Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengatur tentang pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan guna melindungi ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. UU ini mengatur tentang asas, tujuan, proses, perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan hak serta peran masyarakat d
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
1. UNDANG-UNDANG NO 27 TAHUN 2007 TENTANGUNDANG-UNDANG NO 27 TAHUN 2007 TENTANG
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIRPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECILDAN PULAU-PULAU KECIL
DIREKTORAT TATA RUANG LAUT, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2008
SAPTA PUTRA GINTINGSAPTA PUTRA GINTING
Ph.dPh.d
2. PENDAHULUAN
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan
merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang
perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi
sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Urgensi pengelolaan wilayah pesisir dan PPK:
a.Degradasi sumber daya pesisir dan PPK
b.Marginalisasi masyarakat pesisir
c.Konflik pemanfaatan dan kewenangan
d.Ketidak pastian hukum dan tragedy of the commons
e.Bencana alam/ulah manusia di wilayah pesisir
3. 17.480 pulau, 24 hilang
95.181 km garis pantai dan 5,8 juta km2 laut
80 % industri dan 75 % kota besar di pesisir
Perikanan tangkap ± 6,817
Juta ton ikan (2005)
Potensi lahan budidaya
1.137.756 Ha (2005)
Dari 60 Cekungan Migas Indonesia,
70% berada di laut
Cadangan Minyak Bumi 9,1 Milyar
Barel di laut
Potensi jasa kelautan transportasi laut,
Energi alternatif (OTEC,angin, Pasut)
BMKT
POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELAUTAN INDONESIAPOTENSI SUMBER DAYA ALAM KELAUTAN INDONESIA
4. Kondisi Faktual Masyarakat Pesisir
8.090 desa pesisir
16,42 Juta jiwa penduduk
3,91 Juta KK
Poverty Headcount Index 0,3214
PETA KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR
5. 1. UU 5/1960 Pokok Agraria 13. UU 22/2001 Minyak dan Gas
2. UU 11/1967 Pokok Pertambangan 14. UU 2/2002 Kepolisian
3. UU 1/1973 Landas Kontinen 15. UU 3/2002 Pertahanan
4. UU 5/1983 Zona Ekonomi Eksklusif 16. UU 23/2003 Panas Bumi
5. UU 5/1984 Perindustrian 17. UU 7/2004 Pengelolaan Sumberdaya
Air
6. UU 5/1990 Konservasi SD Hayati 18. UU 31/2004 Perikanan
7. UU 9/1990 Kepariwisataan 19. UU 32/2004 Pemerintahan Daerah
8. UU 21/1992 Pelayaran 20. UU 33/2004 Perimbangan Keuda
9. UU 12/1992 Pokok Pertanian 21. UU 15/2007 Pengendalian Bencana
10. UU 6/1996 Perairan Indonesia 22. UU 24/2007 Perencanaan Nasional
11. UU 23/1997 Lingkungan Hidup
12. UU 41/1999 Kehutanan
23. UU 25/ 2007 Penanaman Modal
24. UU 26/2007 Penataan Ruang
UNDANG-UNDANG TERKAIT UU PWP-PPK
6. PETA LOKASI GEMPA BUMI YANG MENGAKIBATKAN TSUNAMI DI
INDONESIA (1600-2006)
4
3
2
1
Intesitas Tsunami:
Vulcanic Tsunami
Landslide Tsunami
Earthquake Tsunami
90.5%
8.5% 1%
108 tsunami
19771994
2006
1907
2004
1921
?
LEMPENG EURASIA
1833
LEMPENG
INDO-AUSTRALIA
2005
?
? ?
7. KONSIDERAN
• BAB I. KETENTUAN UMUM
• BAB II. ASAS DAN TUJUAN
• BAB III. PROSES PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR-PPK
• BAB IV. PERENCANAAN
• BAB V. PEMANFAATAN
• BAB VI. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
• BAB VII. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
• BAB VIII. PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENYULUHAN
• BAB IX. KEWENANGAN
• BAB X. MITIGASI BENCANA
• BAB XI HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
• BAB XII PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
• BAB XIII PENYELESAIKAN SENGKETA
• BAB XIV GUGATAN PERWALIAN
• BAB XV PENYIDIKAN
• BAB XVI SANKSI ADMINISTRATIF
• BAB XVII. KETENTUAN PIDANA
• BAB XVIII. KETENTUAN PERALIHAN
• BAB XIX KETENTUAN PENUTUP
MATERIUUPWPPPK
8. BAB I. KETENTUAN UMUM
Pasal 1. Peristilahan
Pasal 2. Ruang Lingkup
- Ke arah Darat batas kecamatan pesisir
- Ke arah Laut 12 mil laut dari garis pantai pasang rata-rata
9. Pasal 4. Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir :
a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan
memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta
sistem ekologisnya secara berkelanjutan;.
b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah
serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan Sumber
Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan,
keseimbangan, dan keberkelanjutan.
d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat
melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pasal 3. Asas Pengelolaan Wilayah Pesisir
Keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum,
kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat,
keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas dan keadilan
BAB II. ASAS DAN TUJUAN
10. BAB III. PROSES PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Pasal 5. Proses Pengelolaan Wilayah Pesisir :
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 6. Perencanaan Terpadu
Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara mengintegrasikan
kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah
Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan
masyarakat, antara ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu
pengetahuan dan manajemen.
11. BAB IV. PERENCANAAN
Bagian Kesatu : Umum (Pasal 7)
Bagian Kedua : Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau kecil (Pasal 8)
Bagian ketiga : Rencana Zonasi wilayah pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (Pasal 9)
paragraf 1 : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Propinsi ( pasal 10 )
paragraf 2 : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil kabupaten/Kota (Pasal 11)
Bagian Keempat: Rencana Pengelolaan wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Pasal 12)
Bagian Kelima : Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Pasal 13)
Bagian Keenam : Mekanisme Penyusunan rencana (Pasal 14)
Bagian Ketujuh : Data dan informasi (pasal 15)
12. - Isu, VISI, MISI
- Target kinerja
- Strategi
- Rencana kerja
- Koordinasi
Alokasi ruang –
Pola ruang –
Struktur ruang –
Kawasan –
Zona/Sub-zona -
Cluster PPK -
- Rencana kerja
- Pengaturan koordinasi
- Paket terpadu kegiatan
- Penerangan Publik
Tujuan -
Cakupan kegiatan -
Tatanan pelaksanaan-
Manfaat -
Dll -
RENCANA
STRATEGIS
RENCANA
ZONASI
RENCANA
PENGELOLAAN
RENCANA
AKSI
13. HIERARKI RENCANA PWP3KHIERARKI RENCANA PWP3K
Issue Pengelolaan PesisirIssue Pengelolaan Pesisir BappedaBappeda
PropinsiPropinsi
RencanaRencana
StrategisStrategis
BappedaBappeda
Propinsi &Propinsi &
KabupatenKabupaten
RencanaRencana
ZonasiZonasi
Propinsi 1:250 KPropinsi 1:250 K
Kabupaten 1:50 KKabupaten 1:50 K
RencanaRencana
PengelolaanPengelolaan
Dinas KP PropinsiDinas KP Propinsi
& Kabupaten& Kabupaten
Rencana AksiRencana Aksi Dinas KP PropinsiDinas KP Propinsi
& Kabupaten& Kabupaten
HP-3HP-3
00
11
22
33
44
Kab/KotaKab/Kota
PWP-PWP-
PPKPPK
BappedaBappeda
14. BAGIAN I – HAK PENGUSAHAAN PERAIRAN PESISIR (HP-3)BAGIAN I – HAK PENGUSAHAAN PERAIRAN PESISIR (HP-3)
Pasal 16. Pemanfaatan Perairan Pesisir dalam bentuk HP3Pasal 16. Pemanfaatan Perairan Pesisir dalam bentuk HP3
Pengusahaan atas permukaan laut dan kolom air s/dPengusahaan atas permukaan laut dan kolom air s/d
permukaan dasar laut.permukaan dasar laut.
Pasal 17. HP3 diberikan dalam luasan dan waktu tertentu HP3 wajibPasal 17. HP3 diberikan dalam luasan dan waktu tertentu HP3 wajib
mempertimbangkan : kelestarian Ekosistem, masyarakatmempertimbangkan : kelestarian Ekosistem, masyarakat
adat, dan kepentingan nasional serta hak lintas damaiadat, dan kepentingan nasional serta hak lintas damai
bagi kapal asingbagi kapal asing
Pasal 18. Penerima HP3 : Orang WNI, Badan Hukum, Masy. AdatPasal 18. Penerima HP3 : Orang WNI, Badan Hukum, Masy. Adat
Pasal 19. HP3 20 tahun, diperpanjang 20 tahun (2 kali)Pasal 19. HP3 20 tahun, diperpanjang 20 tahun (2 kali)
Pasal 20. HP3 dapat beralih,dialihkan dan dijaminkanPasal 20. HP3 dapat beralih,dialihkan dan dijaminkan
HP3 diberikan dalam bentuk sertifikat HP3HP3 diberikan dalam bentuk sertifikat HP3
HP3 berakhir : waktu habis, diterlantarkan, dicabutHP3 berakhir : waktu habis, diterlantarkan, dicabut
untuk kepentingan umumuntuk kepentingan umum
Pasal 21.Persyaratan teknis, administratif dan operasional HP3Pasal 21.Persyaratan teknis, administratif dan operasional HP3
Pasal 22.HP3 dikecualikan : Kawasan konservasi, suaka perikanan,Pasal 22.HP3 dikecualikan : Kawasan konservasi, suaka perikanan,
alur pelayaran, kawasan pelabuhan dan pantai umumalur pelayaran, kawasan pelabuhan dan pantai umum
BAB V. PEMANFAATAN
15. KEWENANGAN PEMBERIAN HP-3
• Menteri memberikan HP-3 di
wilayah Perairan Pesisir lintas
provinsi dan Kawasan Strategis
Nasional Tertentu.
• Gubernur memberikan HP-3 di
wilayah Perairan pesisir sampai
dengan 12 (dua belas) mil, diukur
dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan
kepulauan dan perairan pesisir
lintas kabupaten/kota.
• Bupati/Walikota memberikan HP-3
di wilayah perairan pesisir 1/3
(satu pertiga) dari wilayah
kewenangan provinsi
16. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL TERTENTU
ZONA INTI KAWASAN
KONSERVASI LAUT
NASIONAL
GEOPOLITIK
HANKAM
PULAU-PULAU KECIL TERLUAR/
TEMPAT TITIK DASAR
BATAS NEGARA
KAWASAN
RAWAN BENCANAKAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
TERTENTU
KAWASAN HABITAT
BIOTA ENDEMIK
17. Hak dan peran serta Masyarakat terhadap HP-3
Masyarakat berhak memperolah akses terhadap Hak Pengusahaan
Perairan Pesisir (HP-3)
Masyarakat memperoleh kompensasi karena hilangnya akses
terhadap sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi
lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan akibat pemberian HP-3
18. BAGIAN II - PEMANFAATAN PPKBAGIAN II - PEMANFAATAN PPK
Pasal 23.Pasal 23. Pemanfaatan PPKPemanfaatan PPK
Pasal 24.Pasal 24. Pulau kecil, atol, gosong dan karang yang ditetapkanPulau kecil, atol, gosong dan karang yang ditetapkan
sebagai titik pangkal pengukuran perairan Indonesiasebagai titik pangkal pengukuran perairan Indonesia
ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.
Pasal 25.Pasal 25. Pemanfaatan PPK untuk observasi, penelitian danPemanfaatan PPK untuk observasi, penelitian dan
kompilasi data harus melibatkan instansi/lembaga/pakarkompilasi data harus melibatkan instansi/lembaga/pakar
setempatsetempat
Pasal 26.Pasal 26. Pengaturan Pemanfaatan PPK dalam Peraturan MenteriPengaturan Pemanfaatan PPK dalam Peraturan Menteri
Pasal 27.Pasal 27. Pemanfaatan PPK terluarPemanfaatan PPK terluar
… BAB V. PEMANFAATAN (lanjutan)
BAGIAN III - KONSERVASIBAGIAN III - KONSERVASI
Pasal 28.Pasal 28. Konservasi Wil Pesisir dan PPKKonservasi Wil Pesisir dan PPK
Pasal 29.Pasal 29. Zonasi Kawasan Konservasi Pesisir dan PPK : Zona Inti,Zonasi Kawasan Konservasi Pesisir dan PPK : Zona Inti,
Zona Pemanfaatan terbatas dan Zona lain sesuaiZona Pemanfaatan terbatas dan Zona lain sesuai
peruntukanperuntukan
Pasal 30.Pasal 30. Perubahan status zona inti dg pertimbangan DPRPerubahan status zona inti dg pertimbangan DPR
Pasal 31.Pasal 31. Sempadan pantaiSempadan pantai
19. PEMANFAATAN PULAU KECIL DAN PERAIRAN
Pemanfaatan pulau kecil & perairannya diprioritaskan utk:
a. Konservasi
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Penelitian dan pengembangan
d. Budidaya laut
e. kepariwisataan
f. Usaha perikanan dan industri perikanan secara lestari
g. Pertanian organik
h. Peternakan
Pemanfaatan seperti prioritas tersebut diatas, harus
memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan dan
teknologi lingkungan.
Wajib mempunyai HP-3 yang diterbitkan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
20. KONSERVASI LAUT
Mendorong pelaksanaan konservasi laut daerah, baik
pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL) maupun
Daerah Perlindungan Mangrove (DPM)
Memberikan perlindungan bagi alur migrasi biota laut.
21. BAGIAN IV REHABILITASI
Pasal 32. Rehabilitasi wilayah pesisir dan PPK
Pasal 33. Pelaku rehabilitasi
BAGIAN VREKLAMASI
Pasal 34. Reklamasi wilayah pesisir dan PPK
BAB V. PEMANFAATAN (lanjutan)
22. Pasal 35. Kegiatan yang dilarang dalam pemanfaatan SD
Pesisir dan PPK di wilayah pesisir ;
Menambang terumbu karang
Mengambil terumbu karang di kawasan konservasi
Menggunakan bahan peledak/racun
Menggunakan alat, cara dan metode yang merusak
ekosistem terumbu karang
Menggunakan cara/metode yang merusak ekos-mangrove
Konversi ekosistem mangrove yang merusak
Menebang mangrove untuk industri, pemukiman dan
kegiatan lain
Menggunakan cara dan metode yang merusak ekosistem
padang lamun
BAGIAN VI – LARANGAN
23. …LARANGAN
Melakukan penambangan pasir yang
merusak lingkungan, menyebabkan
pencemaran dan/ merugikan
masyarakat
Melakukan penambangan minyak dan
gas yang merusak lingkungan,
menyebabkan pencemaran dan/
merugikan masyarakat
Melakukan bahan mineral yang merusak
lingkungan, menyebabkan pencemaran
dan/ merugikan masyarakat
Melakukan pembangunan fisik yang
menimbulkan kerusakan lingkungan,
dan/ merugikan masyarakat.
24. BAGIAN I
Pasal 36. Pengawasan dan/ pengendalian PWP3K diberikan wewenang
kepolisian khusus
BAGIAN II - PENGAWASAN
Pasal 37. Pengawasan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaaan
wilayah pesisir dan PPK
Pasal 38. Pengawasan oleh masyarakat
Pasal 39. Ketentuan lebih lanjut pengawasan terhadap perencanaan
dan pelaksanaan PWP dan SD pesisir ditetapkan dengan
Permen.
BAB VI. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
BAGIAN III PENGENDALIAN
Pasal 40. Program Akreditasi
Pasal 41. Mitra Bahari
25. Pasal 42.Pasal 42. Litbang PWP3KLitbang PWP3K
Pasal 43.Pasal 43. Pelaku Litbang PWP3KPelaku Litbang PWP3K
Pasal 44.Pasal 44. Sifat hasil penelitianSifat hasil penelitian
Pasal 45Pasal 45 Pengaturan Litbang PWP3KPengaturan Litbang PWP3K
Pasal 46Pasal 46 Ketentuan lebih lanjut Litbang PWP3K diatur dalam PerpresKetentuan lebih lanjut Litbang PWP3K diatur dalam Perpres
BAB VII. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 47.Pasal 47. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhanPenyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
Pasal 48.Pasal 48. Kerjasama dalam pendidikan,Kerjasama dalam pendidikan, pelatihan dan penyuluhanpelatihan dan penyuluhan
Pasal 49.Pasal 49. Ketentuan lebih lanjutKetentuan lebih lanjut pendidikan, pelatihan dan penyuluhanpendidikan, pelatihan dan penyuluhan
BAB VIII. PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENYULUHAN
26. Pasal 50.Pasal 50. Kewenangan Pemberian HP3Kewenangan Pemberian HP3
Pasal 51.Pasal 51. Kewenangan Menteri pada pemberian HP3Kewenangan Menteri pada pemberian HP3
Pasal 52.Pasal 52. Sifat hasil penelitianSifat hasil penelitian
Pasal 53.Pasal 53. Kewenangan PWP3K tingkat NasionalKewenangan PWP3K tingkat Nasional
Pasal 54.Pasal 54. Kewenangan PWP3K tingkat ProvinsiKewenangan PWP3K tingkat Provinsi
Pasal 55.Pasal 55. Kewenangan PWP3K tingkat Kabupaten/kotaKewenangan PWP3K tingkat Kabupaten/kota
BAB IX. KEWENANGAN
Pasal 56. Penanganan bencana wilayah pesisir menyeluruh
Pasal 57. Penanggung jawab mitigasi bencana WP3K
Pasal 58. Aspek-aspek mitigasi bencana WP3K
Pasal 59. Ketentuan kegiatan pencegahan kerusakan dan
bencana di wilayah pesisir
BAB X. MITIGASI BENCANA
27. MITIGASI DAN KERUSAKAN PESISIR
• Pengendalian kerusakan meliputi upaya pencegahan dan
atau mitigasi dan atau kesiap-siagaan dan atau tanggap-
darurat dan atau pemulihan.
• Mitigasi bencana dilakukan melalui pendekatan
perlakukan non struktur, struktur dan Pengaturan yang
terintegrasikan dari berbagai pelaku dalam PWP-PPK
28. BAB XI. HAK, KEWAJIBAN DAN PERANSERTA
MASYARAKAT
Pasal 60. (1) Hak masyarakat dalam pengelolaan wilayah
pesisir
(2) Kewajiban masyarakat dalam pengelolaan
wilayah pesisir
Pasal 61. Pengakuan atas hak-hak masyarakat adat
Pasal 62. Peranserta masyarakat pesisir dalam
pengelolan wilayah pesisir
BAB XII. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pasal 63. Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir
29. HAK DAN AKSES MASYARAKAT
• Menjamin perlindungan dan memberikan
kepastian hukum bagi masyarakat terhadap
sumberdaya WP dan Pulau-Pulau Kecil.
• Memberikan kepastian berusaha bagi masyarakat
& dunia usaha dlm PWP-PPK
• Memberdayakan masyarakat dalam melakukan
PWP-PPK dan memperbaiki tingkat
kesejahteraannya
30. BAB XIII. PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 64. Tata cara penyelesaian konflik
Pasal 65. Mekanisme penyelesaian konflik sesuai perundang-
undangan
Pasal 66. Putusan penyelesaian sengketa pengelolaan wilayah
pesisir
Pasal 67. Tanggung jawab pengelola pesisir
Pasal 68. Hak gugatan perwalian oleh masyarakat
Pasal 69. Hak gugatan perwalian oleh organisasi kemasyarakatan
BAB XIV. GUGATAN PERWAKILAN
BAB XV. PENYIDIKAN
Pasal 70. Selain Penyidik Kepolisian Negara RI dapat dilakukan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil
31. BAB XVI. SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 71. Sanksi adminstratif atas pelanggaran terhadap
persyaratan di dalam Hak Pengusahaan Perairan Pesisir
(HP3)
Pasal 72. Tindakan yang dapat diambil pemerintah terhadap
ketidaksesuaian program dengan dokumen
BAB XVII. KETENTUAN PIDANA
Pasal 73. Ketentuan pidana pelanggaran pasal 35 (larangan)
Pasal 74. Ketentuan pidana pelanggaran pasal 32
(rehabilitasi)dan pasal 34 (reklamasi)
Pasal 75. Ketentuan pidana pelanggaran pasal 21 ayat (1) dan
pasal 21 ayat (4)
32. BAB XVIII. KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 76. Program Pengelolaan wilayah serta
lembaga/instansi pesisir yang ditunjuk
melaksanakannya tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan
Pasal 77. Instansi terkait Pengelola Wilayah Pesisir
yang dibentuk sebelum berlaku UU ini
tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan UU ini
Pasal 78. Peraturan Perundangan yang terkait
pengelola pesisir yang ada sebelum berlaku
UU ini tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan UU ini, sampai
dikeluarkannya peraturan pelaksanaan
baru berdasarkan UU ini.
33. Pasal 79. Mengenai Peraturan Pelaksana Undang-undang
ini harus telah di tetapkan sejak UU PWP PPK
diberlakukan :
BAB XIX. KETENTUAN PENUTUP
Pasal 80. Ketentuan berlakunya UU
Peraturan Pemerintah paling lambat 12 bulanPeraturan Pemerintah paling lambat 12 bulan
Peraturan Presiden paling lambat 6 bulanPeraturan Presiden paling lambat 6 bulan
Peraturan Menteri paling lambat 3 bulan sejak UU diberlakukanPeraturan Menteri paling lambat 3 bulan sejak UU diberlakukan
34. POSISI UU PWP-PPK TERHADAP UU LAINNYA
PERENCANAAN SPASIALPERENCANAAN SPASIAL PERENCANAAN NON SPASIALPERENCANAAN NON SPASIAL
RUTRWNRUTRWN
RUTRWPRUTRWP
RUTRWKRUTRWK
RUTRWPL NasRUTRWPL Nas
RUTRWPL Regional/KepulauanRUTRWPL Regional/Kepulauan
RUTRWPL PropRUTRWPL Prop
RUTRWPL Kab/KotaRUTRWPL Kab/Kota
RUTRWRUTRW
RDTRRDTR
RENCANARENCANA
ZONASIZONASI
RPJPRPJP
RPJMRPJM
RENSTRA DARENSTRA DA
RENSTRA SIRLARENSTRA SIRLA
PROVINSIPROVINSI
RENSTRA SIRLARENSTRA SIRLA
KAB/KOTAKAB/KOTA
RENCANARENCANA
PENGELOLAANPENGELOLAAN
RENCANA AKSIRENCANA AKSI
RENJARENJA
UU 27/2007 PWP-PPKUU 27/2007 PWP-PPK
UU 26/2007UU 26/2007
UU 17/2007UU 17/2007
UU 24/2007 PBUU 24/2007 PB
HP-3
35. UU 26/ 2007 tentang
Penataan Ruang
Pasal 6 ayat (3)
Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang
wilayah yuridiksi dan wilayah kedaulatan nasional
yang mencakup ruang darat, ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan.
Pasal 6 ayat (5)
Ruang laut dan ruang udara pengelolaannya diatur
dengan undang-undang tersendiri.
36. 36
PROSES ZONASI PESISIR DAN PPKPROSES ZONASI PESISIR DAN PPK
Langkah 1
Pertemuan dan Pembentukan
Komite/Pokja.
Langkah 2
Pengumpulan Data dan
Survei Pendahuluan
Langkah 3
Identifikasi Potensi Wilayah
Langkah 4
Penyusunan Draft Rencana
Zonasi:
Langkah 7
FINALISASI
Langkah 5
Konsultasi Publik
Langkah 6
Penyempurnaan Draft
Rencana Zonasi :
37. RENCANA
PEMANFAATAN
KAWASAN KONSERVASI
- Cagar Alam
- Suaka Margasatwa Laut
- Taman Wisata Alam
KAWASAN BUDIDAYA
- Kawasan Permukiman
- Kawasan Budidaya Perikanan
- Kawasan Perikanan Tangkap
- Kawasan Pariwisata bahari
- Kawasan Pertambangan
- Kawasan Pertahanan & Keamanan
0-7 km
7-14 km
38. RENCANA
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI
Rencana Jaringan Transportasi Darat
Rencana Pelabuhan Udara
Rencana Rute Penerbangan Pengumpan
Rencana Rute Penerbangan Perintis
Rencana Rute Pelayaran Pengumpan Regional
Rencana Pelabuhan Laut
Rencana Rute Pelayaran Perintis
39. RENCANA STRUKTUR
TATA RUANG
• Kota Waisei direncanakan sebagai
orde I dengan orientasi interaksi
fungsional ke Kota Sorong (menyangkut
interaksi perdagangan hasil-hasil Raja
Ampat ke Kota Sorong, perdagangan
terhadap kebutuhan-kebutuhan pokok,
interaksi di bidang pariwisata dsb).
• Kota Distrik Dorekar, Warsambin,
Urbinasoven, Popuer, Kabare, Selpele,
Mansuar, Deer, Folley, dan Waigama
direncanakan sebagai pusat Orde II
dengan orientasi interaksi fungsional ke
Kota Waisei(direncanakan sebagai
pusat pengumpul hasil-hasil dari
pengembangan kawasan sekitarnya,
pendistribusian kebutuhan-kebutuhan
pokok, pelayanan sosial ekonomi, dan
pelayanan pemerintahan.
40. • KAWASAN PEMANFAATAN
UMUM
• Zona permukiman
• Zona budidaya
• Zona perikanan tangkap
• KAWASAN KONSERVASI
• Zona inti
• Zona pemanfaatan terbatas
• Zona budidaya pesisir
• Zona ekowisata
• Zona wisata bahari
• Zona peruntukan
• KAWASAN STRATEGIS
NASIONAL
• Zona pertahanan keamanan
• ALUR LAUT PELAYARAN
41. 1 3 4 . 2 8 1 3 4 . 2 9 1 3 4 . 3 1 3 4 . 3 1 1 3 4 . 3 2 1 3 4 . 3 3 1 3 4 . 3 4
0 . 8
0 . 8 1
0 . 8 2
0 . 8 3
0 . 8 4
0 . 8 5
0 . 8 6
0 . 8 7
0 . 8 8
0 . 8 9
0 . 9
0 . 9 1
0 . 9 2
0 . 9 3
0 . 9 4
P.Pegun
lag
un
a
TidalZone
TidalZone
SamuderaPasifik
P . B r a s s
P . F a n i l d o
a r m y b a s e
w a t e r s t o r a g e
m a r i n a
c o t a g e
b u s i n e s s & d e f e n c e a i r t r i p
h e l i p a d
h a n g g a r
s
p
o
rt
c
e
n
tre
amusementcentre
m
a i n
o f f ic e
RENCANA
PENGEMBANGAN
KEGIATAN DI GUGUS
PULAU MAPIA
ECO-TOURSM &
AMUSEMENT CENTER
INFRASTRUKTUR YANG
DIPERLUKAN:
1.Lapangan Terbang
2.Marina
3.Penampungan Air Bersih
4.Water Front Cottages dan
Hotel
5.Amusement Center
6.Sport Center