SlideShare a Scribd company logo
1 of 175
Download to read offline
Lampiran - 1
Lampiran A
Survey dan Kajian Sisi Sediaan
1. Survey Umum Terhadap Karakteristik Daerah
Survey umum terhadap karakteristik daerah meliputi aspek kebijaksanaan,
geografi, kependudukan, dan lainnya. Karakteristik geografi secara Umum
mengenai Kabupaten atau Kota perlu disurvey untuk memberi gambaran
secara utuh mengenai daerah studi, sehingga dapat dijadikan landasan
untuk proses penditian dan analisis terhadap aspek-aspek terkait. Pada
dasarnya satu dokumen rencana komprehensif akan mengandung suatu
gambaran Umum dari informasi daerah sebagai salah satu landasan
perencanaan. Komponen karakteristik daerah yang disurvey adalah:
a. Lokasi.
b. Lingkungan alam.
c. Sejarah daerah.
d. Pola sosial budaya dan ekonomi.
e. Pola tata guna lahan.
f. Kualitas lingkungan.
Pengkajian tertiadap peta daerah dan kunjungan lapangan ke lokasi objek
dan daya tarik wisata merupakan tahapan yang perlu dilakukan untuk mem-
peroleh gambaran terhadap kondisi eksisting lapangan. Sementara untuk
data-data dasar sebagian besar sudah tersedia pada pihak pemerintah,
Universitas dan berbagai lembaga lainnya dalam bentuk laporan atau peta.
Namun, demikian ketersedlaan data ini sangat bervariasi dari satu daerah ke
daerah lainnya. Pada kebanyakan kasus yang terjadi, kekurangan data
merupakan salah satu faktor penghambat pelaksanaan studi. Salah satu
cara untuk menutupi kekurangan data tersebut dapat dilakukan estimasi
berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan atau dengan membaca
berbagai literatur geografi dan sejarah mengenai daerah studi.
a. Lokasi
Lokasi daerah studi harus dipetakan terhadap negara secara keselu-
ruhan maupun terhadap provinsi. Lokasi daerah merupakan pertim-
bangan penting untuk pengembangan parMsata, dengan lokasi dapat
diketahui jarak derah tertiadap pasar potensial utama atau daerah yang
telah memiliki pariwisata yang berkembang dengan baik, seperti Bali.
Hal ini merupakan salah satu masukan bagi analisis pasar, karena
peluang pasar dapat diidentifikasi dengan Jelas. Selain itu, lokasi juga
merupakan bahan pertimbangan bagi penentuan jalur wisata dari
produk wisata yang akan dikembangkan baik jalur wisata internal dalam
kabupaten atau kota maupun Jalur wisata untuk daerah yang lebih luas
(misalnya : antar kabupaten atau provinsi).
Lampiran - 2
b. Lingkungan Alam
1- Iklim
Pola iklim daerah meliputi : curah hujan, temperatur, kelembaban,
pencahayaan sinar matahari, kabut, kecepatan dan arah angin,
dan variasi musim. Iklim dapat mempengaruhi pengembangan pa-
riwisata yang akan dilakukan, misalnya saja dengan jumlah hari
hujan yang tinggi menyebabkan tidak memungkinkan untuk pe-
ngembangan lapangan golf. Iklim ini perlu dipetakan dengan jelas
dalam dokumen RIPPDA untuk mengantisipasi tindakan-tindakan
yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.
Topografi yang merupakan karaktenstik permukaan bumi meliputi
konfigurasi tanah, kemiringan, ketinggian dan jenis permukaan
(misal : danau, rawa dan sungai) perlu dipetakan. Pada RIPPDA
Kabupaten/Kota, perencanaan yang dilakukan sudah bersifat
mendetail, sehingga aspek penentuan lokasi merupakan pertim-
bangan penting dalam pengembangan pariwisata. Pengembangan
pariwisata tidak mungkin dilakukan pada daerah yang sering
mengalami longsor atau banjir, sehingga dengan acuan ini dapat
diketahui mana daerah-daerah yang memang memiliki kelayakan
untuk pengembangan kawasan wisata di daerah bersangkutan.
Kehidupan satwa liar dan vegetasi hutan berdasarkan jenis, dan
lokasinya perlu diindikasikan. Jarak dari habitat satwa liar maupun
kawasan lindung perlu dipertimbangkan untuk pengembangan pa-
riwisata, sehingga pengembangan pariwisata yang akan dilakukan
tidak mengganggu atau merusak proses konservasi yang sedang
dilakukan. Namun, juga sebaliknya kehidupan satwa liar dan ve-
getasi ini dapat juga menjadi daya tarik wisata yang dapat dijual,
dengan syarat dikelola dengan baik memperhatikan prinsip-prinsip
periindungan.
2- Pantai dan Laut
Karakteristik pantai dan laut yang perlu disurvey meliputi lokasi
dan karakteristik pantai, terumbu karang, kehidupan bawah laut,
kandungan sumber daya alam, pasang surut, formasi karang dan
perikanan. Permasalahan konservasi laut perlu diinvestigasi dan
diungkapkan dengan jelas, sehingga pengembangan pariwisata
tidak merusak proses konservasi yang dilakukan. Bila hal tersebut
terjadi maka pengembangan pariwisata di kawasan pantai dan
laut yang akan menimbulkan kerusakan tingkungan akan dimini-
malkan.
Lampiran - 3
3- Geologi
Karakteristik geologi merupakan pertimbangan penting dalam pe-
ngembangan pariwisata. Kesesuaian antara pengembangan pari-
wisata dengan jenis batuan atau kandungan mineral yang dimiliki
merupakan satah satu pertimbangan penting. Namun, di lain pihak
terdapat sungai-sungai bawah tanah dan gua Juga memberi
peluang untuk mengembangkan produk wisata, seperti caving
yang saat ini memiliki pasar yang sedang berkembang.
4- Sumber Daya Alam
Beberapa daerah memiliki potensi sumber daya alam yang cukup
balk, misalnya saja suatu daerah memiliki potensi pengembangan
peitanian atau perkebunan, atau minyak bumi. Potensi tersebut
perlu dlpertimbangkan karena apabila manfaat yang dihasilkan
lebih tinggj dan pengembangan pariwisata, maka daerah tersebut
tidak dikembangkan pariwisata.
c. Sejarah Daerah
Pengetahuan mengenai sejarah daerah penting, karena dalam peren-
canaan pariwisata banyak sekali aspek sejarah yang merupakan daya
tarik wisata, seperti bangunan-bangunan bersejarah, candi, bentuk arsi-
tektur rumah penduduk, dan kerajinan tangan. Sejarah suatu daerah
mempengaruhi sistem sosial budaya dari penduduk setempat dan sikap
terhadap pengembangan pariwisata itu sendiri. Sejarah mengenai
daerah studi perlu diungkapkan dan dijadikan bahan pertimbangan
dalam analisis perencanaan pariwisata dan formulasi rencana.
d. Pola Sosial Budaya dan Ekonomi
1- Karakteristik Populasi/Penduduk
Distribusi populasi penduduk merupakan pertimbangan penting
dalam setiap pembangunan. Hal ini dapat disajikan dalam bentuk
gambar atau tabel mengenai populasi penduduk masa lalu dan
eksisting. Selain itu proyeksi penduduk juga perlu dikaji. Kelompok
umur penduduk dapat menunjukkan angkatan kerja yang ada di
daerah disertai dengan jenis kelaminnya dan pendidikan.Sehingga
dapat diketahui berapa besar potensi tenaga kerja yang dimitiki.
2- Kebudayan dan Adat Istiadat
Pola budaya masyarakat perlu diidentifikasi dengan jelas, hal ini
meliputi : struktur sosial, sistem nilai, gaya hidup dan sikap. Pada
daerah Kabupaten/Kota baik itu Kabupaten maupun Kota
karakteristik pola budaya daerah. Umumnya dapat dikategorikan
seragam, namun pada daerah-daerah yang luas atau perkotaan
polanya dapat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya.
Lampiran - 4
Selain itu nilai-nilai religius yang berlaku juga perlu diperhatikan,
Umumnya di sebagian besar wilayah Indonesia yang didominasi
deh penduduk beragama Islam terdapat pantangan terhadap
minuman beralkohol atau daging babi. Hal ini perlu diperhatikan
agar benturan-benturan yang akan terjadi dengan adanya pe-
ngembangan pariwisata dapat diantisipasi sedini mungkin. Tarian,
musik, drama, upacara adat, kerajinan, pakaian daerah dan hasil
seni merupakan bagian dari pola budaya masyarakat yang dapat
merupakan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan
3- Profil Ekonomi
Profil ekonomi daerah perlu diidentifikasi dengan jelas. Hal ini me-
liputi produk domestik bruto, tingkat pendapatan, jenis dan nilai
ekspor dan impor dan pendapatan asli daerah. Keterkaitan antara
pariwisata dengan ekonomi. daerah secara keseluruhan perlu di-
ungkapkan, sehingga besarnya sumbangan sektor pariwisata dan
sektor-sektor lain terhadap pendapatan asli daerah dapat
diketahui.
Pertumbuhan ekonomi daerah perlu diungkapkan disertai dengan
proyeksi pertumbuhan masa mendatang. Daerah-daerah yang be-
lum memililki perkembangan ekonomi dengan baik dapat diketahui
untuk memungkinkan pengembangan sektor pariwisata di daerah
yang tidak memiliki sektor altematif penghasil pendapatan daerah.
e. Pola Tata Guna Lahan
Dalam penyusunan RIPPDA Kabupaten, pola tata guna lahan daerah
secara umum perlu diidentifikasi, lahan pertanian, industri, perkebunan,
hutan lindung, pernukiman dan jalur transportasi dipetakan dengan
baik. Pada perencanaan RIPPDA Kota, pemetaan yang dilakukan
dapat bersifat lebih detail, sehingga dalam pengembangan pariwisata
peruntukan pengembangan yang akan dilakukan dapat dengan jelas
ditentukan dan dipilih.
Kepemilikan lahan juga dapat merupakan pertimbangan untuk pemi-
likan kawasan pengembangan pariwisata daerah. Lahan yang ada da-
pat dimiliki oleh perorangan, adat, institusi atau pemerintah. Informasi
ini dapat menentukan pengembangan yang akan dilakukan.
f. Kualitas Lingkungan
Kualitas lingkungan dari daerah studi terutama pada kawasan wisata
eksisting dan yang akan dikembangkan merupakan pertimbangan pen-
ting sebagai daya tarik bagi wiisatawan maupun bagi penduduk lokaL
Komponen dari kualitas lingkungan yang perlu dikaji cukup banyak,
namun dalam pelaksanaan studi komponen yang dikaji tersebut dapat
bervariasi sesuai dengan kondisi daerah atau sudah tercakup dalam
Lampiran - 5
pembahasan lain. Komponen kualitas lingkungan yang perlu dipertim-
bangkan, secara tengkap adalah sebagai berikut :
1- Kualitas udara,
2- Kualitas air bersih (air minum),
3- Kualitas air permukaan,
4- Kualitas air bawah tanah,
5- Tingkat kebisingan,
6- Tingkat Kebersihan lingkungan umum,
7- Kualitas lansekap,
8- Desain bangunan dan pemeliharaannya,
9- Desain perkotaan,
10- Rambu-rambu,
11- Pola tata guna lahan dan jaringan transportasi,
12- Tingkat kemacetan,
13- Ruang terbuka,
14- Taman dan kawasan lindung,
15- Pemandangan alam,
16- Penyakit.
g. Survey Kelembagaan
Survey elemen kelembagaan dalam proses perencanaan meliputi
pengkajian terhadap kebijakan dan rencana pengembangan, kebijakan
investasi daerah, ketersediaan modal, peraturan daerah yang berkaitan
dengan pariwisata dan kebijakan pembangunan daerah lainnya. Peneli-
tian pada tahapan ini merupakan input dalam analisis perencanaan, for-
mulasi kebijakan dan rencana, dar rekomendasi. Survey kelembagaan
ini dapat meliputi kajian terhadap dokumen-dekumen yang ada dan dis-
kusi dengan pihak pemerintah dan swasta sebagai pelaku di lapangan.
h. Kebijakan Pembangunan dan Rencana Eksisting
Hampir seluruh Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia telah memiliki do-
kumen-dokumen mengenai perencanaan daerahnya masing-masing.
Bentuk dokumen ini dapat bersifat perencanaan jangka panjang mau-
pun jangka pendek, daerah secara keseluruhan maupun kawasan-ka-
wasan terpilih, dan terkadang dalam dokumen tersebut juga tercakup
sektor pariwisata. Selain di daerah bersangkutan, pada tingkatan yang
lebih tinggi, seperti tingkat Provinsi atau Nasional juga terdapat doku-
men-dokumen yang berkaitan dengan daerah studi. Oleh karena itu
informasi ini perlu dikaji dengan baik karena hal ini akan mempengaruhi
formulasi kebijakan pariwisata yang akan diambil. Selain itu pada
kondisi sebaliknya ternuan yang diperoleh di lapangan dapat menjadi
masukan terhadap kebijakan yang sudah ada.
Sangat dimungkinkan pemerintah daerah ataupun pemerintah yang
berada di atasnya telah memiliki program pembangunan dalam sektor
pariwisata yang akan dilaksanakan daerah studi, hal ini merupakan
bahan masukan penting dalam perencanaan pariwisata yang dilakukan.
Lampiran - 6
Pembangunan jaringan jalan, bandar udara, perluasan industri dan ren-
cana-rencana lainnya akan turut mempengaruhi pengambil keputusan
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil.
i. Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi dalam proyek pembangunan di daerah merupakan
salah satu pertimbangan penting dalam perencanaan pariwisata. Pe-
ngembangan pariwisata akan berhasil bila tercipta iklim investasi yang
baik di daerah. Jenis penanaman modal dan adanya insentif meru-
pakan informasi penting untuk mendorong investor menanamkan mo-
dalnya di daerah.
Dalam proses selanjutnya, RIPPDA Kabupaten/Kota ini juga memberi-
kan rekomendasi penting mengenai kebijakan investasi yang perlu di-
ambil oleh Pemda untuk lebih mendorong investasi, sehingga pengem-
bangan pariwisata dapat terlaksana dengan baik. Ketersediaan sumber
dana di daerah untuk pengembangan pariwisata juga merupakan hal
penting yang perlu dipertimbangkan, karena pembangunan infrastruktur
merupakan kewajiban pemerintah yang perlu diberikan jika pariwisata
daerah ingin berhasil. Sebagai contoh untuk pembangunan kawasan
wisata atau hotel diperlukan ketersediaan infrastruktur jalan, listrik, dan
air bersih yang seluruhnya perlu disediakan oleh pemerintah.
j. Peraturan yang Berkaitan dengan Pariwisata
Jika pariwisata telah ada dan berkembang di suatu daerah, kemung-
kinan besar daerah tersebut telah memiliki peraturan-peraturan pariwi-
sata. Peraturan ini perlu dikaji untuk melihat kesesuaiannya dengan pe-
ngembangan yang akan dilaksanakan. Peraturan mengenai hotel, biro
perjalanan, pemandu wisata merupakan aspek-aspek penting yang
perlu dipertimbangkan. Dan tidak hanya itu peraturan-peraturan daerah
yang berkaitan secara tidak langsung pun perlu dipertimbangkan de-
ngan baik, misalnya : pola guna lahan, pengaturan tinggi bangunan dan
arsitekturnya, merupakan masukan untuk menentukan pengembangan
pariwisata selanjutnya. Bila terdapat ketidaksesuaian dengan pengem-
bangan yang akan dilakukan, akan sangat mungkin diberikan rekomen-
dasi untuk melakukan modifikasi terhadap peraturan-peraturan terse-
but.
k. Pendidikan Pariwisata dan Program Pelatihan
Daerah yang memiliki sektor pariwisata yang tetah berkembang biasa-
nya memiliki lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata. Lembaga
atau badan, seperti ini perlu disurvey dan dievaluasi sebagai bahan
pertimbangan perencanaan sumber daya manusia daerah yang me-
rupakan salah satu komponen perencanaan pariwisata. Pendidikan dan
pelatihan ini dapat mencakup bidang perhotelan dan, restoran, peman-
du wisata, perencanaan, pemasaran dan penelitian.
Lampiran - 7
2. Survey dan Kajian Aspek-Aspek Sediaan / Produk Wisata
a. Survey Objek dan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata merupakan dasar dari pengembangan pariwisata, hal
ini merupakan elemen penting dalam produk pariwisata. Tanpa adanya
faktor daya tarik yang substansial, pariwisata yang berorientasi untuk
kesenangan atau untuk berlibur tidak memungkinkan dikembangkan.
Meskipun demikian masih ada peluang-peluang lain, misalnya saja per-
jalanan bisnis, dinas pemerintah, tonferensi, keagamaan dan berbagai
maksud perjalanan wisata lainnya.
Umumnya dalam menganalisis dan memilih objek dan daya tarik wisata
yang akan dikembangkan perlu melihat potensi pasar wisata eksisting.
Objek dan daya tarik wisata yang akan dikembangkan harus sesuai de-
ngan target pasar yang dimiliki. Kesesuaian antara kedua faktor akan
menghasilkan keberhasilan dalam pengembangan pariwisata. Jenis
daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah akan menentukan jenis pasar
sasaran dan promosi pariwisata yang akan dilakukan. Permintaan pa-
sar yang ada akan menentukan jenis daya tarik yang akan dikembang-
kan.
Pendekatan penting yang dapat dilakukan adalah mengkaitkan kompo-
nen daya tarik yang dimliki dengan kegiatan wisata yang mungkin
dilakukan. Komponen tersebut secara tersendiri dapat saja merupakan
sebuah daya tarik yang dapat dijual dan dikembangkan, sehingga daya
tarik wisata perlu dievaluasi dan diidentifikasi untuk mempertimbangkan
peluang kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di daerah.
Untuk melakukan survey dan evaluasi dari daya tarik wisata, maka
akan sangat penting untuk memahami jenis objek dan daya tarik yang
perlu dipertimbangkan dalam pariwisata. Hal ini terutama dilakukan
dalam fungsi analisis. Konsep umum dari jenis daya tarik yang telah
lama dikenal adalah daya tarik alam yang biasanya berbentuk, pantai,
danau, laut, iklim, hutan, lansekap alam, pemandangan dan bentuk-
bentuk lainnya.
Objek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan dengan berbagai
cara. Sistem umum dari pengelompokkan yang sering dipakai adalah :
1- Objek dan daya tarik alam, yang berbasiskan segala pada ling-
kungan alam.
2- Objek dan daya tarik budaya, yang berbasiskan pada kegiatan
manusia.
3- Objek dan daya tarik khusus, yang biasanya dibuat secara khusus
oleh manusia untuk menarik kunjungan wisatawan.
Lampiran - 8
1- Objek dan Daya Tarik Alam
a- lklim
Suhu udara yang hangat, cahaya matahari, dan iklim kering,
seringkali dipertimbangkan sebai kondisi yang disukai oleh
wisatawan terutama wisatawan yang berasal dari daerah
musim dingin. Kondisi ini seringkali dikaitkan dengan daya
tarik pantai, laut dan gunung yang memberi peluang kepada
wisatawan untuk melakukan rekreasi. Iklim sebagai daya ta-
rik menyebabkan perlu dilakukannya konservasi terhadap ik-
lim tersebut dengan melakukan pengendalian terhadap polu-
si udara.
Perubahan iklim di suatu daerah perlu dipertimbangkan da-
lam mengevaluasi iklim sebagai daya tarik. Iklim yang di-
inginkan (misalnya : iklim kering) yang panjang merupakan
keunggulan suatu hal yang patut untuk dipertimbangkan, se-
hingga investasi yang ditanarnkan dalam bentuk fasilitas pe-
layanan dan infrastruktur dapat dimaksimalkan. Evaluasi mu-
sim merupakan dasar pertimbangan bagi peluang sumber
daya wisata yang dimiliki dan target pasar untuk memper-
panjang musim kunjungan ke daerah bersangkutan. Pada
musim panas memungkinkan kunjungan wisatawan yang le-
bih banyak dibandingkan musim hujan.
b- Pemandangan Alam
Pemandangan alam yang indah dapat menjadi motivasi uta-
ma bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat, khu-
susnya bila daerah tersebut telah memiliki konservasi terha-
dap tempat tersebut. Konservasi yang dilakukan menyebab-
kan kebersihan dan karakter alam dari lingkungan tersebut
dapat dijaga dan dipertahankan. Daya tarik lansekap perke-
bunan teh di Puncak, Jawa Barat atau hamparan persawah-
an merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Dengan pemandangan alam yang indah, dapat dikembang-
kan berbagai jenis aktivitas wisata, misalnya saja piknik, ber-
kemah, pendakian gunung atau sebagai tempat peristirahat-
an selama perjalanan. Sementara pemandangan alam yang
indah yang memiliki jarak cukup jauh dapat dikembangkan
wisata adventure dengan aktivitas, seperti panjat tebing,
arung jeram dan penjelajahan alam. Pemandangan alam
yang memiliki daya tarik cukup tinggj perlu dilindungi dengan
pengembangan taman-taman nasional, sehingga pemba-
ngunan yang terjadi di kawasan tersebut dapat dikendalikan
Lampiran - 9
c- Pantai dan Laut
Pantai dan laut umumnya diasosiasikan dengan aktivitas re-
nang, selancar, berjemur, perahu, ski air, penyelaman, man-
cing dan berbagai aktivitas air lainnya. Komponen ini meru-
pakan daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan rekreasi
atau relaksasi atau bahkan minat khusus, seperti olah raga
selam. Potensi, seperti ini banyak sekali dimiliki daerah-
daerah di Indonesia. Dengan kombinasi suhu dan iklim yang
mendukung potensi ini sangat layak untuk dikembangkan.
Namun, tidak lupa yang perlu diperhatikan adalah proses
pertindungan tertiadap kawasan tersebut, sehingga daya
tarik yang dimilikj dapat tetap dijaga kelestariannya dan
dapat dipertahankan secara jangka panjang.
d- Flora dan Fauna
Flora dan fauna yang tidak dimiliki oleh daerah lain dapat
merupakan daya tarik penting bagi suatu daerah, terutama
bila dipadukan dengan pemandangan alam yang indah. Bu-
nga Raflesia, Anggrek Hutan, Komodo, Anoa dan jenis lain-
nya merupakan daya tarik yang kuat, yang dapat dijual kepa-
da wisatawan. Setiap daerah dapat mengidentiffkasi potena
flora dan fauna yang dimiliki. Pada beberapa kondia jumlah
fauna yang berlebihan di suatu tempat memungkinkan dae-
rah untuk niengembangkan wisata buru dengan pengen-
dalian yang ketat dari pemerintah.
Pada beberapa kasus, pariwisata sebagai salah satu faktor
pendukung dilakukannya periindungan terhadap flora dan
fauna dapat dijadikan suatu justifikasi. Kepunahan hewan-
hewan langka akibat ulah manusia, menjadikan pariwisata
sebagai alasan rasional untuk melakukan pertindungan. Ke-
bun binatang, akuarium dan taman tumbuh-tumbuhan yang
memiliki spesies khusus bila dikelola dan dikembangkan de-
ngan baik dapat merupakan daya tarik kuat untuk pengem-
bangan pariwisata.
e- Lingkungan Alam Khusus
Lingkungan alam khusus, seperti pegunungan, formasi geo-
logi khusus, gua, geysers, mata air panas dan aktivitas gu-
nung berapi medium merupakan daya tarik bagi wisatawan
minat khusus atau wisatawan Umum lainnya. Pengembang-
an spa dengan adanya mata air panas dengan mempertim-
bangkan aspek pasar merupakan peluang pengembangan
pariwisata, seperti yang sudah dilakukan di beberapa Kabu-
paten/Kota. Pegunungan Jayawijaya di Irian Jaya merupa-
kan daya tarik tersendiri bagi wisatawan minat khusus yang
Lampiran - 10
ingin menaklukan pegunungan tersebut, dan bagi beberapa
daerah potensi-potensi ini dapat menjadi sumber penda-
patan daerah.
f- Taman Nasional dan Kawasan Lindung
Seperti telah diungkapkan sebelumnya dalam flora dan fau-
na, beberapa jenis spesies yang ada perlu mendapat perlin-
dungan khusus karena jumlahnya yang semakin terba-tas.
Biasanya untuk melakukan periindungan, dibentuk atau di-
tetapkanlah kawasan lindung di mana habitat berada. Ada-
nya taman nasional dan kawasan lindung ini perlu untuk di-
survey dan dievaluasi sebagai salah satu daya tarik wisata.
Bila dampak pengembangan pariwisata tidak mengganggu
proses perlindungan yang dilaksanakan maka pertimbangan
kawasan tersebut sebagai daya tarik dapat dilakukan. Na-
mun, sebaliknya RIPPDA juga perlu untuk merekomenda-
sikan untuk metindungi suatu kawasan dan berbagai jenis
kegiatan bila didalamnya terdapat spesies hewan atau tum-
buhan yang dilindungi meskipun sebelumnya bdum terdapat
dokumen yang mengaturnya.
Tim perencana perlu mengkaji kriteria dan standar yang dite-
tapkan pada taman atau kawasan lindung yang sudah ada.
Hal ini selanjutnya diaplikasikan dalam proses perencanaan.
Evaluasi fasilitas taman nasional dan kawasan lindung seba-
gai daya tarik perlu menekankan konsep bahwa wisatawan
yang datang perlu diberi pendidikan tentang konsep perlin-
dungan alam, sehingga diharapkan secara sadar mereka
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
g- Pariwisata Kesehatan
Umumnya lingkungan alam juga banyak dimanfaatkan untuk
pariwisata kesehatan. Mata air panas, kebersihan udara atau
daya tarik alam lainnya memiliki fungsi kesehatan yang
dapat dijual kepada wisatawan. Spa merupakan salah satu
bentuk produk wisata yang ditawarkan kepada pasar.
2- Objek dan Daya Tarik Budaya
a- Kawasan Budaya, Sejarah dan Arkeologis
Kawasan budaya, sejarah dan arkeologis termasuk di dalam-
nya monumen-monumen nasional, gedung-gedung berseja-
rah, gereja, candi, mesjid dan tempat berlangsungnya peris-
tiwa sejarah merupakan daya tarik utama di sebagian besar
daerah di Indonesia. Daya tarik ini diperuntukan untuk dilin-
Lampiran - 11
dungi, sehingga pariwisata yang dikembangkan harus sesuai
dengan peran yang diemban oleh kawasan ini.
b- Budaya Daerah
Budaya daerah, tradis dan gaya hidup yang berbeda di se-
tiap daerah merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan
untuk berkunjung. Budaya daerah ini termasuk di dalamnya
kepercayaan, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan
kepercayaan agama biasanya dikaitkan; dengan kehidupan
pedesaan atau pedalaman. Meskipun hal ini merupakan
daya tarik bagi wisatawan namun perlindungan terhadapnya
perlu dilakukan, sehingga kebudayaan yang ada dapat
dilestarikan dan tetap terjaga. Selain itu permasalahan akibat
kontak sosial penduduk setempat dengan wisatawan dapat
diantisipasi dengan baik.
c- Aktivitas Ekonomi
Bentuk daya tarik budaya lainnya adalah aktivitas ekonomi
masyarakat, seperti : proses pemetik teh, pembuatan batik,
proses pengolahan lahan, nelayan tradisional dan teknik
agribisnis. Selain itu pasar tradisional yang ada di berbagai
daerah di Indonesia juga merupakan daya tarik yang dapat
dijual kepada wisatawan. Hal ini tidak memeriukan investasi
agar dapat dinikmati oleh wisatawan.
d- Kawasan Perkotaan
Variasi arsitektur yang dimiliki oleh kawasan perkotaan me-
rupakan daya tarik budaya yang ditawarkan. Bangunan ber-
sejarah, pusat kota, fasilitas perdagangan, restoran, taman
dan kehidupan malam merupakan daya tarik bagi banyak
wisatawan. Bentuk pengelolaan potensi pariwisata ini adalah
dengan mengembangkan wisata kota dengan mengajak wi-
satawan untuk berkunjung ke tempat-tempat menank di ka-
wasan perkotaan. Eksplorasi oleh wisatawan terhadap ber-
bagai daerah tanpa pemandu merupakan altematif menarik
yang ditawarkan. Biasanya hal ini dilakukan dengan menye-
diakan fasiiitas transportasi khusus dengan mengunjungi
tempat-tempat tersebut atau dengan menjual buku-buku
petunjuk wisata perkotaan kepada wisatawan.
e- Museum dan Fasilitas Budaya Lainnya
Biasanya di suatu daerah terdapat berbagai jenis museum.
Arkeologi, sejarah, alam, kerajinan dan seni, ilmu penge-
tahuan, tekndogi dan industri, dan subjek-subjek lainnya me-
rupakan jenis-jenis museum yang ada. Pendirian museum ini
Lampiran - 12
pada awalnya adalah untuk konsumsi masyarakat lokal, na-
mun kemudian berkembang untuk wisatawan pada umum-
nya. Selain itu pusat-pusat budaya, seperti galeri dan toko
antik, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
f- Festival Budaya
Festival budaya yang biasanya dimasukkan ke dalam
calendar of event, merupakan daya tarik yang bemilai tinggi
bila dikelola dengan baik. Tradisi lokal dan kesenian dapat
merupakan daya tarik utama.
g- Kesukuan, Agama dan Nostalgia
Pada beberapa daerah khusus, faktor suku, agama dan
nostalgia perlu dipertimbangkan sebagai salah satu alasan
mengapa wisatawan melakukan suatu perjalanan, sehingga
suatu daya tarik tertentu dapat diasosiasikan untuk dapat
menarik segmen pasar tertentu. Sebagai contoh perjalanan
Lebaran yang sering dilakukan oleh sebagian besar bangsa
Indonesia. Ini merupakan potensi wisatawan nusantara bagi
daerah untuk dapat dimanfaatkan.
Sementara untuk wisman banyak perjalanan nostalgia yang
dilakukan oleh orang-orang Belanda yang ingin mengenang
perang dunia baik yang dilakukan oleh orang-orang veteran
atau pun keluarga yang ingin mengunjungi kuburan atau
bekas tempat tinggal orang tua mereka.
3- Objek Dan Daya Tarik Khusus
Jenis objek dan daya tarik khusus, secara khusus tidak berkaitan
langsung dengan daya tarik alam maupun budaya. Jenis daya
tarik ini sengaja dibuat untuk menarik wisatawan.
a- Taman Ria dan Sirkus
Taman ria umumnya bertemakan sejarah, petualangan, fan-
tasi, orientasi masa depan atau kombinasi aspek-aspek ter-
sebut ditawarkan kepada wisatawan dalam bentuk penga-
laman, tontonan, belanja atau tunggangan. Taman ria yang
sudah dikenal di Indonesia ini adalah Dunia Fantasi di Ancol
Jakarta. Pengembangan taman-taman, seperti ini telah
menjadi salah satu trend untuk menarik wisatawan datang ke
suatu tempat.
Dalam menarik pasar dan penghasilan, suatu taman ria da-
pat berhasil, seperti apa yang terjadi di Disneyland Amerika,
namun seringkali mengalami kegagalan, sehingga dalam
proses perencanaan, perlu melakukan analisis kelayakan
Lampiran - 13
ekonomi dengan baik dan mendalam. Selain taman ria yang
bersifat permanen dimungkinkan pula pengembangan taman
atau event-event yang bersifat temporer, misalnya : pameran
perdagangan atau pun sirkus yang berkeliling. Namun, di In-
donesia, khususnya kabupaten/kota hal ini belum berkem-
bang dengan baik, sehingga belum mampu untuk menarik
kunjungan wisatawan ke daerah. Hanya kota-kota besar saja
yang mampu untuk mengembangkan objek dan daya tarik
wisata ini.
b- Belanja
Belanja merupakan aktivitas signifikan bagi wisatawan untuk
mengeluarkan uang yang dimilikinya. Hal ini perlu dipertim-
bangkan dalam perencanaan pariwisata baik sebagai daya
tarik maupun sebagai bagian dari pelayanan. Wisatawan Je-
pang terkenal sebagai wisatawan yang memiliki tingkat be-
lanja cukup tinggi terhadap barang-barang yang ditawarkan
untuk kemudian di bawa kembali ke negaranya.
Pada beberapa kota, pengembangan pusat-pusat perbelan-
jaan dapat menarik kunjungan wisatawan ke kota tersebut.
Berbagai jenis barang ditawarkan dengan harga kompetitif
dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Selain di per-
kotaan, hasil kerajinan dan seni di daerah juga dapat diper-
timbangkan sebagai daya tarik. Hal ini dapat merupakan
sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat.
c- Pertemuan, Konferensi dan Konvensi
Konferensi, kursus, seminar, pertemuan dan pelatihan dapat
merupakan salah satu daya tarik yang ditawarkan kepada
wisatawan. Saat ini telah banyak kota maupun daerah yang
berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan hal tersebut. Hal
ini didukung dengan fasilitas pertemuanyang disediakan oleh
hotel di suatu daerah. Hampir semua daerah memiliki poten-
si ini dan dapat dikembangkan.
Pengembangan potensi ini tentu saja disertai berbagai per-
timbangan. Salah satu pertimbangan yang umumnya diambil
adalah adanya objek dan daya tarik lain yang bersifat kom-
plementaritas bagi peserta pertemuan yang akan diadakan.
Kunjungan mereka ke suatu tempat biasanya disertai de-
ngan kunjungan ke objek dan daya tarik wisata, berekreasi,
belanja dan hiburan. Selain itu aksesibilitas ke daerah ter-
sebut haruslah memadai, terutama untuk pertemuan skala
besar, karena dengan aksesibilitas yang baik dari semua
daerah pertemuan yang diadakan dapat dilakukan lebih
Lampiran - 14
efisien bila dibandingkan daerah yang kurang memiliki
aksesibilitas yang baik.
Peluang ini patut diperhatikan oleh setiap daerah dengan
melakukan evaluasi untuk menentukan kelayakan ekonomi
dan pasar yang akan dipilih serta fasilitas yang akan dikem-
bangkan. Standar-standar fasilitas pertemuan perlu dikaji un-
tuk menghasilkan kesesuaian dengan permintaan yang ada.
d- Hiburan
Hiburan di suatu daerah merupakan daya tarik untuk dikem-
bangkan. Hiburan malam, seperti diskotik, pub dan restoran
di suatu kawasan wisata merupakan pelengkap dari daya
tarik wisata di suatu daerah. Pengembangan fasilitas ini ten-
tu harus mengacu pada norma-norma yang berlaku di dae-
rah, sehingga dalam pengembangannya nanti tidak terjadi
benturan-benturan yang tidak diharapkan.
Dalam perencanaan perlu ditentukan hiburan apa yang
sesual untuk dikembangkan dan di mana tempat yang sesuai
perlu ditentukan. Pada beberapa daerah, budaya daerah
dapat turut mendukung keberadaan daya tarik ini. Tarian
daerah disertai dengan nyanyiannya mungkin sesuai untuk
diadakan dalam sebuah pub. Hal ini akan banyak membe-
rikan wama terhadap pariwisata di daerah tersebut.
e- Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga
Fasilitas rekreasi dan olah raga umumnya merupakan kon-
sumsi bagi masyarakat lokal. Namun, pada beberapa kondisi
fasilitas rekreasi dapat merupakan suatu daya tarik utama
bagi setiap daerah. Pelaksanaan even-even olah raga baik
itu lokal, nasional dan terutama intemasional dapat mendo-
rong perlumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu daerah.
Even selancar, terjun payung, golf dan even-even lainnya
merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke
daerah tersebut. Potensi alam dapat merupakan suatu ke-
unggulan bagi daerah untuk mengembangkan everven olah
raga. Dengan ombak yang baik di suatu daerah dapat men-
dukung pelaksanaan even olah raga intemasional selancar.
Kondisi kandungan perikanan di lautan dapat menarik even
olah raga memancing. Tebing yang terjal dapat menarik
even olah raga memanjat tebing. Dan masih banyak potensi-
potensi lainnya yang dapat dikembangkan oleh daerah.
Dalam RIPPDA, potensi-potensi tersebut diungkapkan de-
ngan jelas, sehingga dapat dianalisis kegiatan olah raga apa
yang sesuai untuk dikembangkan di daerah. Hal ini disertai
Lampiran - 15
dengan target pasar yang dapat diraih dengan adanya
pengembangan pariwisata yang dilakukan.
f- Hotel dan Kawasan Wisata
Pada beberapa kasus hotel maupun suatu kawasan wisata
secara independen dapat berperan sebagai daya tarik wi-
sata. Hotel-hotel bersejarah dan aktivitas yang dapat dila-
kukan selama wisatawan tinggal dapat merupakan suatu
daya tarik tersendiri.
g- Moda Transportasi Spesifik
Fasilitas transportasi dapat merupakan daya tarik bagi wisa-
tawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Perjalanan dengan
kereta api tua di Ambarawa atau di perkebunan saat ini
merupakan objek wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.
Ataupun penyusuran sungai dengan kapal-kapal tradisional
juga merupakan daya tarik suatu daerah. Pemandangan dan
pengalaman selama perjalanan merupakan daya tarik uta-
ma. Dalam perencanaan kondisi ini perlu dievaluasi, se-
hingga dapat dijadikan suatu daya tarik yang cukup tinggi un-
tuk dapat ditawarkan kepada wisatawan.
b. Teknik Evaluasi Survey Daya Tarik Wisata
Daya tarik eksisting dan potensial dan suatu daerah harus secara
sistematis dan objektif diidentifikasi dan dievaluasi sebagai bagian dari
tahapan survey dan analisis dari proses perencanaan. Sementara pe-
milihan daya tarik yang akan dikembangkan dan konsep perencanaan
yang akan dilaksanakan untuk proses tersebut pada daya tarik tertentu
akan dilaksanakan pada tahapan formulasi.
1- Identifikasi dan Deskripsi Daya Tarik Wisata
Langkah pertama yang dilakukan dalam survey daya tarik wisata
adalah dengan melakukan penelitian secara seksama, wawancara
dengan pihak pemerintah, dan wawancara dengan narasumber
yang mengetahui seluk beluk objek dan daya tarik wisata yang
dimiliki oleh suatu daerah. Dari hasil langkah pertama ini maka ka-
tegori dari objek dan daya tarik wisata disertai dengan karak-
teristiknya merupakan informasi yang diperlukan untuk melakukan
evaluasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Selanjutnya survey terhadap objek dan daya tarik wisata dilaku-
kan, kemungkinan pada beberapa kasus kunjungan ini perlu
dilakukan beberapa kali karena adanya perbedaan karakteristik
berdasarkan waktu yang berbeda. Misalnya saja kunjungan di hari
libur dengan kunjungan di hari kerja akan menimbulkan fenomena
yang berbeda.
Lampiran - 16
Identifikasi dari dayatarik harus dilakukan secara sistematis de-
ngan mengindikasikan faktor-faktor pendukung dari suatu daya
tarik. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a- Nama objek wisata.
b- Jenis daya tarik.
c- Lokasi.
d- Aksesibilitas.
e- Karakteristik khusus.
f- Pengembangan yang sudah dilakukan.
g- Keunggutan yang dimiliki.
h- Permasalahan yang dihadapi.
Umumnya informasi ini disertai dengan foto-foto objek dan daya
tarik wisata sebagai pelengkap.
Dengan informasi di atas, dalam RIPPDA Kabupaten/Kota objek
dan daya tarik tersebut diplot dalam peta rencana, sehingga se-
lanjutnya dapat dianalisis peluang maupun kendala yang dimiliki.
Sistem transportasi dan potensi pengembangan daya tarik dapat
diketahui dengan baik bila disajikan dalam peta secara bersa-
maan. Selain itu daya tarik yang ada di daerah perlu dibandingkan
kemampuannya untuk menarik kunjungan wisatawan. Ada objek
dan daya tarik wisata yang memiliki skala intemasional, nasional,
provinsi atau bahkan lokal. Evaluasi ini dilakukan untuk meng-
identifikasi potensi pasar yang dimiliki, aksesibilitas, daya dukung
dan dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan yang akan
dilakukan. Aksesibilitas dapat merupakan pertimbangan penting.
Sebagai alat bantu dalam proses evaluasi biasanya digunakan
matriks penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata yang akan
dijelaskan pada subbab berikutnya. Hasil evaluasi akan menen-
tukan daya tarik mana yang akan diprioritaskan untuk dikembang-
kan sehingga dapat mendorong kunjungan wisatawan ke daerah.
Kemudian objek dan daya tarik mana yang akan dikembangkan
selanjutnya. Selain untuk meningkatkan. kunjungan wisatawan
pertimbangan lain yang perlu diambil adalah meningkatkan lama
tinggal atau bahkan pengeluaran wisatawan.
Jika di akhir evaluasi objek dan daya tarik wisata tidak cukup
mampu untuk menank kunjungan wisata, maka pengembangan
daya tarik tambahan perlu dipertimbangkan agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan tereebut umumnya
banyak berbentuk pengembangan objek dan daya tarik buatan
seperti fasilitas rekreasi, olah raga, belanja dan hiburan.
Lampiran - 17
2- Teknik Matriks Evaluasi
Matriks evaluasi adalah teknik yang banyak dilakukan dalam anali-
sis perencanaan. Hal ini dilakukan agar pendekatan evaluasi
pengambilan keputusan yang ditakukan dapat bersifat sistematis
dan objektif. Meskipun demikian teknik ini akan efektif bila input
informasi dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif dikaji berda-
sarkan pengembangan dan justifikasi tim perencanaan secara ke-
seluruhan. Justifikasi yang dilakukan bukan merupakan justifikasi
perorangan melainkan kelompok secsra keseturuhan atau bahkan
bila memungkinkan melibatkan steering committee. Pada Tabel
A.1 disajikan contoh dan matriks evaluasi yang dapat diaplikasikan
untuk mengevaluasi kepentingan pengembangan relatif dan
kelayakan pengembangan. Sekali lagi tabel tersebut hanya
merupakan contoh, kriteria lain dapat ditambahkan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan perencanaan yang akan dilakukan.
Dalam matriks di atas proses penilaian dapat dilakukan dalam
skala 1-5 atau 1-10 bergantung kesepakatan tim. Skala tersebut
menunjukkan tingkat positif dan setiap item evaluasi. Semakin
tinggi nilai dari setiap item, menunjukkan bahwa item yang
dievaluasi potensi yang dimiliki semakin baik. Misalnya saja
aksesibilitas, dengan nilai yang semakin tinggi maka aksesibilitas
ke objek dan daya tarik wisata tersebut semakin mudah. Begitu
pula dengan kriteria-kriteria yang lainnya.
3- Survey Fasilitas dan Pelayanan Wisata
Sebagai bagian dari tahapan survey dan evaluasi dari proses
perencanaan, setiap fasilitas dan pelayanan wisata perlu disurvey
dan dievaluasi dengan mempertimbangkan jenis, kesesuaian de-
ngan kondisi saat ini maupun masa mendatang dan jenis pemba-
ngunan pariwisata yang dilakukan. Survey dan evaluasi ini meru-
pakan dasar untuk rekomendasi perbaikan atau peningkatan yang
diperlukan dari fasilitas dan pelayanan yang ada. Pola lokasi fasi-
litas dan pelayanan wisata ini juga akan mempengaruhi formulasi
dari rencana fisik.
Standar untuk melakukan survey dan evaluasi harus ditetapkan
berdasarkan standar-standar intemasional atau yang telah ditetap-
kan oleh pemerintah. Salah satu pertimbangan utama dalam eva-
luasi adalah pertimbangan "reasonable" atau kesesuaian antara
nilai uang yang dibelanjakan pada fasilitas dan pelayanan wisata
dengan tingkat kualitas pelayanan yang diberikan.
Lampiran - 18
Tabel A.1 : Contoh Matriks Evaluasi Objek dan Daya Tarik Wisata
ODTW
Faktor Evaluasi
Nilai
Total
Keterangan
AksesibilItas
Kelayakan
Ekonomi untuk
Pengembangan
Dampak
Lingkungan
Akibat
Pengembangan
Dampak Sosial
Budaya Akibat
Pengembangan
Daya
Tarik Bagi
Pasar
Lokal
Daya
Tarik Bagi
Pasar
Provinsi/
Nasional
Alam
Objek A
Objek B
Dst.
Budaya
Objek F
Objek G
Dst.
Khusus
Objek P
Objek Q
Dst.
Lampiran - 19
Inventarisasi dan evaluasi dari fasilitas dan pelayanan perlu
disurvey, kadang-kadang survey sikap dari wisatawan terhadap
fasilitas dan pelayanan perlu dilakukan. Survey ini termasuk
wawancara dari hotel, agen perjalanan, restoran dan pihak-pihak
terkait lainnya. Wawancara ini memberikan informasi dari pasar
wisatawan eksisting yang merupakan masukan bagi survey pasar.
Rencana pengembangan jangka pendek perlu dipertimbangkan
sebagai bahan masukan bagi perencanaan jangka pendek.
a- Akomodasi
Pada kenyataannya banyak sekali jenis akomodasi yang
terdapat di suatu daerah. Meskipun terminologi dari berbagai
jenis fasilitas akomodasi muncul Namun batasan pasti sulit
sekali untuk diidentifikasi. Untuk kepentingan survey, analisis
dan perencanaan terminologi yang umumnya digunakan di
Indonesia adalah berdasarkan klasifikasi hotel berbintang
dan melati. Namun demikian jenis-jenisnya secara umum
dengan fungsinya adalah sebagai berikut:
1- Hotel kota, biasanya dimanfaatkan untuk wisatawan
bisnis, dinas maupun untuk berlibur.
2- Hotel konvensi, biasanya hotel ini diperuntukan sebagai
tempat penyelenggaraan pertemuan, konferensi dan
pelatihan, Namun tidak jarang juga dimanfaatkan oleh
wisatawan yang berlibur.
3- Hotel bandara, biasanya hotel diperuntukan sebagai
tempat transit sementara bagi pelaku perjalanan
sebelum mereka melanjutkan perjalanannya. Hotel Ini
berada di sekitar bandara.
4- Hotel yang berorientasi untuk menampung pelaku per-
jalanan yang memanfaatkan jalan raya untuk penga-
laman mereka. Hotel seperti ini biasanya berada di
kota-hota kecil sebagai tempat istirahat bagi mereka
yang sedang melakukan perjalanan jarak jauh.
5- Resort, jenis akomodasi ini memberikan fasilitas rekrea-
si yang beraneka ragam bagi tamunya. Akomodasi se-
perti ini biasanya terletak di daerah-daerah yang memi-
liki daya tarik wisata. Wisatawan yang berkunjung
umumnya adalah wisatawan yang berlibur.
Survey akomodasi ini dapat meliputi :
1- fasilitas yang dimiliki,
2- lokasi,
3- jumlah kamar,
4- kualitas pelayanan,
5- karakteristik khusus,
6- harga,
7- tingkat pengisian kamar,
8- lama tinggal dan variasi musim.
Lampiran - 20
Evaluasi yang dilakukan harus termasuk kondisi fisik, jenis
fasilitas dan pelayanan, kualitas pelayanan yang ditawarkan
kepada wisatawan. Pada beberapa kasus hotel-hotel yang
memiliki bentuk dan kualitas fisik yang baik memberikan pe-
layanan yang buruk kepada wisatawan, hal ini patut diper-
hatikan sebagai masukan dalam perencanaan pariwisata.
b- Agen Perjalanan Wisata
Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya agen yang
menawarkan program wisata lokal dan penanganan pelayan-
an kepada wisatawan merupakan sumber-sumber informasi
yang perlu dipertimbangkan. Pelayanan penjualan tiket pe-
nerbangan, kereta api, kapal laut dan bus, penyewaan ken-
daraan, reservasi hotel dan pelayanan wisata dalam maupun
luar negeri merupakan faktor-faktor yang perlu untuk dikaji.
Pada beberapa daerah kompetensi pemandu wisata dalam
menjelaskan objek dan daya tarik wisata, bahasa dan peng-
alaman merupakan masukan bagi dokumen perencanaan.
Paket wisata yang ditawarkan perlu dievaluasi untuk melihat
faktor tingkatan harga, program yang ditawarkan, kualitas
pelayanan, kehandalan pelayanan dan keamanan perja-
lanan. Hal ini berguna bagi tim perencana untuk pendekatan
yang dilakukan oleh pihak operator dalam melaksanakan
usahanya. Peraturan mengenai agen perjalanan wisata dan
pemandu wisata telah ditetapkan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
c- Makanan dan Minuman
Fasilitas restoran, rumah makan, bar, penjualan makanan
dan minuman memberi pola kepada pengembangan pari-
wisata daerah. Hal ini perlu dievaluasi dengan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
1) Jenis dan variasi makanan yang ditawarkan,
2) Kualitas pelayanan,
3) Value for money,
4) Tingkat kebersihan,
5) Daya tarik fisik dan kenyamanan yang diberikan,
6) Lokasi.
Untuk mernuaskan permintaan wisatawan secara normal,
maka daerah seharusnya memiliki kualitas makanan yang
baik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Makanan
khas daerah yang menarik dapat merupakan daya tarik pen-
dukung bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke dae-
rah akan memiliki pengalaman yang semakin baik bila ma-
kanan yang tersedia di daerah dapat memenuhi selera mere-
Lampiran - 21
ka. Makanan dan minuman khas daerah perlu dievaluasi ka-
rena memberikan dampak ekonomi bersifat langsung terha-
dap masyarakat setempat. Umumnya makanan dan minum-
an tersebut memiliki kandungan lokal yang cukup tinggi,
sehingga menimbulkan dampak ekonomik yang lebih besar
Survey yang dilakukan perlu mempertimbangkan ketersedia-
an makanan dan minuman khas daerah untuk mendukung
pengembangan pariwisata daerah. Bila perlu makanan-
makanan daerah lain diadopsi di daerah dengan tetap
memberikan ciri khas utama daerah bersangkutan.
d- Pusat Informasi Pariwisata
Informasi pariwisata umumnya disediakan oleh pemerintah
daerah, hotel maupun agen perjalanan. Lokasi dari pusat
informasi dan kandungan informasi yang dimiliki perlu disur-
vey dan dievaluasi untuk melihat kesesuaian lokasi, aksesi-
bilitas, kompetensi informasi, bahasa dan informasi pendu-
kung lainnya. Selain itu buku-buku petunjuk wisata yang
membahas daerah studi perlu dikaji untuk melihat kesesuai-
an antara informasi yang diberikan dengan kondisi di la-
pangan.
e- Fasilitas Belanja
Fasilitas belanja baik sebagai daya tarik utama maupun
pendukung perlu untuk disurvey dan dikaji secara menda-
lam. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah
mencari cenderamata untuk dibawa pulang ke tempat asal-
nya. Cenderamata ini bisa berbentuk kerajinan, hasil seni,
pakaian, dan perhiasan. Di lain pihak di beberapa tempat wi-
satawan juga mencari barang-barang umum terutama ba-
rang-barang yang memiliki harga murah, barang yang me-
reka beli antara lain tembakau, minyak wangi, elektronik dan
barang-barang lainnya. Selain barang-barang yang bersifat
cinderamata atau barang-barang umum yang dibawa pulang,
dalam survey juga perlu diperhatikan penyediaan barang-ba-
rang sehari-hari kebutuhan wisatawan sdama mereka mela-
kukan kunjungan. Film, koran, majalah, air minum, obat-obat
ringan merupakan fasilitas yang perlu disediakan di suatu
daerah. Evaluasi untuk fasilitas ini dilakukan berdasarkan je-
nis dari fasilitas, barang dan pelayanan yang diberikan. Se-
lain itu lokasi, aksesibilitas dan harga juga merupakan faktor-
faktor yang perlu dikaji.
Lampiran - 22
f- Penukaran Uang dan Bank
Fasilitas penukaran uang untuk pariwisata intemasional
mutlak diperlukan. Umumnya mereka membawa jumlah
mata uang Rupiah yang terbatas, sementara pembayaran
yang mereka lakukan adalahdalam rupiah, sehingga fasilitas
ini menjadi penting bagi pengembangan pariwisata, dan ini
perlu dikaji berdasarkan lokasi, jenis dan kualitas pelayan-
annya. Umumnya fasilitas seperti ini berada pada daerah-
daerah umum seperti bandara, setasiun kereta api, terminal,
dan pertokoan. Kemampuan fasilitas ini untuk dapat mene-
rima berbagai mata uang dan kartu kredit juga harus dikaji
dan dievaluasi. Umumnya wisatawan yang berkunjung eng-
gan membawa uang dalam bentuk cash, mereka lebih me-
nyenangi membawa kartu kredit yang lebih aman. Tuntutan
seperti perlu disediakan oleh Daerah dengan melihat
kesesuaiannya dengan pasar wisatawan yang ada. Fasilitas
perbankan juga fasilitas penting untuk keperluan mereka
melakukan transfer uang maupun cek perjalanan mereka,
sehingga faktor ini juga patut untuk dipertimbangkan.
g- Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan
Sebagian wisatawan dalam waktu perjulanannya mengalami
gangguan kesehatan, kecelakaan atau permasalahan kese-
hatan mendadak yang perlu ditangani dengan cepat. Dalam
pengembangan pariwisata, hal tersebut tidak dapat diabai-
kan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap maupun
dokter-dokter yang handal akan sangat membantu pengem-
bangan pariwisata daerah, sehingga perlu untuk dikaji dan
dievaluasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Bila fasilitas
yang diperlukan tidak dapat memenuhj kebutuhan yang ada
atau akan ada, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
pengembangan. Hal ini tentu saja bukan hanya untuk ke-
perluan pariwisata itu sendiri, Namun juga bagi masyarakat
di daerah tersebut.
h- Keamanan Umum
Keamanan umum merupakan syarat mutlak pengembangan
pariwisata di suatu daerah. Daerah yang memiliki tingkat ke-
jahatan yang tinggi cenderung tidak dikunjungi oleh wisa-
tawan. Oleh karena itu kondisi dan fasilitas keamanan di
Daerah merupakan faktor yang perlu dievaluasi untuk peren-
canaan pariwisata. Kehandalan dan efektivitas pelayanan
dari polisi, pemadam kebakaran, penyelamat pantal, dan
SAR, memberikan dukungan yang signifikan terhadap pari-
wisata di suatu daerah. Informasi mengenai penyelamatan
diri terhadap wisatawan selama kunjungan pun perlu diinfor-
Lampiran - 23
masikan dengan baik. Informasi ini akan sangat membantu
wisatawan dalam melakukan kunjungan mereka di daerah,
sehingga mereka dapat mengantisipasi terhadap perubahan
kondisi yang terjadi.
Selain itu kondisi politik di daerah juga merupakan faktor
yang sangat mempengaruhl pengembangan pariwisata,
sehingga hal ini juga merupakan faktor yang perlu dikaji dan
dievaluasi untuk dicarikan solusi penanggulangannya.
i- Pelayanan Pos dan Internet
Selama melakukan kunjungan wisatawan umumnya tidak
mau putus hubungan dengan kerabatnya di tempat tinggat
asalnya. Mereka umumnya ingin memberi kabar tentang
kondisi mereka selama perjalanan. Fasilitas umum yang ba-
nyak dimanfaatkan adalah fasilitas pos dengan mengirim
berbagai jenis surat atau kartu pos, sehingga pelayanannya
perlu dievaluasi dengan melihat faktor-faktor lokasi, kehan-
dalan, jaminan kehilangan, efisiensi dan keramah tamahan
dari pegawai.
Selain fasilitas pos, fasilitas lain yang perlu disediakan saat
ini jasa internet Umumnya sebagian besar wisatawan, me-
manfaatkan fasilitas ini untuk memberi informasi kepada
kerabatnya dengan cepat dan akurat, sehingga fasilitas ini
menjadi pendukung dari pengembangan pariwisata yang
ada. Evaluasi fasilitas ini meliputi faktor : lokasi, harga,
kecepatan akses dan kenyamanan pelayanan.
3. Survey Transportasi dan Infrastruktur
Ketersediaan sarana dan prasarana, merupakan syarat mutlak pengem-
bangan pariwisata yang berhasil. Namun pada kenyataannya kondisi di la-
pangan sarana dan prasarana sangat terbatas dan merupakan salah satu
kendala pengembangan pariwisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi, air
bersih, listrik, pembuangan dan pengdahan limbah, dan telekomunikasi
merupakan komponen infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan
pariwsata di suatu daerah.
Prasarana dasar dari suatu daerah umumnya diperuntukan masyarakat
secara umum dan diperlukan untuk pengembangan dan pembangunan dae-
rah. Pariwisata yang dikembangkan di daerah akan turut memanfaatkan pra-
sarana tersebut. Pengembangan prasarana secara khusus untuk pariwisata
diperlukan pada daerah-daerah yang dipitih untuk pengembangan pariwisata
dan ini pun dimanfaatkan oleh masyarakat daerah tersebut. Pariwisata yang
berhasil akan turut menyumbangkan pendapatan bagi daerah menutupi
biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk pembangunan prasarana.
Namun meskipun demikian pada pengembangan pariwisata kawasan-
Lampiran - 24
kawasan terpencil di mana belum ada pembangunan prasarana, pariwisata
akan membutuhkan prasarana tersebut secara khusus. Di sinilah perlu
adanya evaluasi terhadap kemungkinan manfaat yang diperoleh dengan
adanya pengembangan pariwisata dengan biaya yang dikeluarkan.
Seluruh jenis prasarana dan sarana yang adadi suatu daerah perlu disurvey
dan dievaluasi sebagai bagian proses perencanaan dengan tujuan untuk
memberikan dasar bagi rekomendasi untuk melakukan pengembangan.
Selain itu rencana pengembangan prasarana dan sarana yang sudah ada
perlu dikaji untuk menghindarkan terjadinya tumpang tindih pembangunan
yang akan dilaksanakan. Diharapkan dengan evaluasi dan kajian yang
dilakukan kebutuhan untuk pengembangan pariwisata dalam jangka pendek
maupun jangka panjang dapat terpenuhi.
a. Fasilitas dan Pelayanan Transportasi
Transportasi berperan untuk memberikan akses kepada wisatawan
untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata maupun melakukan perjalan-
an di dalam daerah. Kajian dilakukan terhadap seluruh jenis moda
transportasi yang ada di suatu kabupaten/kota, baik moda transportasi
udara, laut, jalan raya maupun kereta api. Selain mengkaji moda trans-
portasi yang berada di Kabupaten atau Kota, pengkajian juga perlu
dilakukan dengan melihat daerah yang lebih luas. Sangat mungkin
terjadi pada beberapa daerah Kabupaten/Kota yang tidak memiliki pintu
gerbang sendiri, bergantung pada daerah tetangganya yang memiliki
pintu gerbang ke daerah tersebut.
Evaluasi dan survey untuk moda transportasi udara meliputi :
1- Kapasitas bandara yang meliputi kapasitas penumpang, kemam-
puan, kelengkapan dan pemeliharaan yang dilakukan.
2- Landasan pacu yang meliputi kemampuan untuk didarati pesawat
terbang, panjang, lebar dan jumlah landasan pacu.
3- Jaringan pelayanan yang meliputi asaf dan tujuan, frekuensi, ka-
pasitas penumpang, tingkat pelayanan, biaya perjalanan dan
kehandalannya. Seringkali terjadi pembatalan penerbangan akibat
berbagai kendala, kendala ini perlu diidentitikasi untuk kemudian
dikaji dan menjadi bahan masukan pada proses perencanaan
selanjutnya.
4- Rencana pengembangan fasilitas maupun jaringan transportasi
udara.
Evaluasi dan survey untuk moda transportasi jalan raya, kereta api dan
laut juga hams di survey baik internal Kabupaten maupun Kota dan
ekstemal. Beberapa daerah di Indonesia sangat bergantung pada moda
transportasi sungai, karena belum tersedianya alternatif lain yang dapat
dimanfaatkan. Survey dan evaluasi yang dilakukan meliputi :
1- Kapasitas.
2- Jaringan pelayanan.
3- Frekuensi pelayanan.
Lampiran - 25
4- Kehandalan.
5- Jadwal pelayanan.
6- Lokasi dan tingkat pelayanan terminal bus, laut, air dan setasiun.
7- Kenyamanan dan pelayanan selama perjalanan.
8- Biaya.
Pada daerah yang telah memiliki perkembangan pariwisata yang baik,
biasanya diperlukan angkutan khusus untuk pariwisata. Angkutan
khusus tersebut dapat berupa mobil. bus, pesawat terbang, bahkan
kapat laut. Komponen ini perlu dikaji dan disurvey untuk melengkapi
bahan analisis dan sintesis yang akan dilakukan pada tahap berikutnya.
Integrasi jaringan transportasi di dalam dan di luar daerah perlu dipe-
takan untuk melihat karakteristik pelayanan transport yang dimiliki oleh
daerah. Informasi ini disertakan pada peta lokasi objek dan daya tarik,
sehingga dapat diketahui sejauh mana kesesuaian antara pengem-
bangan pariwisata yang akan dilakukan dengan dukungan jaringan
transportasi yang ada.
b. Air Bersih
Setelah transportasi, air bersih merupakan komponen prasarana
penting yang perlu untuk diperhatikan. Ketefsediaan air bersih meru-
pakan faktor kritis untuk mengembangkan pariwisata di suatu daerah.
Fasilitas pariwsata akan membutuhkan air bersih baik sebagai kebutuh-
an dasar maupun sebagai bentuk pelayanan. Oleh karena itu kualitas
dan ketersediaan air bersih di suatu daerah perlu dipertimbangkan se-
cara khusus terutama untuk daerah-daerah yang akan dipilih untuk pe-
ngembangan pariwisata.
Jika ketersediaan air yang ada di suatu daerah tidak dapat memenuhi
kebutuhan air bersih untuk kebutuhan pariwisata yang direncanakan,
maka rencana tersebut perlu dievaluasi. Sumber-sumber air bersih
alternatif perlu dikaji untuk menghadapi permasalahan pengembangan
tersebut, sumber-sumber tersebut dapat berbentuk air permukaan
maupun air bawah tanah. Bila menggunakan air bawah tanah maka
perlu ditentukan area tangkapan air yang perlu disediakan dan dijaga,
sehingga sumber air tersebut tidak kering.
Sebagai tambahan dari ketersediaan air bersih, kualitas air pun perlu
dikaji sesuai dengan standar kesehatan yang telah djtetapkan. Bila di-
perlukan untuk pengolahan agar air yang ada sesuai standar, maka
pengolahan tersebut patut dipertimbangkan sebagai masukan. Proses
konservasi pun perlu dipertimbangkan, sehingga keberlanjutan
pariwisata di suatu daerah dapat dipertahankan.
Lampiran - 26
c. Tenaga Listrik
Tenaga listrik bagi sebagian besar pengembangan pariwisata mutlak
diperlukan. Namun, komponen ini dapat lebih fleksibel dibandingkan
dengan air bersih karena bila tidak ada fasilitas listrik umum dapat
disediakan dengan pembangkit alternatif. Meskipun demiMan sisteni te-
naga listrik ini untuk pengembangan pariwisata perlu ditinjau dan dia-
nalisis dengan baik. Ketersediaan dan kehandalan pelayanan kepada
pengguna perlu ditinjau, karena pada beberapa daerah tenaga listrik ini
masih terbatas, sehingga menyulitkan untuk melakukan penambahan
daya bila tajadi pengembangan pariwisata.
Selain sumber tenaga listrik konvensional, pemanfaatan tenaga-tenaga
listrik altematif pun perlu untuk dikaji. Pemanfaatan sinar surya atau
angin sebagai sumber tenaga listrik di suatu kawasan wisata terpendi
dapat dijadikan pertimbangan.
d. Pembuangan dan Pengolahan Limbah Cair
Pembuangan dan pengolahan limbah cair merupakan faktor penting
yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan pariwisata. Pertim-
bangan ini diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata untuk
menghindari polusi terhadap lingkungan. Umumnya fasilitas ini tidak
dipikirkap pada saat rencana pengembangan, Namun bila telah terjadi
kerusakan lingkungan barulah hal ini dilakukan. Survey dan kajian yang
diperlukan adalah meninjau kapasitas dan kualitas dari pengolah lim-
bah dan proses pembuangannya. Kebutuhan fasilitas ini akan sangat
bergantung skala pembangunan yang ada dan akan dilaksanakan. Bila
kapasitas dan kemampuan yang dimiliki tidak memadai maka
rekomendasi untuk peningkatannya akan diperlukan. Pembangunan
fasilitas ini perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya yang
diperlukan untuk pengembangan pariwisata.
e. Pembuangan Limbah Padat
Selain pembuangan dan pengolahan limbah cair, pembuangan dan pe-
ngolahan limbah padat juga perlu disurvey dan dievaluasi. Survey perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah pemerintah daerah melakukan pe-
ngumpulan limbah ini dan mengolahnya di suatu tempat. Proses
pengumpulan dan efektivitas pembuangan perlu dikaji sebagai bahan
pertimbangan. Jika tidak ada proses pengumpulan oleh pemerintah
daerah maka hal ini patut dipertimbangkan pengelolaannya dalam
perencanaan yang dilakukan. Teknik-teknik pembuangan yang arnan
secara individual perlu dikernukakan dengan jelas, proses daur ulang
merupakan salah satu altematif yang dapat ditawarkan.
Lampiran - 27
f. Telekomunikasi
Telekomunikasi saat ini merupakan elemen penting pengembangan
pariwisata. Bagi wisatawan telekomunikasi dibutuhkan untuk selama
perjalanan mereka. Bahkan untuk perjalanan bisnis, fasilitas ini memiliki
tingkat kepentingan yang cukup tinggi. Setiap daerah wisata memer-
lukan telekomunikasi untuk fungsi operasional maupun kondisi darurat.
Komponen yang dikaji meliputi telepon, faks, radio dan telegram. Bah-
kan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau perlu adanya fasilitas
radio komunikasi.
g. Drainase
Drainase merupakan komponen prasarana yang penting, meskipun
pertimbangan pengembangan prasarana ini adalah untuk kepentingan
umum bukan hanya pariwisata. Drainase yang efektif akan sangat
membantu dalam menghindari banjir terutama untuk kawasan-kawasan
pariwisata yang berada di pinggiran sungai ataupun danau.
4. Penentuan Kebutuhan Fasilitas dan Infrastruktur
Berdasarkan analisis pasar yang telah menentukan proyeksi atau target
kunjungan wisatawan dengan karakteristiknya seperti jenis wisatawan, lama
tinggal maka jumlah dan jenis akomodasi dengan fasilitas dan pelayanan
yang diperlukan dapat dihitung.
a. Akomodasi dan Kebutuhan Lahan
Berikut ini disajikan rumus untuk proyeksi menghitung kebutuhan ako-
modasi berdasarkan rata-rata tahunan dan musim liburan wisatawan.
Contoh ini hanyalah merupakan satu jenis pasar wiatawan dan ako-
modasi, rumus ini idealnya harus diaplikasikan sesuai dengan segmen
pasar yang ada dengan jenis akomodasi yang dibutuhkan.
1- Rumus Permintaan Tempat Tidur
Jumlah wisatawan
(per periode waktu)
x
Rata-rata lama tinggal
(malam)
Jumlah malam
(per periode waktu)
x
Tingkat isian
akomodasi
Contoh untuk permintaan tahunan:
Diketahui:
 Jumlah kunjungan per tahun = 100.000 wisatawan
 Rata-rata lama tinggal = 5 hari
 Jumlah hari per tahun = 365 hari
 Tingkat isian rata-rata =75%
Lampiran - 28
Maka kebutuhan tempat tidur adalah :
100.000 x 5
= 1.826 tempat tidur
365 x 75 %
Contoh untuk pennintaan pada musim liburan (high season)
Diketahui:
 Jumlah kunjungan musim liburan = 50.000 wisatawan
 Rata-rata lama tinggai = 5 hari
 Jumlah hari musim liburan (4 bulan) = 120 hari
 Tingkat isian rata-rata = 90%
Maka kebutuhan tempat tidur adalah :
50.000 x 5
= 2.315 tempat tidur
120 x 90 %
2- Rumus Permintaan Kamar
Jumlah permintaan tempat tidur
Tingkat isian kamar (orang per kamar)
Contoh untuk permintaan kamar tahunan
Diketahui:
 Jumlah permintaan tempat tidur tahunan = 1.816 tempat
tidur.
 Tingkat isian kamar rata-rata = 1,7 orang/kamar.
Maka kebutuhan kamar adalah :
1.816
= 1.068 kamar/tahun
1,7
Contoh untuk permintaan kamar pada musim liburan
Diketahui:
 Jumlah permintaan tempat tidur musim libur = 2.315
tempat tidur.
 Tingkat isian kamar rata-rata = 1,7 orang/kamar.
2.315
= 1.362 kamar/musim liburan
1,7
Umumnya prediksi kebutuhan kamar dan tempat tidur ini sudah
mempertimbangkan seluruh maksud perjalanan dari wisatawan, Namun
bila prediksi ini hanya menangkap satu maksud perjalanan misalnya
bertibur, maka prediksi tersebut perlu ditambah dengan kemungkinan
Lampiran - 29
kunjungan wisatawan dengan maksud-maksud lain, misalnya bisnis,
mengunjungi teman dan sebagainya. Kebutuhan kapasitas akomodasi
tersebut diproyeksikan berdasarkan selang waktu tertentu, berdasarkan
proyeksi atau target pasar wisatawan tertentu sebagai dasar bagi
program pengembangan yang akan dilakukan.
Faktor-faktor yang diasumsikan dalam kebutuhan akomodasi rata-rata
tahunan dan musim liburan di atas untuk setiap tempat akan mengha-
silkan kebutuhan yang berbeda-beda. Pertimbangan yang dapat mem-
pengaruhi hal ini antara lain adalah perbedaan tingkat tembalinya mo-
dal (break even) berdasarkan tempat maupun tipe akomodasi. Akomo-
dasi yang diperuntukan untuk wisatawan bertibur memiliki tingkat isian
yang lebih tinggi dibandingkan dengan akomodasi yang diperuntukan
untuk bisnis.
Sebagaimana digambarkan pada contoh di atas, faktor musim perlu di-
pertimbangkan dalam menghitung permintaan tempat tidur dan kamar.
Mungkin ini secara ekonomi tidak menguntungkan, untuk membangun
kamar berlebih akibat adanya pertimbangan jangka pendek. Namun
bila ditinjau dari tingkat isian total rata-rata pertahun dari hotel mungkin
hal ini cukup beralasan. Sebagai contoh pada musim liburan tingkat
isian hotel dapat mencapai 90% sementara pada musim bukan liburan
tingkat isian hanya mencapai 60%, sehingga rata-rata .tahunan tingkat
isian hold adalah 70%. Nilai tingkat isian tersebut bagi pengusaha hotel
cukup memberikan keuntungan bagi perusahaannya, bahkan pada
beberapa tempat tingkat isian hotel rata-rata yang dijadikan patokan
bagi pengusaha akomodasi jauh lebih rendah berkisar antara 40-50%.
Proyeksi akomodasi digunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan
kebutuhan lahan secara umum meskipun secara proporsi dibandingkan
dengan kebutuhan lahan sektor lain jauh lebih kecil. Namun untuk dae-
rah-daerah yang memiliki skala pengembangan pariwisata cukup tinggi,
kebutuhan lahan ini menjadi faktor penting dalam perencanaan hal ini
erat kaitannya untuk melakukan analisis daya dukung lingkungan.
Selain itu standar-standar pemanfaatan lahan bagi pengembangan
fasilitas akomodasi pun perlu ditetapkan sesuai dengan peraturan yang
ada. Jumlah kamar per luasan lahan untuk fasilitas akomodasi resort
akan berbeda dengan fasilitas akomodasi di perkotaan.
Pada tahapan ini proyeksi kunjungan wisatawan, kebutuhan akomodasi
dan lahan dilakukan dengan asumsi pasar secara umum. Hal ini akan
mengalami revisi bila temyata terdapat kendala-kendala di lapangan,
misalnya kemampuan daya dukung, evaluasi ekonomi, lingkungan,
dampak sosial dan berbagai faktor lainnya, sehingga pada tahapan ini
umpan balik secara berkelanjutan merupakan suatu keharusan yang
perlu dipertimbangkan dalam proyeksi hingga mencapai keseimbangan
optimum antara pengembangan dan pola pasar.
Lampiran - 30
b. Kebutuhan Transportasi
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya aspek fasilitas dan
pelayanan transportasi yang harus direncanakan adalah akses dan luar
daerah menuju daerah bersangkutan, dan astem jaringan transportasi
di dalam daerah. yang menghubungkan kawasan-kawasan wisata
dengan daya tarik wisata yang ada. Berdasarkan analisis pasar dan
proyeksi atau target kunjungan wisatawan, lama tinggal dan distribusi
musiman maka sangat dimungkinkan untuk perencana transportasi
memperhitungkan lalu lintas perjalanan yang terjadi pada daerah
perencanaan. Walaupun untuk daerah Kabupaten di mana posisinya
bukanlah sebagai pintu gerbang utama ke propinsi di mana wilayah
perencanaan berada, Namun penjelasan di bawah ini juga dapat
niemberikan wawasan hal-hal apa yang perlu diperhatikan di dalam
menghitung kebutuhan transportasi udara.
Analisis pasar memberikan indikasi volume perjalanan wisatawan saat
ini maupun masa mendatang dari berbagai daerah asal menuju daerah
studi. Dalam analisis ini sangat dimungkinkan, analisis perjalanan dari
daerah-daerah potensial asal wisatawan seperti Bali, Jakarta atau kota-
kota lainnya. Jumlah kunjungan wisatawan yang melakukan wisata ke
beberapa daerah yang berbeda dengan asal yang berbeda-beda juga
perlu dipertimbangkan. Jika daerah hanya memiliki satu jenis moda
angkutan dari luar daerah misalnya transportasi udara, maka peren-
cana perlu mempertimbangkan kapasitas dan frekuensi penerbangan
dari berbagai daerah asal wisatawan. Pada beberapa daerah, akan
terdapat proses transfer pada kota-kota antara yang juga perlu untuk
dipertimbangkan dengan prinsip minimum.
Frekuensi penerbangan pun perlu diperhatikan untuk memberikan
kenyamanan maksimum pada saat kedatangan maupun keberangkatan
mereka menuju daerah tujuan wisata. Faktor musim pun tidak
ketinggalan perlu diperhatikan, karena ada kemungkinan perlunya
penambahan frekuensi penerbangan atau penerbangan carter untuk
mengantisipasi peningkatan kunjungan wisatawan.
Dengan berdasarkan pada proses perhitungan permintaan wisatawan
dan pertimbangan lalu lintas penunpang normal, maka permintaan
kapasitas transportasi masa mendatang dapat diproyeksikan.
Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam transportasi
udara ini adalah:
1- Kebijakan transportasi udara.
2- Jenis pesawat disertai kapasitas penumpang.
3- Perkembangan teknologi penerbangan masa mendatang.
4- Rute jaringan.
5- Tingkat kehandalan pelayanan.
6- Kapasitas bandara.
Lampiran - 31
Pertimbangan-pertimbangan di atas diperlukan sebagai masukan untuk
rekomendasi pengembangan bandara dan fasilitas yang diperlukan.
Selain itu perencana juga dapat mempertimbangkan altematif penggu-
naan moda angkutan lain untuk pariwisats. Jika daerah memiliki lebih
dari satu akses masuk, maka analisis asal-tujuan wisatawan akan
memberikan dasar untuk menentukan aliran wisatawan dengan pola
musim kunjungan melalui akses masuk. Kemudian proses analisis yang
dilakukan adalah sama dengan analisis daerah yang hanya memiliki
akses masuk tunggal, yaitu dengan mempertimbangkan :
1- Kapasitas penumpang pada setiap jenis moda.
2- Frekuensi pelayanan.
3- Rute jaringan.
4- Variasi klinjungan berdasarkan musim.
5- Kehandalan pelayanan.
Dalam proses tersebut, penumpang non wisatawan juga harus diper-
timbangkan, karena retomendasi pengembangan angkutan tidak hanya
didasarkan pada wisatawan. Namun penumpang secara umum.
Sementara untuk analisis transportasi internal, meliputi jaringan sistem
transportasi di daerah dan sistem kapasitas transport dan moda yang
ada. Pengkajian jaringan dilakukan untuk melihat keterhubungan antara
akses masuk dengan jaringan transportasi di dalam daerah yang
menghubungkan objek dan daya tarik, atomodasi dan fasilitas
pariwisata lainnya. Dalam proses ini perencana transport juga perlu
mempertimbangkan pergerakan wisatawan masa mendatang
Untuk menentukan kapasitas yang dibutuhkan di masa mendatang.
Untuk seluruh aspek sistem transportasi, pertimbangan juga perlu
dilakukan terhadap kualitas fasilitas transportasi dan pelayanannya
sebagaimana faktor kuantitatif yang tdah dibahas di atas. Analisis yang
perlu dipertimbangkan adalah :
1- Standar keamanan.
2- Kehandalan jadwal pelayanan.
3- Kenyamanan.
4- Efisiensi.
5- Pelayanan kepada pelanggan.
Seperti telah diindikasikan sebelumnya, beberapa daerah tetah memiliki
perencanaan transportasi daerah yang di dalamnya terdapat proyeksi
permintaan lalu lintas penumpang. Studi ini perlu dikaji untuk mem-
pertimbangkan lalu lintas wisatawan di masa datang.
c. Kebutuhan Prasarana
Prasarana pariwisata meliputi air bersih, listrik, pembuangan limbah
cair, pembuangan limbah padat, drainase dan telekomunikasi. Pada
level RIPPDA seharusnya dilakukan perhitungan keperluan pasti, Na-
mun karena skala pembiayaan yang terbatas sering kali hal ini tidak
Lampiran - 32
dapat dilakukan. Oleh karena itu untuk mengatasi hal ini dapat dilaku-
kan dengan mempelajari rencana-rencana pengembangan dari setiap
prasarana untuk kemudian dipertimbangkan untuk pengembangan pari-
wisata. Meskipun demikian berikut akan disampaikan proses analisis
yang harus dilakukan oleh perencana dalam proses perencanaan.
Air bersih merupakan komponen penting yang diperlukan untuk pe-
ngembangan pariwisata di suatu daerah. Pada daerah-daerah yang
sudah berkembang biasanya prasarena air bersih sudah terseda,
pembangunan pariwisata kemudian hanya menyambungkan dengan
jaringan yang sudah ada. Kebutuhan air bersih ini sangat bergantung
pada jenis pengembangan dan kualitas lingkungan. Kawasan wisata
yang besar dengan kolam renang dan lapangan golf memeriukan
jumlah air yang cukup besar, sehingga diperlukan analisis ketersedia-
annya. Standar kebutuhan pun bervariasi, mutai kawasan perkemahan
hingga hotel berbintang memiliki standar yang berbeda-beda.
Dalam proses pengembangan pariwisata, jumlah fasilitas akomodasi
dan tipenya menentukan keperluan air. Analisis yang dilakukan adalah
kesesuaian ketersediaan air bersih yang dimiliki oleh perusahaan air
minum pemerintah dan altematif yang perlu diambil bila jumlah debit air
tersebut tidak memadai. Altematif pengambilan air dalam tanah mau-
pun air permukaan merupakan suatu hal yang dapat dipertimbangkan.
Sementara untuk prasarana yang lain, analisis permintaan ini dilakukan
dengan cara yang sama dengan mengacu pada standar-standar yang
telah ditetapkan. Analisis menernukenali sistem yang ada kemudian
mencari altematif-alternatif prasarana lain yang dapat menggantikan-
nya. Bila pada pembangunan pariwisata sumber-sumber altematif digu-
nakan, maka biaya pembangunan prasarana tersebut perlu untuk diper-
hatikan dan masuk menjadi komponen biaya investasi.
Analisis biaya ini meliputi investasi awal dan biaya operasional. Analisis
manfaat dan biaya untuk menghitung manfaat yang diperoleh dan biaya
yang dikeluarkan patut untuk dihitung. Sementara prasarana lain yang
sifatnya lebih besar seperti pengembangan jaringan jalan, bandara
pertimbangan hal ini perlu dipertimbangkan manfaat secara kesduruhan
terhadap masyarakat, karena prasarana tersebut memberikan manfaat
yang besar terhadap komponen-komponen daerah secara keseluruhan.
Analisis juga harus melakukan investigasi terhadap konservasi dari
prasarana dan sumber daya yang ada, contoh:
1- Altematif sumber energi seperti matahari, angin, gelombang laut
dan sebagainya.
2- Daur ulang dari proses pembuangan limbah cair hotel untuk
dimanfaatlan untuk menyiram taman atau lapangan golf.
3- Penetapan daerah resapan air, untuk menjaga kualitas dan
kuantitas air tanah yang diambil.
4- Daur ulang limbah padat.
Lampiran - 33
d. Kebutuhan Fasilitas dan Pelayanan Wisata yang Lain
Proyeksi dari fasilitas dan pelayanan wisata seperti agen perjalanan,
restoran, fasilitas kesehatan, kantor pos, telekomunikasi dan kompo-
nen-komponen lainnya dihitung tidak secara langsung seperti proyeksi
kebutuhan atomodasi. Untuk menentukan kebutuhan fasilitas dan pela-
yanan wisata lainnya ini sangat bergantung pada jenis pariwisata yang
akan dikembangkan. Pengembangan kawasan wisata tepi pantai akan
membutuhkan fasilitas yang berbeda dengan pengembangan wisata
perkotaan. Untuk memproyeksi kebutuhan dari komponen-komponen
fasilitas dan pelayanan lain ini akan sangat bergantung pada perenca-
na, standar proyeksi kebutuhan dapat diambil dari kasus-kasus pada
daerah-daerah lain yang memiliki tipe pariwisata yang sama. Meskipun
demikian proyeksi yang dilakukan harus fleksibel untuk mengantisipasi
perubahan kondisi yang akan teljadi.
Pada kondisi daerah yang sudah terbangun dengan baik, maka kebu-
tuhan kasilitas dan pelayanan lain untuk pengembangan pariwisata
hanya diperlukan tambahai-tambahan kecil. Sementara untuk kondisi
daerah yang belum terbangun maka kebutuhan ini merupakan
kebutuhan besar yang perlu dipertimbangkan.
Lampiran - 34
Lampiran B
Survey dan Kajian Aspek-Aspek Permintaan
Survey kondisi masa lalu dan saat ini dari kunjungan wisatawan merupakan input
penting dalam analisis pasar. Dengan survey pasar persepsi wisatawan tentang
daerah dapat diketahui. Survey ini harus dibuat baik bagi wisatawan mancanegara
(wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) dan juga wisatawan lokal.
Data lengkap tentang kunjungan wisatawan ke suatu daerah jarang sekali dite-
mukan secara lengkap, sehingga dalam proses RIPPDA Kabupaten ini diperlukan
survey lapangan secara langsung. Pelaksanaan survey pasar ini meliputi penye-
baran kuesioner, wawancara baik dengan wisatawan maupun dengan operator
perjalanan wisata, baik yang terdapat di dalam daerah bahkan bila memungkinkan
juga dengan di luar daerah yang memiliki program wisata ke daerah bersang-
kutan. Tinjauan mengenai pola perjalanan dalam konteks intemasional, nasional
maupun per wilayah patut untuk dikaji sebagai kerangka dalam proses analisis pa-
sar
1. Karakteristik Kedatangan Wisatawan
Jumlah kedatangan atau kunjungan wisatawan masa lalu dan saat ini harus
ditentukan sebagai indikator dari perlumbuhan umum dan tingkat perkem-
bangan pariwisata di suatu daerah. Gambaran kunjungan wisatawan bulanan
dapat menunjukkan fluktuasi musiman. Karakteristik dan sikap dari wisata-
wan yang berkunjung perlu diidentifikasi dengan seksama. Karakteristik yang
perllu dikaji dalam rangka RIPPDA Kabupaten adalah sebagai berikut :
a. Daerah asal - Kebangsaan dan negara tempat tinggal bagi wisman, dan
provinsi asal dan kota tempat tinggal bagi wisnus menipakan data
penting dalam rangka fungsi pemasaran. Negara tempat tinggal patut
dipertimbangkan, karena pada saat ini banyak sekali wisman yang
tinggal menetap di suatu negara yang berbeda dengan kewargane-
garaannya. Begitu pula dengan tenaga-tenaga ahli asing yang tinggal di
Indonesia, sangat mungkin sekaK mereka melakukan perjalanan seca-
ra ekstensif untuk melakuksn kunjungan ke daerah-daerah di Indone-
sia.
b. Maksud perjalanan - Maksud perjalanan meliputi kategori beriibur,
bisnis, studi, dinas, berkunJuflg ke teman atau keluarga dan mungkin
beberapa jenis maksud lain bergantung dengan daerah (misal : ziarah)
Maksud pefjalanan menunjukkan karakteristik dari perencanaan
pemasaran dan fasilitas yang akan dihembangkan di suatu daerah.
c. Lama tinggal - Lama tinggal wisatawan bergantung pada jumlah malam
wisatawan tinggal di suatu daerah. Informasi ini merupakan masukan
untuk mengetahui penggunaan fasilitas dan belanja wisatawan.
Lampiran - 35
d. Umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga/teman yang ikut perja-
lanan - Hal ini merupakan karakteristik penting untuk mengetahui dalam
penentuan profit pemasaran dan fasilitas pariwisata dalam rangka pro-
ses perencanaan. Umur sendiri dapat dikelompokkan menjadi kelom-
pok tertentu karena sering kali wisatawan tidak mau diketahui urnur me-
reka secara pasti.
e. Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan - Jenis pekerjaan dapat dika-
tegorikan menjadi : manajer, profesional, tensga ahli, ibu rumah tangga,
pelajar dan mahasiswe, dan pensiunan. Tingkat pendapatan juga dapat
dikelompokkan menjadi kelompok tertentu.
f. Tempat yang dikunjungi dan tempat tinggal selama perjalanan – Tem-
pat-tempat yang dikunjungi selama melakukan kunjungan di Indonesia
(Nasional) maupun di kabupaten/kota sendiri merupakan informasi
penting untuk proses perencanaan.
g. Jumlah kali kunjungan ke daerah - Jen/s kunjungan ke suatu daerah
dapat merupakan yang pertama kali atau kunjungan ulang. Dengan
tingginya kunjungan ulang maka hal ini menunjukkan bahwa daerah
tertentu memiliki daya tarik yang "berkelanjutan", sehingga orang ingin
melakukan kunjungan ulang.
h. Individual atau kelompok - Sebagian wisatawan melakukan kunjungan
wisata ke suatu daerah secara mandiri (independen), sementara yang
lainnya datang dalam kelompok wisata. Informasi ini dimanfaatkan un-
tuk fungsi pemasaran dan perencanaan.
i. Pola belanja wisatawan - Jumlah total belanja dan wisatawan dan dis-
tribusi belanja mereka (akomodasi, makanan dan minuman, belanja,
transport lokal, tour dan lainnya) merupakan informasi penting untuk
menentukan dampak ekonomi dan pariwisata dan merupakan masukan
untuk merekomendasikan cara untuk meningkatkan belanja wisatawan
di suatu daerah. Uang yang dibelanjakan oleh wisatawan akan sangat
baik bila ditentukan dengan survey khusus atau dengan mengidenti-
fikasi dan hotel, restoran, agen perjalanan, pertokoan dan tempat-
tempat penukaran mata uang asing.
j. Sikap dan tingkat kepuasan wisatawan - Menentukan sikap dan tingkat
kepuasan wisatawan tentang daerah, objek dan daya tarik wisata, fasi-
litas dan pelayanan merupakan informasi yang berharga bagi proses
peningkatan pariwisata, setidaknya merupakan dasar dan keinginan
pasar eksisting. Infonnasi ini akan sangat baik bila menggunakan sur-
vey secara khusus dengan juga memperhatikan pola belanja dan ka-
rakteristik wisatawan, sehingga seluruh faktor dapat diidentifikasi kore-
lasinya. Survey ini dapat meliputi pertanyaan fasilitas atau pelayanan
apa yang perfu ditingkatkan bila mereka melakukan kunjungan ulang ke
daerah ini.
Lampiran - 36
Informasi dasar dan wisman sebetulnya dapat diketahui dengan melakukan
penelitian terhadap proses embarkasi dan disembarkasi imigrasi. Namun
demikian, belanja, sikap dan tingkat kepuasan tidak terdapat dalam informasi
di atas, sehingga memerlukan survey khusus. Survey ini umumnya dilakukan
pada pintu gerbang kedatangan wisatawan seperti bandara dan dilakukan
berdasarkan sampling yang telah ditentukan sebelumnya dengan
mempeftimbangkan karakteristik musim setiap tahun. Sementara itu untuk
informasi wisnus diperlukan survey khusus karena mereka tidak melakukan
proses imigrasi seperti wisman. Survey untuk wisnus ini dapat dilakukan di
tempat-tempat akomodasi dan objek dan daya tarik wisata.
2. Agen Perjalanan/Tour Operator
Dalam proses perencanaan pariwisata, akan sangat berguna untuk mela-
kukan proses wawancara dengan pihak agen perjalanan baik yang terdapat
di daerah maupun yang terdapat di luar daerah. Wawancara ini dilakukan
terutama pada operator yang memiliki program atau paket wisata di daerah
studi baik yang sekarang telah memiliki atau mereka yang tertarik ingin
mengembangkan paket wisata ke daerah studi. Umumnya mereka paham
terhadap berbagai permasalahan pasar dan permasalahan di lapangan da-
lam memasarkan paket-paket wisatanya. Struktur harga dan kompetisi dae-
rah tujuan wisata merupakan informasi yang dapat diperoleh dan mereka.
Operator perjalanan ini memberikan informasi berdasarkan pandangan per-
dagangan intemasional maupun perdagangan secara umum. Wawancara
secara khusus, merupakan langkah efektif yang dapat dilakukan untuk
menggali informasi yang diinginkan. Sementara untuk pemilihan agen perja-
lanan yang akan diwawancara bila banyak dapat dilakukan berdasarkan
sampling.
3. Pola Perjalanan Umum dan Kecenderungan Yang Terjadi
Pada tingkat perencanaan RIPPDA Kabupaten/Kota, pola perjalanan
internasional maupun regional bagi wisman tidak diperlukan kajian secara
mendetail. Penekanan yang diperlukan adalah kajian pola perjalanan di
dalam daerah studi dan antar daerah dengan mempertimbangkan jumlah,
asal dan tujuan, jenis wisatawan, lokasi dan jenis daerah tujuan wisata
favorit. Pola perjalanan secara umum ini penting untuk proses analisis pasar
wisata jangka panjang yang berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia.
Pola perjalanan yang dikaji tidak hanya yang eksisting tapi yang potensial
juga. Kecenderungan pariwisata harus diperhatikan sebagai contoh
munculnya pasar baru, segmen baru, jenis objek dan daya tarik wisata baru
dan munculnya sarana transportasi modern yang akan mengubah pola
peijalanan wisatawan. Untuk menghasilkan proses perencanaan yang lebih
baik maka proses ini dapat mengikutsertakan pihak hotel maupun agen atau
operator perjalanan vang kompeten.
Lampiran - 37
Lampiran C
Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Analisis daya dukung lingkungan merupakan teknik dasar yang sekarang banyak
digunakan dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata dan rekreasi.
Analias ini dilakukan untuk menentukan secara sistematis batasan dan
pengembangan pariwisata yang akan dilakukan, jumlah kunjungan optimal yang
dapat ditampung. Batasan utama dan daya dukung lingkungan ini adalah:
Jumlah maksimum orang yang dapat menggunakan atau memanfaatkan
suatu kawasan yang tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan fisik atau sosial budaya atau apa yang dirasakan oleh wisatawan
itu sendi ri da/am menikmati kunjungan yang mereka lakukan.
Dengan tidak mengabaikan tingkat kesulitan yang muncul untuk menentukan
kapasitas dan daya dukung lingkungan secara pasti, sehingga sifatnya masih
merupakan perkiraan. Analisis ini akan memberikan petunjuk yang jelas bagi
perumusan rencana pariwisata pada setiap tingkatan. Analisis daya dukung
lingkungan merupakan umpan balik untuk analisis pasar sehingga hat ini dapat
merupakan pertimbangan dalam melakukan proyeksi pasar atau target kunjungan
wisatawan.
Analisis daya dukung lingkungan ini dapat dilakukan untuk kawasan wisata yang
belum terbangun dan untuk kawasan yang sudah terbangun bahkan untuk
kawasan yang sebenarnya bila dihitung kemampuan daya dukung tingkungannya
sudah mencapai ambang batas kemampuan kawasan. Seringkali penerapan
analisis ini terjadi pada tahapan kawasan wisata yang sudah melebihi kapasitas
daya dukung, sehingga terjadi kekacauan pembangunan. Dengan kondisi ini
sebaiknya analisis ini diaplikasilkan pada tahap awal pembangunan.
1. Kriteria Pengukuran Kapasitas Daya Dukung Lingkungan
Kriteria yang diungkapkan di sini merupakan kriteria untuk menentukan ka-
pasitas daya dukung dari suatu kawasan wisata. Dalam menentukan kapa-
sitas daya dukung lingkungan terdapat 2 (dua) aspek yang periu dipertim-
bangkan, yaitu:
a. Keaslian Dari Lingkungan Fisik Dan Sosial Ekonomi
Hal ini mengacu pada kapasitas yang dapat dicapai tanpa menimbulkan
kerusakan fisik, permasalahan sosial ekonomi dari masyarakat, dan
menjaga keseimbangan antara proses pembangunan dan konservasi.
Dengan melewati ambang batas yang telah ditentukan akan menimbul-
kan kerusakan fisik, sosial ekonomi atau budaya.
Lampiran - 38
1- Lingkungan Fisik
a- Tingkat penerimaan dan dari dampak visual dan kemacetan/
kepadatan
b- Nilai sistem ekologis yang dijaga sebdum terjadi kerusakan
c- Konservasi kehidupan satwa liar dan vegetasi dari lingkung-
an darat dan lingkungan taut.
d- Tingkat yang dapat diterima dari polusi air, udara dan kebi-
singan.
2- Ekonomi
a- Tingkat keberadaan pariwisata dalam memberikan manfaat
ekonomi secara optimum terhadap daerah perencanaan
secara keseluruhan
b- Tingkat kesesuaian kesempatan kerja pariwisata yang dapat
diisi oleh tenaga kerja lokal.
3- Sosial Budaya
a- Keberadaan pembangunan pariwisata yang dapat menyerap
dengan tanpa mengabaikan gaya hidup sosial budaya dan
aktivitas dari masyarakat.
b- Tingkat kesesuaian sektor pariwisata untuk dapat menjaga
monumen-monumen budaya, kesenian, kerajinan, sistem
kepercayaan, dan tradisidari dampak yang merusak.
4- Prasarana
a- Kesesuaian ketersediaan fasilitas transportasi dan pelayan-
an.
b- Kesesuaian ketersediaan pelayanan utilitas seperti air ber-
sih, tenaga listrik, pengolahan limbah padat, pengolahan lim-
bah cair dan telekomunikasi.
c- Kesesuian ketersediaan dari fasilitas yang dimanfaatkan oleh
seperti fasilitas kesehatan dan keamanan.
b. Citra Pariwisata dan Produk Wisata
Hal ini mengacu terhadap kapasitas atau jumlah pengunjung yang da-
pat merusak citra kawasan wisata, jenis lingkungan dan pengalaman
budaya yang wisatawan inginkan. Jika pengembangan pariwisata me-
lewati ambang batas, maka daya tarik yang dijadikan tujuan wisata
akan mengalami penurunan atau bahkan hancur. Hal ini akan meng-
akibatkan kualitas dan popularitas daerah kawasan tujuan wisata ter-
sebut akan menurun.
Lampiran - 39
1- Lingkungan Fisik
a- Tingkat Kebersihan secara keseluruhan dan minimnya
tingkat polusi dari lingkungan daerah/kawasan tujuan wisata.
b- Tidak adanya kesemerawutan dari lingkungan daerh tujuan
wisata, termasuk di dalamnya komponen daya tarik.
c- Tingkat daya tarik dari lansekap yang ada, termasuk di
dalamnya kualitas dan karakter dari disain arsitektur.
d- Pemeliharaan dari sistem ekologi, flora, fauna dan daya tarik
alam lainnya.
2- Ekonomi
Biaya untuk liburan dan value for money.
3- Sosial Budaya
a- Daya tarik dari masyarakat asli dan budaya masyarakat
setempat.
b- Kualitas seni, kerajinan, makanan, dan penampilan budaya
yang dimiliki oleh daerah.
c- Keramahtamahan masyarakat lokat
4- Prasarana
a- Tingkat penerimaan standar dari fasititas transportasi dan
pelayanannya.
b- Tingkat penerimaan standar dari pelayanan utilitas
Setiap daerah dan setiap jenis pariwisata yang dikembangkan bersifat
unik, sehingga kriteria untuk mengukur kapasitas daya dukung harus
didefinisikan secara baik. Umumnya evaluasi dari kapasitas daya
dukung lingkungan ini terukur secara kuantitatif, namun sebagian
lainnya hanya dapat dievaluasi secara kualitatif.
Analisis kapasitas daya dukung lingkungan ini harus dapat menye-
imbangkan antara faktor positif dan faktor negatif. Pariwisata harus da-
pat memberikan manfaat optimal terhadap daerah dan masyarakat lo-
kal, sementara wisatswan sendiri terjaga tingkat kepuasannya. Cleh ka-
rena itu dalam analisis ini akan terjadi proses tawar-menawar antara
berbagai biaya dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Semen-
tara itu dilakukan pula proses pembobotan dari kriteria evaluasi, di
mana sebagian daerah/kawasan wisata akan lebih mempertimbangkan
lingkungan fisik, sementara daerah lainnya lebih mempertimbangkan
faktor sosial-budaya.
Perlu pula dipertimbangkan dampak musim liburan yang berlaku dalam
konsep kapasitas daya dukung. Ambang batas dari kapasitas daya du-
kung lingkungan di suatu daerah terlampau pada saat-saat rarnai.
Lampiran - 40
Sehingga periode ini perlu untuk dipertimbangkan untuk menghitung
kapasitas daya dukung.
Dalam analisis kapasitas daya dukung, seperti telah ditentukan dalam
kriteria di atas, pengukuran dampak terhadap aspek sosial budaya te-
tap dilakukan seoagai pelengkap dalam analisa kapasitas daya dukung
lingkungan.
2. Standar Kapasitas
Beberapa standar dari kapasitas daya dukung ditampilkan secara statistik
seperti dalam jumlah wisatawan yang terdapat datam suatu kawasan/atraksi
wisata, dan kemampuan fasilitas datam memberikan pelayanannya pada
periode tertentu. Standar ini dari satu daerah ke daerah lain bert)eda, hal ini
bergantung pada faktor-faktor berikut:
 Jenis pariwisata yang dikembangkan.
 Karakteristik lingkungan lokal.
 Jenis wisatawan yang dijadikan target.
 Persepsi masyarakat lokal terhadap kesemerawutan suatu daerah.
Kapasitas daya dukung pantai merupakan analisis yang banyak dilakukan di
berbagai daerah, mengingat bahwa keberadaab pantai merupakan aset
penting bagi daerah sebagai salah satu sumber daya pariwisata yang
ditawarkan.
Untuk pengukuran kapasitas daya dukung pantai ini faktor yang diukur
adalah :
 lebar pantai.
 tingkat ke dalaman.
 kualitas pantai.
 aksesibilitas.
 komponen-komponen bawah laut.
 topografi daerah belakang.
 dan lainnya.
Berbagai jenis standar diterapkan untuk menentukan kapasitas daya dukung
pantai bergantung pada situasi lokat. Sebagai contoh untuk suaut fasititas
kawasan wisata (resort) yang berkualltas standarnya adalah:
 10 m2
perorang untuk kawasan pantai
 1 m2
untuk penggunaan pantai untuk berenang, dengan jumlah pengun-
jung yang berenang adalah 25% dari seluruh total pengunjung.
Beberapa standar yang telah ditetapkan oleh WTO pada tahun 1983 untuk
aktivitas rekreasi dan pariwisata pedesaan dinyatakan dalam pengunjung
perhari perhektar adalah sebagai berikut:
1. Kawasan hutan 15 pengunjung/hari/hektar
2. Taman hutan di kawasan 15 - 70 pengunjung/hari/hektar
Lampiran - 41
pedesaan/pinggiran kota
3. Area piknik padat 300 - 600 pengunjung/hari/hektar
4. Area piknik lenggang 60 - 200 pengunjung/hari/hektar
5. Pertandingan olah raga 100 - 200 pengunjung/hari/hektar
6. Golf 10-15 pengunjung/hari/hektar
7. Aktivitas air :
 Memancing 5 - 30 pengunjung/hari/hektar
 Speed boat 5 - 10 pengunjung/hari/hektar
 Ski air 5-15 pengunjung/hari/hektar
8. Jalansetfepak untuk Hiking
(orang perhari per
kilometer)
 Hiking 40 orang/hari/km
 Berkuda 25 - 80 orang/hari/km.
Lampiran - 42
Lampiran D
Bentuk-Bentuk Pengembangan Pariwisata Daerah
1. Pengembangan dengan Pendekatan Kawasan Wisata (Resort)
Salah satu bentuk umum dari pariwisata yang berorientasi liburan adalah
pengembangan suatu kawasan wisata (resort). Kawasan wisata ini dapat
didefinisikan sebagai daerah tujuan wisata yang memberikan hampir seluruh
kebutuhan fasilitas dan pelayanan wisatawan, termasuk di antaranya fasilitas
rekreasi dan peristirahatan. Kecenderungan perubahan yang terjadi saat ini
telah menyebabkan peningkatan tuntutan wisatawan terhadap fasilitas dan
pelayanan di kawasan wisata. Tuntutan ini adalah tuntutan untuk melakukan
kegiatan rekreasi, olah raga, dan aktivitas budaya lainnya, sehingga
kawasan wisata kemudian berkembang menjadi suatu kawasan wisata yang
serba lengkap untuk dapat memenuhi keinginan tersebut.
Pengembangan kawasan wisata biasanya ditujukan untuk mengembangan
yang bersifat masal untuk jumlah wisatawan yang cukup besar.
Kawasan wisata terintegrasi direncanakan untuk dikembangkan secara eks-
klusif bagi wisatawan yang berlibur. Umumnya kawasan wisata ini ber-
orientasi pantai, danau, rekreasi air, pemandangan alam (pegunungan), ta-
man nasional, lapangan golf, fasilitas olah raga lainnya, peninggalan budaya,
peninggalan sejarah dan kadang-kadang merupakan gabungan dari komp-
onen-komponen di atas. Kawasan wisata dapat bervariasi baik dalam bentuk
ukuran maupun fasilitas akomodasi yang ada. Umumnya suatu kawasan
besar terdiri dari berbagai jenis hotel, memiliki fasilitas perbelanjaan, fasilitas
rekreasi, fasilitas olah raga, fasilitas budaya, dan bahkan fasilitas ruang per-
ternuan.
Kawasan wisata yang terintegrasi memiliki berbagai jenis hotel dari mulai
hotel berbintang, cottage, vila dan bahkan apartemen. Konfigurasinya pun
dapat bervariasi, bisa merupakan kawasan wisata dengan bangunan-
bangunan tinggi dan padat atau dengan bangunan rumah-rumah dengan
tingkat kepadatan yang rendah. Ruang terbuka yang luas dan taman-taman
merupakan elemen penting dalam perencanaan pariwisata ini.
Meskipun demikian, pembangunan fisik dari suatu kawasan wisata dilakukan
secara bertahap bergantung pada kondisi pasar dan investasi. Ball sebagai
salah satu contoh, di mana di daerah ini terdapat berbagai kawasan wisata
dan sebagian besar masih melakukan pembangunan fasititas-fasilitas yang
dibutuhkan meskipur) perkembangan pariwisata di Bali telah ada sejak lama.
2. Pengembangan Pariwisata Perkotaan
Pariwisata perkotaan adalah pariwisata yang dilakukan di suatu kota di mana
pariwisata dapat merupakan komponen penting bagi aktivitas perkotaan
Lampiran - 43
tersebut tapi bukanlah kegiatan yang utama. Hotel dan fasilitas wisata
lainnya merupakan bagian integral dari kegiatan perkotaan yang melayani
wisatawan yang memang datang untuk berwisata atau petaku-pelaku bisnis.
Meskipun demikian lokasi hotel dan fasilitas wisata tetap mepJpakan faktor
penting yang periu dipertimbangkan terutama keterkaitannya dengan sistem
transportasi dan daya tarik yang dimiliki oleh kota tersebut. Objek dan daya
tarik wisata yang dikunjungi oleh wisatawan umumnya dimanfaatkan juga
oleh masyarakat lokaL
Pengembangan kembali kawasan-kawasan lama perkotaan yang memiliki
nilai sejarah tinggi merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh pe-
merintah daerah setempat untuk meningkatkan daya tarik kota. Selain itu fa-
silitas konferensi dan pertemuan yang dimiliki oleh suatu kota periu diper-
timbangkan untuk dikembangkan untuk mengantisipasi perkembangan pasar
bisnis.
3. Pariwisata Minat Khusus dan Petualangan
Pariwisata minat khusus umuninya adaiah wisatawan yang umumnya dalam
kelompok kecil yang ingin melakukan perjalanan untuk mempelajari dan
memperoleh pengalaman dari komponen-komponen daya tarik spesifik yang
dimiliki oleh suatu daerah. Minat dari wisatawan ini dapat berupa minat untuk
mempelajari kebudayaan suatu daerah seperti tarian, musik, seni, kerajinan,
arsitektur, gaya hidup, kegiatan ekonomi khusus, arkeologi dan sejarah
daerah. Selain itu minat dalam aspek lingkungan seperti terhadap flora,
fauna, geologi, taman nasional, dan taman laut. Umumnya minat-minat yang
ada merupakan minat-minat profesional sesuai dengan profesi mereka
sehari-hari.
Berkaitan dengan pariwisata minat khusus, pariwisata petualangan juga me-
rupakan salah satu altematif yang dikembangkan oleh daerah-daerah yang
relatif belum memiliki perkembangan pariwisata dengan baik dan memiliki
daya tarik spesifik. Wisatawan seperti ini secara individual umumnya menan-
tang bahaya seperti melakukan kegiatan safari di daerah-daerah terpencil,
pendakian gunung, panjat tebing, arung jeram, berbuiti dan memandng.
Pengembangan pariwisata seperti ini tidak memerlukan pengembangan fa-
silitas skala besar atau investasi yang mahal untuk pengembangan fasilitas
dan prasarana. Narnun, suatu organisasi yang baik, pengetahuan pemandu
wisata yang memadai, sistem transportasi yang terintegrasi disertai fasilitas
dan pelayanan yang baik, dan ketersediaan akomodasi sederhana tetap di-
perlukan. Pariwisata minat khusus dan petualangan ini merupakan salah
satu pariwisata yang saat ini berkembang dengan pesat baik dalam hal pasar
maupun pengembangan, namun tetap dengan jumlah yang relatif kecil untuk
setiap daerah.
Lampiran - 44
4. Pengembangan Pariwisata Altematif
Pariwisata altematif adalah pariwisata berkelanjutan yang berskala kecil,
tidak konvesional, dan tidak bersifat masal mengunjungi tempat-tempat yang
secara sosial dan lingkungan sensitif. Meskipun pariwisata tersebut bernama
altematif, dalam proses perencanaan pariwisata secara umum pertu untuk
dipertimbangkan.
Secara umum pengembangan pariwisata harus peka terhadap lingkungan
sosial dan lingkungan fisik untuk mencapai suatu pembangunan yang berke-
lanjutan. Sementara pariwisata altematif ini adaiah pariwisata yang dilakukan
dan dikembangkan pada daerah yang sangat peka terhadap perubahan
lingkungan fisik, sosial dan budaya, sehingga untuk pengembarigannya pertu
dianalisis.
Dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya pariwisata ini periu dikaji se-
cara mendalam terutama pada daerah-daerah yang secara budaya maupun
lingkungan ekologis sensitif terhadap perubahan. Salah satu keunggulan
yang dimiliki dengan adanya pengembangan pariwisata ini adaiah dampak
ekonomi yang ditimbulkan langsung diterima oleh masyarakat setempat
dalam bentuk pendapatan atau tenaga kerja. Keunggulan tainnya adaiah
pariwisata seperti ini tidak memerlukan investasi yang besar dalam fasilitas
maupun infrastruktur.
a. Pengembangan Pariwisata Pedesaan
Pariwisata desa/pedesaan, di mana sekelompok wisatawan tinggaldi
suatu desa tradisional atau bahkan desa terpencil untuk kemudian
mempelajari kehidupan dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Pariwi-
sata pedesaan ini dapat dilakukan pada daerah-daerah di mana terda-
pat dominasi atau karakteristik menonjol dari kehidupan sehari-hari ma-
syarakat yang ada di wilayah pedesaan tersebut. Misalnya di daerah
Pertanian, perkebunan, nelayan, desa kerajinan dan lain-lain. Di sam-
ping itu wilayah pedesaan tersebut menunjukkan ciri kehidupan/suasa-
na pedesaan yang unik dan dapat pula ditunjang oleh kondisi alam/
lingkungan yang indah dan alami, sehingga menunjukkan perbedaan
dengan wilayah-wilayah perkotaan dan daerah terbangun lainnya.
b. Pengembangan Ekowisata
Di dalam pengembangan ekowisata alam, wisatawan melakukan kun-
jungan ke suatu obyek wisata dan melakukan pengamatan, dan perja-
lanan seperti melakukan pendakian gunung, berperahu di sungai-
sungai dengan pemandu-pemandu lokal yang menjelaskan karakteristik
lingkungan setempat. Hal khusus dari pengembangan ekowisata alam
ini adalah bahwa obyek yang dikunjungi keaslian alamnya masih
sangat terjaga. Dengan demikian bentuk perjalanan wisata di daerah ini
seminimal mungkin menghindari terjadinya kerusakan dan perubahan
Lampiran - 45
lingkungan alami yang ada. Penekanan pada jenis wisata ini adalah
pada experience/pengalaman perjalanannya.
c. Pengembangan Agrowisata
Pengembangan Agrowisata dilakukan pada daerah-daerah yang
memiliki areal perkebunan yang cukup luas serta terkelola dengan baik
oleh suatu lembaga tertentu, baik yang bersifat perorangan, atau
perusahaan. Di dalam pengembangan agrowisata ini, yang periu
diperhatikan bahwa kawasan yang dikembangkan tersebut memiliki
hasil produksi yang kontinyu sepanjang tahun, sehingga dapat
dikunjungi setiap saat. Di samping menampilkan atraksi hasil dari
perkebunan itu sendiri, daya tarik dari pengembangan agrowisata
adalah bila proses penanaman, pemetikan, serta pengolahan dari hasil
perkebunan itu juga dapat ditampilkan menjadi suatu paket khusus.
Dalam hal ini wisatawan dapat menikmati seluruh rangkaian kegiatan
yang berlangsung di suatu perkebunan.
Lampiran - 46
Lampiran E
Anatomi Unsur-Unsur Kepariwisataan
1. Hakekat Kepariwisataan
Jika berbicara tentang pariwisata, yang umumnya segera diingat biasanya
hanyalah 4 hal, yakni :
► Obyek wisata,
► Hotel,
► Wisatawan,
► Biro perjalanan.
Dengan demikian, jika ada usaha pengembangan pariwisata, maka yang ter-
bayangkan adalah membangun hotel, khususnya hotel berbintang. Umum-
nya orang berangapan, dengan membangun hotel, otomatis wisatawan akan
datang, kemudian menghubungi biro perjalanan, lalu mendatangi obyek wi-
sata. Dengan orang yang demikian, jika kita berbicara mengenai pengem-
bangan pariwisata, yang dibayangkannya adalah mencari penanam modal,
yang akan menanamkan modalnya untuk membangun hotel. Cukup sampai
di situ. Benarkah demikian ?
Gambar E.1 : Demand Side, Supply Side, dan Contextual Side dalam
Kepariwisataan
Supply
Side
Demand
Side
Contextual
Side
Kepariwisataan
Di luar golongan awam, para pakar berusaha membedah kepariwisataan de-
ngan cara yang beda. Mereka telah melangkah lebih jauh, membedah dunia
pariwisata lebih dari sekedar atas 4 hal di atas. Ada yang membedahnya
atas 3 hal, yakni :
► Demand side,
► Supply side,
► Contextual side.
Sementara itu ada pula yang menyebutkan bahwa kepariwisataan meliputi
3 A, yakni :
► Attraction,
► Accessibility.
Lampiran - 47
► Amenity.
Sementara itu, istilah produk pariwisata sangat sering digunakan jika kita
berbicara tentang kepariwisataan. Di mana letak hal terakhir ini di antara ke-
3 hal di atas, baik di antara demand side, supply side, dan contextual side,
maupun di antara 3 A di atas ? Apakah produk pariwisata sama dengan
supply side. Apakah produk pariwisata merupakan sebutan lain dari
attraction. Sebagai suatu istilah, apakah produk pariwisata masih dapat
digunakan, khususnya di Indonesia ?
Gambar E.2 : 3 A dalam Kepariwisataan
Amenity
Accesibility
Attraction3 A3 A
Ada pula istilah obyek wisata. Apa beda antara obyek wisata dengan atraksi
wisata ? Apa beda obyek wisata dengan kawasan pariwisata ? Apa hubung-
an antara objek wisata dengan produk pariwisata ? Bagaimana semua ini
terstruktur membentuk fenomena yang kita kenal sebagai kepariwisataan ?
Jika kita berbicara mengenai dunia produksi, kita mengenal adanya upaya
pemrosesan. Suatu bahan mentah, sebelum mencapai tahap layak jual, ter-
lebih dahulu harus menjalani serangkaian kegiatan pemrosesan. Pemroses-
an tersebut dapat berupa pemrosesan secara kimiawi, penggergajian, pema-
hatan, pengemasan, dan lain sebagainya, tergantung jenis bahan mentah
dan produk yang dituju. Melalui upaya tersebut bahan mentah tersebut men-
dapatkan nilai tambah tertentu. Setelah menjalani semua itu, maka bahan
mentah tersebut berubah menjadi suatu produk, untuk kemudian siap dipa-
sarkan. Setelah menjalani tahap pemasaran tertentu, maka akan timbul pe-
minat atas produk tersebut. Peminat tersebut akan berdatangan ke tempat
beradanya produk tersebut. Oleh peminatnya, produk tersebut kemudian
dibeli. Dengan dibelinya produk tersebut, maka produk tersebut dibawa me-
nuju ke tempat si pembeli, meninggalkan tempat asal produk tersebut.
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran
Pedoman RIPPDA - Lampiran

More Related Content

Viewers also liked

Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...
Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...
Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...Fitri Ciptosari
 
Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Dadang Solihin
 
Strategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerahStrategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerahUmpungeng
 
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diyRencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diyHairullah Gazali
 
Pengertian, istilah dan sejarah
Pengertian, istilah dan sejarahPengertian, istilah dan sejarah
Pengertian, istilah dan sejarahSyaiful Anam
 

Viewers also liked (9)

Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015
 
Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...
Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...
Strategi Pemasaran Dan Kontribusinya Dalam Upaya Konservasi di Taman Nasional...
 
Pengantar Kepariwisataan
Pengantar KepariwisataanPengantar Kepariwisataan
Pengantar Kepariwisataan
 
Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah
 
Daya tarik wisata
Daya tarik wisataDaya tarik wisata
Daya tarik wisata
 
Metodologi Penyusunan RIPPDA
Metodologi Penyusunan RIPPDAMetodologi Penyusunan RIPPDA
Metodologi Penyusunan RIPPDA
 
Strategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerahStrategi pengembangan pariwisata daerah
Strategi pengembangan pariwisata daerah
 
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diyRencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
 
Pengertian, istilah dan sejarah
Pengertian, istilah dan sejarahPengertian, istilah dan sejarah
Pengertian, istilah dan sejarah
 

Similar to Pedoman RIPPDA - Lampiran

Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
TUGAS 3 PERENCANAAN TAPAK.pptx
TUGAS 3  PERENCANAAN TAPAK.pptxTUGAS 3  PERENCANAAN TAPAK.pptx
TUGAS 3 PERENCANAAN TAPAK.pptxAryaniZebua
 
Penataan ruang-kota
Penataan ruang-kotaPenataan ruang-kota
Penataan ruang-kotaLyyzza Mambo
 
(9) Penataan Ruang Kota.ppt
(9) Penataan Ruang Kota.ppt(9) Penataan Ruang Kota.ppt
(9) Penataan Ruang Kota.pptssuser8924bf
 
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Materi pembahasan laporan akhir print version
Materi pembahasan laporan akhir print versionMateri pembahasan laporan akhir print version
Materi pembahasan laporan akhir print versionDix Ajus
 
PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKALPENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKALSujud Marwoto
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisDeki Zulkarnain
 
Penyusunan masterplan wisata_alam_batu_p
Penyusunan masterplan wisata_alam_batu_pPenyusunan masterplan wisata_alam_batu_p
Penyusunan masterplan wisata_alam_batu_pPoetra Bentar
 
Desa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docxDesa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docxSILVI VIA
 
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.pptRakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.pptOceanEnviro
 
Bab 05 perumusan rencana aksi program
Bab 05 perumusan rencana aksi programBab 05 perumusan rencana aksi program
Bab 05 perumusan rencana aksi programsumbodho sumbodho
 
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptxPTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptxDeboraginting1
 
TOBA INTEGRATED MASTERPLAN
TOBA INTEGRATED MASTERPLANTOBA INTEGRATED MASTERPLAN
TOBA INTEGRATED MASTERPLANDiari Rizal
 

Similar to Pedoman RIPPDA - Lampiran (20)

Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Deskripsi dtw menurut jenisnya
Deskripsi dtw menurut jenisnyaDeskripsi dtw menurut jenisnya
Deskripsi dtw menurut jenisnya
 
pertemuan 5
pertemuan 5pertemuan 5
pertemuan 5
 
TUGAS 3 PERENCANAAN TAPAK.pptx
TUGAS 3  PERENCANAAN TAPAK.pptxTUGAS 3  PERENCANAAN TAPAK.pptx
TUGAS 3 PERENCANAAN TAPAK.pptx
 
Penataan ruang-kota
Penataan ruang-kotaPenataan ruang-kota
Penataan ruang-kota
 
(9) Penataan Ruang Kota.ppt
(9) Penataan Ruang Kota.ppt(9) Penataan Ruang Kota.ppt
(9) Penataan Ruang Kota.ppt
 
Penataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataanPenataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataan
 
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Materi pembahasan laporan akhir print version
Materi pembahasan laporan akhir print versionMateri pembahasan laporan akhir print version
Materi pembahasan laporan akhir print version
 
PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKALPENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategis
 
Pembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak imanPembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak iman
 
2993693.ppt
2993693.ppt2993693.ppt
2993693.ppt
 
Hutan rahmawaty10
Hutan rahmawaty10Hutan rahmawaty10
Hutan rahmawaty10
 
Penyusunan masterplan wisata_alam_batu_p
Penyusunan masterplan wisata_alam_batu_pPenyusunan masterplan wisata_alam_batu_p
Penyusunan masterplan wisata_alam_batu_p
 
Desa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docxDesa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docx
 
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.pptRakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
 
Bab 05 perumusan rencana aksi program
Bab 05 perumusan rencana aksi programBab 05 perumusan rencana aksi program
Bab 05 perumusan rencana aksi program
 
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptxPTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
 
TOBA INTEGRATED MASTERPLAN
TOBA INTEGRATED MASTERPLANTOBA INTEGRATED MASTERPLAN
TOBA INTEGRATED MASTERPLAN
 

More from Fitri Indra Wardhono

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Fitri Indra Wardhono
 
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Fitri Indra Wardhono
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanInstrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahEvaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahFitri Indra Wardhono
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaFitri Indra Wardhono
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasFitri Indra Wardhono
 
Teknik "Perisai Diri" : Teknik Clurit
Teknik "Perisai Diri" : Teknik CluritTeknik "Perisai Diri" : Teknik Clurit
Teknik "Perisai Diri" : Teknik CluritFitri Indra Wardhono
 

More from Fitri Indra Wardhono (20)

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
 
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
 
Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
 
Kumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standarKumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standar
 
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanInstrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
 
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahEvaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
 
Daftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyahDaftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyah
 
Kebatinan & kejawen islam
Kebatinan & kejawen   islamKebatinan & kejawen   islam
Kebatinan & kejawen islam
 
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyahDaftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
 
Sistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataanSistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataan
 
Paparan dompak
Paparan dompakPaparan dompak
Paparan dompak
 
Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006
 
Kek teroritis
Kek teroritisKek teroritis
Kek teroritis
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
 
Kumpulan motivasi
Kumpulan motivasiKumpulan motivasi
Kumpulan motivasi
 
Teknik "Perisai Diri" : Teknik Clurit
Teknik "Perisai Diri" : Teknik CluritTeknik "Perisai Diri" : Teknik Clurit
Teknik "Perisai Diri" : Teknik Clurit
 

Pedoman RIPPDA - Lampiran

  • 1. Lampiran - 1 Lampiran A Survey dan Kajian Sisi Sediaan 1. Survey Umum Terhadap Karakteristik Daerah Survey umum terhadap karakteristik daerah meliputi aspek kebijaksanaan, geografi, kependudukan, dan lainnya. Karakteristik geografi secara Umum mengenai Kabupaten atau Kota perlu disurvey untuk memberi gambaran secara utuh mengenai daerah studi, sehingga dapat dijadikan landasan untuk proses penditian dan analisis terhadap aspek-aspek terkait. Pada dasarnya satu dokumen rencana komprehensif akan mengandung suatu gambaran Umum dari informasi daerah sebagai salah satu landasan perencanaan. Komponen karakteristik daerah yang disurvey adalah: a. Lokasi. b. Lingkungan alam. c. Sejarah daerah. d. Pola sosial budaya dan ekonomi. e. Pola tata guna lahan. f. Kualitas lingkungan. Pengkajian tertiadap peta daerah dan kunjungan lapangan ke lokasi objek dan daya tarik wisata merupakan tahapan yang perlu dilakukan untuk mem- peroleh gambaran terhadap kondisi eksisting lapangan. Sementara untuk data-data dasar sebagian besar sudah tersedia pada pihak pemerintah, Universitas dan berbagai lembaga lainnya dalam bentuk laporan atau peta. Namun, demikian ketersedlaan data ini sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Pada kebanyakan kasus yang terjadi, kekurangan data merupakan salah satu faktor penghambat pelaksanaan studi. Salah satu cara untuk menutupi kekurangan data tersebut dapat dilakukan estimasi berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan atau dengan membaca berbagai literatur geografi dan sejarah mengenai daerah studi. a. Lokasi Lokasi daerah studi harus dipetakan terhadap negara secara keselu- ruhan maupun terhadap provinsi. Lokasi daerah merupakan pertim- bangan penting untuk pengembangan parMsata, dengan lokasi dapat diketahui jarak derah tertiadap pasar potensial utama atau daerah yang telah memiliki pariwisata yang berkembang dengan baik, seperti Bali. Hal ini merupakan salah satu masukan bagi analisis pasar, karena peluang pasar dapat diidentifikasi dengan Jelas. Selain itu, lokasi juga merupakan bahan pertimbangan bagi penentuan jalur wisata dari produk wisata yang akan dikembangkan baik jalur wisata internal dalam kabupaten atau kota maupun Jalur wisata untuk daerah yang lebih luas (misalnya : antar kabupaten atau provinsi).
  • 2. Lampiran - 2 b. Lingkungan Alam 1- Iklim Pola iklim daerah meliputi : curah hujan, temperatur, kelembaban, pencahayaan sinar matahari, kabut, kecepatan dan arah angin, dan variasi musim. Iklim dapat mempengaruhi pengembangan pa- riwisata yang akan dilakukan, misalnya saja dengan jumlah hari hujan yang tinggi menyebabkan tidak memungkinkan untuk pe- ngembangan lapangan golf. Iklim ini perlu dipetakan dengan jelas dalam dokumen RIPPDA untuk mengantisipasi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Topografi yang merupakan karaktenstik permukaan bumi meliputi konfigurasi tanah, kemiringan, ketinggian dan jenis permukaan (misal : danau, rawa dan sungai) perlu dipetakan. Pada RIPPDA Kabupaten/Kota, perencanaan yang dilakukan sudah bersifat mendetail, sehingga aspek penentuan lokasi merupakan pertim- bangan penting dalam pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata tidak mungkin dilakukan pada daerah yang sering mengalami longsor atau banjir, sehingga dengan acuan ini dapat diketahui mana daerah-daerah yang memang memiliki kelayakan untuk pengembangan kawasan wisata di daerah bersangkutan. Kehidupan satwa liar dan vegetasi hutan berdasarkan jenis, dan lokasinya perlu diindikasikan. Jarak dari habitat satwa liar maupun kawasan lindung perlu dipertimbangkan untuk pengembangan pa- riwisata, sehingga pengembangan pariwisata yang akan dilakukan tidak mengganggu atau merusak proses konservasi yang sedang dilakukan. Namun, juga sebaliknya kehidupan satwa liar dan ve- getasi ini dapat juga menjadi daya tarik wisata yang dapat dijual, dengan syarat dikelola dengan baik memperhatikan prinsip-prinsip periindungan. 2- Pantai dan Laut Karakteristik pantai dan laut yang perlu disurvey meliputi lokasi dan karakteristik pantai, terumbu karang, kehidupan bawah laut, kandungan sumber daya alam, pasang surut, formasi karang dan perikanan. Permasalahan konservasi laut perlu diinvestigasi dan diungkapkan dengan jelas, sehingga pengembangan pariwisata tidak merusak proses konservasi yang dilakukan. Bila hal tersebut terjadi maka pengembangan pariwisata di kawasan pantai dan laut yang akan menimbulkan kerusakan tingkungan akan dimini- malkan.
  • 3. Lampiran - 3 3- Geologi Karakteristik geologi merupakan pertimbangan penting dalam pe- ngembangan pariwisata. Kesesuaian antara pengembangan pari- wisata dengan jenis batuan atau kandungan mineral yang dimiliki merupakan satah satu pertimbangan penting. Namun, di lain pihak terdapat sungai-sungai bawah tanah dan gua Juga memberi peluang untuk mengembangkan produk wisata, seperti caving yang saat ini memiliki pasar yang sedang berkembang. 4- Sumber Daya Alam Beberapa daerah memiliki potensi sumber daya alam yang cukup balk, misalnya saja suatu daerah memiliki potensi pengembangan peitanian atau perkebunan, atau minyak bumi. Potensi tersebut perlu dlpertimbangkan karena apabila manfaat yang dihasilkan lebih tinggj dan pengembangan pariwisata, maka daerah tersebut tidak dikembangkan pariwisata. c. Sejarah Daerah Pengetahuan mengenai sejarah daerah penting, karena dalam peren- canaan pariwisata banyak sekali aspek sejarah yang merupakan daya tarik wisata, seperti bangunan-bangunan bersejarah, candi, bentuk arsi- tektur rumah penduduk, dan kerajinan tangan. Sejarah suatu daerah mempengaruhi sistem sosial budaya dari penduduk setempat dan sikap terhadap pengembangan pariwisata itu sendiri. Sejarah mengenai daerah studi perlu diungkapkan dan dijadikan bahan pertimbangan dalam analisis perencanaan pariwisata dan formulasi rencana. d. Pola Sosial Budaya dan Ekonomi 1- Karakteristik Populasi/Penduduk Distribusi populasi penduduk merupakan pertimbangan penting dalam setiap pembangunan. Hal ini dapat disajikan dalam bentuk gambar atau tabel mengenai populasi penduduk masa lalu dan eksisting. Selain itu proyeksi penduduk juga perlu dikaji. Kelompok umur penduduk dapat menunjukkan angkatan kerja yang ada di daerah disertai dengan jenis kelaminnya dan pendidikan.Sehingga dapat diketahui berapa besar potensi tenaga kerja yang dimitiki. 2- Kebudayan dan Adat Istiadat Pola budaya masyarakat perlu diidentifikasi dengan jelas, hal ini meliputi : struktur sosial, sistem nilai, gaya hidup dan sikap. Pada daerah Kabupaten/Kota baik itu Kabupaten maupun Kota karakteristik pola budaya daerah. Umumnya dapat dikategorikan seragam, namun pada daerah-daerah yang luas atau perkotaan polanya dapat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya.
  • 4. Lampiran - 4 Selain itu nilai-nilai religius yang berlaku juga perlu diperhatikan, Umumnya di sebagian besar wilayah Indonesia yang didominasi deh penduduk beragama Islam terdapat pantangan terhadap minuman beralkohol atau daging babi. Hal ini perlu diperhatikan agar benturan-benturan yang akan terjadi dengan adanya pe- ngembangan pariwisata dapat diantisipasi sedini mungkin. Tarian, musik, drama, upacara adat, kerajinan, pakaian daerah dan hasil seni merupakan bagian dari pola budaya masyarakat yang dapat merupakan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan 3- Profil Ekonomi Profil ekonomi daerah perlu diidentifikasi dengan jelas. Hal ini me- liputi produk domestik bruto, tingkat pendapatan, jenis dan nilai ekspor dan impor dan pendapatan asli daerah. Keterkaitan antara pariwisata dengan ekonomi. daerah secara keseluruhan perlu di- ungkapkan, sehingga besarnya sumbangan sektor pariwisata dan sektor-sektor lain terhadap pendapatan asli daerah dapat diketahui. Pertumbuhan ekonomi daerah perlu diungkapkan disertai dengan proyeksi pertumbuhan masa mendatang. Daerah-daerah yang be- lum memililki perkembangan ekonomi dengan baik dapat diketahui untuk memungkinkan pengembangan sektor pariwisata di daerah yang tidak memiliki sektor altematif penghasil pendapatan daerah. e. Pola Tata Guna Lahan Dalam penyusunan RIPPDA Kabupaten, pola tata guna lahan daerah secara umum perlu diidentifikasi, lahan pertanian, industri, perkebunan, hutan lindung, pernukiman dan jalur transportasi dipetakan dengan baik. Pada perencanaan RIPPDA Kota, pemetaan yang dilakukan dapat bersifat lebih detail, sehingga dalam pengembangan pariwisata peruntukan pengembangan yang akan dilakukan dapat dengan jelas ditentukan dan dipilih. Kepemilikan lahan juga dapat merupakan pertimbangan untuk pemi- likan kawasan pengembangan pariwisata daerah. Lahan yang ada da- pat dimiliki oleh perorangan, adat, institusi atau pemerintah. Informasi ini dapat menentukan pengembangan yang akan dilakukan. f. Kualitas Lingkungan Kualitas lingkungan dari daerah studi terutama pada kawasan wisata eksisting dan yang akan dikembangkan merupakan pertimbangan pen- ting sebagai daya tarik bagi wiisatawan maupun bagi penduduk lokaL Komponen dari kualitas lingkungan yang perlu dikaji cukup banyak, namun dalam pelaksanaan studi komponen yang dikaji tersebut dapat bervariasi sesuai dengan kondisi daerah atau sudah tercakup dalam
  • 5. Lampiran - 5 pembahasan lain. Komponen kualitas lingkungan yang perlu dipertim- bangkan, secara tengkap adalah sebagai berikut : 1- Kualitas udara, 2- Kualitas air bersih (air minum), 3- Kualitas air permukaan, 4- Kualitas air bawah tanah, 5- Tingkat kebisingan, 6- Tingkat Kebersihan lingkungan umum, 7- Kualitas lansekap, 8- Desain bangunan dan pemeliharaannya, 9- Desain perkotaan, 10- Rambu-rambu, 11- Pola tata guna lahan dan jaringan transportasi, 12- Tingkat kemacetan, 13- Ruang terbuka, 14- Taman dan kawasan lindung, 15- Pemandangan alam, 16- Penyakit. g. Survey Kelembagaan Survey elemen kelembagaan dalam proses perencanaan meliputi pengkajian terhadap kebijakan dan rencana pengembangan, kebijakan investasi daerah, ketersediaan modal, peraturan daerah yang berkaitan dengan pariwisata dan kebijakan pembangunan daerah lainnya. Peneli- tian pada tahapan ini merupakan input dalam analisis perencanaan, for- mulasi kebijakan dan rencana, dar rekomendasi. Survey kelembagaan ini dapat meliputi kajian terhadap dokumen-dekumen yang ada dan dis- kusi dengan pihak pemerintah dan swasta sebagai pelaku di lapangan. h. Kebijakan Pembangunan dan Rencana Eksisting Hampir seluruh Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia telah memiliki do- kumen-dokumen mengenai perencanaan daerahnya masing-masing. Bentuk dokumen ini dapat bersifat perencanaan jangka panjang mau- pun jangka pendek, daerah secara keseluruhan maupun kawasan-ka- wasan terpilih, dan terkadang dalam dokumen tersebut juga tercakup sektor pariwisata. Selain di daerah bersangkutan, pada tingkatan yang lebih tinggi, seperti tingkat Provinsi atau Nasional juga terdapat doku- men-dokumen yang berkaitan dengan daerah studi. Oleh karena itu informasi ini perlu dikaji dengan baik karena hal ini akan mempengaruhi formulasi kebijakan pariwisata yang akan diambil. Selain itu pada kondisi sebaliknya ternuan yang diperoleh di lapangan dapat menjadi masukan terhadap kebijakan yang sudah ada. Sangat dimungkinkan pemerintah daerah ataupun pemerintah yang berada di atasnya telah memiliki program pembangunan dalam sektor pariwisata yang akan dilaksanakan daerah studi, hal ini merupakan bahan masukan penting dalam perencanaan pariwisata yang dilakukan.
  • 6. Lampiran - 6 Pembangunan jaringan jalan, bandar udara, perluasan industri dan ren- cana-rencana lainnya akan turut mempengaruhi pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil. i. Kebijakan Investasi Kebijakan investasi dalam proyek pembangunan di daerah merupakan salah satu pertimbangan penting dalam perencanaan pariwisata. Pe- ngembangan pariwisata akan berhasil bila tercipta iklim investasi yang baik di daerah. Jenis penanaman modal dan adanya insentif meru- pakan informasi penting untuk mendorong investor menanamkan mo- dalnya di daerah. Dalam proses selanjutnya, RIPPDA Kabupaten/Kota ini juga memberi- kan rekomendasi penting mengenai kebijakan investasi yang perlu di- ambil oleh Pemda untuk lebih mendorong investasi, sehingga pengem- bangan pariwisata dapat terlaksana dengan baik. Ketersediaan sumber dana di daerah untuk pengembangan pariwisata juga merupakan hal penting yang perlu dipertimbangkan, karena pembangunan infrastruktur merupakan kewajiban pemerintah yang perlu diberikan jika pariwisata daerah ingin berhasil. Sebagai contoh untuk pembangunan kawasan wisata atau hotel diperlukan ketersediaan infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih yang seluruhnya perlu disediakan oleh pemerintah. j. Peraturan yang Berkaitan dengan Pariwisata Jika pariwisata telah ada dan berkembang di suatu daerah, kemung- kinan besar daerah tersebut telah memiliki peraturan-peraturan pariwi- sata. Peraturan ini perlu dikaji untuk melihat kesesuaiannya dengan pe- ngembangan yang akan dilaksanakan. Peraturan mengenai hotel, biro perjalanan, pemandu wisata merupakan aspek-aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Dan tidak hanya itu peraturan-peraturan daerah yang berkaitan secara tidak langsung pun perlu dipertimbangkan de- ngan baik, misalnya : pola guna lahan, pengaturan tinggi bangunan dan arsitekturnya, merupakan masukan untuk menentukan pengembangan pariwisata selanjutnya. Bila terdapat ketidaksesuaian dengan pengem- bangan yang akan dilakukan, akan sangat mungkin diberikan rekomen- dasi untuk melakukan modifikasi terhadap peraturan-peraturan terse- but. k. Pendidikan Pariwisata dan Program Pelatihan Daerah yang memiliki sektor pariwisata yang tetah berkembang biasa- nya memiliki lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata. Lembaga atau badan, seperti ini perlu disurvey dan dievaluasi sebagai bahan pertimbangan perencanaan sumber daya manusia daerah yang me- rupakan salah satu komponen perencanaan pariwisata. Pendidikan dan pelatihan ini dapat mencakup bidang perhotelan dan, restoran, peman- du wisata, perencanaan, pemasaran dan penelitian.
  • 7. Lampiran - 7 2. Survey dan Kajian Aspek-Aspek Sediaan / Produk Wisata a. Survey Objek dan Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata merupakan dasar dari pengembangan pariwisata, hal ini merupakan elemen penting dalam produk pariwisata. Tanpa adanya faktor daya tarik yang substansial, pariwisata yang berorientasi untuk kesenangan atau untuk berlibur tidak memungkinkan dikembangkan. Meskipun demikian masih ada peluang-peluang lain, misalnya saja per- jalanan bisnis, dinas pemerintah, tonferensi, keagamaan dan berbagai maksud perjalanan wisata lainnya. Umumnya dalam menganalisis dan memilih objek dan daya tarik wisata yang akan dikembangkan perlu melihat potensi pasar wisata eksisting. Objek dan daya tarik wisata yang akan dikembangkan harus sesuai de- ngan target pasar yang dimiliki. Kesesuaian antara kedua faktor akan menghasilkan keberhasilan dalam pengembangan pariwisata. Jenis daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah akan menentukan jenis pasar sasaran dan promosi pariwisata yang akan dilakukan. Permintaan pa- sar yang ada akan menentukan jenis daya tarik yang akan dikembang- kan. Pendekatan penting yang dapat dilakukan adalah mengkaitkan kompo- nen daya tarik yang dimliki dengan kegiatan wisata yang mungkin dilakukan. Komponen tersebut secara tersendiri dapat saja merupakan sebuah daya tarik yang dapat dijual dan dikembangkan, sehingga daya tarik wisata perlu dievaluasi dan diidentifikasi untuk mempertimbangkan peluang kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di daerah. Untuk melakukan survey dan evaluasi dari daya tarik wisata, maka akan sangat penting untuk memahami jenis objek dan daya tarik yang perlu dipertimbangkan dalam pariwisata. Hal ini terutama dilakukan dalam fungsi analisis. Konsep umum dari jenis daya tarik yang telah lama dikenal adalah daya tarik alam yang biasanya berbentuk, pantai, danau, laut, iklim, hutan, lansekap alam, pemandangan dan bentuk- bentuk lainnya. Objek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Sistem umum dari pengelompokkan yang sering dipakai adalah : 1- Objek dan daya tarik alam, yang berbasiskan segala pada ling- kungan alam. 2- Objek dan daya tarik budaya, yang berbasiskan pada kegiatan manusia. 3- Objek dan daya tarik khusus, yang biasanya dibuat secara khusus oleh manusia untuk menarik kunjungan wisatawan.
  • 8. Lampiran - 8 1- Objek dan Daya Tarik Alam a- lklim Suhu udara yang hangat, cahaya matahari, dan iklim kering, seringkali dipertimbangkan sebai kondisi yang disukai oleh wisatawan terutama wisatawan yang berasal dari daerah musim dingin. Kondisi ini seringkali dikaitkan dengan daya tarik pantai, laut dan gunung yang memberi peluang kepada wisatawan untuk melakukan rekreasi. Iklim sebagai daya ta- rik menyebabkan perlu dilakukannya konservasi terhadap ik- lim tersebut dengan melakukan pengendalian terhadap polu- si udara. Perubahan iklim di suatu daerah perlu dipertimbangkan da- lam mengevaluasi iklim sebagai daya tarik. Iklim yang di- inginkan (misalnya : iklim kering) yang panjang merupakan keunggulan suatu hal yang patut untuk dipertimbangkan, se- hingga investasi yang ditanarnkan dalam bentuk fasilitas pe- layanan dan infrastruktur dapat dimaksimalkan. Evaluasi mu- sim merupakan dasar pertimbangan bagi peluang sumber daya wisata yang dimiliki dan target pasar untuk memper- panjang musim kunjungan ke daerah bersangkutan. Pada musim panas memungkinkan kunjungan wisatawan yang le- bih banyak dibandingkan musim hujan. b- Pemandangan Alam Pemandangan alam yang indah dapat menjadi motivasi uta- ma bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat, khu- susnya bila daerah tersebut telah memiliki konservasi terha- dap tempat tersebut. Konservasi yang dilakukan menyebab- kan kebersihan dan karakter alam dari lingkungan tersebut dapat dijaga dan dipertahankan. Daya tarik lansekap perke- bunan teh di Puncak, Jawa Barat atau hamparan persawah- an merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Dengan pemandangan alam yang indah, dapat dikembang- kan berbagai jenis aktivitas wisata, misalnya saja piknik, ber- kemah, pendakian gunung atau sebagai tempat peristirahat- an selama perjalanan. Sementara pemandangan alam yang indah yang memiliki jarak cukup jauh dapat dikembangkan wisata adventure dengan aktivitas, seperti panjat tebing, arung jeram dan penjelajahan alam. Pemandangan alam yang memiliki daya tarik cukup tinggj perlu dilindungi dengan pengembangan taman-taman nasional, sehingga pemba- ngunan yang terjadi di kawasan tersebut dapat dikendalikan
  • 9. Lampiran - 9 c- Pantai dan Laut Pantai dan laut umumnya diasosiasikan dengan aktivitas re- nang, selancar, berjemur, perahu, ski air, penyelaman, man- cing dan berbagai aktivitas air lainnya. Komponen ini meru- pakan daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan rekreasi atau relaksasi atau bahkan minat khusus, seperti olah raga selam. Potensi, seperti ini banyak sekali dimiliki daerah- daerah di Indonesia. Dengan kombinasi suhu dan iklim yang mendukung potensi ini sangat layak untuk dikembangkan. Namun, tidak lupa yang perlu diperhatikan adalah proses pertindungan tertiadap kawasan tersebut, sehingga daya tarik yang dimilikj dapat tetap dijaga kelestariannya dan dapat dipertahankan secara jangka panjang. d- Flora dan Fauna Flora dan fauna yang tidak dimiliki oleh daerah lain dapat merupakan daya tarik penting bagi suatu daerah, terutama bila dipadukan dengan pemandangan alam yang indah. Bu- nga Raflesia, Anggrek Hutan, Komodo, Anoa dan jenis lain- nya merupakan daya tarik yang kuat, yang dapat dijual kepa- da wisatawan. Setiap daerah dapat mengidentiffkasi potena flora dan fauna yang dimiliki. Pada beberapa kondia jumlah fauna yang berlebihan di suatu tempat memungkinkan dae- rah untuk niengembangkan wisata buru dengan pengen- dalian yang ketat dari pemerintah. Pada beberapa kasus, pariwisata sebagai salah satu faktor pendukung dilakukannya periindungan terhadap flora dan fauna dapat dijadikan suatu justifikasi. Kepunahan hewan- hewan langka akibat ulah manusia, menjadikan pariwisata sebagai alasan rasional untuk melakukan pertindungan. Ke- bun binatang, akuarium dan taman tumbuh-tumbuhan yang memiliki spesies khusus bila dikelola dan dikembangkan de- ngan baik dapat merupakan daya tarik kuat untuk pengem- bangan pariwisata. e- Lingkungan Alam Khusus Lingkungan alam khusus, seperti pegunungan, formasi geo- logi khusus, gua, geysers, mata air panas dan aktivitas gu- nung berapi medium merupakan daya tarik bagi wisatawan minat khusus atau wisatawan Umum lainnya. Pengembang- an spa dengan adanya mata air panas dengan mempertim- bangkan aspek pasar merupakan peluang pengembangan pariwisata, seperti yang sudah dilakukan di beberapa Kabu- paten/Kota. Pegunungan Jayawijaya di Irian Jaya merupa- kan daya tarik tersendiri bagi wisatawan minat khusus yang
  • 10. Lampiran - 10 ingin menaklukan pegunungan tersebut, dan bagi beberapa daerah potensi-potensi ini dapat menjadi sumber penda- patan daerah. f- Taman Nasional dan Kawasan Lindung Seperti telah diungkapkan sebelumnya dalam flora dan fau- na, beberapa jenis spesies yang ada perlu mendapat perlin- dungan khusus karena jumlahnya yang semakin terba-tas. Biasanya untuk melakukan periindungan, dibentuk atau di- tetapkanlah kawasan lindung di mana habitat berada. Ada- nya taman nasional dan kawasan lindung ini perlu untuk di- survey dan dievaluasi sebagai salah satu daya tarik wisata. Bila dampak pengembangan pariwisata tidak mengganggu proses perlindungan yang dilaksanakan maka pertimbangan kawasan tersebut sebagai daya tarik dapat dilakukan. Na- mun, sebaliknya RIPPDA juga perlu untuk merekomenda- sikan untuk metindungi suatu kawasan dan berbagai jenis kegiatan bila didalamnya terdapat spesies hewan atau tum- buhan yang dilindungi meskipun sebelumnya bdum terdapat dokumen yang mengaturnya. Tim perencana perlu mengkaji kriteria dan standar yang dite- tapkan pada taman atau kawasan lindung yang sudah ada. Hal ini selanjutnya diaplikasikan dalam proses perencanaan. Evaluasi fasilitas taman nasional dan kawasan lindung seba- gai daya tarik perlu menekankan konsep bahwa wisatawan yang datang perlu diberi pendidikan tentang konsep perlin- dungan alam, sehingga diharapkan secara sadar mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. g- Pariwisata Kesehatan Umumnya lingkungan alam juga banyak dimanfaatkan untuk pariwisata kesehatan. Mata air panas, kebersihan udara atau daya tarik alam lainnya memiliki fungsi kesehatan yang dapat dijual kepada wisatawan. Spa merupakan salah satu bentuk produk wisata yang ditawarkan kepada pasar. 2- Objek dan Daya Tarik Budaya a- Kawasan Budaya, Sejarah dan Arkeologis Kawasan budaya, sejarah dan arkeologis termasuk di dalam- nya monumen-monumen nasional, gedung-gedung berseja- rah, gereja, candi, mesjid dan tempat berlangsungnya peris- tiwa sejarah merupakan daya tarik utama di sebagian besar daerah di Indonesia. Daya tarik ini diperuntukan untuk dilin-
  • 11. Lampiran - 11 dungi, sehingga pariwisata yang dikembangkan harus sesuai dengan peran yang diemban oleh kawasan ini. b- Budaya Daerah Budaya daerah, tradis dan gaya hidup yang berbeda di se- tiap daerah merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Budaya daerah ini termasuk di dalamnya kepercayaan, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan kepercayaan agama biasanya dikaitkan; dengan kehidupan pedesaan atau pedalaman. Meskipun hal ini merupakan daya tarik bagi wisatawan namun perlindungan terhadapnya perlu dilakukan, sehingga kebudayaan yang ada dapat dilestarikan dan tetap terjaga. Selain itu permasalahan akibat kontak sosial penduduk setempat dengan wisatawan dapat diantisipasi dengan baik. c- Aktivitas Ekonomi Bentuk daya tarik budaya lainnya adalah aktivitas ekonomi masyarakat, seperti : proses pemetik teh, pembuatan batik, proses pengolahan lahan, nelayan tradisional dan teknik agribisnis. Selain itu pasar tradisional yang ada di berbagai daerah di Indonesia juga merupakan daya tarik yang dapat dijual kepada wisatawan. Hal ini tidak memeriukan investasi agar dapat dinikmati oleh wisatawan. d- Kawasan Perkotaan Variasi arsitektur yang dimiliki oleh kawasan perkotaan me- rupakan daya tarik budaya yang ditawarkan. Bangunan ber- sejarah, pusat kota, fasilitas perdagangan, restoran, taman dan kehidupan malam merupakan daya tarik bagi banyak wisatawan. Bentuk pengelolaan potensi pariwisata ini adalah dengan mengembangkan wisata kota dengan mengajak wi- satawan untuk berkunjung ke tempat-tempat menank di ka- wasan perkotaan. Eksplorasi oleh wisatawan terhadap ber- bagai daerah tanpa pemandu merupakan altematif menarik yang ditawarkan. Biasanya hal ini dilakukan dengan menye- diakan fasiiitas transportasi khusus dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut atau dengan menjual buku-buku petunjuk wisata perkotaan kepada wisatawan. e- Museum dan Fasilitas Budaya Lainnya Biasanya di suatu daerah terdapat berbagai jenis museum. Arkeologi, sejarah, alam, kerajinan dan seni, ilmu penge- tahuan, tekndogi dan industri, dan subjek-subjek lainnya me- rupakan jenis-jenis museum yang ada. Pendirian museum ini
  • 12. Lampiran - 12 pada awalnya adalah untuk konsumsi masyarakat lokal, na- mun kemudian berkembang untuk wisatawan pada umum- nya. Selain itu pusat-pusat budaya, seperti galeri dan toko antik, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. f- Festival Budaya Festival budaya yang biasanya dimasukkan ke dalam calendar of event, merupakan daya tarik yang bemilai tinggi bila dikelola dengan baik. Tradisi lokal dan kesenian dapat merupakan daya tarik utama. g- Kesukuan, Agama dan Nostalgia Pada beberapa daerah khusus, faktor suku, agama dan nostalgia perlu dipertimbangkan sebagai salah satu alasan mengapa wisatawan melakukan suatu perjalanan, sehingga suatu daya tarik tertentu dapat diasosiasikan untuk dapat menarik segmen pasar tertentu. Sebagai contoh perjalanan Lebaran yang sering dilakukan oleh sebagian besar bangsa Indonesia. Ini merupakan potensi wisatawan nusantara bagi daerah untuk dapat dimanfaatkan. Sementara untuk wisman banyak perjalanan nostalgia yang dilakukan oleh orang-orang Belanda yang ingin mengenang perang dunia baik yang dilakukan oleh orang-orang veteran atau pun keluarga yang ingin mengunjungi kuburan atau bekas tempat tinggal orang tua mereka. 3- Objek Dan Daya Tarik Khusus Jenis objek dan daya tarik khusus, secara khusus tidak berkaitan langsung dengan daya tarik alam maupun budaya. Jenis daya tarik ini sengaja dibuat untuk menarik wisatawan. a- Taman Ria dan Sirkus Taman ria umumnya bertemakan sejarah, petualangan, fan- tasi, orientasi masa depan atau kombinasi aspek-aspek ter- sebut ditawarkan kepada wisatawan dalam bentuk penga- laman, tontonan, belanja atau tunggangan. Taman ria yang sudah dikenal di Indonesia ini adalah Dunia Fantasi di Ancol Jakarta. Pengembangan taman-taman, seperti ini telah menjadi salah satu trend untuk menarik wisatawan datang ke suatu tempat. Dalam menarik pasar dan penghasilan, suatu taman ria da- pat berhasil, seperti apa yang terjadi di Disneyland Amerika, namun seringkali mengalami kegagalan, sehingga dalam proses perencanaan, perlu melakukan analisis kelayakan
  • 13. Lampiran - 13 ekonomi dengan baik dan mendalam. Selain taman ria yang bersifat permanen dimungkinkan pula pengembangan taman atau event-event yang bersifat temporer, misalnya : pameran perdagangan atau pun sirkus yang berkeliling. Namun, di In- donesia, khususnya kabupaten/kota hal ini belum berkem- bang dengan baik, sehingga belum mampu untuk menarik kunjungan wisatawan ke daerah. Hanya kota-kota besar saja yang mampu untuk mengembangkan objek dan daya tarik wisata ini. b- Belanja Belanja merupakan aktivitas signifikan bagi wisatawan untuk mengeluarkan uang yang dimilikinya. Hal ini perlu dipertim- bangkan dalam perencanaan pariwisata baik sebagai daya tarik maupun sebagai bagian dari pelayanan. Wisatawan Je- pang terkenal sebagai wisatawan yang memiliki tingkat be- lanja cukup tinggi terhadap barang-barang yang ditawarkan untuk kemudian di bawa kembali ke negaranya. Pada beberapa kota, pengembangan pusat-pusat perbelan- jaan dapat menarik kunjungan wisatawan ke kota tersebut. Berbagai jenis barang ditawarkan dengan harga kompetitif dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Selain di per- kotaan, hasil kerajinan dan seni di daerah juga dapat diper- timbangkan sebagai daya tarik. Hal ini dapat merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat. c- Pertemuan, Konferensi dan Konvensi Konferensi, kursus, seminar, pertemuan dan pelatihan dapat merupakan salah satu daya tarik yang ditawarkan kepada wisatawan. Saat ini telah banyak kota maupun daerah yang berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan hal tersebut. Hal ini didukung dengan fasilitas pertemuanyang disediakan oleh hotel di suatu daerah. Hampir semua daerah memiliki poten- si ini dan dapat dikembangkan. Pengembangan potensi ini tentu saja disertai berbagai per- timbangan. Salah satu pertimbangan yang umumnya diambil adalah adanya objek dan daya tarik lain yang bersifat kom- plementaritas bagi peserta pertemuan yang akan diadakan. Kunjungan mereka ke suatu tempat biasanya disertai de- ngan kunjungan ke objek dan daya tarik wisata, berekreasi, belanja dan hiburan. Selain itu aksesibilitas ke daerah ter- sebut haruslah memadai, terutama untuk pertemuan skala besar, karena dengan aksesibilitas yang baik dari semua daerah pertemuan yang diadakan dapat dilakukan lebih
  • 14. Lampiran - 14 efisien bila dibandingkan daerah yang kurang memiliki aksesibilitas yang baik. Peluang ini patut diperhatikan oleh setiap daerah dengan melakukan evaluasi untuk menentukan kelayakan ekonomi dan pasar yang akan dipilih serta fasilitas yang akan dikem- bangkan. Standar-standar fasilitas pertemuan perlu dikaji un- tuk menghasilkan kesesuaian dengan permintaan yang ada. d- Hiburan Hiburan di suatu daerah merupakan daya tarik untuk dikem- bangkan. Hiburan malam, seperti diskotik, pub dan restoran di suatu kawasan wisata merupakan pelengkap dari daya tarik wisata di suatu daerah. Pengembangan fasilitas ini ten- tu harus mengacu pada norma-norma yang berlaku di dae- rah, sehingga dalam pengembangannya nanti tidak terjadi benturan-benturan yang tidak diharapkan. Dalam perencanaan perlu ditentukan hiburan apa yang sesual untuk dikembangkan dan di mana tempat yang sesuai perlu ditentukan. Pada beberapa daerah, budaya daerah dapat turut mendukung keberadaan daya tarik ini. Tarian daerah disertai dengan nyanyiannya mungkin sesuai untuk diadakan dalam sebuah pub. Hal ini akan banyak membe- rikan wama terhadap pariwisata di daerah tersebut. e- Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga Fasilitas rekreasi dan olah raga umumnya merupakan kon- sumsi bagi masyarakat lokal. Namun, pada beberapa kondisi fasilitas rekreasi dapat merupakan suatu daya tarik utama bagi setiap daerah. Pelaksanaan even-even olah raga baik itu lokal, nasional dan terutama intemasional dapat mendo- rong perlumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu daerah. Even selancar, terjun payung, golf dan even-even lainnya merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Potensi alam dapat merupakan suatu ke- unggulan bagi daerah untuk mengembangkan everven olah raga. Dengan ombak yang baik di suatu daerah dapat men- dukung pelaksanaan even olah raga intemasional selancar. Kondisi kandungan perikanan di lautan dapat menarik even olah raga memancing. Tebing yang terjal dapat menarik even olah raga memanjat tebing. Dan masih banyak potensi- potensi lainnya yang dapat dikembangkan oleh daerah. Dalam RIPPDA, potensi-potensi tersebut diungkapkan de- ngan jelas, sehingga dapat dianalisis kegiatan olah raga apa yang sesuai untuk dikembangkan di daerah. Hal ini disertai
  • 15. Lampiran - 15 dengan target pasar yang dapat diraih dengan adanya pengembangan pariwisata yang dilakukan. f- Hotel dan Kawasan Wisata Pada beberapa kasus hotel maupun suatu kawasan wisata secara independen dapat berperan sebagai daya tarik wi- sata. Hotel-hotel bersejarah dan aktivitas yang dapat dila- kukan selama wisatawan tinggal dapat merupakan suatu daya tarik tersendiri. g- Moda Transportasi Spesifik Fasilitas transportasi dapat merupakan daya tarik bagi wisa- tawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Perjalanan dengan kereta api tua di Ambarawa atau di perkebunan saat ini merupakan objek wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Ataupun penyusuran sungai dengan kapal-kapal tradisional juga merupakan daya tarik suatu daerah. Pemandangan dan pengalaman selama perjalanan merupakan daya tarik uta- ma. Dalam perencanaan kondisi ini perlu dievaluasi, se- hingga dapat dijadikan suatu daya tarik yang cukup tinggi un- tuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. b. Teknik Evaluasi Survey Daya Tarik Wisata Daya tarik eksisting dan potensial dan suatu daerah harus secara sistematis dan objektif diidentifikasi dan dievaluasi sebagai bagian dari tahapan survey dan analisis dari proses perencanaan. Sementara pe- milihan daya tarik yang akan dikembangkan dan konsep perencanaan yang akan dilaksanakan untuk proses tersebut pada daya tarik tertentu akan dilaksanakan pada tahapan formulasi. 1- Identifikasi dan Deskripsi Daya Tarik Wisata Langkah pertama yang dilakukan dalam survey daya tarik wisata adalah dengan melakukan penelitian secara seksama, wawancara dengan pihak pemerintah, dan wawancara dengan narasumber yang mengetahui seluk beluk objek dan daya tarik wisata yang dimiliki oleh suatu daerah. Dari hasil langkah pertama ini maka ka- tegori dari objek dan daya tarik wisata disertai dengan karak- teristiknya merupakan informasi yang diperlukan untuk melakukan evaluasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya survey terhadap objek dan daya tarik wisata dilaku- kan, kemungkinan pada beberapa kasus kunjungan ini perlu dilakukan beberapa kali karena adanya perbedaan karakteristik berdasarkan waktu yang berbeda. Misalnya saja kunjungan di hari libur dengan kunjungan di hari kerja akan menimbulkan fenomena yang berbeda.
  • 16. Lampiran - 16 Identifikasi dari dayatarik harus dilakukan secara sistematis de- ngan mengindikasikan faktor-faktor pendukung dari suatu daya tarik. Faktor-faktor tersebut antara lain : a- Nama objek wisata. b- Jenis daya tarik. c- Lokasi. d- Aksesibilitas. e- Karakteristik khusus. f- Pengembangan yang sudah dilakukan. g- Keunggutan yang dimiliki. h- Permasalahan yang dihadapi. Umumnya informasi ini disertai dengan foto-foto objek dan daya tarik wisata sebagai pelengkap. Dengan informasi di atas, dalam RIPPDA Kabupaten/Kota objek dan daya tarik tersebut diplot dalam peta rencana, sehingga se- lanjutnya dapat dianalisis peluang maupun kendala yang dimiliki. Sistem transportasi dan potensi pengembangan daya tarik dapat diketahui dengan baik bila disajikan dalam peta secara bersa- maan. Selain itu daya tarik yang ada di daerah perlu dibandingkan kemampuannya untuk menarik kunjungan wisatawan. Ada objek dan daya tarik wisata yang memiliki skala intemasional, nasional, provinsi atau bahkan lokal. Evaluasi ini dilakukan untuk meng- identifikasi potensi pasar yang dimiliki, aksesibilitas, daya dukung dan dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan yang akan dilakukan. Aksesibilitas dapat merupakan pertimbangan penting. Sebagai alat bantu dalam proses evaluasi biasanya digunakan matriks penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya. Hasil evaluasi akan menen- tukan daya tarik mana yang akan diprioritaskan untuk dikembang- kan sehingga dapat mendorong kunjungan wisatawan ke daerah. Kemudian objek dan daya tarik mana yang akan dikembangkan selanjutnya. Selain untuk meningkatkan. kunjungan wisatawan pertimbangan lain yang perlu diambil adalah meningkatkan lama tinggal atau bahkan pengeluaran wisatawan. Jika di akhir evaluasi objek dan daya tarik wisata tidak cukup mampu untuk menank kunjungan wisata, maka pengembangan daya tarik tambahan perlu dipertimbangkan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan tereebut umumnya banyak berbentuk pengembangan objek dan daya tarik buatan seperti fasilitas rekreasi, olah raga, belanja dan hiburan.
  • 17. Lampiran - 17 2- Teknik Matriks Evaluasi Matriks evaluasi adalah teknik yang banyak dilakukan dalam anali- sis perencanaan. Hal ini dilakukan agar pendekatan evaluasi pengambilan keputusan yang ditakukan dapat bersifat sistematis dan objektif. Meskipun demikian teknik ini akan efektif bila input informasi dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif dikaji berda- sarkan pengembangan dan justifikasi tim perencanaan secara ke- seluruhan. Justifikasi yang dilakukan bukan merupakan justifikasi perorangan melainkan kelompok secsra keseturuhan atau bahkan bila memungkinkan melibatkan steering committee. Pada Tabel A.1 disajikan contoh dan matriks evaluasi yang dapat diaplikasikan untuk mengevaluasi kepentingan pengembangan relatif dan kelayakan pengembangan. Sekali lagi tabel tersebut hanya merupakan contoh, kriteria lain dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perencanaan yang akan dilakukan. Dalam matriks di atas proses penilaian dapat dilakukan dalam skala 1-5 atau 1-10 bergantung kesepakatan tim. Skala tersebut menunjukkan tingkat positif dan setiap item evaluasi. Semakin tinggi nilai dari setiap item, menunjukkan bahwa item yang dievaluasi potensi yang dimiliki semakin baik. Misalnya saja aksesibilitas, dengan nilai yang semakin tinggi maka aksesibilitas ke objek dan daya tarik wisata tersebut semakin mudah. Begitu pula dengan kriteria-kriteria yang lainnya. 3- Survey Fasilitas dan Pelayanan Wisata Sebagai bagian dari tahapan survey dan evaluasi dari proses perencanaan, setiap fasilitas dan pelayanan wisata perlu disurvey dan dievaluasi dengan mempertimbangkan jenis, kesesuaian de- ngan kondisi saat ini maupun masa mendatang dan jenis pemba- ngunan pariwisata yang dilakukan. Survey dan evaluasi ini meru- pakan dasar untuk rekomendasi perbaikan atau peningkatan yang diperlukan dari fasilitas dan pelayanan yang ada. Pola lokasi fasi- litas dan pelayanan wisata ini juga akan mempengaruhi formulasi dari rencana fisik. Standar untuk melakukan survey dan evaluasi harus ditetapkan berdasarkan standar-standar intemasional atau yang telah ditetap- kan oleh pemerintah. Salah satu pertimbangan utama dalam eva- luasi adalah pertimbangan "reasonable" atau kesesuaian antara nilai uang yang dibelanjakan pada fasilitas dan pelayanan wisata dengan tingkat kualitas pelayanan yang diberikan.
  • 18. Lampiran - 18 Tabel A.1 : Contoh Matriks Evaluasi Objek dan Daya Tarik Wisata ODTW Faktor Evaluasi Nilai Total Keterangan AksesibilItas Kelayakan Ekonomi untuk Pengembangan Dampak Lingkungan Akibat Pengembangan Dampak Sosial Budaya Akibat Pengembangan Daya Tarik Bagi Pasar Lokal Daya Tarik Bagi Pasar Provinsi/ Nasional Alam Objek A Objek B Dst. Budaya Objek F Objek G Dst. Khusus Objek P Objek Q Dst.
  • 19. Lampiran - 19 Inventarisasi dan evaluasi dari fasilitas dan pelayanan perlu disurvey, kadang-kadang survey sikap dari wisatawan terhadap fasilitas dan pelayanan perlu dilakukan. Survey ini termasuk wawancara dari hotel, agen perjalanan, restoran dan pihak-pihak terkait lainnya. Wawancara ini memberikan informasi dari pasar wisatawan eksisting yang merupakan masukan bagi survey pasar. Rencana pengembangan jangka pendek perlu dipertimbangkan sebagai bahan masukan bagi perencanaan jangka pendek. a- Akomodasi Pada kenyataannya banyak sekali jenis akomodasi yang terdapat di suatu daerah. Meskipun terminologi dari berbagai jenis fasilitas akomodasi muncul Namun batasan pasti sulit sekali untuk diidentifikasi. Untuk kepentingan survey, analisis dan perencanaan terminologi yang umumnya digunakan di Indonesia adalah berdasarkan klasifikasi hotel berbintang dan melati. Namun demikian jenis-jenisnya secara umum dengan fungsinya adalah sebagai berikut: 1- Hotel kota, biasanya dimanfaatkan untuk wisatawan bisnis, dinas maupun untuk berlibur. 2- Hotel konvensi, biasanya hotel ini diperuntukan sebagai tempat penyelenggaraan pertemuan, konferensi dan pelatihan, Namun tidak jarang juga dimanfaatkan oleh wisatawan yang berlibur. 3- Hotel bandara, biasanya hotel diperuntukan sebagai tempat transit sementara bagi pelaku perjalanan sebelum mereka melanjutkan perjalanannya. Hotel Ini berada di sekitar bandara. 4- Hotel yang berorientasi untuk menampung pelaku per- jalanan yang memanfaatkan jalan raya untuk penga- laman mereka. Hotel seperti ini biasanya berada di kota-hota kecil sebagai tempat istirahat bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan jarak jauh. 5- Resort, jenis akomodasi ini memberikan fasilitas rekrea- si yang beraneka ragam bagi tamunya. Akomodasi se- perti ini biasanya terletak di daerah-daerah yang memi- liki daya tarik wisata. Wisatawan yang berkunjung umumnya adalah wisatawan yang berlibur. Survey akomodasi ini dapat meliputi : 1- fasilitas yang dimiliki, 2- lokasi, 3- jumlah kamar, 4- kualitas pelayanan, 5- karakteristik khusus, 6- harga, 7- tingkat pengisian kamar, 8- lama tinggal dan variasi musim.
  • 20. Lampiran - 20 Evaluasi yang dilakukan harus termasuk kondisi fisik, jenis fasilitas dan pelayanan, kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada wisatawan. Pada beberapa kasus hotel-hotel yang memiliki bentuk dan kualitas fisik yang baik memberikan pe- layanan yang buruk kepada wisatawan, hal ini patut diper- hatikan sebagai masukan dalam perencanaan pariwisata. b- Agen Perjalanan Wisata Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya agen yang menawarkan program wisata lokal dan penanganan pelayan- an kepada wisatawan merupakan sumber-sumber informasi yang perlu dipertimbangkan. Pelayanan penjualan tiket pe- nerbangan, kereta api, kapal laut dan bus, penyewaan ken- daraan, reservasi hotel dan pelayanan wisata dalam maupun luar negeri merupakan faktor-faktor yang perlu untuk dikaji. Pada beberapa daerah kompetensi pemandu wisata dalam menjelaskan objek dan daya tarik wisata, bahasa dan peng- alaman merupakan masukan bagi dokumen perencanaan. Paket wisata yang ditawarkan perlu dievaluasi untuk melihat faktor tingkatan harga, program yang ditawarkan, kualitas pelayanan, kehandalan pelayanan dan keamanan perja- lanan. Hal ini berguna bagi tim perencana untuk pendekatan yang dilakukan oleh pihak operator dalam melaksanakan usahanya. Peraturan mengenai agen perjalanan wisata dan pemandu wisata telah ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. c- Makanan dan Minuman Fasilitas restoran, rumah makan, bar, penjualan makanan dan minuman memberi pola kepada pengembangan pari- wisata daerah. Hal ini perlu dievaluasi dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Jenis dan variasi makanan yang ditawarkan, 2) Kualitas pelayanan, 3) Value for money, 4) Tingkat kebersihan, 5) Daya tarik fisik dan kenyamanan yang diberikan, 6) Lokasi. Untuk mernuaskan permintaan wisatawan secara normal, maka daerah seharusnya memiliki kualitas makanan yang baik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Makanan khas daerah yang menarik dapat merupakan daya tarik pen- dukung bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke dae- rah akan memiliki pengalaman yang semakin baik bila ma- kanan yang tersedia di daerah dapat memenuhi selera mere-
  • 21. Lampiran - 21 ka. Makanan dan minuman khas daerah perlu dievaluasi ka- rena memberikan dampak ekonomi bersifat langsung terha- dap masyarakat setempat. Umumnya makanan dan minum- an tersebut memiliki kandungan lokal yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan dampak ekonomik yang lebih besar Survey yang dilakukan perlu mempertimbangkan ketersedia- an makanan dan minuman khas daerah untuk mendukung pengembangan pariwisata daerah. Bila perlu makanan- makanan daerah lain diadopsi di daerah dengan tetap memberikan ciri khas utama daerah bersangkutan. d- Pusat Informasi Pariwisata Informasi pariwisata umumnya disediakan oleh pemerintah daerah, hotel maupun agen perjalanan. Lokasi dari pusat informasi dan kandungan informasi yang dimiliki perlu disur- vey dan dievaluasi untuk melihat kesesuaian lokasi, aksesi- bilitas, kompetensi informasi, bahasa dan informasi pendu- kung lainnya. Selain itu buku-buku petunjuk wisata yang membahas daerah studi perlu dikaji untuk melihat kesesuai- an antara informasi yang diberikan dengan kondisi di la- pangan. e- Fasilitas Belanja Fasilitas belanja baik sebagai daya tarik utama maupun pendukung perlu untuk disurvey dan dikaji secara menda- lam. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah mencari cenderamata untuk dibawa pulang ke tempat asal- nya. Cenderamata ini bisa berbentuk kerajinan, hasil seni, pakaian, dan perhiasan. Di lain pihak di beberapa tempat wi- satawan juga mencari barang-barang umum terutama ba- rang-barang yang memiliki harga murah, barang yang me- reka beli antara lain tembakau, minyak wangi, elektronik dan barang-barang lainnya. Selain barang-barang yang bersifat cinderamata atau barang-barang umum yang dibawa pulang, dalam survey juga perlu diperhatikan penyediaan barang-ba- rang sehari-hari kebutuhan wisatawan sdama mereka mela- kukan kunjungan. Film, koran, majalah, air minum, obat-obat ringan merupakan fasilitas yang perlu disediakan di suatu daerah. Evaluasi untuk fasilitas ini dilakukan berdasarkan je- nis dari fasilitas, barang dan pelayanan yang diberikan. Se- lain itu lokasi, aksesibilitas dan harga juga merupakan faktor- faktor yang perlu dikaji.
  • 22. Lampiran - 22 f- Penukaran Uang dan Bank Fasilitas penukaran uang untuk pariwisata intemasional mutlak diperlukan. Umumnya mereka membawa jumlah mata uang Rupiah yang terbatas, sementara pembayaran yang mereka lakukan adalahdalam rupiah, sehingga fasilitas ini menjadi penting bagi pengembangan pariwisata, dan ini perlu dikaji berdasarkan lokasi, jenis dan kualitas pelayan- annya. Umumnya fasilitas seperti ini berada pada daerah- daerah umum seperti bandara, setasiun kereta api, terminal, dan pertokoan. Kemampuan fasilitas ini untuk dapat mene- rima berbagai mata uang dan kartu kredit juga harus dikaji dan dievaluasi. Umumnya wisatawan yang berkunjung eng- gan membawa uang dalam bentuk cash, mereka lebih me- nyenangi membawa kartu kredit yang lebih aman. Tuntutan seperti perlu disediakan oleh Daerah dengan melihat kesesuaiannya dengan pasar wisatawan yang ada. Fasilitas perbankan juga fasilitas penting untuk keperluan mereka melakukan transfer uang maupun cek perjalanan mereka, sehingga faktor ini juga patut untuk dipertimbangkan. g- Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Sebagian wisatawan dalam waktu perjulanannya mengalami gangguan kesehatan, kecelakaan atau permasalahan kese- hatan mendadak yang perlu ditangani dengan cepat. Dalam pengembangan pariwisata, hal tersebut tidak dapat diabai- kan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap maupun dokter-dokter yang handal akan sangat membantu pengem- bangan pariwisata daerah, sehingga perlu untuk dikaji dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Bila fasilitas yang diperlukan tidak dapat memenuhj kebutuhan yang ada atau akan ada, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengembangan. Hal ini tentu saja bukan hanya untuk ke- perluan pariwisata itu sendiri, Namun juga bagi masyarakat di daerah tersebut. h- Keamanan Umum Keamanan umum merupakan syarat mutlak pengembangan pariwisata di suatu daerah. Daerah yang memiliki tingkat ke- jahatan yang tinggi cenderung tidak dikunjungi oleh wisa- tawan. Oleh karena itu kondisi dan fasilitas keamanan di Daerah merupakan faktor yang perlu dievaluasi untuk peren- canaan pariwisata. Kehandalan dan efektivitas pelayanan dari polisi, pemadam kebakaran, penyelamat pantal, dan SAR, memberikan dukungan yang signifikan terhadap pari- wisata di suatu daerah. Informasi mengenai penyelamatan diri terhadap wisatawan selama kunjungan pun perlu diinfor-
  • 23. Lampiran - 23 masikan dengan baik. Informasi ini akan sangat membantu wisatawan dalam melakukan kunjungan mereka di daerah, sehingga mereka dapat mengantisipasi terhadap perubahan kondisi yang terjadi. Selain itu kondisi politik di daerah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhl pengembangan pariwisata, sehingga hal ini juga merupakan faktor yang perlu dikaji dan dievaluasi untuk dicarikan solusi penanggulangannya. i- Pelayanan Pos dan Internet Selama melakukan kunjungan wisatawan umumnya tidak mau putus hubungan dengan kerabatnya di tempat tinggat asalnya. Mereka umumnya ingin memberi kabar tentang kondisi mereka selama perjalanan. Fasilitas umum yang ba- nyak dimanfaatkan adalah fasilitas pos dengan mengirim berbagai jenis surat atau kartu pos, sehingga pelayanannya perlu dievaluasi dengan melihat faktor-faktor lokasi, kehan- dalan, jaminan kehilangan, efisiensi dan keramah tamahan dari pegawai. Selain fasilitas pos, fasilitas lain yang perlu disediakan saat ini jasa internet Umumnya sebagian besar wisatawan, me- manfaatkan fasilitas ini untuk memberi informasi kepada kerabatnya dengan cepat dan akurat, sehingga fasilitas ini menjadi pendukung dari pengembangan pariwisata yang ada. Evaluasi fasilitas ini meliputi faktor : lokasi, harga, kecepatan akses dan kenyamanan pelayanan. 3. Survey Transportasi dan Infrastruktur Ketersediaan sarana dan prasarana, merupakan syarat mutlak pengem- bangan pariwisata yang berhasil. Namun pada kenyataannya kondisi di la- pangan sarana dan prasarana sangat terbatas dan merupakan salah satu kendala pengembangan pariwisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi, air bersih, listrik, pembuangan dan pengdahan limbah, dan telekomunikasi merupakan komponen infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan pariwsata di suatu daerah. Prasarana dasar dari suatu daerah umumnya diperuntukan masyarakat secara umum dan diperlukan untuk pengembangan dan pembangunan dae- rah. Pariwisata yang dikembangkan di daerah akan turut memanfaatkan pra- sarana tersebut. Pengembangan prasarana secara khusus untuk pariwisata diperlukan pada daerah-daerah yang dipitih untuk pengembangan pariwisata dan ini pun dimanfaatkan oleh masyarakat daerah tersebut. Pariwisata yang berhasil akan turut menyumbangkan pendapatan bagi daerah menutupi biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk pembangunan prasarana. Namun meskipun demikian pada pengembangan pariwisata kawasan-
  • 24. Lampiran - 24 kawasan terpencil di mana belum ada pembangunan prasarana, pariwisata akan membutuhkan prasarana tersebut secara khusus. Di sinilah perlu adanya evaluasi terhadap kemungkinan manfaat yang diperoleh dengan adanya pengembangan pariwisata dengan biaya yang dikeluarkan. Seluruh jenis prasarana dan sarana yang adadi suatu daerah perlu disurvey dan dievaluasi sebagai bagian proses perencanaan dengan tujuan untuk memberikan dasar bagi rekomendasi untuk melakukan pengembangan. Selain itu rencana pengembangan prasarana dan sarana yang sudah ada perlu dikaji untuk menghindarkan terjadinya tumpang tindih pembangunan yang akan dilaksanakan. Diharapkan dengan evaluasi dan kajian yang dilakukan kebutuhan untuk pengembangan pariwisata dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat terpenuhi. a. Fasilitas dan Pelayanan Transportasi Transportasi berperan untuk memberikan akses kepada wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata maupun melakukan perjalan- an di dalam daerah. Kajian dilakukan terhadap seluruh jenis moda transportasi yang ada di suatu kabupaten/kota, baik moda transportasi udara, laut, jalan raya maupun kereta api. Selain mengkaji moda trans- portasi yang berada di Kabupaten atau Kota, pengkajian juga perlu dilakukan dengan melihat daerah yang lebih luas. Sangat mungkin terjadi pada beberapa daerah Kabupaten/Kota yang tidak memiliki pintu gerbang sendiri, bergantung pada daerah tetangganya yang memiliki pintu gerbang ke daerah tersebut. Evaluasi dan survey untuk moda transportasi udara meliputi : 1- Kapasitas bandara yang meliputi kapasitas penumpang, kemam- puan, kelengkapan dan pemeliharaan yang dilakukan. 2- Landasan pacu yang meliputi kemampuan untuk didarati pesawat terbang, panjang, lebar dan jumlah landasan pacu. 3- Jaringan pelayanan yang meliputi asaf dan tujuan, frekuensi, ka- pasitas penumpang, tingkat pelayanan, biaya perjalanan dan kehandalannya. Seringkali terjadi pembatalan penerbangan akibat berbagai kendala, kendala ini perlu diidentitikasi untuk kemudian dikaji dan menjadi bahan masukan pada proses perencanaan selanjutnya. 4- Rencana pengembangan fasilitas maupun jaringan transportasi udara. Evaluasi dan survey untuk moda transportasi jalan raya, kereta api dan laut juga hams di survey baik internal Kabupaten maupun Kota dan ekstemal. Beberapa daerah di Indonesia sangat bergantung pada moda transportasi sungai, karena belum tersedianya alternatif lain yang dapat dimanfaatkan. Survey dan evaluasi yang dilakukan meliputi : 1- Kapasitas. 2- Jaringan pelayanan. 3- Frekuensi pelayanan.
  • 25. Lampiran - 25 4- Kehandalan. 5- Jadwal pelayanan. 6- Lokasi dan tingkat pelayanan terminal bus, laut, air dan setasiun. 7- Kenyamanan dan pelayanan selama perjalanan. 8- Biaya. Pada daerah yang telah memiliki perkembangan pariwisata yang baik, biasanya diperlukan angkutan khusus untuk pariwisata. Angkutan khusus tersebut dapat berupa mobil. bus, pesawat terbang, bahkan kapat laut. Komponen ini perlu dikaji dan disurvey untuk melengkapi bahan analisis dan sintesis yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Integrasi jaringan transportasi di dalam dan di luar daerah perlu dipe- takan untuk melihat karakteristik pelayanan transport yang dimiliki oleh daerah. Informasi ini disertakan pada peta lokasi objek dan daya tarik, sehingga dapat diketahui sejauh mana kesesuaian antara pengem- bangan pariwisata yang akan dilakukan dengan dukungan jaringan transportasi yang ada. b. Air Bersih Setelah transportasi, air bersih merupakan komponen prasarana penting yang perlu untuk diperhatikan. Ketefsediaan air bersih meru- pakan faktor kritis untuk mengembangkan pariwisata di suatu daerah. Fasilitas pariwsata akan membutuhkan air bersih baik sebagai kebutuh- an dasar maupun sebagai bentuk pelayanan. Oleh karena itu kualitas dan ketersediaan air bersih di suatu daerah perlu dipertimbangkan se- cara khusus terutama untuk daerah-daerah yang akan dipilih untuk pe- ngembangan pariwisata. Jika ketersediaan air yang ada di suatu daerah tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk kebutuhan pariwisata yang direncanakan, maka rencana tersebut perlu dievaluasi. Sumber-sumber air bersih alternatif perlu dikaji untuk menghadapi permasalahan pengembangan tersebut, sumber-sumber tersebut dapat berbentuk air permukaan maupun air bawah tanah. Bila menggunakan air bawah tanah maka perlu ditentukan area tangkapan air yang perlu disediakan dan dijaga, sehingga sumber air tersebut tidak kering. Sebagai tambahan dari ketersediaan air bersih, kualitas air pun perlu dikaji sesuai dengan standar kesehatan yang telah djtetapkan. Bila di- perlukan untuk pengolahan agar air yang ada sesuai standar, maka pengolahan tersebut patut dipertimbangkan sebagai masukan. Proses konservasi pun perlu dipertimbangkan, sehingga keberlanjutan pariwisata di suatu daerah dapat dipertahankan.
  • 26. Lampiran - 26 c. Tenaga Listrik Tenaga listrik bagi sebagian besar pengembangan pariwisata mutlak diperlukan. Namun, komponen ini dapat lebih fleksibel dibandingkan dengan air bersih karena bila tidak ada fasilitas listrik umum dapat disediakan dengan pembangkit alternatif. Meskipun demiMan sisteni te- naga listrik ini untuk pengembangan pariwisata perlu ditinjau dan dia- nalisis dengan baik. Ketersediaan dan kehandalan pelayanan kepada pengguna perlu ditinjau, karena pada beberapa daerah tenaga listrik ini masih terbatas, sehingga menyulitkan untuk melakukan penambahan daya bila tajadi pengembangan pariwisata. Selain sumber tenaga listrik konvensional, pemanfaatan tenaga-tenaga listrik altematif pun perlu untuk dikaji. Pemanfaatan sinar surya atau angin sebagai sumber tenaga listrik di suatu kawasan wisata terpendi dapat dijadikan pertimbangan. d. Pembuangan dan Pengolahan Limbah Cair Pembuangan dan pengolahan limbah cair merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan pariwisata. Pertim- bangan ini diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata untuk menghindari polusi terhadap lingkungan. Umumnya fasilitas ini tidak dipikirkap pada saat rencana pengembangan, Namun bila telah terjadi kerusakan lingkungan barulah hal ini dilakukan. Survey dan kajian yang diperlukan adalah meninjau kapasitas dan kualitas dari pengolah lim- bah dan proses pembuangannya. Kebutuhan fasilitas ini akan sangat bergantung skala pembangunan yang ada dan akan dilaksanakan. Bila kapasitas dan kemampuan yang dimiliki tidak memadai maka rekomendasi untuk peningkatannya akan diperlukan. Pembangunan fasilitas ini perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata. e. Pembuangan Limbah Padat Selain pembuangan dan pengolahan limbah cair, pembuangan dan pe- ngolahan limbah padat juga perlu disurvey dan dievaluasi. Survey perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pemerintah daerah melakukan pe- ngumpulan limbah ini dan mengolahnya di suatu tempat. Proses pengumpulan dan efektivitas pembuangan perlu dikaji sebagai bahan pertimbangan. Jika tidak ada proses pengumpulan oleh pemerintah daerah maka hal ini patut dipertimbangkan pengelolaannya dalam perencanaan yang dilakukan. Teknik-teknik pembuangan yang arnan secara individual perlu dikernukakan dengan jelas, proses daur ulang merupakan salah satu altematif yang dapat ditawarkan.
  • 27. Lampiran - 27 f. Telekomunikasi Telekomunikasi saat ini merupakan elemen penting pengembangan pariwisata. Bagi wisatawan telekomunikasi dibutuhkan untuk selama perjalanan mereka. Bahkan untuk perjalanan bisnis, fasilitas ini memiliki tingkat kepentingan yang cukup tinggi. Setiap daerah wisata memer- lukan telekomunikasi untuk fungsi operasional maupun kondisi darurat. Komponen yang dikaji meliputi telepon, faks, radio dan telegram. Bah- kan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau perlu adanya fasilitas radio komunikasi. g. Drainase Drainase merupakan komponen prasarana yang penting, meskipun pertimbangan pengembangan prasarana ini adalah untuk kepentingan umum bukan hanya pariwisata. Drainase yang efektif akan sangat membantu dalam menghindari banjir terutama untuk kawasan-kawasan pariwisata yang berada di pinggiran sungai ataupun danau. 4. Penentuan Kebutuhan Fasilitas dan Infrastruktur Berdasarkan analisis pasar yang telah menentukan proyeksi atau target kunjungan wisatawan dengan karakteristiknya seperti jenis wisatawan, lama tinggal maka jumlah dan jenis akomodasi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan dapat dihitung. a. Akomodasi dan Kebutuhan Lahan Berikut ini disajikan rumus untuk proyeksi menghitung kebutuhan ako- modasi berdasarkan rata-rata tahunan dan musim liburan wisatawan. Contoh ini hanyalah merupakan satu jenis pasar wiatawan dan ako- modasi, rumus ini idealnya harus diaplikasikan sesuai dengan segmen pasar yang ada dengan jenis akomodasi yang dibutuhkan. 1- Rumus Permintaan Tempat Tidur Jumlah wisatawan (per periode waktu) x Rata-rata lama tinggal (malam) Jumlah malam (per periode waktu) x Tingkat isian akomodasi Contoh untuk permintaan tahunan: Diketahui:  Jumlah kunjungan per tahun = 100.000 wisatawan  Rata-rata lama tinggal = 5 hari  Jumlah hari per tahun = 365 hari  Tingkat isian rata-rata =75%
  • 28. Lampiran - 28 Maka kebutuhan tempat tidur adalah : 100.000 x 5 = 1.826 tempat tidur 365 x 75 % Contoh untuk pennintaan pada musim liburan (high season) Diketahui:  Jumlah kunjungan musim liburan = 50.000 wisatawan  Rata-rata lama tinggai = 5 hari  Jumlah hari musim liburan (4 bulan) = 120 hari  Tingkat isian rata-rata = 90% Maka kebutuhan tempat tidur adalah : 50.000 x 5 = 2.315 tempat tidur 120 x 90 % 2- Rumus Permintaan Kamar Jumlah permintaan tempat tidur Tingkat isian kamar (orang per kamar) Contoh untuk permintaan kamar tahunan Diketahui:  Jumlah permintaan tempat tidur tahunan = 1.816 tempat tidur.  Tingkat isian kamar rata-rata = 1,7 orang/kamar. Maka kebutuhan kamar adalah : 1.816 = 1.068 kamar/tahun 1,7 Contoh untuk permintaan kamar pada musim liburan Diketahui:  Jumlah permintaan tempat tidur musim libur = 2.315 tempat tidur.  Tingkat isian kamar rata-rata = 1,7 orang/kamar. 2.315 = 1.362 kamar/musim liburan 1,7 Umumnya prediksi kebutuhan kamar dan tempat tidur ini sudah mempertimbangkan seluruh maksud perjalanan dari wisatawan, Namun bila prediksi ini hanya menangkap satu maksud perjalanan misalnya bertibur, maka prediksi tersebut perlu ditambah dengan kemungkinan
  • 29. Lampiran - 29 kunjungan wisatawan dengan maksud-maksud lain, misalnya bisnis, mengunjungi teman dan sebagainya. Kebutuhan kapasitas akomodasi tersebut diproyeksikan berdasarkan selang waktu tertentu, berdasarkan proyeksi atau target pasar wisatawan tertentu sebagai dasar bagi program pengembangan yang akan dilakukan. Faktor-faktor yang diasumsikan dalam kebutuhan akomodasi rata-rata tahunan dan musim liburan di atas untuk setiap tempat akan mengha- silkan kebutuhan yang berbeda-beda. Pertimbangan yang dapat mem- pengaruhi hal ini antara lain adalah perbedaan tingkat tembalinya mo- dal (break even) berdasarkan tempat maupun tipe akomodasi. Akomo- dasi yang diperuntukan untuk wisatawan bertibur memiliki tingkat isian yang lebih tinggi dibandingkan dengan akomodasi yang diperuntukan untuk bisnis. Sebagaimana digambarkan pada contoh di atas, faktor musim perlu di- pertimbangkan dalam menghitung permintaan tempat tidur dan kamar. Mungkin ini secara ekonomi tidak menguntungkan, untuk membangun kamar berlebih akibat adanya pertimbangan jangka pendek. Namun bila ditinjau dari tingkat isian total rata-rata pertahun dari hotel mungkin hal ini cukup beralasan. Sebagai contoh pada musim liburan tingkat isian hotel dapat mencapai 90% sementara pada musim bukan liburan tingkat isian hanya mencapai 60%, sehingga rata-rata .tahunan tingkat isian hold adalah 70%. Nilai tingkat isian tersebut bagi pengusaha hotel cukup memberikan keuntungan bagi perusahaannya, bahkan pada beberapa tempat tingkat isian hotel rata-rata yang dijadikan patokan bagi pengusaha akomodasi jauh lebih rendah berkisar antara 40-50%. Proyeksi akomodasi digunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan kebutuhan lahan secara umum meskipun secara proporsi dibandingkan dengan kebutuhan lahan sektor lain jauh lebih kecil. Namun untuk dae- rah-daerah yang memiliki skala pengembangan pariwisata cukup tinggi, kebutuhan lahan ini menjadi faktor penting dalam perencanaan hal ini erat kaitannya untuk melakukan analisis daya dukung lingkungan. Selain itu standar-standar pemanfaatan lahan bagi pengembangan fasilitas akomodasi pun perlu ditetapkan sesuai dengan peraturan yang ada. Jumlah kamar per luasan lahan untuk fasilitas akomodasi resort akan berbeda dengan fasilitas akomodasi di perkotaan. Pada tahapan ini proyeksi kunjungan wisatawan, kebutuhan akomodasi dan lahan dilakukan dengan asumsi pasar secara umum. Hal ini akan mengalami revisi bila temyata terdapat kendala-kendala di lapangan, misalnya kemampuan daya dukung, evaluasi ekonomi, lingkungan, dampak sosial dan berbagai faktor lainnya, sehingga pada tahapan ini umpan balik secara berkelanjutan merupakan suatu keharusan yang perlu dipertimbangkan dalam proyeksi hingga mencapai keseimbangan optimum antara pengembangan dan pola pasar.
  • 30. Lampiran - 30 b. Kebutuhan Transportasi Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya aspek fasilitas dan pelayanan transportasi yang harus direncanakan adalah akses dan luar daerah menuju daerah bersangkutan, dan astem jaringan transportasi di dalam daerah. yang menghubungkan kawasan-kawasan wisata dengan daya tarik wisata yang ada. Berdasarkan analisis pasar dan proyeksi atau target kunjungan wisatawan, lama tinggal dan distribusi musiman maka sangat dimungkinkan untuk perencana transportasi memperhitungkan lalu lintas perjalanan yang terjadi pada daerah perencanaan. Walaupun untuk daerah Kabupaten di mana posisinya bukanlah sebagai pintu gerbang utama ke propinsi di mana wilayah perencanaan berada, Namun penjelasan di bawah ini juga dapat niemberikan wawasan hal-hal apa yang perlu diperhatikan di dalam menghitung kebutuhan transportasi udara. Analisis pasar memberikan indikasi volume perjalanan wisatawan saat ini maupun masa mendatang dari berbagai daerah asal menuju daerah studi. Dalam analisis ini sangat dimungkinkan, analisis perjalanan dari daerah-daerah potensial asal wisatawan seperti Bali, Jakarta atau kota- kota lainnya. Jumlah kunjungan wisatawan yang melakukan wisata ke beberapa daerah yang berbeda dengan asal yang berbeda-beda juga perlu dipertimbangkan. Jika daerah hanya memiliki satu jenis moda angkutan dari luar daerah misalnya transportasi udara, maka peren- cana perlu mempertimbangkan kapasitas dan frekuensi penerbangan dari berbagai daerah asal wisatawan. Pada beberapa daerah, akan terdapat proses transfer pada kota-kota antara yang juga perlu untuk dipertimbangkan dengan prinsip minimum. Frekuensi penerbangan pun perlu diperhatikan untuk memberikan kenyamanan maksimum pada saat kedatangan maupun keberangkatan mereka menuju daerah tujuan wisata. Faktor musim pun tidak ketinggalan perlu diperhatikan, karena ada kemungkinan perlunya penambahan frekuensi penerbangan atau penerbangan carter untuk mengantisipasi peningkatan kunjungan wisatawan. Dengan berdasarkan pada proses perhitungan permintaan wisatawan dan pertimbangan lalu lintas penunpang normal, maka permintaan kapasitas transportasi masa mendatang dapat diproyeksikan. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam transportasi udara ini adalah: 1- Kebijakan transportasi udara. 2- Jenis pesawat disertai kapasitas penumpang. 3- Perkembangan teknologi penerbangan masa mendatang. 4- Rute jaringan. 5- Tingkat kehandalan pelayanan. 6- Kapasitas bandara.
  • 31. Lampiran - 31 Pertimbangan-pertimbangan di atas diperlukan sebagai masukan untuk rekomendasi pengembangan bandara dan fasilitas yang diperlukan. Selain itu perencana juga dapat mempertimbangkan altematif penggu- naan moda angkutan lain untuk pariwisats. Jika daerah memiliki lebih dari satu akses masuk, maka analisis asal-tujuan wisatawan akan memberikan dasar untuk menentukan aliran wisatawan dengan pola musim kunjungan melalui akses masuk. Kemudian proses analisis yang dilakukan adalah sama dengan analisis daerah yang hanya memiliki akses masuk tunggal, yaitu dengan mempertimbangkan : 1- Kapasitas penumpang pada setiap jenis moda. 2- Frekuensi pelayanan. 3- Rute jaringan. 4- Variasi klinjungan berdasarkan musim. 5- Kehandalan pelayanan. Dalam proses tersebut, penumpang non wisatawan juga harus diper- timbangkan, karena retomendasi pengembangan angkutan tidak hanya didasarkan pada wisatawan. Namun penumpang secara umum. Sementara untuk analisis transportasi internal, meliputi jaringan sistem transportasi di daerah dan sistem kapasitas transport dan moda yang ada. Pengkajian jaringan dilakukan untuk melihat keterhubungan antara akses masuk dengan jaringan transportasi di dalam daerah yang menghubungkan objek dan daya tarik, atomodasi dan fasilitas pariwisata lainnya. Dalam proses ini perencana transport juga perlu mempertimbangkan pergerakan wisatawan masa mendatang Untuk menentukan kapasitas yang dibutuhkan di masa mendatang. Untuk seluruh aspek sistem transportasi, pertimbangan juga perlu dilakukan terhadap kualitas fasilitas transportasi dan pelayanannya sebagaimana faktor kuantitatif yang tdah dibahas di atas. Analisis yang perlu dipertimbangkan adalah : 1- Standar keamanan. 2- Kehandalan jadwal pelayanan. 3- Kenyamanan. 4- Efisiensi. 5- Pelayanan kepada pelanggan. Seperti telah diindikasikan sebelumnya, beberapa daerah tetah memiliki perencanaan transportasi daerah yang di dalamnya terdapat proyeksi permintaan lalu lintas penumpang. Studi ini perlu dikaji untuk mem- pertimbangkan lalu lintas wisatawan di masa datang. c. Kebutuhan Prasarana Prasarana pariwisata meliputi air bersih, listrik, pembuangan limbah cair, pembuangan limbah padat, drainase dan telekomunikasi. Pada level RIPPDA seharusnya dilakukan perhitungan keperluan pasti, Na- mun karena skala pembiayaan yang terbatas sering kali hal ini tidak
  • 32. Lampiran - 32 dapat dilakukan. Oleh karena itu untuk mengatasi hal ini dapat dilaku- kan dengan mempelajari rencana-rencana pengembangan dari setiap prasarana untuk kemudian dipertimbangkan untuk pengembangan pari- wisata. Meskipun demikian berikut akan disampaikan proses analisis yang harus dilakukan oleh perencana dalam proses perencanaan. Air bersih merupakan komponen penting yang diperlukan untuk pe- ngembangan pariwisata di suatu daerah. Pada daerah-daerah yang sudah berkembang biasanya prasarena air bersih sudah terseda, pembangunan pariwisata kemudian hanya menyambungkan dengan jaringan yang sudah ada. Kebutuhan air bersih ini sangat bergantung pada jenis pengembangan dan kualitas lingkungan. Kawasan wisata yang besar dengan kolam renang dan lapangan golf memeriukan jumlah air yang cukup besar, sehingga diperlukan analisis ketersedia- annya. Standar kebutuhan pun bervariasi, mutai kawasan perkemahan hingga hotel berbintang memiliki standar yang berbeda-beda. Dalam proses pengembangan pariwisata, jumlah fasilitas akomodasi dan tipenya menentukan keperluan air. Analisis yang dilakukan adalah kesesuaian ketersediaan air bersih yang dimiliki oleh perusahaan air minum pemerintah dan altematif yang perlu diambil bila jumlah debit air tersebut tidak memadai. Altematif pengambilan air dalam tanah mau- pun air permukaan merupakan suatu hal yang dapat dipertimbangkan. Sementara untuk prasarana yang lain, analisis permintaan ini dilakukan dengan cara yang sama dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan. Analisis menernukenali sistem yang ada kemudian mencari altematif-alternatif prasarana lain yang dapat menggantikan- nya. Bila pada pembangunan pariwisata sumber-sumber altematif digu- nakan, maka biaya pembangunan prasarana tersebut perlu untuk diper- hatikan dan masuk menjadi komponen biaya investasi. Analisis biaya ini meliputi investasi awal dan biaya operasional. Analisis manfaat dan biaya untuk menghitung manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan patut untuk dihitung. Sementara prasarana lain yang sifatnya lebih besar seperti pengembangan jaringan jalan, bandara pertimbangan hal ini perlu dipertimbangkan manfaat secara kesduruhan terhadap masyarakat, karena prasarana tersebut memberikan manfaat yang besar terhadap komponen-komponen daerah secara keseluruhan. Analisis juga harus melakukan investigasi terhadap konservasi dari prasarana dan sumber daya yang ada, contoh: 1- Altematif sumber energi seperti matahari, angin, gelombang laut dan sebagainya. 2- Daur ulang dari proses pembuangan limbah cair hotel untuk dimanfaatlan untuk menyiram taman atau lapangan golf. 3- Penetapan daerah resapan air, untuk menjaga kualitas dan kuantitas air tanah yang diambil. 4- Daur ulang limbah padat.
  • 33. Lampiran - 33 d. Kebutuhan Fasilitas dan Pelayanan Wisata yang Lain Proyeksi dari fasilitas dan pelayanan wisata seperti agen perjalanan, restoran, fasilitas kesehatan, kantor pos, telekomunikasi dan kompo- nen-komponen lainnya dihitung tidak secara langsung seperti proyeksi kebutuhan atomodasi. Untuk menentukan kebutuhan fasilitas dan pela- yanan wisata lainnya ini sangat bergantung pada jenis pariwisata yang akan dikembangkan. Pengembangan kawasan wisata tepi pantai akan membutuhkan fasilitas yang berbeda dengan pengembangan wisata perkotaan. Untuk memproyeksi kebutuhan dari komponen-komponen fasilitas dan pelayanan lain ini akan sangat bergantung pada perenca- na, standar proyeksi kebutuhan dapat diambil dari kasus-kasus pada daerah-daerah lain yang memiliki tipe pariwisata yang sama. Meskipun demikian proyeksi yang dilakukan harus fleksibel untuk mengantisipasi perubahan kondisi yang akan teljadi. Pada kondisi daerah yang sudah terbangun dengan baik, maka kebu- tuhan kasilitas dan pelayanan lain untuk pengembangan pariwisata hanya diperlukan tambahai-tambahan kecil. Sementara untuk kondisi daerah yang belum terbangun maka kebutuhan ini merupakan kebutuhan besar yang perlu dipertimbangkan.
  • 34. Lampiran - 34 Lampiran B Survey dan Kajian Aspek-Aspek Permintaan Survey kondisi masa lalu dan saat ini dari kunjungan wisatawan merupakan input penting dalam analisis pasar. Dengan survey pasar persepsi wisatawan tentang daerah dapat diketahui. Survey ini harus dibuat baik bagi wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) dan juga wisatawan lokal. Data lengkap tentang kunjungan wisatawan ke suatu daerah jarang sekali dite- mukan secara lengkap, sehingga dalam proses RIPPDA Kabupaten ini diperlukan survey lapangan secara langsung. Pelaksanaan survey pasar ini meliputi penye- baran kuesioner, wawancara baik dengan wisatawan maupun dengan operator perjalanan wisata, baik yang terdapat di dalam daerah bahkan bila memungkinkan juga dengan di luar daerah yang memiliki program wisata ke daerah bersang- kutan. Tinjauan mengenai pola perjalanan dalam konteks intemasional, nasional maupun per wilayah patut untuk dikaji sebagai kerangka dalam proses analisis pa- sar 1. Karakteristik Kedatangan Wisatawan Jumlah kedatangan atau kunjungan wisatawan masa lalu dan saat ini harus ditentukan sebagai indikator dari perlumbuhan umum dan tingkat perkem- bangan pariwisata di suatu daerah. Gambaran kunjungan wisatawan bulanan dapat menunjukkan fluktuasi musiman. Karakteristik dan sikap dari wisata- wan yang berkunjung perlu diidentifikasi dengan seksama. Karakteristik yang perllu dikaji dalam rangka RIPPDA Kabupaten adalah sebagai berikut : a. Daerah asal - Kebangsaan dan negara tempat tinggal bagi wisman, dan provinsi asal dan kota tempat tinggal bagi wisnus menipakan data penting dalam rangka fungsi pemasaran. Negara tempat tinggal patut dipertimbangkan, karena pada saat ini banyak sekali wisman yang tinggal menetap di suatu negara yang berbeda dengan kewargane- garaannya. Begitu pula dengan tenaga-tenaga ahli asing yang tinggal di Indonesia, sangat mungkin sekaK mereka melakukan perjalanan seca- ra ekstensif untuk melakuksn kunjungan ke daerah-daerah di Indone- sia. b. Maksud perjalanan - Maksud perjalanan meliputi kategori beriibur, bisnis, studi, dinas, berkunJuflg ke teman atau keluarga dan mungkin beberapa jenis maksud lain bergantung dengan daerah (misal : ziarah) Maksud pefjalanan menunjukkan karakteristik dari perencanaan pemasaran dan fasilitas yang akan dihembangkan di suatu daerah. c. Lama tinggal - Lama tinggal wisatawan bergantung pada jumlah malam wisatawan tinggal di suatu daerah. Informasi ini merupakan masukan untuk mengetahui penggunaan fasilitas dan belanja wisatawan.
  • 35. Lampiran - 35 d. Umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga/teman yang ikut perja- lanan - Hal ini merupakan karakteristik penting untuk mengetahui dalam penentuan profit pemasaran dan fasilitas pariwisata dalam rangka pro- ses perencanaan. Umur sendiri dapat dikelompokkan menjadi kelom- pok tertentu karena sering kali wisatawan tidak mau diketahui urnur me- reka secara pasti. e. Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan - Jenis pekerjaan dapat dika- tegorikan menjadi : manajer, profesional, tensga ahli, ibu rumah tangga, pelajar dan mahasiswe, dan pensiunan. Tingkat pendapatan juga dapat dikelompokkan menjadi kelompok tertentu. f. Tempat yang dikunjungi dan tempat tinggal selama perjalanan – Tem- pat-tempat yang dikunjungi selama melakukan kunjungan di Indonesia (Nasional) maupun di kabupaten/kota sendiri merupakan informasi penting untuk proses perencanaan. g. Jumlah kali kunjungan ke daerah - Jen/s kunjungan ke suatu daerah dapat merupakan yang pertama kali atau kunjungan ulang. Dengan tingginya kunjungan ulang maka hal ini menunjukkan bahwa daerah tertentu memiliki daya tarik yang "berkelanjutan", sehingga orang ingin melakukan kunjungan ulang. h. Individual atau kelompok - Sebagian wisatawan melakukan kunjungan wisata ke suatu daerah secara mandiri (independen), sementara yang lainnya datang dalam kelompok wisata. Informasi ini dimanfaatkan un- tuk fungsi pemasaran dan perencanaan. i. Pola belanja wisatawan - Jumlah total belanja dan wisatawan dan dis- tribusi belanja mereka (akomodasi, makanan dan minuman, belanja, transport lokal, tour dan lainnya) merupakan informasi penting untuk menentukan dampak ekonomi dan pariwisata dan merupakan masukan untuk merekomendasikan cara untuk meningkatkan belanja wisatawan di suatu daerah. Uang yang dibelanjakan oleh wisatawan akan sangat baik bila ditentukan dengan survey khusus atau dengan mengidenti- fikasi dan hotel, restoran, agen perjalanan, pertokoan dan tempat- tempat penukaran mata uang asing. j. Sikap dan tingkat kepuasan wisatawan - Menentukan sikap dan tingkat kepuasan wisatawan tentang daerah, objek dan daya tarik wisata, fasi- litas dan pelayanan merupakan informasi yang berharga bagi proses peningkatan pariwisata, setidaknya merupakan dasar dan keinginan pasar eksisting. Infonnasi ini akan sangat baik bila menggunakan sur- vey secara khusus dengan juga memperhatikan pola belanja dan ka- rakteristik wisatawan, sehingga seluruh faktor dapat diidentifikasi kore- lasinya. Survey ini dapat meliputi pertanyaan fasilitas atau pelayanan apa yang perfu ditingkatkan bila mereka melakukan kunjungan ulang ke daerah ini.
  • 36. Lampiran - 36 Informasi dasar dan wisman sebetulnya dapat diketahui dengan melakukan penelitian terhadap proses embarkasi dan disembarkasi imigrasi. Namun demikian, belanja, sikap dan tingkat kepuasan tidak terdapat dalam informasi di atas, sehingga memerlukan survey khusus. Survey ini umumnya dilakukan pada pintu gerbang kedatangan wisatawan seperti bandara dan dilakukan berdasarkan sampling yang telah ditentukan sebelumnya dengan mempeftimbangkan karakteristik musim setiap tahun. Sementara itu untuk informasi wisnus diperlukan survey khusus karena mereka tidak melakukan proses imigrasi seperti wisman. Survey untuk wisnus ini dapat dilakukan di tempat-tempat akomodasi dan objek dan daya tarik wisata. 2. Agen Perjalanan/Tour Operator Dalam proses perencanaan pariwisata, akan sangat berguna untuk mela- kukan proses wawancara dengan pihak agen perjalanan baik yang terdapat di daerah maupun yang terdapat di luar daerah. Wawancara ini dilakukan terutama pada operator yang memiliki program atau paket wisata di daerah studi baik yang sekarang telah memiliki atau mereka yang tertarik ingin mengembangkan paket wisata ke daerah studi. Umumnya mereka paham terhadap berbagai permasalahan pasar dan permasalahan di lapangan da- lam memasarkan paket-paket wisatanya. Struktur harga dan kompetisi dae- rah tujuan wisata merupakan informasi yang dapat diperoleh dan mereka. Operator perjalanan ini memberikan informasi berdasarkan pandangan per- dagangan intemasional maupun perdagangan secara umum. Wawancara secara khusus, merupakan langkah efektif yang dapat dilakukan untuk menggali informasi yang diinginkan. Sementara untuk pemilihan agen perja- lanan yang akan diwawancara bila banyak dapat dilakukan berdasarkan sampling. 3. Pola Perjalanan Umum dan Kecenderungan Yang Terjadi Pada tingkat perencanaan RIPPDA Kabupaten/Kota, pola perjalanan internasional maupun regional bagi wisman tidak diperlukan kajian secara mendetail. Penekanan yang diperlukan adalah kajian pola perjalanan di dalam daerah studi dan antar daerah dengan mempertimbangkan jumlah, asal dan tujuan, jenis wisatawan, lokasi dan jenis daerah tujuan wisata favorit. Pola perjalanan secara umum ini penting untuk proses analisis pasar wisata jangka panjang yang berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia. Pola perjalanan yang dikaji tidak hanya yang eksisting tapi yang potensial juga. Kecenderungan pariwisata harus diperhatikan sebagai contoh munculnya pasar baru, segmen baru, jenis objek dan daya tarik wisata baru dan munculnya sarana transportasi modern yang akan mengubah pola peijalanan wisatawan. Untuk menghasilkan proses perencanaan yang lebih baik maka proses ini dapat mengikutsertakan pihak hotel maupun agen atau operator perjalanan vang kompeten.
  • 37. Lampiran - 37 Lampiran C Penentuan Daya Dukung Lingkungan Analisis daya dukung lingkungan merupakan teknik dasar yang sekarang banyak digunakan dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata dan rekreasi. Analias ini dilakukan untuk menentukan secara sistematis batasan dan pengembangan pariwisata yang akan dilakukan, jumlah kunjungan optimal yang dapat ditampung. Batasan utama dan daya dukung lingkungan ini adalah: Jumlah maksimum orang yang dapat menggunakan atau memanfaatkan suatu kawasan yang tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik atau sosial budaya atau apa yang dirasakan oleh wisatawan itu sendi ri da/am menikmati kunjungan yang mereka lakukan. Dengan tidak mengabaikan tingkat kesulitan yang muncul untuk menentukan kapasitas dan daya dukung lingkungan secara pasti, sehingga sifatnya masih merupakan perkiraan. Analisis ini akan memberikan petunjuk yang jelas bagi perumusan rencana pariwisata pada setiap tingkatan. Analisis daya dukung lingkungan merupakan umpan balik untuk analisis pasar sehingga hat ini dapat merupakan pertimbangan dalam melakukan proyeksi pasar atau target kunjungan wisatawan. Analisis daya dukung lingkungan ini dapat dilakukan untuk kawasan wisata yang belum terbangun dan untuk kawasan yang sudah terbangun bahkan untuk kawasan yang sebenarnya bila dihitung kemampuan daya dukung tingkungannya sudah mencapai ambang batas kemampuan kawasan. Seringkali penerapan analisis ini terjadi pada tahapan kawasan wisata yang sudah melebihi kapasitas daya dukung, sehingga terjadi kekacauan pembangunan. Dengan kondisi ini sebaiknya analisis ini diaplikasilkan pada tahap awal pembangunan. 1. Kriteria Pengukuran Kapasitas Daya Dukung Lingkungan Kriteria yang diungkapkan di sini merupakan kriteria untuk menentukan ka- pasitas daya dukung dari suatu kawasan wisata. Dalam menentukan kapa- sitas daya dukung lingkungan terdapat 2 (dua) aspek yang periu dipertim- bangkan, yaitu: a. Keaslian Dari Lingkungan Fisik Dan Sosial Ekonomi Hal ini mengacu pada kapasitas yang dapat dicapai tanpa menimbulkan kerusakan fisik, permasalahan sosial ekonomi dari masyarakat, dan menjaga keseimbangan antara proses pembangunan dan konservasi. Dengan melewati ambang batas yang telah ditentukan akan menimbul- kan kerusakan fisik, sosial ekonomi atau budaya.
  • 38. Lampiran - 38 1- Lingkungan Fisik a- Tingkat penerimaan dan dari dampak visual dan kemacetan/ kepadatan b- Nilai sistem ekologis yang dijaga sebdum terjadi kerusakan c- Konservasi kehidupan satwa liar dan vegetasi dari lingkung- an darat dan lingkungan taut. d- Tingkat yang dapat diterima dari polusi air, udara dan kebi- singan. 2- Ekonomi a- Tingkat keberadaan pariwisata dalam memberikan manfaat ekonomi secara optimum terhadap daerah perencanaan secara keseluruhan b- Tingkat kesesuaian kesempatan kerja pariwisata yang dapat diisi oleh tenaga kerja lokal. 3- Sosial Budaya a- Keberadaan pembangunan pariwisata yang dapat menyerap dengan tanpa mengabaikan gaya hidup sosial budaya dan aktivitas dari masyarakat. b- Tingkat kesesuaian sektor pariwisata untuk dapat menjaga monumen-monumen budaya, kesenian, kerajinan, sistem kepercayaan, dan tradisidari dampak yang merusak. 4- Prasarana a- Kesesuaian ketersediaan fasilitas transportasi dan pelayan- an. b- Kesesuaian ketersediaan pelayanan utilitas seperti air ber- sih, tenaga listrik, pengolahan limbah padat, pengolahan lim- bah cair dan telekomunikasi. c- Kesesuian ketersediaan dari fasilitas yang dimanfaatkan oleh seperti fasilitas kesehatan dan keamanan. b. Citra Pariwisata dan Produk Wisata Hal ini mengacu terhadap kapasitas atau jumlah pengunjung yang da- pat merusak citra kawasan wisata, jenis lingkungan dan pengalaman budaya yang wisatawan inginkan. Jika pengembangan pariwisata me- lewati ambang batas, maka daya tarik yang dijadikan tujuan wisata akan mengalami penurunan atau bahkan hancur. Hal ini akan meng- akibatkan kualitas dan popularitas daerah kawasan tujuan wisata ter- sebut akan menurun.
  • 39. Lampiran - 39 1- Lingkungan Fisik a- Tingkat Kebersihan secara keseluruhan dan minimnya tingkat polusi dari lingkungan daerah/kawasan tujuan wisata. b- Tidak adanya kesemerawutan dari lingkungan daerh tujuan wisata, termasuk di dalamnya komponen daya tarik. c- Tingkat daya tarik dari lansekap yang ada, termasuk di dalamnya kualitas dan karakter dari disain arsitektur. d- Pemeliharaan dari sistem ekologi, flora, fauna dan daya tarik alam lainnya. 2- Ekonomi Biaya untuk liburan dan value for money. 3- Sosial Budaya a- Daya tarik dari masyarakat asli dan budaya masyarakat setempat. b- Kualitas seni, kerajinan, makanan, dan penampilan budaya yang dimiliki oleh daerah. c- Keramahtamahan masyarakat lokat 4- Prasarana a- Tingkat penerimaan standar dari fasititas transportasi dan pelayanannya. b- Tingkat penerimaan standar dari pelayanan utilitas Setiap daerah dan setiap jenis pariwisata yang dikembangkan bersifat unik, sehingga kriteria untuk mengukur kapasitas daya dukung harus didefinisikan secara baik. Umumnya evaluasi dari kapasitas daya dukung lingkungan ini terukur secara kuantitatif, namun sebagian lainnya hanya dapat dievaluasi secara kualitatif. Analisis kapasitas daya dukung lingkungan ini harus dapat menye- imbangkan antara faktor positif dan faktor negatif. Pariwisata harus da- pat memberikan manfaat optimal terhadap daerah dan masyarakat lo- kal, sementara wisatswan sendiri terjaga tingkat kepuasannya. Cleh ka- rena itu dalam analisis ini akan terjadi proses tawar-menawar antara berbagai biaya dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Semen- tara itu dilakukan pula proses pembobotan dari kriteria evaluasi, di mana sebagian daerah/kawasan wisata akan lebih mempertimbangkan lingkungan fisik, sementara daerah lainnya lebih mempertimbangkan faktor sosial-budaya. Perlu pula dipertimbangkan dampak musim liburan yang berlaku dalam konsep kapasitas daya dukung. Ambang batas dari kapasitas daya du- kung lingkungan di suatu daerah terlampau pada saat-saat rarnai.
  • 40. Lampiran - 40 Sehingga periode ini perlu untuk dipertimbangkan untuk menghitung kapasitas daya dukung. Dalam analisis kapasitas daya dukung, seperti telah ditentukan dalam kriteria di atas, pengukuran dampak terhadap aspek sosial budaya te- tap dilakukan seoagai pelengkap dalam analisa kapasitas daya dukung lingkungan. 2. Standar Kapasitas Beberapa standar dari kapasitas daya dukung ditampilkan secara statistik seperti dalam jumlah wisatawan yang terdapat datam suatu kawasan/atraksi wisata, dan kemampuan fasilitas datam memberikan pelayanannya pada periode tertentu. Standar ini dari satu daerah ke daerah lain bert)eda, hal ini bergantung pada faktor-faktor berikut:  Jenis pariwisata yang dikembangkan.  Karakteristik lingkungan lokal.  Jenis wisatawan yang dijadikan target.  Persepsi masyarakat lokal terhadap kesemerawutan suatu daerah. Kapasitas daya dukung pantai merupakan analisis yang banyak dilakukan di berbagai daerah, mengingat bahwa keberadaab pantai merupakan aset penting bagi daerah sebagai salah satu sumber daya pariwisata yang ditawarkan. Untuk pengukuran kapasitas daya dukung pantai ini faktor yang diukur adalah :  lebar pantai.  tingkat ke dalaman.  kualitas pantai.  aksesibilitas.  komponen-komponen bawah laut.  topografi daerah belakang.  dan lainnya. Berbagai jenis standar diterapkan untuk menentukan kapasitas daya dukung pantai bergantung pada situasi lokat. Sebagai contoh untuk suaut fasititas kawasan wisata (resort) yang berkualltas standarnya adalah:  10 m2 perorang untuk kawasan pantai  1 m2 untuk penggunaan pantai untuk berenang, dengan jumlah pengun- jung yang berenang adalah 25% dari seluruh total pengunjung. Beberapa standar yang telah ditetapkan oleh WTO pada tahun 1983 untuk aktivitas rekreasi dan pariwisata pedesaan dinyatakan dalam pengunjung perhari perhektar adalah sebagai berikut: 1. Kawasan hutan 15 pengunjung/hari/hektar 2. Taman hutan di kawasan 15 - 70 pengunjung/hari/hektar
  • 41. Lampiran - 41 pedesaan/pinggiran kota 3. Area piknik padat 300 - 600 pengunjung/hari/hektar 4. Area piknik lenggang 60 - 200 pengunjung/hari/hektar 5. Pertandingan olah raga 100 - 200 pengunjung/hari/hektar 6. Golf 10-15 pengunjung/hari/hektar 7. Aktivitas air :  Memancing 5 - 30 pengunjung/hari/hektar  Speed boat 5 - 10 pengunjung/hari/hektar  Ski air 5-15 pengunjung/hari/hektar 8. Jalansetfepak untuk Hiking (orang perhari per kilometer)  Hiking 40 orang/hari/km  Berkuda 25 - 80 orang/hari/km.
  • 42. Lampiran - 42 Lampiran D Bentuk-Bentuk Pengembangan Pariwisata Daerah 1. Pengembangan dengan Pendekatan Kawasan Wisata (Resort) Salah satu bentuk umum dari pariwisata yang berorientasi liburan adalah pengembangan suatu kawasan wisata (resort). Kawasan wisata ini dapat didefinisikan sebagai daerah tujuan wisata yang memberikan hampir seluruh kebutuhan fasilitas dan pelayanan wisatawan, termasuk di antaranya fasilitas rekreasi dan peristirahatan. Kecenderungan perubahan yang terjadi saat ini telah menyebabkan peningkatan tuntutan wisatawan terhadap fasilitas dan pelayanan di kawasan wisata. Tuntutan ini adalah tuntutan untuk melakukan kegiatan rekreasi, olah raga, dan aktivitas budaya lainnya, sehingga kawasan wisata kemudian berkembang menjadi suatu kawasan wisata yang serba lengkap untuk dapat memenuhi keinginan tersebut. Pengembangan kawasan wisata biasanya ditujukan untuk mengembangan yang bersifat masal untuk jumlah wisatawan yang cukup besar. Kawasan wisata terintegrasi direncanakan untuk dikembangkan secara eks- klusif bagi wisatawan yang berlibur. Umumnya kawasan wisata ini ber- orientasi pantai, danau, rekreasi air, pemandangan alam (pegunungan), ta- man nasional, lapangan golf, fasilitas olah raga lainnya, peninggalan budaya, peninggalan sejarah dan kadang-kadang merupakan gabungan dari komp- onen-komponen di atas. Kawasan wisata dapat bervariasi baik dalam bentuk ukuran maupun fasilitas akomodasi yang ada. Umumnya suatu kawasan besar terdiri dari berbagai jenis hotel, memiliki fasilitas perbelanjaan, fasilitas rekreasi, fasilitas olah raga, fasilitas budaya, dan bahkan fasilitas ruang per- ternuan. Kawasan wisata yang terintegrasi memiliki berbagai jenis hotel dari mulai hotel berbintang, cottage, vila dan bahkan apartemen. Konfigurasinya pun dapat bervariasi, bisa merupakan kawasan wisata dengan bangunan- bangunan tinggi dan padat atau dengan bangunan rumah-rumah dengan tingkat kepadatan yang rendah. Ruang terbuka yang luas dan taman-taman merupakan elemen penting dalam perencanaan pariwisata ini. Meskipun demikian, pembangunan fisik dari suatu kawasan wisata dilakukan secara bertahap bergantung pada kondisi pasar dan investasi. Ball sebagai salah satu contoh, di mana di daerah ini terdapat berbagai kawasan wisata dan sebagian besar masih melakukan pembangunan fasititas-fasilitas yang dibutuhkan meskipur) perkembangan pariwisata di Bali telah ada sejak lama. 2. Pengembangan Pariwisata Perkotaan Pariwisata perkotaan adalah pariwisata yang dilakukan di suatu kota di mana pariwisata dapat merupakan komponen penting bagi aktivitas perkotaan
  • 43. Lampiran - 43 tersebut tapi bukanlah kegiatan yang utama. Hotel dan fasilitas wisata lainnya merupakan bagian integral dari kegiatan perkotaan yang melayani wisatawan yang memang datang untuk berwisata atau petaku-pelaku bisnis. Meskipun demikian lokasi hotel dan fasilitas wisata tetap mepJpakan faktor penting yang periu dipertimbangkan terutama keterkaitannya dengan sistem transportasi dan daya tarik yang dimiliki oleh kota tersebut. Objek dan daya tarik wisata yang dikunjungi oleh wisatawan umumnya dimanfaatkan juga oleh masyarakat lokaL Pengembangan kembali kawasan-kawasan lama perkotaan yang memiliki nilai sejarah tinggi merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh pe- merintah daerah setempat untuk meningkatkan daya tarik kota. Selain itu fa- silitas konferensi dan pertemuan yang dimiliki oleh suatu kota periu diper- timbangkan untuk dikembangkan untuk mengantisipasi perkembangan pasar bisnis. 3. Pariwisata Minat Khusus dan Petualangan Pariwisata minat khusus umuninya adaiah wisatawan yang umumnya dalam kelompok kecil yang ingin melakukan perjalanan untuk mempelajari dan memperoleh pengalaman dari komponen-komponen daya tarik spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah. Minat dari wisatawan ini dapat berupa minat untuk mempelajari kebudayaan suatu daerah seperti tarian, musik, seni, kerajinan, arsitektur, gaya hidup, kegiatan ekonomi khusus, arkeologi dan sejarah daerah. Selain itu minat dalam aspek lingkungan seperti terhadap flora, fauna, geologi, taman nasional, dan taman laut. Umumnya minat-minat yang ada merupakan minat-minat profesional sesuai dengan profesi mereka sehari-hari. Berkaitan dengan pariwisata minat khusus, pariwisata petualangan juga me- rupakan salah satu altematif yang dikembangkan oleh daerah-daerah yang relatif belum memiliki perkembangan pariwisata dengan baik dan memiliki daya tarik spesifik. Wisatawan seperti ini secara individual umumnya menan- tang bahaya seperti melakukan kegiatan safari di daerah-daerah terpencil, pendakian gunung, panjat tebing, arung jeram, berbuiti dan memandng. Pengembangan pariwisata seperti ini tidak memerlukan pengembangan fa- silitas skala besar atau investasi yang mahal untuk pengembangan fasilitas dan prasarana. Narnun, suatu organisasi yang baik, pengetahuan pemandu wisata yang memadai, sistem transportasi yang terintegrasi disertai fasilitas dan pelayanan yang baik, dan ketersediaan akomodasi sederhana tetap di- perlukan. Pariwisata minat khusus dan petualangan ini merupakan salah satu pariwisata yang saat ini berkembang dengan pesat baik dalam hal pasar maupun pengembangan, namun tetap dengan jumlah yang relatif kecil untuk setiap daerah.
  • 44. Lampiran - 44 4. Pengembangan Pariwisata Altematif Pariwisata altematif adalah pariwisata berkelanjutan yang berskala kecil, tidak konvesional, dan tidak bersifat masal mengunjungi tempat-tempat yang secara sosial dan lingkungan sensitif. Meskipun pariwisata tersebut bernama altematif, dalam proses perencanaan pariwisata secara umum pertu untuk dipertimbangkan. Secara umum pengembangan pariwisata harus peka terhadap lingkungan sosial dan lingkungan fisik untuk mencapai suatu pembangunan yang berke- lanjutan. Sementara pariwisata altematif ini adaiah pariwisata yang dilakukan dan dikembangkan pada daerah yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan fisik, sosial dan budaya, sehingga untuk pengembarigannya pertu dianalisis. Dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya pariwisata ini periu dikaji se- cara mendalam terutama pada daerah-daerah yang secara budaya maupun lingkungan ekologis sensitif terhadap perubahan. Salah satu keunggulan yang dimiliki dengan adanya pengembangan pariwisata ini adaiah dampak ekonomi yang ditimbulkan langsung diterima oleh masyarakat setempat dalam bentuk pendapatan atau tenaga kerja. Keunggulan tainnya adaiah pariwisata seperti ini tidak memerlukan investasi yang besar dalam fasilitas maupun infrastruktur. a. Pengembangan Pariwisata Pedesaan Pariwisata desa/pedesaan, di mana sekelompok wisatawan tinggaldi suatu desa tradisional atau bahkan desa terpencil untuk kemudian mempelajari kehidupan dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Pariwi- sata pedesaan ini dapat dilakukan pada daerah-daerah di mana terda- pat dominasi atau karakteristik menonjol dari kehidupan sehari-hari ma- syarakat yang ada di wilayah pedesaan tersebut. Misalnya di daerah Pertanian, perkebunan, nelayan, desa kerajinan dan lain-lain. Di sam- ping itu wilayah pedesaan tersebut menunjukkan ciri kehidupan/suasa- na pedesaan yang unik dan dapat pula ditunjang oleh kondisi alam/ lingkungan yang indah dan alami, sehingga menunjukkan perbedaan dengan wilayah-wilayah perkotaan dan daerah terbangun lainnya. b. Pengembangan Ekowisata Di dalam pengembangan ekowisata alam, wisatawan melakukan kun- jungan ke suatu obyek wisata dan melakukan pengamatan, dan perja- lanan seperti melakukan pendakian gunung, berperahu di sungai- sungai dengan pemandu-pemandu lokal yang menjelaskan karakteristik lingkungan setempat. Hal khusus dari pengembangan ekowisata alam ini adalah bahwa obyek yang dikunjungi keaslian alamnya masih sangat terjaga. Dengan demikian bentuk perjalanan wisata di daerah ini seminimal mungkin menghindari terjadinya kerusakan dan perubahan
  • 45. Lampiran - 45 lingkungan alami yang ada. Penekanan pada jenis wisata ini adalah pada experience/pengalaman perjalanannya. c. Pengembangan Agrowisata Pengembangan Agrowisata dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas serta terkelola dengan baik oleh suatu lembaga tertentu, baik yang bersifat perorangan, atau perusahaan. Di dalam pengembangan agrowisata ini, yang periu diperhatikan bahwa kawasan yang dikembangkan tersebut memiliki hasil produksi yang kontinyu sepanjang tahun, sehingga dapat dikunjungi setiap saat. Di samping menampilkan atraksi hasil dari perkebunan itu sendiri, daya tarik dari pengembangan agrowisata adalah bila proses penanaman, pemetikan, serta pengolahan dari hasil perkebunan itu juga dapat ditampilkan menjadi suatu paket khusus. Dalam hal ini wisatawan dapat menikmati seluruh rangkaian kegiatan yang berlangsung di suatu perkebunan.
  • 46. Lampiran - 46 Lampiran E Anatomi Unsur-Unsur Kepariwisataan 1. Hakekat Kepariwisataan Jika berbicara tentang pariwisata, yang umumnya segera diingat biasanya hanyalah 4 hal, yakni : ► Obyek wisata, ► Hotel, ► Wisatawan, ► Biro perjalanan. Dengan demikian, jika ada usaha pengembangan pariwisata, maka yang ter- bayangkan adalah membangun hotel, khususnya hotel berbintang. Umum- nya orang berangapan, dengan membangun hotel, otomatis wisatawan akan datang, kemudian menghubungi biro perjalanan, lalu mendatangi obyek wi- sata. Dengan orang yang demikian, jika kita berbicara mengenai pengem- bangan pariwisata, yang dibayangkannya adalah mencari penanam modal, yang akan menanamkan modalnya untuk membangun hotel. Cukup sampai di situ. Benarkah demikian ? Gambar E.1 : Demand Side, Supply Side, dan Contextual Side dalam Kepariwisataan Supply Side Demand Side Contextual Side Kepariwisataan Di luar golongan awam, para pakar berusaha membedah kepariwisataan de- ngan cara yang beda. Mereka telah melangkah lebih jauh, membedah dunia pariwisata lebih dari sekedar atas 4 hal di atas. Ada yang membedahnya atas 3 hal, yakni : ► Demand side, ► Supply side, ► Contextual side. Sementara itu ada pula yang menyebutkan bahwa kepariwisataan meliputi 3 A, yakni : ► Attraction, ► Accessibility.
  • 47. Lampiran - 47 ► Amenity. Sementara itu, istilah produk pariwisata sangat sering digunakan jika kita berbicara tentang kepariwisataan. Di mana letak hal terakhir ini di antara ke- 3 hal di atas, baik di antara demand side, supply side, dan contextual side, maupun di antara 3 A di atas ? Apakah produk pariwisata sama dengan supply side. Apakah produk pariwisata merupakan sebutan lain dari attraction. Sebagai suatu istilah, apakah produk pariwisata masih dapat digunakan, khususnya di Indonesia ? Gambar E.2 : 3 A dalam Kepariwisataan Amenity Accesibility Attraction3 A3 A Ada pula istilah obyek wisata. Apa beda antara obyek wisata dengan atraksi wisata ? Apa beda obyek wisata dengan kawasan pariwisata ? Apa hubung- an antara objek wisata dengan produk pariwisata ? Bagaimana semua ini terstruktur membentuk fenomena yang kita kenal sebagai kepariwisataan ? Jika kita berbicara mengenai dunia produksi, kita mengenal adanya upaya pemrosesan. Suatu bahan mentah, sebelum mencapai tahap layak jual, ter- lebih dahulu harus menjalani serangkaian kegiatan pemrosesan. Pemroses- an tersebut dapat berupa pemrosesan secara kimiawi, penggergajian, pema- hatan, pengemasan, dan lain sebagainya, tergantung jenis bahan mentah dan produk yang dituju. Melalui upaya tersebut bahan mentah tersebut men- dapatkan nilai tambah tertentu. Setelah menjalani semua itu, maka bahan mentah tersebut berubah menjadi suatu produk, untuk kemudian siap dipa- sarkan. Setelah menjalani tahap pemasaran tertentu, maka akan timbul pe- minat atas produk tersebut. Peminat tersebut akan berdatangan ke tempat beradanya produk tersebut. Oleh peminatnya, produk tersebut kemudian dibeli. Dengan dibelinya produk tersebut, maka produk tersebut dibawa me- nuju ke tempat si pembeli, meninggalkan tempat asal produk tersebut.