SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Universitas Pendidikan Indonesia
        Sekolah Pasca Sarjana
Program Studi Administrasi Pendidikan




              Tugas Makalah:
       “Konsep Sekolah yang Baik:
      Tinjauan Filosofis Pendidikan”
 Kuliah: Filsafat Administrasi Pendidikan
                   (AP801)
     Dosen: Prof. DR.H. Akdon, M.PD
        Mahasiswa: Djadja Sardjana - 0907904



                                               18 November 2009
Konsep Sekolah yang Baik:
                              Tinjauan Filosofis Pendidikan
       Menurut Wikipedia, Sekolah berasal dari bahasa Yunani σχολή (schole), yang aslinya
berarti "kesenangan", atau juga "Tempat yang menyenangkan" (Gambar-1). Sekolah adalah
sebuah lembaga yang dirancang untuk memungkinkan dan mendorong siswa (atau "murid")
untuk belajar di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan
formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa mengalami kemajuan melalui
serangkaian tingktan sekolah. Nama-nama untuk sekolah berbeda di setiap negara, tetapi
umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak dan sekolah menengah bagi remaja yang
telah menyelesaikan pendidikan dasar.
       Selain sekolah-sekolah inti ini, siswa di negara tertentu mungkin juga memiliki akses ke
dan menghadiri sekolah-sekolah sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK
atau pra-sekolah memberikan beberapa sekolah untuk anak-anak yang masih sangat kecil
(biasanya usia 3-5). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari mungkin akan
tersedia setelah (atau sebagai pengganti) sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga
didedikasikan untuk satu bidang tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Sekolah
dapat menyediakan Alternatif kurikulum dan metode non-tradisional.
       Dalam makalah ini akan dibahas mengenai landasan filosofis penyelenggaraan sekolah
yang baik , konsep dan karakteristiknya.




                       Gambar-1 Sekolah Zaman Plato di Athena-Yunani


Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                      Hal 2
A. Sejarah dan perkembangan sekolah
       Konsep pengelompokan siswa bersama-sama dalam sebuah lokasi terpusat untuk
belajar telah ada sejak zaman klasik. Sekolah formal telah ada setidaknya sejak Yunani kuno,
India kuno dan Cina kuno. Kekaisaran Bizantium memiliki sistem pendidikan yang mapan yang
dimulai pada tingkat dasar. Menurut Tradisi dan Encounters, pendirian sistem pendidikan dasar
dimulai pada tahun 425 AD dan "... personil militer biasanya memiliki setidaknya pendidikan
dasar ...". Efisien dan yang kadang-kadang sering pemerintah besar Kekaisaran berarti bahwa
warga negara yang terdidik suatu keharusan. Meskipun Byzantium kehilangan banyak
kemegahan budaya Romawi dan pemborosan karena kebutuhan untuk bertahan hidup,
kekaisaran menekankan efisiensi dalam perang. Sistem pendidikan Bizantium berlanjut hingga
runtuhnya kekaisaran pada tahun 1453 AD.


       Islam adalah kebudayaan lain untuk mengembangkan sistem pendidikan dalam
pengertian modern. Penekanan diletakkan pada pengetahuan, karena itu cara yang sistematis
mengajar dan penyebaran pengetahuan dikembangkan dalam s tujuan truktur yang dibangun.
Pada awalnya, masjid menggabungkan kinerja keagamaan dan kegiatan belajar. Pada abad
kesembilan, Madrasah diperkenalkan, sekolah yang dibangun secara independen dari masjid.
Mereka juga yang pertama membuat sistem Madrasah milik umum di bawah kendali khalifah.
Madrasah Nizamiyya dianggap secara konsensus oleh para ahli menjadi awal sekolah yang
masih bertahan, dibangun menuju 1066 Masehi oleh Emir Nizam Al-Mulk.
       Dibawah Dinasti Utsmani, kota Bursa dan Edirne menjadi pusat-pusat belajar utama.
Sistem Ottoman Kulliye, sebuah bangunan yang berisi kompleks masjid, rumah sakit, madrasah,
dan dapur umum dan area makan, merevolusi sistem pendidikan, membuat pembelajaran yang
dapat diakses publik yang lebih luas melalui makanan gratis, perawatan kesehatan dan kadang-
kadang gratis akomodasi.
       Sejarawan abad kesembilan belas, Scott menyatakan bahwa korespondensi yang luar
biasa ada antara prosedur yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga dan metode-metode masa
kini. Mereka memiliki kursus perguruan tinggi mereka, mereka hadiah untuk kecakapan dalam
beasiswa, mereka kontes pidato dan puitis, tanggal-tanggal mereka dan derajat mereka. Di
departemen kedokteran, yang parah dan berkepanjangan pemeriksaan, yang dilakukan oleh
dokter yang paling terkemuka ibukota, yang dituntut dari semua kandidat berkeinginan
mempraktekkan profesi mereka, dan seperti tidak mampu bertahan dalam ujian kompeten
diucapkan secara resmi.
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                    Hal 3
Di Eropa selama Abad Pertengahan dan sebagian besar periode Modern Awal, tujuan
utama sekolah (sebagai lawan dari universitas) adalah untuk mengajar bahasa Latin. Hal ini
menyebabkan istilah tata bahasa yang sekolah di Amerika Serikat digunakan secara informal
untuk mengacu ke sekolah dasar tetapi di Kerajaan Inggris berarti sekolah yang memilih
pendatang pada kemampuan atau bakat mereka. Setelah ini, kurikulum sekolah secara
bertahap diperluas dengan memasukkan keaksaraan dalam bahasa daerah serta teknis, artistik,
ilmiah dan praktis mata pelajaran.
       Sebelumnya banyak dari sekolah umum di Amerika Serikat adalah sekolah dengan
hanya satu guru mengajar tujuh anak laki-laki dan perempuan di kelas yang sama. Dimulai pada
tahun 1920-an, sekolah-sekolah itu digabungkan dalam beberapa fasilitas ruang.




                          Gambar-2 Sejarah Perkembangan Sekolah



Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                   Hal 4
B. Tinjauan Umum tentang Filsafat Pendidikan
       Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir.
Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah
berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Tegasnya, filsafat adalah karya akal manusia
yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan
ilmu atau pendekatan yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang seringkali disebut sebagai raksasa pemikir
Barat, filsafat adalah ilmu pokok yang merupakan pangkal dari segala pengetahuan.
       Karena luasnya lapangan filsafat, orang sepakat mempelajari filsafat dengan dua cara,
yaitu mempelajari sejarah perkembangannya (metode historis) dan mempelajari isi atau
pembahasannya dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis). Dalam metode historis
orang mempelajari sejarah perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala sehingga
sekarang. Di sini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana
timbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan tentang
keagamaan. Dalam metode sistematis orang membahas isi persoalan ilmu filsafat itu dengan
tidak mementingkan sejarahnya. Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam bidang-
bidang yang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan mana yang benar dan yang
salah menurut pertimbangan akal, bagaimana cara berpikir yang benar dan mana yang salah.
Dalam bidang etika dipersoalkan tentang manakah yang baik dan yang buruk dalam perbuatan
manusia. Dalam metode sistematis ini para filsuf dikonfrontasikan tanpa mempersoalkan
periodasi masing-masing.
       Filsafat itu sangat luas cakupan pembahasannya, yang ditujunya adalah mencari hakihat
kebenaran atas segala sesuatu yang meliputi kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika),
serta mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini
lapangan-lapangan yang paling utama dalam filsafat selalu berputar di sekitar logika,
metafisika, dan etika. Dengan memperhatikan sejarah serta perkembangannya, filsafat
mempunyai beberapa cabang yaitu: (1) Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik
fisika, hakikat yang bersifat transenden dan berada di luar jangkauan pengalaman manusia; (2)
Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah; (3) Etika: filsafat tentang perilaku
yang baik dan yang buruk; (4) Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek; (5)
Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan; (6) Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat
agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan
sebagainya.
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                         Hal 5
Filsafat akan memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang
tersusun dengan tertib, tentang kebenaran. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai,
menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru serta membangun
keyakinan atas dasar kematangan intelektual. Filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi dapat
dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Filsafat akan memberikan dasar-dasar pengetahuan
yang dibutuhkan untuk hidup secara baik, bagaimana hidup secara baik dan bahagia. Dengan
kata lain, tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika
(kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
       Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-
aspek kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan
pengetahuan banu, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey
(1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teon umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai
suatu sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis
dan memerlukan jawaban filosofis pula.
       Setiap praktik pendidikan atau pembelajaran tidak terlepas dari sejumlah masalah
dalam mencapai tujuannya. Upaya pemecahan masalah tersebut akan memerlukan landasan
teoretis-filosofis mengenai apa hakikat pendidikan dan bagaimana proses pendidikan
dilaksanakan. Henderson dalam Sadulloh (2004) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan
adalah filsafat yang diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah
pendidikan. Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan merupakan suatu
sumbangan yang berharga dalam pengembangan pendidikan, baik pada tataran teoretis
maupun praktis. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir dengan cabang-cabangnya (metafisika,
epistemologi, dan aksiologi) dapat mendasari pemikiran tentang pendidikan.
       Menurut Brubacher (1959), terdapat tiga prinsip filsafat yang berkaitan dengan
pendidikan, yaitu: (1) persoalan etika atau teori nilai; (2) persoalan epistemologi atau teori
pengetahuan; dan (3) persoalan metafisika atau teoni hakikat realitas. Untuk menentukan
tujuan pendidikan, memotivasi belajar, mengukur hasil, pendidikan akan berhubungan dengan
tata nilai. Persoalan kuriikulum akan berkaitan dengan epistemologi. Pembahasan tentang
hakikat realitas, pandangan tentang hakikat dunia dan hakikat manusia khususnya, diperlukan
untuk menentukan tujuan akhir pendidikan.
       Metafisika memberikan sumbangan pemikiran dalam membahas hakikat manusia pada
umumnya, khususnya yang berkaitan dengan hakikat anak, yang bermanfaat dalam
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                      Hal 6
menentiikan tujuan akhir pendidikan. Mempelajari metafisika perlu sekali untuk mengontrol
tujuan pendidikan dan untuk mengetahui bagaimana dunia anak. Epistemologi sebagai teori
pengetahuan, tidak hanya menentukan pengetahuan mana yang harus dipelajari tetapi juga
menentukan bagaimana seharusnya siswa belajar dan bagaimana guru mengajar. Pendidikan
perlu mengetahui persoalan belajar untuk mengembangkan kurikulum, proses dan metode
belajar. Aksiologi akan menentukan nilai-nilai yang baik dan yang buruk yang turut menentukan
perbuatan pendidikan. Aksiologi dibutuhkan dalam pendidikan, karena pendidikan harus
menentukan nilai-nilai mana yang akan dicapai melalui proses pendidikan. Disadari atau tidak,
pendidikan akan berhubungan dengan nilai, dan pendidikan harus menyadari kepentingan nilai-
nilai tersebut.
       Dalam arti luas filsafat pendidikan mencakup filsafat praktek pendidikan dan filsafat
ilmu pendidikan (Mudyahardjo, 2001). Filsafat praktek pendidikan membahas tentang
bagaimana seharusnya       pendi-dikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan
manusia mencakup filsafat praktek pendidikan dan filsafat sosial pendidikan. Filsafat ilmu
pendidikan adalah analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai bentuk teori
pendidikan. Aspek filsafat dalam ilmu pendidikan dapat dilihat berdasarkan empat kategori
sebagai berikut: (1) Ontologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat substansi dan
pola organisasi ilmu pendidikan; (2) Epistemologi ilmu pendidikan yang membahas tentang
hakekat objek formal dan material ilmu pendidikan; (3) Metodologi ilmu pendidikan yang
membahas tentang hakekat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan; (4) Aksiologi
ilmu pendidikan, membahas tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu
pendidikan.
       Kajian terhadap fisafat pendidikan akan memadukan keempat aspek tersebut di atas
sebagai landasan dalam menjawab tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut: (1) Apakah
sebenarnya pendidikan itu? (2) apakah tujuan pendidikan sebenarnya? dan (3) Dengan cara apa
tujuan pendidikan itu dapat dicapai? (Henderson, 1959). Jawaban masalah pokok tersebut
tertuang dalam: (1) Tujuan pendidikan: (2) Kurikulum, (3) Metode pendidikan, (4) Peranan
peserta didik; dan (5) Peran tenaga pendidik.
       Dalam sejarah perkembangan filsafat telah lahir sejumlah aliran filsafat. Dengan adanya
aliran-aliran filsafat, maka konsepsi mengenai filsafat pendidikan telah dipengaruhi oleh aliran-
aliran tersebut. Dengan memperhatikan obyek filsafat dan masalah pokok pendidikan,
selanjutnya akan dibahas aliran filsafat idealisme dan realisme dalam melandasi
pengembangan teori pendidikan.
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                        Hal 7
C. Konsep Sekolah yang Baik dari Tinjauan Filosofis Pendidikan

        Penyelenggaraan sekolah yang baik perlu didasari filosofi pendidikan. Filosofi ini harus
menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas
yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif,
inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik. Filosofi itu juga harus berpandangan bahwa dalam proses belajar
mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan,
mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ),
emosional (EQ), dan Spiritual (SQ).

        Filosofi itu juga harus menekankan bahwa pendidikan berfungsi dan relevan dengan
kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub
sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi,
pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara
internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu:
learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan
patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga
sampai kepada integritas penyelenggaranya.

   1. Filsafat Pendidikan Progresivisme

           Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang
   berdiri sendiri, melainkan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
   Selama dua puluh tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Banyak
   guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, karena guru telah mempelajari dan memahami
   filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya. Kaum progresif sendiri mengkiritik
   filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan
   secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat,
   agar lebih cepat mencapai tujuan.

           Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah
   tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif dan banyak
   hal-hal yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena

Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                       Hal 8
dengan imbauannya kepada guru-guru : “Kami mengharapkan perubahan serta kemajuan
   yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab
   gerakan pendidikan progeresivisme merupakan semacam kendaraan mutahhir, untuk
   digelarkan.

          Orang-orang progresif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam suatu arah
   positif dan bahwa umat manusia, muda maupun tua, baik dan dapat dipercaya untuk
   bertindak dalam minat-minat terbaik mereka sendiri. Berkenaan dengan ini, para pendidik
   (ahli pendidikan) yang memiliki suatu orientasi progresif memberi kepada para siswa
   sejumlah kebebasan dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka.
   Sekalipun demikian, pendidikan progresif tidak berarti bahwa para guru tidak memberi
   struktur atau para siswa bebas melaksanakan apapun yang mereka inginkan. Guru-guru
   progresif memulai dengan posisi di mana keberadaan siswa dan, melalui interaksi
   keseharian di kelas, mengarahkan siswa untuk melihat bahwa mata pelajaran yang akan
   dipelajari dapat meningkatkan kehidupan mereka.

          Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara progresif adalah berfungsi
   sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber, yang pada intinya memiliki
   tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Orang berhubungan dengan
   membantu para siswa mempelajari apa yang penting bagi mereka bukannya memberikan
   sejumlah kebenaran yang dikatakan abadi. Terhadap tujuan ini, guru progresif berusaha
   untuk memberi siswa pengalaman-pengalaman yang mereplikasi/meniru kehidupan
   keseharian sebanyak mungkin. Para siswa diberi banyak kesempatan untuk bekerja secara
   kooperatif di dalam kelompok, seringkali pemecahan masalah yang dipandang penting oleh
   kelompok ini, bukan oleh guru.

          Proses belajar terpusat kepada anak, namun hal ini tidak berati bahwa anak akan
   diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena ia belum cukup matang untuk
   menentukan tujuan yang memadai. Anak memang banyak berbuat dalam menentukan
   proses belajar, namun ia bukan penentu akhir. Siswa membutuhkan bimbingan dan arahan
   dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya.

          Pengalaman anak adalah rekontruksi yang terus-menerus dari keinginan dan
   kepentingan pribadi. Mereka aktif bergerak untuk mendapatkan isi mata pelajaran yang
   logis. Guru mempengaruhi pertumbuhan siswa, tidak dengan menjejalkan informasi kepada
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                 Hal 9
anak, melainkan dengan pengawasan lingkungan di mana pendidikan berlangsung.
   Pertumbuhan diartikan sebagai peningkatan intelegensi dalam pengelolaan hidup dan
   adaptasi yang intelegen (cerdas) terhadap lingkungan.

          Peranan guru adalah membimbing siswa-siswa dalam kegiatan pemecahan masalah
   dan kegiatan proyek. Mungkin akan banyak guru yang kurang senang terhadap peran ini,
   karena didasarkan atas suatu anggapan bahwa siswa mampu berpikir dan mengadakan
   penjelajahan terhadap kebutuhan dan minat sendiri.

          Guru harus menolong siswa dalam menentukan dan memilih masalah-masalah yang
   bermakna, menemukan sumber-sumber daya yang relevan, menafsirkan dan menilai
   akurasi data, serta merumuskan kesimpulan. Guru harus mampu mengenali siswa,
   terutama pada saat apakah ia memerlukan bantuan khusus dalam suatu kegiatan, sehingga
   ia dapat meneruskan pendidikannya.

   2. Filsafat Pendidikan Perenialisme

          Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua
   puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
   menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
   Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidak pastian, dan
   ketidak teraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Oleh
   karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidak beresan tersebut.

          Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis, adalah dengan jalan mundur ke
   belakang, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah
   menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan.
   Peradaban kuno (Yunani Purba) dan abad pertengahan dianggap sebagai dasar budaya
   bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa, dari abad ke abad.

          Pandangan-pandangan yang telah jadi dasar budaya manusia tersebut, telah teruji
   kemampuan dan kekukuhannya oleh sejarah. Pandangan-pandang Plato dan Aristoteles
   mewakili peradaban Kaum perenialis percaya bahwa ajaran-ajaran dari tokoh-tokoh
   tersebut memiliki kualitas yng dapat dijadikan tuntunan hidup dan kehidupan manusia pada
   abad kedua puluh ini.


Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                   Hal 10
Dalam pendidikan, kaum perenialis berpadangan bahwa dalam dunia yang tidak
   menentu dan penuh dengan kekacauan serta membahayakan, seperti kita rasakan dewasa
   ini, tidak ada satu pun yang lebih bermafaat dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta
   kestabilan dalam perilaku pendidik.

            Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:

       a. Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimana pun dan
             kapan pun ia berada adalah sama. Robert M. Hutckin sebagai pelopor perenialilsme
             di Amerika Serikat, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan
             rasional (ini adalah pandangan Aritoteles). Tujuan pendidikan adalah sama dengan
             tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebajikan dan kebajikan. Pendidikan harus sama
             bagi semua orang, dimana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan
             pedidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia. Hal diatas
             dikemukakan oleh Hutckin sebagai berikut : “Man may very from society to
             society,…..but the function of man, is the same in every age and every socienty,
             since it results from his nature as a man. The aims of educational system can exist :
             it is to improve man as man”.
       b. Rasio merupakan atribut             manusia yang paling tinggi. Manusia harus
              menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesui dengan tujuan yang
              ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar, untuk
              memperhalus pikiran dan mengontrol pikirannya. Apabila anak gagal dalam belajar,
              guru tidak boleh dengan cepat meletakan kesalahan pada lingkungan yang tidak
              menyenangkan. Guru harus mampu meengatasi semua gangguan tersebut, dengan
              melakukan pendekatan secara intelektual yang sama bagi semua siswa. Tidak ada
              anak yang diizinkan untuk menentukan pengalaman pendidikannya yang ia
              inginkan.
       c.     Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti,
              dan abadi. Kurikulum diorganisasi dan ditentukan       terlebih dahulu oleh orang
              dewasa, dan ditunjukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.
              Anak harus diberi pelajaran yang pasti, yang akan memperkenalkannya dengan
              keabadian dunia. Anak tidak boleh dipaksa untuk mempelari pelajaran yang
              tampaknya penting suatu saat saja. Begitu pula kepada anak janga memberikan
              pelajaran yang hanya menarik pada saat-saat tertentu yang khusus. Yang
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                        Hal 11
dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran “general education”, yang
             meliputi bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3 Rs (membaca,
             menulis, berhitung). Mata-mata pelajaran tersebut merupakan esensi dari general
             education.
       d. Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan merupakan suatu
             persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi kehidupan yang nyata.
             Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan yang artifisial di mana ia
             berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan sosial budaya.
       e.    Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut
             sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan
             kehuidupan sosial, terutama politik dan ekonomi. Dalam literatur-literatur tersebut
             manusia sepanjang masa telah melahirkan hasil yang maha besar.

                Mohammad Noor Syam mengemukakan pandangan bahwa pendidikan harus
       lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji
       dan tangguh. Perenialisma memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
       mengembalikan keadaan manusia sekaranng seperti dalam kebudayaan ideal.
       Perenialisme tidak melihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip-prinsip
       yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia
       yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno) dan kebudayaan abad pertengahan.

   3. Filsafat Pendidikan Esensialisme

             Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang
   pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell.
   Pada tahun 1939 mereka membetuk suatu lembaga yang disebut “The esensialist Commite
   for the Advancement of American University”. Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah
   seorang guru besar pada “Teacher College”, Columbia University. Ia yakin bahwa fungsi
   utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejartah pada generasi muda.

            Tujuan pendidikan adalah untuk merumuskan warisan budaya dan warisan sejarah
   melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalm kurun waktu dan
   dikenal oleh semua orang pengetahuan tersebut bersama dengan skill, sikap, dan nilai-nilai
   yang memadai, akan mewujudkan elemen-elemen pendidikan yang esensial. Tugas siswa
   adalah menginternalisasikan atau menjadikan milik pribadi elemen-elemen tersebut.
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                      Hal 12
Selain merupakan warisan budaya, tujuan pendidikan esensialisme adalah
    “mepersiapkan manusia untuk hidup”. Namun, hidup tersebut sangat kompleks dan luas,
    sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk hidup tersebut berada diluar wewenang sekolah.
    Hal ini tidak berarti bahwa sekolah tidak dapat memberikan kontribusi terutama
    bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, terutama tujuan pelajaran
    yang dapat mempertanggung jawabkan, yang pada akhirnya memadai untuk
    mempersiapkan manusia hidup.

         Ahli pendidikan esensialis tidak memandang anak sebagai orang jahat, dan tidak pula
   memandang anak sebagai orang yang secara almiah baik. Anak-anak tersebut tidak akan
   menjadi anggota masyarakat yang berguna, kecuali kalau anak-anak secara aktif dan penuh
   semangat diajarkan nilai disiplin, kerja keras, dan rasa hormat pada pihak berwenang punya
   otoritas. Kemudian, peran guru adalah membentuk para siswa, menangani insting-insting
   alamiah dan noproduktif mereka (seperti, agresi, kepuasan indera tampa nalar, dll) dibawah
   pengawasan sampai pedidikan mereka selesai.

          Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme dapat dikemukakan sebagai berikut:

       a. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam
          diri siswa.
       b. Inisiatif dalam pendidikan ditentukan pada guru, bukan pada siswa. Peranan guru
          adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru
          disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas diatas, sehingga guru lebih
          berhak untuk membimbing pertumbuhan siswa-siswanya.
       c. Inti proses pendidikan adalah asmilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
          Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa.
          Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme bahwa secara luas lingkungan material
          dan sosial, adalah manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
          Esensialisme mengakui bahwa pendidikan akan mendorong individu merealisasikan
          potensiatisnya. Namun, realisasinya harus berlangsung dalam dunia yang bebas dari
          perorangan. Oleh karena itu, sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat
          kepada masyarakat “society centered school”, sebab kebutuhan dan minat sosial
          diutamakan. Minat individu dihargai, namun diarahkan agar siswa tidak menjadi
          orang yang mementingkan dirinya sendiri. (egoistis, selfish).

Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                   Hal 13
d. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan
          disiplin mental. Ensensialisme mengakui bahwa metode pemecahan masalah
          (problem solving) ada faedahnya, namun bukan suatu prosedur untuk dilaksanakan
          bagi seluruh proses belajar. Pendapat tersebut disadari oleh pandangan bahwa
          kebanyakan pengetahuan adalah abstrak dan tidak dapat dipecahkan ke dalam
          masalah-masalah yang konkrit.
       e. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
          merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.

       Selanjutnya mengenai peranan guru banyak persamaannya dengan perenilisme. Guru
       dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek khusus, dan merupakan
       model contoh yang sangat baik untuk ditiru dan digugu. Guru merupakan orang yang
       menguasai pengetahuan, dan kelas berada dibawah pengaruh dan pengawasan guru.

   4. Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme

          Sebagaimana yang dinyatakan oleh Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis
   sosial yang berpengaruh periode itu. “nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan
   manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang
   saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang
   ini untuk hidup di dalamnya”. Singakatnya, sekolah-sekolah tidak hanya harus
   mentrasmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus
   berusaha merekontruksi-nya.

          Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini
   lahir di dasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan
   melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
   Rekontruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin
   membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

          Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik, dan ekonomi di
   masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan. “rekayasa sosial”, dengan tujuan
   mengubah seara radikal wajah masyarakat dewasa ini dan masyarakat yang akan datang.
   Sekolah memelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan memecahkan



Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                Hal 14
masalah-masalah     kemasyarakatan     secara   sendiri-sendiri   sebagai   pengaruh     dari
   progresivisme.

           Teori pendidikan rekontruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri atas 5
   tesis, yaitu :

       a. Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata
           sosial yang baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan
           yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
           Sekarang peradaban menghadapi kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan
           harus menseponsori perubahan yang benar dalam nurani manusia. Oleh karena itu,
           kekuatan teknologi yang sangat hebat harus dimanfaatkan untuk membangun umat
           manusia, bukan untuk menghancurkannya. Masyarakat harus diubah bukan melalui
           tindakan politik, melainkan dengan cara yang sangat mendasar, yaitu melalui
           pendidikan bagi para warganya, menuju suatu pandangan baru tentang hidup dan
           kehidupan mereka bersama.
       b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati, di mana sumber
           dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri. Semua yang
           mempengaruhi harapan dan hajat masyarakat, seperti sandang, pangan, papan,
           kesehatan, industri, dan sebagainya, semuanya akan menjadi tanggung jawab
           rakyat, melalui wakil-wakil yang dipilih. Masyarakat ideal adalah masyarakat
           demokratis, dan harus direalisasikan secara demokrasi. Struktur, tujuan, dan
           kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui
           merupakan bagian dari pendapat masyarakat.
       c. Anak, sekolah, dan pendidikan ini sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
           sosial. Menurut Brameld, kaum progresif terlalu sangat menekankan bahwa kita
           semua dikondisikan secara sosial. Perhatikan kaum progresif hanya untuk mencari
           cara di mana individu dapat merealisasikan dirinya dalam masyarakat, dan
           mengabaikan derajat di mana masyarakat telah menjadikan dirinya. Menurut
           rekontruksionisme, hidup beradap adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok
           akan memainkan peran yang penting di sekolah. Pendidikan merupakan realisasi
           dan sosial (social self realization). Melalui pendidikan, individu tidak hanya
           mengembangkan aspek-aspek sifat sosialnya melainkan juga belajar bagaimana
           keterlibatannya dalam perencanaan sosial.
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                      Hal 15
d. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana
          dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis. Guru harus melaksanakan
          pengujian secara terbuka terhadap fakta-fakta, walaupun bertentangan dengan
          pandangannya. Guru menghadirkan beberapa pemecahan alternatif dengan jelas,
          dan ia memperkenankan siswa-siswanya untuk mempertahankan pandangan-
          pandangan mereka sendiri.
       e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
          menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini,
          dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains
          sosial adalah mendorong kita untuk menemukan nilai-nilai, di mana manusia
          percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
       f. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang
          dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih. Semua itu harus
          dibangun kembali bersesuaian dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia
          secara rasional dan ilmiah. Kita harus menyusun kurikulum di mana pokok-pokok
          dan bagiannya dihubungkan secara integral, tidak disajikan sebagai suatu sekuensi
          komponen pengetahuan.

              Mengenai peranan guru, paham rekontruksionisme sama dengan paham
       progresivisme. Guru harus menyadarkan si terdidik terhadap masalah-masalah untuk
       dipecahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.
       Guru harus mendorong terdidik untuk dapat berpikir alternatif dalam memecahkan
       masalah serta mampu menciptakan aktivitas belajar yang berbeda.




      Gambar-3 Salah satu contoh Filosofis Pendidikan Sekolah di Korea - KID'S COLLEGE

Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                     Hal 16
D. Pentingnya Filsafat Pendidikan Bagi Pendidik

       Dalam bentuk yang paling sederhana, filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini
seseorang mengenai pendidikan, merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan
profesional seseorang. Lebih jauh lagi, filsafat pendidikan berkaitan dengan “penetapan hakikat
dari tujuan, alat pendidikan, dan kemudian menerjemahkan prinsip-prinsip ini ke dalam
kebijakan-kebijakan untuk meng-implementasikannya.

       Setiap guru apakah mengetahuinya ataupun tidak, memiliki suatu filsafat pendidikan,
yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang
harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Tentu saja para guru
berbeda berkenaan dengan banyaknya usaha yang mereka curahkan pada perkembangan
filsafat pribadi atau platform pendidikan. Sebagian dari mereka merasa bahwa refleksi-refleksi
filosofis tidak memiliki kontribusi apa-apa pada tindak pengajaran aktual (pendirian ini, tentu
saja, merupakan suatu filsafat pendidikan tersendiri). Guru-guru lainnya mengetahui bahwa
pengajaran, karena berkaitan dengan apa yang seharusnya, pada dasarnya merupakan suatu
urusan filsafat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh John Dewey, berhubungan dengan
pendidikan berarti berhubungan dengan filsafat: “Jika kita mau membayangkan pendidikan
sebagai suatu proses membentuk disposisi (watak) fundamental, intelektual dan emosional
terhadap alam raya dan sesama manusia, filsafat dapat didenfinisikan sebagai teori umum
pendidikan”.

       Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek
pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat
menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan. Lima tujuan filsafat
pendidikan dapat mengklarifikasi bagaimana dapat berkontribusi pada pemecahan-pemecahan
tersebut:

   1. Filsafat pendidikan terkait dengan peletakan suatu perencanaan, apa yang dianggap
       sebagai pendidikan terbaik secara mutlak.
   2. Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk pada macam
       pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan ekonomi.
   3. Filsafat pendidikan dipenuhi dengan koreksi pelanggaran-pelanggaran prinsip dan
       kebijakan pendidikan.


Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                     Hal 17
4. Filsafat pendidikan memusatkan perhatian pada isu-isu dalam kebijakan dan praktek
       pendidikan yang mensyaratkan resolusi, baik dengan penelitian empiris maupun
       pemeriksaan ulang yang rasional.

       Filsafat pendidikan melaksanakan sutatu inkuiri dalam keseluruhan urusan pendidikan
dengan suatu pandangan terhadap penilaian, pembenaran, dan pembaharuan sekumpulan
pengalaman yang tunggang-tungging untuk pembelajaran yang tinggi. Terdapat suatu
hubungan yang kuat antara perilaku seseorang merupakan keyakinannya mengenai pengajaran
dan pembelajaran, kehidupan pengetahuan, dan apa yang bermanfaat untuk diketahui.

       Terlepas di mana seseorang berdiri berkenaan dengan kelima dimensi pengajaran
tersebut, guru harus tahu perlunya merefleksikan (memikirkan) secara berkelanjutan pada apa
yang ia sangat yakini dan kenapa ia meyakininya. Pengaruh keyakinan guru terhadap perilaku
mengajar itu adalah :

   1. Keyakinan Mengenai Pengajaran dan Pembelajaran

          Salah satu dari komponen yang paling penting dari filsafat pendidikan seorang guru
   adalah bagaimana ia memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa
   peran pokok guru? Apakah guru merupakan seorang ahli subyek ajar yang dapat secara
   efesien dan efektif memberikan pengetahuan pada para siswa? Apakah guru adalah orang
   yang berguna yang membangun hubungan-hubungan kepedulian bersama siswa dan
   memelihara perkembangan dalam bidang-bidang yang diperlukan? Atau apakah guru
   adalah seorang teknisi terampil yang dapat mengelola pembelajaran dari banyak siswa
   sekaligus?

          Terdapat beberapa pandangan mengenai konsepsi dasar pengajaran. Sebagian
   orang memandang pengajaran sebagian sains, merupakan suatu aktivitas kompleks, namun
   dapat direduksi ke dalam sekumpulan perilaku tertentu yang terpisah-pisah dan yang
   secara objektif ditentukan. Bagi orang lain, pengajaran dipandang sebagai suatu seni,
   merupakan suatu pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan
   siswa. Bagi yang lainnya, pengajaran adalah suatu aktivitas yang merupakan sains dan seni,
   aktivitas ini mensyaratkan implementasi artistik (atau intuitif) dari prosedur-prosedur yang
   ditentukan secara ilmiah.



Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                     Hal 18
Berkenan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-
   pengalaman dan kognisi individual siswa, dan yang lainnya menekankan perilaku siswa.
   Pembelajaran menurut sudut pandang pertama dipandang sebagai perubahan-perubahan
   dalam pikiran dan tindakan yang berasal dari pengalaman pribadi, yakni pembelajaran yang
   sebagian besar merupakan hasil dan kekuatan-kekuatan internal pada diri individu.
   Pandangan kedua mendefinisikan pembelajaran sebagai asosiasi antara beragam stimulus
   dan respon. Di sini, pembelajaran berasal dari kekuatan-kekuatan yang bersifat eksternal
   pada individu.

   2. Keyakinan Mengenai Siswa

          Keyakinan seorang guru mengenai siswa akan memiliki suatu pengaruh besar pada
   bagaimana guru tersebut mengajar. Setiap guru merumuskan suatu citra dalam benaknya
   mengenai seperti apakah siswa, kecenerungan, keterampilan, tingkatan motivasi, dan
   pengharapan mereka. Seperti apakah siswa yang guru yakini itu didasarkan pada
   pengalaman kehidupan unik guru tersebut, khususnya observasi-observasi guru terhadap
   orang-orang muda dan pengetahuan guru tentang pertumbuhan dan perkembangan
   manusia.

          Pandangan-pandangan negatif terhadap siswa dapat menampilkan hubungan guru
   siswa yang didasarkan pada ketakutan dan penggunaan kekerasan bukannya didasarkan
   pada kepercayaan dan kemanfaatan. Pandangan yang benar-benar positif (ekstrim) dapat
   beresiko tidak memberikan kepada para siswa struktur dan arah yang memadai dan tidak
   mengkomunikasikan secara memadai terhadap pengharapan-pengharapan yang tinggi.
   Dalam analisis akhirnya, guru yang benar-benar profesional, yaitu guru yang memiliki suatu
   pemikiran yang cermat tentang filsafat pendidikan, mengetahui bahwa anak-anak berbeda
   dalam kecenderungan-kecenderungan untuk belajar dan tumbuh. Berkenan dengan
   keyakinan-keyakinan mengenai siswa, penting bagi guru membawa sikap-sikap positif
   terhadap para siswa mereka dan suatu keyakinan yang dapat mereka pelajari.

   3. Keyakinan Mengenai Pengetahuan

          Pandangan seorang guru tentang pengetahuan secara langsung berkaitan dengan
   bagaimana ia melaksanakan pengajaran. Jika pengetahuan dipandang sebagai sekumpulan
   keseluruhan potongan-potongan kecil subyek ajar atau fakta yang terpisah-pisah, para

Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                   Hal 19
siswa sangat dimungkinkan akan menghabiskan sejumlah besar waktunya/ mempelajari
   informasi itu dalam suatu cara hapalan langsung.

   4. Keyakinan Mengenai Apa yang perlu diketahui

           Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka,
   sekalipun para guru berbeda berkenaan dengan apa yang mereka yakini apa yang harus
   diajarkan.20 Guru A merasa bahwa yang paling penting, siswa mempelajari keterampilan-
   keterampilan      dasar   membaca,      menulis,   menghitung   dan   berkomunikasi   lisan.
   Keterampilan-keterampilan ini akan mereka perlukan agar sukses dalam pekerjaan-
   pekerjaan yang mereka perlukan agar sukses dalam pekerjaan-pekerjaan yang mereka pilih,
   dan merupakan tanggung jawab sekolah mempersiapkan para siswanya untuk dunia kerja.
   Guru B yakin bahwa muatan yang paling berharga akan ditemukan dalam buku-buku klasik
   atau buku-buku besar. Melalui penguasaan gagasan-gagasan besar dari sains, matematika,
   literatur dan sejarah, para siswa akan siap untuk berurusan dengan dunia masa depan.
   Guru C yang paling berhubungan dengan pembelajaran siswa bagaimana harus bernalar,
   berkomunikasi secara efektif, dan memecahkan permasalahan. Para siswa yang menguasai
   proses-proses kognitif ini akan belajar bagaimana belajar, dan ini merupakan persiapan
   yang paling realistis untuk masa depan yang tidak diketahui. Guru D berhubungan dengan
   pengembangan anak secara keseluruhan, mengajar siswa menjadi orang-orang yang
   mengaktualisasikan diri. Jadi, muatan kurikulum harus bermakna bagi siswa, yang
   memberikan kontribusi sebanyak mungkin pada usaha-usaha siswa untuk menjadi orang
   yang matang dan utuh (well-integrated). Keyakinan-keyakinan guru mengenai pengajaran
   dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan pengetahuan apakah yang paling berharga,
   merupakan landasan filsafat pendidikannya.

       Ali Saifullah dalam pembahasannya tentang pentingnya mempelajari filsafat pendidikan
bagi setiap pendidik atau guru seperti :

   a. Memberi kesempatan kepada setiap pendidik untuk membiasakan diri mengadakan
       perenungan mendalam, atau berteori, betapapun kurang atau belum sempurnanya
       teori tersebut.
   b. Akan memberikan pengertian yang mendalam akan problema esensial dan dasar-dasar
       pertimbangan mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problema
       pendidikan.
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                     Hal 20
c. Membiasakan para pendidik dan guru agar mengutamakan berpikir kritis dan reflektif
       dalam menyelesaikan problema-problema kehidupan dan penghidupan manusia, dan
       terutama problema yang mendasar dalam pendidikan.
   d. Memberikan kesempatan pada pendidik dan guru untuk selalu berusaha meninjau
       kembali pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan yang selama ini diyakini
       kebenarannya.
   e. Bahwa berdasar atas kenyataan keragaman aliran-aliran filsafat pendidikan, dalam
       pengertian betapa banyaknya pandangan tentang dasar-dasar dan tujuan pendidikan,
       maka dituntut kepada mereka para pendidik dan guru untuk meninjau segala
       perbedaan tersebut secara kritis, reflektif, bebas dan terbuka.21

       Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu
mengetahui dan memahami filsafat dan filsafat pendidikan. Tidak boleh buta terhadapnya,
karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan
kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak
dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mengetahui tujuan akhirnya. Tujuan akhir pendidikan
perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup tersebut, baik tujuan
individu maupun tujuan kelompok.




  Gambar-3 Filosofis Pendidikan penting bagi guru agar mengetahui sasaran dari aktifitasnya

Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                   Hal 21
KESIMPULAN

       Pengertian filsafat pendidikan ialah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan bersifat filosofis,
bermakna bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisa filosofis terhadap
bidang pendidikan.

       Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme,
realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari
filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita
akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri.
Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya”, karena masih terdapat filsafat pendidikan, yang
merupakan suatu elektik dari berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada. Akan
tetapi aliran pemikiran filosofis itu dapat diklasifikasikan dalam empat aliran utama yaitu
Progresivisme, Essensialisme, Prenialisme, dan Kontruksionisme.

        Sekolah yang baik perlu mempunyai filosofis pendidikan yang baik pula. Filosofi ini
harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui
fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan,
kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik. Filosofi itu juga harus berpandangan bahwa dalam proses belajar
mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan,
mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ),
emosional (EQ), dan Spiritual (SQ).

       Seorang pendidik, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, penting
mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berkaitan
langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa
mengetahui tujuan akhirnya pendidik sebagai pribadi memiliki tujuan dan pandangan
hidupnya. Pendidik sebagai warga masyarakat atau warga negara mempunyai tujuan hidup
bersama, tujuan akhir pendidikan penting dipahami dalam kerangka hubungannya dengan
tujuan hidup tersebut baik tujuan individu maupun tujuan kelompok.




Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                    Hal 22
Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/School
  * Dodge, B. (1962). ‘Muslim Education in the Medieval Times’, The Middle East Institute,
       Washington D.C.
  * Education as Enforcement: The Militarization and Corporatization of Schools, edited by
       Kenneth J. Saltman and David A. Gabbard, RoutledgeFalmer 2003.review
  * Makdisi, G. (1980). ‘On the origin and development of the college in Islam and the West’, in
       Islam and the Medieval West, ed. Khalil I. Semaan, State University of New York Press
  * Nakosteen, M. (1964). ‘History of Islamic origins of Western Education AD 800-1350’,
       University of Colorado Press, Boulder, Colorado,
  * Ribera, J. (1928). ‘Disertaciones Y Opusculos’, 2 vols. Madrid
  * Spielhofer, Thomas, Tom Benton, Sandie Schagen. “A study of the effects of school size and
       single-sex education in English schools.” Research Papers in Education Jun. 2004:133
       159, 27.
  * Toppo, Greg. "High-tech school security is on the rise." USA Today 9 Oct 2006.
  * Traditions and Encounters, by Jerry H. Bentley and Herb F. Ziegler
Anonim, 2006. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
       WIPRESS
Anonim, 2006. Rencana Startegis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.
       Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ali Saifullah. Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1989
Burhanuddin Salam. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Hasan Langgulung. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media, 1997
Kneler George F. Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Willey Sons Inc,
1971
Mohd. Labib Al-Najihi. Pengantar pada Falsafah Pendidikan. Kaherah: Maktabah Al-Englo Al
Masriyah, 1967
Muhammad Noor Syam. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1988
Prasetya. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 1997
Sadiq Sama’an. Al-Falsafah Wattarbiyah : Muhawalah Litahdid Maidan falsafah at-tarbiyah.
Kaherah: Dar Al-Nahdah Al-Arabiya, 1962
S. Nasution. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                                     Hal 23
Uyoh Sadullah, M.Pd. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al Fabeta, 2004.
Warul Walidin. “Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum” Jurnal Ilmiah          No. 74.
Darussalam: IAIN Ar-Raniry, 1999.




Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang”
Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702)                                               Hal 24

More Related Content

What's hot

Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan EvaluasiPengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan EvaluasiFitri Yusmaniah
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuPutriAgilya
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeErna Mariana
 
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)vina serevina
 
1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdf
1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdf1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdf
1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdfPutimasuraiPutimasur
 
Penelitian kualitatif dan kuantitatif
Penelitian kualitatif dan kuantitatifPenelitian kualitatif dan kuantitatif
Penelitian kualitatif dan kuantitatifSiti Sahati
 
Contoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa IndonesiaContoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa IndonesiaReski Aprilia
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...
Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...
Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...Feri Ento
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMujid Rical
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Kegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat IlmuKegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat IlmuAdy Setiawan
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran yuni dwinovika
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualUwes Chaeruman
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
Hak dan Kewajiban Guru
Hak dan Kewajiban GuruHak dan Kewajiban Guru
Hak dan Kewajiban Guruefrializa
 
PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring
PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring
PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring Uwes Chaeruman
 

What's hot (20)

Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan EvaluasiPengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
 
Resume kuliah tamu
Resume kuliah tamuResume kuliah tamu
Resume kuliah tamu
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialisme
 
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
 
1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdf
1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdf1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdf
1. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran-2.pdf
 
Template MODUL AJAR.docx
Template MODUL AJAR.docxTemplate MODUL AJAR.docx
Template MODUL AJAR.docx
 
Penelitian kualitatif dan kuantitatif
Penelitian kualitatif dan kuantitatifPenelitian kualitatif dan kuantitatif
Penelitian kualitatif dan kuantitatif
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Contoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa IndonesiaContoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa Indonesia
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...
Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...
Implementasi Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dalam Membentuk Gaya Meng...
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Kegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat IlmuKegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel Konseptual
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Hak dan Kewajiban Guru
Hak dan Kewajiban GuruHak dan Kewajiban Guru
Hak dan Kewajiban Guru
 
PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring
PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring
PEDATI - Model Alur Pembelajaran Daring
 

Viewers also liked

Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanNina Rahayu
 
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia PendidikanPentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikandinirahmaseptiana17
 
Tugas dditk koreksi jurnal pdf
Tugas dditk koreksi jurnal pdfTugas dditk koreksi jurnal pdf
Tugas dditk koreksi jurnal pdfIsmail Majid
 
PENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAH
PENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAHPENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAH
PENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAHKeningau Vocational College
 
POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”
POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”
POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”isyaheni nurmaya
 
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasarDasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasarSDNKendangsari4
 
Ppt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikanPpt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikankristinanisa
 
Tajuk 1 sistem pendidikan di malaysia
Tajuk 1  sistem  pendidikan di malaysiaTajuk 1  sistem  pendidikan di malaysia
Tajuk 1 sistem pendidikan di malaysiakiasportage
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanRizki Lia Ismawati
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2Muhammad Hamdani
 
Konsep Pendidikan
Konsep PendidikanKonsep Pendidikan
Konsep Pendidikanfiro HAR
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikansha_macc
 
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)Stephanie Unsil
 
2. kepelbagaian sosio budaya di malaysia
2. kepelbagaian sosio budaya di malaysia2. kepelbagaian sosio budaya di malaysia
2. kepelbagaian sosio budaya di malaysiaNor Amalina Che ZamZan
 

Viewers also liked (19)

Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Tinjauan filosofis tentang pendidik
Tinjauan filosofis tentang pendidikTinjauan filosofis tentang pendidik
Tinjauan filosofis tentang pendidik
 
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia PendidikanPentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
 
Tugas dditk koreksi jurnal pdf
Tugas dditk koreksi jurnal pdfTugas dditk koreksi jurnal pdf
Tugas dditk koreksi jurnal pdf
 
Protista Protozoa
Protista ProtozoaProtista Protozoa
Protista Protozoa
 
Protozoa
Protozoa Protozoa
Protozoa
 
PENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAH
PENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAHPENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAH
PENAPAKAN DAN PERLUASAN PENGARUH SYARIKAT BORNEO UTARA BRITISH (SBUB) DI SABAH
 
POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”
POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”
POWERPOINT ALIRAN FILSAFAT IDEALISME “Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas”
 
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasarDasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar
 
Ppt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikanPpt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Tajuk 1 sistem pendidikan di malaysia
Tajuk 1  sistem  pendidikan di malaysiaTajuk 1  sistem  pendidikan di malaysia
Tajuk 1 sistem pendidikan di malaysia
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
 
Konsep Pendidikan
Konsep PendidikanKonsep Pendidikan
Konsep Pendidikan
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
sistem pendididkan di sabah & sarawak sejarah SEM 3
sistem pendididkan di sabah & sarawak sejarah SEM 3sistem pendididkan di sabah & sarawak sejarah SEM 3
sistem pendididkan di sabah & sarawak sejarah SEM 3
 
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
 
2. kepelbagaian sosio budaya di malaysia
2. kepelbagaian sosio budaya di malaysia2. kepelbagaian sosio budaya di malaysia
2. kepelbagaian sosio budaya di malaysia
 

Similar to Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan

Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Jhon Nahak
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilHidayat Amin
 
PARAGRAF.pptx
PARAGRAF.pptxPARAGRAF.pptx
PARAGRAF.pptxNabawiKun
 
resume filsafat kelompok 1.docx
resume filsafat kelompok 1.docxresume filsafat kelompok 1.docx
resume filsafat kelompok 1.docxNurAkmal50
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanWarnet Raha
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanWarnet Raha
 
Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan KependidikanAdy Setiawan
 
Filsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdf
Filsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdfFilsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdf
Filsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdfLezaAgriansa
 
Makalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdf
Makalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdfMakalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdf
Makalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdfJatiPamungkas5
 
Technopreneurship
TechnopreneurshipTechnopreneurship
Technopreneurshipkemarau20
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfDhindaVadyaizmi
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikanAnjunfdl
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxFirmanRengel
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanSiwi Danar
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxEkoSulastri
 

Similar to Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan (20)

Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
 
PARAGRAF.pptx
PARAGRAF.pptxPARAGRAF.pptx
PARAGRAF.pptx
 
resume filsafat kelompok 1.docx
resume filsafat kelompok 1.docxresume filsafat kelompok 1.docx
resume filsafat kelompok 1.docx
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikan
 
Filsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdf
Filsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdfFilsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdf
Filsafat dan Teori manajemen pendidikan. 2.pdf
 
Bai
BaiBai
Bai
 
Bai
BaiBai
Bai
 
Makalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdf
Makalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdfMakalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdf
Makalah Aliran-Aliran Pendidikan (2).pdf
 
Makalah filsafat pendidikan (2)
Makalah filsafat pendidikan (2)Makalah filsafat pendidikan (2)
Makalah filsafat pendidikan (2)
 
Technopreneurship
TechnopreneurshipTechnopreneurship
Technopreneurship
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
 
Landasan garapan tep
Landasan garapan tepLandasan garapan tep
Landasan garapan tep
 

More from Djadja Sardjana

Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di PerusahaanPerancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di PerusahaanDjadja Sardjana
 
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di PerusahaanOrganisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di PerusahaanDjadja Sardjana
 
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...Djadja Sardjana
 
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate  Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate Djadja Sardjana
 
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di PerusahaanKonsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di PerusahaanDjadja Sardjana
 
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...Djadja Sardjana
 
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPeningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiDjadja Sardjana
 
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning Djadja Sardjana
 
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...Djadja Sardjana
 
Teknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan UsahaTeknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan UsahaDjadja Sardjana
 
Human Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCAHuman Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCADjadja Sardjana
 
Corporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social ResponsibilityCorporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social ResponsibilityDjadja Sardjana
 
Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management Djadja Sardjana
 
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger UniversityManajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger UniversityDjadja Sardjana
 
Policy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in EducationPolicy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in EducationDjadja Sardjana
 
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga PendidikanKebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga PendidikanDjadja Sardjana
 
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...Djadja Sardjana
 
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate CreativityManagement Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate CreativityDjadja Sardjana
 
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate CreativityProcess of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate CreativityDjadja Sardjana
 
Creative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate CreativityCreative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate CreativityDjadja Sardjana
 

More from Djadja Sardjana (20)

Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di PerusahaanPerancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
 
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di PerusahaanOrganisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
 
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
 
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate  Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate
 
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di PerusahaanKonsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
 
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
 
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPeningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
 
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
 
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
 
Teknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan UsahaTeknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan Usaha
 
Human Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCAHuman Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCA
 
Corporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social ResponsibilityCorporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social Responsibility
 
Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management
 
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger UniversityManajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
 
Policy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in EducationPolicy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in Education
 
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga PendidikanKebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
 
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
 
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate CreativityManagement Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
 
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate CreativityProcess of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
 
Creative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate CreativityCreative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate Creativity
 

Recently uploaded

Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 

Recently uploaded (20)

Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 

Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan

  • 1. Universitas Pendidikan Indonesia Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Administrasi Pendidikan Tugas Makalah: “Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan” Kuliah: Filsafat Administrasi Pendidikan (AP801) Dosen: Prof. DR.H. Akdon, M.PD Mahasiswa: Djadja Sardjana - 0907904 18 November 2009
  • 2. Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan Menurut Wikipedia, Sekolah berasal dari bahasa Yunani σχολή (schole), yang aslinya berarti "kesenangan", atau juga "Tempat yang menyenangkan" (Gambar-1). Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk memungkinkan dan mendorong siswa (atau "murid") untuk belajar di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa mengalami kemajuan melalui serangkaian tingktan sekolah. Nama-nama untuk sekolah berbeda di setiap negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak dan sekolah menengah bagi remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar. Selain sekolah-sekolah inti ini, siswa di negara tertentu mungkin juga memiliki akses ke dan menghadiri sekolah-sekolah sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK atau pra-sekolah memberikan beberapa sekolah untuk anak-anak yang masih sangat kecil (biasanya usia 3-5). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari mungkin akan tersedia setelah (atau sebagai pengganti) sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Sekolah dapat menyediakan Alternatif kurikulum dan metode non-tradisional. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai landasan filosofis penyelenggaraan sekolah yang baik , konsep dan karakteristiknya. Gambar-1 Sekolah Zaman Plato di Athena-Yunani Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 2
  • 3. A. Sejarah dan perkembangan sekolah Konsep pengelompokan siswa bersama-sama dalam sebuah lokasi terpusat untuk belajar telah ada sejak zaman klasik. Sekolah formal telah ada setidaknya sejak Yunani kuno, India kuno dan Cina kuno. Kekaisaran Bizantium memiliki sistem pendidikan yang mapan yang dimulai pada tingkat dasar. Menurut Tradisi dan Encounters, pendirian sistem pendidikan dasar dimulai pada tahun 425 AD dan "... personil militer biasanya memiliki setidaknya pendidikan dasar ...". Efisien dan yang kadang-kadang sering pemerintah besar Kekaisaran berarti bahwa warga negara yang terdidik suatu keharusan. Meskipun Byzantium kehilangan banyak kemegahan budaya Romawi dan pemborosan karena kebutuhan untuk bertahan hidup, kekaisaran menekankan efisiensi dalam perang. Sistem pendidikan Bizantium berlanjut hingga runtuhnya kekaisaran pada tahun 1453 AD. Islam adalah kebudayaan lain untuk mengembangkan sistem pendidikan dalam pengertian modern. Penekanan diletakkan pada pengetahuan, karena itu cara yang sistematis mengajar dan penyebaran pengetahuan dikembangkan dalam s tujuan truktur yang dibangun. Pada awalnya, masjid menggabungkan kinerja keagamaan dan kegiatan belajar. Pada abad kesembilan, Madrasah diperkenalkan, sekolah yang dibangun secara independen dari masjid. Mereka juga yang pertama membuat sistem Madrasah milik umum di bawah kendali khalifah. Madrasah Nizamiyya dianggap secara konsensus oleh para ahli menjadi awal sekolah yang masih bertahan, dibangun menuju 1066 Masehi oleh Emir Nizam Al-Mulk. Dibawah Dinasti Utsmani, kota Bursa dan Edirne menjadi pusat-pusat belajar utama. Sistem Ottoman Kulliye, sebuah bangunan yang berisi kompleks masjid, rumah sakit, madrasah, dan dapur umum dan area makan, merevolusi sistem pendidikan, membuat pembelajaran yang dapat diakses publik yang lebih luas melalui makanan gratis, perawatan kesehatan dan kadang- kadang gratis akomodasi. Sejarawan abad kesembilan belas, Scott menyatakan bahwa korespondensi yang luar biasa ada antara prosedur yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga dan metode-metode masa kini. Mereka memiliki kursus perguruan tinggi mereka, mereka hadiah untuk kecakapan dalam beasiswa, mereka kontes pidato dan puitis, tanggal-tanggal mereka dan derajat mereka. Di departemen kedokteran, yang parah dan berkepanjangan pemeriksaan, yang dilakukan oleh dokter yang paling terkemuka ibukota, yang dituntut dari semua kandidat berkeinginan mempraktekkan profesi mereka, dan seperti tidak mampu bertahan dalam ujian kompeten diucapkan secara resmi. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 3
  • 4. Di Eropa selama Abad Pertengahan dan sebagian besar periode Modern Awal, tujuan utama sekolah (sebagai lawan dari universitas) adalah untuk mengajar bahasa Latin. Hal ini menyebabkan istilah tata bahasa yang sekolah di Amerika Serikat digunakan secara informal untuk mengacu ke sekolah dasar tetapi di Kerajaan Inggris berarti sekolah yang memilih pendatang pada kemampuan atau bakat mereka. Setelah ini, kurikulum sekolah secara bertahap diperluas dengan memasukkan keaksaraan dalam bahasa daerah serta teknis, artistik, ilmiah dan praktis mata pelajaran. Sebelumnya banyak dari sekolah umum di Amerika Serikat adalah sekolah dengan hanya satu guru mengajar tujuh anak laki-laki dan perempuan di kelas yang sama. Dimulai pada tahun 1920-an, sekolah-sekolah itu digabungkan dalam beberapa fasilitas ruang. Gambar-2 Sejarah Perkembangan Sekolah Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 4
  • 5. B. Tinjauan Umum tentang Filsafat Pendidikan Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Tegasnya, filsafat adalah karya akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu atau pendekatan yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang seringkali disebut sebagai raksasa pemikir Barat, filsafat adalah ilmu pokok yang merupakan pangkal dari segala pengetahuan. Karena luasnya lapangan filsafat, orang sepakat mempelajari filsafat dengan dua cara, yaitu mempelajari sejarah perkembangannya (metode historis) dan mempelajari isi atau pembahasannya dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis). Dalam metode historis orang mempelajari sejarah perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala sehingga sekarang. Di sini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana timbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan tentang keagamaan. Dalam metode sistematis orang membahas isi persoalan ilmu filsafat itu dengan tidak mementingkan sejarahnya. Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam bidang- bidang yang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan mana yang benar dan yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana cara berpikir yang benar dan mana yang salah. Dalam bidang etika dipersoalkan tentang manakah yang baik dan yang buruk dalam perbuatan manusia. Dalam metode sistematis ini para filsuf dikonfrontasikan tanpa mempersoalkan periodasi masing-masing. Filsafat itu sangat luas cakupan pembahasannya, yang ditujunya adalah mencari hakihat kebenaran atas segala sesuatu yang meliputi kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), serta mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika. Dengan memperhatikan sejarah serta perkembangannya, filsafat mempunyai beberapa cabang yaitu: (1) Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden dan berada di luar jangkauan pengalaman manusia; (2) Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah; (3) Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk; (4) Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek; (5) Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan; (6) Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 5
  • 6. Filsafat akan memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, tentang kebenaran. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru serta membangun keyakinan atas dasar kematangan intelektual. Filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi dapat dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Filsafat akan memberikan dasar-dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup secara baik, bagaimana hidup secara baik dan bahagia. Dengan kata lain, tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian). Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek- aspek kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan banu, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teon umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban filosofis pula. Setiap praktik pendidikan atau pembelajaran tidak terlepas dari sejumlah masalah dalam mencapai tujuannya. Upaya pemecahan masalah tersebut akan memerlukan landasan teoretis-filosofis mengenai apa hakikat pendidikan dan bagaimana proses pendidikan dilaksanakan. Henderson dalam Sadulloh (2004) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan merupakan suatu sumbangan yang berharga dalam pengembangan pendidikan, baik pada tataran teoretis maupun praktis. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir dengan cabang-cabangnya (metafisika, epistemologi, dan aksiologi) dapat mendasari pemikiran tentang pendidikan. Menurut Brubacher (1959), terdapat tiga prinsip filsafat yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu: (1) persoalan etika atau teori nilai; (2) persoalan epistemologi atau teori pengetahuan; dan (3) persoalan metafisika atau teoni hakikat realitas. Untuk menentukan tujuan pendidikan, memotivasi belajar, mengukur hasil, pendidikan akan berhubungan dengan tata nilai. Persoalan kuriikulum akan berkaitan dengan epistemologi. Pembahasan tentang hakikat realitas, pandangan tentang hakikat dunia dan hakikat manusia khususnya, diperlukan untuk menentukan tujuan akhir pendidikan. Metafisika memberikan sumbangan pemikiran dalam membahas hakikat manusia pada umumnya, khususnya yang berkaitan dengan hakikat anak, yang bermanfaat dalam Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 6
  • 7. menentiikan tujuan akhir pendidikan. Mempelajari metafisika perlu sekali untuk mengontrol tujuan pendidikan dan untuk mengetahui bagaimana dunia anak. Epistemologi sebagai teori pengetahuan, tidak hanya menentukan pengetahuan mana yang harus dipelajari tetapi juga menentukan bagaimana seharusnya siswa belajar dan bagaimana guru mengajar. Pendidikan perlu mengetahui persoalan belajar untuk mengembangkan kurikulum, proses dan metode belajar. Aksiologi akan menentukan nilai-nilai yang baik dan yang buruk yang turut menentukan perbuatan pendidikan. Aksiologi dibutuhkan dalam pendidikan, karena pendidikan harus menentukan nilai-nilai mana yang akan dicapai melalui proses pendidikan. Disadari atau tidak, pendidikan akan berhubungan dengan nilai, dan pendidikan harus menyadari kepentingan nilai- nilai tersebut. Dalam arti luas filsafat pendidikan mencakup filsafat praktek pendidikan dan filsafat ilmu pendidikan (Mudyahardjo, 2001). Filsafat praktek pendidikan membahas tentang bagaimana seharusnya pendi-dikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia mencakup filsafat praktek pendidikan dan filsafat sosial pendidikan. Filsafat ilmu pendidikan adalah analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai bentuk teori pendidikan. Aspek filsafat dalam ilmu pendidikan dapat dilihat berdasarkan empat kategori sebagai berikut: (1) Ontologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan; (2) Epistemologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat objek formal dan material ilmu pendidikan; (3) Metodologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan; (4) Aksiologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan. Kajian terhadap fisafat pendidikan akan memadukan keempat aspek tersebut di atas sebagai landasan dalam menjawab tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut: (1) Apakah sebenarnya pendidikan itu? (2) apakah tujuan pendidikan sebenarnya? dan (3) Dengan cara apa tujuan pendidikan itu dapat dicapai? (Henderson, 1959). Jawaban masalah pokok tersebut tertuang dalam: (1) Tujuan pendidikan: (2) Kurikulum, (3) Metode pendidikan, (4) Peranan peserta didik; dan (5) Peran tenaga pendidik. Dalam sejarah perkembangan filsafat telah lahir sejumlah aliran filsafat. Dengan adanya aliran-aliran filsafat, maka konsepsi mengenai filsafat pendidikan telah dipengaruhi oleh aliran- aliran tersebut. Dengan memperhatikan obyek filsafat dan masalah pokok pendidikan, selanjutnya akan dibahas aliran filsafat idealisme dan realisme dalam melandasi pengembangan teori pendidikan. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 7
  • 8. C. Konsep Sekolah yang Baik dari Tinjauan Filosofis Pendidikan Penyelenggaraan sekolah yang baik perlu didasari filosofi pendidikan. Filosofi ini harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi itu juga harus berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ). Filosofi itu juga harus menekankan bahwa pendidikan berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai kepada integritas penyelenggaranya. 1. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama dua puluh tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, karena guru telah mempelajari dan memahami filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya. Kaum progresif sendiri mengkiritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan. Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif dan banyak hal-hal yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 8
  • 9. dengan imbauannya kepada guru-guru : “Kami mengharapkan perubahan serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progeresivisme merupakan semacam kendaraan mutahhir, untuk digelarkan. Orang-orang progresif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam suatu arah positif dan bahwa umat manusia, muda maupun tua, baik dan dapat dipercaya untuk bertindak dalam minat-minat terbaik mereka sendiri. Berkenaan dengan ini, para pendidik (ahli pendidikan) yang memiliki suatu orientasi progresif memberi kepada para siswa sejumlah kebebasan dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka. Sekalipun demikian, pendidikan progresif tidak berarti bahwa para guru tidak memberi struktur atau para siswa bebas melaksanakan apapun yang mereka inginkan. Guru-guru progresif memulai dengan posisi di mana keberadaan siswa dan, melalui interaksi keseharian di kelas, mengarahkan siswa untuk melihat bahwa mata pelajaran yang akan dipelajari dapat meningkatkan kehidupan mereka. Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber, yang pada intinya memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Orang berhubungan dengan membantu para siswa mempelajari apa yang penting bagi mereka bukannya memberikan sejumlah kebenaran yang dikatakan abadi. Terhadap tujuan ini, guru progresif berusaha untuk memberi siswa pengalaman-pengalaman yang mereplikasi/meniru kehidupan keseharian sebanyak mungkin. Para siswa diberi banyak kesempatan untuk bekerja secara kooperatif di dalam kelompok, seringkali pemecahan masalah yang dipandang penting oleh kelompok ini, bukan oleh guru. Proses belajar terpusat kepada anak, namun hal ini tidak berati bahwa anak akan diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena ia belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Anak memang banyak berbuat dalam menentukan proses belajar, namun ia bukan penentu akhir. Siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya. Pengalaman anak adalah rekontruksi yang terus-menerus dari keinginan dan kepentingan pribadi. Mereka aktif bergerak untuk mendapatkan isi mata pelajaran yang logis. Guru mempengaruhi pertumbuhan siswa, tidak dengan menjejalkan informasi kepada Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 9
  • 10. anak, melainkan dengan pengawasan lingkungan di mana pendidikan berlangsung. Pertumbuhan diartikan sebagai peningkatan intelegensi dalam pengelolaan hidup dan adaptasi yang intelegen (cerdas) terhadap lingkungan. Peranan guru adalah membimbing siswa-siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan kegiatan proyek. Mungkin akan banyak guru yang kurang senang terhadap peran ini, karena didasarkan atas suatu anggapan bahwa siswa mampu berpikir dan mengadakan penjelajahan terhadap kebutuhan dan minat sendiri. Guru harus menolong siswa dalam menentukan dan memilih masalah-masalah yang bermakna, menemukan sumber-sumber daya yang relevan, menafsirkan dan menilai akurasi data, serta merumuskan kesimpulan. Guru harus mampu mengenali siswa, terutama pada saat apakah ia memerlukan bantuan khusus dalam suatu kegiatan, sehingga ia dapat meneruskan pendidikannya. 2. Filsafat Pendidikan Perenialisme Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidak pastian, dan ketidak teraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidak beresan tersebut. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis, adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. Peradaban kuno (Yunani Purba) dan abad pertengahan dianggap sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa, dari abad ke abad. Pandangan-pandangan yang telah jadi dasar budaya manusia tersebut, telah teruji kemampuan dan kekukuhannya oleh sejarah. Pandangan-pandang Plato dan Aristoteles mewakili peradaban Kaum perenialis percaya bahwa ajaran-ajaran dari tokoh-tokoh tersebut memiliki kualitas yng dapat dijadikan tuntunan hidup dan kehidupan manusia pada abad kedua puluh ini. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 10
  • 11. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpadangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh dengan kekacauan serta membahayakan, seperti kita rasakan dewasa ini, tidak ada satu pun yang lebih bermafaat dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu: a. Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimana pun dan kapan pun ia berada adalah sama. Robert M. Hutckin sebagai pelopor perenialilsme di Amerika Serikat, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional (ini adalah pandangan Aritoteles). Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebajikan dan kebajikan. Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pedidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia. Hal diatas dikemukakan oleh Hutckin sebagai berikut : “Man may very from society to society,…..but the function of man, is the same in every age and every socienty, since it results from his nature as a man. The aims of educational system can exist : it is to improve man as man”. b. Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesui dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar, untuk memperhalus pikiran dan mengontrol pikirannya. Apabila anak gagal dalam belajar, guru tidak boleh dengan cepat meletakan kesalahan pada lingkungan yang tidak menyenangkan. Guru harus mampu meengatasi semua gangguan tersebut, dengan melakukan pendekatan secara intelektual yang sama bagi semua siswa. Tidak ada anak yang diizinkan untuk menentukan pengalaman pendidikannya yang ia inginkan. c. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditunjukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal. Anak harus diberi pelajaran yang pasti, yang akan memperkenalkannya dengan keabadian dunia. Anak tidak boleh dipaksa untuk mempelari pelajaran yang tampaknya penting suatu saat saja. Begitu pula kepada anak janga memberikan pelajaran yang hanya menarik pada saat-saat tertentu yang khusus. Yang Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 11
  • 12. dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran “general education”, yang meliputi bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3 Rs (membaca, menulis, berhitung). Mata-mata pelajaran tersebut merupakan esensi dari general education. d. Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi kehidupan yang nyata. Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan yang artifisial di mana ia berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan sosial budaya. e. Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehuidupan sosial, terutama politik dan ekonomi. Dalam literatur-literatur tersebut manusia sepanjang masa telah melahirkan hasil yang maha besar. Mohammad Noor Syam mengemukakan pandangan bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisma memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekaranng seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme tidak melihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip-prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno) dan kebudayaan abad pertengahan. 3. Filsafat Pendidikan Esensialisme Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell. Pada tahun 1939 mereka membetuk suatu lembaga yang disebut “The esensialist Commite for the Advancement of American University”. Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada “Teacher College”, Columbia University. Ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejartah pada generasi muda. Tujuan pendidikan adalah untuk merumuskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalm kurun waktu dan dikenal oleh semua orang pengetahuan tersebut bersama dengan skill, sikap, dan nilai-nilai yang memadai, akan mewujudkan elemen-elemen pendidikan yang esensial. Tugas siswa adalah menginternalisasikan atau menjadikan milik pribadi elemen-elemen tersebut. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 12
  • 13. Selain merupakan warisan budaya, tujuan pendidikan esensialisme adalah “mepersiapkan manusia untuk hidup”. Namun, hidup tersebut sangat kompleks dan luas, sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk hidup tersebut berada diluar wewenang sekolah. Hal ini tidak berarti bahwa sekolah tidak dapat memberikan kontribusi terutama bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, terutama tujuan pelajaran yang dapat mempertanggung jawabkan, yang pada akhirnya memadai untuk mempersiapkan manusia hidup. Ahli pendidikan esensialis tidak memandang anak sebagai orang jahat, dan tidak pula memandang anak sebagai orang yang secara almiah baik. Anak-anak tersebut tidak akan menjadi anggota masyarakat yang berguna, kecuali kalau anak-anak secara aktif dan penuh semangat diajarkan nilai disiplin, kerja keras, dan rasa hormat pada pihak berwenang punya otoritas. Kemudian, peran guru adalah membentuk para siswa, menangani insting-insting alamiah dan noproduktif mereka (seperti, agresi, kepuasan indera tampa nalar, dll) dibawah pengawasan sampai pedidikan mereka selesai. Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa. b. Inisiatif dalam pendidikan ditentukan pada guru, bukan pada siswa. Peranan guru adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas diatas, sehingga guru lebih berhak untuk membimbing pertumbuhan siswa-siswanya. c. Inti proses pendidikan adalah asmilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa. Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme bahwa secara luas lingkungan material dan sosial, adalah manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup. Esensialisme mengakui bahwa pendidikan akan mendorong individu merealisasikan potensiatisnya. Namun, realisasinya harus berlangsung dalam dunia yang bebas dari perorangan. Oleh karena itu, sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat kepada masyarakat “society centered school”, sebab kebutuhan dan minat sosial diutamakan. Minat individu dihargai, namun diarahkan agar siswa tidak menjadi orang yang mementingkan dirinya sendiri. (egoistis, selfish). Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 13
  • 14. d. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. Ensensialisme mengakui bahwa metode pemecahan masalah (problem solving) ada faedahnya, namun bukan suatu prosedur untuk dilaksanakan bagi seluruh proses belajar. Pendapat tersebut disadari oleh pandangan bahwa kebanyakan pengetahuan adalah abstrak dan tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah-masalah yang konkrit. e. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata. Selanjutnya mengenai peranan guru banyak persamaannya dengan perenilisme. Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek khusus, dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk ditiru dan digugu. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan, dan kelas berada dibawah pengaruh dan pengawasan guru. 4. Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme Sebagaimana yang dinyatakan oleh Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis sosial yang berpengaruh periode itu. “nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singakatnya, sekolah-sekolah tidak hanya harus mentrasmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekontruksi-nya. Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir di dasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekontruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik, dan ekonomi di masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan. “rekayasa sosial”, dengan tujuan mengubah seara radikal wajah masyarakat dewasa ini dan masyarakat yang akan datang. Sekolah memelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan memecahkan Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 14
  • 15. masalah-masalah kemasyarakatan secara sendiri-sendiri sebagai pengaruh dari progresivisme. Teori pendidikan rekontruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri atas 5 tesis, yaitu : a. Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial yang baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Sekarang peradaban menghadapi kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus menseponsori perubahan yang benar dalam nurani manusia. Oleh karena itu, kekuatan teknologi yang sangat hebat harus dimanfaatkan untuk membangun umat manusia, bukan untuk menghancurkannya. Masyarakat harus diubah bukan melalui tindakan politik, melainkan dengan cara yang sangat mendasar, yaitu melalui pendidikan bagi para warganya, menuju suatu pandangan baru tentang hidup dan kehidupan mereka bersama. b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati, di mana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri. Semua yang mempengaruhi harapan dan hajat masyarakat, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, industri, dan sebagainya, semuanya akan menjadi tanggung jawab rakyat, melalui wakil-wakil yang dipilih. Masyarakat ideal adalah masyarakat demokratis, dan harus direalisasikan secara demokrasi. Struktur, tujuan, dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian dari pendapat masyarakat. c. Anak, sekolah, dan pendidikan ini sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Menurut Brameld, kaum progresif terlalu sangat menekankan bahwa kita semua dikondisikan secara sosial. Perhatikan kaum progresif hanya untuk mencari cara di mana individu dapat merealisasikan dirinya dalam masyarakat, dan mengabaikan derajat di mana masyarakat telah menjadikan dirinya. Menurut rekontruksionisme, hidup beradap adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah. Pendidikan merupakan realisasi dan sosial (social self realization). Melalui pendidikan, individu tidak hanya mengembangkan aspek-aspek sifat sosialnya melainkan juga belajar bagaimana keterlibatannya dalam perencanaan sosial. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 15
  • 16. d. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis. Guru harus melaksanakan pengujian secara terbuka terhadap fakta-fakta, walaupun bertentangan dengan pandangannya. Guru menghadirkan beberapa pemecahan alternatif dengan jelas, dan ia memperkenankan siswa-siswanya untuk mempertahankan pandangan- pandangan mereka sendiri. e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial adalah mendorong kita untuk menemukan nilai-nilai, di mana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal. f. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih. Semua itu harus dibangun kembali bersesuaian dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah. Kita harus menyusun kurikulum di mana pokok-pokok dan bagiannya dihubungkan secara integral, tidak disajikan sebagai suatu sekuensi komponen pengetahuan. Mengenai peranan guru, paham rekontruksionisme sama dengan paham progresivisme. Guru harus menyadarkan si terdidik terhadap masalah-masalah untuk dipecahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut. Guru harus mendorong terdidik untuk dapat berpikir alternatif dalam memecahkan masalah serta mampu menciptakan aktivitas belajar yang berbeda. Gambar-3 Salah satu contoh Filosofis Pendidikan Sekolah di Korea - KID'S COLLEGE Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 16
  • 17. D. Pentingnya Filsafat Pendidikan Bagi Pendidik Dalam bentuk yang paling sederhana, filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan, merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional seseorang. Lebih jauh lagi, filsafat pendidikan berkaitan dengan “penetapan hakikat dari tujuan, alat pendidikan, dan kemudian menerjemahkan prinsip-prinsip ini ke dalam kebijakan-kebijakan untuk meng-implementasikannya. Setiap guru apakah mengetahuinya ataupun tidak, memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Tentu saja para guru berbeda berkenaan dengan banyaknya usaha yang mereka curahkan pada perkembangan filsafat pribadi atau platform pendidikan. Sebagian dari mereka merasa bahwa refleksi-refleksi filosofis tidak memiliki kontribusi apa-apa pada tindak pengajaran aktual (pendirian ini, tentu saja, merupakan suatu filsafat pendidikan tersendiri). Guru-guru lainnya mengetahui bahwa pengajaran, karena berkaitan dengan apa yang seharusnya, pada dasarnya merupakan suatu urusan filsafat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh John Dewey, berhubungan dengan pendidikan berarti berhubungan dengan filsafat: “Jika kita mau membayangkan pendidikan sebagai suatu proses membentuk disposisi (watak) fundamental, intelektual dan emosional terhadap alam raya dan sesama manusia, filsafat dapat didenfinisikan sebagai teori umum pendidikan”. Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan. Lima tujuan filsafat pendidikan dapat mengklarifikasi bagaimana dapat berkontribusi pada pemecahan-pemecahan tersebut: 1. Filsafat pendidikan terkait dengan peletakan suatu perencanaan, apa yang dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak. 2. Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk pada macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan ekonomi. 3. Filsafat pendidikan dipenuhi dengan koreksi pelanggaran-pelanggaran prinsip dan kebijakan pendidikan. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 17
  • 18. 4. Filsafat pendidikan memusatkan perhatian pada isu-isu dalam kebijakan dan praktek pendidikan yang mensyaratkan resolusi, baik dengan penelitian empiris maupun pemeriksaan ulang yang rasional. Filsafat pendidikan melaksanakan sutatu inkuiri dalam keseluruhan urusan pendidikan dengan suatu pandangan terhadap penilaian, pembenaran, dan pembaharuan sekumpulan pengalaman yang tunggang-tungging untuk pembelajaran yang tinggi. Terdapat suatu hubungan yang kuat antara perilaku seseorang merupakan keyakinannya mengenai pengajaran dan pembelajaran, kehidupan pengetahuan, dan apa yang bermanfaat untuk diketahui. Terlepas di mana seseorang berdiri berkenaan dengan kelima dimensi pengajaran tersebut, guru harus tahu perlunya merefleksikan (memikirkan) secara berkelanjutan pada apa yang ia sangat yakini dan kenapa ia meyakininya. Pengaruh keyakinan guru terhadap perilaku mengajar itu adalah : 1. Keyakinan Mengenai Pengajaran dan Pembelajaran Salah satu dari komponen yang paling penting dari filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana ia memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok guru? Apakah guru merupakan seorang ahli subyek ajar yang dapat secara efesien dan efektif memberikan pengetahuan pada para siswa? Apakah guru adalah orang yang berguna yang membangun hubungan-hubungan kepedulian bersama siswa dan memelihara perkembangan dalam bidang-bidang yang diperlukan? Atau apakah guru adalah seorang teknisi terampil yang dapat mengelola pembelajaran dari banyak siswa sekaligus? Terdapat beberapa pandangan mengenai konsepsi dasar pengajaran. Sebagian orang memandang pengajaran sebagian sains, merupakan suatu aktivitas kompleks, namun dapat direduksi ke dalam sekumpulan perilaku tertentu yang terpisah-pisah dan yang secara objektif ditentukan. Bagi orang lain, pengajaran dipandang sebagai suatu seni, merupakan suatu pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Bagi yang lainnya, pengajaran adalah suatu aktivitas yang merupakan sains dan seni, aktivitas ini mensyaratkan implementasi artistik (atau intuitif) dari prosedur-prosedur yang ditentukan secara ilmiah. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 18
  • 19. Berkenan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman- pengalaman dan kognisi individual siswa, dan yang lainnya menekankan perilaku siswa. Pembelajaran menurut sudut pandang pertama dipandang sebagai perubahan-perubahan dalam pikiran dan tindakan yang berasal dari pengalaman pribadi, yakni pembelajaran yang sebagian besar merupakan hasil dan kekuatan-kekuatan internal pada diri individu. Pandangan kedua mendefinisikan pembelajaran sebagai asosiasi antara beragam stimulus dan respon. Di sini, pembelajaran berasal dari kekuatan-kekuatan yang bersifat eksternal pada individu. 2. Keyakinan Mengenai Siswa Keyakinan seorang guru mengenai siswa akan memiliki suatu pengaruh besar pada bagaimana guru tersebut mengajar. Setiap guru merumuskan suatu citra dalam benaknya mengenai seperti apakah siswa, kecenerungan, keterampilan, tingkatan motivasi, dan pengharapan mereka. Seperti apakah siswa yang guru yakini itu didasarkan pada pengalaman kehidupan unik guru tersebut, khususnya observasi-observasi guru terhadap orang-orang muda dan pengetahuan guru tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pandangan-pandangan negatif terhadap siswa dapat menampilkan hubungan guru siswa yang didasarkan pada ketakutan dan penggunaan kekerasan bukannya didasarkan pada kepercayaan dan kemanfaatan. Pandangan yang benar-benar positif (ekstrim) dapat beresiko tidak memberikan kepada para siswa struktur dan arah yang memadai dan tidak mengkomunikasikan secara memadai terhadap pengharapan-pengharapan yang tinggi. Dalam analisis akhirnya, guru yang benar-benar profesional, yaitu guru yang memiliki suatu pemikiran yang cermat tentang filsafat pendidikan, mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan-kecenderungan untuk belajar dan tumbuh. Berkenan dengan keyakinan-keyakinan mengenai siswa, penting bagi guru membawa sikap-sikap positif terhadap para siswa mereka dan suatu keyakinan yang dapat mereka pelajari. 3. Keyakinan Mengenai Pengetahuan Pandangan seorang guru tentang pengetahuan secara langsung berkaitan dengan bagaimana ia melaksanakan pengajaran. Jika pengetahuan dipandang sebagai sekumpulan keseluruhan potongan-potongan kecil subyek ajar atau fakta yang terpisah-pisah, para Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 19
  • 20. siswa sangat dimungkinkan akan menghabiskan sejumlah besar waktunya/ mempelajari informasi itu dalam suatu cara hapalan langsung. 4. Keyakinan Mengenai Apa yang perlu diketahui Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun para guru berbeda berkenaan dengan apa yang mereka yakini apa yang harus diajarkan.20 Guru A merasa bahwa yang paling penting, siswa mempelajari keterampilan- keterampilan dasar membaca, menulis, menghitung dan berkomunikasi lisan. Keterampilan-keterampilan ini akan mereka perlukan agar sukses dalam pekerjaan- pekerjaan yang mereka perlukan agar sukses dalam pekerjaan-pekerjaan yang mereka pilih, dan merupakan tanggung jawab sekolah mempersiapkan para siswanya untuk dunia kerja. Guru B yakin bahwa muatan yang paling berharga akan ditemukan dalam buku-buku klasik atau buku-buku besar. Melalui penguasaan gagasan-gagasan besar dari sains, matematika, literatur dan sejarah, para siswa akan siap untuk berurusan dengan dunia masa depan. Guru C yang paling berhubungan dengan pembelajaran siswa bagaimana harus bernalar, berkomunikasi secara efektif, dan memecahkan permasalahan. Para siswa yang menguasai proses-proses kognitif ini akan belajar bagaimana belajar, dan ini merupakan persiapan yang paling realistis untuk masa depan yang tidak diketahui. Guru D berhubungan dengan pengembangan anak secara keseluruhan, mengajar siswa menjadi orang-orang yang mengaktualisasikan diri. Jadi, muatan kurikulum harus bermakna bagi siswa, yang memberikan kontribusi sebanyak mungkin pada usaha-usaha siswa untuk menjadi orang yang matang dan utuh (well-integrated). Keyakinan-keyakinan guru mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan pengetahuan apakah yang paling berharga, merupakan landasan filsafat pendidikannya. Ali Saifullah dalam pembahasannya tentang pentingnya mempelajari filsafat pendidikan bagi setiap pendidik atau guru seperti : a. Memberi kesempatan kepada setiap pendidik untuk membiasakan diri mengadakan perenungan mendalam, atau berteori, betapapun kurang atau belum sempurnanya teori tersebut. b. Akan memberikan pengertian yang mendalam akan problema esensial dan dasar-dasar pertimbangan mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problema pendidikan. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 20
  • 21. c. Membiasakan para pendidik dan guru agar mengutamakan berpikir kritis dan reflektif dalam menyelesaikan problema-problema kehidupan dan penghidupan manusia, dan terutama problema yang mendasar dalam pendidikan. d. Memberikan kesempatan pada pendidik dan guru untuk selalu berusaha meninjau kembali pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan yang selama ini diyakini kebenarannya. e. Bahwa berdasar atas kenyataan keragaman aliran-aliran filsafat pendidikan, dalam pengertian betapa banyaknya pandangan tentang dasar-dasar dan tujuan pendidikan, maka dituntut kepada mereka para pendidik dan guru untuk meninjau segala perbedaan tersebut secara kritis, reflektif, bebas dan terbuka.21 Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui dan memahami filsafat dan filsafat pendidikan. Tidak boleh buta terhadapnya, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mengetahui tujuan akhirnya. Tujuan akhir pendidikan perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup tersebut, baik tujuan individu maupun tujuan kelompok. Gambar-3 Filosofis Pendidikan penting bagi guru agar mengetahui sasaran dari aktifitasnya Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 21
  • 22. KESIMPULAN Pengertian filsafat pendidikan ialah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan bersifat filosofis, bermakna bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisa filosofis terhadap bidang pendidikan. Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya”, karena masih terdapat filsafat pendidikan, yang merupakan suatu elektik dari berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada. Akan tetapi aliran pemikiran filosofis itu dapat diklasifikasikan dalam empat aliran utama yaitu Progresivisme, Essensialisme, Prenialisme, dan Kontruksionisme. Sekolah yang baik perlu mempunyai filosofis pendidikan yang baik pula. Filosofi ini harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi itu juga harus berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ). Seorang pendidik, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, penting mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berkaitan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mengetahui tujuan akhirnya pendidik sebagai pribadi memiliki tujuan dan pandangan hidupnya. Pendidik sebagai warga masyarakat atau warga negara mempunyai tujuan hidup bersama, tujuan akhir pendidikan penting dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup tersebut baik tujuan individu maupun tujuan kelompok. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 22
  • 23. Daftar Pustaka http://en.wikipedia.org/wiki/School * Dodge, B. (1962). ‘Muslim Education in the Medieval Times’, The Middle East Institute, Washington D.C. * Education as Enforcement: The Militarization and Corporatization of Schools, edited by Kenneth J. Saltman and David A. Gabbard, RoutledgeFalmer 2003.review * Makdisi, G. (1980). ‘On the origin and development of the college in Islam and the West’, in Islam and the Medieval West, ed. Khalil I. Semaan, State University of New York Press * Nakosteen, M. (1964). ‘History of Islamic origins of Western Education AD 800-1350’, University of Colorado Press, Boulder, Colorado, * Ribera, J. (1928). ‘Disertaciones Y Opusculos’, 2 vols. Madrid * Spielhofer, Thomas, Tom Benton, Sandie Schagen. “A study of the effects of school size and single-sex education in English schools.” Research Papers in Education Jun. 2004:133 159, 27. * Toppo, Greg. "High-tech school security is on the rise." USA Today 9 Oct 2006. * Traditions and Encounters, by Jerry H. Bentley and Herb F. Ziegler Anonim, 2006. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. WIPRESS Anonim, 2006. Rencana Startegis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Ali Saifullah. Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1989 Burhanuddin Salam. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Hasan Langgulung. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979 Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media, 1997 Kneler George F. Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Willey Sons Inc, 1971 Mohd. Labib Al-Najihi. Pengantar pada Falsafah Pendidikan. Kaherah: Maktabah Al-Englo Al Masriyah, 1967 Muhammad Noor Syam. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1988 Prasetya. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 1997 Sadiq Sama’an. Al-Falsafah Wattarbiyah : Muhawalah Litahdid Maidan falsafah at-tarbiyah. Kaherah: Dar Al-Nahdah Al-Arabiya, 1962 S. Nasution. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 23
  • 24. Uyoh Sadullah, M.Pd. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al Fabeta, 2004. Warul Walidin. “Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum” Jurnal Ilmiah No. 74. Darussalam: IAIN Ar-Raniry, 1999. Tugas Makalah “Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional: Tantangan dan Peluang” Kuliah: Kebijakan Pendidikan (AP702) Hal 24