Syariat Islam adalah hukum yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia tanpa mengindahkan perubahan waktu atau tempat. Hukum Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi yang bersifat tetap, berbeda dengan hukum manusia yang dapat berubah.
1. Aku telah meninggalkan dua perkara yang
menyebabkan kalian tidak akan sesat selamanya
selama kalian berpegang teguh pada keduanya,
yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. (HR at-
Turmudzî, Abû Dâwud, Ahmad).
2. Pengertian Syariat Islam
• Adalah hukum dan aturan Islam yg mengatur seluruh sendi
kehidupan umat manusia, baik Muslim mahupun bukan Muslim.
• Selain berisi hukum dan aturan, Syariat Islam juga berisi
penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.
• Maka oleh sebahagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan
panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup
manusia dan kehidupan dunia ini
• Bahwa ruang lingkup syariat Islam adalah seluruh ajaran Islam, baik
yg berkaitan dg akidah maupun peraturan atau sistem kehidupan
yg menjadi turunannya. bahwa ruang lingkup syariat Islam adalah
seluruh ajaran Islam, baik yg berkaitan dg akidah maupun
peraturan atau sistem kehidupan yg menjadi turunannya.
3. Pengertian Syariat Islam
Secara syar`î, Islam adalah agama yg diturunkan oleh Allah SWT kpd
junjungan kita, Muhammad saw., untuk mengatur hubungan manusia
dg Penciptanya, dirinya sendiri, dan sesamanya.Hubungan manusia dg
Penciptanya meliputi masalah akidah dan ibadah; hubungan manusia dg
dirinya sendiri meliputi akhlak, makanan, dan pakaian; hubungan
manusia dg sesamanya meliputi muamalat dan persanksian
Syariat Islam meliputi akidah dan syariat. Dg kata lain, syariat Islam
bukan hanya mengatur seluruh aktivitas fisik manusia (af`âl al-jawârih),
tetapi juga mengatur seluruh aktivitas hati manusia (af`âl al-qalb) yang
biasa disebut dengan akidah Islam. Karena itu, syariat Islam tidak dapat
direpresentasikan oleh sebagian ketentuan Islam dlm masalah hudûd
(seperti hukum rajam, hukum potong tangan, dan sebagainya); apalagi
oleh keberadaan sejumlah lembaga ekonomi yang menjamur saat ini
semisal bank syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, dan
sebagainya
4. Syariat Islam
• syariat Islam sesungguhnya meliputi keyakinan spiritual
(`aqîdah rûhiyyah) dan ideologi politik (`aqîdah siyâsiyyah).
• Spiritualisme Islam telah membahas hubungan pribadi
manusia dengan Tuhannya yang terangkum dalam akidah
dan ubudiah; membahas pahala dan dosa manusia; serta
membahas seluruh urusan keakhiratan manusia seperti
surga dan neraka.
• Ideologi politik Islam telah membahas seluruh urusan
keduniaan yg terangkum dlm hubungan manusia dg dirinya
sendiri maupun dg sesamanya; baik menyangkut bidang
pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, maupun politik
luar negeri, dan sebagainya.
5. Sumber Hukum Islam
• Al Qur’an : kitab suci umat Islam adalah sumber
hukum Islam yang pertama kerana merupakan
firman Allah yang disampaikan pada Nabi
Muhammad SAW.
• Hadis : adalah seluruh perkataan, perbuatan, dan
persetujuan Nabi Muhammad yang kemudian
dijadikan sumber hukum
• Ijma' maknanya kesepakatan yakni kesepakatan
para ulama dalam menetapkan suatu hukum
dalam agama Islam berasaskan al-Quran dan
Hadis dalam suatu perkara yang terjadi.
6. Sumber Hukum Islam
• Qiyas ()قياس ialah proses taakulan berasaskan analogi
daripada nass atau perintah yang diketahui untuk
perkara2 baru. Qiyas menetapkan suatu hukum suatu
perkara yang baru yang belum ada pada masa
sebelumnya berasaskan perkara terdahulu yang
memiliki kesamaan dari segi sebab, manfaat, bahaya
dan berbagai aspek lain sehingga dihukumi sama
• Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum
Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Ijtihad
dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat
sehingga tidak boleh langsung menanyakan pada
beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah
tidak boleh diijtihadkan.
7. Perbedaan Hukum dg Hukum Lain
• Karakteristik hukum Islam sangat berbeda secara diametral dg
hukum produk Kapitalisme maupun Sosialisme.
• Hukum Islam dibangun berdasarkan nash2 syariat yg tetap. Dlm
Islam, nash2 syariat adalah sumber hukum yang kemudian
menghukumi realitas. Sebaliknya, dlm Kapitalisme, misalnya,
realitaslah yg menjadi pijakan hukum yg kemudian menghasilkan
produk2 hukum yg sesuai dg (meng-akomodasi) realitas.
• Akibatnya, hukum produk Kapitalisme ini be-rubah2 dari waktu ke
waktu dan ber-beda2 antara satu tempat dan tempat lainnya. Ini
adalah konsekuensi dari dijadikannya realitas yg terus berubah dan
berkembangsebagai pijakan hukum.
• UU Pemilu Tahun 1999, misalnya, yg notabene baru dan dianggap
paling baik dibandingkan dengan UU Pemilu sebelumnya, kini telah
direvisi dg alasan mempunyai kelemahan2 seiring dgtuntutan dan
perkembangan baru jagat perpolitikan di Tanah Air. Sementara itu,
hukum produk Sosialisme dibangun berdasarkan hipotesis-teoretis
yg diasumsikan ada dlm permasalahan yg terjadi.
8. Perbedaan Hukum dg Hukum Lain
• produk hukum Islam digali dari nash2 syariat, sementara pd saat yg
sama nash2 tersebut tetap dan tidak pernah mengalami perubahan.
Karena itu, produk hukum tersebut harus selalu terikat dengan nash
dan tunduk pd apa yg dinya-takan oleh dalâlah-nya. Pertimbangan
atas dasar `perubahan zaman’ dan perbedaan tempat tidak
mempunyai nilai sama sekali di sini, sebagaimana pertimbangan atas
dasar kemaslahatan atau kemadaratan.
• Perbedaan kultur, kebiasaan, dan adat istiadat masyarakat juga tidak
boleh mempengaruhi hukum Islam. Sebab, kultur, kebiasaan, dan
adat-istiadat bukanlah `illat (motif diberlakukannya hukum) dan
sumber hukum. Bahkan, kultur, kebiasaan, dan adat-istiadat acapkali
banyak yg bertentangan dg syariat. Apalagi kultur, kebiasaan, dan
adat-istiadat yg ada pd masa sekarang ini pd dasarnya merupakan
kristalisasi dari pemikiran dan hukum2 yg bersumber dari sistem
sekular yg telah terbukti mengakibatkan kerusakan masyarakat.
Namun demikian, jika kultur, kebiasaan, adat-istiadat tersebut tidak
bertentangan dg hukum Islam, ia dibolehkan (mubah). Hanya saja,
kebolehannya bukan karena pertimbangan apa2 kecuali karena
memang dibolehkan oleh nash2 syariat.
9. Penjelasan
• Sebagaimana dimaklumi, syariat Islam adalah yang itu-itu juga;
tidak pernah berubah. Yang halal akan tetap halal dan yang haram
akan tetap haram. Selamanya begitu hingga Hari Kiamat, karena
wahyu Allah telah terputus dan syariat Islam telah sempurna.
Karena itu, khamar, misalnya, tidak akan pernah haram pada satu
waktu, kemudian berubah menjadi halal pada waktu lain. Demikian
juga keharaman riba, memata-matai orang Islam, menipu, meminta
bantuan kepada orang kafir, suap, dan sebagainya. Statemen bahwa
hukum harus berubah karena faktor perubahan waktu dan tempat
tentu merupakan bentuk keberanian yang luar biasa terhadap Allah.
Allah SWT berfirman:
• Janganlah kalian berdusta dengan sebab apa yang disifatkan oleh
lidah kalian, “Ini halal dan ini haram,” untuk mengada-adakan
sesuatu yang dusta terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
berdusta terhadap Allah tidak akan berhasil. (QS an-Nahl [16]: 116).
10. Penjelasan
• Apabila hukum Islam harus berubah karena faktor waktu dan
tempat, berarti akan ada satu fakta atau kasus yang memiliki
dua hukum sekaligushalal dan harammeskipun dalam wilayah
dan rentang waktu yang tidak sama. Ini jelas mustahil karena
Allah tidak mungkin menurunkan dua hukum yang
berlawanan untuk kasus yang sama. Hal ini juga sangat
kontradiktif dengan karakter kesempurnaan syariat Islam.
• Di samping itu, syariat Islam diberlakukan atas manusia dalam
kapasitasnya sebagai manusia; bukan karena faktor suku,
etnik, geografis, ataupun karena faktor Arab atau non-
Arabnya. Di mana pun dan kapan pun, manusia, baik Arab
atau non-Arab, esensinya sama; masing-masing mempunyai
kebutuhan jasmaniah dan naluriah yang sama. Kondisi ini
tidak pernah berubah.