SlideShare a Scribd company logo
1 of 135
GRAPH
Graph Graph 
 Graph digunakan untuk 
merepresentasikan objek-objek diskrit dan 
hubungan antara objek-objek tersebut. 
 Gambar berikut ini sebuah graph yang 
menyatakan peta jaringan jalan raya yang 
menghubungkan sejumlah kota di Provinsi 
Jawa Tengah.
Graph 
Brebes Tegal 
Slawi 
Pemalang 
Purwokerto 
Cilacap 
Wonosobo 
Banjarnegara 
Kebumen 
Purworejo 
Kendal 
Semarang 
Pekalongan 
Purbalingga 
Magelang 
Salatiga 
Klaten 
Solo 
Purwodadi 
Demak 
Kudus 
Rembang 
Blora 
Sukoharjo 
Wonogiri 
Sragen 
Boyolali 
Kroya 
Temanggung
Graph 
 Sejarah Graph: masalah jembatan KÖnigsberg 
(tahun 1736) 
 
C 
A 
B 
D
Graph yang merepresentasikan jembatan 
KÖnigsberg: 
Simpul (vertex)  menyatakan daratan 
Sisi (edge)  menyatakan 
jembatan 
Bisakah melalui setiap jembatan tepat sekali 
dan kembali lagi ke tempat semula?
Definisi Graph 
Graph G = (V, E), yang dalam hal ini: 
V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul 
(vertices) 
= { v1 , v2 , ... , vn } 
E = himpunan sisi (edges) yang 
menghubungkan sepasang simpul 
= {e1 , e2 , ... , en }
Graph 
1 1 1 
2 3 
4 
2 3 
4 
2 
4 
3 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e8 
G1 G2 G3
Graph 
Graph G1 G1 adalah graph dengan 
V = { 1, 2, 3, 4 } 
E = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), 
(2, 4), (3, 4) } 
1 
2 3 
4
Graph 
 Graph G2 G2 adalah graph dengan 
V = { 1, 2, 3, 4 } 
E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), 
(1, 3), (2, 4), (3, 4), 
(3, 4) } 
= { e1, e2, e3, e4, e5, 
e6, e7} 
1 
2 3 
4 
e 1 
e 2 
e 3 
e 4 
e 5 
e 6 
e 7
Graph 
 Graph G3 G3 adalah graph dengan 
V = { 1, 2, 3, 4 } 
E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), 
(1, 3), (2, 4), (3, 4), 
(3, 4), (3, 3) } 
= { e1, e2, e3, e4, e5, e6, 
e7, e8} 
1 
2 
4 
3 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e8
Graph 
 Graph G2 Pada G2, sisi e3 = (1, 3) 
dan sisi e4 = (1, 3) 
dinamakan sisi-ganda 
(multiple edges atau 
paralel edges) karena 
kedua sisi ini menghubungi 
dua buah simpul yang 
sama, yaitu simpul 1 dan 
1 
2 3 
4 simpul 3. 
e 1 
e 2 
e 3 
e 4 
e 5 
e 6 
e 7
Graph 
 Graph G3 Pada G3, sisi e8 = (3, 3) 
dinamakan gelang atau 
kalang (loop) karena ia 
berawal dan berakhir 
pada simpul yang 
sama. 
1 
2 
4 
3 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e8
Jenis-Jenis Graph 
Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi 
ganda pada suatu graph, maka graph 
digolongkan menjadi dua jenis: 
1. Graph sederhana (simple graph). 
2. Graph tak-sederhana (unsimple-graph).
Graph sederhana (simple graph) 
Graph yang tidak mengandung gelang 
maupun sisi-ganda dinamakan graph 
sederhana. G1 adalah contoh graph 
sederhana 
1 
2 3 
4
Graph tak-sederhana (unsimple-graph) 
Graph yang mengandung sisi ganda atau 
gelang dinamakan graph tak-sederhana 
(unsimple graph). G2 dan G3 adalah contoh 
graph tak-sederhana 
1 
2 
4 
3 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e8 
1 
e1 
e2 
2 3 
4 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7
Jenis-Jenis Graph 
Berdasarkan jumlah simpul pada suatu 
graph, maka secara umum graph dapat 
digolongkan menjadi dua jenis: 
1. Graph berhingga (limited graph) 
2. Graph tak-berhingga (unlimited 
graph)
Graph berhingga (limited graph) 
Graph berhingga adalah graph yang jumlah 
simpulnya, n, berhingga.
Graph tak-berhingga (unlimited 
graph) 
Graph yang jumlah simpulnya, n, tidak 
berhingga banyaknya disebut graph tak-berhingga.
 Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara 
umum graph dibedakan atas 2 jenis: 
 1. Graph tak-berarah (undirected graph) 
 Graph yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah 
disebut graph tak-berarah. Tiga buah graph pada 
Gambar 2 adalah graph tak-berarah. 
 2. Graph berarah (directed graph atau digraph) 
 Graph yang setiap sisinya diberikan orientasi arah 
disebut sebagai graph berarah. Dua buah graph pada 
Gambar 3 adalah graph berarah.
Jenis-Jenis Graph 
Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka 
secara umum graph dibedakan atas 2 jenis: 
1. Graph tak-berarah (undirected 
graph) 
2. Graph berarah (directed graph 
atau 
digraph)
Graph tak-berarah (undirected 
graph) 
Graph yang sisinya tidak mempunyai orientasi 
arah disebut graph tak-berarah. Graph G1, G2, dan 
G3 adalah graph tak-berarah. 
1 1 1 
2 3 
4 
2 3 
4 
2 
4 
3 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e8
Graph berarah (directed graph 
atau digraph) 
Graph yang setiap sisinya diberikan orientasi arah 
disebut sebagai graph berarah. 
1 1 
2 3 
4 
2 3 
4 
(a) G4 (b) G5 
(a) graph berarah, (b) graph-ganda berarah
Jenis-jenis graph [ROS99] 
Jenis Sisi Sisi ganda 
dibolehkan 
? 
Sisi gelang 
dibolehkan 
? 
Graph sederhana Tak-berarah Tidak Tidak 
Graph ganda Tak-berarah Ya Tidak 
Graph semu Tak-berarah Ya Ya 
Graph berarah Bearah Tidak Ya 
Graph-ganda berarah Bearah Ya Ya
Contoh Terapan Graph 
 Rangkaian listrik. 
A 
B C 
E D 
F 
A 
B 
C 
E D 
F
Contoh Terapan Graph 
 Isomer senyawa kimia karbon 
H 
H C 
H 
H 
metana (CH4) etana (C2H6) propana (C3H8)
Contoh Terapan Graph 
Transaksi konkuren pada basis data terpusat 
Transaksi T0 menunggu transaksi T1 dan T2 
Transaksi T2 menunggu transaksi T1 
Transaksi T1 menunggu transaksi T3 
Transaksi T3 menunggu transaksi T2 T1 
T0 
T3 
T2
Contoh Terapan Graph 
. Pengujian program 
read(x); 
while x <> 9999 do 
begin 
if x < 0 then 
writeln(‘Masukan tidak boleh 
negatif’) 
else 
x:=x+10; 
read(x); 
end; 
writeln(x); 
keterangan 
1 2 
3 
4 
5 
6 7 
Keterangan: 
1 : read(x) 
2 : x <> 9999 
3 : x < 0 
4 : writeln(‘Masukan tidak boleh negatif’); 
5 : x := x + 10 
6 : read(x) 
7 : writeln(x)
Contoh Terapan Graph 
Terapan graph pada teori otomata [LIU85]. 
Mesin jaja (vending machine) 
Keterangan: 
a : 0 sen dimasukkan 
b : 5 sen dimasukkan 
c : 10 sen dimasukkan 
d : 15 sen atau lebih dimasukkan 
P P P 
a b c d 
P 
5 
5 
10 
10 
10 
10 
5 5
Ketetanggaan (Adjacent) 
Dua buah simpul dikatakan 
bertetangga bila keduanya 
terhubung langsung. 
Tinjau graph : 
simpul 1 bertetangga 
dengan simpul 2 dan 3, 
simpul 1 tidak bertetangga 
dengan simpul 4. 
 Graph 
1 
2 3 
4
Bersisian (Incidency) 
Untuk sembarang sisi e = (vj, vk) dikatakan 
e bersisian dengan simpul vj , atau 
e bersisian dengan simpul vk 
Tinjau graph : 
sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 
dan simpul 3, 
sisi (2, 4) bersisian dengan simpul 2 
dan simpul 4, 
tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4. 
1 
2 3 
4
Simpul Terpencil (Isolated 
Vertex) 
Simpul terpencil ialah simpul yang tidak 
mempunyai sisi yang bersisian dengannya. 
Tinjau graph : simpul 5 adalah simpul 
terpencil 1 
2 
3 
4 
5
Graph Kosong (null graph atau 
empty graph) 
Graph yang himpunan sisinya merupakan 
himpunan kosong (Nn). 
1 
2 
3 
4 
5
Derajat (Degree) 
Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi 
yang bersisian dengan simpul tersebut. 
Notasi: d(v) 
1 
Tinjau graph G1: 
d(1) = d(4) = 2 
2 3 
d(2) = d(3) = 3 
4
Derajat (Degree) 
Tinjau graph G3: 
d(5) = 0  simpul terpencil 
d(4) = 1  simpul anting-anting 
(pendant vertex) 
Tinjau graph G2: 
d(1) = 3  bersisian dengan 
sisi ganda 
d(2) = 4  bersisian dengan 
sisi gelang (loop) 
 Graph G3 
1 
2 3 4 
 Graph G2 
5 
1 
e2 e3 
2 
e1 
e4 
3 e5
Derajat (Degree) 
Pada graph berarah, 
din(v) = derajat-masuk (in-degree) 
= jumlah busur yang masuk ke 
simpul v 
dout(v) = derajat-keluar (out-degree) 
= jumlah busur yang keluar dari 
simpul v 
d(v) = din(v) + dout(v)
Derajat (Degree) 
Tinjau graph : 
din(1) = 2; dout(1) = 1 
din (2) = 2; dout(2) = 3 
din (3) = 2; dout(3) = 1 
din (4) = 1; dout(4) = 2 
1 
2 3 
4
Lemma Jabat Tangan 
Jumlah derajat semua simpul pada suatu 
graph adalah genap, yaitu dua kali jumlah 
sisi pada graph tersebut. 
Dengan kata lain, jika G = (V, E), maka 
2 ) ( = åÎ 
d v E 
v V
Lemma Jabat Tangan 
Tinjau graph G1: 
d(1) + d(2) + d(3) + d(4) = 
2 + 3 + 3 + 2 = 10 = 
2 ´ jumlah sisi = 2 ´ 5 
Tinjau graph G2: 
d(1) +d(2) + d(3) 
= 3 + 3 + 4 = 10 
= 2 ´ jumlah sisi = 2 ´ 5 
 Graph G1 
 Graph G2 
1 
2 3 
4 
1 
e1 
e2 e3 
e4 
3 e5
Lemma Jabat Tangan 
Tinjau graph G3: 
d(1) + d(2) + d(3) + d(4) 
+ d(5) 
= 2 + 2 + 3 + 1 + 0 
= 8 
= 2 ´ jumlah sisi 
= 2 ´ 4 
 Graph G3 
1 
2 
3 
4 
5
Lemma Jabat Tangan 
Contoh. 
Diketahui graph dengan lima buah simpul. Dapatkah kita 
menggambar graph tersebut jika derajat masing-masing 
simpul adalah: 
(a) 2, 3, 1, 1, 2 
(b) 2, 3, 3, 4, 4 
Penyelesaian: 
(a) tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya 
ganjil 
(2 + 3 + 1 + 1 + 2 = 9). 
(b) dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya 
genap 
(2 + 3 + 3 + 4 + 4 = 16).
Lintasan (Path) 
Lintasan yang panjangnya n dari simpul 
awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam graph G 
ialah barisan berselang-seling simpul-simpul 
dan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2, v2,... 
, vn –1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), 
e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah sisi-sisi 
dari graph G.
Lintasan (Path) 
 Tinjau graph G1: 
lintasan 1, 2, 4, 3 
adalah lintasan 
dengan barisan sisi 
(1,2), (2,4), (4,3). 
 Panjang lintasan 
adalah jumlah sisi 
dalam lintasan 
tersebut. Lintasan 1, 
2, 4, 3 pada G1 
memiliki panjang 3. 
1 
2 3 
4
Siklus (Cycle) atau Sirkuit 
(Circuit) 
 Lintasan yang berawal 
dan berakhir pada simpul 
yang sama disebut 
sirkuit atau siklus. 
 Panjang sirkuit adalah 
jumlah sisi dalam sirkuit 
tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1 
pada G1 memiliki 
panjang 3. 
 Tinjau graph G1: 
1, 2, 3, 1 adalah sebuah 
sirkuit. 1 
2 3 
4
Terhubung (Connected) 
Dua buah simpul v1 dan simpul v2 disebut 
terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2. 
G disebut graph terhubung (connected graph) 
jika untuk setiap pasang simpul vi dan vj dalam 
himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj 
Jika tidak, maka G disebut graph tak-terhubung 
(disconnected graph).
Terhubung (Connected) 
 Contoh graph tak-terhubung: 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
8 7
Terhubung (Connected) 
Graph berarah 
 Graph berarah G dikatakan terhubung jika 
graph tidak berarahnya terhubung (graph 
tidak berarah dari G diperoleh dengan 
menghilangkan arahnya).
Terhubung (Connected) 
Graph berarah 
 Dua simpul, u dan v, pada graph berarah G 
disebut terhubung kuat (strongly connected) 
jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan 
juga lintasan berarah dari v ke u. 
 Jika u dan v tidak terhubung kuat tetapi 
terhubung pada graph tidak berarahnya, maka u 
dan v dikatakan terhubung lemah (weakly 
connected).
Terhubung (Connected) 
Graph berarah 
Graph berarah G disebut 
graph terhubung kuat 
(strongly connected graph) 
apabila untuk setiap pasang 
simpul sembarang u dan v 
di G, terhubung kuat. Kalau 
tidak, G disebut graph 
terhubung lemah. 
 Graph berarah 
terhubung lemah 
1 
2 
3 4 
 Graph berarah 
terhubung kuat 
1 
2 3
Upagraph (Subgraph) dan 
Komplemen Upagraph 
 Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph. 
G1 = (V1, E1) adalah upagraph (subgraph) dari 
G jika V1 Í V dan E1 Í E. 
 Komplemen dari upagraph G1 terhadap 
graph G adalah graph G2 = (V2, E2) 
sedemikian sehingga E2 = E - E1 dan V2 
adalah himpunan simpul yang anggota-anggota 
E2 bersisian dengannya.
Upagraph (Subgraph) dan 
Komplemen Upagraph 
1 
2 
3 
4 5 
6 
1 
6 
5 
3 
1 
2 
3 
2 5 
(a) Graph G1 (b) Sebuah upagraph (c) komplemen 
dari upagraph
Komponen graph (connected 
component) 
adalah jumlah maksimum upagraph terhubung 
dalam graph G. 
Graph G di bawah ini mempunyai 4 buah 
komponen. 
1 
5 
2 3 4 
6 7 
8 
9 
10 
11 
12 
13
Komponen graph (connected 
component) 
 Pada graph berarah, komponen terhubung kuat 
(strongly connected component) adalah jumlah 
maksimum upagraph yang terhubung kuat. 
 Graph di bawah ini mempunyai 2 buah 
komponen terhubung kuat: 
2 3 
4 
5 
1
Upagraph Rentang (Spanning 
Subgraph) 
 Upagraph G1 = (V1, E1) dari G = (V, E) dikatakan 
upagraph rentang jika V1 =V (yaitu G1 mengandung 
semua simpul dari G). 
1 
2 3 
4 5 
1 
2 3 
4 5 
1 
2 3 
(a) graph G, (b) upagraph rentang (c)bukan upagraph rentang 
dari G dari G,
Cut-Set 
Cut-set dari graph terhubung G adalah 
himpunan sisi yang bila dibuang dari G 
menyebabkan G tidak terhubung. 
Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah 
komponen.
Cut-Set 
 Pada graph di bawah, {(1,5), (1,4), (2,4), (2,3)} adalah 
cut-set. Terdapat banyak cut-set pada sebuah graph 
terhubung. 
 Himpunan {(1,5), (4,5)} juga adalah cut-set, {(1,2), (1,4), 
(1,5)} adalah cut-set, {(5,6)} juga cut-set, 
 tetapi {(1,5), (4,5), (3,4)} bukan cut-set sebab himpunan 
bagiannya, {(1,5), (4,5)} adalah cut-set. 
1 
4 
5 
2 3 
6 
1 5 
2 
4 
3 
6
Graph Berbobot (Weighted 
Graph) 
Graph berbobot adalah graph yang setiap 
sisinya diberi sebuah harga (bobot). 
a 
b 
e 
10 12 
8 
15 9 
11 
d 14 
c
Beberapa Graph Sederhana 
Khusus 
a. Graph Lengkap (Complete Graph) 
b. Graph Lingkaran 
c. Graph Teratur (Regular Graphs) 
d. Graph Bipartite (Bipartite Graph)
Graph lengkap 
ialah graph sederhana yang setiap simpulnya mempunyai 
sisi ke semua simpul lainnya. Graph lengkap dengan n 
buah simpul dilambangkan dengan Kn. Jumlah sisi pada 
graph lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah 
n(n – 1)/2. 
K1 K2 K3 K4 K5 K6
Graph lingkaran 
adalah graph sederhana yang setiap simpulnya 
berderajat dua. Graph lingkaran dengan n simpul 
dilambangkan dengan Cn.
Graph Teratur (Regular Graphs) 
Graph yang setiap simpulnya mempunyai derajat 
yang sama disebut graph teratur. Apabila derajat 
setiap simpul adalah r, maka graph tersebut 
disebut sebagai graph teratur derajat r. Jumlah sisi 
pada graph teratur adalah nr/2.
Graph Bipartite (Bipartite Graph) 
Graph G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi 
dua himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian sehingga 
setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke 
sebuah simpul di V2 disebut graph bipartit dan dinyatakan 
sebagai G(V1, V2). 
V1 V2
Graph Bipartite (Bipartite Graph) 
Graph G di bawah ini adalah graph bipartit, 
karena simpul-simpunya dapat dibagi menjadi V1 
= {a, b, d} dan V2 = {c, e, f, g} 
a b 
c 
e d 
g 
f
Graph Bipartite (Bipartite Graph) 
H2 H3 
W G E
Representasi Graph 
1. Matriks Ketetanggaan 
(adjacency matrix) 
2. Matriks Bersisian 
(incidency matrix) 
3. Senarai Ketetanggaan 
(adjacency list)
Matriks Ketetanggaan (adjacency 
matrix) 
A = [aij], 
1, jika simpul i dan j bertetangga 
aij = { 
0, jika simpul i dan j tidak 
bertetangga
Matriks Ketetanggaan (adjacency 
matrix) 
 Graph  Matriks 
Ketetanggaan 1 
ù 
0 1 1 0 
é 
1 
4 ú ú ú ú 
2 3 
û 
ê ê ê ê 
1 0 1 1 
1 1 0 1 
0 1 1 0 
ë 
2 
3 
4 
1 2 3 4
Matriks Ketetanggaan (adjacency 
matrix) 
 Graph  Matriks Ketetanggaan 
ù 
ú ú ú ú ú ú 
û 
1 2 3 4 5 1 
é 
ê ê ê ê ê ê 
0 1 1 0 0 
1 0 1 0 0 
1 1 0 1 0 
ë 
0 0 1 0 0 
0 0 0 0 0 
1 
2 
3 
4 
5 
2 
3 
4 
5
Matriks Ketetanggaan (adjacency 
matrix) 
 Graph  Matriks Ketetanggaan 
1 
2 3 
4 
ù 
ú ú ú ú 
û 
0 1 0 0 
é 
ê ê ê ê 
1 0 1 1 
1 0 0 0 
0 1 1 0 
ë 
1 2 3 4 
1 
2 
3 
4
Matriks Ketetanggaan (adjacency 
matrix) 
 Graph  Matriks Ketetanggaan 
1 
2 
4 
3 
e1 
e2 
e3 
e4 
e5 
e6 
e7 
e8 
ù 
ú ú ú ú 
û 
0 1 2 0 
é 
ê ê ê ê 
1 0 1 1 
2 1 1 2 
0 1 2 0 
ë 
1 2 3 4 
1 
2 
3 
4
Derajat tiap simpul i: 
(a) Untuk graph tak-berarah, 
d(vi) = 
å= n 
j 
aij 
1 
(b) Untuk graph berarah, 
din (vj) = jumlah nilai pada kolom j = 
dout (vi) = jumlah nilai pada baris i = 
n 
å= 
i 
aij 
1 
n 
å= 
j 
aij 
1
Derajat tiap simpul 
 Graph 
Derajat simpul 2 = 1+0+1+1 = 3 
Derajat simpul 4 = 0+1+1+0 = 2 
 Matriks 
Ketetanggaan 
1 
2 3 
4 
ù 
ú ú ú ú 
û 
0 1 1 0 
é 
ê ê ê ê 
1 0 1 1 
1 1 0 1 
0 1 1 0 
ë 
1 
2 
3 
4 
1 2 3 4
Derajat tiap simpul 
 Graph 
1  Matriks Ketetanggaan 
2 3 
4 
Derajat masuk simpul 2 = 
1+0+0+1 = 2 
Derajat keluar simpul 2 = 
1+0+1+1 = 3 
ù 
ú ú ú ú 
û 
0 1 0 0 
é 
ê ê ê ê 
1 0 1 1 
1 0 0 0 
0 1 1 0 
ë 
1 2 3 4 
1 
2 
3 
4
Matriks Ketetanggaan 
Graph Berbobot 
Graph 
Tanda bila tdk ada sisi 
dari simpul I ke j 
 Matriks Ketetanggaan 
a b c d e µ 
a 
b 
e 
10 12 
8 
15 9 
11 
d 14 
c 
ù 
ú ú ú ú ú ú 
û 
é 
ê ê ê ê ê ê 
12 10 
12 9 11 8 
ë 
¥ ¥ ¥ 
¥ ¥ ¥ 
9 14 
¥ ¥ 
11 14 15 
¥ ¥ 
¥ 
10 8 15 
a 
b 
c 
d 
e
Matriks Bersisian (incidency 
matrix) 
A = [aij], 
1, jika simpul i bersisian dengan sisi j 
aij = { 
0, jika simpul i tidak bersisian dengan 
sisi j
Matriks Bersisian (incidency 
matrix) 
 Graph  Matriks Bersisian 
e1 
1 2 
ù 
é 
1 1 0 1 0 
1 
e5 ú ú ú ú 
e2 e4 e3 
3 
4 
û 
ê ê ê ê 
ë 
1 1 1 0 0 
0 0 1 1 1 
0 0 0 0 1 
2 
3 
4 
e1 e2 e3 e4 e5
Senarai Ketetanggaan 
(adjacency list) 
 Graph  Senarai 
Ketetanggaan 1 
2 3 
4 
Simpul Simpul Tetangga 
1 2, 3 
2 1, 3, 4 
3 1, 2, 4 
4 2, 3
Matriks Ketetanggaan (adjacency 
matrix) 
 Graph  Senarai Ketetanggaan 
1 
2 
3 
4 
5 
Simpul Simpul 
Tetangga 
1 2, 3 
2 1, 3 
3 1, 2, 4 
4 3 
5 -
Senarai Ketetanggaan 
(adjacency list) 
 Graph  Senarai Ketetanggaan 
1 
2 3 
4 
Simpul Simpul 
Terminal 
1 2 
2 1, 3, 4 
3 1 
4 2, 3
Graph Isomorfik (Isomorphic 
Graph) 
 Dua buah graph yang sama tetapi secara 
geometri berbeda disebut graph yang saling 
isomorfik. 
 Dua buah graph, G1 dan G2 dikatakan isomorfik 
jika terdapat korespondensi satu-satu antara 
simpul-simpul keduanya dan antara sisi-sisi 
keduaya sedemikian sehingga hubungan 
kebersisian tetap terjaga.
Graph Isomorfik (Isomorphic 
Graph) 
 Dengan kata lain, misalkan sisi e bersisian 
dengan simpul u dan v di G1, maka sisi e’ yang 
berkoresponden di G2 harus bersisian dengan 
simpul u’ dan v’ yang di G2. 
 Dua buah graph yang isomorfik adalah graph 
yang sama, kecuali penamaan simpul dan 
sisinya saja yang berbeda. Ini benar karena 
sebuah graph dapat digambarkan dalam banyak 
cara.
Graph Isomorfik (Isomorphic 
Graph) 
3 
4 
1 2 
d c 
a b 
v w 
x y 
(a) G1 (b) G2 (c) G3 
G1 isomorfik dengan G2, tetapi G1 tidak isomorfik dengan G3
Graph Isomorfik (Isomorphic 
Graph) z 
d 
a 
c 
b 
e 
v w 
(a) G1 x 
(b) G2 
y Graph (a) dan graph (b) isomorfik 
ù 
ú ú ú ú ú ú 
û 
é 
ê ê ê ê ê ê 
0 1 1 1 0 
1 0 1 0 0 
1 1 0 1 0 
1 0 1 0 1 
ë 
0 0 0 1 0 
ù 
ú ú ú ú ú ú 
û 
é 
ê ê ê ê ê ê 
0 1 1 1 0 
1 0 1 0 0 
1 1 0 1 0 
1 0 1 0 1 
ë 
0 0 0 1 0 
a 
b 
c 
d 
e 
a b c d e 
x 
y 
w 
v 
z 
x y w v z
Dua buah graph isomorfik
Tiga buah graph isomorfik
Graph Isomorfik (Isomorphic 
Graph) 
Dari definisi graph isomorfik dapat dikemukakan 
bahwa dua buah graph isomorfik memenuhi ketiga 
syarat berikut [DEO74]: 
1. Mempunyai jumlah simpul yang sama. 
2. Mempunyai jumlah sisi yang sama 
3. Mempunyai jumlah simpul yang sama 
berderajat tertentu
Graph Isomorfik (Isomorphic 
Graph) 
Ketiga syarat ini ternyata belum cukup menjamin. 
Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan. 
x 
u 
v 
w 
y
Graph Planar (Planar Graph) dan 
Graph Bidang (Plane Graph) 
Graph yang dapat digambarkan pada 
bidang datar dengan sisi-sisi tidak saling 
memotong disebut sebagai graph planar, 
jika tidak, ia disebut graph tak-planar.
Graph Planar (Planar Graph) 
 Graph Planar 
Graph K4 
 Graph tidak planar 
Graph K5
Graph Planar (Planar Graph) 
 Graph persoalan utilitas (K3,3) bukan graph 
planar 
H1 H2 H3 
H1 
W G E 
H2 H3 
W G E
Graph Planar (Planar Graph) 
 Sisi-sisi pada graph 
planar membagi 
bidang menjadi 
beberapa wilayah 
(region) atau muka 
(face). Jumlah 
wilayah pada graph 
planar dapat dihitung 
dengan mudah. 
 Graph planar yang 
terdiri atas 6 wilayah 
R1 
R2 R3 
R5 
R4 
R6
Graph Planar (Planar Graph) 
Rumus Euler 
n – e + f = 2 
yang dalam hal ini, 
R1 
f = jumlah wilayah n = 11 
e = jumlah sisi e = 7 
n = jumlah simpul f = 11-7+2 = 6 
R2 R3 
R5 
R4 
R6
Teorema Kuratoswki 
 Berguna untuk menentukan dengan tegas keplanaran 
suatu graph. 
(a) (b) (c) 
(a) Graph Kuratowski pertama (b) dan (c) Graph Kuratowski kedua (keduanya isomorfik)
Sifat graph Kuratowski adalah: 
 Kedua graph Kuratowski adalah graph teratur. 
 Kedua graph Kuratowski adalah graph tidak-planar 
 Penghapusan sisi atau simpul dari graph 
Kuratowski menyebabkannya menjadi graph 
planar. 
 Graph Kuratowski pertama adalah graph tidak-planar 
dengan jumlah simpul minimum, dan 
graph Kuratowski kedua adalah graph tidak-planar 
dengan jumlah sisi minimum.
TEOREMA Kuratowski 
 Graph G bersifat planar jika dan hanya jika ia tidak 
mengandung upagraph yang sama dengan salah satu 
graph Kuratowski atau homeomorfik (homeomorphic) 
dengan salah satu dari keduanya. 
v 
x 
y 
G1 G2 G3 
Tiga buah graph yang homemorfik satu sama lain
TEOREMA Kuratowski 
 Graph di bawah ini bukan graph planar karena 
mengandung upagraph (G1) yang sama dengan K3,3. 
a b 
c 
f e d 
a b 
c 
f e d 
G G1
TEOREMA Kuratowski 
 G tidak planar karena mengandung upagraph (G1) yang 
homeomorfik dengan K5 (dengan membuang simpul-simpul 
yang berderajat 2 dari G1, diperoleh K5). 
a 
i b 
i 
c 
d 
g f e 
h 
a 
b 
c 
d 
g f e 
h 
a 
c 
g e 
h 
G G1 K5
Lintasan dan Sirkuit Euler 
 Lintasan Euler ialah lintasan yang melalui 
masing-masing sisi di dalam graph tepat satu 
kali. 
 Sirkuit Euler ialah sirkuit yang melewati 
masing-masing sisi tepat satu kali. 
 Graph yang mempunyai sirkuit Euler disebut 
graph Euler (Eulerian graph). Graph yang 
mempunyai lintasan Euler dinamakan juga 
graph semi-Euler (semi-Eulerian graph).
Lintasan dan Sirkuit Euler 
 Lintasan Euler pada graph (a) : 3, 1, 2, 3, 4, 1 
 Lintasan Euler pada graph (b) : 1, 2, 4, 6, 2, 3, 6, 5, 1, 3 
 Sirkuit Euler pada graph (c) : 1, 2, 3, 4, 7, 3, 5, 7, 6, 5, 
2, 6,1 
2 1 
3 4 
1 2 
3 
4 
5 6 
1 
2 3 
4 
5 
6 7 
(a) (b) (c)
Lintasan dan Sirkuit Euler 
 Sirkuit Euler pada graph (d) : a, c, f, e, c, b, d, e, a, d, 
f, b, a 
 Graph (e) dan (f) tidak mempunyai lintasan maupun 
sirkuit Euler a 
b 
d 
(d) (e) (f) 
e 
c 
f 
a b 
c d 
1 2 
3 
4 5 e
Lintasan dan Sirkuit Euler 
 (a) dan (b) graph semi-Euler (c) dan (d) graph Euler 
 (e) dan (f) bukan graph semi-Euler atau graph Euler 
2 1 
(a) (b) (c) 
3 4 
1 2 
3 
4 
5 6 
1 
2 3 
4 
5 
6 7 
a 
(d) (e) (f) 
b 
d 
e 
c 
f 
a b 
c d 
1 2 
3 
4 5 e
TEOREMA 
 Graph tidak berarah memiliki lintasan 
Euler jika dan hanya jika terhubung dan 
memiliki dua buah simpul berderajat ganjil 
atau tidak ada simpul berderajat ganjil 
sama sekali
TEOREMA 
 Graph tidak berarah G adalah graph Euler 
(memiliki sirkuit Euler) jika dan hanya jika 
setiap simpul berderajat genap. 
 (Catatlah bahwa graph yang memiliki sirkuit Euler pasti 
mempunyai lintasan Euler, tetapi tidak sebaliknya)
TEOREMA 
 Graph berarah G memiliki sirkuit Euler jika dan 
hanya jika G terhubung dan setiap simpul 
memiliki derajat-masuk dan derajat-keluar sama. 
G memiliki lintasan Euler jika dan hanya jika G 
terhubung dan setiap simpul memiliki derajat-masuk 
dan derajat-keluar sama kecuali dua 
simpul, yang pertama memiliki derajat-keluar 
satu lebih besar derajat-masuk, dan yang kedua 
memiliki derajat-masuk satu lebih besar dari 
derajat-keluar.
Lintasan dan Sirkuit Euler 
 (a) Graph berarah Euler (a, g, c, b, g, e, d, f, a) 
 (b) Graph berarah semi-Euler (d, a, b, d, c, b) 
 (c) Graph berarah bukan Euler maupun semi-Euler 
a 
b 
c 
e d 
f 
g 
d c 
a b 
d c 
a b 
(a) (b) (c)
Lintasan dan Sirkuit Euler 
 Bulan sabit Muhammad
Lintasan dan Sirkuit Hamilton 
 Lintasan Hamilton ialah lintasan yang melalui 
tiap simpul di dalam graph tepat satu kali. 
 Sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap 
simpul di dalam graph tepat satu kali, kecuali 
simpul asal (sekaligus simpul akhir) yang dilalui 
dua kali. 
 Graph yang memiliki sirkuit Hamilton dinamakan 
graph Hamilton, sedangkan graph yang hanya 
memiliki lintasan Hamilton disebut graph semi- 
Hamilton.
Lintasan dan Sirkuit Hamilton 
(a) graph yang memiliki lintasan Hamilton (misal: 3, 2, 1, 4) 
(b) graph yang memiliki lintasan Hamilton (1, 2, 3, 4, 1) 
(c) graph yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit 
Hamilton 
1 2 
4 3 
1 
2 
3 
4 
1 2 
4 3 
(a) (b) (c)
Lintasan dan Sirkuit Hamilton 
(a) Dodecahedron Hamilton 
(b) graph yang mengandung sirkuit Hamilton 
(a) (b)
TEOREMA 
 Syarat cukup (jadi bukan syarat perlu) 
supaya graph sederhana G dengan n (³ 3) 
buah simpul adalah graph Hamilton ialah 
bila derajat tiap simpul paling sedikit n/2 
(yaitu, d(v) ³ n/2 untuk setiap simpul v di 
G).
TEOREMA 
 Setiap graph lengkap adalah graph 
Hamilton 
 
 Di dalam graph lengkap G dengan n buah 
simpul (n ³ 3), terdapat (n - 1)!/2 buah 
sirkuit Hamilton.
TEOREMA 
 Di dalam graph lengkap G dengan n buah 
simpul (n ³ 3 dan n ganjil), terdapat 
(n - 1)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling 
lepas (tidak ada sisi yang beririsan). Jika n 
genap dan n ³ 4, maka di dalam G 
terdapat (n - 2)/2 buah sirkuit Hamilton 
yang saling lepas.
Contoh 
(Persoalan pengaturan tempat duduk). Sembilan 
anggota sebuah klub bertemu tiap hari untuk 
makan siang pada sebuah meja bundar. Mereka 
memutuskan duduk sedemikian sehingga setiap 
anggota mempunyai tetangga duduk berbeda 
pada setiap makan siang. Berapa hari pengaturan 
tersebut dapat dilaksanakan? 
Jumlah pengaturan tempat duduk yang berbeda 
adalah (9 - 1)/2 = 4.
Lintasan dan Sirkuit Hamilton 
1 
2 
3 
8 
5 
7 
6 
9 
 Graph yang merepresentasikan persoalan 
pengaturan tempat duduk.
Lintasan dan Sirkuit Hamilton/ 
Euler 
 Beberapa graph dapat mengandung sirkuit Euler 
dan sirkuit Hamilton sekaligus, mengandung 
sirkuit Euler tetapi tidak mengandung sirkuit 
Hamilton, mengandung sirkuit Euler dan lintasan 
Hamilton, mengandung lintsan Euler maupun 
lintasan Hamilton, tidak mengandung lintasan 
Euler namun mengandung sirkuit Hamilton, dan 
sebagainya!).
Lintasan dan Sirkuit Hamilton/ 
Euler 
 Graph (a) 
mengandung sirkuit 
5 
Hamilton maupun 
1 
2 
sirkuit Euler 
 graph (b) 
mengandung sirkuit 
4 
3 
Hamilton dan lintasan 
6 
Euler (periksa!). 
5 
1 2 
4 3 
(a) (b)
Beberapa Aplikasi Graf 
a. Lintasan Terpendek (Shortest Path) 
 graf berbobot (weighted graph), 
 lintasan terpendek: lintasan yang memiliki total bobot 
minimum. 
Contoh aplikasi: 
 Menentukan jarak terpendek/waktu tempuh 
tersingkat/ongkos termurah antara dua buah kota 
 Menentukan waktu tersingkat pengiriman pesan 
(message) antara dua buah terminal pada jaringan 
komputer.
Lintasan Terpendek 
Terdapat beberapa jenis persoalan lintasan terpendek, 
antara lain: 
 Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu. 
 Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul. 
 Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul 
yang lain. 
 Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui 
beberapa simpul tertentu. 
==> Di dalam kuliah ini kita memilih jenis persoalan 3.
Lintasan Terpendek 
 Uraian persoalan 
 Diberikan graf berbobot G = (V, E) dan 
sebuah simpul a. Tentukan lintasan 
terpendek dari a ke setiap simpul lainnya 
di G. Asumsi yang kita buat adalah bahwa 
semua sisi berbobot positif.
Lintasan Terpendek 
 Graph 
45 
1 2 
50 10 
35 
30 
15 
15 3 
40 
20 10 20 
3 4 6 
5 
Simpul 
asal 
Simpul 
Tujuan 
Lintasan 
terpendek 
Jarak 
1 3 1 ® 3 10 
1 4 1 ® 3 ® 4 25 
1 2 1 ® 3 ® 4 ® 2 45 
1 5 1 ® 5 45 
1 6 tidak ada -
Algoritma Dijkstra 
Merupakan Algoritma menentukan lintasan terpendek yang 
terkenal. 
Properti algoritma Dijkstra: 
1. Matriks ketetanggaan M[mij] 
mij = bobot sisi (i, j) (pada graf tak-berarah mij = mji ) 
mii = 0 
mij = ¥, jika tidak ada sisi dari simpul i ke simpul j 
2. Larik S = [si] yang dalam hal ini, 
si = 1, jika simpul i termasuk ke dalam lintasan terpendek 
si = 0, jika simpul i tidak termasuk ke dalam lintasan 
terpendek 
3. Larik/tabel D = [di] yang dalam hal ini, 
di = panjang lintasan dari simpul awal s ke simpul i
Beberapa Aplikasi Graf 
b. Persoalan Perjalanan Pedagang (Travelling 
Salesperson Problem - TSP) 
 Diberikan sejumlah kota dan jarak antar kota. 
Tentukan sirkuit terpendek yang harus dilalui 
oleh seorang pedagang bila pedagang itu 
berangkat dari sebuah kota asal dan 
menyinggahi setiap kota tepat satu kali dan 
kembali lagi ke kota asal keberangkatan. 
==> menentukan sirkuit Hamilton yang memiliki 
bobot minimum.
Aplikasi TSP 
 Pak Pos mengambil surat di kotak pos 
yang tersebar pada n buah lokasi di 
berbagai sudut kota. 
 Lengan robot mengencangkan n buah 
mur pada beberapa buah peralatan mesin 
dalam sebuah jalur perakitan. 
 Produksi n komoditi berbeda dalam 
sebuah siklus.
Travelling Salesperson Problem 
 Jumlah sirkuit Hamilton di dalam graf lengkap dengan n simpul: 
(n - 1)!/2. 
a 12 
b 
5 9 
15 
10 
d c 
8 
 Graf di atas memiliki (4 – 1)!/2 = 3 sirkuit Hamilton, yaitu: 
I1 = (a, b, c, d, a) atau (a, d, c, b, a) ==> panjang = 10 + 12 + 8 + 15 = 45 
I2 = (a, c, d, b, a) atau (a, b, d, c, a) ==> panjang = 12 + 5 + 9 + 15 = 41 
I3 = (a, c, b, d, a) atau (a, d, b, c, a) ==> panjang = 10 + 5 + 9 + 8 = 32
Travelling Salesperson Problem 
 Jadi, sirkuit Hamilton terpendek adalah I3 = (a, c, b, d, a) 
atau (a, d, b, c, a) dengan panjang sirkuit = 10 + 5 + 9 + 
8 = 32. 
a 12 
b 
15 
10 
d c 
8 
a 12 
b 
5 9 
15 
d c 
a b 
5 9 
10 8 
d c 
 Jika jumlah simpul n = 20 akan terdapat (19!)/2 sirkuit 
Hamilton atau sekitar 6 ´ 1016 penyelesaian.
Beberapa Aplikasi Graf 
c. Persoalan Tukang Pos Cina (Chinese Postman 
Problem) 
 Dikemukakan oleh Mei Gan (berasal dari Cina) pada 
tahun 1962. 
 Masalahnya adalah sebagai berikut: seorang tukang pos 
akan mengantar surat ke alamat-alamat sepanjang jalan 
di suatu daerah. Bagaimana ia merencanakan rute 
perjalanannya supaya ia melewati setiap jalan tepat 
sekali dan kembali lagi ke tempat awal keberangkatan. 
===> menentukan sirkuit Euler di dalam graf.
Chinese Postman Problem 
 Lintasan yang dilalui tukang pos: A, B, C, D, E, 
F, C, E, B, F, A. 
B 8 
C 
8 
1 
A 3 D 
5 
F E 
2 
6 
4 
4 
2
PEWARNAAN GRAPH 
 Sebuah pewarnaan dari graph G adalah 
sebuah pemetaan warna-warna ke simpul-simpul 
dari G sedemikian hingga simpul 
relasinya mempunyai warna warna yang 
berbeda.
BILANGAN KROMATIK 
 Bilangan kromatik dari G adalah jumlah warna 
minimum yang diperlukan untuk mewarnai 
graph G, dilambangkan dgn (G) { adalah 
huruf Yunani chi } 
 Berapa bilangan kromatik dari graph lengkap K6, 
K10 dan Kn ? 
(Kn) = n 
c c 
c
ALGORITMA WELCH-POWELL 
Algoritma Welch-Powell adalah sebuah cara efisien untuk mewarnai 
sebuah graph G 
Algoritma Welch-Powell : 
 Urutkan simpul-simpul G dalam derajat yang menurun. Urutan ini 
mungkin tidak unik karena bbrp simpul mempunyai derajat sama 
 Gunakan satu warna untuk mewarnai simpul pertama dan untuk 
mewarnai, dalam urutan yang berurut setiap simpul dari daftar yang 
tidak berelasi dengan simpul sebelumnya. 
 Mulai lagi dengan dengan daftar paling tinggi dan ulangi proses 
pewarnaan simpul yang tidak berwarna sebelumnya dengan 
menggunakan warna kedua. 
 Terus ulangi dengan penambahan warna sampai semua simpul 
telah diwarnai
Contoh 
V6 V7 
V5 
V4 
V3 
V1 V2 
Simpul V1 V4 V5 V6 V2 V3 V7 
Derajat 5 4 4 4 3 3 3 
Warna a b c d b c a 
Jadi χ(H) = 4 
Graph H
Contoh 
 Graph G 
V2 V4 V5 
V6 
V3 
V1 
Simpul V1 V6 V2 V3 V4 V5 
Derajat 4 4 3 3 3 3 
Warna a a b b c c 
Jadi χ(G) = 3
Contoh 
 Graph H 
V6 
V5 
V4 
V1 
V2 V3 
Simpul V1 V2 V3 V4 V5 V6 
Derajat 3 3 3 3 3 3 
Warna a b b a a b 
Jadi χ(H)= 2
Contoh 
 Graph G 
V6 
V2 
V4 
V3 
V5 
V1 
Simpul V1 V5 V2 V6 V3 V4 
Derajat 4 4 3 3 2 2 
Warna a b b c c a 
Jadi χ(G) = 3
Contoh 
 Graph H 
H 
G 
F 
D E 
A 
B 
C 
Simpul H A D F B C E G 
Derajat 5 4 4 4 3 3 3 2 
Warna a b b c a c c a 
Jadi χ(H) = 3
Contoh 
 Adakah graph dengan 1 warna????

More Related Content

What's hot

Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)Ridha Zahratun
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)nurwa ningsih
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 

What's hot (20)

MATRIKS (RPP & LKPD)
MATRIKS (RPP & LKPD)MATRIKS (RPP & LKPD)
MATRIKS (RPP & LKPD)
 
teori graf (planar
teori graf (planarteori graf (planar
teori graf (planar
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Ring
RingRing
Ring
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
Fungsi Kompleks (pada bilangan kompleks)
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Graf pohon (bagian ke 6)
Graf pohon (bagian ke 6)Graf pohon (bagian ke 6)
Graf pohon (bagian ke 6)
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Resume geometri non euclid
Resume geometri non euclidResume geometri non euclid
Resume geometri non euclid
 
RPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDVRPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDV
 
geometri terurut
geometri terurutgeometri terurut
geometri terurut
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 

Viewers also liked

Teori graph rinaldi munir
Teori graph   rinaldi munirTeori graph   rinaldi munir
Teori graph rinaldi muniresa_esa
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)zachrison htg
 
Matematika Diskrit graf
Matematika Diskrit grafMatematika Diskrit graf
Matematika Diskrit grafSiti Khotijah
 
Cara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskritCara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskritOka Ambalie
 

Viewers also liked (7)

Teori graph rinaldi munir
Teori graph   rinaldi munirTeori graph   rinaldi munir
Teori graph rinaldi munir
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)
 
T Istrukdat11
T Istrukdat11T Istrukdat11
T Istrukdat11
 
Matematika Diskrit graf
Matematika Diskrit grafMatematika Diskrit graf
Matematika Diskrit graf
 
Bab 9 graf
Bab 9 grafBab 9 graf
Bab 9 graf
 
Cara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskritCara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskrit
 
Babiv Graf
Babiv GrafBabiv Graf
Babiv Graf
 

Similar to OPTIMASI_GRAPH

285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.pptHadiWidjaja4
 
Definisi Graph.ppt
Definisi Graph.pptDefinisi Graph.ppt
Definisi Graph.pptFahriHadami
 
Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...
Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...
Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...ARASYIDMAULANAGS
 
Graf (bagian 1)
Graf (bagian 1)Graf (bagian 1)
Graf (bagian 1)pt.ccc
 
Teori Graf - Mtk Diskrit
Teori Graf - Mtk DiskritTeori Graf - Mtk Diskrit
Teori Graf - Mtk DiskritIndah Wijayanti
 
graf2013-140930043732-phpapp01.pdf
graf2013-140930043732-phpapp01.pdfgraf2013-140930043732-phpapp01.pdf
graf2013-140930043732-phpapp01.pdfVinnieSyarif2
 
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptxGRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptxDioAlphard
 
Matematika Diskrit - 09 graf - 05
Matematika Diskrit - 09 graf - 05Matematika Diskrit - 09 graf - 05
Matematika Diskrit - 09 graf - 05KuliahKita
 
Graf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdf
Graf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdfGraf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdf
Graf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdfIchanLingga1
 
Matematika Diskrit - 09 graf - 01
Matematika Diskrit - 09 graf - 01Matematika Diskrit - 09 graf - 01
Matematika Diskrit - 09 graf - 01KuliahKita
 
Teori graf pada matematika diskriit.pptx
Teori graf pada matematika diskriit.pptxTeori graf pada matematika diskriit.pptx
Teori graf pada matematika diskriit.pptxHafidzahPatel1
 
Teori graf-complete
Teori graf-completeTeori graf-complete
Teori graf-completeendah kurnia
 

Similar to OPTIMASI_GRAPH (20)

285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
 
Graf Oke.pptx
Graf Oke.pptxGraf Oke.pptx
Graf Oke.pptx
 
Graph1
Graph1Graph1
Graph1
 
Definisi Graph.ppt
Definisi Graph.pptDefinisi Graph.ppt
Definisi Graph.ppt
 
Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...
Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...
Kelompok 2 Matdis (Jenis-jenis Graf, Terminologi Dasar, dan Representasi Graf...
 
Graf (bagian 1)
Graf (bagian 1)Graf (bagian 1)
Graf (bagian 1)
 
Graf 1
Graf 1Graf 1
Graf 1
 
Teori Graf - Mtk Diskrit
Teori Graf - Mtk DiskritTeori Graf - Mtk Diskrit
Teori Graf - Mtk Diskrit
 
graf2013-140930043732-phpapp01.pdf
graf2013-140930043732-phpapp01.pdfgraf2013-140930043732-phpapp01.pdf
graf2013-140930043732-phpapp01.pdf
 
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptxGRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
 
Matematika Diskrit - 09 graf - 05
Matematika Diskrit - 09 graf - 05Matematika Diskrit - 09 graf - 05
Matematika Diskrit - 09 graf - 05
 
Graf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdf
Graf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdfGraf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdf
Graf_Isomorfik_Graf_Planar_Graf_Bidang_d.pdf
 
Matematika Diskrit - 09 graf - 01
Matematika Diskrit - 09 graf - 01Matematika Diskrit - 09 graf - 01
Matematika Diskrit - 09 graf - 01
 
tg_p3.pptx
tg_p3.pptxtg_p3.pptx
tg_p3.pptx
 
Teori graph-1
Teori graph-1Teori graph-1
Teori graph-1
 
Teori graf pada matematika diskriit.pptx
Teori graf pada matematika diskriit.pptxTeori graf pada matematika diskriit.pptx
Teori graf pada matematika diskriit.pptx
 
Teori graf-complete
Teori graf-completeTeori graf-complete
Teori graf-complete
 
Modul graph terapan p5
Modul graph terapan p5Modul graph terapan p5
Modul graph terapan p5
 
Diskret VII Graph
Diskret VII GraphDiskret VII Graph
Diskret VII Graph
 
Teori graf
Teori grafTeori graf
Teori graf
 

More from Fathan Hakim

01 intro taylor_series
01 intro taylor_series01 intro taylor_series
01 intro taylor_seriesFathan Hakim
 
Medan Elektromagnetik 2-9
Medan Elektromagnetik 2-9Medan Elektromagnetik 2-9
Medan Elektromagnetik 2-9Fathan Hakim
 
Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8Fathan Hakim
 
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Fathan Hakim
 
Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...
Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...
Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...Fathan Hakim
 
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )Fathan Hakim
 
Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...
Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...
Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...Fathan Hakim
 
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...Fathan Hakim
 
Lecture 2 algoritma-dan_flowchart
Lecture 2 algoritma-dan_flowchartLecture 2 algoritma-dan_flowchart
Lecture 2 algoritma-dan_flowchartFathan Hakim
 
Lecture 1 pendahuluan Bahasa Python
Lecture 1 pendahuluan Bahasa PythonLecture 1 pendahuluan Bahasa Python
Lecture 1 pendahuluan Bahasa PythonFathan Hakim
 
Lecture 3 : (Physic Layer) Outline
Lecture 3 : (Physic Layer) OutlineLecture 3 : (Physic Layer) Outline
Lecture 3 : (Physic Layer) OutlineFathan Hakim
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Fathan Hakim
 
Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)
Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)
Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)Fathan Hakim
 

More from Fathan Hakim (19)

01 intro taylor_series
01 intro taylor_series01 intro taylor_series
01 intro taylor_series
 
Medan Elektromagnetik 2-9
Medan Elektromagnetik 2-9Medan Elektromagnetik 2-9
Medan Elektromagnetik 2-9
 
Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8
 
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
 
Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...
Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...
Kuliah 4 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Konsep Awal Penghitungan, Tips Menghin...
 
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )
 
Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...
Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...
Kuliah 2 Dasar Sistem Tenaga Listrik (Pengembangan Energi Alternatif, Bagan K...
 
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
 
Logic&proof
Logic&proofLogic&proof
Logic&proof
 
Lecture 2 algoritma-dan_flowchart
Lecture 2 algoritma-dan_flowchartLecture 2 algoritma-dan_flowchart
Lecture 2 algoritma-dan_flowchart
 
Lecture 1 pendahuluan Bahasa Python
Lecture 1 pendahuluan Bahasa PythonLecture 1 pendahuluan Bahasa Python
Lecture 1 pendahuluan Bahasa Python
 
Lecture 3 : (Physic Layer) Outline
Lecture 3 : (Physic Layer) OutlineLecture 3 : (Physic Layer) Outline
Lecture 3 : (Physic Layer) Outline
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
 
Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)
Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)
Te 09-1313 #07 - sistem antena&proagasi (ver1)
 
PPT Teleponi
PPT Teleponi PPT Teleponi
PPT Teleponi
 
Logarithma
LogarithmaLogarithma
Logarithma
 
Perpangkatan
PerpangkatanPerpangkatan
Perpangkatan
 
Persentasi vaksin
Persentasi vaksinPersentasi vaksin
Persentasi vaksin
 
Otot
OtotOtot
Otot
 

Recently uploaded

PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 

Recently uploaded (20)

PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 

OPTIMASI_GRAPH

  • 2. Graph Graph  Graph digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut.  Gambar berikut ini sebuah graph yang menyatakan peta jaringan jalan raya yang menghubungkan sejumlah kota di Provinsi Jawa Tengah.
  • 3. Graph Brebes Tegal Slawi Pemalang Purwokerto Cilacap Wonosobo Banjarnegara Kebumen Purworejo Kendal Semarang Pekalongan Purbalingga Magelang Salatiga Klaten Solo Purwodadi Demak Kudus Rembang Blora Sukoharjo Wonogiri Sragen Boyolali Kroya Temanggung
  • 4. Graph  Sejarah Graph: masalah jembatan KÖnigsberg (tahun 1736)  C A B D
  • 5. Graph yang merepresentasikan jembatan KÖnigsberg: Simpul (vertex)  menyatakan daratan Sisi (edge)  menyatakan jembatan Bisakah melalui setiap jembatan tepat sekali dan kembali lagi ke tempat semula?
  • 6. Definisi Graph Graph G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul (vertices) = { v1 , v2 , ... , vn } E = himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul = {e1 , e2 , ... , en }
  • 7. Graph 1 1 1 2 3 4 2 3 4 2 4 3 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8 G1 G2 G3
  • 8. Graph Graph G1 G1 adalah graph dengan V = { 1, 2, 3, 4 } E = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) } 1 2 3 4
  • 9. Graph  Graph G2 G2 adalah graph dengan V = { 1, 2, 3, 4 } E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4) } = { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7} 1 2 3 4 e 1 e 2 e 3 e 4 e 5 e 6 e 7
  • 10. Graph  Graph G3 G3 adalah graph dengan V = { 1, 2, 3, 4 } E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4), (3, 3) } = { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8} 1 2 4 3 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8
  • 11. Graph  Graph G2 Pada G2, sisi e3 = (1, 3) dan sisi e4 = (1, 3) dinamakan sisi-ganda (multiple edges atau paralel edges) karena kedua sisi ini menghubungi dua buah simpul yang sama, yaitu simpul 1 dan 1 2 3 4 simpul 3. e 1 e 2 e 3 e 4 e 5 e 6 e 7
  • 12. Graph  Graph G3 Pada G3, sisi e8 = (3, 3) dinamakan gelang atau kalang (loop) karena ia berawal dan berakhir pada simpul yang sama. 1 2 4 3 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8
  • 13. Jenis-Jenis Graph Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graph, maka graph digolongkan menjadi dua jenis: 1. Graph sederhana (simple graph). 2. Graph tak-sederhana (unsimple-graph).
  • 14. Graph sederhana (simple graph) Graph yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda dinamakan graph sederhana. G1 adalah contoh graph sederhana 1 2 3 4
  • 15. Graph tak-sederhana (unsimple-graph) Graph yang mengandung sisi ganda atau gelang dinamakan graph tak-sederhana (unsimple graph). G2 dan G3 adalah contoh graph tak-sederhana 1 2 4 3 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8 1 e1 e2 2 3 4 e3 e4 e5 e6 e7
  • 16. Jenis-Jenis Graph Berdasarkan jumlah simpul pada suatu graph, maka secara umum graph dapat digolongkan menjadi dua jenis: 1. Graph berhingga (limited graph) 2. Graph tak-berhingga (unlimited graph)
  • 17. Graph berhingga (limited graph) Graph berhingga adalah graph yang jumlah simpulnya, n, berhingga.
  • 18. Graph tak-berhingga (unlimited graph) Graph yang jumlah simpulnya, n, tidak berhingga banyaknya disebut graph tak-berhingga.
  • 19.  Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graph dibedakan atas 2 jenis:  1. Graph tak-berarah (undirected graph)  Graph yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graph tak-berarah. Tiga buah graph pada Gambar 2 adalah graph tak-berarah.  2. Graph berarah (directed graph atau digraph)  Graph yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graph berarah. Dua buah graph pada Gambar 3 adalah graph berarah.
  • 20. Jenis-Jenis Graph Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graph dibedakan atas 2 jenis: 1. Graph tak-berarah (undirected graph) 2. Graph berarah (directed graph atau digraph)
  • 21. Graph tak-berarah (undirected graph) Graph yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graph tak-berarah. Graph G1, G2, dan G3 adalah graph tak-berarah. 1 1 1 2 3 4 2 3 4 2 4 3 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8
  • 22. Graph berarah (directed graph atau digraph) Graph yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graph berarah. 1 1 2 3 4 2 3 4 (a) G4 (b) G5 (a) graph berarah, (b) graph-ganda berarah
  • 23. Jenis-jenis graph [ROS99] Jenis Sisi Sisi ganda dibolehkan ? Sisi gelang dibolehkan ? Graph sederhana Tak-berarah Tidak Tidak Graph ganda Tak-berarah Ya Tidak Graph semu Tak-berarah Ya Ya Graph berarah Bearah Tidak Ya Graph-ganda berarah Bearah Ya Ya
  • 24. Contoh Terapan Graph  Rangkaian listrik. A B C E D F A B C E D F
  • 25. Contoh Terapan Graph  Isomer senyawa kimia karbon H H C H H metana (CH4) etana (C2H6) propana (C3H8)
  • 26. Contoh Terapan Graph Transaksi konkuren pada basis data terpusat Transaksi T0 menunggu transaksi T1 dan T2 Transaksi T2 menunggu transaksi T1 Transaksi T1 menunggu transaksi T3 Transaksi T3 menunggu transaksi T2 T1 T0 T3 T2
  • 27. Contoh Terapan Graph . Pengujian program read(x); while x <> 9999 do begin if x < 0 then writeln(‘Masukan tidak boleh negatif’) else x:=x+10; read(x); end; writeln(x); keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan: 1 : read(x) 2 : x <> 9999 3 : x < 0 4 : writeln(‘Masukan tidak boleh negatif’); 5 : x := x + 10 6 : read(x) 7 : writeln(x)
  • 28. Contoh Terapan Graph Terapan graph pada teori otomata [LIU85]. Mesin jaja (vending machine) Keterangan: a : 0 sen dimasukkan b : 5 sen dimasukkan c : 10 sen dimasukkan d : 15 sen atau lebih dimasukkan P P P a b c d P 5 5 10 10 10 10 5 5
  • 29. Ketetanggaan (Adjacent) Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung. Tinjau graph : simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3, simpul 1 tidak bertetangga dengan simpul 4.  Graph 1 2 3 4
  • 30. Bersisian (Incidency) Untuk sembarang sisi e = (vj, vk) dikatakan e bersisian dengan simpul vj , atau e bersisian dengan simpul vk Tinjau graph : sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3, sisi (2, 4) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 4, tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4. 1 2 3 4
  • 31. Simpul Terpencil (Isolated Vertex) Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya. Tinjau graph : simpul 5 adalah simpul terpencil 1 2 3 4 5
  • 32. Graph Kosong (null graph atau empty graph) Graph yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong (Nn). 1 2 3 4 5
  • 33. Derajat (Degree) Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut. Notasi: d(v) 1 Tinjau graph G1: d(1) = d(4) = 2 2 3 d(2) = d(3) = 3 4
  • 34. Derajat (Degree) Tinjau graph G3: d(5) = 0  simpul terpencil d(4) = 1  simpul anting-anting (pendant vertex) Tinjau graph G2: d(1) = 3  bersisian dengan sisi ganda d(2) = 4  bersisian dengan sisi gelang (loop)  Graph G3 1 2 3 4  Graph G2 5 1 e2 e3 2 e1 e4 3 e5
  • 35. Derajat (Degree) Pada graph berarah, din(v) = derajat-masuk (in-degree) = jumlah busur yang masuk ke simpul v dout(v) = derajat-keluar (out-degree) = jumlah busur yang keluar dari simpul v d(v) = din(v) + dout(v)
  • 36. Derajat (Degree) Tinjau graph : din(1) = 2; dout(1) = 1 din (2) = 2; dout(2) = 3 din (3) = 2; dout(3) = 1 din (4) = 1; dout(4) = 2 1 2 3 4
  • 37. Lemma Jabat Tangan Jumlah derajat semua simpul pada suatu graph adalah genap, yaitu dua kali jumlah sisi pada graph tersebut. Dengan kata lain, jika G = (V, E), maka 2 ) ( = åÎ d v E v V
  • 38. Lemma Jabat Tangan Tinjau graph G1: d(1) + d(2) + d(3) + d(4) = 2 + 3 + 3 + 2 = 10 = 2 ´ jumlah sisi = 2 ´ 5 Tinjau graph G2: d(1) +d(2) + d(3) = 3 + 3 + 4 = 10 = 2 ´ jumlah sisi = 2 ´ 5  Graph G1  Graph G2 1 2 3 4 1 e1 e2 e3 e4 3 e5
  • 39. Lemma Jabat Tangan Tinjau graph G3: d(1) + d(2) + d(3) + d(4) + d(5) = 2 + 2 + 3 + 1 + 0 = 8 = 2 ´ jumlah sisi = 2 ´ 4  Graph G3 1 2 3 4 5
  • 40. Lemma Jabat Tangan Contoh. Diketahui graph dengan lima buah simpul. Dapatkah kita menggambar graph tersebut jika derajat masing-masing simpul adalah: (a) 2, 3, 1, 1, 2 (b) 2, 3, 3, 4, 4 Penyelesaian: (a) tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya ganjil (2 + 3 + 1 + 1 + 2 = 9). (b) dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya genap (2 + 3 + 3 + 4 + 4 = 16).
  • 41. Lintasan (Path) Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam graph G ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2, v2,... , vn –1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah sisi-sisi dari graph G.
  • 42. Lintasan (Path)  Tinjau graph G1: lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi (1,2), (2,4), (4,3).  Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada G1 memiliki panjang 3. 1 2 3 4
  • 43. Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit)  Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit atau siklus.  Panjang sirkuit adalah jumlah sisi dalam sirkuit tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1 pada G1 memiliki panjang 3.  Tinjau graph G1: 1, 2, 3, 1 adalah sebuah sirkuit. 1 2 3 4
  • 44. Terhubung (Connected) Dua buah simpul v1 dan simpul v2 disebut terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2. G disebut graph terhubung (connected graph) jika untuk setiap pasang simpul vi dan vj dalam himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj Jika tidak, maka G disebut graph tak-terhubung (disconnected graph).
  • 45. Terhubung (Connected)  Contoh graph tak-terhubung: 1 2 3 4 5 6 8 7
  • 46. Terhubung (Connected) Graph berarah  Graph berarah G dikatakan terhubung jika graph tidak berarahnya terhubung (graph tidak berarah dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya).
  • 47. Terhubung (Connected) Graph berarah  Dua simpul, u dan v, pada graph berarah G disebut terhubung kuat (strongly connected) jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan berarah dari v ke u.  Jika u dan v tidak terhubung kuat tetapi terhubung pada graph tidak berarahnya, maka u dan v dikatakan terhubung lemah (weakly connected).
  • 48. Terhubung (Connected) Graph berarah Graph berarah G disebut graph terhubung kuat (strongly connected graph) apabila untuk setiap pasang simpul sembarang u dan v di G, terhubung kuat. Kalau tidak, G disebut graph terhubung lemah.  Graph berarah terhubung lemah 1 2 3 4  Graph berarah terhubung kuat 1 2 3
  • 49. Upagraph (Subgraph) dan Komplemen Upagraph  Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph. G1 = (V1, E1) adalah upagraph (subgraph) dari G jika V1 Í V dan E1 Í E.  Komplemen dari upagraph G1 terhadap graph G adalah graph G2 = (V2, E2) sedemikian sehingga E2 = E - E1 dan V2 adalah himpunan simpul yang anggota-anggota E2 bersisian dengannya.
  • 50. Upagraph (Subgraph) dan Komplemen Upagraph 1 2 3 4 5 6 1 6 5 3 1 2 3 2 5 (a) Graph G1 (b) Sebuah upagraph (c) komplemen dari upagraph
  • 51. Komponen graph (connected component) adalah jumlah maksimum upagraph terhubung dalam graph G. Graph G di bawah ini mempunyai 4 buah komponen. 1 5 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13
  • 52. Komponen graph (connected component)  Pada graph berarah, komponen terhubung kuat (strongly connected component) adalah jumlah maksimum upagraph yang terhubung kuat.  Graph di bawah ini mempunyai 2 buah komponen terhubung kuat: 2 3 4 5 1
  • 53. Upagraph Rentang (Spanning Subgraph)  Upagraph G1 = (V1, E1) dari G = (V, E) dikatakan upagraph rentang jika V1 =V (yaitu G1 mengandung semua simpul dari G). 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 (a) graph G, (b) upagraph rentang (c)bukan upagraph rentang dari G dari G,
  • 54. Cut-Set Cut-set dari graph terhubung G adalah himpunan sisi yang bila dibuang dari G menyebabkan G tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah komponen.
  • 55. Cut-Set  Pada graph di bawah, {(1,5), (1,4), (2,4), (2,3)} adalah cut-set. Terdapat banyak cut-set pada sebuah graph terhubung.  Himpunan {(1,5), (4,5)} juga adalah cut-set, {(1,2), (1,4), (1,5)} adalah cut-set, {(5,6)} juga cut-set,  tetapi {(1,5), (4,5), (3,4)} bukan cut-set sebab himpunan bagiannya, {(1,5), (4,5)} adalah cut-set. 1 4 5 2 3 6 1 5 2 4 3 6
  • 56. Graph Berbobot (Weighted Graph) Graph berbobot adalah graph yang setiap sisinya diberi sebuah harga (bobot). a b e 10 12 8 15 9 11 d 14 c
  • 57. Beberapa Graph Sederhana Khusus a. Graph Lengkap (Complete Graph) b. Graph Lingkaran c. Graph Teratur (Regular Graphs) d. Graph Bipartite (Bipartite Graph)
  • 58. Graph lengkap ialah graph sederhana yang setiap simpulnya mempunyai sisi ke semua simpul lainnya. Graph lengkap dengan n buah simpul dilambangkan dengan Kn. Jumlah sisi pada graph lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah n(n – 1)/2. K1 K2 K3 K4 K5 K6
  • 59. Graph lingkaran adalah graph sederhana yang setiap simpulnya berderajat dua. Graph lingkaran dengan n simpul dilambangkan dengan Cn.
  • 60. Graph Teratur (Regular Graphs) Graph yang setiap simpulnya mempunyai derajat yang sama disebut graph teratur. Apabila derajat setiap simpul adalah r, maka graph tersebut disebut sebagai graph teratur derajat r. Jumlah sisi pada graph teratur adalah nr/2.
  • 61. Graph Bipartite (Bipartite Graph) Graph G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi dua himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian sehingga setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah simpul di V2 disebut graph bipartit dan dinyatakan sebagai G(V1, V2). V1 V2
  • 62. Graph Bipartite (Bipartite Graph) Graph G di bawah ini adalah graph bipartit, karena simpul-simpunya dapat dibagi menjadi V1 = {a, b, d} dan V2 = {c, e, f, g} a b c e d g f
  • 63. Graph Bipartite (Bipartite Graph) H2 H3 W G E
  • 64. Representasi Graph 1. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix) 2. Matriks Bersisian (incidency matrix) 3. Senarai Ketetanggaan (adjacency list)
  • 65. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix) A = [aij], 1, jika simpul i dan j bertetangga aij = { 0, jika simpul i dan j tidak bertetangga
  • 66. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix)  Graph  Matriks Ketetanggaan 1 ù 0 1 1 0 é 1 4 ú ú ú ú 2 3 û ê ê ê ê 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 ë 2 3 4 1 2 3 4
  • 67. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix)  Graph  Matriks Ketetanggaan ù ú ú ú ú ú ú û 1 2 3 4 5 1 é ê ê ê ê ê ê 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 ë 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3 4 5 2 3 4 5
  • 68. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix)  Graph  Matriks Ketetanggaan 1 2 3 4 ù ú ú ú ú û 0 1 0 0 é ê ê ê ê 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 ë 1 2 3 4 1 2 3 4
  • 69. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix)  Graph  Matriks Ketetanggaan 1 2 4 3 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8 ù ú ú ú ú û 0 1 2 0 é ê ê ê ê 1 0 1 1 2 1 1 2 0 1 2 0 ë 1 2 3 4 1 2 3 4
  • 70. Derajat tiap simpul i: (a) Untuk graph tak-berarah, d(vi) = å= n j aij 1 (b) Untuk graph berarah, din (vj) = jumlah nilai pada kolom j = dout (vi) = jumlah nilai pada baris i = n å= i aij 1 n å= j aij 1
  • 71. Derajat tiap simpul  Graph Derajat simpul 2 = 1+0+1+1 = 3 Derajat simpul 4 = 0+1+1+0 = 2  Matriks Ketetanggaan 1 2 3 4 ù ú ú ú ú û 0 1 1 0 é ê ê ê ê 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 ë 1 2 3 4 1 2 3 4
  • 72. Derajat tiap simpul  Graph 1  Matriks Ketetanggaan 2 3 4 Derajat masuk simpul 2 = 1+0+0+1 = 2 Derajat keluar simpul 2 = 1+0+1+1 = 3 ù ú ú ú ú û 0 1 0 0 é ê ê ê ê 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 ë 1 2 3 4 1 2 3 4
  • 73. Matriks Ketetanggaan Graph Berbobot Graph Tanda bila tdk ada sisi dari simpul I ke j  Matriks Ketetanggaan a b c d e µ a b e 10 12 8 15 9 11 d 14 c ù ú ú ú ú ú ú û é ê ê ê ê ê ê 12 10 12 9 11 8 ë ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ 9 14 ¥ ¥ 11 14 15 ¥ ¥ ¥ 10 8 15 a b c d e
  • 74. Matriks Bersisian (incidency matrix) A = [aij], 1, jika simpul i bersisian dengan sisi j aij = { 0, jika simpul i tidak bersisian dengan sisi j
  • 75. Matriks Bersisian (incidency matrix)  Graph  Matriks Bersisian e1 1 2 ù é 1 1 0 1 0 1 e5 ú ú ú ú e2 e4 e3 3 4 û ê ê ê ê ë 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 2 3 4 e1 e2 e3 e4 e5
  • 76. Senarai Ketetanggaan (adjacency list)  Graph  Senarai Ketetanggaan 1 2 3 4 Simpul Simpul Tetangga 1 2, 3 2 1, 3, 4 3 1, 2, 4 4 2, 3
  • 77. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix)  Graph  Senarai Ketetanggaan 1 2 3 4 5 Simpul Simpul Tetangga 1 2, 3 2 1, 3 3 1, 2, 4 4 3 5 -
  • 78. Senarai Ketetanggaan (adjacency list)  Graph  Senarai Ketetanggaan 1 2 3 4 Simpul Simpul Terminal 1 2 2 1, 3, 4 3 1 4 2, 3
  • 79. Graph Isomorfik (Isomorphic Graph)  Dua buah graph yang sama tetapi secara geometri berbeda disebut graph yang saling isomorfik.  Dua buah graph, G1 dan G2 dikatakan isomorfik jika terdapat korespondensi satu-satu antara simpul-simpul keduanya dan antara sisi-sisi keduaya sedemikian sehingga hubungan kebersisian tetap terjaga.
  • 80. Graph Isomorfik (Isomorphic Graph)  Dengan kata lain, misalkan sisi e bersisian dengan simpul u dan v di G1, maka sisi e’ yang berkoresponden di G2 harus bersisian dengan simpul u’ dan v’ yang di G2.  Dua buah graph yang isomorfik adalah graph yang sama, kecuali penamaan simpul dan sisinya saja yang berbeda. Ini benar karena sebuah graph dapat digambarkan dalam banyak cara.
  • 81. Graph Isomorfik (Isomorphic Graph) 3 4 1 2 d c a b v w x y (a) G1 (b) G2 (c) G3 G1 isomorfik dengan G2, tetapi G1 tidak isomorfik dengan G3
  • 82. Graph Isomorfik (Isomorphic Graph) z d a c b e v w (a) G1 x (b) G2 y Graph (a) dan graph (b) isomorfik ù ú ú ú ú ú ú û é ê ê ê ê ê ê 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 ë 0 0 0 1 0 ù ú ú ú ú ú ú û é ê ê ê ê ê ê 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 ë 0 0 0 1 0 a b c d e a b c d e x y w v z x y w v z
  • 83. Dua buah graph isomorfik
  • 84. Tiga buah graph isomorfik
  • 85. Graph Isomorfik (Isomorphic Graph) Dari definisi graph isomorfik dapat dikemukakan bahwa dua buah graph isomorfik memenuhi ketiga syarat berikut [DEO74]: 1. Mempunyai jumlah simpul yang sama. 2. Mempunyai jumlah sisi yang sama 3. Mempunyai jumlah simpul yang sama berderajat tertentu
  • 86. Graph Isomorfik (Isomorphic Graph) Ketiga syarat ini ternyata belum cukup menjamin. Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan. x u v w y
  • 87. Graph Planar (Planar Graph) dan Graph Bidang (Plane Graph) Graph yang dapat digambarkan pada bidang datar dengan sisi-sisi tidak saling memotong disebut sebagai graph planar, jika tidak, ia disebut graph tak-planar.
  • 88. Graph Planar (Planar Graph)  Graph Planar Graph K4  Graph tidak planar Graph K5
  • 89. Graph Planar (Planar Graph)  Graph persoalan utilitas (K3,3) bukan graph planar H1 H2 H3 H1 W G E H2 H3 W G E
  • 90. Graph Planar (Planar Graph)  Sisi-sisi pada graph planar membagi bidang menjadi beberapa wilayah (region) atau muka (face). Jumlah wilayah pada graph planar dapat dihitung dengan mudah.  Graph planar yang terdiri atas 6 wilayah R1 R2 R3 R5 R4 R6
  • 91. Graph Planar (Planar Graph) Rumus Euler n – e + f = 2 yang dalam hal ini, R1 f = jumlah wilayah n = 11 e = jumlah sisi e = 7 n = jumlah simpul f = 11-7+2 = 6 R2 R3 R5 R4 R6
  • 92. Teorema Kuratoswki  Berguna untuk menentukan dengan tegas keplanaran suatu graph. (a) (b) (c) (a) Graph Kuratowski pertama (b) dan (c) Graph Kuratowski kedua (keduanya isomorfik)
  • 93. Sifat graph Kuratowski adalah:  Kedua graph Kuratowski adalah graph teratur.  Kedua graph Kuratowski adalah graph tidak-planar  Penghapusan sisi atau simpul dari graph Kuratowski menyebabkannya menjadi graph planar.  Graph Kuratowski pertama adalah graph tidak-planar dengan jumlah simpul minimum, dan graph Kuratowski kedua adalah graph tidak-planar dengan jumlah sisi minimum.
  • 94. TEOREMA Kuratowski  Graph G bersifat planar jika dan hanya jika ia tidak mengandung upagraph yang sama dengan salah satu graph Kuratowski atau homeomorfik (homeomorphic) dengan salah satu dari keduanya. v x y G1 G2 G3 Tiga buah graph yang homemorfik satu sama lain
  • 95. TEOREMA Kuratowski  Graph di bawah ini bukan graph planar karena mengandung upagraph (G1) yang sama dengan K3,3. a b c f e d a b c f e d G G1
  • 96. TEOREMA Kuratowski  G tidak planar karena mengandung upagraph (G1) yang homeomorfik dengan K5 (dengan membuang simpul-simpul yang berderajat 2 dari G1, diperoleh K5). a i b i c d g f e h a b c d g f e h a c g e h G G1 K5
  • 97. Lintasan dan Sirkuit Euler  Lintasan Euler ialah lintasan yang melalui masing-masing sisi di dalam graph tepat satu kali.  Sirkuit Euler ialah sirkuit yang melewati masing-masing sisi tepat satu kali.  Graph yang mempunyai sirkuit Euler disebut graph Euler (Eulerian graph). Graph yang mempunyai lintasan Euler dinamakan juga graph semi-Euler (semi-Eulerian graph).
  • 98. Lintasan dan Sirkuit Euler  Lintasan Euler pada graph (a) : 3, 1, 2, 3, 4, 1  Lintasan Euler pada graph (b) : 1, 2, 4, 6, 2, 3, 6, 5, 1, 3  Sirkuit Euler pada graph (c) : 1, 2, 3, 4, 7, 3, 5, 7, 6, 5, 2, 6,1 2 1 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 (a) (b) (c)
  • 99. Lintasan dan Sirkuit Euler  Sirkuit Euler pada graph (d) : a, c, f, e, c, b, d, e, a, d, f, b, a  Graph (e) dan (f) tidak mempunyai lintasan maupun sirkuit Euler a b d (d) (e) (f) e c f a b c d 1 2 3 4 5 e
  • 100. Lintasan dan Sirkuit Euler  (a) dan (b) graph semi-Euler (c) dan (d) graph Euler  (e) dan (f) bukan graph semi-Euler atau graph Euler 2 1 (a) (b) (c) 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 a (d) (e) (f) b d e c f a b c d 1 2 3 4 5 e
  • 101. TEOREMA  Graph tidak berarah memiliki lintasan Euler jika dan hanya jika terhubung dan memiliki dua buah simpul berderajat ganjil atau tidak ada simpul berderajat ganjil sama sekali
  • 102. TEOREMA  Graph tidak berarah G adalah graph Euler (memiliki sirkuit Euler) jika dan hanya jika setiap simpul berderajat genap.  (Catatlah bahwa graph yang memiliki sirkuit Euler pasti mempunyai lintasan Euler, tetapi tidak sebaliknya)
  • 103. TEOREMA  Graph berarah G memiliki sirkuit Euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap simpul memiliki derajat-masuk dan derajat-keluar sama. G memiliki lintasan Euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap simpul memiliki derajat-masuk dan derajat-keluar sama kecuali dua simpul, yang pertama memiliki derajat-keluar satu lebih besar derajat-masuk, dan yang kedua memiliki derajat-masuk satu lebih besar dari derajat-keluar.
  • 104. Lintasan dan Sirkuit Euler  (a) Graph berarah Euler (a, g, c, b, g, e, d, f, a)  (b) Graph berarah semi-Euler (d, a, b, d, c, b)  (c) Graph berarah bukan Euler maupun semi-Euler a b c e d f g d c a b d c a b (a) (b) (c)
  • 105. Lintasan dan Sirkuit Euler  Bulan sabit Muhammad
  • 106. Lintasan dan Sirkuit Hamilton  Lintasan Hamilton ialah lintasan yang melalui tiap simpul di dalam graph tepat satu kali.  Sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap simpul di dalam graph tepat satu kali, kecuali simpul asal (sekaligus simpul akhir) yang dilalui dua kali.  Graph yang memiliki sirkuit Hamilton dinamakan graph Hamilton, sedangkan graph yang hanya memiliki lintasan Hamilton disebut graph semi- Hamilton.
  • 107. Lintasan dan Sirkuit Hamilton (a) graph yang memiliki lintasan Hamilton (misal: 3, 2, 1, 4) (b) graph yang memiliki lintasan Hamilton (1, 2, 3, 4, 1) (c) graph yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit Hamilton 1 2 4 3 1 2 3 4 1 2 4 3 (a) (b) (c)
  • 108. Lintasan dan Sirkuit Hamilton (a) Dodecahedron Hamilton (b) graph yang mengandung sirkuit Hamilton (a) (b)
  • 109. TEOREMA  Syarat cukup (jadi bukan syarat perlu) supaya graph sederhana G dengan n (³ 3) buah simpul adalah graph Hamilton ialah bila derajat tiap simpul paling sedikit n/2 (yaitu, d(v) ³ n/2 untuk setiap simpul v di G).
  • 110. TEOREMA  Setiap graph lengkap adalah graph Hamilton   Di dalam graph lengkap G dengan n buah simpul (n ³ 3), terdapat (n - 1)!/2 buah sirkuit Hamilton.
  • 111. TEOREMA  Di dalam graph lengkap G dengan n buah simpul (n ³ 3 dan n ganjil), terdapat (n - 1)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas (tidak ada sisi yang beririsan). Jika n genap dan n ³ 4, maka di dalam G terdapat (n - 2)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas.
  • 112. Contoh (Persoalan pengaturan tempat duduk). Sembilan anggota sebuah klub bertemu tiap hari untuk makan siang pada sebuah meja bundar. Mereka memutuskan duduk sedemikian sehingga setiap anggota mempunyai tetangga duduk berbeda pada setiap makan siang. Berapa hari pengaturan tersebut dapat dilaksanakan? Jumlah pengaturan tempat duduk yang berbeda adalah (9 - 1)/2 = 4.
  • 113. Lintasan dan Sirkuit Hamilton 1 2 3 8 5 7 6 9  Graph yang merepresentasikan persoalan pengaturan tempat duduk.
  • 114. Lintasan dan Sirkuit Hamilton/ Euler  Beberapa graph dapat mengandung sirkuit Euler dan sirkuit Hamilton sekaligus, mengandung sirkuit Euler tetapi tidak mengandung sirkuit Hamilton, mengandung sirkuit Euler dan lintasan Hamilton, mengandung lintsan Euler maupun lintasan Hamilton, tidak mengandung lintasan Euler namun mengandung sirkuit Hamilton, dan sebagainya!).
  • 115. Lintasan dan Sirkuit Hamilton/ Euler  Graph (a) mengandung sirkuit 5 Hamilton maupun 1 2 sirkuit Euler  graph (b) mengandung sirkuit 4 3 Hamilton dan lintasan 6 Euler (periksa!). 5 1 2 4 3 (a) (b)
  • 116. Beberapa Aplikasi Graf a. Lintasan Terpendek (Shortest Path)  graf berbobot (weighted graph),  lintasan terpendek: lintasan yang memiliki total bobot minimum. Contoh aplikasi:  Menentukan jarak terpendek/waktu tempuh tersingkat/ongkos termurah antara dua buah kota  Menentukan waktu tersingkat pengiriman pesan (message) antara dua buah terminal pada jaringan komputer.
  • 117. Lintasan Terpendek Terdapat beberapa jenis persoalan lintasan terpendek, antara lain:  Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu.  Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul.  Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain.  Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu. ==> Di dalam kuliah ini kita memilih jenis persoalan 3.
  • 118. Lintasan Terpendek  Uraian persoalan  Diberikan graf berbobot G = (V, E) dan sebuah simpul a. Tentukan lintasan terpendek dari a ke setiap simpul lainnya di G. Asumsi yang kita buat adalah bahwa semua sisi berbobot positif.
  • 119. Lintasan Terpendek  Graph 45 1 2 50 10 35 30 15 15 3 40 20 10 20 3 4 6 5 Simpul asal Simpul Tujuan Lintasan terpendek Jarak 1 3 1 ® 3 10 1 4 1 ® 3 ® 4 25 1 2 1 ® 3 ® 4 ® 2 45 1 5 1 ® 5 45 1 6 tidak ada -
  • 120. Algoritma Dijkstra Merupakan Algoritma menentukan lintasan terpendek yang terkenal. Properti algoritma Dijkstra: 1. Matriks ketetanggaan M[mij] mij = bobot sisi (i, j) (pada graf tak-berarah mij = mji ) mii = 0 mij = ¥, jika tidak ada sisi dari simpul i ke simpul j 2. Larik S = [si] yang dalam hal ini, si = 1, jika simpul i termasuk ke dalam lintasan terpendek si = 0, jika simpul i tidak termasuk ke dalam lintasan terpendek 3. Larik/tabel D = [di] yang dalam hal ini, di = panjang lintasan dari simpul awal s ke simpul i
  • 121. Beberapa Aplikasi Graf b. Persoalan Perjalanan Pedagang (Travelling Salesperson Problem - TSP)  Diberikan sejumlah kota dan jarak antar kota. Tentukan sirkuit terpendek yang harus dilalui oleh seorang pedagang bila pedagang itu berangkat dari sebuah kota asal dan menyinggahi setiap kota tepat satu kali dan kembali lagi ke kota asal keberangkatan. ==> menentukan sirkuit Hamilton yang memiliki bobot minimum.
  • 122. Aplikasi TSP  Pak Pos mengambil surat di kotak pos yang tersebar pada n buah lokasi di berbagai sudut kota.  Lengan robot mengencangkan n buah mur pada beberapa buah peralatan mesin dalam sebuah jalur perakitan.  Produksi n komoditi berbeda dalam sebuah siklus.
  • 123. Travelling Salesperson Problem  Jumlah sirkuit Hamilton di dalam graf lengkap dengan n simpul: (n - 1)!/2. a 12 b 5 9 15 10 d c 8  Graf di atas memiliki (4 – 1)!/2 = 3 sirkuit Hamilton, yaitu: I1 = (a, b, c, d, a) atau (a, d, c, b, a) ==> panjang = 10 + 12 + 8 + 15 = 45 I2 = (a, c, d, b, a) atau (a, b, d, c, a) ==> panjang = 12 + 5 + 9 + 15 = 41 I3 = (a, c, b, d, a) atau (a, d, b, c, a) ==> panjang = 10 + 5 + 9 + 8 = 32
  • 124. Travelling Salesperson Problem  Jadi, sirkuit Hamilton terpendek adalah I3 = (a, c, b, d, a) atau (a, d, b, c, a) dengan panjang sirkuit = 10 + 5 + 9 + 8 = 32. a 12 b 15 10 d c 8 a 12 b 5 9 15 d c a b 5 9 10 8 d c  Jika jumlah simpul n = 20 akan terdapat (19!)/2 sirkuit Hamilton atau sekitar 6 ´ 1016 penyelesaian.
  • 125. Beberapa Aplikasi Graf c. Persoalan Tukang Pos Cina (Chinese Postman Problem)  Dikemukakan oleh Mei Gan (berasal dari Cina) pada tahun 1962.  Masalahnya adalah sebagai berikut: seorang tukang pos akan mengantar surat ke alamat-alamat sepanjang jalan di suatu daerah. Bagaimana ia merencanakan rute perjalanannya supaya ia melewati setiap jalan tepat sekali dan kembali lagi ke tempat awal keberangkatan. ===> menentukan sirkuit Euler di dalam graf.
  • 126. Chinese Postman Problem  Lintasan yang dilalui tukang pos: A, B, C, D, E, F, C, E, B, F, A. B 8 C 8 1 A 3 D 5 F E 2 6 4 4 2
  • 127. PEWARNAAN GRAPH  Sebuah pewarnaan dari graph G adalah sebuah pemetaan warna-warna ke simpul-simpul dari G sedemikian hingga simpul relasinya mempunyai warna warna yang berbeda.
  • 128. BILANGAN KROMATIK  Bilangan kromatik dari G adalah jumlah warna minimum yang diperlukan untuk mewarnai graph G, dilambangkan dgn (G) { adalah huruf Yunani chi }  Berapa bilangan kromatik dari graph lengkap K6, K10 dan Kn ? (Kn) = n c c c
  • 129. ALGORITMA WELCH-POWELL Algoritma Welch-Powell adalah sebuah cara efisien untuk mewarnai sebuah graph G Algoritma Welch-Powell :  Urutkan simpul-simpul G dalam derajat yang menurun. Urutan ini mungkin tidak unik karena bbrp simpul mempunyai derajat sama  Gunakan satu warna untuk mewarnai simpul pertama dan untuk mewarnai, dalam urutan yang berurut setiap simpul dari daftar yang tidak berelasi dengan simpul sebelumnya.  Mulai lagi dengan dengan daftar paling tinggi dan ulangi proses pewarnaan simpul yang tidak berwarna sebelumnya dengan menggunakan warna kedua.  Terus ulangi dengan penambahan warna sampai semua simpul telah diwarnai
  • 130. Contoh V6 V7 V5 V4 V3 V1 V2 Simpul V1 V4 V5 V6 V2 V3 V7 Derajat 5 4 4 4 3 3 3 Warna a b c d b c a Jadi χ(H) = 4 Graph H
  • 131. Contoh  Graph G V2 V4 V5 V6 V3 V1 Simpul V1 V6 V2 V3 V4 V5 Derajat 4 4 3 3 3 3 Warna a a b b c c Jadi χ(G) = 3
  • 132. Contoh  Graph H V6 V5 V4 V1 V2 V3 Simpul V1 V2 V3 V4 V5 V6 Derajat 3 3 3 3 3 3 Warna a b b a a b Jadi χ(H)= 2
  • 133. Contoh  Graph G V6 V2 V4 V3 V5 V1 Simpul V1 V5 V2 V6 V3 V4 Derajat 4 4 3 3 2 2 Warna a b b c c a Jadi χ(G) = 3
  • 134. Contoh  Graph H H G F D E A B C Simpul H A D F B C E G Derajat 5 4 4 4 3 3 3 2 Warna a b b c a c c a Jadi χ(H) = 3
  • 135. Contoh  Adakah graph dengan 1 warna????