SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
PRAKTIKUM FARMASI FISIK 1
“KELARUTAN SEMU / TOTAL”
TEORI 2 KELOMPOK C
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. Nur Itciani Harlin ( NIM : 18123441A )
2. Ridwan ( NIM : 18123442A )
3. Suryana Suwardi ( NIM : 1813444A )
4. Lawini Dilla windari ( NIM : 18123485A )
Tanggal Praktikum : Sabtu, 17 Nopember 2012
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2012
I. JUDUL
Kelarutan semu / total (apparent solubility)
II. TUJUAN
Mengetahui pengaruh pH larutan terhadap kelarutan bahan obat yang
bersifat asam lemah.
III. DASAR TEORI
Bahan-bahan obat sebagian besar berupa senyawa organik yang
berifat asam lemah atau basa lemah, dengan demikian faktor pH sangat
mempengaruhi kelarutannya. Untuk obat-obat yang besofat asam lemah, pada
pH yang absolute rendah zat tersebut praktis tidak mengalami ionisasi.
Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut sebagai kelarutan intrinsik.
Jika pH dinaikkan, maka kelarutan pun akan meningkat, karena selain
terbentuk larutan jenuhobat dalam bentuk molekuk yang berbentuk ion, seperti
terlihat pada kesetimbangan ionisasi skema gambar 1.
HAaq H1
aq + A-
aq
(SO) (S – SO)
HAs
Gambar 1. Skema kesetimbangan ionisasi asam lemah dalam keadaan jenuh.
So = (HA)aq kelarutan intrinsic
S = (HA)aq + (A-
) aq = apparent solubility
Adapun fraksi obat yang terionkan (fi) dan fraksi obat yang tidak
terionkan (fu) dalam larutan, hubungannya dengan pH larutan mengikuti
persamaan Hendesron-Hesselbalch :
pH = pKa + log (fi)/(fu) (1)
Dari uraian diatas dalam keadaan jenuh, persamaan (1) dapat diubah menjadi :
pH = pKa + log (S-So)/(So) (2)
log (So-S)/(S) = pH – pKa (3)
Apabila besarnya pH sama dengan pKa, maka kelarutan obat menjadi
dua kali kelarutan intrinsiknya, jika besarnya pH satu unit diatas pKa kelarutan
obat menjadi 11 kali kelarutan intrinsiknya, dan jika besarnya dua unit diatas
harga pKa, maka kelarutannya mningkat menjadi 101 kali kelarutan
intrinsiknya.
IV. ALAT
1. Shaking thermostatic waaterbath
2. Centrifuge
3. Flakon
4. Pipet ukur 10 ml
5. Pipet ukur 25 ml
6. Pipet tetes
7. Kuvet
8. Spektrometri UV Vis
9. Siring
10. Disolusi Tester
11. Gelas – gelas ukur
12. Kalkulator
13. Tissue
14. Batang pengaduk
V. BAHAN
1. Asam asetil salisilat 30 mg
2. Aquades
3. Larutan dapar fosfat dengan berbagai pH dengan kekuatan ion tertentu
4. Alkohol
VI. CARA KERJA
1. Membuat larutan dapar phosfat ph 4,5 konsentrasi 0,05 M :
 Menimbang natrium asetat sebanyak 5,98 gram
 Mengambil asam asetat glasial sebanyak 3,32 ml dengan gelas
ukur
 Memasukan natrium asetat kedalam labu takar 2 liter, ditambah
asam asetat glasial, kocok larut, kemudian cukupkan dengan
aquadest sampai 2 liter
2. Membuat kurva baku :
 Menimbang asetosal sebanyak 30 mg
 Memasukan asetosal kedalam labu takar kemudian
menambahkan alkohol 96% secukupnya, kocok sampai asetosal
larut
 Cukupkan dengan aquadest sampai 25 ml
 Mengambil larutan stok masing-masing sebanyak 5 ml ; 6 ml ;
7 ml ; 8 ml ; 9 ml ; 10 ml ; 11 ml
 Mengencerkan masing-masing stok dengan larutan dapar asetat
ph 4,5 sampai 25 ml
 Menghitung konsentrasi dari masing-masing stok dengan
rumus =
Mencari absorbansi masing-masing stok dengan menggunakan
alat spektrofotometer UV-VIS
Memasukan data konsentrasi dan absorbansi dari masing-
masing larutan stok kedalam tabel kurva baku
3. Menimbang asetosal untuk sample sebanyak 500 mg
4. Memanaskan media dapar sampai suhu 37°C
5. Memasukan acetosal kedalam media dapar setelah suhu yang
dimaksudkan untuk percobaan tercapai
6. Mengaktifkan pengaduk pada kecepatan 100 rpm ; 150 rpm dan 200
rpm selama 15 menit
7. Ambil sampel masukan di kuvet.
8. Mencari absorbansi pada λ = 265 mm dari larutan sampel
menggunakkan spektrofotometer UV-VIS
9. Menghitung konsentrasi dari sample.
VII. HASIL PRATIKUM
 Data dan perhitungan
Volume (mL) Konsentrasi Absorbansi
5 mL
6 mL
7 mL
8 mL
9 mL
10 mL
11 mL
6
7,2
8,4
9,6
10,8
12
13,2
0,103
0,127
0,147
0,170
0,204
0,226
0,262
a = - 0,3214
b = 0,02178
r = 0,9962
Perhitungan untuk menentukan kosentrasi :
5 ml
C1 x V1 = C2 x V2
30 x 5 = C2 x 25
C2 = 6
6 ml
C1 x V1 = C2 x V2
30 x 6 = C2 x 25
C2 = 7,2
7 ml
C1 x V1 = C2 x V2
30 x 7 = C2 x 25
C2 = 8,4
8 ml
C1 x V1 = C2 x V2
30 x 8 = C2 x 25
C2 = 9,6
9 ml
C1 x V1 = C2 x V2
30 x 9 = C2 x 25
C2 = 10,8
10 ml
C1 x V1 = C2 x V2
30 x 10 = C2 x 25
C2 = 12
11 ml
C1 x V1 = C2 x V2
30 x 11 = C2 x 25
C2 = 13,2
 pada 100 rpm
y = A + Bx
x =
𝑦−𝐴
𝐵
x =
1,724 − ( −0,03214)
0,02178
x =
1,75014
0,02178
x = 80.63 ppm = 80,63 mg/L
x = 80,63 mg/L × 0,5 L
x = 40,31 mg
Kadar yang diperoleh adalah =
40,31
50
× 100 % = 80,62 %
RPM Absorbansi
100
150
200
1,724
1,718
1,783
 pada 150 rpm
y = A + Bx
x =
𝑦−𝐴
𝐵
x =
1,718 − ( −0,03214)
0,02178
x =
1,75041
0,02178
x = 80.35 ppm = 80,35 mg/L
x = 80,35 mg/L × 0,5 L
x = 40,17 mg
Kadar yang diperoleh adalah =
40,17
50
× 100 % = 80,35 %
 pada 200 rpm
y = A + Bx
x =
𝑦−𝐴
𝐵
x =
1,783 − ( −0,03214)
0,02178
x =
1,8151
0,02178
x = 83,34 ppm = 83,34 mg/l
x = 83,34 mg/L × 0,5 L
x = 41,67 mg
Kadar yang diperoleh adalah =
41,67
50
× 100 % = 83,34 %
 GRAFIK
VIII. PEMBAHASAN
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Pada percobaan ini
digunakan sampel yaitu asetosal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan
surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan
mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan
mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi
kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut
0.103
0.127
0.147
0.17
0.204
0.226
0.262
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
6 7.2 8.4 9.6 10.8 12 13.2
kurva baku
a
b
s
o
r
b
a
n
k o n s e n t r a s i
80.62% 80.34%
83.32%
78.00%
79.00%
80.00%
81.00%
82.00%
83.00%
84.00%
100 150 200
Persentase(%)
Kadar Larutan
RPM
daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama
(cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat
disebut cosolvent.
Percobaan dilakukan dengan cara berikut :
1. Membuat larutan Dapar Asetat
2. Membuat Kurva baku
4. Masing-masing kelompok menimbang asetosal 50 mg
I. 100 rpm
II.150 rpm
III.200 rpm
5. Baru menggunakan spektro λ 265 mm
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilkukan maka dapat disimpulkan
bahwa semakin besar pH pelarut yang diguanakan untuk melarutkan suatu zat
maka akan semakin besar pula angka kelarutannya, begitu pula sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah :
Volume (mL) Konsentrasi Absorbansi
5 mL
6 mL
7 mL
8 mL
9 mL
10 mL
11 mL
6
7,2
8,4
9,6
10,8
12
13,2
0,103
0,127
0,147
0,170
0,204
0,226
0,262
a = - 0,3214
b = 0,02178
r = 0,99627
RPM Absorbansi
100
150
200
1,724
1,718
1,783
Kadar yang diperoleh pada 100 rpm = 80,62 %
Kadar yang diperoleh pada 150 rpm = 80,35 %
Kadaryang diperoleh pada 200 rpm = 83,34 %
X. DAFTAR PUSATAKA
 Dzakwan , Muhammad dan Dewi Ekowati. 2011 . Petunjuk praktikum farmasi fisik I
. Universitas Setia Budi , hal 18
 Internet, 2012, Kelarutan Semu / total , www.wikipedia.com
XI. DISKUSI
1. Apa saja yang dapat mempengaruhi harga pKa dan terangkan mengapa
berpengaruh?
 Yang mempengaruhi harga pKa adalah pH, apabila besarnya pH sama dengan
pKa makakelarutan obat menjadi 2 kali kelarutan intrinsiknya. Jika besarnya
ph satu unit diatas pKa kelarutan obat menjadi 11 kalikelarutan intrinsiknya,
dan jika besarnya 2 unit diatas harga pKa maka kelarutannya meningkat
menjadi 101 kali kelarutan intrinsiknya.
2. Bagaimana rumus perhitungan kelarutan untuk bahan-bahan obat yang besifat asam
lemah?
 Rumusnya adalah :
pH = pKa + log (S-So)/(So)
log (So-S)/(S) = pH – pKa
Kelarutan Semu

More Related Content

What's hot

Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidHafni Zuhroh
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrikTrie Marcory
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolKezia Hani Novita
 
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxBahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxFajrianAulia
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMulky Smaikers
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabMaranata Gultom
 
Asam karboksilat
Asam karboksilatAsam karboksilat
Asam karboksilatargentum17
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIarymita
 

What's hot (20)

Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
 
Titik lebur
Titik leburTitik lebur
Titik lebur
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxBahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )
 
Pembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensiPembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensi
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tab
 
Asam karboksilat
Asam karboksilatAsam karboksilat
Asam karboksilat
 
BCS kelas 1
BCS kelas 1BCS kelas 1
BCS kelas 1
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
 
125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
soal farmasetika
soal farmasetikasoal farmasetika
soal farmasetika
 

Viewers also liked

Kelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik ObatKelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik ObatRidwan
 
Sifat Koligatif
Sifat KoligatifSifat Koligatif
Sifat KoligatifRidwan
 
Hemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusHemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusRidwan
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
AlkalimetriRidwan
 
Tes Cerebellum
Tes CerebellumTes Cerebellum
Tes CerebellumRidwan
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiRidwan
 
Permanganometri
PermanganometriPermanganometri
PermanganometriRidwan
 
Kerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisKerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisRidwan
 
Analisis Kuantitatif Kation
Analisis Kuantitatif KationAnalisis Kuantitatif Kation
Analisis Kuantitatif KationRidwan
 

Viewers also liked (10)

Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Kelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik ObatKelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik Obat
 
Sifat Koligatif
Sifat KoligatifSifat Koligatif
Sifat Koligatif
 
Hemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusHemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan Apus
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
Alkalimetri
 
Tes Cerebellum
Tes CerebellumTes Cerebellum
Tes Cerebellum
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii
 
Permanganometri
PermanganometriPermanganometri
Permanganometri
 
Kerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisKerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat Jenis
 
Analisis Kuantitatif Kation
Analisis Kuantitatif KationAnalisis Kuantitatif Kation
Analisis Kuantitatif Kation
 

Similar to Kelarutan Semu

zanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptxzanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptxekasaputri27
 
Penentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanPenentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanSepta Septy
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenKezia Hani Novita
 
09 m amirul hidayat asetosal
09 m amirul hidayat asetosal09 m amirul hidayat asetosal
09 m amirul hidayat asetosalRismaIntantri
 
3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.ppt3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.pptarava3
 
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatikPengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatikanandajpz
 
preformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tabpreformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tabMaranata Gultom
 
5_6111660195018966480.pdf
5_6111660195018966480.pdf5_6111660195018966480.pdf
5_6111660195018966480.pdfsetiawan76
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
 
ppt analisis pemta blablablalllll_1.pptx
ppt analisis pemta blablablalllll_1.pptxppt analisis pemta blablablalllll_1.pptx
ppt analisis pemta blablablalllll_1.pptxbagusPr1
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...Muhamad Imam Khairy
 
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletLaporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletqlp
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairIffa M.Nisa
 
Design Experimen Produk Tahu
Design Experimen Produk TahuDesign Experimen Produk Tahu
Design Experimen Produk Tahuanapriyangga
 
Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1Uda TrooPer
 

Similar to Kelarutan Semu (20)

zanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptxzanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptx
 
Penentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanPenentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringan
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofen
 
09 m amirul hidayat asetosal
09 m amirul hidayat asetosal09 m amirul hidayat asetosal
09 m amirul hidayat asetosal
 
3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.ppt3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.ppt
 
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatikPengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
preformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tabpreformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tab
 
5_6111660195018966480.pdf
5_6111660195018966480.pdf5_6111660195018966480.pdf
5_6111660195018966480.pdf
 
I
II
I
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
 
Asam cuka
Asam cukaAsam cuka
Asam cuka
 
ppt analisis pemta blablablalllll_1.pptx
ppt analisis pemta blablablalllll_1.pptxppt analisis pemta blablablalllll_1.pptx
ppt analisis pemta blablablalllll_1.pptx
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
 
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletLaporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Design Experimen Produk Tahu
Design Experimen Produk TahuDesign Experimen Produk Tahu
Design Experimen Produk Tahu
 
Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1
 

Recently uploaded

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 

Recently uploaded (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 

Kelarutan Semu

  • 1. PRAKTIKUM FARMASI FISIK 1 “KELARUTAN SEMU / TOTAL” TEORI 2 KELOMPOK C NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1. Nur Itciani Harlin ( NIM : 18123441A ) 2. Ridwan ( NIM : 18123442A ) 3. Suryana Suwardi ( NIM : 1813444A ) 4. Lawini Dilla windari ( NIM : 18123485A ) Tanggal Praktikum : Sabtu, 17 Nopember 2012 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI 2012
  • 2. I. JUDUL Kelarutan semu / total (apparent solubility) II. TUJUAN Mengetahui pengaruh pH larutan terhadap kelarutan bahan obat yang bersifat asam lemah. III. DASAR TEORI Bahan-bahan obat sebagian besar berupa senyawa organik yang berifat asam lemah atau basa lemah, dengan demikian faktor pH sangat mempengaruhi kelarutannya. Untuk obat-obat yang besofat asam lemah, pada pH yang absolute rendah zat tersebut praktis tidak mengalami ionisasi. Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut sebagai kelarutan intrinsik. Jika pH dinaikkan, maka kelarutan pun akan meningkat, karena selain terbentuk larutan jenuhobat dalam bentuk molekuk yang berbentuk ion, seperti terlihat pada kesetimbangan ionisasi skema gambar 1. HAaq H1 aq + A- aq (SO) (S – SO) HAs Gambar 1. Skema kesetimbangan ionisasi asam lemah dalam keadaan jenuh. So = (HA)aq kelarutan intrinsic S = (HA)aq + (A- ) aq = apparent solubility Adapun fraksi obat yang terionkan (fi) dan fraksi obat yang tidak terionkan (fu) dalam larutan, hubungannya dengan pH larutan mengikuti persamaan Hendesron-Hesselbalch : pH = pKa + log (fi)/(fu) (1)
  • 3. Dari uraian diatas dalam keadaan jenuh, persamaan (1) dapat diubah menjadi : pH = pKa + log (S-So)/(So) (2) log (So-S)/(S) = pH – pKa (3) Apabila besarnya pH sama dengan pKa, maka kelarutan obat menjadi dua kali kelarutan intrinsiknya, jika besarnya pH satu unit diatas pKa kelarutan obat menjadi 11 kali kelarutan intrinsiknya, dan jika besarnya dua unit diatas harga pKa, maka kelarutannya mningkat menjadi 101 kali kelarutan intrinsiknya. IV. ALAT 1. Shaking thermostatic waaterbath 2. Centrifuge 3. Flakon 4. Pipet ukur 10 ml 5. Pipet ukur 25 ml 6. Pipet tetes 7. Kuvet 8. Spektrometri UV Vis 9. Siring 10. Disolusi Tester 11. Gelas – gelas ukur 12. Kalkulator 13. Tissue 14. Batang pengaduk V. BAHAN 1. Asam asetil salisilat 30 mg 2. Aquades 3. Larutan dapar fosfat dengan berbagai pH dengan kekuatan ion tertentu 4. Alkohol
  • 4. VI. CARA KERJA 1. Membuat larutan dapar phosfat ph 4,5 konsentrasi 0,05 M :  Menimbang natrium asetat sebanyak 5,98 gram  Mengambil asam asetat glasial sebanyak 3,32 ml dengan gelas ukur  Memasukan natrium asetat kedalam labu takar 2 liter, ditambah asam asetat glasial, kocok larut, kemudian cukupkan dengan aquadest sampai 2 liter 2. Membuat kurva baku :  Menimbang asetosal sebanyak 30 mg  Memasukan asetosal kedalam labu takar kemudian menambahkan alkohol 96% secukupnya, kocok sampai asetosal larut  Cukupkan dengan aquadest sampai 25 ml  Mengambil larutan stok masing-masing sebanyak 5 ml ; 6 ml ; 7 ml ; 8 ml ; 9 ml ; 10 ml ; 11 ml  Mengencerkan masing-masing stok dengan larutan dapar asetat ph 4,5 sampai 25 ml  Menghitung konsentrasi dari masing-masing stok dengan rumus = Mencari absorbansi masing-masing stok dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS Memasukan data konsentrasi dan absorbansi dari masing- masing larutan stok kedalam tabel kurva baku 3. Menimbang asetosal untuk sample sebanyak 500 mg 4. Memanaskan media dapar sampai suhu 37°C 5. Memasukan acetosal kedalam media dapar setelah suhu yang dimaksudkan untuk percobaan tercapai 6. Mengaktifkan pengaduk pada kecepatan 100 rpm ; 150 rpm dan 200 rpm selama 15 menit 7. Ambil sampel masukan di kuvet. 8. Mencari absorbansi pada λ = 265 mm dari larutan sampel menggunakkan spektrofotometer UV-VIS 9. Menghitung konsentrasi dari sample.
  • 5. VII. HASIL PRATIKUM  Data dan perhitungan Volume (mL) Konsentrasi Absorbansi 5 mL 6 mL 7 mL 8 mL 9 mL 10 mL 11 mL 6 7,2 8,4 9,6 10,8 12 13,2 0,103 0,127 0,147 0,170 0,204 0,226 0,262 a = - 0,3214 b = 0,02178 r = 0,9962 Perhitungan untuk menentukan kosentrasi : 5 ml C1 x V1 = C2 x V2 30 x 5 = C2 x 25 C2 = 6 6 ml C1 x V1 = C2 x V2 30 x 6 = C2 x 25 C2 = 7,2 7 ml C1 x V1 = C2 x V2 30 x 7 = C2 x 25 C2 = 8,4 8 ml C1 x V1 = C2 x V2 30 x 8 = C2 x 25 C2 = 9,6
  • 6. 9 ml C1 x V1 = C2 x V2 30 x 9 = C2 x 25 C2 = 10,8 10 ml C1 x V1 = C2 x V2 30 x 10 = C2 x 25 C2 = 12 11 ml C1 x V1 = C2 x V2 30 x 11 = C2 x 25 C2 = 13,2  pada 100 rpm y = A + Bx x = 𝑦−𝐴 𝐵 x = 1,724 − ( −0,03214) 0,02178 x = 1,75014 0,02178 x = 80.63 ppm = 80,63 mg/L x = 80,63 mg/L × 0,5 L x = 40,31 mg Kadar yang diperoleh adalah = 40,31 50 × 100 % = 80,62 % RPM Absorbansi 100 150 200 1,724 1,718 1,783
  • 7.  pada 150 rpm y = A + Bx x = 𝑦−𝐴 𝐵 x = 1,718 − ( −0,03214) 0,02178 x = 1,75041 0,02178 x = 80.35 ppm = 80,35 mg/L x = 80,35 mg/L × 0,5 L x = 40,17 mg Kadar yang diperoleh adalah = 40,17 50 × 100 % = 80,35 %  pada 200 rpm y = A + Bx x = 𝑦−𝐴 𝐵 x = 1,783 − ( −0,03214) 0,02178 x = 1,8151 0,02178 x = 83,34 ppm = 83,34 mg/l x = 83,34 mg/L × 0,5 L x = 41,67 mg Kadar yang diperoleh adalah = 41,67 50 × 100 % = 83,34 %
  • 8.  GRAFIK VIII. PEMBAHASAN Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Pada percobaan ini digunakan sampel yaitu asetosal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut 0.103 0.127 0.147 0.17 0.204 0.226 0.262 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 6 7.2 8.4 9.6 10.8 12 13.2 kurva baku a b s o r b a n k o n s e n t r a s i 80.62% 80.34% 83.32% 78.00% 79.00% 80.00% 81.00% 82.00% 83.00% 84.00% 100 150 200 Persentase(%) Kadar Larutan RPM
  • 9. daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent. Percobaan dilakukan dengan cara berikut : 1. Membuat larutan Dapar Asetat 2. Membuat Kurva baku 4. Masing-masing kelompok menimbang asetosal 50 mg I. 100 rpm II.150 rpm III.200 rpm 5. Baru menggunakan spektro λ 265 mm XI. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan yang telah dilkukan maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar pH pelarut yang diguanakan untuk melarutkan suatu zat maka akan semakin besar pula angka kelarutannya, begitu pula sebaliknya. Data yang diperoleh adalah : Volume (mL) Konsentrasi Absorbansi 5 mL 6 mL 7 mL 8 mL 9 mL 10 mL 11 mL 6 7,2 8,4 9,6 10,8 12 13,2 0,103 0,127 0,147 0,170 0,204 0,226 0,262 a = - 0,3214 b = 0,02178 r = 0,99627 RPM Absorbansi 100 150 200 1,724 1,718 1,783
  • 10. Kadar yang diperoleh pada 100 rpm = 80,62 % Kadar yang diperoleh pada 150 rpm = 80,35 % Kadaryang diperoleh pada 200 rpm = 83,34 %
  • 11. X. DAFTAR PUSATAKA  Dzakwan , Muhammad dan Dewi Ekowati. 2011 . Petunjuk praktikum farmasi fisik I . Universitas Setia Budi , hal 18  Internet, 2012, Kelarutan Semu / total , www.wikipedia.com XI. DISKUSI 1. Apa saja yang dapat mempengaruhi harga pKa dan terangkan mengapa berpengaruh?  Yang mempengaruhi harga pKa adalah pH, apabila besarnya pH sama dengan pKa makakelarutan obat menjadi 2 kali kelarutan intrinsiknya. Jika besarnya ph satu unit diatas pKa kelarutan obat menjadi 11 kalikelarutan intrinsiknya, dan jika besarnya 2 unit diatas harga pKa maka kelarutannya meningkat menjadi 101 kali kelarutan intrinsiknya. 2. Bagaimana rumus perhitungan kelarutan untuk bahan-bahan obat yang besifat asam lemah?  Rumusnya adalah : pH = pKa + log (S-So)/(So) log (So-S)/(S) = pH – pKa