasi secara selektif dan pengingatan sesuatu secara

selektif.


2.1.5. Preferensi Konsumen

        Semakin meningkatnya kebutuhan konsumen akan produk dan jasa

merupakan peluang dan tantangan bagi para pengusaha untuk dapat menciptakan

produk dan jasa yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen

tersebut. Akan tetapi tidak semua produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan

harapan konsumen. Ada penilaian suka atau tidak suka terhadap suatu produk

maupun jasa yang ditawarkan, sehingga menimbulkan sikap dan persepsi yang

berlainan diantara konsumen dalam memilih dan menilai produk dan jasa.

        Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka

oleh seseorang konsumen terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi.

Preferensi konsumen menunjukan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan
produk yang ada (Kotler, 1997). Teori preferensi digunakan untuk menganalisis

tingkat kepuasan konsumen.

      Preferensi konsumen terhadap produk dan jasa dapat diukur dengan suatu

model pengukuran yang dapat menganalisis hubungan antara pengetahuan produk

yang dimiliki konsumen dan sikap atas produk sesuai dengan ciri atau atribut

produk (Tambunan, 2001). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah

metode sikap. Penekanannya adalah pada memastikan kepercayaan penting yang

dimiliki seseorang mengenai objek sikap. Sesungguhnya pengetahuan mengenai

konsumsi dapat dijadikan determinan kritis dalam pengambilan keputusan bisnis

(Engel et al, 1994 dalam Tambunan, 2001).


2.1.6. Riset Konsumen

      Riset konsumen adalah serangkaian metode untuk melakukan penelitian

kebutuhan konsumen (Schiffman dan Kanuk, 1998 dalam Tambunan, 2001). Riset

konsumen berguna untuk mengidentifikasikan berbagai kebutuhan berulang

maupun yang tidak terus menerus dan untuk mempelajari bagaimana produk

merek dan toko     yang disukai (diterima) oleh konsumen. Bagaimana sikap

konsumen sebelum dan sesudah adanya promosi dalam membuat keputusan untuk

mengkonsumsi baik produk maupun jasa (Schiffman dan Kanuk, 1998 dalam

Tambunan, 2001).


2.1.7. Model Multiatribut Fishbein

      Model multiatribut Fishbein memperlihatkan bahwa sikap terhadap suatu

objek bergantung pada probabilitas bahwa suatu objek mempunyai atribut-atribut

tertentu pada tingkat yang diinginkan konsumen (Sutisna, 2001). Model sikap
multiatribut bermanfaat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki konsumen tentang suatu produk dan sikap konsumen terhadap produk

sesuai dengan ciri atau atribut yang dimiliki oleh produk yang bersangkutan.

Analisis multiatribut juga merupakan sumber informasi yang berguna bagi

perencanaan dan tindakan pasar (Susilowati, 2001).

       Model Fishbein memungkinkan para pemasar mendiagnosis kekuatan dan

kelemahan suatu merek produk secara relatif dibandingkan dengan merek pesaing

dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk

pada atribut-atribut penting. Analisis multiatribut juga memberi pemasar suatu

pedoman untuk mengembangkan strategi pengembangan sikap yang sesuai (Engel

et al, 1994 dalam Susilowati, 2001). Manfaat lain dari analisis ini adalah implikasi

bagi pengembangan produk baru.

       Analisis sikap multiatribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model sikap Fishbein. Model Fishbein dipergunakan untuk mengetahui sikap

konsumen terhadap suatu objek tertentu, seperti produk dan pelayanan. Model

Fishbein dapat menunjukan sikap konsumen mengenai atribut yang ideal dan

aktual dari suatu produk. Berdasarkan penilaian atribut produk yang ideal dan

aktual dengan menggunakan model ini, maka berimplikasi pada pengambangan

produk (Susilowati, 2001). Jika diketahui suatu produk dengan atribut tertentu

ternyata tidak memenuhi atribut ideal yang diinginkan konsumen, maka pemasar

dapat mengembangkan dan memperkenalkan suatu produk dengan atribut yang

sesuai dengan bentuk ideal yang diinginkan konsumen.
2.1.8. Strategi Pemasaran

       Pemahaman preferensi konsumen dapat dimanfaatkan dalam perumusan

strategi pemasaran. Kotler (2000) menyatakan bahwa perusahaan harus membuat

keputusan mendasar dalam pengetahuan pemasaran, bauran pemasaran dan

alokasi pemasaran mentransformasikan strategi pemasaran menjadi program

pemasaran. Konsep bauran pemasaran yang dipopulerkan McCarthy dalam Kotler

(2000) menyatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari empat unsur yang

dikenal sebagai empat P (four P), yaitu:

  1. Produk (Product)

     Menurut Kotler (2000), poduk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan

     ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk

     merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar karena merupakan

     alat penawaran perusahaan kepada pasar. Produk mencakup kualitas,

     rancangan, bentuk, merek dan kemasan produk. Tugas pemasar adalah

     menyampaikan manfaat-manfaat produk secara tepat kelompok konsumen

     yang tepat pula. Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang

     dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang

     dipasarkannya.

   2. Harga (Price)

       Kotler (2000) mengidentifikasikan harga sebagai jumlah uang yang

       ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Harga juga diartikan sebagai

       jumlah    nilaiyang   dipertukarkan   konsumen   untuk   memiliki   atau

       menggunakan jasa atau produk. Strategi bauran harga meliputi keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan penetapan harga dasar, potongan harga

      dan syarat-syarat pembayaran serta tingkat kompetensi pasar.

   3. Tempat (Place)

      Tempat berkaitan dengan saluran pemasarandan distribusi. Saluran

      pemasaran adalah organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam

      proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau

      dikonsumsi (Kotler, 2000). Distribusi merupakan kegiatan yang harus

      dilakukan   oleh    pengusaha     untuk    menyalurkan,    menyebarkan,

      mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkanya kepada

      konsumen.

   4. Promosi (Promotion)

      Promosi merupakan kunci dari kampanye penjualan. Kotler (2000)

      mendefinisikan bahwa promosi terdiri dari kumpulan kiat intensif yang

      beragam, kebanyakn berjangka pendek, dirancang untuk mendorong

      pembelian suatu produk atau jasa secara lebih cepat dan lebih besar oleh

      konsumen dan pedagang. Keberhasilan suatu promosi yang dilakukan

      dinilai dari preferensi masyarakat terhadap produk yang ditawarkan. Oleh

      karena itu, promosi merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan

      dalam meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan produknya.



2.2. Kajian Penelitian Terdahulu

  Panjaitan (2000) melakukan kajian mengenai Perilaku Konsumen Teh Dalam

  Botol di Daerah Jakarta Timur. Hasilnya menunjukan bahwa sebagian besar

  konsumen mengetahui informasi tentang minuman teh dalam botol dari media
televisi. Tempat membeli minuman teh dalam botol yang paling sering

  dikunjungi konsumen adalah warung terdekat dan pinggir jalan.

       Tambunan (2002) menganalisis Perilaku Konsumen Teh Siap Saji Studi

Kasus di PT Coca-Coca Amatil Indonesia. Hasilnya dengan menggunakan analisis

Fishbein dan Biplot menghasilkan suatu evaluasi dan penilaian kepercayaan

terhadap atribut yang paling penting harus melekat pada teh siap saji yaitu

(berdasarkan urutan tingkat kepentingan) citarasa teh murni, ketersediaan, aroma,

rasa manis, isi (volume), warna, harga, kemasan, merek dan rasa pahit. Responden

menyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dari minuman teh siap saji adalah

karena kepraktisannya dan umumnya mereka mengkonsumsi produk tersebut pada

saat dalam perjalanan. Pengenalan konsumen terhadap produk teh siap saji

sebanyak 42,48 persen adalah dari toko/supermarket/warung.

       Susilowati (2001) menganalisis Perilaku Konsumen di Kota Bogor

Terhadap Teh Botol Sosro. Dalam pengukuran persepsi dan preferensi konsumen

terhadap TBS oleh masyarakat di Kota Bogor, responden dibagi menjadi lima

kelompok yaitu berdasarkan lokasi penelitian, jenis kelamin, kelompok usia,

tingkat pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga perbulan.

       Pengukuran terhadap persepsi konsumen terhadap TBS menggunakan

analisis multiatribut Fishbein, dengan model ini dapat dilihat hubungan antara

produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri

atribut produk. Untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap sepuluh atribut

pada TBS maka digunakan skala Likert. Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang

menonjol yang dirasakan oleh konsumen terhadap suatu atribut produk maka
dilakukan uji wilayah berganda Duncan, uji ini dilakukan setelah dilakukan

analisis ANOVA.

       Berdasarkan hasil penelitian preferensi konsumen terhadap TBS, secara

keseluruhan konsumen menganggap baik terhadap sepuluh atribut yang

ditanyakan. Atribut-atribut itu antara lain : harga, kemudahan mendapatkan,

kekentalan, rasa, aroma, tingkat kesegaran, tingkat kebersihan, tingkat higinitas

(kesehatan), volume dan kemasan. Dari sepuluh atribut tersebut lima atribut yang

dipandang baik dan lima atribut yang dipandang sedang oleh konsumen. Atribut

yang dipandang baik oleh konsumen antara lain kemudahan mendapatkan, rasa,

aroma, tingkat kesegaran dan volume. Untuk atribut yang dianggap sedang oleh

konsumen antara lain harga, kekentalan, tingkat kebersihan, tingkat higinitas

(kesehatan) dan kemasan.
2.3. Kerangka Operasional


                                Konsumsi masyarakat
                             terhadap teh dalam kemasan
                                     yang tinggi




                                Frestea kemasan botol



   Perbandingan penilaian sikap
    konsumen terhadap Frestea,
       Tekita dan Teh Sosro

                                                  Sikap Konsumen terhadap
      Model Sikap Fishbein




                              Atribut Frestea, Tekita dan
                              Teh Sosro kemasan botol
                               yang disukai konsumen




                                  Rekomendasi Strategi
                                   Bauran Pemasaran
                                      Perusahaan




                      Gambar 2. Kerangka Operasional
BAB III
                      METODOLOGI PENELITIAN



3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

       Penelitian preferensi konsumen terhadap Frestea ini dilakukan di wilayah

Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan Kota Bogor pada tahap awal merupakan fokus dari pendistribusian

Frestea, selain itu juga pertimbangan lain adalah ketersediaan data. Jumlah

responden yang digunakan sebesar 100 responden. Pengumpulan data ini akan

dilaksanakan selama bulan November-Desember 2003.


3.2. Jenis dan Sumber Data

       Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan,

melakukan wawancara, pengisisan kuesioner oleh responden. Data sekunder

diperoleh dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan, seperti literatur teh

siap saji dan data dari pihak-pihak terkait dalam industri teh siap saji seperti BPS,

Depperindag dan lain-lain.


3.3. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

       Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience

sampling (pengambilan sampel secara kebetulan) yang termasuk ke dalam teknik

pengambilan sampel non peluang. Dalam metode ini sampel diambil berdasarkan

ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya, dengan kata lain

sampel yang diambil/terpilih karena sampel tersebut berada pada tempat dan
waktu yang tepat. Dalam penelitian ini sampel diambil berdasarkan konsumen

yang pernah minum Frestea, Tekita dan Teh Sosro kemasan botol .



3.4. Analisis Data

3.4.1.Pengujian Kuesioner

       Pengujian kuisioner akan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

pertanyaan di dalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Bentuk kuisioner

dapat dilihat pada (Lampiran 1). Uji pendahuluan atau uji coba yang dilakukan

adalah uji validitas dengan menyebarkan kuisioner kepada 20 orang responden

dengan kriteria responden adalah orang yang pernah mengkonsumsi tiga merek

teh botol yaitu Frestea, Teh Botol Sosro dan Tekita.

       Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Cochran Q Test,

yaitu dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada responden. Pilihan jawaban

dari pertanyaan tersebut sudah disediakan. Responden tinggal memilih atribut

mana yang dianggap berkaitan dengan teh botol. Atribut yang sudah disediakan

ditentukan oleh peneliti dengan melihat atribut yang berhubungan dengan teh

kemasan botol dan mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Adapun atribut-

atribut yang diuji dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Daftar Atribut yang Akan Diuji Validitas
                                 Atribut-Atribut
      1.    Harga
      2.    Rasa Manis
      3.    Rasa Pahit
      4.    Ketersediaan/Kemudahan Mendapatkan
      5.    Volume/Isi
      6.    Warna Air Teh
      7.    Aroma
      8.    Kemasan yang Menarik
      9.    Kebersihan
      10.   Merek
      11.   Ketersediaan Dalam Kemasan Dingin



       Untuk mengetahui atribut yang valid, dilakukanlah tes Cochran dengan

prosedur sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis yang akan diuji, yaitu :

     Ho      : Kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh

              seluruh responden

     Ha      : Kemungkinan semua atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh

              seluruh responden

2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut :

                                        ⎡ k 2 ⎛ k        ⎞ ⎤
                                                          2

                                 (k − 1)⎢k ∑ Ci − ⎜ ∑ Ci ⎟ ⎥
                                        ⎢ i
                                        ⎣         ⎝ i    ⎠ ⎥⎦
                        Qhit   =          n      n
                                        k ∑ Ri − ∑ Ri2
                                          i      i


       keterangan :

       k        = jumlah atribut yang diuji

       Ci       = jumlah skor atribut i

       Ri       = jumlah skor responden i
3. Penentuan Q tabel dengan α = 0.05, derajat kebebasan (dk) = k − 1, maka

    diperoleh Qtab (0.05 ; dk) dari tabel Chi square Distribution.

4. Keputusan :

       Tolak Ho dan terima Ha, jika Qhit > Qtab

       Terima Ho dan tolak Ha, jika Qhit < Qtab

       Hasil pengujian validitas menyatakan bahwa dari 11 atribut yang diuji

hanya delapan atribut yang dipertimbangkan oleh responden. Perhitungan

validitas dapat dilihat pada (Lampiran 2). Atribut-atribut hasil uji validitas dapat

dilihat pada (Tabel 3).

Tabel 3. Daftar Atribut Hasil Uji Validitas

                               Atribut-Atribut
      1.   Harga
      2.   Rasa Manis
      3.   Kemudahan mendapatkan
      4.   Volume
      5.   Tersedia Dalam Kemasan Dingin
      6.   Aroma
      7.   Kebersihan Kemasan
      8.   Kemasan yang Menarik


       Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (α). Uji

ini dilakukan untuk mengetahui keandalan kuisioner. Nilai dari r11 dibandingkan

dengan nilai pada rtabel. Apabila nilai r11 lebih besar dari nilai rtabel maka dapat

dinyatakan bahwa kuisioner tersebut reliabel. Rumus ini digunakan untuk mencari

reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai.

Rumus ini ditulis seperti berikut :

                                      ⎛ k ⎞⎛ ∑ σ b ⎞
                                                      2

                               r11 = ⎜        ⎟⎜1 − 2 ⎟
                                      ⎝ k − 1 ⎠⎜
                                               ⎝    σt ⎟⎠
dimana :

       r11            = reliabilitas konsumen

       k              = banyaknya butir pertanyaan

        σ    2
             t        = varian total

        ∑ σ2
           b
                      = jumlah varian butir

       Dari hasil perhitungan dihasilkan reliabilitas kuisioner (r11) adalah 0,884.

Nilai rtabel adalah 0,497 dengan N=16, selang kepercayaan 95 persen. Dengan

demikian kuisioner dinyatakan reliabel karena r11 > rtabel. Hasil perhitungan

reabilitas dapat dilihat pada (Lampiran 6).

3.4.2. Analisis Model Sikap Fishbein

       Analisis Model sikap Fishbein digunakan untuk menunjukan hubungan

diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk

berkenaan dengan ciri atau atribut produk (Engel, Blackwel dan Miniard, 1994).

Hasil penelitian Analisis Fishbein merupakan suatu gambaran preferensi

konsumen yang berupa sikap, persepsi dan penilaian positif atau negatif dari

produk teh siap saji dalam kemasan.

       Rumus Model Fishbein adalah sebagai berikut :


                               n
                       Ao =   ∑b e
                              i =1
                                     i i



                 Keterangan :

                 Ao = Sikap terhadap produk

                 bi     = kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut ke-i

                 ei     = evaluasi konsumen terhadap atribut ke-i

                 n      = jumlah atribut yang menonjol
Variabel ei menggambarkan evaluasi atribut teh kemasan botol yang

diukur secara khas pada skala evaluasi tujuh yaitu dari sangat penting hingga

sangat tidak penting.

   Contoh :

              Pembelian Frestea kemasan botol dihargai Rp 1000 adalah :

   Sangat penting    ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___   sangat tidak penting
                      +3    +2 +1        0    -1    -2 -3

       Variabel bi menunjukan seberapa kuat konsumen percaya bahwa produk

teh kemasan botol yang diteliti memiliki atribut yang diberikan. Skala pengukuran

bi juga sama dengan ei yaitu tujuh, namun variabel penilaiannya berbeda yaitu

sangat setuju hingga sangat tidak setuju.

   Contoh :

                           Frestea dihargai Rp 1000
    Sangat setuju   ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___      sangat tidak setuju
                     +3 +2      +1     0    -1   -2    -3

       Variabel Ao menunjukan penilaian sikap responden terhadap atribut

produk teh kemasan botol yang merupakan hasil perkalian setiap skor kekuatan

kepercayaan dengan skor evaluasi atributnya.

       Untuk mendapatkan atribut yang menonjol dari teh kemasan botol langkah

pertama yang dilakukan adalah dengan menanyakan atribut yang penting dalam

teh kemasan botol kepada konsumen. Kemudian, mendapatkan dari literatur yang

memuat penelitian mengenai analisis perilaku konsumen terhadap minuman

ringan dan teh siap saji serta wawancara dengan pihak manajemen perusahaan

minuman ringan. Dari hasil ini kemudian dapat diperoleh beberapa atribut yang

menonjol untuk mengukur persepsi maupun preferensi konsumen. Atribut yang
paling menonjol yaitu harga, kemudahan mendapatkan, rasa manis, aroma,

volume/isi, ketersediaan dalam kemasan dingin, tampilan kemasan dan kebersihan

kemasan.

       Setelah diidentifikasikan atribut yang menonjol dari Frestea, kemudian

dilakukan pengukuran bi dan ei yang tepat. Respon rata-rata lalu dikalkulasi untuk

setiap ukuran bi dan ei. Untuk mengestimasi sikap terhadap Frestea digunakan

indeks ∑biei, setiap skor kepercayaan terlebih dikalikan dengan skor evaluasi yang

sesuai sehingga akan dihasilkan total skor untuk produk Frestea. Dari total skor

yang diperoleh akan diketahui sikap konsumen mengenai atribut Frestea yang

ideal yang harus dimiliki oleh Frestea.

3.5. Definisi Konstitutif

   1. Preferensi konsumen adalah pilihan atau penilaian suka atau tidak suka

       terhadap suatu produk dalam hal ini Frestea kemasan botol.

   2. Persepsi konsumen adalah nilai yang menunjukan pilihan kesukaan produk

       yang diuji.

   3. Atribut produk adalah keunikan yang dimiliki oleh suatu produk yang

       akan membentuk karakteristik konsumen.

   4. Atribut harga adalah harga yang berlaku di pasar.

   5. Atribut ukuran produk adalah ukuran dari produk dalam hal ini Frestea

       kemasan botol.

   6. Atribut aroma adalah aroma yang dihasilkan oleh teh saat konsumen

       mengkonsumsi teh kemasan botol.

   7. Teh kemasan botol adalah teh siap saji/minum (tidak memerlukan proses

       pengolahan lebih lanjut) yang dikemas dalam botol kaca.
BAB IV
                          GAMBARAN UMUM


4.1. Lokasi Penelitian

       Kota Bogor berbatasan dengan kecamatan-kecamatan Kabupaten Bogor.

Sebelah utara berbatasan dengan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan

Kecamatan Kemang. Sebelah selatan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan

Caringin, sebelah barat dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga, dan

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi.

       Populasi penduduk Kota Bogor tahun 2001 adalah sebesar 760.329 jiwa

dengan struktur yang berprofil paramida atau populasi penduduk usia muda lebih

besar daripada penduduk yang lebih tua.

Tabel 4. Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur Tahun 2001
 Kelompok Umur               Jumlah Penduduk (orang)
                                                               Jumlah Orang
     (Tahun)              Laki-laki          Perempuan
       0-14               107.405              113.298            220.703
      15-24                81.112               86.722            167.834
      25-39               102.580               97.427            200.007
      40-54                58.081               49.240            107.291
      55-64                18.251               15.780             34.031
       65+                 15.407               14.966             30.373
      Total               382.806              377.433            760.239
Sumber : BPS Kota Bogor, 2002
        Pada Tabel 4 dapat dilihat lebih dari setengah penduduk Kota Bogor
berusia antara 0-24 tahun. Hal ini menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu
daerah yang memiliki potensi besar untuk pemasaran Frestea, karena target pasar
dari produk ini adalah konsumen usia muda berusia 19-29 tahun. Oleh karena itu
perlu mengetahui mengenai seberapa besar peluang yang dimiliki Frestea untuk
memperoleh pangsa pasar di Kota Bogor, melalui penelitian preferensi konsumen
terhadap Frestea di Kota Bogor.

4.2. Karakteristik Responden

       Untuk menganalisis sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh

Sosro kemasan botol, maka peneliti mengelompokkan responden menjadi sepuluh
kelompok, yaitu berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan,

pendapatan perbulan, pengeluaran per bulan, biaya yang dikeluarkan untuk

membeli teh botol per bulan, kuantitas pembelian Frestea per bulan, ketertarikan

konsumen mengkonsumsi Frestea, asal informasi mengenai Frestea dan tempat

konsumen biasa membeli Frestea kemasan botol. Penelitian ini dilakukan di Kota

Bogor. Responden yang dipilih adalah orang yang telah mengkonsumsi ketiga

merek teh botol yaitu Frestea, Teh Botol Sosro dan Tekita. Karena diharapkan

responden memberikan pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

mereka mengenai ketiga produk tersebut.

       Responden berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi enam kelompok

yaitu kelompok usia 15-19 tahun, 20-24 tahun, 24-29 tahun, 30-34 tahun, 35-39

tahun dan kelompok usia 40 tahun ke atas. Dengan jumlah masing-masing

kelompok berturut-turut adalah 20 responden (20 persen), 62 responden (62

persen), 14 responden (14 persen), satu responden (satu persen), dua responden

(dua persen) dan kelompok usia yang terakhir satu responden (satu persen). Pada

Gambar 4 dapat dilihat perbandingan tiap-tiap kelompok usia yang menjadi

responden dalam penelitian ini.


                            Jumlah Responden Berdasarkan Usia



                                 12 1                           15-19 tahun
                       14                      20
                                                                20-24 tahun
                                                                25-29 tahun
                                                                30-34 tahun
                                                                35-39 tahun
                                   62                           >40




                Gambar 4. Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, responden

terdiri dari 17 responden laki-laki (17 persen) dan 83 responden perempuan (83

persen). Jumlah ini dianggap sudah mewakili untuk mengetahui sikap dan

kepuasan konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Tes Sosro kemasan botol.

Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.



                      Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin




                                            17

                                                           Laki-laki
                                                           Perempuan

                          83




            Gambar 5. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

       Untuk jenis pekerjaan, maka responden dibagi menjadi lima kelompok

yaitu kelompok pelajar (SMP, SMU, Mahasiswa), pegawai swasta, wiraswasta,

ibu rumah tangga dan belum bekerja. Kemudian jumlah masing-masing kelompok

yaitu pelajar sebanyak 50 responden (50 persen), pegawai swasta sebanyak 15

responden (15 persen), wiraswasta sebanyak satu responden (satu persen), ibu

rumah tangga sebanyak tiga responden (tiga persen) dan kelompok belum bekerja

sebanyak 23 orang (23 persen). Pada Gambar 6 dapat dilihat lebih lengkap

perbandingan jumlah tiap-tiap kelompok.
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan




                        23                                   Pelajar
                                                             Pegawai Swasta
               1                                             Wiraswata
                                                             Ibu R.T
                                                      58     Belum Bekerja
               3   15




           Gambar 6. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


        Berdasarkan pendapatan per bulan, maka responden dibagi menjadi enam
kelompok yaitu kelompok satu dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp
200.000 perbulan, kelompok dua dengan tingkat pendapatan Rp 200.000 - Rp
350.000 perbulan, kelompok tiga dengan tingkat pendapatan Rp 350.000 – Rp
500.000 perbulan, kelompok empat dengan tingkat pendapatan Rp 500.000 – Rp
750.000 perbulan, kelompok lima dengan tingkat pendapatan Rp 750.000 – Rp
1.000.000 perbulan, kelompok enam dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp
1.000.000 perbulan. Untuk jumlah masing-masing kelompok yaitu kelompok satu
sebesar empat orang responden (empat persen), kelompok dua sebesar sepuluh
orang responden (sepuluh persen), kelompok tiga sebesar 54 orang responden
(tiga persen), kelompok empat sebesar 14 orang responden (14 persen), kelompok
lima sebesar 11 orang responeden (11 persen) dan kelompok enam sebesar tujuh
orang responden (tujuh persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

                         Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan
                                        per Bulan


                                 7    4      10            <200.000
                         11
                                                           200.000-350.000
                                                           350.001-500.000
                   14                                      500.001-750.000
                                                           750.001-1.000.000
                                             54
                                                           >1.000.000




        Gambar 7. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan

       Untuk tingkat pengeluaran per bulan seperti terlihat pada Gambar 8,
responden dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok satu dengan tingkat
pengeluaran kurang dari Rp 200.000 per bulan, kelompok dua dengan tingkat
pengeluaran Rp 200.000 - Rp 350.000, kelompok tiga dengan tingkat pengeluaran
Rp 350.001 – Rp 500.000, Kelompok empat dengan tingkat pengeluaran Rp
500.001 – Rp 750.000, kelompok lima dengan tingkat pengeluaran Rp 750.001 –
Rp 1.000.000 dan kelompok enam dengan tingkat pengeluaran lebih dari Rp
1.000.000. Untuk jumlah untuk masing-masing kelompok yaitu kelompok satu
sebanyak 14 responden (14 persen), kelompok dua sebanyak 13 responden (13
persen), kelompok tiga sebanyak 26 responden (26 persen), kelompok empat
sebanyak 30 responden (30 persen), kelompok lima sebanyak 10 responden
(sepuluh persen) dan kelompok enam sebanyak tujuh responden (tujuh persen).




                       Jumlah Responden Berdasarkan Pengeluaran per
                                         Bulan



                       10      7          14             <200.000
                                                    13   200.000-350.000
                                                         350.001-500.000
                                                         500.001-750.000
                  30                                     750.001-1.000.000
                                               26        >1.000.000




       Gambar 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan

      Untuk biaya yang dikeluarkan responden untuk membeli teh botol per

bulan, responden dikelompokan menjadi lima kelompok. Kelompok pertama

dengan biaya kurang dari Rp 6.000 per bulan, kelompok kedua dengan biaya Rp

6.000 – Rp 18.000 perbulan, kelompok ketiga dengan biaya Rp 18.000 – Rp

30.000, kelompok keempat dengan biaya Rp 30.000 – Rp 42.000 dan kelompok

kelima dengan biaya lebih dari Rp 42.000. Untuk jumlah masing-masing

kelompok yaitu kelompok pertama sebesar 22 orang (22 persen), kelompok kedua

sebesar 43 orang (43 persen), kelompok ketiga sebesar sepuluh orang (sepuluh

persen), kelompok keempat sebesar enam orang (enam persen) dan kelompok
kelima sebesar 19 orang (19 persen). Pada Gambar 9 dapat dilihat lebih lengkap

perbandingan jumlah tiap-tiap kelompok.




                   Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Pembelian Teh
                                   Botol per Bulan



                        19                     22           <6000
                   6                                        6001-18000
                                                            18001-30000
                                                            30001-42000
                   10                                       >42000
                                          43




Gambar 9. Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Pembelian Teh Botol Per Bulan

       Berdasarkan kuantitas pembelian Frestea per bulan, responden dibagi

menjadi lima kelompok. Kelompok pertama yaitu responden yang membeli

Frestea maksimum empat kali dalam sebulan, kelompok kedua berkisar 5-11 kali,

kelompok ketiga berkisar 12-19 kali, kelompok keempat 20-28 kali dan kelompok

kelima responden yang membeli Frestea lebih dari 28 kali sebulan. Jumlah

masing-masing kelompok yaitu untuk kelompok pertama sebanyak 22 responden

(22 persen), kelompok kedua sebanyak 43 responden (43 persen), kelompok

ketiga sebanyak 10 responden (10 persen), kelompok keempat sebanyak enam

responden (enam persen) dan kelompok kelima sebanyak 19 responden (19

persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
Jumlah Responden Berdasarkan Kuantitas Pembelian
                                  Frestea per Bulan



                          19                    22          4 kali
                    6                                       5 --11 kali
                                                            12 -- 19 kali
                                                            20 -- 28 kali
                    10                                      >28 kali
                                           43




   Gambar 10 Jumlah Responden Berdasarkan Kuantitas Pembelian Frestea

              Per Bulan

       Untuk alasan ketertarikan konsumen mengkonsumsi Frestea seperti

terlihat pada Gambar 11, responden dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok

pertama responden yang tertarik mengkonsumsi Frestea karena harga lebih murah,

kelompok kedua karena isi/volumenya pas, kelompok ketiga karena iklannya

menarik, kelompok keempat karena warnanya menarik, kelompok kelima karena

kemasannya bagus dan kelompok keenam tertarik mengkonsumsi Frestea karena

kemasannya bersih. Jumlah untuk masing-masing kelompok yaitu kelompok

pertama sebesar 21 responden (21 persen), kelompok kedua sebesar tiga

responden (tiga persen), kelompok ketiga sebesar 24 responden (24 persen),

kelompok keempat sebesar 19 responden (19 persen), kelompok kelima sebesar

17 responden (17 persen) dan kelompok keenam sebesar 16 responden (16

persen).
Jum lah Responden Berdasarkan Alasan
                      Ketertarikan Mengkonsum si Frestea, Tekita dan
                                       Teh Sosro

                                                               harga murah
                          16                21                 isi pas
                                                      3        iklannya menarik
                 17                                            w arna menarik
                                                               kemasan bagus
                                                               kemasan bersih
                                                 24
                          19




     Gambar    11.     Jumlah Responden Berdasarkan Alasan Ketertarikan
                       Mengkonsumsi Frestea, Tekita dan Teh Sosro Per Bulan

       Berdasarkan asal informasi mengenai Frestea, responden dibagi menjadi

empat kelompok seperti pada Gambar 12. Kelompok pertama adalah responden

yang memperoleh informasi dari iklan di media massa, kelompok kedua dari iklan

di papan reklame, kelompok ketiga dari promosi perusahaan melalui stand

Frestea, dan kelompok keempat informasi dari teman dan keluarga. Jumlah

masing-masing kelompok yaitu kelompok pertama sebesar 59 responden (59

persen), kelompok kedua sebesar 14 responden (14 persen), kelompok ketiga

sebesar 10 responden (10 persen) dan kelompok keempat sebesar 17 responden

(17 persen).


                      Jum lah Responden Berdasarkan Asal Inform asi
                         Mengenai Frestea, Tekita dan Teh Sosro

                          17
               10                                         iklan di media massa
                                                          iklan di papan reklame
                                                          promosi melalui stand
                 14                        59             teman dan keluarga




Gambar 12. Jumlah Responden Berdasarkan Asal Informasi Mengenai Frestea,
           Tekita dan Teh Sosro
Untuk tempat konsumen membeli Frestea kemasan botol seperti terlihat

pada Gambar 13, responden dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama

responden yang biasa membeli Frestea di supermarket, kelompok kedua di

warung, kelompok ketiga di rumah makan, kelompok keempat di kantin

sekolah/kampus. Jumlah untuk masing-masing kelompok yaitu kelompok pertama

sebesar 13 responden (13 persen), kelompok kedua sebesar 18 responden (18

persen), kelompok ketiga sebesar 12 responden (12 persen), kelompok keempat

sebesar 57 responden (57 persen).




                         Jum lah Responden Berdasarkan Tem pat
                          Mem beli Frestea, Tekita dan Teh Sosro


                                   13                 supermarket
                                             18       w arung
                                                      rumah makan
                                                      kantin sekolah/kampus
                    57                  12




Gambar 13. Jumlah Responden Berdasarkan Tempat Membeli Frestea, Tekita dan
           Teh Sosro
BAB V
   KARAKTERISTIK FRESTEA, TEKITA DAN TEH SOSRO
                KEMASAN BOTOL



5.1. Frestea kemasan botol

       Frestea merupakan salah satu produk minuman dalam kemasan botol yang

dihasilkan oleh PT Coca-cola Bottling Indonesia, yang terletak di daerah

Cibitung-Bekasi. Frestea merupakan produk teh dalam kemasan yang masih

cukup baru dipasar, produk ini baru diluncurkan bulan Juni tahun 2002. Sebelum

meluncurkan Frestea, PT CCBI sebelumnya sudah pernah memproduksi sebuah

produk teh dalam kemasan botol dengan merek Hi-C. Akan tetapi pemasaran

produk dinilai gagal dan dari segi rasa Hi-C mendapatkan penilaian sikap yang

negatif dari konsumen. Menurut pandangan konsumen produk tersebut kurang

memiliki cita rasa teh, mereka menilai Hi-C seperti air gula yang diberi sedikit

aroma teh. Oleh karena kegagalan tersebut perusahaan, dalam hal ini PT CCBI

melakukan riset pasar dan kemudian memunculkan suatu produk teh aroma melati

yang diberi merek Frestea. Beberapa kelebihan yang coba di tonjolkan dari

produk ini dibandingkan produk sejenis yang sudah ada dipasar antara lain, rasa

teh dengan aroma melati yang sangat terasa, kemasan yang cukup unik dengan

ukiran daun teh pada botol serta label merek Frestea yang diberi warna hijau agar

lebih menarik.

       Harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk di pasaran adalah 1200

rupiah. Pada awalnya di pengecer dan warung-warung tempat konsumen biasa

membeli harga yang mereka terima sama dengan harga yang di tetapkan

perusahaan. Namun kenyataannya para konsumen harus membeli Frestea kemasan
botol dengan harga yang lebih tinggi yaitu 1500 rupiah per botol, sama dengan

produk lain seperti Teh Botol Sosro dan Tekita.

       Untuk pendistribusian Frestea kemasan botol pada tahap awalnya memang

difokuskan di daerah Jabotabek dan Jawa Barat. Hal ini di sebabkan karena pada

pada tahap awal produksi produk tersebut baru dilakukan oleh pabrik PT CCBI

yang ada di Cibitung, Bekasi. Untuk menunjang proses pendistribusiannya PT

CCBI mendirikan Sales Center Coca-Cola Distribution Indonesia di beberapa

kota besar seperti yang ada di Bogor tepatnya di daerah jalan raya Tajur. Hal

tersebut dilakukan untuk mempermudah pendistribusian dan pemasaran produk-

produk dari perusahaan, khususnya dalam hal ini Frestea kemasan botol.

Sehubungan dengan meningkatnya penjualan Frestea kemasan botol produksi juga

dilakukan oleh pabrik-pabrik PT CCBI lainnya seperti yang ada di Semarang.

       Untuk meningkatkan pemasaran dan mengkomunikasikan pemunculan

Frestea kemasan botol, perusahaan berusaha melakukan promosi dengan beberapa

macam cara. Salah satunya dengan membagi-bagikan sampel produk di Jakarta

dan Bandung selama tiga bulan pertama, yaitu bulan Juli sampai dengan Oktober

2002. Selain itu juga melalui iklan di televisi dan menurut Jeremy Cook, Country

Manager CDS PT Coca-Cola Indonesia kata kunci iklannya yaitu “Santai

Sejenak, Ada Teh Baru yang Lebih Enak”.



5.2 Teh Botol Sosro

       Teh Botol Sosro yang merupakan produk pioner teh kemasan botol ini

tetap eksis dan mampu menjadi market leader, dengan menguasai 75 persen

pangsa pasar dalam industri teh kemasan botol di Indonesia( Republika online,
2004). Produk ini jika di lihat dari segi rasa hampir tidak memiliki perbedaan

dengan rasa teh yang biasa di sedu di rumah tangga. Perusahaan memang

berusaha memunculkan produk tersebut dengan menonjolkan ke khasan rasa teh

asli (www.Sosro.com).

       Saat ini dipasaran Teh Botol Sosro dijual dengan harga 1500 rupiah, harga

tersebut relatif sama dengan beberapa produk sejenis. Penetapan harga dilakukan

oleh PT Sinar Sosro yang ada di Jakarta, pihak yang berwenang dalam stategi

harga ini adalah bagian pemasaranyang selanjutnya ditentukan oleh Diektur

Operasi.harga yang ditetapkan lebih didasarkan atas perhitungan biaya produksi

dan target keuntungan yang dinginkan dibandingkan atas dasar strategi

menghadapi kompetitor.

       Teh Botol Sosro sudah mulai diproduksi oleh PT Sinar Sosro pada tahun

1974 dengan pabriknya yang ada di Jakarta. Untuk memperlancar jalur distribusi

pihak perusahaan dalam hal ini PT Sinar Sosro, mendirikan warehouse yang

berfungsi sebagai gudang distribusi untuk membantu perusahaan menjangkau

pasar sehinggan konsumen yang membutuhkan produk dalam jumlah besar dapat

memperolehnya dengan mudah. Warehouse ini tersebar di beberapa wilayah Jawa

Barat dan Jawa Tengah.

       PT Sinar Sosro tidak mengiklankan produknya secara terus menerus pada

iklan unggulan. Oleh karena itu, promosi melalui dilakukan tidak hanya melalui

media-media unggulan seperti televisi dan media cetak melainkan juga melalui

sponsorship. Persaingan yang ketat dalam media lini atas tersebut, mengharuskan

perusahaan mencari alternatif media lain seperti kegiatan pensponsoran
(sponsorship) tersebut Sponsorship dilakukan melalui event-event olahraga,

pertunjukan musik dikampus dan sekolah dan lain sebagainya.



5.3 Tekita kemasan botol

       Tekita merupakan salah satu produk teh kemasan botol yang sudah cukup

lama ada di pasar. Produk ini di produksi oleh PT Pepsi-Cola Indobeverages,

salah satu perusahaan besar yang juga memproduksi minuman berkarbonat

dengan merek Pepsi Cola. Produk tersebut merupakan salah satu teh dalam

kemasan yang sampai saat ini mampu bersaing di pasar, dengan menguasai sekitar

15 persen pangsa pasar teh kemasan botol di Indonesia (Swa 2002). Salah satu

alat yang menjadi daya saing Tekita dengan produk teh merek lain adalah

besarnya volume/isi dari produk tersebut.   Konsumen menilai Tekita mampu

memberikan solusi untuk memenuhi keinginan mereka dalam menghilangkan rasa

dahaga, dikarenakan jumlah dari air teh per kemasan leih banyak dibandingakn

merek produk lain dengan harga yang sama yaitu 1500 rupiah.

.      Untuk proses pendistribusian Tekita sudah dilakukan dengan cukup baik,

hal ini dapat dilihat dengan sudah dapat dengan mudahnya produk ini dijumpai

hampir di semua tempat dari mulai super market sampai dengan warung-warung

kecil di pinggiran jalan. Sehinggan dalam segi distribusi Tekita sudah cukup

mampu bersaing dengan produk Teh Sosro yang merupakan produk sejenis yang

memimpin dalam pangsa pasar teh dalam kemasan. Untuk promosi yang

dilakukan perusahaan memamng dirasakan cukup minim, hal tersebut dapat

dilihat dari kurangnya muncul promosi atau iklan Tekita di media massa baik itu

televisi, radio ataupun koran dan majalah. Perusahaan lebih banyak mengiklankan
produk Tekita melalui brosur atau papan reklame di pinggir jalan. Akan tetapi

karena imagenya sebagai salah satu kemasan yang menawarkan keunggulan

produk dalam hal ukuran dibanding produk lain yang sejenis, tanpa promosi yang

besar Tekita sejauh ini sudah cukup mampu menjadi secondchoice product untuk

merek teh kemasan botol.
BAB VI
                ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN


6.1. Penilaian Sikap Konsumen

       Atribut-atribut dari produk dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan model sikap yang dikemukakan oleh Fishbein yaitu Model

Multiatribut. Model Multiatribut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk

berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Analisis penilaian sikap konsumen

dilakukan terhadap tiga produk teh botol yaitu Frestea, Teh Botol Sosro dan

Tekita, masing-masing hasilnya diinterpretasikan ke dalam lima kelas skala

penilaian. Angka tertinggi untuk menentukan interpretasi adalah 72 yaitu nilai

jawaban tertinggi yaitu tiga yang dipilih oleh responden untuk delapan atribut.

Sedangkan angka terendah adalah –24, yaitu jika responden memilih angka –3

untuk seluruh atribut. Banyaknya kelas interpretasi yang akan dibentuk adalah

lima kelas. Hasil rentangan nilainya yaitu :


                  72 - (-72)
                R=           = 28,8
                      7

Jadi skala penilaiannya adalah :

 72 - 43,2      = sangat baik

43,1 - 14,4     = baik

14,3 - (-14,4) = biasa

-14,3 - (-43,2) = buruk

-43,1 - (-72)   = sangat buruk
Hasil analisis penilaian sikap konsumen terhadap Frestea kemasan botol

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Frestea Kemasan Botol
                                    Evaluasi    Kepercayaan     biei
                Atribut                                                Interpretasi
                                      (ei)          (bi)       (Ao)
 1. Harga                            1.70          0.61        1.70       biasa
 2. Rasa manis                       2.10          1.09        2.78       baik
 3. Kemudahan mendapatkan            1.90          0.81        1.52       biasa
 4. Volume/Isi                       1.70          0.61        1.53       biasa
 5. Tersedia dalam kemasan dingin    1.82          1.52        2.86       baik
 6. Aroma                            1.31          1.78        3.06       baik
 7. Kebersihan kemasan               1.90          1.63        3.21       baik
 8. Kemasan menarik                  2.20          1.70        3.64       baik
 Total Skor ∑ bi ei (Ao)                                                      20.00
 Interpretasi Penilaian                                                        Baik



        Pada Tabel 5 terlihat bahwa interpretasi penilaian responden terhadap

Frestea adalah baik dengan nilai total 20. Secara keseluruhan atribut-atribut yang

terdapat di Frestea dinilai cukup baik oleh konsumen, hal ini dapat dilihat dari

hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan konsumen terhadap masing-masing

atribut. Jika dibandingkan dengan kedua produk teh botol lainnya total nilai

Frestea ada diurutan ke tiga. Hal ini dapat terjadi karena sebagai produk yang

masih cukup baru, Frestea belum mampu memberikan kualitas serta keunikan

produk yang lebih baik dari kedua produk lainnya yang lebih dahulu hadir dan

dikenal oleh konsumen. Hal ini haruslah dipandang dengan cukup serius oleh

perusahaan. Perusahaan harus lebih mampu meningkatkan kualitas dari masing-

masing atribut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan interpretasi penilaian

konsumen terhadap teh botol Frestea.

        Data pada Tabel 6 didapatkan interpretasi penilaian responden terhadap

Teh Botol Sosro adalah baik dengan nilai total 26,71. Jika dibandingkan dengan

kedua produk lainnya, nilai interprestasi TBS memiliki total nilai yang tertinggi.
Hal ini dapat terjadi karena sebagi produk yang teh botol yang sudah lebih lama

dikenal dan muncul di pasar, image konsumen terhadap teh botol merek TBS

sudah sangat baik. Secara umum atribut-atribut yang terdapat di produk Teh Botol

Sosro dinilai lebih baik oleh konsumen dibanding kedua produk lainnya, tetapi di

atribut kebersihan kemasan dan aroma nilainya lebih rendah dibanding Frestea.

Tabel 6. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Teh Botol Sosro
                                      Evaluasi   Kepercayaan    biei
                Atribut                                                Interpretasi
                                        (ei)         (bi)      (Ao)
 1. Harga                              1.70         1.12       2.64       baik
 2. Rasa manis                         2.10         2.10       4.43       baik
 3. Kemudahan mendapatkan              1.90         2.10       4.03       baik
 4. Volume/Isi                         1.70         1.51       2.89       baik
 5. Tersedia dalam kemasan dingin      1.80         1.35       2.74       baik
 6. Aroma                              1.30         2.18       3.15       baik
 7. Kebersihan kemasan                 1.90         1.42       3.12       baik
 8. Kemasan menarik                    2.20         1.72       3.71       baik
 Total Skor ∑ bi ei (Ao)                                                     26.71
 Interpretasi Penilaian                                                        baik



        Data pada Tabel 7 menunjukan interpretasi penilaian responden terhadap

Tekita adalah baik dengan nilai total 20,35. Secara umum atribut-atribut yang

terdapat di produk Tekita dinilai baik oleh konsumen. Dari keseluruhan atribut

yang diteliti, Tekita dinilai paling baik dalam hal ketersediaan produk dalam

keadaaan dingin. Akan tetapi atribut volume/isi Tekita walaupun lebih besar dari

kedua produk lainnya, justru hanya menempati peringkat kedua dibanding kedua

produk lainnya. Hal tersebut terjadi karena dari evaluasi/tingkat kepentingan

konsumen lebih mementingkan kemasan yang menarik serta rasa dari produk teh

botol daripada besar volume/isinya.
Tabel 7. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Tekita
                                          Evaluasi   Kepercayaan    biei
                 Atribut                                                   Interpretasi
                                            (ei)         (bi)      (Ao)
 1. Harga                                  1.70         0.77       1.84       baik
 2. Rasa manis                             2.10         1.17       2.36       baik
 3. Kemudahan mendapatkan                  1.90         1.07       1.83       baik
 4. Volume/Isi                             1.70         1.20       2.06       baik
 5. Tersedia dalam kemasan dingin          1.80         1.72       3.63       baik
 6. Aroma                                  1.30         1.71       2.41       baik
 7. Kebersihan kemasan                     1.90         1.34       2.94       baik
 8. Kemasan menarik                        2.20         1.51       3.28       baik
 Total Skor ∑ bi ei (Ao)                                                         20.35
 Interpretasi Penilaian                                                            baik



6.2. Penilaian Sikap Konsumen Terhadap Masing-Masing Atribut Frestea,
      Tekita dan Teh Botol Sosro

          Untuk penilaian masing-masing atribut dapat diinterpretasikan pula

dengan menggunakan rumus rentang skala yang sama namun dengan nilai skala

yang berbeda. Nilai tertinggi diperoleh jika responden memberikan skor maksimal

yaitu 3 untuk evaluasi dan kepercayaan pada satu atribut yaitu nilainya yaitu 3

untuk evaluasi dan kepercayaan pada satu atribut yaitu nilainya 9. Nilai terendah

diperoleh jika responden memberikan (-3) dan 3 untuk masing-masing variabel

pada satu atribut yaitu nilainya (-9). Banyaknya kelas interpretasi yang akan

dibentuk adalah lima kelas. Hasil rentangan nilainya yaitu :

                                9 - (-9)
                           R=            =3,6
                                    5



Jadi skala penilaiannya adalah :
9     -    5,4      = sangat baik

5,3   -    1,8      = baik

1,7   -    (-1,8) = biasa
-1,7 -    (-5,4) = buruk

-5,3 -    (-9)    = sangat buruk

         Secara umum penilaian sikap terhadap masing-masing atribut Frestea

mulai dari yang tertinggi adalah kemasan yang menarik (3,64), kebersihan (3,21),

aroma (3,06), tersedia dalam kemasan dingin (2,86), rasa manis (2,78), harga

(1,70), kemudahan mendapatkan (1,53) terakhir volume/isi (1,52).


6.2.1. Atribut Harga Rp 1200

         Responden memiliki penilaian biasa untuk atribut harga Rp 1200. Frestea

kemasan botol memiliki nilai sikap yang paling kecil yaitu 1,7 dibandingkan

dengan kedua produk lain yaitu TBS 2,64 dan Tekita 1,84.

         Tingkat evaluasi atau kepentingan responden terhadap teh botol cukup

baik yaitu sebesar 2,20. Untuk tingkat kepercayaan responden terhadap atribut

harga Rp 1200 pada Frestea kemasan botol paling kecil yaitu 0,61 dibanding

dengan TBS sebesar 1,12 dan Tekita 0,77. Hal tersebut dapat terjadi karena para

responden biasa membeli Frestea dengan harga Rp 1500, sehingga responden

menilai atribut harga Rp 1200 pada Frestea dengan nilai yang cukup kecil.

Responden memberikan nilai terhadap atribut berdasarkan pengalaman mereka

dalam membeli produk, bukan berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan

dari kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan.


6.2.2. Atribut Rasa Manis

         Berdasarkan nilai tabel atribut evaluasi produk teh botol, atribut rasa manis

berada pada peringkat kedua dengan nilai 2,10. Nilai ini menunjukkan bahwa
responden memandang rasa manis hal yang penting dalam mengkonsumsi teh

botol.

         Berdasarkan tingkat kepercayaan responden, Frestea memperoleh skor

sebesar 1,09 sedangkan TBS memperoleh skor 2,10 dan Tekita memperoleh skor

1,17 untuk atribut rasa manis. Bila diurutkan dari ketiga merek teh botol tersebut

maka TBS berada pada tingkat pertama, lalu Tekita dan baru Frestea. Ini

memperlihatkan responden memilki kepercayaan yang kurang baik pada rasa

manis dari Frestea dan Tekita.

         Rasa manis sebenarnya merupakan hal yang relatif bagi setiap orang,

artinya penilaian konsumen terhadap tingkatan rasa manis tidaklah sama.

Mungkin karena Frestea produk yang baru muncul dengan rasa teh bercampur

aroma melati yang lebih kuat dibanding TBS, sehingga penilaian konsumen

tentang rasa manis yang terkandung di teh botol Frestea menjadi berkurang.

Sedangkan konsumen mengakui bahwa rasa pahit teh di TBS sangatlah terasa

dibanding produk lainnya.


6.2.3. Atribut Kemudahan Mendapatkan

         Penilaian sikap responden terhadap atribut kemudahan mendapatkan pada

Frestea kemasan botol adalah biasa. Berdasarkan nilai evaluasi produk teh botol

pada produk ini menempati peringkat ketiga, hal tersebut berarti konsumen

menyukai produk teh botol yang tersedia dimana-mana atau dengan kata lain

konsumen lebih menyukai teh botol yang kemudahan mendapatkan. Hal ini

dikarenakan konsumen berharap dapat menemukan teh botol sebagai salah satu

minuman ringan untuk menghilangkan dahaga segera, sehingga ketersediaan

produk menjadi salah satu pilihan dalam memilih jenis merek teh botol.
Dibandingkan dengan kedua merek teh botol lainnya, nilai sikap

responden terhadap atribut ini pada Frestea adalah yang paling rendah yaitu 1,52.

Untuk TBS memperoleh penilaian sikap responden yang paling tinggi yaitu 4,03

sedangkan untuk Tekita sebesar 1,83. Hal ini mengindikasikan bahwa

ketersediaan Frestea di pasar masih cukup jelek, sebagian besar responden

menganggap masih Frestea masih jarang ditemui. Hal tersebut terjadi karena

Frestea merupakan produk teh kemasan botol yang masih baru, sehingga

penyebaran produk tersebut masih belum merata atau hanya dapat ditemui di

tempat-tempat tertentu.


6.2.4. Atribut Volume/Isi

       Responden memberikan nilai sikap sebesar 1,53 untuk atribut volume pada

produk Frestea kemasan botol. Bila dibandingkan ketiga produk lain yaitu TBS

dengan nilai sikap sebesar 2,89 dan Tekita sebesar 2,06, maka nilai sikap

responden terhadap atribut ini pada Frestea merupakan yang terendah.

       Tekita lebih menonjolkan keunggulan pada besarnya volume/isi botol

dalam persaingan merebut konsumen, akan tetapi TBS sebagai produk yang

terlebih dahulu ada dipasar tetap lebih unggul pada atribut volume/isi. Hal ini

dapat terjadi karena konsumen merasa besarnya volume suatu produk bukan

merupakan faktor utama yang menentukan dalam memutuskan merek produk

yang akan dikonsumsi, akan tetapi keselarasan perbandingan volume dengan cita

rasa yang dimiliki. Untuk Frestea sendiri sebagai produk baru, bila perusahaan

memutuskan untuk tetap mempertahankan volume yang ada sekarang, maka

diharapkan pihak Frestea lebih meningkatkan keunggulan-keunggulan lain agar

konsumen merasa puas.
6.2.5. Atribut Tersedia Dalam Kemasan Dingin

       Responden memberikan penilaian sikap cukup baik terhadap atribut

tersedia dalam kemasan dingin pada Frestea. Bila dibandingkan dengan kedua

merek lain penilaian sikap responden terhadap atribut ini pada Frestea menempati

peringkat kedua dengan nilai sikap sebesar 2,86, nilai sikap terbesar dimiliki oleh

Tekita sebesar 3,63 dan TBS memiliki penilaian sikap terkecil yaitu sebesar 2,74.

       Penilaian tingkat kepercayaan responden memberikan nilai 1,52

menempati peringkat kedua dibanding merek lain, untuk TBS sebesar 1,35 dan

Tekita memiliki kepercayaan tertinggi sebesar 1,72. Sebagai produk yang masih

baru dipasaran hal ini dinilai cukup baik, sebab responden percaya bahwa Frestea

banyak tersedia dalam kemasan dingin. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya

kotak pendingin untuk menyimpan Frestea yang tersedia di semua tempat yang

menjual produk tersebut, inilah yang membuat penilaian responden cukup tinggi

terhadap ketersediaan Frestea dalam kemasan dingin. Keadaan ini harus dapat

lebih ditingkatkan karena sebagai minuman ringan pelepas dahaga, atribut tersedia

dalam kemasan dingin adalah atribut yang dipandan cukup penting oleh

responden.


6.2.6. Atribut Aroma

       Atribut aroma adalah atribut yang memiliki tingkat kepentingan paling

rendah dibanding atribut-atribut lain pada teh kemasan botol menurut responden.

Hal ini berarti dalam memilih merek teh botol, responden kurang begitu

mementingkan aroma air teh dari suatu produk teh botol.
Penilaian sikap responden terhadap atribut aroma pada Frestea adalah

baik, namun nilainya yang sebesar 3,06 masih dibawah TBS dengan nilai sikap

sebesar 3,15. Hal ini terjadi karena kuatnya aroma melati yang menjadi salah satu

kelebihan produk Frestea, masih belum dapat diterima oleh sebagian responden.

Responden menilai kuatnya aroma melati tersebut malah membuat mereka kurang

berselera dalam mengkonsumsi Frestea, bahkan dari promosi yang dilakukan

produsen teh botol lain aroma melati pada Frestea justru mereka jadikan kelebihan

produk mereka dibanding Frestea yang mereka dianggap memiliki aroma teh yang

kuno. Untuk Tekita responden memberikan penilaian paling kecil untuk atribut ini

yaitu sebesar 2,41, hal ini dikarenakan menurut responden aroma teh maupun

aroma melati dari dari air teh Tekita sangat kurang terasa.


6.2.7. Atribut Kebersihan Kemasan

       Responden memiliki penilaian baik untuk atribut kebersihan terhadap

Frestea. Frestea memiliki nilai sikap yang paling tinggi yaitu sebesar 3,21,

dibandingkan dua produk lain yaitu TBS sebesar 3,12 dan Tekita sebesar 2,92.

       Penilaian responden terhadap atribut kebersihan kemasan pada Frestea

adalah yang tertinggi dibanding merek lain yaitu sebesar 1,63. Hal ini berarti

responden percaya bahwa produk teh botol merek Frestea selalu ada dalam

keadaan kemasan yang bersih. Keadaan ini harus dapat dipertahankan oleh

perusahaan, karena tingkat kebersihan kemasan suatu produk merupakan salah

satu faktor yang sangat penting bagi konsumen dalam menentukan pilihan untuk

membeli dan mengkonsumsi suatu produk dalam hal ini teh botol.

       Penilaian terhadap dua produk lainnya yaitu TBS dan Tekita, responden

memiliki tingkat kepercayaan yang cukup rendah. Hal ini disebabkan responden
sering menemukan botol kemasan kedua merek tersebut dalam keadaan kotor,

baik itu kotor karena benturan-benturan maupun karena ada kotoran menempel

pada botol. Hasil penelitian Supriyasih (2000) pada kemasan TBS sering dijumpai

kemasan yang botol dan tutupnya berkarat dan botolnya terlihat kusam.


6.2.8. Atribut Kemasan Menarik

       Responden memiliki penilaian sikap baik terhadap atribut kemasan

menarik pada Frestea dan kedua merek lainnya. Untuk atribut ini Frestea ada

pada peringkat kedua dengan nilai sikap sebesar 3,64, sedangkan TBS memiliki

nilai sikap tertinggi yaitu sebesar 3,71 dan Tekita dengan nilai sikap terendah

yaitu sebesar 3,28.

       Frestea dimunculkan dengan tampilan kemasan cerianya tetapi masih

belum mampu mendapatkan penilaian sikap yang tertinggi dari responden, justru

TBS dengan kesederhanaan bentuk maupun label pada kemasan mendapatkan

nilai sikap tertinggi dari responden terhadap atribut kemasan menarik. Tekita

memiliki kemasan produk yang paling besar dibanding yang lain, akan tetapi

responden menilai bahwa Tekita memiliki kemasan yang kurang menarik

dibanding kedua merek yang lainnya.

       Perusahaan mengeluarkan Frestea dalam kemasan botol dengan ukiran

daun teh dan dominasi warna hijau dan kuning yang cukup menarik dengan target

konsumen usia muda yaitu sekitar 19-29 tahun. Namun dari penelitian ini terlihat

bahwa target perusahaan belum dapat tercapai. Hal ini dapat terlihat dari

penelitian ini yang respondennya 76 persen adalah usia muda yang berumur 20-29

tahun, untuk atribut kemasan menarik nilai sikap responden terhadap Frestea
masih di bawah TBS. Keadaan ini harus dapat ditingkatkan oleh perusahaan untuk

dapat lebih mampu bersaing dengan produk lain.
BAB VII
            REKOMENDASI STRATEGI PEMASARAN


7.1. Analisis Semantic Differentia

       Penilaian konsumen terhadap produk minuman teh dapat dirumuskan

melalui metode Fishbein. Hal ini berguna untuk mengetahui sikap konsumen

terhadap suatu produk yang dikonsumsi dan dalam hal ini adalah produk teh

merek Frestea, Sosro, dan Tekita. Biasanya tiap individu memberikan penilaian

yang berbeda terhadap produk teh, tergantung dari manfaat apa yang dapat

dirasakan konsumen ketika mengkonsumsi produk tersebut. Untuk melihat hasil

penilaian konsumen terhadap ketiga merek produk di atas dapat dijelaskan melalui

diagram semantic differentia (Gambar 15).

       Rasa manis suatu produk teh botol merupakan hal yang cukup penting

dalam mempengaruhi penilaian konsumen terhadap enak tidaknya suatu merek teh

botol, yang tentunya juga berpengaruh keinginan konsumen untuk membeli merek

tersebut. Dari diagram semantic differentia dibawah dapat dilihat TBS mendapat

penilaian yang sangat berbeda dengan kedua merek lainnya. Padahal konsumen

juga mengakui bahwa TBS memiliki rasa khas teh yaitu sedikit pahit, namun

konsumen menilai kedua produk lainnya memiliki rasa manis yang kurang pas.

Frestea dinilai terlalu manis oleh konsumen sedangkan Tekita dengan volume

yang paling besar dinilai memiliki rasa kurang manis (Tambunan, 2001).

       Penilaian konsumen terhadap atribut kemudahan mendapatkan produk teh

botol lebih rendah dari atribut rasa manis, namun TBS tetap mendapatkan

penilaian paling tinggi dibanding kedua produk lainnya. Perbedaannya pun juga
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN

More Related Content

What's hot

Best practice scm pt. sinar sosro
Best practice scm pt. sinar sosroBest practice scm pt. sinar sosro
Best practice scm pt. sinar sosroEdikiswanto82
 
Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...
Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...
Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...Nadiatur Rakhma
 
Proposal warungkopi
Proposal warungkopiProposal warungkopi
Proposal warungkopiAr Razy
 
7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...
7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...
7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...Mahardhika Bayu Putra
 
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)AsadCungkring97
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunMOSES HADUN
 
Minggu ke 7 - kuliah umum atau studi kasus
Minggu  ke 7 - kuliah umum atau studi kasusMinggu  ke 7 - kuliah umum atau studi kasus
Minggu ke 7 - kuliah umum atau studi kasusDhea Natalia
 
Proposal Business Plan
Proposal Business PlanProposal Business Plan
Proposal Business PlanIra Chumairoh
 
Studikelayakanbisnis 190310110109
Studikelayakanbisnis 190310110109Studikelayakanbisnis 190310110109
Studikelayakanbisnis 190310110109indrahariyono1
 
Business plan saleh pisang
Business plan saleh pisangBusiness plan saleh pisang
Business plan saleh pisang'nsc' Hikmah
 
Proposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotProposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotFidayatul Kasanah
 
Business plan-Pisang Goreng crispy
Business plan-Pisang Goreng crispyBusiness plan-Pisang Goreng crispy
Business plan-Pisang Goreng crispyArayma123
 

What's hot (18)

Best practice scm pt. sinar sosro
Best practice scm pt. sinar sosroBest practice scm pt. sinar sosro
Best practice scm pt. sinar sosro
 
Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...
Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...
Sm, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, business u...
 
Proposal warungkopi
Proposal warungkopiProposal warungkopi
Proposal warungkopi
 
7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...
7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...
7, kewirausahaan, mahardhika, hapzi ali, proposal kewirausahaan, univ. mercub...
 
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
Studi Kelayakan Bisnis (Kedai Kopi Bang Ben)
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
 
Proposal usaha utuh annisa uswaaaaaaaa
Proposal usaha utuh annisa uswaaaaaaaaProposal usaha utuh annisa uswaaaaaaaa
Proposal usaha utuh annisa uswaaaaaaaa
 
Proposal individu
Proposal individuProposal individu
Proposal individu
 
Minggu ke 7 - kuliah umum atau studi kasus
Minggu  ke 7 - kuliah umum atau studi kasusMinggu  ke 7 - kuliah umum atau studi kasus
Minggu ke 7 - kuliah umum atau studi kasus
 
Rencana Bisnis
Rencana BisnisRencana Bisnis
Rencana Bisnis
 
Proposal Business Plan
Proposal Business PlanProposal Business Plan
Proposal Business Plan
 
Studikelayakanbisnis 190310110109
Studikelayakanbisnis 190310110109Studikelayakanbisnis 190310110109
Studikelayakanbisnis 190310110109
 
Rencana bisnis kedai kopi
Rencana bisnis kedai kopiRencana bisnis kedai kopi
Rencana bisnis kedai kopi
 
Tugas 2 bisnis plan
Tugas 2 bisnis planTugas 2 bisnis plan
Tugas 2 bisnis plan
 
Tugas Proposal Usaha
Tugas Proposal UsahaTugas Proposal Usaha
Tugas Proposal Usaha
 
Business plan saleh pisang
Business plan saleh pisangBusiness plan saleh pisang
Business plan saleh pisang
 
Proposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotProposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swot
 
Business plan-Pisang Goreng crispy
Business plan-Pisang Goreng crispyBusiness plan-Pisang Goreng crispy
Business plan-Pisang Goreng crispy
 

Viewers also liked

SPICEWORKS: The 2015 IT Budget Report
SPICEWORKS: The 2015 IT Budget ReportSPICEWORKS: The 2015 IT Budget Report
SPICEWORKS: The 2015 IT Budget ReportSymantec
 
Kembang gula keras 2968 sni 3547.1_2008
Kembang gula keras  2968 sni 3547.1_2008Kembang gula keras  2968 sni 3547.1_2008
Kembang gula keras 2968 sni 3547.1_2008Fitri Andriani
 
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Mira Pemayun
 
Not Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing Beverages
Not Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing BeveragesNot Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing Beverages
Not Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing BeveragesYouth Research Partners Asia
 
FMCG Brand Engagement & Sponsorship ROI
FMCG Brand Engagement & Sponsorship ROIFMCG Brand Engagement & Sponsorship ROI
FMCG Brand Engagement & Sponsorship ROINicholas Cameron
 
(ppt) company profile PT ULTRAJAYA
(ppt) company profile PT ULTRAJAYA(ppt) company profile PT ULTRAJAYA
(ppt) company profile PT ULTRAJAYAPutri Sanuria
 

Viewers also liked (10)

SPICEWORKS: The 2015 IT Budget Report
SPICEWORKS: The 2015 IT Budget ReportSPICEWORKS: The 2015 IT Budget Report
SPICEWORKS: The 2015 IT Budget Report
 
Analisa swot pt ultramilk
Analisa  swot pt ultramilkAnalisa  swot pt ultramilk
Analisa swot pt ultramilk
 
Kembang gula keras 2968 sni 3547.1_2008
Kembang gula keras  2968 sni 3547.1_2008Kembang gula keras  2968 sni 3547.1_2008
Kembang gula keras 2968 sni 3547.1_2008
 
Filosofi 5s-mmt-p7
Filosofi 5s-mmt-p7Filosofi 5s-mmt-p7
Filosofi 5s-mmt-p7
 
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
 
Pengamatan teh
Pengamatan tehPengamatan teh
Pengamatan teh
 
Not Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing Beverages
Not Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing BeveragesNot Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing Beverages
Not Always Coca-Cola : Anomaly of Indonesian Youth in Choosing Beverages
 
FMCG Brand Engagement & Sponsorship ROI
FMCG Brand Engagement & Sponsorship ROIFMCG Brand Engagement & Sponsorship ROI
FMCG Brand Engagement & Sponsorship ROI
 
(ppt) company profile PT ULTRAJAYA
(ppt) company profile PT ULTRAJAYA(ppt) company profile PT ULTRAJAYA
(ppt) company profile PT ULTRAJAYA
 
Teh botol Sosro
Teh botol SosroTeh botol Sosro
Teh botol Sosro
 

Similar to ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN

Pengembangan promosi
Pengembangan promosiPengembangan promosi
Pengembangan promosifdlhfauzi
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihYeni Oktarina
 
Profil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPBProfil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPBLPPM IPB
 
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 20187. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018Maghfira Arsyfa Ganivy
 
Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap
Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap
Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap Herlinasari Herlinasari
 
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )Fenti Anita Sari
 
analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...
analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...
analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...Suardiyanti Ni Luh Putu
 
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetes
Pembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetesPembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetes
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetesLisdaDamayanti1
 
Pengembangan limbah organik
Pengembangan limbah organikPengembangan limbah organik
Pengembangan limbah organiksukarman_far
 
128114101_full.pdf
128114101_full.pdf128114101_full.pdf
128114101_full.pdfIsoSuwarso1
 
Contoh kelengkapan dosen.docx
Contoh kelengkapan dosen.docxContoh kelengkapan dosen.docx
Contoh kelengkapan dosen.docxReviYulia
 
E-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdf
E-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdfE-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdf
E-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdfcahyapratama273
 
MAKALAH ELISABET.docx
MAKALAH ELISABET.docxMAKALAH ELISABET.docx
MAKALAH ELISABET.docxElisSabet4
 
Proposal Kewirausahaan
Proposal KewirausahaanProposal Kewirausahaan
Proposal KewirausahaanFajar Kusuma
 
SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...
SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...
SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...Muhamadawalludinapri
 

Similar to ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN (20)

Pengembangan promosi
Pengembangan promosiPengembangan promosi
Pengembangan promosi
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
 
Profil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPBProfil Lembaga Periset - LPPM IPB
Profil Lembaga Periset - LPPM IPB
 
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 20187. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
7. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,tugas 3,universitas mercu buana, 2018
 
Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap
Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap
Contoh Proposal Pembuatan Produk Farmasi Tablet Hisap
 
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
 
H12apa
H12apaH12apa
H12apa
 
C08aew
C08aewC08aew
C08aew
 
analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...
analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...
analisis biaya pokok produksi dengan pedoman penentuan harga jual produk ikan...
 
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetes
Pembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetesPembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetes
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetes
 
Pengembangan limbah organik
Pengembangan limbah organikPengembangan limbah organik
Pengembangan limbah organik
 
128114101_full.pdf
128114101_full.pdf128114101_full.pdf
128114101_full.pdf
 
Contoh kelengkapan dosen.docx
Contoh kelengkapan dosen.docxContoh kelengkapan dosen.docx
Contoh kelengkapan dosen.docx
 
E-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdf
E-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdfE-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdf
E-BOOK-BOOK-CHAPTER-PANDUAN-BIOTEKNOLOGI-PANGAN.pdf
 
F07ino
F07inoF07ino
F07ino
 
Cover
CoverCover
Cover
 
MAKALAH ELISABET.docx
MAKALAH ELISABET.docxMAKALAH ELISABET.docx
MAKALAH ELISABET.docx
 
Proposal Kewirausahaan
Proposal KewirausahaanProposal Kewirausahaan
Proposal Kewirausahaan
 
Skripsi Allowed
Skripsi AllowedSkripsi Allowed
Skripsi Allowed
 
SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...
SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...
SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR F...
 

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN

  • 1. ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP FRESTEA TEKITA DAN TEH SOSRO KEMASAN BOTOL DI KOTA BOGOR Oleh : ADITYO ( A 14101541 ) PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
  • 2. ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP FRESTEA TEKITA DAN TEH SOSRO KEMASAN BOTOL DI KOTA BOGOR Oleh : ADITYO (A 14101541) SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
  • 3. RINGKASAN ADITYO. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Frestea Tekita Dan Teh Sosro Kemasan Botol Di Kota Bogor (dibawah bimbingan EKA INTAN K. PUTRI) Teh merupakan minuman yang mudah dalam mendapatkan bahan bakunya serta minuman khas (tradisional) bagi penduduk Indonesia. Teh dijual dalam berbagai bentuk yaitu (1) dalam bentuk teh siap minum yang dikemas dalam kemasan karton dan kemasan botol, (2) dalam bentuk curah dimana konsumen harus menyeduhnya dan mengeluarkan ampasnya atau yang lebih dikenal dengan teh celup. Frestea merupakan salah satu produk teh kemasan botol yang diproduksi oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia. Minuman ini termasuk dalam minuman teh siap saji beraroma melati yang dikemas dalam botol dan tetra-pack (kotak). Frestea adalah produk teh kemasan botol yang masih baru dikeluarkan perusahaan yaitu pada bulan Juni 2002, sebagai produk yang masih baru dipasaran perusahaan perlu mengetahui bagaimana perilaku konsumen terhadap Frestea kemasan botol untuk dapat menemukan strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan minuman teh dalam kemasan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Mengkaji sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol, (2) Membandingkan sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol, (3) Rekomendasi terhadap perusahaan berdasarkan strategi bauran pemasaran. Penelitian dilakukan November – Januari 2003 di Kota Bogor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, melakukan wawancara, pengisisan kuesioner oleh responden. Data sekunder diperoleh dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan, seperti literatur teh siap saji dan data dari pihak-pihak terkait dalam industri teh siap saji seperti BPS, Depperindag dan lain-lain. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling (pengambilan sampel secara kebetulan) yang termasuk ke dalam teknik pengambilan sampel non peluang. Karakteristik konsumen berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendapatan perbulan, pengeluaran per bulan, biaya yang dikeluarkan untuk membeli teh botol per bulan, kuantitas pembelian Frestea per bulan, ketertarikan konsumen mengkonsumsi Frestea, asal informasi mengenai Frestea dan tempat konsumen biasa membeli Frestea dianalisis secara diskriptif. Penilaian sikap konsumen dianalisis dengan menggunakan Model Multiatribut Fishbein. Diagram semantic differentia digunakan untuk melihat hasil penilaian konsumen terhadap ketiga merek produk teh kemasan botol. Hasil penelitian didapat bahwa dari delapan atribut yang diteliti, penilaian sikap konsumen terhadap Frestea kemasan botol cukup baik. Akan tetapi dari ke tiga merek yang ada Frestea dengan nilai sikap sebesar 20,00 menduduki peringkat ketiga dibandingkan kedua merek lainnya yaitu Teh Botol Sosro (26,71)
  • 4. dan Tekita (20,35). Hal ini dapat terjadi karena sebagai produk yang masih cukup baru, Frestea belum mampu memberikan kualitas serta keunikan produk yang lebih baik dari kedua produk lainnya yang lebih dahulu hadir dan dikenal oleh konsumen. Hasil analisis menggunakan diagram semantic differentia didapatkan suatu strategi pemasaran yang dimunculkan dalam strategi bauran pemasaran. Strategi bauran pemasaran mencakup strategi harga, strategi produk, strategi distribusi atau tempat dan strategi promosi. Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan adalah tetap mempertahankan atribut yang sudah baik kinerjanya yaitu kebersihan dari kemasan Frestea. Selain itu perusahaan sebaiknya meningkatkan promosi untuk lebih memperkenalkan keunikan yang ingin ditonjolkan dari Frestea kemasan botol, dan juga agar mampu menguasai pasar produk teh kemasan botol khususnya konsumen usia muda sesuai target pasar dari perusahaan. PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
  • 5. FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama : Adityo NRP : A.141401541 Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis Judul Skripsi : Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Frestea Tekita dan Teh Sosro Kemasan Botol Di Kota Bogor Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir.Eka Intan K. Putri, Msi NIP. 131 918 659 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabihan, M.Agr NIP. 130 422 698 Tanggal Lulus: PERNYATAAN
  • 6. DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ‘ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP FRESTEA TEKITA DAN TEH SOSRO KEMASAN BOTOL DI KOTA BOGOR’ BELUM PERNAH DIAJUKAN KEPADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN ATAU TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Maret 2006 Adityo A.14101541 RIWAYAT HIDUP
  • 7. Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1978 sebagai anak dari pasangan Bapak Petrus Suwarsono dan Ibu Patricia Sri Warsiti. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 1985 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Angkasa V Halim Perdanakusuma Jakarta Timur. Penulis lulus dari SD Santo Markus Jakarta Timur pada tahun 1991. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 1994 pada SMP Santo Markus Jakarta Timur. Pendidikan tingkat menengah atas diselesaikan pada tahun 1997 di SMUN 62 Jakarta Timur. Pada tahun 1997 penulis diterima Politeknik Universitas Indonesia pada Program Studi Diploma I Akuntansi Perbankan Pendidikan Aplikasi Bisnis, Jurusan Akuntansi. Kemudian pada tahun 1998 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selanjutnya pada tahun 2001, penulis melanjutkan studinya melalui Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Manajemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. UCAPAN TERIMA KASIH
  • 8. Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan hanya kepada-Nya yang pantas terucap. Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis. Dalam lembaran ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Msi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, kritik dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ir. Netti Tina Prila MM, selaku dosen evaluator atas kritik dan sarannya. 3. Ir. Murdianto Ms, selaku dosen dari komisi pendidikan atas masukannya. 4. Ir. Hj. Yayah K. Wagiono, Mec, selaku dosen penguji layak sidang atas saran dan “solusi” terbaiknya. 5. Bapak Hadi Ruwiyono, General and External Affair PT Coca-Cola Bottling Indonesia, Cibitung Bekasi yang telah memberikan informasi yang sangat berharga bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 6. Ayah dan Ibunda tercinta, Mas Ary, Mas Itot “Viki’, dan saudara- saudaraku tercinta yang selalu memberikan dukungan doa dan kasih sayangnya. 7. Yashoki Cornelius Gulo Amd, yang bersedia menjadi pembahas seminar. 8. My Sweet and Gorgeous dr. Wiwit Ayu Wulandari, buat doa, perhatian dan kasih sayangnya...
  • 9. 9. Rekan-rekan satu bimbingan (Dian, Icha ‘meuh’, Irene ‘nene’, Eka ‘simatup’, Andre, Jane, Avi) 10. Sobat-sobatku : Windi, Zarna, Arun, Yusril, Bara, Sony ‘the army’, Hedot, Ijul, ... (ex-SMUN 62); serta Marisca Enyta ‘Fukadacan..’, Annisa, Irene, Nusfan, Eka, Irsi, Oki ‘Gulo’, Teguh ‘Omguguh’. Oki ‘jabrix’, Dale, Iwan ‘batax’, Adi ‘ngex’, , Iman n Mawan‘x-parikesit’, teh Hedi, Ucok, Yudi ‘bule’, Riri n Rizal ‘x-bapeun’ , Makasih semuanya atas jalinan pertemanan dan kekompakannya... thanx alot..also for Ferry sekeluarga for the house n Vivi-nya. 11. Telkomsel family : Bu Yana ‘Manager CC’, Mas Herry, Mb’ Ratna, Mb’ Debie; Pungky, Yuda, Iman, Dina, Aji, Ruslan, Sugeng, Patrice, Medy, Nancy, Pury, Jihan, Dedy, Aldi... 12. Tanah baru “my second family”: Tante Tia, T’ Heny, T’ Manurung, Om Ferry dan lainnya yang belum bisa disebutkan semuanya. Atas dukungan doa dan dukungan rohaninya. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta rekan-rekan mendapat balasan yang jauh lebih baik dari Tuhan Yang Maha Baik. Amin. Bogor, Maret 2006 Penulis
  • 10. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan segala rahmat, kesabaran, kemauan dan izin-Nya kepada penulis untuk membuat skripsi ini. Skripsi yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Frestea Kemasan Botol di Kota Bogor ini berisi mengenai atribut-atribut yang menjadi penilaian sikap konsumen serta kepuasan konsumen terhadap Frestea kemasan botol dibandingkan kedua merek lain. Penelitian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna tidak hanya bagi penulis saja, tetapi juga pihak-pihak yang memerlukannya. Bogor, Maret 2006 Penulis
  • 11. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ........................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 6 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8 2.1. Kerangka Teoritis ................................................................... 8 2.1.1. Teh ........................................................................... 8 2.1.2. Perilaku Konsumen .................................................. 8 2.1.3. Proses Pengambilan Keputusan ............................... 10 2.1.4. Persepsi Konsumen .................................................. 11 2.1.5. Preferensi Konsumen ............................................... 11 2.1.6. Riset Konsumen ....................................................... 12 2.1.7. Model Multi Atribut Fishbein .................................. 13 2.1.8. Strategi Pemasaran ................................................... 14 2.2. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................. 15 2.3. Alur Pemikiran Konseptual .................................................. 18 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 19 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 19 3.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 19 3.3. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data ........ 19 3.4. Analisis Data ........................................................................ 20
  • 12. 3.4.1. Pengujian Kuesioner ................................................ 20 3.4.2. Analisis Model Sikap Fishbein ................................ 23 3.5. Definisi Operasional ............................................................ 25 BAB IV. GAMBARAN UMUM ................................................................. 26 4.1. Lokasi Penelitian .................................................................. 26 4.2. Karakteristik Responden ...................................................... 27 BAB V. KARAKTERISTIK FRESTEA, TEKITA DAN TEH SOSRO KEMASAN BOTOL .............................................. 36 BAB VI. ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN .................................... 41 5.1. Penilaian Sikap Konsumen .................................................. 41 5.2. Penilaian Sikap Konsumen Terhadap Masing-masing Atribut Frestea ...................................................................... 44 5.2.1. Atribut Harga Rp 1200 ............................................. 45 5.2.2. Atribut Rasa Manis .................................................. 46 5.2.3. Atribut Kemudahan Mendapatkan ........................... 46 5.2.4. Atribut Volume/Isi ................................................... 47 5.2.5. Atribut Tersedia Dalam Kemasan Dingin ................ 48 5.2.6. Atribut Aroma .......................................................... 48 5.2.7. Atribut Kebersihan Kemasan ................................... 49 5.2.8. Atribut Kemasan Menarik ........................................ 50 BAB VII. REKOMENDASI STRATEGI PERUSAHAAN ......................... 52 7.1. Analisis Semantic Differentia .............................................. 52 BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 57 8.1. Kesimpulan .......................................................................... 57 8.2. Saran ................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60 LAMPIRAN .................................................................................................... 62
  • 13. DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1. Konsumsi dan Pengeluaran Konsumen Rata-rata Perkapita Seminggu untuk Minuman Tidak Mengandung CO2 (Soda) untuk Tahun 1999 di Indonesia ............................................................ 2 2. Daftar Atribut yang Akan Diuji Validitas ........................................... 21 3. Daftar Atribut Hasil Uji Validitas ....................................................... 22 4. Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur Tahun 2001 .......... 26 5. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Frestea Kemasan Botol ............. 42 6. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Teh Botol Sosro ........................ 43 7. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Tekita ........................................ 44
  • 14. DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Tahapan Pengambilan Keputusan Konsumen ..................................... 10 2. Alur Pemikiran Konseptual ................................................................. 17 3. Jumlah Responden Berdasarkan Usia ................................................. 31 4. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 31 5. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................................ 32 6. Jumlah Reponden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan ....................... 33 7. Jumlah Responden Berdasakan Pengeluaran Per Bulan ..................... 34 8. Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Pembelian Teh Botol Per Bulan ............................................................................................. 35 10. Jumlah Responden Berdasarkan Kuantitas Pembelian Frestea Per Bulan ............................................................................................. 36 11. Jumlah Responden Bedasarkan Alasan Ketertarikan Mengkonsumsi Frestea Per Bulan ................................................................................. 37 12. Jumlah Responden Berdasarkan Asal Informasi Mengenai Frestea ... 37 13. Jumlah Responden Berdasarkan Tempat Membeli Frestea ................. 38 14. Diagram Semantic Differentia ............................................................. 57
  • 15. DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Uji Validitas 1 ...................................................................................... 62 2. Uji Validitas 2 ...................................................................................... 63 3. Uji Validitas 3 ...................................................................................... 64 4. Uji Validitas 4 ...................................................................................... 65 5. Kuesioner Penelitian ............................................................................ 66
  • 16. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Teh merupakan salah satu komoditas agribisnis yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Total produksi teh yang dihasilkan perkebunan besar dan rakyat telah meningkat dari 153,6 ribu ton pada tahun 1997 menjadi 163,4 ribu ton pada tahun 2001 (Biro Pusat Statistik, 2001). Sementara itu ekspor teh juga telah meningkat dari 63,4 ribu metrik ton tahun 1997 menjadi 95 ribu metrik ton pada tahun 2001 (BPS, 2002). Teh merupakan minuman yang mudah dalam mendapatkan bahan bakunya serta minuman khas (tradisional) bagi penduduk Indonesia. Teh dijual dalam berbagai bentuk yaitu (1) dalam bentuk teh siap minum yang dikemas dalam kemasan karton dan kemasan botol, (2) dalam bentuk curah dimana konsumen harus menyeduhnya dan mengeluarkan ampasnya atau yang lebih dikenal dengan teh celup (Sumarwan, 2002). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Aditya (2002) minuman teh dalam kemasan telah menjadi minuman yang sangat digemari dan memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia, terutama dikalangan remaja dan mahasiswa. Teh siap minum dalam kemasan merupakan salah satu jenis produk minuman ringan tidak bergas (non carbonated) (Kurniawan, 2000). Teh menduduki peringkat kedua untuk minuman ringan tidak mengandung karbondioksida (CO2)dalam kemasan yang dikonsumsi penduduk Indonesia setelah air mineral. Untuk data lengkapnya dapat dilihat di Tabel 1.
  • 17. Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Konsumen Rata-rata Perkapita Seminggu untuk Minuman Tidak Mengandung CO2 (Soda) untuk Tahun 1999 di Indonesia Perkotaan + Pedesaan Jenis Minuman Satuan Jumlah (000) Nilai (Rp) (000) Air Kemasan 500 ml 0,014 16 Air Teh Kemasan 200 ml 0,011 11 Sari Buah Kemasan 200 ml 0,001 2 Minuman Kesehatan 100 ml 0,002 5 Minuman Lainnya Gelas 0,249 137 Sumber : Badan Pusat Statistik (1999) Industri pangan termasuk minuman ringan dan suplemen merupakan salah satu industri yang berkembang pesat saat ini (Kurniawan, 2000). PT. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen minuman ringan yang terkenal di Indonesia. Salah satu pabrik yang dimiliki adalah Pabrik Nasional Cibitung, yang merupakan pabrik terbesar di Asia Tenggara dengan 10 jalur produksi sampai dengan awal 2003. Hasil produksi pabrik ini yaitu : o Coca-Cola kemasan botol gelas, kaleng dan PET (Poly Ethylene Terephthalate) o Diet Coke kemasan kaleng dan PET o Sprite kemasan botol, kaleng dan PET o Fanta : Strawberry (merah), Orange, Fruit Punch (hijau), Pineapple (nanas), Oranggo (jeruk mangga) : kemasan botol gelas, kaleng dan PET o Schweppes : tonic, Ginger-Ale, Lemon dan Soda Water kemasan kaleng o Aquarius kemasan kaleng o A&W rasa Sarsaparila kemasan kaleng o Frestea kemasan botol gelas dan tetra-pack (kotak) o Syrup Coca-Cola, Sprite dan Fanta Strawberry kemasan lima galon
  • 18. Frestea sebagai salah satu produk minuman ringan PT. CCBI merupakan produk minuman ringan yang masih baru dikeluarkan perusahaan yaitu pada bulan Juni 2002. Minuman ini termasuk dalam minuman teh siap saji beraroma melati yang dikemas dalam botol dan tetra-pack (kotak). Peluncuran produk ini didasarkan oleh riset pasar yang telah dilakukan perusahaan sebelumnya. Dari hasil riset tersebut didapat bahwa masyarakat Indonesia gemar mengkonsumsi teh terutama teh tubruk beraroma melati. Fenomena ini dimanfaatkan oleh perusahaan dengan diluncurkannya Frestea, teh dalam kemasan beraroma melati.1 Dewasa ini telah terdapat berbagai merek teh siap saji di pasaran, diantaranya Teh Botol Sosro, Tekita, Teh Kotak, Lipton Ice Tea, Teh 2 Tang, Fruit Tea, dan Hi-C, hal ini menyebabkan persaingan dalam industri teh siap saji dalam kemasan semakin ketat. Menurut kalkulasi dari majalah SWA (2002) pasar minuman teh siap saji menyentuh Rp 700 miliar setahun, dan sekitar 75% pangsa pasar dikuasai oleh Teh Botol Sosro. Setiap perusahaan teh siap saji berusaha meningkatkan pangsa pasarnya dengan cara mengetahui dan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan demikian perlu dikaji lebih lanjut mengenai konsumen minuman teh siap saji dalam kemasan, yang menyangkut perilaku konsumen terhadap Frestea sebagai salah satu produk teh siap saji dalam kemasan. I.2. Perumusan Masalah Pada tahun 1985 PT CCBI melakukan diversifikasi produk minuman selain minuman berkarbonisasi yaitu minuman teh siap saji kemasan botol yang dikenal dengan merek Hi-C. Hal ini dilakukan oleh perusahaan setelah melihat 1 Munadji dan Hadi Ruwiyono , General & External Affair PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, Cibitung-Bekasi
  • 19. adanya budaya mengkonsumsi minuman teh pada masyarakat Indonesia. Perusahaan memandang hal tersebut sebagai peluang usaha. Produk ini ditujukan untuk semua kalangan usia yang menggemari minuman teh. Akan tetapi Hi-C tidak berhasil mencapai mencapai target perusahaan. Dalam rangka menutupi kegagalan produk Hi-C dalam industri minuman teh, pada tahun 2002 perusahaan kembali memunculkan minuman teh siap saji kemasan botol dengan merek Frestea. Produk ini memiliki aroma, rasa dan kemasan yang berbeda dari Hi-C. Pada beberapa daerah Hi-C masih dapat ditemukan karena perusahaan bermaksud menghilangkannya secara bertahap. Frestea sebagai salah satu produk minuman teh siap saji dalam kemasan mulai dikenal oleh masyarakat dan mulai banyak dijumpai di pasaran. Dalam rangka meningkatkan penjualannya perusahaan telah melakukan berbagai kegiatan promosi baik berupa promosi above the line maupun below the line. Rangkaian promosi yang saat ini telah dilakukan diantaranya adalah iklan melalui media elektronik (TV dan radio), pemberian cooler box, tissue box kepada pedagang yang menjual Frestea. Kegiatan promosi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan customer awareness dan menjamin ketersediaan produk di pasaran, yang pada akhirnya meningkatkan penjualan melalui peningkatan konsumsi oleh konsumen. Pada tahap awalnya pendistribusian Frestea kemasan botol difokuskan di wilayah Jakarta dan Jawa Barat.2 Hal ini dikarenakan pada tahap-tahap awal, produksi Frestea hanya dapat dilakukan oleh pabrik PT CCBI di Jakarta. Kota Bogor merupakan salah satu daerah pemasaran Frestea yang potensial bagi perusahaan, salah satu alasannya karena di Bogor terdapat Sales Center Coca- 2 Jeremy Cook, Country Manager CDS PT Coca-Cola Indonesia, majalah SWA 14/XVIII/ Juli 2002
  • 20. Cola Distribution Indonesia, hal ini mempermudah akses distribusi Frestea ke konsumen Kota Bogor. Sosialisasi produk yang telah dilakukan perusahaan adalah dengan memanfaatkan media iklan di televisi, melalui media ini perusahaan berusaha mengkomunikasikan keberadaan Frestea. Sejauh ini kegiatan promosi tersebut cukup gencar dilakukan. Diharapkan melalui media televisi perusahaan dapat menjangkau semua konsumen yang berasal dari berbagai kalangan, meskipun fokus utamanya adalah konsumen berusia 19-29 tahun.3 Target pasar ini turut mempengaruhi cara penyampaian dan pengkomunikasian produk dalam kegiatan promosi yang dilakukan. Selain iklan, perusahaan melakukan kegiatan promosi berupa membagi-bagikan sampel produk di wilayah Jakarta dan Bandung selama periode tertentu. Sebagai minuman teh siap saji yang masih baru dipasaran perusahaan perlu mengetahui dengan baik atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi sikap dan kepuasan konsumen terhadap teh siap saji dalam kemasan. Hal tersebut juga juga perlu dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan minuman teh siap saji yang masih dikuasai oleh merek lain. Frestea merupakan salah satu teh siap saji yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut untuk dikonsumsi, sehingga produsen perlu mempelajari preferensi konsumen terhadap produk tersebut. Respon konsumen terhadap suatu produk perlu mendapat perhatian dari perusahaan apabila perusahaan ingin tetap bertahan dalam industri yang dimasukinya. Dalam menganalisis preferensi konsumen, perlu diperhatikan determinan yang menjadi dasar perilaku konsumen itu sendiri. 3 Jeremy Cook, Country Manager CDS PT Coca-Cola Indonesia, majalah SWA 14/XVIII/ Juli 2002
  • 21. Determinan itu dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual serta proses psikologis (Kotler, 1997). Pengukuran preferensi konsumen sangat penting bagi perusahaan untuk melihat bagaimana sikap konsumen terhadap Frestea di Kota Bogor. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol ? 2. Bagaimana perbandingan sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol ? 3. Strategi pemasaran apa yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol 2. Membandingkan sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro kemasan botol 3. Rekomendasi kepada perusahaan berdasarkan Strategi Bauran Pemasaran
  • 22. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Produsen Frestea yaitu PT CCBI Cibitung, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam melakukan strategi pemasaran yang tepat dalam memasarkan Frestea. 2. Penyusun dan pembaca dapat menjadi bahan referensi dan penelitian lebih lanjut. 3. Konsumen, sebagai tambahan informasi dalam melakukan pembelian teh siap saji dalam kemasan. I.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada analisis preferensi konsumen, khususnya sikap terhadap Frestea, Tekita dan Tek Sosro kemasan botol di Kota Bogor. Hasilnya diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen PT Coca-Cola Bottling Indonesia terhadap rekomendasi alternatif strategi pemasaran selanjutnya.
  • 23. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Teh Menurut SNI 01-3143-92 minuman teh didefinisikan sebagai minuman yang diperoleh dari seduhan teh (Thea Sinesis L) dalam air minuman dengan penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan dan dikemas sistematis (Tambunan, 2001). Teh merupakan minuman ringan yang bisa diterima oleh seluruh lapisan praktis mendorong berkembangnya industri teh. Teh tidak hanya diolah menjadi daun teh kering tetapi mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan teh yang lebih praktis, mudah penyajian dan tersedia beraneka ragam rasa. Berbagai teh olahan yang ditawarkan yaitu : teh celup, teh bubuk atau dalam bentuk tes siap saji dalam kemasan (Supriyasih, 2000). Minuman teh dalam kemasan dibagi dalam tiga bentuk yaitu teh kotak, teh botol dan teh kaleng (Eveline, 1998 dalam Tambunan, 2001). Bahan baku untuk teh dalam kemasan botol terdiri dari daun teh, gula pasir dan air. Proses pembuatan teh botol terdiri dari lima tahapan yaitu: penyeduhan teh, pelarutan gula, pencampuran, pemanasan teh cair manis dan pengisian ke dalam botol (Susilowati, 2001). 2.1.2. Perilaku Konsumen Konsumen merupakan fokus utama dari pemasaran (Tambunan, 2001). Kotler (1994) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok yang
  • 24. berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen yang dipilih dalam penelitian ini adalah konsumen akhir (final consumer), yaitu setiap individu yang tujuan pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi langsung (Tambunan, 2001). Sehingga pemahaman tentang konsumen lebih mengarah kepada proses pengambilan keputusan konsumen sendiri untuk memenuhi kebutuhan produk atau jasa. Pada dasarnya tujuan perusahaan yang menganut konsep pemasaran adalah memberikan kepuasan kepada konsumen (Susilowati, 2001). Selera dan keinginan konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh para pengusaha. Penerimaan suatu jenis produk atau jasa oleh konsumen didasarkan sampai sejauh mana produk atau jasa tersebut dipandang relevan dengan gaya hidup konsumen yang bersangkutan, perlu diingat bahwa masing-masing kelompok konsumen itu memiliki perbedaan minat dan selera (Susilowati, 2001). Oleh karena itu perlu pengetahuan mengenai perilaku dan preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh beberapa faktor. Menurut Engel et al (1994) perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor : - pengaruh lingkungan, yang meliputi lingkungan sosial budaya, kelas sosial, pengaruh keluarga dan situasi - perbedaan individu, yang meliputi sumber daya konsumsi, motivasi, keterlibatan, pengaruh sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi - proses psikologis yang meliputi pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku
  • 25. 2.1.3. Proses Pengambilan Keputusan Keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan tingkat keterlibatan konsumen (consumer involvement). Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk berarti pemasar berusaha mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan seseorang merasa harus terlibat atau tidak dalam pembelian suatu produk (Susilowati, 2001). Menurut Engel et al (1994) keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan pembelian tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui lima tahap proses keputusan (Gambar 1). Realisasi dari keputusan konsumen terlihat dalam aktivitas membeli yang berwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap jenis produk, jumlah pembelian, pilihan tampilan fisik, pilihan tempat pembelian dan frekuensi pembelian (Susilowati, 2001). Kegiatan konsumen berawal dari pengambilan keputusan hingga dilaksanakan dalam bentuk tindakan yaitu membeli suatu produk. Setelah membeli suatu produk konsumen akan mengalami tingkatan kepuasan atau tidak kepuasan tertentu. Jika konsumen puas ia akan menunjukan kemungkinan untuk membeli kembali produk tersebut Pengenalan Pencarian Evaluasi Pembelian Hasil kebutuhan informasi alternatif Gambar 1. Tahapan Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber : Engel, Blackwel dan Miniard (1994) 2.1.4. Persepsi Konsumen Persepsi merupakan proses individu untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan informasi sehingga menimbulkan preferensi terhadap produk dan merek tertentu dan tercermin dalam perilaku pembeliannya.
  • 26. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda, oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subjektif (Sutisna, 2001). Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh isi memorinya. Dengan demikian proses persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya yang tersimpan dalam memori (Sutisna, 2001). Ciri khas atau karakteristik sosial dari objek yang dipersepsikan memegang peranan yang cukup besar (Sadli, 1985 dalam Sumarwan, 2002). Menurut Kotler (1987 dalam Sumarwan, 2002) seseorang dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap objek rangsangan yang sama karena tiga proses yang berkenaan dengan persepsi, yaitu penerimaan rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif dan pengingatan sesuatu secara selektif. 2.1.5. Preferensi Konsumen Semakin meningkatnya kebutuhan konsumen akan produk dan jasa merupakan peluang dan tantangan bagi para pengusaha untuk dapat menciptakan produk dan jasa yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut. Akan tetapi tidak semua produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan harapan konsumen. Ada penilaian suka atau tidak suka terhadap suatu produk maupun jasa yang ditawarkan, sehingga menimbulkan sikap dan persepsi yang berlainan diantara konsumen dalam memilih dan menilai produk dan jasa. Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang konsumen terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan
  • 27. produk yang ada (Kotler, 1997). Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen. Preferensi konsumen terhadap produk dan jasa dapat diukur dengan suatu model pengukuran yang dapat menganalisis hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap atas produk sesuai dengan ciri atau atribut produk (Tambunan, 2001). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode sikap. Penekanannya adalah pada memastikan kepercayaan penting yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap. Sesungguhnya pengetahuan mengenai konsumsi dapat dijadikan determinan kritis dalam pengambilan keputusan bisnis (Engel et al, 1994 dalam Tambunan, 2001). 2.1.6. Riset Konsumen Riset konsumen adalah serangkaian metode untuk melakukan penelitian kebutuhan konsumen (Schiffman dan Kanuk, 1998 dalam Tambunan, 2001). Riset konsumen berguna untuk mengidentifikasikan berbagai kebutuhan berulang maupun yang tidak terus menerus dan untuk mempelajari bagaimana produk merek dan toko yang disukai (diterima) oleh konsumen. Bagaimana sikap konsumen sebelum dan sesudah adanya promosi dalam membuat keputusan untuk mengkonsumsi baik produk maupun jasa (Schiffman dan Kanuk, 1998 dalam Tambunan, 2001). 2.1.7. Model Multiatribut Fishbein Model multiatribut Fishbein memperlihatkan bahwa sikap terhadap suatu objek bergantung pada probabilitas bahwa suatu objek mempunyai atribut-atribut tertentu pada tingkat yang diinginkan konsumen (Sutisna, 2001). Model sikap
  • 28. multiatribut bermanfaat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang suatu produk dan sikap konsumen terhadap produk sesuai dengan ciri atau atribut yang dimiliki oleh produk yang bersangkutan. Analisis multiatribut juga merupakan sumber informasi yang berguna bagi perencanaan dan tindakan pasar (Susilowati, 2001). Model Fishbein memungkinkan para pemasar mendiagnosis kekuatan dan kelemahan suatu merek produk secara relatif dibandingkan dengan merek pesaing dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut-atribut penting. Analisis multiatribut juga memberi pemasar suatu pedoman untuk mengembangkan strategi pengembangan sikap yang sesuai (Engel et al, 1994 dalam Susilowati, 2001). Manfaat lain dari analisis ini adalah implikasi bagi pengembangan produk baru. Analisis sikap multiatribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sikap Fishbein. Model Fishbein dipergunakan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu objek tertentu, seperti produk dan pelayanan. Model Fishbein dapat menunjukan sikap konsumen mengenai atribut yang ideal dan aktual dari suatu produk. Berdasarkan penilaian atribut produk yang ideal dan aktual dengan menggunakan model ini, maka berimplikasi pada pengambangan produk (Susilowati, 2001). Jika diketahui suatu produk dengan atribut tertentu ternyata tidak memenuhi atribut ideal yang diinginkan konsumen, maka pemasar dapat mengembangkan dan memperkenalkan suatu produk dengan atribut yang sesuai dengan bentuk ideal yang diinginkan konsumen.
  • 29. 2.1.8. Strategi Pemasaran Pemahaman preferensi konsumen dapat dimanfaatkan dalam perumusan strategi pemasaran. Kotler (2000) menyatakan bahwa perusahaan harus membuat keputusan mendasar dalam pengetahuan pemasaran, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran mentransformasikan strategi pemasaran menjadi program pemasaran. Konsep bauran pemasaran yang dipopulerkan McCarthy dalam Kotler (2000) menyatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari empat unsur yang dikenal sebagai empat P (four P), yaitu: 1. Produk (Product) Menurut Kotler (2000), poduk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar karena merupakan alat penawaran perusahaan kepada pasar. Produk mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek dan kemasan produk. Tugas pemasar adalah menyampaikan manfaat-manfaat produk secara tepat kelompok konsumen yang tepat pula. Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. 2. Harga (Price) Kotler (2000) mengidentifikasikan harga sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Harga juga diartikan sebagai jumlah nilaiyang dipertukarkan konsumen untuk memiliki atau menggunakan jasa atau produk. Strategi bauran harga meliputi keputusan-
  • 30. keputusan yang berkaitan dengan penetapan harga dasar, potongan harga dan syarat-syarat pembayaran serta tingkat kompetensi pasar. 3. Tempat (Place) Tempat berkaitan dengan saluran pemasarandan distribusi. Saluran pemasaran adalah organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2000). Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkanya kepada konsumen. 4. Promosi (Promotion) Promosi merupakan kunci dari kampanye penjualan. Kotler (2000) mendefinisikan bahwa promosi terdiri dari kumpulan kiat intensif yang beragam, kebanyakn berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa secara lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen dan pedagang. Keberhasilan suatu promosi yang dilakukan dinilai dari preferensi masyarakat terhadap produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, promosi merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan dalam meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan produknya. 2.2. Kajian Penelitian Terdahulu Panjaitan (2000) melakukan kajian mengenai Perilaku Konsumen Teh Dalam Botol di Daerah Jakarta Timur. Hasilnya menunjukan bahwa sebagian besar konsumen mengetahui informasi tentang minuman teh dalam botol dari media
  • 31. televisi. Tempat membeli minuman teh dalam botol yang paling sering dikunjungi konsumen adalah warung terdekat dan pinggir jalan. Tambunan (2002) menganalisis Perilaku Konsumen Teh Siap Saji Studi Kasus di PT Coca-Coca Amatil Indonesia. Hasilnya dengan menggunakan analisis Fishbein dan Biplot menghasilkan suatu evaluasi dan penilaian kepercayaan terhadap atribut yang paling penting harus melekat pada teh siap saji yaitu (berdasarkan urutan tingkat kepentingan) citarasa teh murni, ketersediaan, aroma, rasa manis, isi (volume), warna, harga, kemasan, merek dan rasa pahit. Responden menyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dari minuman teh siap saji adalah karena kepraktisannya dan umumnya mereka mengkonsumsi produk tersebut pada saat dalam perjalanan. Pengenalan konsumen terhadap produk teh siap saji sebanyak 42,48 persen adalah dari toko/supermarket/warung. Susilowati (2001) menganalisis Perilaku Konsumen di Kota Bogor Terhadap Teh Botol Sosro. Dalam pengukuran persepsi dan preferensi konsumen terhadap TBS oleh masyarakat di Kota Bogor, responden dibagi menjadi lima kelompok yaitu berdasarkan lokasi penelitian, jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga perbulan. Pengukuran terhadap persepsi konsumen terhadap TBS menggunakan analisis multiatribut Fishbein, dengan model ini dapat dilihat hubungan antara produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atribut produk. Untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap sepuluh atribut pada TBS maka digunakan skala Likert. Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang menonjol yang dirasakan oleh konsumen terhadap suatu atribut produk maka
  • 32. dilakukan uji wilayah berganda Duncan, uji ini dilakukan setelah dilakukan analisis ANOVA. Berdasarkan hasil penelitian preferensi konsumen terhadap TBS, secara keseluruhan konsumen menganggap baik terhadap sepuluh atribut yang ditanyakan. Atribut-atribut itu antara lain : harga, kemudahan mendapatkan, kekentalan, rasa, aroma, tingkat kesegaran, tingkat kebersihan, tingkat higinitas (kesehatan), volume dan kemasan. Dari sepuluh atribut tersebut lima atribut yang dipandang baik dan lima atribut yang dipandang sedang oleh konsumen. Atribut yang dipandang baik oleh konsumen antara lain kemudahan mendapatkan, rasa, aroma, tingkat kesegaran dan volume. Untuk atribut yang dianggap sedang oleh konsumen antara lain harga, kekentalan, tingkat kebersihan, tingkat higinitas (kesehatan) dan kemasan.
  • 33. 2.3. Kerangka Operasional Konsumsi masyarakat terhadap teh dalam kemasan yang tinggi Frestea kemasan botol Perbandingan penilaian sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro Sikap Konsumen terhadap Model Sikap Fishbein Atribut Frestea, Tekita dan Teh Sosro kemasan botol yang disukai konsumen Rekomendasi Strategi Bauran Pemasaran Perusahaan Gambar 2. Kerangka Operasional
  • 34. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian preferensi konsumen terhadap Frestea ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Bogor pada tahap awal merupakan fokus dari pendistribusian Frestea, selain itu juga pertimbangan lain adalah ketersediaan data. Jumlah responden yang digunakan sebesar 100 responden. Pengumpulan data ini akan dilaksanakan selama bulan November-Desember 2003. 3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, melakukan wawancara, pengisisan kuesioner oleh responden. Data sekunder diperoleh dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan, seperti literatur teh siap saji dan data dari pihak-pihak terkait dalam industri teh siap saji seperti BPS, Depperindag dan lain-lain. 3.3. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling (pengambilan sampel secara kebetulan) yang termasuk ke dalam teknik pengambilan sampel non peluang. Dalam metode ini sampel diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya, dengan kata lain sampel yang diambil/terpilih karena sampel tersebut berada pada tempat dan
  • 35. waktu yang tepat. Dalam penelitian ini sampel diambil berdasarkan konsumen yang pernah minum Frestea, Tekita dan Teh Sosro kemasan botol . 3.4. Analisis Data 3.4.1.Pengujian Kuesioner Pengujian kuisioner akan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan di dalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Bentuk kuisioner dapat dilihat pada (Lampiran 1). Uji pendahuluan atau uji coba yang dilakukan adalah uji validitas dengan menyebarkan kuisioner kepada 20 orang responden dengan kriteria responden adalah orang yang pernah mengkonsumsi tiga merek teh botol yaitu Frestea, Teh Botol Sosro dan Tekita. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Cochran Q Test, yaitu dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada responden. Pilihan jawaban dari pertanyaan tersebut sudah disediakan. Responden tinggal memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan teh botol. Atribut yang sudah disediakan ditentukan oleh peneliti dengan melihat atribut yang berhubungan dengan teh kemasan botol dan mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Adapun atribut- atribut yang diuji dapat dilihat pada (Tabel 2).
  • 36. Tabel 2. Daftar Atribut yang Akan Diuji Validitas Atribut-Atribut 1. Harga 2. Rasa Manis 3. Rasa Pahit 4. Ketersediaan/Kemudahan Mendapatkan 5. Volume/Isi 6. Warna Air Teh 7. Aroma 8. Kemasan yang Menarik 9. Kebersihan 10. Merek 11. Ketersediaan Dalam Kemasan Dingin Untuk mengetahui atribut yang valid, dilakukanlah tes Cochran dengan prosedur sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis yang akan diuji, yaitu : Ho : Kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh responden Ha : Kemungkinan semua atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh seluruh responden 2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut : ⎡ k 2 ⎛ k ⎞ ⎤ 2 (k − 1)⎢k ∑ Ci − ⎜ ∑ Ci ⎟ ⎥ ⎢ i ⎣ ⎝ i ⎠ ⎥⎦ Qhit = n n k ∑ Ri − ∑ Ri2 i i keterangan : k = jumlah atribut yang diuji Ci = jumlah skor atribut i Ri = jumlah skor responden i
  • 37. 3. Penentuan Q tabel dengan α = 0.05, derajat kebebasan (dk) = k − 1, maka diperoleh Qtab (0.05 ; dk) dari tabel Chi square Distribution. 4. Keputusan : Tolak Ho dan terima Ha, jika Qhit > Qtab Terima Ho dan tolak Ha, jika Qhit < Qtab Hasil pengujian validitas menyatakan bahwa dari 11 atribut yang diuji hanya delapan atribut yang dipertimbangkan oleh responden. Perhitungan validitas dapat dilihat pada (Lampiran 2). Atribut-atribut hasil uji validitas dapat dilihat pada (Tabel 3). Tabel 3. Daftar Atribut Hasil Uji Validitas Atribut-Atribut 1. Harga 2. Rasa Manis 3. Kemudahan mendapatkan 4. Volume 5. Tersedia Dalam Kemasan Dingin 6. Aroma 7. Kebersihan Kemasan 8. Kemasan yang Menarik Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (α). Uji ini dilakukan untuk mengetahui keandalan kuisioner. Nilai dari r11 dibandingkan dengan nilai pada rtabel. Apabila nilai r11 lebih besar dari nilai rtabel maka dapat dinyatakan bahwa kuisioner tersebut reliabel. Rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai. Rumus ini ditulis seperti berikut : ⎛ k ⎞⎛ ∑ σ b ⎞ 2 r11 = ⎜ ⎟⎜1 − 2 ⎟ ⎝ k − 1 ⎠⎜ ⎝ σt ⎟⎠
  • 38. dimana : r11 = reliabilitas konsumen k = banyaknya butir pertanyaan σ 2 t = varian total ∑ σ2 b = jumlah varian butir Dari hasil perhitungan dihasilkan reliabilitas kuisioner (r11) adalah 0,884. Nilai rtabel adalah 0,497 dengan N=16, selang kepercayaan 95 persen. Dengan demikian kuisioner dinyatakan reliabel karena r11 > rtabel. Hasil perhitungan reabilitas dapat dilihat pada (Lampiran 6). 3.4.2. Analisis Model Sikap Fishbein Analisis Model sikap Fishbein digunakan untuk menunjukan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk (Engel, Blackwel dan Miniard, 1994). Hasil penelitian Analisis Fishbein merupakan suatu gambaran preferensi konsumen yang berupa sikap, persepsi dan penilaian positif atau negatif dari produk teh siap saji dalam kemasan. Rumus Model Fishbein adalah sebagai berikut : n Ao = ∑b e i =1 i i Keterangan : Ao = Sikap terhadap produk bi = kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut ke-i ei = evaluasi konsumen terhadap atribut ke-i n = jumlah atribut yang menonjol
  • 39. Variabel ei menggambarkan evaluasi atribut teh kemasan botol yang diukur secara khas pada skala evaluasi tujuh yaitu dari sangat penting hingga sangat tidak penting. Contoh : Pembelian Frestea kemasan botol dihargai Rp 1000 adalah : Sangat penting ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___ sangat tidak penting +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Variabel bi menunjukan seberapa kuat konsumen percaya bahwa produk teh kemasan botol yang diteliti memiliki atribut yang diberikan. Skala pengukuran bi juga sama dengan ei yaitu tujuh, namun variabel penilaiannya berbeda yaitu sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Contoh : Frestea dihargai Rp 1000 Sangat setuju ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___ : ___ sangat tidak setuju +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Variabel Ao menunjukan penilaian sikap responden terhadap atribut produk teh kemasan botol yang merupakan hasil perkalian setiap skor kekuatan kepercayaan dengan skor evaluasi atributnya. Untuk mendapatkan atribut yang menonjol dari teh kemasan botol langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menanyakan atribut yang penting dalam teh kemasan botol kepada konsumen. Kemudian, mendapatkan dari literatur yang memuat penelitian mengenai analisis perilaku konsumen terhadap minuman ringan dan teh siap saji serta wawancara dengan pihak manajemen perusahaan minuman ringan. Dari hasil ini kemudian dapat diperoleh beberapa atribut yang menonjol untuk mengukur persepsi maupun preferensi konsumen. Atribut yang
  • 40. paling menonjol yaitu harga, kemudahan mendapatkan, rasa manis, aroma, volume/isi, ketersediaan dalam kemasan dingin, tampilan kemasan dan kebersihan kemasan. Setelah diidentifikasikan atribut yang menonjol dari Frestea, kemudian dilakukan pengukuran bi dan ei yang tepat. Respon rata-rata lalu dikalkulasi untuk setiap ukuran bi dan ei. Untuk mengestimasi sikap terhadap Frestea digunakan indeks ∑biei, setiap skor kepercayaan terlebih dikalikan dengan skor evaluasi yang sesuai sehingga akan dihasilkan total skor untuk produk Frestea. Dari total skor yang diperoleh akan diketahui sikap konsumen mengenai atribut Frestea yang ideal yang harus dimiliki oleh Frestea. 3.5. Definisi Konstitutif 1. Preferensi konsumen adalah pilihan atau penilaian suka atau tidak suka terhadap suatu produk dalam hal ini Frestea kemasan botol. 2. Persepsi konsumen adalah nilai yang menunjukan pilihan kesukaan produk yang diuji. 3. Atribut produk adalah keunikan yang dimiliki oleh suatu produk yang akan membentuk karakteristik konsumen. 4. Atribut harga adalah harga yang berlaku di pasar. 5. Atribut ukuran produk adalah ukuran dari produk dalam hal ini Frestea kemasan botol. 6. Atribut aroma adalah aroma yang dihasilkan oleh teh saat konsumen mengkonsumsi teh kemasan botol. 7. Teh kemasan botol adalah teh siap saji/minum (tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut) yang dikemas dalam botol kaca.
  • 41. BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi Penelitian Kota Bogor berbatasan dengan kecamatan-kecamatan Kabupaten Bogor. Sebelah utara berbatasan dengan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang. Sebelah selatan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, sebelah barat dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi. Populasi penduduk Kota Bogor tahun 2001 adalah sebesar 760.329 jiwa dengan struktur yang berprofil paramida atau populasi penduduk usia muda lebih besar daripada penduduk yang lebih tua. Tabel 4. Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur Tahun 2001 Kelompok Umur Jumlah Penduduk (orang) Jumlah Orang (Tahun) Laki-laki Perempuan 0-14 107.405 113.298 220.703 15-24 81.112 86.722 167.834 25-39 102.580 97.427 200.007 40-54 58.081 49.240 107.291 55-64 18.251 15.780 34.031 65+ 15.407 14.966 30.373 Total 382.806 377.433 760.239 Sumber : BPS Kota Bogor, 2002 Pada Tabel 4 dapat dilihat lebih dari setengah penduduk Kota Bogor berusia antara 0-24 tahun. Hal ini menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi besar untuk pemasaran Frestea, karena target pasar dari produk ini adalah konsumen usia muda berusia 19-29 tahun. Oleh karena itu perlu mengetahui mengenai seberapa besar peluang yang dimiliki Frestea untuk memperoleh pangsa pasar di Kota Bogor, melalui penelitian preferensi konsumen terhadap Frestea di Kota Bogor. 4.2. Karakteristik Responden Untuk menganalisis sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro kemasan botol, maka peneliti mengelompokkan responden menjadi sepuluh
  • 42. kelompok, yaitu berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendapatan perbulan, pengeluaran per bulan, biaya yang dikeluarkan untuk membeli teh botol per bulan, kuantitas pembelian Frestea per bulan, ketertarikan konsumen mengkonsumsi Frestea, asal informasi mengenai Frestea dan tempat konsumen biasa membeli Frestea kemasan botol. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor. Responden yang dipilih adalah orang yang telah mengkonsumsi ketiga merek teh botol yaitu Frestea, Teh Botol Sosro dan Tekita. Karena diharapkan responden memberikan pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai ketiga produk tersebut. Responden berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok usia 15-19 tahun, 20-24 tahun, 24-29 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun dan kelompok usia 40 tahun ke atas. Dengan jumlah masing-masing kelompok berturut-turut adalah 20 responden (20 persen), 62 responden (62 persen), 14 responden (14 persen), satu responden (satu persen), dua responden (dua persen) dan kelompok usia yang terakhir satu responden (satu persen). Pada Gambar 4 dapat dilihat perbandingan tiap-tiap kelompok usia yang menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah Responden Berdasarkan Usia 12 1 15-19 tahun 14 20 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 62 >40 Gambar 4. Jumlah Responden Berdasarkan Usia
  • 43. Berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, responden terdiri dari 17 responden laki-laki (17 persen) dan 83 responden perempuan (83 persen). Jumlah ini dianggap sudah mewakili untuk mengetahui sikap dan kepuasan konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Tes Sosro kemasan botol. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 17 Laki-laki Perempuan 83 Gambar 5. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Untuk jenis pekerjaan, maka responden dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok pelajar (SMP, SMU, Mahasiswa), pegawai swasta, wiraswasta, ibu rumah tangga dan belum bekerja. Kemudian jumlah masing-masing kelompok yaitu pelajar sebanyak 50 responden (50 persen), pegawai swasta sebanyak 15 responden (15 persen), wiraswasta sebanyak satu responden (satu persen), ibu rumah tangga sebanyak tiga responden (tiga persen) dan kelompok belum bekerja sebanyak 23 orang (23 persen). Pada Gambar 6 dapat dilihat lebih lengkap perbandingan jumlah tiap-tiap kelompok.
  • 44. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 23 Pelajar Pegawai Swasta 1 Wiraswata Ibu R.T 58 Belum Bekerja 3 15 Gambar 6. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Berdasarkan pendapatan per bulan, maka responden dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok satu dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp 200.000 perbulan, kelompok dua dengan tingkat pendapatan Rp 200.000 - Rp 350.000 perbulan, kelompok tiga dengan tingkat pendapatan Rp 350.000 – Rp 500.000 perbulan, kelompok empat dengan tingkat pendapatan Rp 500.000 – Rp 750.000 perbulan, kelompok lima dengan tingkat pendapatan Rp 750.000 – Rp 1.000.000 perbulan, kelompok enam dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp 1.000.000 perbulan. Untuk jumlah masing-masing kelompok yaitu kelompok satu sebesar empat orang responden (empat persen), kelompok dua sebesar sepuluh orang responden (sepuluh persen), kelompok tiga sebesar 54 orang responden (tiga persen), kelompok empat sebesar 14 orang responden (14 persen), kelompok lima sebesar 11 orang responeden (11 persen) dan kelompok enam sebesar tujuh orang responden (tujuh persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan 7 4 10 <200.000 11 200.000-350.000 350.001-500.000 14 500.001-750.000 750.001-1.000.000 54 >1.000.000 Gambar 7. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan Untuk tingkat pengeluaran per bulan seperti terlihat pada Gambar 8, responden dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok satu dengan tingkat pengeluaran kurang dari Rp 200.000 per bulan, kelompok dua dengan tingkat pengeluaran Rp 200.000 - Rp 350.000, kelompok tiga dengan tingkat pengeluaran Rp 350.001 – Rp 500.000, Kelompok empat dengan tingkat pengeluaran Rp
  • 45. 500.001 – Rp 750.000, kelompok lima dengan tingkat pengeluaran Rp 750.001 – Rp 1.000.000 dan kelompok enam dengan tingkat pengeluaran lebih dari Rp 1.000.000. Untuk jumlah untuk masing-masing kelompok yaitu kelompok satu sebanyak 14 responden (14 persen), kelompok dua sebanyak 13 responden (13 persen), kelompok tiga sebanyak 26 responden (26 persen), kelompok empat sebanyak 30 responden (30 persen), kelompok lima sebanyak 10 responden (sepuluh persen) dan kelompok enam sebanyak tujuh responden (tujuh persen). Jumlah Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan 10 7 14 <200.000 13 200.000-350.000 350.001-500.000 500.001-750.000 30 750.001-1.000.000 26 >1.000.000 Gambar 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan Untuk biaya yang dikeluarkan responden untuk membeli teh botol per bulan, responden dikelompokan menjadi lima kelompok. Kelompok pertama dengan biaya kurang dari Rp 6.000 per bulan, kelompok kedua dengan biaya Rp 6.000 – Rp 18.000 perbulan, kelompok ketiga dengan biaya Rp 18.000 – Rp 30.000, kelompok keempat dengan biaya Rp 30.000 – Rp 42.000 dan kelompok kelima dengan biaya lebih dari Rp 42.000. Untuk jumlah masing-masing kelompok yaitu kelompok pertama sebesar 22 orang (22 persen), kelompok kedua sebesar 43 orang (43 persen), kelompok ketiga sebesar sepuluh orang (sepuluh persen), kelompok keempat sebesar enam orang (enam persen) dan kelompok
  • 46. kelima sebesar 19 orang (19 persen). Pada Gambar 9 dapat dilihat lebih lengkap perbandingan jumlah tiap-tiap kelompok. Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Pembelian Teh Botol per Bulan 19 22 <6000 6 6001-18000 18001-30000 30001-42000 10 >42000 43 Gambar 9. Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Pembelian Teh Botol Per Bulan Berdasarkan kuantitas pembelian Frestea per bulan, responden dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok pertama yaitu responden yang membeli Frestea maksimum empat kali dalam sebulan, kelompok kedua berkisar 5-11 kali, kelompok ketiga berkisar 12-19 kali, kelompok keempat 20-28 kali dan kelompok kelima responden yang membeli Frestea lebih dari 28 kali sebulan. Jumlah masing-masing kelompok yaitu untuk kelompok pertama sebanyak 22 responden (22 persen), kelompok kedua sebanyak 43 responden (43 persen), kelompok ketiga sebanyak 10 responden (10 persen), kelompok keempat sebanyak enam responden (enam persen) dan kelompok kelima sebanyak 19 responden (19 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
  • 47. Jumlah Responden Berdasarkan Kuantitas Pembelian Frestea per Bulan 19 22 4 kali 6 5 --11 kali 12 -- 19 kali 20 -- 28 kali 10 >28 kali 43 Gambar 10 Jumlah Responden Berdasarkan Kuantitas Pembelian Frestea Per Bulan Untuk alasan ketertarikan konsumen mengkonsumsi Frestea seperti terlihat pada Gambar 11, responden dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok pertama responden yang tertarik mengkonsumsi Frestea karena harga lebih murah, kelompok kedua karena isi/volumenya pas, kelompok ketiga karena iklannya menarik, kelompok keempat karena warnanya menarik, kelompok kelima karena kemasannya bagus dan kelompok keenam tertarik mengkonsumsi Frestea karena kemasannya bersih. Jumlah untuk masing-masing kelompok yaitu kelompok pertama sebesar 21 responden (21 persen), kelompok kedua sebesar tiga responden (tiga persen), kelompok ketiga sebesar 24 responden (24 persen), kelompok keempat sebesar 19 responden (19 persen), kelompok kelima sebesar 17 responden (17 persen) dan kelompok keenam sebesar 16 responden (16 persen).
  • 48. Jum lah Responden Berdasarkan Alasan Ketertarikan Mengkonsum si Frestea, Tekita dan Teh Sosro harga murah 16 21 isi pas 3 iklannya menarik 17 w arna menarik kemasan bagus kemasan bersih 24 19 Gambar 11. Jumlah Responden Berdasarkan Alasan Ketertarikan Mengkonsumsi Frestea, Tekita dan Teh Sosro Per Bulan Berdasarkan asal informasi mengenai Frestea, responden dibagi menjadi empat kelompok seperti pada Gambar 12. Kelompok pertama adalah responden yang memperoleh informasi dari iklan di media massa, kelompok kedua dari iklan di papan reklame, kelompok ketiga dari promosi perusahaan melalui stand Frestea, dan kelompok keempat informasi dari teman dan keluarga. Jumlah masing-masing kelompok yaitu kelompok pertama sebesar 59 responden (59 persen), kelompok kedua sebesar 14 responden (14 persen), kelompok ketiga sebesar 10 responden (10 persen) dan kelompok keempat sebesar 17 responden (17 persen). Jum lah Responden Berdasarkan Asal Inform asi Mengenai Frestea, Tekita dan Teh Sosro 17 10 iklan di media massa iklan di papan reklame promosi melalui stand 14 59 teman dan keluarga Gambar 12. Jumlah Responden Berdasarkan Asal Informasi Mengenai Frestea, Tekita dan Teh Sosro
  • 49. Untuk tempat konsumen membeli Frestea kemasan botol seperti terlihat pada Gambar 13, responden dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama responden yang biasa membeli Frestea di supermarket, kelompok kedua di warung, kelompok ketiga di rumah makan, kelompok keempat di kantin sekolah/kampus. Jumlah untuk masing-masing kelompok yaitu kelompok pertama sebesar 13 responden (13 persen), kelompok kedua sebesar 18 responden (18 persen), kelompok ketiga sebesar 12 responden (12 persen), kelompok keempat sebesar 57 responden (57 persen). Jum lah Responden Berdasarkan Tem pat Mem beli Frestea, Tekita dan Teh Sosro 13 supermarket 18 w arung rumah makan kantin sekolah/kampus 57 12 Gambar 13. Jumlah Responden Berdasarkan Tempat Membeli Frestea, Tekita dan Teh Sosro
  • 50. BAB V KARAKTERISTIK FRESTEA, TEKITA DAN TEH SOSRO KEMASAN BOTOL 5.1. Frestea kemasan botol Frestea merupakan salah satu produk minuman dalam kemasan botol yang dihasilkan oleh PT Coca-cola Bottling Indonesia, yang terletak di daerah Cibitung-Bekasi. Frestea merupakan produk teh dalam kemasan yang masih cukup baru dipasar, produk ini baru diluncurkan bulan Juni tahun 2002. Sebelum meluncurkan Frestea, PT CCBI sebelumnya sudah pernah memproduksi sebuah produk teh dalam kemasan botol dengan merek Hi-C. Akan tetapi pemasaran produk dinilai gagal dan dari segi rasa Hi-C mendapatkan penilaian sikap yang negatif dari konsumen. Menurut pandangan konsumen produk tersebut kurang memiliki cita rasa teh, mereka menilai Hi-C seperti air gula yang diberi sedikit aroma teh. Oleh karena kegagalan tersebut perusahaan, dalam hal ini PT CCBI melakukan riset pasar dan kemudian memunculkan suatu produk teh aroma melati yang diberi merek Frestea. Beberapa kelebihan yang coba di tonjolkan dari produk ini dibandingkan produk sejenis yang sudah ada dipasar antara lain, rasa teh dengan aroma melati yang sangat terasa, kemasan yang cukup unik dengan ukiran daun teh pada botol serta label merek Frestea yang diberi warna hijau agar lebih menarik. Harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk di pasaran adalah 1200 rupiah. Pada awalnya di pengecer dan warung-warung tempat konsumen biasa membeli harga yang mereka terima sama dengan harga yang di tetapkan perusahaan. Namun kenyataannya para konsumen harus membeli Frestea kemasan
  • 51. botol dengan harga yang lebih tinggi yaitu 1500 rupiah per botol, sama dengan produk lain seperti Teh Botol Sosro dan Tekita. Untuk pendistribusian Frestea kemasan botol pada tahap awalnya memang difokuskan di daerah Jabotabek dan Jawa Barat. Hal ini di sebabkan karena pada pada tahap awal produksi produk tersebut baru dilakukan oleh pabrik PT CCBI yang ada di Cibitung, Bekasi. Untuk menunjang proses pendistribusiannya PT CCBI mendirikan Sales Center Coca-Cola Distribution Indonesia di beberapa kota besar seperti yang ada di Bogor tepatnya di daerah jalan raya Tajur. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pendistribusian dan pemasaran produk- produk dari perusahaan, khususnya dalam hal ini Frestea kemasan botol. Sehubungan dengan meningkatnya penjualan Frestea kemasan botol produksi juga dilakukan oleh pabrik-pabrik PT CCBI lainnya seperti yang ada di Semarang. Untuk meningkatkan pemasaran dan mengkomunikasikan pemunculan Frestea kemasan botol, perusahaan berusaha melakukan promosi dengan beberapa macam cara. Salah satunya dengan membagi-bagikan sampel produk di Jakarta dan Bandung selama tiga bulan pertama, yaitu bulan Juli sampai dengan Oktober 2002. Selain itu juga melalui iklan di televisi dan menurut Jeremy Cook, Country Manager CDS PT Coca-Cola Indonesia kata kunci iklannya yaitu “Santai Sejenak, Ada Teh Baru yang Lebih Enak”. 5.2 Teh Botol Sosro Teh Botol Sosro yang merupakan produk pioner teh kemasan botol ini tetap eksis dan mampu menjadi market leader, dengan menguasai 75 persen pangsa pasar dalam industri teh kemasan botol di Indonesia( Republika online,
  • 52. 2004). Produk ini jika di lihat dari segi rasa hampir tidak memiliki perbedaan dengan rasa teh yang biasa di sedu di rumah tangga. Perusahaan memang berusaha memunculkan produk tersebut dengan menonjolkan ke khasan rasa teh asli (www.Sosro.com). Saat ini dipasaran Teh Botol Sosro dijual dengan harga 1500 rupiah, harga tersebut relatif sama dengan beberapa produk sejenis. Penetapan harga dilakukan oleh PT Sinar Sosro yang ada di Jakarta, pihak yang berwenang dalam stategi harga ini adalah bagian pemasaranyang selanjutnya ditentukan oleh Diektur Operasi.harga yang ditetapkan lebih didasarkan atas perhitungan biaya produksi dan target keuntungan yang dinginkan dibandingkan atas dasar strategi menghadapi kompetitor. Teh Botol Sosro sudah mulai diproduksi oleh PT Sinar Sosro pada tahun 1974 dengan pabriknya yang ada di Jakarta. Untuk memperlancar jalur distribusi pihak perusahaan dalam hal ini PT Sinar Sosro, mendirikan warehouse yang berfungsi sebagai gudang distribusi untuk membantu perusahaan menjangkau pasar sehinggan konsumen yang membutuhkan produk dalam jumlah besar dapat memperolehnya dengan mudah. Warehouse ini tersebar di beberapa wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. PT Sinar Sosro tidak mengiklankan produknya secara terus menerus pada iklan unggulan. Oleh karena itu, promosi melalui dilakukan tidak hanya melalui media-media unggulan seperti televisi dan media cetak melainkan juga melalui sponsorship. Persaingan yang ketat dalam media lini atas tersebut, mengharuskan perusahaan mencari alternatif media lain seperti kegiatan pensponsoran
  • 53. (sponsorship) tersebut Sponsorship dilakukan melalui event-event olahraga, pertunjukan musik dikampus dan sekolah dan lain sebagainya. 5.3 Tekita kemasan botol Tekita merupakan salah satu produk teh kemasan botol yang sudah cukup lama ada di pasar. Produk ini di produksi oleh PT Pepsi-Cola Indobeverages, salah satu perusahaan besar yang juga memproduksi minuman berkarbonat dengan merek Pepsi Cola. Produk tersebut merupakan salah satu teh dalam kemasan yang sampai saat ini mampu bersaing di pasar, dengan menguasai sekitar 15 persen pangsa pasar teh kemasan botol di Indonesia (Swa 2002). Salah satu alat yang menjadi daya saing Tekita dengan produk teh merek lain adalah besarnya volume/isi dari produk tersebut. Konsumen menilai Tekita mampu memberikan solusi untuk memenuhi keinginan mereka dalam menghilangkan rasa dahaga, dikarenakan jumlah dari air teh per kemasan leih banyak dibandingakn merek produk lain dengan harga yang sama yaitu 1500 rupiah. . Untuk proses pendistribusian Tekita sudah dilakukan dengan cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan sudah dapat dengan mudahnya produk ini dijumpai hampir di semua tempat dari mulai super market sampai dengan warung-warung kecil di pinggiran jalan. Sehinggan dalam segi distribusi Tekita sudah cukup mampu bersaing dengan produk Teh Sosro yang merupakan produk sejenis yang memimpin dalam pangsa pasar teh dalam kemasan. Untuk promosi yang dilakukan perusahaan memamng dirasakan cukup minim, hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya muncul promosi atau iklan Tekita di media massa baik itu televisi, radio ataupun koran dan majalah. Perusahaan lebih banyak mengiklankan
  • 54. produk Tekita melalui brosur atau papan reklame di pinggir jalan. Akan tetapi karena imagenya sebagai salah satu kemasan yang menawarkan keunggulan produk dalam hal ukuran dibanding produk lain yang sejenis, tanpa promosi yang besar Tekita sejauh ini sudah cukup mampu menjadi secondchoice product untuk merek teh kemasan botol.
  • 55. BAB VI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN 6.1. Penilaian Sikap Konsumen Atribut-atribut dari produk dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model sikap yang dikemukakan oleh Fishbein yaitu Model Multiatribut. Model Multiatribut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Analisis penilaian sikap konsumen dilakukan terhadap tiga produk teh botol yaitu Frestea, Teh Botol Sosro dan Tekita, masing-masing hasilnya diinterpretasikan ke dalam lima kelas skala penilaian. Angka tertinggi untuk menentukan interpretasi adalah 72 yaitu nilai jawaban tertinggi yaitu tiga yang dipilih oleh responden untuk delapan atribut. Sedangkan angka terendah adalah –24, yaitu jika responden memilih angka –3 untuk seluruh atribut. Banyaknya kelas interpretasi yang akan dibentuk adalah lima kelas. Hasil rentangan nilainya yaitu : 72 - (-72) R= = 28,8 7 Jadi skala penilaiannya adalah : 72 - 43,2 = sangat baik 43,1 - 14,4 = baik 14,3 - (-14,4) = biasa -14,3 - (-43,2) = buruk -43,1 - (-72) = sangat buruk
  • 56. Hasil analisis penilaian sikap konsumen terhadap Frestea kemasan botol dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Frestea Kemasan Botol Evaluasi Kepercayaan biei Atribut Interpretasi (ei) (bi) (Ao) 1. Harga 1.70 0.61 1.70 biasa 2. Rasa manis 2.10 1.09 2.78 baik 3. Kemudahan mendapatkan 1.90 0.81 1.52 biasa 4. Volume/Isi 1.70 0.61 1.53 biasa 5. Tersedia dalam kemasan dingin 1.82 1.52 2.86 baik 6. Aroma 1.31 1.78 3.06 baik 7. Kebersihan kemasan 1.90 1.63 3.21 baik 8. Kemasan menarik 2.20 1.70 3.64 baik Total Skor ∑ bi ei (Ao) 20.00 Interpretasi Penilaian Baik Pada Tabel 5 terlihat bahwa interpretasi penilaian responden terhadap Frestea adalah baik dengan nilai total 20. Secara keseluruhan atribut-atribut yang terdapat di Frestea dinilai cukup baik oleh konsumen, hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan konsumen terhadap masing-masing atribut. Jika dibandingkan dengan kedua produk teh botol lainnya total nilai Frestea ada diurutan ke tiga. Hal ini dapat terjadi karena sebagai produk yang masih cukup baru, Frestea belum mampu memberikan kualitas serta keunikan produk yang lebih baik dari kedua produk lainnya yang lebih dahulu hadir dan dikenal oleh konsumen. Hal ini haruslah dipandang dengan cukup serius oleh perusahaan. Perusahaan harus lebih mampu meningkatkan kualitas dari masing- masing atribut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan interpretasi penilaian konsumen terhadap teh botol Frestea. Data pada Tabel 6 didapatkan interpretasi penilaian responden terhadap Teh Botol Sosro adalah baik dengan nilai total 26,71. Jika dibandingkan dengan kedua produk lainnya, nilai interprestasi TBS memiliki total nilai yang tertinggi.
  • 57. Hal ini dapat terjadi karena sebagi produk yang teh botol yang sudah lebih lama dikenal dan muncul di pasar, image konsumen terhadap teh botol merek TBS sudah sangat baik. Secara umum atribut-atribut yang terdapat di produk Teh Botol Sosro dinilai lebih baik oleh konsumen dibanding kedua produk lainnya, tetapi di atribut kebersihan kemasan dan aroma nilainya lebih rendah dibanding Frestea. Tabel 6. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Teh Botol Sosro Evaluasi Kepercayaan biei Atribut Interpretasi (ei) (bi) (Ao) 1. Harga 1.70 1.12 2.64 baik 2. Rasa manis 2.10 2.10 4.43 baik 3. Kemudahan mendapatkan 1.90 2.10 4.03 baik 4. Volume/Isi 1.70 1.51 2.89 baik 5. Tersedia dalam kemasan dingin 1.80 1.35 2.74 baik 6. Aroma 1.30 2.18 3.15 baik 7. Kebersihan kemasan 1.90 1.42 3.12 baik 8. Kemasan menarik 2.20 1.72 3.71 baik Total Skor ∑ bi ei (Ao) 26.71 Interpretasi Penilaian baik Data pada Tabel 7 menunjukan interpretasi penilaian responden terhadap Tekita adalah baik dengan nilai total 20,35. Secara umum atribut-atribut yang terdapat di produk Tekita dinilai baik oleh konsumen. Dari keseluruhan atribut yang diteliti, Tekita dinilai paling baik dalam hal ketersediaan produk dalam keadaaan dingin. Akan tetapi atribut volume/isi Tekita walaupun lebih besar dari kedua produk lainnya, justru hanya menempati peringkat kedua dibanding kedua produk lainnya. Hal tersebut terjadi karena dari evaluasi/tingkat kepentingan konsumen lebih mementingkan kemasan yang menarik serta rasa dari produk teh botol daripada besar volume/isinya.
  • 58. Tabel 7. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Tekita Evaluasi Kepercayaan biei Atribut Interpretasi (ei) (bi) (Ao) 1. Harga 1.70 0.77 1.84 baik 2. Rasa manis 2.10 1.17 2.36 baik 3. Kemudahan mendapatkan 1.90 1.07 1.83 baik 4. Volume/Isi 1.70 1.20 2.06 baik 5. Tersedia dalam kemasan dingin 1.80 1.72 3.63 baik 6. Aroma 1.30 1.71 2.41 baik 7. Kebersihan kemasan 1.90 1.34 2.94 baik 8. Kemasan menarik 2.20 1.51 3.28 baik Total Skor ∑ bi ei (Ao) 20.35 Interpretasi Penilaian baik 6.2. Penilaian Sikap Konsumen Terhadap Masing-Masing Atribut Frestea, Tekita dan Teh Botol Sosro Untuk penilaian masing-masing atribut dapat diinterpretasikan pula dengan menggunakan rumus rentang skala yang sama namun dengan nilai skala yang berbeda. Nilai tertinggi diperoleh jika responden memberikan skor maksimal yaitu 3 untuk evaluasi dan kepercayaan pada satu atribut yaitu nilainya yaitu 3 untuk evaluasi dan kepercayaan pada satu atribut yaitu nilainya 9. Nilai terendah diperoleh jika responden memberikan (-3) dan 3 untuk masing-masing variabel pada satu atribut yaitu nilainya (-9). Banyaknya kelas interpretasi yang akan dibentuk adalah lima kelas. Hasil rentangan nilainya yaitu : 9 - (-9) R= =3,6 5 Jadi skala penilaiannya adalah : 9 - 5,4 = sangat baik 5,3 - 1,8 = baik 1,7 - (-1,8) = biasa
  • 59. -1,7 - (-5,4) = buruk -5,3 - (-9) = sangat buruk Secara umum penilaian sikap terhadap masing-masing atribut Frestea mulai dari yang tertinggi adalah kemasan yang menarik (3,64), kebersihan (3,21), aroma (3,06), tersedia dalam kemasan dingin (2,86), rasa manis (2,78), harga (1,70), kemudahan mendapatkan (1,53) terakhir volume/isi (1,52). 6.2.1. Atribut Harga Rp 1200 Responden memiliki penilaian biasa untuk atribut harga Rp 1200. Frestea kemasan botol memiliki nilai sikap yang paling kecil yaitu 1,7 dibandingkan dengan kedua produk lain yaitu TBS 2,64 dan Tekita 1,84. Tingkat evaluasi atau kepentingan responden terhadap teh botol cukup baik yaitu sebesar 2,20. Untuk tingkat kepercayaan responden terhadap atribut harga Rp 1200 pada Frestea kemasan botol paling kecil yaitu 0,61 dibanding dengan TBS sebesar 1,12 dan Tekita 0,77. Hal tersebut dapat terjadi karena para responden biasa membeli Frestea dengan harga Rp 1500, sehingga responden menilai atribut harga Rp 1200 pada Frestea dengan nilai yang cukup kecil. Responden memberikan nilai terhadap atribut berdasarkan pengalaman mereka dalam membeli produk, bukan berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan. 6.2.2. Atribut Rasa Manis Berdasarkan nilai tabel atribut evaluasi produk teh botol, atribut rasa manis berada pada peringkat kedua dengan nilai 2,10. Nilai ini menunjukkan bahwa
  • 60. responden memandang rasa manis hal yang penting dalam mengkonsumsi teh botol. Berdasarkan tingkat kepercayaan responden, Frestea memperoleh skor sebesar 1,09 sedangkan TBS memperoleh skor 2,10 dan Tekita memperoleh skor 1,17 untuk atribut rasa manis. Bila diurutkan dari ketiga merek teh botol tersebut maka TBS berada pada tingkat pertama, lalu Tekita dan baru Frestea. Ini memperlihatkan responden memilki kepercayaan yang kurang baik pada rasa manis dari Frestea dan Tekita. Rasa manis sebenarnya merupakan hal yang relatif bagi setiap orang, artinya penilaian konsumen terhadap tingkatan rasa manis tidaklah sama. Mungkin karena Frestea produk yang baru muncul dengan rasa teh bercampur aroma melati yang lebih kuat dibanding TBS, sehingga penilaian konsumen tentang rasa manis yang terkandung di teh botol Frestea menjadi berkurang. Sedangkan konsumen mengakui bahwa rasa pahit teh di TBS sangatlah terasa dibanding produk lainnya. 6.2.3. Atribut Kemudahan Mendapatkan Penilaian sikap responden terhadap atribut kemudahan mendapatkan pada Frestea kemasan botol adalah biasa. Berdasarkan nilai evaluasi produk teh botol pada produk ini menempati peringkat ketiga, hal tersebut berarti konsumen menyukai produk teh botol yang tersedia dimana-mana atau dengan kata lain konsumen lebih menyukai teh botol yang kemudahan mendapatkan. Hal ini dikarenakan konsumen berharap dapat menemukan teh botol sebagai salah satu minuman ringan untuk menghilangkan dahaga segera, sehingga ketersediaan produk menjadi salah satu pilihan dalam memilih jenis merek teh botol.
  • 61. Dibandingkan dengan kedua merek teh botol lainnya, nilai sikap responden terhadap atribut ini pada Frestea adalah yang paling rendah yaitu 1,52. Untuk TBS memperoleh penilaian sikap responden yang paling tinggi yaitu 4,03 sedangkan untuk Tekita sebesar 1,83. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan Frestea di pasar masih cukup jelek, sebagian besar responden menganggap masih Frestea masih jarang ditemui. Hal tersebut terjadi karena Frestea merupakan produk teh kemasan botol yang masih baru, sehingga penyebaran produk tersebut masih belum merata atau hanya dapat ditemui di tempat-tempat tertentu. 6.2.4. Atribut Volume/Isi Responden memberikan nilai sikap sebesar 1,53 untuk atribut volume pada produk Frestea kemasan botol. Bila dibandingkan ketiga produk lain yaitu TBS dengan nilai sikap sebesar 2,89 dan Tekita sebesar 2,06, maka nilai sikap responden terhadap atribut ini pada Frestea merupakan yang terendah. Tekita lebih menonjolkan keunggulan pada besarnya volume/isi botol dalam persaingan merebut konsumen, akan tetapi TBS sebagai produk yang terlebih dahulu ada dipasar tetap lebih unggul pada atribut volume/isi. Hal ini dapat terjadi karena konsumen merasa besarnya volume suatu produk bukan merupakan faktor utama yang menentukan dalam memutuskan merek produk yang akan dikonsumsi, akan tetapi keselarasan perbandingan volume dengan cita rasa yang dimiliki. Untuk Frestea sendiri sebagai produk baru, bila perusahaan memutuskan untuk tetap mempertahankan volume yang ada sekarang, maka diharapkan pihak Frestea lebih meningkatkan keunggulan-keunggulan lain agar konsumen merasa puas.
  • 62. 6.2.5. Atribut Tersedia Dalam Kemasan Dingin Responden memberikan penilaian sikap cukup baik terhadap atribut tersedia dalam kemasan dingin pada Frestea. Bila dibandingkan dengan kedua merek lain penilaian sikap responden terhadap atribut ini pada Frestea menempati peringkat kedua dengan nilai sikap sebesar 2,86, nilai sikap terbesar dimiliki oleh Tekita sebesar 3,63 dan TBS memiliki penilaian sikap terkecil yaitu sebesar 2,74. Penilaian tingkat kepercayaan responden memberikan nilai 1,52 menempati peringkat kedua dibanding merek lain, untuk TBS sebesar 1,35 dan Tekita memiliki kepercayaan tertinggi sebesar 1,72. Sebagai produk yang masih baru dipasaran hal ini dinilai cukup baik, sebab responden percaya bahwa Frestea banyak tersedia dalam kemasan dingin. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya kotak pendingin untuk menyimpan Frestea yang tersedia di semua tempat yang menjual produk tersebut, inilah yang membuat penilaian responden cukup tinggi terhadap ketersediaan Frestea dalam kemasan dingin. Keadaan ini harus dapat lebih ditingkatkan karena sebagai minuman ringan pelepas dahaga, atribut tersedia dalam kemasan dingin adalah atribut yang dipandan cukup penting oleh responden. 6.2.6. Atribut Aroma Atribut aroma adalah atribut yang memiliki tingkat kepentingan paling rendah dibanding atribut-atribut lain pada teh kemasan botol menurut responden. Hal ini berarti dalam memilih merek teh botol, responden kurang begitu mementingkan aroma air teh dari suatu produk teh botol.
  • 63. Penilaian sikap responden terhadap atribut aroma pada Frestea adalah baik, namun nilainya yang sebesar 3,06 masih dibawah TBS dengan nilai sikap sebesar 3,15. Hal ini terjadi karena kuatnya aroma melati yang menjadi salah satu kelebihan produk Frestea, masih belum dapat diterima oleh sebagian responden. Responden menilai kuatnya aroma melati tersebut malah membuat mereka kurang berselera dalam mengkonsumsi Frestea, bahkan dari promosi yang dilakukan produsen teh botol lain aroma melati pada Frestea justru mereka jadikan kelebihan produk mereka dibanding Frestea yang mereka dianggap memiliki aroma teh yang kuno. Untuk Tekita responden memberikan penilaian paling kecil untuk atribut ini yaitu sebesar 2,41, hal ini dikarenakan menurut responden aroma teh maupun aroma melati dari dari air teh Tekita sangat kurang terasa. 6.2.7. Atribut Kebersihan Kemasan Responden memiliki penilaian baik untuk atribut kebersihan terhadap Frestea. Frestea memiliki nilai sikap yang paling tinggi yaitu sebesar 3,21, dibandingkan dua produk lain yaitu TBS sebesar 3,12 dan Tekita sebesar 2,92. Penilaian responden terhadap atribut kebersihan kemasan pada Frestea adalah yang tertinggi dibanding merek lain yaitu sebesar 1,63. Hal ini berarti responden percaya bahwa produk teh botol merek Frestea selalu ada dalam keadaan kemasan yang bersih. Keadaan ini harus dapat dipertahankan oleh perusahaan, karena tingkat kebersihan kemasan suatu produk merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi konsumen dalam menentukan pilihan untuk membeli dan mengkonsumsi suatu produk dalam hal ini teh botol. Penilaian terhadap dua produk lainnya yaitu TBS dan Tekita, responden memiliki tingkat kepercayaan yang cukup rendah. Hal ini disebabkan responden
  • 64. sering menemukan botol kemasan kedua merek tersebut dalam keadaan kotor, baik itu kotor karena benturan-benturan maupun karena ada kotoran menempel pada botol. Hasil penelitian Supriyasih (2000) pada kemasan TBS sering dijumpai kemasan yang botol dan tutupnya berkarat dan botolnya terlihat kusam. 6.2.8. Atribut Kemasan Menarik Responden memiliki penilaian sikap baik terhadap atribut kemasan menarik pada Frestea dan kedua merek lainnya. Untuk atribut ini Frestea ada pada peringkat kedua dengan nilai sikap sebesar 3,64, sedangkan TBS memiliki nilai sikap tertinggi yaitu sebesar 3,71 dan Tekita dengan nilai sikap terendah yaitu sebesar 3,28. Frestea dimunculkan dengan tampilan kemasan cerianya tetapi masih belum mampu mendapatkan penilaian sikap yang tertinggi dari responden, justru TBS dengan kesederhanaan bentuk maupun label pada kemasan mendapatkan nilai sikap tertinggi dari responden terhadap atribut kemasan menarik. Tekita memiliki kemasan produk yang paling besar dibanding yang lain, akan tetapi responden menilai bahwa Tekita memiliki kemasan yang kurang menarik dibanding kedua merek yang lainnya. Perusahaan mengeluarkan Frestea dalam kemasan botol dengan ukiran daun teh dan dominasi warna hijau dan kuning yang cukup menarik dengan target konsumen usia muda yaitu sekitar 19-29 tahun. Namun dari penelitian ini terlihat bahwa target perusahaan belum dapat tercapai. Hal ini dapat terlihat dari penelitian ini yang respondennya 76 persen adalah usia muda yang berumur 20-29 tahun, untuk atribut kemasan menarik nilai sikap responden terhadap Frestea
  • 65. masih di bawah TBS. Keadaan ini harus dapat ditingkatkan oleh perusahaan untuk dapat lebih mampu bersaing dengan produk lain.
  • 66. BAB VII REKOMENDASI STRATEGI PEMASARAN 7.1. Analisis Semantic Differentia Penilaian konsumen terhadap produk minuman teh dapat dirumuskan melalui metode Fishbein. Hal ini berguna untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk yang dikonsumsi dan dalam hal ini adalah produk teh merek Frestea, Sosro, dan Tekita. Biasanya tiap individu memberikan penilaian yang berbeda terhadap produk teh, tergantung dari manfaat apa yang dapat dirasakan konsumen ketika mengkonsumsi produk tersebut. Untuk melihat hasil penilaian konsumen terhadap ketiga merek produk di atas dapat dijelaskan melalui diagram semantic differentia (Gambar 15). Rasa manis suatu produk teh botol merupakan hal yang cukup penting dalam mempengaruhi penilaian konsumen terhadap enak tidaknya suatu merek teh botol, yang tentunya juga berpengaruh keinginan konsumen untuk membeli merek tersebut. Dari diagram semantic differentia dibawah dapat dilihat TBS mendapat penilaian yang sangat berbeda dengan kedua merek lainnya. Padahal konsumen juga mengakui bahwa TBS memiliki rasa khas teh yaitu sedikit pahit, namun konsumen menilai kedua produk lainnya memiliki rasa manis yang kurang pas. Frestea dinilai terlalu manis oleh konsumen sedangkan Tekita dengan volume yang paling besar dinilai memiliki rasa kurang manis (Tambunan, 2001). Penilaian konsumen terhadap atribut kemudahan mendapatkan produk teh botol lebih rendah dari atribut rasa manis, namun TBS tetap mendapatkan penilaian paling tinggi dibanding kedua produk lainnya. Perbedaannya pun juga