SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
ISSN: 1693-6930                                                                            83


KERAMIK PORSELEN BERBASIS FELDSPAR SEBAGAI
          BAHAN ISOLATOR LISTRIK

                           Eva Indiani, Ngurah Ayu Ketut Umiati
                  Jurusan Fisika Universitas Diponegoro, Semarang Indonesia
                               ngurahayuketutumiati@yahoo.com


                                             Abstract
         Electric solid insulator based on ceramics porcelain had been made by using local raw
materials: 68% feldspar, 10% kaolinite and 22% quartz, and also added 0%, 5%, 10%, 15%,
20%, 25% cullet (From total mass). The forming process of the porcelain was conducted by
milling the raw materials using ball mill and screened using 200 mesh screening. The samples
were formed by using the dry-press method with the pressure of 50MPa, then the samples is
sintered at temperature of 1000o C, 1050o C, 1100oC, 1150 oC for 2 hours. The properties of the
samples had been analyzed for their shrinkage, density, bending strength and resistivity. The
result of the experiment showed that the optimum value was reached by ceramic which was
added by 15% cullet and sintered at temperature of 1100o C. This ceramic had shrinkage of
9,70%, density of 2,44 g/cm3, bending strength of 86,73 MPa and the resistivity at 25oC is
2,32x108 Ωcm

Keyword: ceramic, feldspar, porcelaine, solid insulator


                                          Abstrak
        Telah dilakukan pembuatan isolator listrik berbahan dasar keramik porselin dengan
menggunakan bahan baku lokal: 68% feldspar, 10% kaolin dan 22% kuarsa serta ditambahkan
0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% cullet (dari total massa bahan murni). Proses pembentukan
dilakukan dengan menggiling bahan baku menggunakan ball mill hingga lolos ayakan 200
mesh. Pembentukan benda uji dilakukan dengan metode cetak tekan dengan tekanan sebesar
50MPa dan selanjutnya dilakukan sintering pada suhu 1000oC, 1050oC, 1100oC, 1150o C
selama 2 jam. Untuk mengetahui karakteristik benda uji yang dibuat maka dilakukan pengujian
sebagai berikut: susut bakar, densitas, kuat patah dan resistivitas. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa nilai optimum dicapai oleh keramik porselin yang diberi aditif cullet sebesar
15% dengan suhu sintering 1100oC. Keramik tersebut memiliki susut bakar 9,70%, densitas
2,44 g/cm3, kuat patah 86,73 MPa dan resistivitas pada suhu 25oC sebesar 2,32x108 Ωcm.

Kata kunci: feldspar, isolator padat, keramik, porselin


1. PENDAHULUAN
         Salah satu contoh nyata penggunaan keramik adalah sebagai isolator listrik tegangan
rendah hingga tinggi dan aplikasi railgun [1,2,3]. Dalam pembuatan keramik, feldspar
merupakan bahan baku terpenting kedua setelah lempung. Dalam hal ini feldspar digunakan
                                                                                        o
sebagai bahan pencair untuk membentuk fase kaca pada temperatur dibawah 1100 C [1,2],
dan sebagai sumber alkali dan alumina pada pelapisan kaca [1,2]
         Keramik porselen yang dibuat mempunyai perbandingan komposisi bahan baku yaitu
35% feldspar, 35% kaolin dan 30% silika. Sebagai aditif digunakan alumina (Al 2O3). Penelitian
serupa juga telah dilakukan Muljadi, P sebayang dan E Wibawati [4,5,6]. Kesemuanya
menggunakan bahan baku berupa kaolin, feldspar dan kuarsa. Sebagai aditif digunakan
kalsium karbonat [6].
         Pada penelitian ini diusulkan dilakukan pembuatan keramik yang terbuat dari keramik
porselen jenis triaxial body, yaitu keramik porselen dengan bahan baku utama berupa feldspar,
lempung dan kuarsa. Sebagai flux digunakan bahan cullet. yang dapat menurunkan suhu
sintering sehingga energi listrik dalam proses sintering juga dapat direduksi. Keuntungan bahan
cullet adalah harga yang tidak terlalu mahal sehingga dapat dibuat keramik porselen dengan


                  Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
84                                                                         ISSN: 1693-6930

harga produksi yang lebih murah. Dalam makalah ini ini dilakukan upaya bagaimana mencari
komposisi penambahan bahan flux cullet yang tepat sehingga dapat dihasilkan keramik
porselen dengan resistivitas yang cukup baik, dengan suhu sintering yang tidak terlalu tinggi.

1.1.  Isolator Listrik
         Bahan isolasi berguna sebagai suatu penyekat antara dua buah penghantar yang
mempunyai perbedaan tegangan, dimana didalam bahan ini elektron terikat kuat pada atom
nukleusnya, sehingga konduksi oleh elektron tidak akan terjadi [7].
         Isolator listrik merupakan suatu alat penting yang digunakan pada jaringan listrik.
Berdasarkan kegunaannya, isolator mempunyai dua fungsi, yaitu :
a. Fungsi kelistrikan
    Sebagai penyekat arus listrik, sehingga arus listrik tidak merambat pada benda lain selain
    jaringan yang sudah ditentukan.
b. Fungsi mekanik
    Sebagai tempat bertambatnya konduktor, yang akan melindungi dari berbagai kendala di
    lapangan seperti: perubahan cuaca, perubahan suhu, hujan, angin dan sebagainya, dalam
    waktu yang cukup lama.

1.2.   Keramik
         Kata keramik dibentuk dari kata Latin ‘keramos’ yang berarti tembikar atau peralatan
yang terbuat dari lempung dan mengalami proses sintering. Bahan baku keramik yang paling
awal digunakan adalah lempung. Lempung telah didefinisikan sebagai tanah yang menjadi
koheren dan lengket bila dicampur dengan air; ketika basah, tanah ini mudah dibentuk, tetapi
jika dikeringkan maka akan menjadi keras dan rapuh serta mempertahankan bentuknya [8].
Tembikar terbuat dari lempung dan bahan mineral lain yang mengandung silika yang dibakar
pada temperatur antara 900oC– 1200oC [9].
         Salah satu jenis lempung yang merupakan alumunium silikat terhidrasi (xAl2O3. ySiO2.
zH2O) adalah kaolin. Jenis ini merupakan hasil pelapukan dari feldspar, yang disebut juga
proses kaolinisasi. Proses kaolinisasi ini terjadi oleh naiknya larutan atau uap panas yang
mengandung CO2 dan SO2 melalui rekahan batuan feldspatik pada temperatur dan tekanan
tinggi. Kristal kaolin murni memiliki komposisi (OH)4 Al2 Si2O5.

1.2.1. Sifat-sifat keramik
a. Densitas
        Densitas merupakan suatu ukuran massa per unit volume dan dinyatakan dalam gram
per centimeter kubik (g/cm3) atau pound per inch kuadrat (lb/in2). Pengukuran densitas yang
dilakukan adalah jenis densitas ruah (bulk density) berdasarkan metode Archimedes dimana
perbedaan berat di udara dibandingkan dengan beratnya di dalam air. Persamaan untuk
menghitung densitas ruah diberikan pada persamaan (1) [10].


                      mk
        ρb =                       ρ air                                               (1)
               m b − (m g − m kw )

                                        3                                   3
dengan ρb merupakan bulk density (g/cm ), ρair merupakan densitas air (1g/cm ), mb merupakan
massa basah (g), mk merupakan massa kering (g), mg merupakan massa ketika beban
digantung dalam air (g), dan mkw merupakan massa kawat penggantung (g).

b. Kuat Patah (Bending Strength)
       Pengukuran kekuatan patah dilakukan dengan pengujian Triple Point Bending Strength
dan menggunakan alat uji Universal Testing Machine (UTM). Nilai kekuatan patah dihitung
dengan persamaan sebagai berikut [10]:


               3PL
        σf =                                                                           (2)
               2bd 2


TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
TELKOMNIKA                                 ISSN: 1693-6930                              ■ 85

dengan σ f merupakan kekuatan patah sampel balok (Pa), P merupakan besarnya beban
sampai patah (N), L merupakan jarak antara dua tumpuan (m), b merupakan lebar benda uji
(m), dan d merupakan tinggi benda uji (m).

c. Resistivitas
        Resistivitas adalah besarnya tegangan yang diberikan terhadap luas penampang suatu
bahan tertentu dibagi besarnya arus yang mengalir dan panjang bahan tersebut [11].


             RA
        ρ=                                                                              (3)
              l

dengan ρ merupakan resistivitas bahan (Ωcm), l merupakan panjang bahan (cm), R
merupakan hambatan bahan (Ω), dan A merupakan luas penampang bahan (cm2).
          Resistivitas listrik suatu bahan merupakan ukuran kemampuan bahan tersebut untuk
men-transport muatan listrik di bawah pengaruh medan listrik [12]. Standar isolator listrik
tegangan rendah berdasarkan resistivitasnya memiliki resistivitas ~107 Ωcm, untuk isolator
listrik tegangan menengah maka harus memiliki resistivitas 109-1014 Ωcm, dan untuk isolator
listrik tegangan tinggi maka resistivitasnya harus lebih besar dari 1014 Ωcm.

1.2.2. Keramik Porselen
         Porselen adalah bahan anorganik dengan elektron-elektron pada atom penyusunnya
terikat dengan kuat sehingga ion-ionnya tidak berdifusi. Oleh karena itu keramik porselen
banyak digunakan sebagai bahan isolator listrik. Bahan keramik porselen mempunyai kekuatan
mekanik yang tinggi, dan pada umumnya mempunyai ketahanan termal yang tinggi juga. Untuk
mendapatkan bahan isolator listrik yang baik, struktur badan porselen yang telah dibakar harus
mengandung 10-20% kuarsa, 10-20% kristal mullit, matrik gelas dan sisa bahan baku yang
masih tetap merupakan kristal asal. Porselen pada umumnya terbuat dari campuran bahan
baku berupa feldspar [(K, Na)AlSi3O8], lempung kaolinit (Al2O3-2SiO2-2H2O), dan kuarsa (SiO2).
Komposisi ini akan menempatkan porselen dalam sistem fase [(K, Na)2O-Al2O3-SiO2] [13].

1.3.  Feldspar
        Feldspar hingga saat ini merupakan grup mineral dengan jumlah paling besar di kerak
bumi, membentuk sekitar 60% batuan terrestrial. Kebanyakan feldspar yang tersedia berupa
sodium feldspar, potassium feldspar dan feldspar campuran. Feldspar kebanyakan digunakan
pada aplikasi-aplikasi industri yang membutuhkan kandungan feldspar yang berupa alumina
dan alkali. Sebagian besar produk yang digunakan sehari-hari terbuat dari feldspar: gelas untuk
minum, gelas sebagai pengaman, fiberglass sebagai isolator, lantai keramik, bak mandi dan
peralatan makan.
        Rumus kimia feldspar secara umum adalah XAl(Al,Si)Si2O8 dengan X adalah potasium,
sodium, kalsium atau barium. Secara khusus rumus kimia feldspar dapat dilihat pada
Tabel 1 [8].

                                        Tabel 1. Jenis-jenis feldspar [8]
                       Jenis feldspar                        Rumus kimia
                           Albite                            Na(Si3Al)O8
                         Anorthite                           Ca(Si2Al2)O8
                        Orthoclase                            K(Si3Al)O8
                          Celsian                            Ba(Si2Al2)O8


1.4.  Cullet
       Cullet adalah serpihan kaca yang sangat kecil. Kaca merupakan benda padat amorf,
biasanya anorganik, dibentuk melalui proses pemadatan dari peleburan tanpa kristalisasi [14].
Kaca kadang-kadang dapat dianggap sebagai cairan yang sangat kental (viskos) karena
bukan kristalin atau amorf. Akan tetapi hanya beberapa jenis cairan dapat membentuk kaca.
Pada suhu yang tinggi, kaca merupakan cairan sejati. Pada fase cair ini struktur dari bahan-
bahan anorganik belum beraturan dan atom-atomnya selalu bergerak terus-menerus [14]. Pada


                  Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
86                                                                         ISSN: 1693-6930

penelitian ini jenis kaca yang digunakan adalah jenis soda-lime glass atau yang biasa
digunakan sebagai kaca jendela. Soda-Lime glass merupakan salah satu jenis dari gelas
komersil dengan unsur penyusun terbesarnya adalah SiO2 (72%).


2. METODE PENELITIAN
        Ada beberapa tahapan penting yang mempengaruhi sifat-sifat akhir produk keramik
yakni tahapan pra kompaksi, tahapan kompaksi dan sintering.

2.1. Tahapan Pra Kompaksi
         Tahapan ini merupakan tahapan persiapan dalam penanganan serbuk sebelum
dimasukkan ke dalam cetakan. Beberapa proses pra kompaksi adalah sebagai berikut:
a. Pencampuran (mixing)
    Proses ini penting dilakukan untuk mendapatkan campuran material bahan baku keramik
    dengan pengaturan komposisi dan ukuran butir hingga homogen. Selain itu proses ini juga
    dapat meningkatkan densitas dari keramik dan juga mengurangi porositas yang terdapat
    dalam keramik tersebut. Metode pencampuran yang paling umum digunakan adalah
    pencampuran basah dengan menggunakan ballmill. Ballmill terdiri dari wadah bahan baku
    yang berbentuk silinder bertutup, terbuat dari keramik yang diisi dengan media penghalus
    berbentuk bola-bola atau silinder yang juga terbuat dari keramik.
b. Pengeringan
    Pada umumnya, pengeringan zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair
    lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat
    tersebut. Proses ini harus dikontrol, karena melibatkan penekanan yang diakibatkan oleh
    perbedaan shrinkage atau tekanan gas dapat menyebabkan cacat pada produk yang
    dihasilkan [15].

2.2. Tahapan Kompaksi
        Proses selanjutnya merupakan proses pembentukan dengan cara menekan serbuk
material. Penekanan merupakan suatu proses dimana serbuk keramik dimasukkan dalam suatu
wadah berongga dengan bentuk tertentu dan ditekan dalam arah uniaksial sehingga serbuk
akan mengalami konsolidasi dan memiliki bentuk yang sesuai dengan cetakannya. Proses ini
juga disebut penekanan kering atau kompaksi uniaksial.

2.3. Sintering
         Proses sintering adalah suatu proses pemadatan dari sekumpulan serbuk pada suhu
tinggi mendekati titik leburnya hingga terjadi perubahan struktur mikro seperti pengurangan
jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir, peningkatan densitas dan penyusutan. Proses
sintering keramik ada beberapa tahapan yaitu [15]:
a. Tahapan awal
    Pada tahap ini partikel-partikel keramik akan saling kontak setelah proses pencetakan. Di
    sini serbuk dalam keadaan bebas.
b. Tahapan mulai sintering
    Adalah tahap pembentukan ikatan, dimana sintering mulai berlaku dan permukaan kontak
    kedua partikel semakin lebar. Perubahan ukuran butiran maupun pori belum terjadi
c. Tahapan pertengahan sintering
    Merupakan tahap antar pembentukan batas butiran.
d. Tahapan akhir sintering
    Pada tahap ini terjadi densifikasi dan eliminasi pori sepanjang batas butir, yaitu terjadi
    pembesaran ukuran butiran sampai kanal-kanal pori tertutup dan sekaligus terjadi
    penyusutan butiran, dan terbentuklah fasa baru.
         Selanjutnya dalam makalah ini prosedur penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Gambar 1. Keramik yang dibuat pada penelitian ini adalah porselen triaxial body dengan
kandungan bahan baku 68% feldspar, 10% lempung, 22% kuarsa (dalam % massa). Dari
komposisi tersebut kemudian ditambahkan cullet dengan variasi komposisi 5%, 10%, 15%,
20%, 25% (dalam % massa dari massa total bahan murni). Selain itu juga dilakukan pembuatan
porselen tanpa penambahan bahan cullet sebagai kontrol untuk pembanding karakteristik yang
akan diuji, untuk mengamati pengaruh yang ditimbulkan penambahan cullet. Pada keramik,


TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
TELKOMNIKA                             ISSN: 1693-6930                                   ■ 87

feldspar berfungsi sebagai pembentuk fasa gelas, kuarsa berfungsi sebagai kerangka yang
memberikan kekuatan dalam struktur mikro badan keramik setelah mengalami reaksi pada
suhu tinggi, sementara kaolin berfungsi sebagai badan keramik.




                         Gambar 1 Diagram blok prosedur penelitian


3. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Susut Bakar
          Pengukuran susut bakar dilakukan pada seluruh sampel, dan setelah dilakukan
perhitungan di dapat data yang disajikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat
bahwa pada sampel tanpa aditif cullet tidak terjadi penyusutan dimensi sampel. Hal ini
dikarenakan dengan tidak adanya aditif cullet maka fase gelas yang terbentuk sangat sedikit,
padahal fasa gelas berfungsi untuk memfasilitasi terjadinya pergerakan molekul yang akan
mempermudah terjadinya difusi. Jika difusi yang terjadi sangat sedikit, maka eliminasi pori yang
terjadi juga sangat minim. Hal inilah yang menyebabkan pada sampel tanpa aditif cullet tidak
terjadi penyusutan dimensi sampel. Pada Gambar 2 juga terlihat bahwa sampel yang memiliki
kandungan cullet mengalami kenaikan prosentase susut bakar. Kenaikan prosentase ini
disebabkan meningkatnya kerapatan butiran seiring dengan berkurangnya pori. Hal ini terjadi
akibat adanya proses difusi yang dialami molekul-molekul penyusun keramik yang
menyebabkan terjadinya pertumbuhan butir dan eliminasi pori. Dari data di atas terlihat bahwa


                 Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
88                                                                                            ISSN: 1693-6930

dengan penambahan aditif cullet maka akan menurunkan suhu sintering yang mengakibatkan
sampel mengalami penyusutan dimensi akibat terjadi densifikasi pada bahan keramik.
        Pada sampel dengan aditif cullet sebesar 5% dan 10% susut bakar berbanding lurus
terhadap suhu sintering, seiring bertambahnya suhu sintering maka susut bakar yang terjadi
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu maka akan terjadi densifikasi
dan eliminasi pori yang semakin besar.


                         16.00

                         14.00

                         12.00

                         10.00
       Susut Bakar (%)




                          8.00

                          6.00

                          4.00

                          2.00

                          0.00
                                                                         o

                         -2.00
                              980   1000   1020    1040    1060       1080      1100   1120   1140   1160
                                                          Suhu Sintering ( C)

                                              0%     5%     10%        15%      20%    25%


                   Gambar 2. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap susut bakar sampel


         Pada sampel dengan aditif cullet 15% dan 20% susut bakar maksimum adalah pada
sampel dengan suhu sintering 1100o C. Pada sampel dengan suhu sintering 1150o C terjadi
penurunan prosentase susut bakar. Hal ini terjadi karena keramik porselen tersebut sudah
mengalami deformasi linier setelah mendekati titik lelehnya. Penurunan prosentase susut bakar
ini juga disebabkan pada suhu 1150o C pori yang terdapat pada keramik mengalami ekspansi
akibat memuainya gas yang mengisi pori. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan
dimensi sampel yang menyebabkan penurunan susut dimensi.

3.2. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Densitas
         Pengukuran densitas dimaksudkan untuk mengetahui massa jenis keramik porselen.
Keramik porselen mempunyai densitas berkisar antara 2,2 sampai 2,5 gr/cm3 [14]. Secara
teoritis, dengan bertambahnya suhu sintering, densitas badan akan meningkat [15].
Peningkatan densitas badan disebabkan karena pori-pori badan telah terisi oleh matrik gelas
yang terbentuk. Tetapi jika suhu sintering terus meningkat, sampai titik tertentu, akan terjadi
penurunan densitas karena terjadi perubahan fase dari unsur-unsur penyusunnya. Penurunan
densitas juga diakibatkan terjadinya ekspansi gas pada pori yang menyebabkan membesarnya
pori. Setelah dilakukan perhitungan didapat data yang disajikan pada Gambar 3.
         Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur dan penambahan flux cullet
maka densitas akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena fasa-fasa keramik yang
terjadi semakin banyak dan pori-porinya berkurang. Hal ini terjadi hingga titik optimum sebelum
keramik porselen mengalami deformasi. Jika suhu sintering terus dinaikkan dan melewati titik
optimum, maka badan keramik (ceramic body) akan mengalami deformasi yang ditandai
dengan perubahan bentuk setelah proses sintering.
         Pada Gambar 3 terlihat bahwa sampel dengan aditif cullet sebesar 5%-20%
                                                          o
mempunyai densitas optimum pada suhu sintering 1100 C, sementara pada sampel dengan
aditif cullet 25% densitas optimum didapat pada suhu sintering 1050oC. Hal ini karena di atas
suhu tersebut badan keramik mengalami deformasi sehingga densitas cenderung turun karena


TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
TELKOMNIKA                                              ISSN: 1693-6930                                        ■ 89

bahan mulai mendekati titik lelehnya (melting point). Pengaruh komposisi penambahan cullet
menunjukkan adanya pergeseran temperatur pemadatan dari keramik akibat persentasi
penambahan tersebut.
         Dari hasil yang didapat terlihat bahwa densitas meningkat dengan adanya penambahan
aditif cullet. Hal ini membuktikan bahwa dengan penambahan cullet akan meningkatkan
densitas meskipun tidak terlalu tinggi disebabkan semakin banyaknya butiran yang mendifusi
dengan partikel cullet.



                           2.50

                           2.40

                           2.30
                              3




                           2.20
       Densitas (gr/cm )




                           2.10

                           2.00

                           1.90

                           1.80

                           1.70
                                                                           o
                           1.60

                           1.50
                              980      1000   1020    1040    1060       1080      1100   1120   1140   1160
                                                             Suhu Sintering ( C)

                                                 0%     5%     10%        15%      20%    25%

                           Gambar 3. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap densitas sampel


         Sampel-sampel dengan penambahan cullet yang rendah serta mengalami proses
sintering pada suhu yang rendah memiliki densitas di bawah literatur yaitu berkisar pada 1,73-
2,27 gr/cm3. Kondisi tersebut dikarenakan pada komposisi dan temperatur tersebut keramik
belum mengalami pematangan sempurna atau belum mencapai temperatur sinteringnya yang
akan mempengaruhi sifat lainnya.

3.3. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Kuat Patah
         Kuat patah untuk suatu keramik porselen berkisar antara 83 MPa [14]. Setelah
dilakukan pengujian dan perhitungan, hasil pengujian kekuatan patah (bending strength)
diperlihatkan pada Gambar 4.
         Dari Gambar 4 diketahui bahwa untuk sampel tanpa aditif cullet terjadi kenaikan kuat
patah seiring dengan kenaikan suhu sintering. Kenaikan kuat patah juga terjadi pada sampel
dengan aditif cullet sebesar 5% dan 10%. Hal ini dikarenakan pada suhu sintering yang
semakin tinggi maka semakin banyak partikel yang melebur sehingga mengisi pori-pori keramik
porselen. Dengan semakin berkurangnya pori-pori keramik porselen maka akan didapat
porselen yang memiliki kekuatan mekanik yang semakin besar.
         Kuat patah sampel tanpa aditif cullet berkisar antara 10,52-30,16 MPa yang lebih kecil
dari referensi yaitu 83 Mpa karena proses sintering belum sempurna dan densitas bahan masih
rendah, sehingga tidak adanya flux (cullet) yang dapat menurunkan suhu sintering. Rendahnya
densitas menunjukan dalam badan keramik masih terdapat banyak pori. Sehingga rapuh.
Sampel dengan aditif cullet 5%-20% memiliki kuat patah yang lebih besar daripada sampel
tanpa aditif cullet, karena adanya cullet yang dapat mengisi pori-pori keramik dan dapat
menurunkan titik leleh bahan lainnya. Pada sampel dengan aditif cullet 15% dan 20% memiliki
kuat patah optimum pada suhu 1100 oC, sementara sampel dengan aditif cullet 25% memiliki
kuat patah optimum pada suhu 1050 oC. Penurunan kekuatan patah sampel dapat disebabkan


                                    Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
90                                                                                                                                    ISSN: 1693-6930

karena fasa gelas yang terdapat dalam keramik terlalu banyak. Flux yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cullet yang memiliki sifat dasar rapuh, sehingga akibat banyaknya cullet
densitas mengalami peningkatan, kuat patah sampel tetap mengalami penurunan. Kuat patah
maksimum didapat pada sampel dengan aditif cullet 15% dengan suhu sintering 1100oC.


                                     100.00

                                      90.00

                                      80.00

                                      70.00
                  Kuat Patah (MPa)




                                      60.00

                                      50.00

                                      40.00

                                      30.00

                                      20.00
                                                                                                          o
                                      10.00

                                       0.00
                                              975      1000          1025          1050          1075           1100         1125     1150    1175
                                                                                          Suhu Sintering ( C)

                                                                     0%        5%           10%          15%           20%     25%


                                     Gambar 4. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap kekuatan patah.


3.4. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Resistivitas
       Resistivitas merupakan ukuran kemampuan bahan dalam menahan arus listrik.
Pengukuran resistansi sampel ini dilakukan pada kondisi suhu ruang yaitu 25oC.


                               3.50


                               3.00


                               2.50
     Resistivitas (x10 Ω.cm)




                               2.00


                               1.50


                               1.00


                               0.50


                               0.00
                                       980          1000      1020          1040          1060          1080       1100        1120    1140    1160
                                                                                      Suhu Sintering ( C)

                                                                 0%           5%           10%          15%        20%         25%


                                     Gambar 5. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap resistivitas bahan




TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
TELKOMNIKA                             ISSN: 1693-6930                                   ■ 91

          Dari Gambar 5 terlihat bahwa resistivitas bahan cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu sintering, karena resistivitas berbanding lurus dengan densitas bahan.
Namun, setelah mencapai titik optimum, resistivitas keramik kembali mengalami penurunan.
Resistivitas terbesar adalah pada sampel yang diberi aditif cullet sebesar 25% dengan suhu
sintering 1100oC yaitu 3,00x108Ωcm. Tetapi, karena cullet bersifat rapuh, maka kandungan
cullet yang terlalu banyak akan mengakibatkan rendahnya kekuatan mekanik sampel (kekuatan
mekanik untuk sampel yang diberi aditif cullet 25% dengan suhu sintering 1100o C adalah
57,32MPa). Rendahnya kekuatan mekanik suatu isolator dapat menurunkan fungsi kerja
isolator itu sendiri, karena untuk dapat menjadi isolator yang baik selain harus memiliki sifat
listrik yang baik (memiliki resistivitas >107 Ωcm), juga harus memiliki kekuatan mekanik yang
tinggi, yaitu >83 MPa. Oleh karena itu, dari data yang sudah diambil terlihat bahwa sampel yang
memenuhi kriteria ini adalah sampel yang diberi aditif cullet sebesar 15% dengan suhu sintering
1100oC. Kekuatan mekanik sampel ini adalah 86,73 MPa, dengan resistivitas sebesar 2,32x10 8
Ωcm.


4. SIMPULAN
        Berdasarkan percobaan yang dilakukan dalam penilitian ini, dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:
1. Penambahan cullet dapat mempercepat proses pembentukan fasa gelas sehingga dapat
   menurunkan temperatur sintering.
2. Keramik porselen berbasis feldspar yang diperoleh memiliki sifat-sifat mendekati standar
   keramik sebagai isolator listrik, dengan hasil optimum didapat pada keramik yang diberi
   aditif cullet sebesar 15% dengan suhu sintering 1100oC, dengan sifat: susut bakar 9,70 %,
   densitas 2,44 g/cm3, kuat patah 86,73 Mpa, dan resistivitas 2,32 x 108 Ωcm.
3. Keramik yang dihasilkan memiliki resistivitas ~108 Ωcm sehingga dapat digunakan sebagai
   isolator untuk tegangan rendah, yaitu tegangan < 1000 Volt


DAFTAR PUSTAKA
[1]. Yusup, “Keramik: Dari Gerabah hingga Superkonduktor”, Pusat Dokumentasi dan
      Informasi Ilmiah LIPI, Jakarta, 1998.
[2]. Hawley, K. A.,"Development of the Porcelain Insulator", Journal Transactions of the
      American Institute of Electrical Engineers, Volume 50, Issue 1, pp. 47 - 51, March 1931.
[3]. Stevenson, R.D.; Rosenwasser, S.N.; Washburn, R.M.; "Development of advanced
      ceramic matrix composite insulators for electromagnetic railguns", Journal IEEE
      Transactions on Magnetics,Volume 27, Issue 1, pp. 538 - 543, January 1991.
[4]. Muljadi. “Substitusi Komposisi Al2O3 Pada Pembuatan Isolator Porselin Berbasis:
      Feldspar-Clay-Silica dan Karakterisasinya” Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII
      hal 45, 2000.
[5]. Sebayang, P. “Pengaruh Suhu dan Waktu Sinter terhadap Sifat Bahan Porselen
      untuk Komponen Elektronik”, Proceedings ECCIS B.30, Surabaya, TEUB Press, 2000.
[6]. Wibawati, E. “Pembuatan dan Pengujian Kekuatan Dielektrik Bahan Porselen
      Sebagai Bahan Isolator Listrik” Skripsi Fisika Unair Surabaya, 1996.
[7]. Abduh, S., “Teori Kegagalan Isolasi”, Universitas Trisakti Press, Jakarta, 2003.
[8]. K. McPhee, "An Introduction to Inorganic Dielectrics", IRE Transactions on
      Component Parts, vol. 6, pp. 3-33, 1959.
[9]. V. Sunappan, P. L. Vadiveloo, L. L. Wai, W. Fan, and C. W. Lu, "Processing And
                                                                                              th
      Electrical Characterization Of Co-Sintered Composite Glass Ceramics", 8
      Electronics Packaging Technology Conference (EPTC '06), 2006, pp. 655-658.
[10]. V. N. Panteleev, et al., "High Temperature Electron Beam Ion Source for On-Line
      Production of Isotopes of Refractory Elements", Review of Scientific Instruments, vol.
      75, pp. 1634-1636, 2004.
[11]. C. Xiangdong, Y. Daben, J. Yadong, W. Ziming, L. Dan, and W. Li, "Composite Smart
      Electronic Materials Based On Electromechanical Ceramics", 9th International
      Symposium on in Electrets (ISE 9), 1996, pp. 1036-1039.
[12]. Harper, C. A., “Handbook of Ceramics, glasses and Diamonds”, McGraw-Hill, USA,
      2001.


                 Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
92                                                                       ISSN: 1693-6930

[13]. F. Bradley, "The Relation of Ceramics Processing to Materials Properties for
      Electronic Applications", Parts, Hybrids, and Packaging, IEEE Transactions on, vol. 8,
      pp. 15-23, 1972.
[14]. Mencik, J., “Strength and Fracture of Glass and Ceramics” Elsevier, Czechoslovakia,
      1992.
[15]. Schneider, S. J., “Ceramic and Glasses, Engineered Materials Handbook Vol 4”, The
      Materials Information Society, USA, 1991.
[16]. H. Se-Won, C. Han-Goo, C. In-Hyuk, and L. Dong-Il, "Failure Characteristics of
      Suspension-Type Porcelain Insulators on A 154 Kv Transmission Line," IEEE
      International Symposium on Electrical Insulation, 2006, pp. 118-121.




TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92

More Related Content

Viewers also liked

#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"
#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"
#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"RestoPraktiki
 
Casimiro capacidades fisicas_niños_adolescente
Casimiro capacidades fisicas_niños_adolescenteCasimiro capacidades fisicas_niños_adolescente
Casimiro capacidades fisicas_niños_adolescenteJose M. Sánchez Galán
 
Toxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to Know
Toxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to KnowToxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to Know
Toxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to Knowv2zq
 
1 q13 conference call presentation
1 q13 conference call presentation1 q13 conference call presentation
1 q13 conference call presentationBancoABCRI
 
Команда Максута Ашкара, проект "СЕСТРЫ КРИЛЬ"
Команда Максута Ашкара, проект  "СЕСТРЫ КРИЛЬ"Команда Максута Ашкара, проект  "СЕСТРЫ КРИЛЬ"
Команда Максута Ашкара, проект "СЕСТРЫ КРИЛЬ"RestoPraktiki
 
Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015
Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015
Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015RestoPraktiki
 
Module three application
Module three applicationModule three application
Module three applicationStacey Zupko
 
Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"
Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"
Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"RestoPraktiki
 

Viewers also liked (11)

#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"
#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"
#BarCampLviv. Доклад. Виктор Правосудов: "Биттеры -наше все"
 
Casimiro capacidades fisicas_niños_adolescente
Casimiro capacidades fisicas_niños_adolescenteCasimiro capacidades fisicas_niños_adolescente
Casimiro capacidades fisicas_niños_adolescente
 
Presentación
PresentaciónPresentación
Presentación
 
Toxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to Know
Toxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to KnowToxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to Know
Toxic Beauty - Trade Secrets You’re Not Suppose to Know
 
1 q13 conference call presentation
1 q13 conference call presentation1 q13 conference call presentation
1 q13 conference call presentation
 
Команда Максута Ашкара, проект "СЕСТРЫ КРИЛЬ"
Команда Максута Ашкара, проект  "СЕСТРЫ КРИЛЬ"Команда Максута Ашкара, проект  "СЕСТРЫ КРИЛЬ"
Команда Максута Ашкара, проект "СЕСТРЫ КРИЛЬ"
 
Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015
Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015
Презентация команды Martins Sirmais: "Pagrabs". Chef'sCamp 2015
 
Module three application
Module three applicationModule three application
Module three application
 
Website Copywriting Sample
Website Copywriting SampleWebsite Copywriting Sample
Website Copywriting Sample
 
Cne
CneCne
Cne
 
Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"
Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"
Команда Максима Коновалова, проект "Спалахуйка"
 

Similar to 7.2.8.09.02

Makalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termalMakalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termalFyad
 
Tugas makalah isolator
Tugas makalah isolatorTugas makalah isolator
Tugas makalah isolatorRenha2jk
 
Uas sistem isolasi yohan fajar sidik [34014]
Uas sistem isolasi   yohan fajar sidik [34014]Uas sistem isolasi   yohan fajar sidik [34014]
Uas sistem isolasi yohan fajar sidik [34014]Yohan Sidik
 
02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasiAlfina Haqoh
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikPutra Perdana
 
Laporan praktikum Fislab konduktivitas termal
Laporan praktikum Fislab konduktivitas termalLaporan praktikum Fislab konduktivitas termal
Laporan praktikum Fislab konduktivitas termalBogiva Mirdyanto
 
Engineering Materials.pptx
Engineering Materials.pptxEngineering Materials.pptx
Engineering Materials.pptxsiekhai1
 
Teknologi bahan elektrik
Teknologi bahan elektrikTeknologi bahan elektrik
Teknologi bahan elektrikBanu Yuditya
 
Kel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docx
Kel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docxKel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docx
Kel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docxJosuaGurusinga
 
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Rio Afdhala
 
Kuliah bahan listrik_1[1]
Kuliah bahan listrik_1[1]Kuliah bahan listrik_1[1]
Kuliah bahan listrik_1[1]Ajir Aja
 
Loss tangendielektrik ugm2014
Loss tangendielektrik ugm2014Loss tangendielektrik ugm2014
Loss tangendielektrik ugm2014Erva Eriezt
 
Penghantar listrik
Penghantar listrikPenghantar listrik
Penghantar listrikAgus Tri
 

Similar to 7.2.8.09.02 (20)

Makalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termalMakalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termal
 
Tugas makalah isolator
Tugas makalah isolatorTugas makalah isolator
Tugas makalah isolator
 
Polimer matkul
Polimer matkulPolimer matkul
Polimer matkul
 
jurnal
jurnaljurnal
jurnal
 
Uas sistem isolasi yohan fajar sidik [34014]
Uas sistem isolasi   yohan fajar sidik [34014]Uas sistem isolasi   yohan fajar sidik [34014]
Uas sistem isolasi yohan fajar sidik [34014]
 
02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi
 
Elektroplating
ElektroplatingElektroplating
Elektroplating
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
 
Laporan praktikum Fislab konduktivitas termal
Laporan praktikum Fislab konduktivitas termalLaporan praktikum Fislab konduktivitas termal
Laporan praktikum Fislab konduktivitas termal
 
Keramik&gelas
Keramik&gelasKeramik&gelas
Keramik&gelas
 
Engineering Materials.pptx
Engineering Materials.pptxEngineering Materials.pptx
Engineering Materials.pptx
 
Teknologi bahan elektrik
Teknologi bahan elektrikTeknologi bahan elektrik
Teknologi bahan elektrik
 
Sifat termal-bahan
Sifat termal-bahanSifat termal-bahan
Sifat termal-bahan
 
3. teori dasar
3. teori dasar3. teori dasar
3. teori dasar
 
Presentasi LKTI HIMAMET 2010
Presentasi LKTI HIMAMET 2010Presentasi LKTI HIMAMET 2010
Presentasi LKTI HIMAMET 2010
 
Kel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docx
Kel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docxKel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docx
Kel 8 sifat_konduktivitas_listrik_pada_bahan.docx
 
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
 
Kuliah bahan listrik_1[1]
Kuliah bahan listrik_1[1]Kuliah bahan listrik_1[1]
Kuliah bahan listrik_1[1]
 
Loss tangendielektrik ugm2014
Loss tangendielektrik ugm2014Loss tangendielektrik ugm2014
Loss tangendielektrik ugm2014
 
Penghantar listrik
Penghantar listrikPenghantar listrik
Penghantar listrik
 

Recently uploaded

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 

7.2.8.09.02

  • 1. ISSN: 1693-6930 83 KERAMIK PORSELEN BERBASIS FELDSPAR SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK Eva Indiani, Ngurah Ayu Ketut Umiati Jurusan Fisika Universitas Diponegoro, Semarang Indonesia ngurahayuketutumiati@yahoo.com Abstract Electric solid insulator based on ceramics porcelain had been made by using local raw materials: 68% feldspar, 10% kaolinite and 22% quartz, and also added 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% cullet (From total mass). The forming process of the porcelain was conducted by milling the raw materials using ball mill and screened using 200 mesh screening. The samples were formed by using the dry-press method with the pressure of 50MPa, then the samples is sintered at temperature of 1000o C, 1050o C, 1100oC, 1150 oC for 2 hours. The properties of the samples had been analyzed for their shrinkage, density, bending strength and resistivity. The result of the experiment showed that the optimum value was reached by ceramic which was added by 15% cullet and sintered at temperature of 1100o C. This ceramic had shrinkage of 9,70%, density of 2,44 g/cm3, bending strength of 86,73 MPa and the resistivity at 25oC is 2,32x108 Ωcm Keyword: ceramic, feldspar, porcelaine, solid insulator Abstrak Telah dilakukan pembuatan isolator listrik berbahan dasar keramik porselin dengan menggunakan bahan baku lokal: 68% feldspar, 10% kaolin dan 22% kuarsa serta ditambahkan 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% cullet (dari total massa bahan murni). Proses pembentukan dilakukan dengan menggiling bahan baku menggunakan ball mill hingga lolos ayakan 200 mesh. Pembentukan benda uji dilakukan dengan metode cetak tekan dengan tekanan sebesar 50MPa dan selanjutnya dilakukan sintering pada suhu 1000oC, 1050oC, 1100oC, 1150o C selama 2 jam. Untuk mengetahui karakteristik benda uji yang dibuat maka dilakukan pengujian sebagai berikut: susut bakar, densitas, kuat patah dan resistivitas. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai optimum dicapai oleh keramik porselin yang diberi aditif cullet sebesar 15% dengan suhu sintering 1100oC. Keramik tersebut memiliki susut bakar 9,70%, densitas 2,44 g/cm3, kuat patah 86,73 MPa dan resistivitas pada suhu 25oC sebesar 2,32x108 Ωcm. Kata kunci: feldspar, isolator padat, keramik, porselin 1. PENDAHULUAN Salah satu contoh nyata penggunaan keramik adalah sebagai isolator listrik tegangan rendah hingga tinggi dan aplikasi railgun [1,2,3]. Dalam pembuatan keramik, feldspar merupakan bahan baku terpenting kedua setelah lempung. Dalam hal ini feldspar digunakan o sebagai bahan pencair untuk membentuk fase kaca pada temperatur dibawah 1100 C [1,2], dan sebagai sumber alkali dan alumina pada pelapisan kaca [1,2] Keramik porselen yang dibuat mempunyai perbandingan komposisi bahan baku yaitu 35% feldspar, 35% kaolin dan 30% silika. Sebagai aditif digunakan alumina (Al 2O3). Penelitian serupa juga telah dilakukan Muljadi, P sebayang dan E Wibawati [4,5,6]. Kesemuanya menggunakan bahan baku berupa kaolin, feldspar dan kuarsa. Sebagai aditif digunakan kalsium karbonat [6]. Pada penelitian ini diusulkan dilakukan pembuatan keramik yang terbuat dari keramik porselen jenis triaxial body, yaitu keramik porselen dengan bahan baku utama berupa feldspar, lempung dan kuarsa. Sebagai flux digunakan bahan cullet. yang dapat menurunkan suhu sintering sehingga energi listrik dalam proses sintering juga dapat direduksi. Keuntungan bahan cullet adalah harga yang tidak terlalu mahal sehingga dapat dibuat keramik porselen dengan Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
  • 2. 84 ISSN: 1693-6930 harga produksi yang lebih murah. Dalam makalah ini ini dilakukan upaya bagaimana mencari komposisi penambahan bahan flux cullet yang tepat sehingga dapat dihasilkan keramik porselen dengan resistivitas yang cukup baik, dengan suhu sintering yang tidak terlalu tinggi. 1.1. Isolator Listrik Bahan isolasi berguna sebagai suatu penyekat antara dua buah penghantar yang mempunyai perbedaan tegangan, dimana didalam bahan ini elektron terikat kuat pada atom nukleusnya, sehingga konduksi oleh elektron tidak akan terjadi [7]. Isolator listrik merupakan suatu alat penting yang digunakan pada jaringan listrik. Berdasarkan kegunaannya, isolator mempunyai dua fungsi, yaitu : a. Fungsi kelistrikan Sebagai penyekat arus listrik, sehingga arus listrik tidak merambat pada benda lain selain jaringan yang sudah ditentukan. b. Fungsi mekanik Sebagai tempat bertambatnya konduktor, yang akan melindungi dari berbagai kendala di lapangan seperti: perubahan cuaca, perubahan suhu, hujan, angin dan sebagainya, dalam waktu yang cukup lama. 1.2. Keramik Kata keramik dibentuk dari kata Latin ‘keramos’ yang berarti tembikar atau peralatan yang terbuat dari lempung dan mengalami proses sintering. Bahan baku keramik yang paling awal digunakan adalah lempung. Lempung telah didefinisikan sebagai tanah yang menjadi koheren dan lengket bila dicampur dengan air; ketika basah, tanah ini mudah dibentuk, tetapi jika dikeringkan maka akan menjadi keras dan rapuh serta mempertahankan bentuknya [8]. Tembikar terbuat dari lempung dan bahan mineral lain yang mengandung silika yang dibakar pada temperatur antara 900oC– 1200oC [9]. Salah satu jenis lempung yang merupakan alumunium silikat terhidrasi (xAl2O3. ySiO2. zH2O) adalah kaolin. Jenis ini merupakan hasil pelapukan dari feldspar, yang disebut juga proses kaolinisasi. Proses kaolinisasi ini terjadi oleh naiknya larutan atau uap panas yang mengandung CO2 dan SO2 melalui rekahan batuan feldspatik pada temperatur dan tekanan tinggi. Kristal kaolin murni memiliki komposisi (OH)4 Al2 Si2O5. 1.2.1. Sifat-sifat keramik a. Densitas Densitas merupakan suatu ukuran massa per unit volume dan dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (g/cm3) atau pound per inch kuadrat (lb/in2). Pengukuran densitas yang dilakukan adalah jenis densitas ruah (bulk density) berdasarkan metode Archimedes dimana perbedaan berat di udara dibandingkan dengan beratnya di dalam air. Persamaan untuk menghitung densitas ruah diberikan pada persamaan (1) [10]. mk ρb = ρ air (1) m b − (m g − m kw ) 3 3 dengan ρb merupakan bulk density (g/cm ), ρair merupakan densitas air (1g/cm ), mb merupakan massa basah (g), mk merupakan massa kering (g), mg merupakan massa ketika beban digantung dalam air (g), dan mkw merupakan massa kawat penggantung (g). b. Kuat Patah (Bending Strength) Pengukuran kekuatan patah dilakukan dengan pengujian Triple Point Bending Strength dan menggunakan alat uji Universal Testing Machine (UTM). Nilai kekuatan patah dihitung dengan persamaan sebagai berikut [10]: 3PL σf = (2) 2bd 2 TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
  • 3. TELKOMNIKA ISSN: 1693-6930 ■ 85 dengan σ f merupakan kekuatan patah sampel balok (Pa), P merupakan besarnya beban sampai patah (N), L merupakan jarak antara dua tumpuan (m), b merupakan lebar benda uji (m), dan d merupakan tinggi benda uji (m). c. Resistivitas Resistivitas adalah besarnya tegangan yang diberikan terhadap luas penampang suatu bahan tertentu dibagi besarnya arus yang mengalir dan panjang bahan tersebut [11]. RA ρ= (3) l dengan ρ merupakan resistivitas bahan (Ωcm), l merupakan panjang bahan (cm), R merupakan hambatan bahan (Ω), dan A merupakan luas penampang bahan (cm2). Resistivitas listrik suatu bahan merupakan ukuran kemampuan bahan tersebut untuk men-transport muatan listrik di bawah pengaruh medan listrik [12]. Standar isolator listrik tegangan rendah berdasarkan resistivitasnya memiliki resistivitas ~107 Ωcm, untuk isolator listrik tegangan menengah maka harus memiliki resistivitas 109-1014 Ωcm, dan untuk isolator listrik tegangan tinggi maka resistivitasnya harus lebih besar dari 1014 Ωcm. 1.2.2. Keramik Porselen Porselen adalah bahan anorganik dengan elektron-elektron pada atom penyusunnya terikat dengan kuat sehingga ion-ionnya tidak berdifusi. Oleh karena itu keramik porselen banyak digunakan sebagai bahan isolator listrik. Bahan keramik porselen mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi, dan pada umumnya mempunyai ketahanan termal yang tinggi juga. Untuk mendapatkan bahan isolator listrik yang baik, struktur badan porselen yang telah dibakar harus mengandung 10-20% kuarsa, 10-20% kristal mullit, matrik gelas dan sisa bahan baku yang masih tetap merupakan kristal asal. Porselen pada umumnya terbuat dari campuran bahan baku berupa feldspar [(K, Na)AlSi3O8], lempung kaolinit (Al2O3-2SiO2-2H2O), dan kuarsa (SiO2). Komposisi ini akan menempatkan porselen dalam sistem fase [(K, Na)2O-Al2O3-SiO2] [13]. 1.3. Feldspar Feldspar hingga saat ini merupakan grup mineral dengan jumlah paling besar di kerak bumi, membentuk sekitar 60% batuan terrestrial. Kebanyakan feldspar yang tersedia berupa sodium feldspar, potassium feldspar dan feldspar campuran. Feldspar kebanyakan digunakan pada aplikasi-aplikasi industri yang membutuhkan kandungan feldspar yang berupa alumina dan alkali. Sebagian besar produk yang digunakan sehari-hari terbuat dari feldspar: gelas untuk minum, gelas sebagai pengaman, fiberglass sebagai isolator, lantai keramik, bak mandi dan peralatan makan. Rumus kimia feldspar secara umum adalah XAl(Al,Si)Si2O8 dengan X adalah potasium, sodium, kalsium atau barium. Secara khusus rumus kimia feldspar dapat dilihat pada Tabel 1 [8]. Tabel 1. Jenis-jenis feldspar [8] Jenis feldspar Rumus kimia Albite Na(Si3Al)O8 Anorthite Ca(Si2Al2)O8 Orthoclase K(Si3Al)O8 Celsian Ba(Si2Al2)O8 1.4. Cullet Cullet adalah serpihan kaca yang sangat kecil. Kaca merupakan benda padat amorf, biasanya anorganik, dibentuk melalui proses pemadatan dari peleburan tanpa kristalisasi [14]. Kaca kadang-kadang dapat dianggap sebagai cairan yang sangat kental (viskos) karena bukan kristalin atau amorf. Akan tetapi hanya beberapa jenis cairan dapat membentuk kaca. Pada suhu yang tinggi, kaca merupakan cairan sejati. Pada fase cair ini struktur dari bahan- bahan anorganik belum beraturan dan atom-atomnya selalu bergerak terus-menerus [14]. Pada Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
  • 4. 86 ISSN: 1693-6930 penelitian ini jenis kaca yang digunakan adalah jenis soda-lime glass atau yang biasa digunakan sebagai kaca jendela. Soda-Lime glass merupakan salah satu jenis dari gelas komersil dengan unsur penyusun terbesarnya adalah SiO2 (72%). 2. METODE PENELITIAN Ada beberapa tahapan penting yang mempengaruhi sifat-sifat akhir produk keramik yakni tahapan pra kompaksi, tahapan kompaksi dan sintering. 2.1. Tahapan Pra Kompaksi Tahapan ini merupakan tahapan persiapan dalam penanganan serbuk sebelum dimasukkan ke dalam cetakan. Beberapa proses pra kompaksi adalah sebagai berikut: a. Pencampuran (mixing) Proses ini penting dilakukan untuk mendapatkan campuran material bahan baku keramik dengan pengaturan komposisi dan ukuran butir hingga homogen. Selain itu proses ini juga dapat meningkatkan densitas dari keramik dan juga mengurangi porositas yang terdapat dalam keramik tersebut. Metode pencampuran yang paling umum digunakan adalah pencampuran basah dengan menggunakan ballmill. Ballmill terdiri dari wadah bahan baku yang berbentuk silinder bertutup, terbuat dari keramik yang diisi dengan media penghalus berbentuk bola-bola atau silinder yang juga terbuat dari keramik. b. Pengeringan Pada umumnya, pengeringan zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat tersebut. Proses ini harus dikontrol, karena melibatkan penekanan yang diakibatkan oleh perbedaan shrinkage atau tekanan gas dapat menyebabkan cacat pada produk yang dihasilkan [15]. 2.2. Tahapan Kompaksi Proses selanjutnya merupakan proses pembentukan dengan cara menekan serbuk material. Penekanan merupakan suatu proses dimana serbuk keramik dimasukkan dalam suatu wadah berongga dengan bentuk tertentu dan ditekan dalam arah uniaksial sehingga serbuk akan mengalami konsolidasi dan memiliki bentuk yang sesuai dengan cetakannya. Proses ini juga disebut penekanan kering atau kompaksi uniaksial. 2.3. Sintering Proses sintering adalah suatu proses pemadatan dari sekumpulan serbuk pada suhu tinggi mendekati titik leburnya hingga terjadi perubahan struktur mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir, peningkatan densitas dan penyusutan. Proses sintering keramik ada beberapa tahapan yaitu [15]: a. Tahapan awal Pada tahap ini partikel-partikel keramik akan saling kontak setelah proses pencetakan. Di sini serbuk dalam keadaan bebas. b. Tahapan mulai sintering Adalah tahap pembentukan ikatan, dimana sintering mulai berlaku dan permukaan kontak kedua partikel semakin lebar. Perubahan ukuran butiran maupun pori belum terjadi c. Tahapan pertengahan sintering Merupakan tahap antar pembentukan batas butiran. d. Tahapan akhir sintering Pada tahap ini terjadi densifikasi dan eliminasi pori sepanjang batas butir, yaitu terjadi pembesaran ukuran butiran sampai kanal-kanal pori tertutup dan sekaligus terjadi penyusutan butiran, dan terbentuklah fasa baru. Selanjutnya dalam makalah ini prosedur penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1. Keramik yang dibuat pada penelitian ini adalah porselen triaxial body dengan kandungan bahan baku 68% feldspar, 10% lempung, 22% kuarsa (dalam % massa). Dari komposisi tersebut kemudian ditambahkan cullet dengan variasi komposisi 5%, 10%, 15%, 20%, 25% (dalam % massa dari massa total bahan murni). Selain itu juga dilakukan pembuatan porselen tanpa penambahan bahan cullet sebagai kontrol untuk pembanding karakteristik yang akan diuji, untuk mengamati pengaruh yang ditimbulkan penambahan cullet. Pada keramik, TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
  • 5. TELKOMNIKA ISSN: 1693-6930 ■ 87 feldspar berfungsi sebagai pembentuk fasa gelas, kuarsa berfungsi sebagai kerangka yang memberikan kekuatan dalam struktur mikro badan keramik setelah mengalami reaksi pada suhu tinggi, sementara kaolin berfungsi sebagai badan keramik. Gambar 1 Diagram blok prosedur penelitian 3. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Susut Bakar Pengukuran susut bakar dilakukan pada seluruh sampel, dan setelah dilakukan perhitungan di dapat data yang disajikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa pada sampel tanpa aditif cullet tidak terjadi penyusutan dimensi sampel. Hal ini dikarenakan dengan tidak adanya aditif cullet maka fase gelas yang terbentuk sangat sedikit, padahal fasa gelas berfungsi untuk memfasilitasi terjadinya pergerakan molekul yang akan mempermudah terjadinya difusi. Jika difusi yang terjadi sangat sedikit, maka eliminasi pori yang terjadi juga sangat minim. Hal inilah yang menyebabkan pada sampel tanpa aditif cullet tidak terjadi penyusutan dimensi sampel. Pada Gambar 2 juga terlihat bahwa sampel yang memiliki kandungan cullet mengalami kenaikan prosentase susut bakar. Kenaikan prosentase ini disebabkan meningkatnya kerapatan butiran seiring dengan berkurangnya pori. Hal ini terjadi akibat adanya proses difusi yang dialami molekul-molekul penyusun keramik yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan butir dan eliminasi pori. Dari data di atas terlihat bahwa Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
  • 6. 88 ISSN: 1693-6930 dengan penambahan aditif cullet maka akan menurunkan suhu sintering yang mengakibatkan sampel mengalami penyusutan dimensi akibat terjadi densifikasi pada bahan keramik. Pada sampel dengan aditif cullet sebesar 5% dan 10% susut bakar berbanding lurus terhadap suhu sintering, seiring bertambahnya suhu sintering maka susut bakar yang terjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu maka akan terjadi densifikasi dan eliminasi pori yang semakin besar. 16.00 14.00 12.00 10.00 Susut Bakar (%) 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 o -2.00 980 1000 1020 1040 1060 1080 1100 1120 1140 1160 Suhu Sintering ( C) 0% 5% 10% 15% 20% 25% Gambar 2. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap susut bakar sampel Pada sampel dengan aditif cullet 15% dan 20% susut bakar maksimum adalah pada sampel dengan suhu sintering 1100o C. Pada sampel dengan suhu sintering 1150o C terjadi penurunan prosentase susut bakar. Hal ini terjadi karena keramik porselen tersebut sudah mengalami deformasi linier setelah mendekati titik lelehnya. Penurunan prosentase susut bakar ini juga disebabkan pada suhu 1150o C pori yang terdapat pada keramik mengalami ekspansi akibat memuainya gas yang mengisi pori. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan dimensi sampel yang menyebabkan penurunan susut dimensi. 3.2. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Densitas Pengukuran densitas dimaksudkan untuk mengetahui massa jenis keramik porselen. Keramik porselen mempunyai densitas berkisar antara 2,2 sampai 2,5 gr/cm3 [14]. Secara teoritis, dengan bertambahnya suhu sintering, densitas badan akan meningkat [15]. Peningkatan densitas badan disebabkan karena pori-pori badan telah terisi oleh matrik gelas yang terbentuk. Tetapi jika suhu sintering terus meningkat, sampai titik tertentu, akan terjadi penurunan densitas karena terjadi perubahan fase dari unsur-unsur penyusunnya. Penurunan densitas juga diakibatkan terjadinya ekspansi gas pada pori yang menyebabkan membesarnya pori. Setelah dilakukan perhitungan didapat data yang disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur dan penambahan flux cullet maka densitas akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena fasa-fasa keramik yang terjadi semakin banyak dan pori-porinya berkurang. Hal ini terjadi hingga titik optimum sebelum keramik porselen mengalami deformasi. Jika suhu sintering terus dinaikkan dan melewati titik optimum, maka badan keramik (ceramic body) akan mengalami deformasi yang ditandai dengan perubahan bentuk setelah proses sintering. Pada Gambar 3 terlihat bahwa sampel dengan aditif cullet sebesar 5%-20% o mempunyai densitas optimum pada suhu sintering 1100 C, sementara pada sampel dengan aditif cullet 25% densitas optimum didapat pada suhu sintering 1050oC. Hal ini karena di atas suhu tersebut badan keramik mengalami deformasi sehingga densitas cenderung turun karena TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
  • 7. TELKOMNIKA ISSN: 1693-6930 ■ 89 bahan mulai mendekati titik lelehnya (melting point). Pengaruh komposisi penambahan cullet menunjukkan adanya pergeseran temperatur pemadatan dari keramik akibat persentasi penambahan tersebut. Dari hasil yang didapat terlihat bahwa densitas meningkat dengan adanya penambahan aditif cullet. Hal ini membuktikan bahwa dengan penambahan cullet akan meningkatkan densitas meskipun tidak terlalu tinggi disebabkan semakin banyaknya butiran yang mendifusi dengan partikel cullet. 2.50 2.40 2.30 3 2.20 Densitas (gr/cm ) 2.10 2.00 1.90 1.80 1.70 o 1.60 1.50 980 1000 1020 1040 1060 1080 1100 1120 1140 1160 Suhu Sintering ( C) 0% 5% 10% 15% 20% 25% Gambar 3. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap densitas sampel Sampel-sampel dengan penambahan cullet yang rendah serta mengalami proses sintering pada suhu yang rendah memiliki densitas di bawah literatur yaitu berkisar pada 1,73- 2,27 gr/cm3. Kondisi tersebut dikarenakan pada komposisi dan temperatur tersebut keramik belum mengalami pematangan sempurna atau belum mencapai temperatur sinteringnya yang akan mempengaruhi sifat lainnya. 3.3. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Kuat Patah Kuat patah untuk suatu keramik porselen berkisar antara 83 MPa [14]. Setelah dilakukan pengujian dan perhitungan, hasil pengujian kekuatan patah (bending strength) diperlihatkan pada Gambar 4. Dari Gambar 4 diketahui bahwa untuk sampel tanpa aditif cullet terjadi kenaikan kuat patah seiring dengan kenaikan suhu sintering. Kenaikan kuat patah juga terjadi pada sampel dengan aditif cullet sebesar 5% dan 10%. Hal ini dikarenakan pada suhu sintering yang semakin tinggi maka semakin banyak partikel yang melebur sehingga mengisi pori-pori keramik porselen. Dengan semakin berkurangnya pori-pori keramik porselen maka akan didapat porselen yang memiliki kekuatan mekanik yang semakin besar. Kuat patah sampel tanpa aditif cullet berkisar antara 10,52-30,16 MPa yang lebih kecil dari referensi yaitu 83 Mpa karena proses sintering belum sempurna dan densitas bahan masih rendah, sehingga tidak adanya flux (cullet) yang dapat menurunkan suhu sintering. Rendahnya densitas menunjukan dalam badan keramik masih terdapat banyak pori. Sehingga rapuh. Sampel dengan aditif cullet 5%-20% memiliki kuat patah yang lebih besar daripada sampel tanpa aditif cullet, karena adanya cullet yang dapat mengisi pori-pori keramik dan dapat menurunkan titik leleh bahan lainnya. Pada sampel dengan aditif cullet 15% dan 20% memiliki kuat patah optimum pada suhu 1100 oC, sementara sampel dengan aditif cullet 25% memiliki kuat patah optimum pada suhu 1050 oC. Penurunan kekuatan patah sampel dapat disebabkan Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
  • 8. 90 ISSN: 1693-6930 karena fasa gelas yang terdapat dalam keramik terlalu banyak. Flux yang digunakan dalam penelitian ini adalah cullet yang memiliki sifat dasar rapuh, sehingga akibat banyaknya cullet densitas mengalami peningkatan, kuat patah sampel tetap mengalami penurunan. Kuat patah maksimum didapat pada sampel dengan aditif cullet 15% dengan suhu sintering 1100oC. 100.00 90.00 80.00 70.00 Kuat Patah (MPa) 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 o 10.00 0.00 975 1000 1025 1050 1075 1100 1125 1150 1175 Suhu Sintering ( C) 0% 5% 10% 15% 20% 25% Gambar 4. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap kekuatan patah. 3.4. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Resistivitas Resistivitas merupakan ukuran kemampuan bahan dalam menahan arus listrik. Pengukuran resistansi sampel ini dilakukan pada kondisi suhu ruang yaitu 25oC. 3.50 3.00 2.50 Resistivitas (x10 Ω.cm) 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 980 1000 1020 1040 1060 1080 1100 1120 1140 1160 Suhu Sintering ( C) 0% 5% 10% 15% 20% 25% Gambar 5. Grafik pengaruh variasi suhu sintering terhadap resistivitas bahan TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92
  • 9. TELKOMNIKA ISSN: 1693-6930 ■ 91 Dari Gambar 5 terlihat bahwa resistivitas bahan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya suhu sintering, karena resistivitas berbanding lurus dengan densitas bahan. Namun, setelah mencapai titik optimum, resistivitas keramik kembali mengalami penurunan. Resistivitas terbesar adalah pada sampel yang diberi aditif cullet sebesar 25% dengan suhu sintering 1100oC yaitu 3,00x108Ωcm. Tetapi, karena cullet bersifat rapuh, maka kandungan cullet yang terlalu banyak akan mengakibatkan rendahnya kekuatan mekanik sampel (kekuatan mekanik untuk sampel yang diberi aditif cullet 25% dengan suhu sintering 1100o C adalah 57,32MPa). Rendahnya kekuatan mekanik suatu isolator dapat menurunkan fungsi kerja isolator itu sendiri, karena untuk dapat menjadi isolator yang baik selain harus memiliki sifat listrik yang baik (memiliki resistivitas >107 Ωcm), juga harus memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, yaitu >83 MPa. Oleh karena itu, dari data yang sudah diambil terlihat bahwa sampel yang memenuhi kriteria ini adalah sampel yang diberi aditif cullet sebesar 15% dengan suhu sintering 1100oC. Kekuatan mekanik sampel ini adalah 86,73 MPa, dengan resistivitas sebesar 2,32x10 8 Ωcm. 4. SIMPULAN Berdasarkan percobaan yang dilakukan dalam penilitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Penambahan cullet dapat mempercepat proses pembentukan fasa gelas sehingga dapat menurunkan temperatur sintering. 2. Keramik porselen berbasis feldspar yang diperoleh memiliki sifat-sifat mendekati standar keramik sebagai isolator listrik, dengan hasil optimum didapat pada keramik yang diberi aditif cullet sebesar 15% dengan suhu sintering 1100oC, dengan sifat: susut bakar 9,70 %, densitas 2,44 g/cm3, kuat patah 86,73 Mpa, dan resistivitas 2,32 x 108 Ωcm. 3. Keramik yang dihasilkan memiliki resistivitas ~108 Ωcm sehingga dapat digunakan sebagai isolator untuk tegangan rendah, yaitu tegangan < 1000 Volt DAFTAR PUSTAKA [1]. Yusup, “Keramik: Dari Gerabah hingga Superkonduktor”, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI, Jakarta, 1998. [2]. Hawley, K. A.,"Development of the Porcelain Insulator", Journal Transactions of the American Institute of Electrical Engineers, Volume 50, Issue 1, pp. 47 - 51, March 1931. [3]. Stevenson, R.D.; Rosenwasser, S.N.; Washburn, R.M.; "Development of advanced ceramic matrix composite insulators for electromagnetic railguns", Journal IEEE Transactions on Magnetics,Volume 27, Issue 1, pp. 538 - 543, January 1991. [4]. Muljadi. “Substitusi Komposisi Al2O3 Pada Pembuatan Isolator Porselin Berbasis: Feldspar-Clay-Silica dan Karakterisasinya” Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII hal 45, 2000. [5]. Sebayang, P. “Pengaruh Suhu dan Waktu Sinter terhadap Sifat Bahan Porselen untuk Komponen Elektronik”, Proceedings ECCIS B.30, Surabaya, TEUB Press, 2000. [6]. Wibawati, E. “Pembuatan dan Pengujian Kekuatan Dielektrik Bahan Porselen Sebagai Bahan Isolator Listrik” Skripsi Fisika Unair Surabaya, 1996. [7]. Abduh, S., “Teori Kegagalan Isolasi”, Universitas Trisakti Press, Jakarta, 2003. [8]. K. McPhee, "An Introduction to Inorganic Dielectrics", IRE Transactions on Component Parts, vol. 6, pp. 3-33, 1959. [9]. V. Sunappan, P. L. Vadiveloo, L. L. Wai, W. Fan, and C. W. Lu, "Processing And th Electrical Characterization Of Co-Sintered Composite Glass Ceramics", 8 Electronics Packaging Technology Conference (EPTC '06), 2006, pp. 655-658. [10]. V. N. Panteleev, et al., "High Temperature Electron Beam Ion Source for On-Line Production of Isotopes of Refractory Elements", Review of Scientific Instruments, vol. 75, pp. 1634-1636, 2004. [11]. C. Xiangdong, Y. Daben, J. Yadong, W. Ziming, L. Dan, and W. Li, "Composite Smart Electronic Materials Based On Electromechanical Ceramics", 9th International Symposium on in Electrets (ISE 9), 1996, pp. 1036-1039. [12]. Harper, C. A., “Handbook of Ceramics, glasses and Diamonds”, McGraw-Hill, USA, 2001. Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator…… (Eva Indiani)
  • 10. 92 ISSN: 1693-6930 [13]. F. Bradley, "The Relation of Ceramics Processing to Materials Properties for Electronic Applications", Parts, Hybrids, and Packaging, IEEE Transactions on, vol. 8, pp. 15-23, 1972. [14]. Mencik, J., “Strength and Fracture of Glass and Ceramics” Elsevier, Czechoslovakia, 1992. [15]. Schneider, S. J., “Ceramic and Glasses, Engineered Materials Handbook Vol 4”, The Materials Information Society, USA, 1991. [16]. H. Se-Won, C. Han-Goo, C. In-Hyuk, and L. Dong-Il, "Failure Characteristics of Suspension-Type Porcelain Insulators on A 154 Kv Transmission Line," IEEE International Symposium on Electrical Insulation, 2006, pp. 118-121. TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2, Agustus 2009 : 83 - 92