SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
                      NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010

                                      TENTANG

                              PERIZINAN RUMAH SAKIT

                       DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                   MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang     :   bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 28 Undang-Undang Nomor
                  44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan
                  Menteri Kesehatan tentang Perizinan Rumah Sakit;


Mengingat     :   1.    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
                        (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
                        Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
                  2.    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
                        Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
                        125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
                        4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
                        Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-
                        Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
                        (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
                        Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
                  3.    Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
                        Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
                        (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
                        Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
                  4.    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
                        (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
                        Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
                  5.    Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
                        (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
                        Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
                  6.    Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
                        (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
                        Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
                  7.    Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
                        Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
                        Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
                        3637);
                  8.    Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang
                        Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Republik
                        Indonesia Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
                        Republik Indonesia Nomor 4095);



                                                                                   1
9.   Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
                    Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
                    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
                    165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
                    4593);
               10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
                   Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
                   Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
                   Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
                   Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
               11. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang
                   Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
                   Persyaratan di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah
                   diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007
                   tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
                   Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;
               12. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
                   Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal;
              13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/Per/ XI/ 2006
                  tentang Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen
                  Kesehatan;
               14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
                   tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
                   sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
                   Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan
                   Kedua     Atas    Peraturan   Menteri   Kesehatan  Nomor
                   1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
                   Departemen Kesehatan;
              15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor  1244/Menkes/Per/I/ 2009
                  tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin di Bidang
                  Kesehatan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu
                  Pintu di Bidang Penanaman Modal Kepada Kepala Badan
                  Koordinasi Penanaman Modal;



                               MEMUTUSKAN :

Menetapkan   : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERIZINAN RUMAH
               SAKIT.




                                                                               2
BAB I
                                    KETENTUAN UMUM
                                          Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1.    Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
      kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
      rawat jalan, dan gawat darurat.

2.    Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
      semua bidang dan jenis penyakit.

3.    Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada
      satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
      organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

4.    Rumah Sakit Publik adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
      Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba.
5.    Rumah Sakit Privat adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan
      tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

6.    Izin mendirikan Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk mendirikan Rumah Sakit
      setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan.

7.    Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan
      pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar.

8.    Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status Rumah Sakit di
      Indonesia.

9.    Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
      manajemen Rumah Sakit yang telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

10.   Upaya Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya disingkat UKL adalah upaya yang
      dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/kegiatan dalam penanganan komponen
      lngkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha
      dan/atau kegiatan.

11.   Upaya Pemantauan Lingkungan yang selanjutnya disingkat UPL adalah upaya yang
      dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/kegiatan dalam pemantauan komponen
      lngkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha
      dan/atau kegiatan.

12.   Analisis Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian
      mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
      direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
      keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

13.   Program Kementerian Kesehatan adalah program pemerintah yang dilaksanakan di
      Rumah Sakit.

14.   Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan.

                                                                                           3
BAB II
                                PERIZINAN RUMAH SAKIT
                                      Bagian Kesatu
                                           Umum
                                          Pasal 2

(1)   Setiap Rumah Sakit harus memiliki izin.

(2)   Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas izin mendirikan Rumah Sakit dan
      izin operasional Rumah Sakit.

(3)   Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas izin operasional
      sementara dan izin operasional tetap.


                                          Pasal 3

(1)   Permohonan izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit diajukan menurut jenis
      dan klasifikasi Rumah Sakit.

(2)   Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit
      penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri
      setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan
      pada Pemerintah Daerah Provinsi.

(3)   Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah
      Daerah Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
      bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

(4)   Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh
      Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang
      berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

(5)   Tata cara pemberian izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit sebagaimana
      dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
      peraturan perundang-undangan.


                                       Bagian Kedua
                                      Izin Mendirikan
                                          Pasal 4

(1)   Untuk memperoleh izin mendirikan, Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang
      meliputi :
      a. studi kelayakan;
      b. master plan;
      c. status kepemilikan;
      d. rekomendasi izin mendirikan;
      e. izin undang-undang gangguan (HO);
      f. persyaratan pengolahan limbah;
      g. luas tanah dan sertifikatnya;

                                                                                        4
h.   penamaan;
      i.   Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
      j.   Izin Penggunaan Bangunan (IPB); dan
      k.   Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

(2)   Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin mendirikan sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan ini.


                                         Pasal 5

(1)   Rumah Sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan.

(2)   Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
      untuk 1 (satu) tahun.

(3)   Pemohon yang telah memperoleh izin mendirikan Rumah Sakit, apabila dalam jangka
      waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum atau tidak melakukan
      pembangunan Rumah Sakit, maka pemohon harus mengajukan izin baru sesuai
      ketentuan izin mendirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.


                                      Bagian Ketiga
                                     Izin Operasional
                                         Pasal 6

(1)   Untuk mendapatkan izin operasional, Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang
      meliputi:
      a. sarana dan prasarana;
      b. peralatan;
      c. sumber daya manusia;dan
      d. Administrasi dan manajemen.

(2)   Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin operasional sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan ini.


                                         Pasal 7

(1)   Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum dapat
      memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan
      lampiran Peraturan ini.

(2)   Izin operasional sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
      jangka waktu 1 (satu) tahun.


                                         Pasal 8

(1)   Rumah Sakit yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat
      permohonan penetapan kelas Rumah Sakit kepada Menteri.




                                                                                     5
(2)   Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan :
      a. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi;
      b. Profil dan data Rumah Sakit; dan
      c. Isian Instrument Self Assessment penetapan kelas.

(3)   Dalam rangka penetapan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai
      klasifikasi Rumah Sakit.

(4)   Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
      menetapkan klasifikasi Rumah Sakit.


                                         Pasal 9

(1)   Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan
      penetapan kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8,
      diberikan izin operasional tetap.

(2)   Izin operasional tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka
      waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.


                                        Pasal 10

(1)   Setiap Rumah Sakit yang telah mendapakan izin operasional harus diregistrasi dan
      diakreditasi.

(2)   Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi dilaksanakan sesuai
      ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.


                                    Bagian Keempat
                   Izin Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal
                                        Pasal 11

(1)   Izin Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal
      Asing (PMA) diberikan oleh Menteri.

(2)   Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rumah sakit Penanaman
      Modal Asing (PMA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
      a. harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT);
      b. mengadakan kerjasama dengan badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang
         perumahsakitan;
      c. hanya untuk menyelenggarakan Rumah Sakit;
      d. pelayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau subspesialistik;
      e. jumlah tempat tidur minimal 200 buah untuk PMA yang berasal dari negara-negara
         ASEAN dan minimal 300 buah untuk PMA yang berasal dari negara-negara Non
         ASEAN.
      f. lokasi diseluruh wilayah Indonesia
      g. besaran modal asing maksimal 67 %
      h. direktur Rumah Sakit harus Warga Negara Indonesia



                                                                                       6
(3)   Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f ditetapkan oleh Menteri
      berdasarkan hasil evaluasi lokasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.


                                         Pasal 12

Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA)
selain memenuhi persyaratan Pasal 3, Pasal 5, dan Pasal 11 juga harus memenuhi
ketentuan Perundang-undangan tentang Penanaman Modal.


                                         Pasal 13

Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA)
wajib mengikuti program-program Pemerintah sesuai kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan.


                                         Pasal 14

(1)   Permohonan diajukan kepada Departemen Kesehatan c.q. Direktorat Jenderal Bina
      Pelayanan Medik dengan melampirkan data-data :
      a. Studi kelayakan (feasibility study); dan
      b. Formulir isian mendirikan Rumah Sakit yang telah dilengkapi

(2)   Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik mengeluarkan surat rekomendasi apabila
      permohonan memenuhi persyaratan.

(3)   Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, pemohon
      mengajukan persetujuan penanaman modal ke Badan Koordinasi Penanaman Modal
      (BKPM)/ Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD).

(4)   Setelah diterbitkannya persetujuan, maka pemohon wajib mengajukan izin mendirikan
      dan operasional Rumah Sakit sesuai ketentuan.


                                         BAB III
                          PENINGKATAN KELAS RUMAH SAKIT
                                     Bagian Kesatu
                                         Umum
                                         Pasal 15

(1)   Setiap Rumah Sakit dapat mengajukan permohonan peningkatan kelas secara tertulis.
(2)   Peningkatan kelas    sebagaimana    dimaksud   pada   ayat   (1)   diajukan   dengan
      melampirkan:
      a. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan            Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan
         Provinsi;
      b. Profil dan data Rumah Sakit;
      c. Isian Instrument Self Assessment peningkatan kelas; dan
      d. sertifikat lulus akreditasi kelas sebelumnya.



                                                                                          7
(3)   Dalam rangka peningkatan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai
      klasifikasi Rumah Sakit.
(4)   Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
      menetapkan kelas Rumah Sakit.


                                         BAB IV
                            PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
                                         Pasal 16

(1)   Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
      pelaksanaan Peraturan ini terhadap Rumah Sakit diwilayahnya.
(2)   Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
      pelaksanaan Peraturan ini pada pemerintah daerah kabupaten/kota diwilayahnya.
(3)   Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
      ini pada pemerintah daerah provinsi.
(4)   Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
      bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
      lain.


                                         Pasal 17

(1)   Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Pemerintah Daerah Propinsi,
      Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan masing-masing dapat
      mengambil tindakan administratif.
(2)   Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
        a. teguran lisan,
        b. teguran tertulis, atau
        c. pencabutan izin.
(3)   Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
      ketentuan peraturan perundang-undangan.


                                          BAB V
                                 KETENTUAN PERALIHAN
                                         Pasal 18

(1)   Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Izin Rumah Sakit yang telah ada tetap
      berlaku sampai habis masa berlakunya.

(2)   Pada saat peraturan ini mulai berlaku, izin Rumah Sakit yang sedang dalam proses,
      dilaksanakan    sesuai    ketentuan     Peraturan  Menteri    Kesehatan    Nomor
      159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit.




                                                                                        8
BAB VI
                                  KETENTUAN PENUTUP
                                           Pasal 19

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit beserta perubahannya, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.


                                           Pasal 20

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.




                                                 Ditetapkan di Jakarta
                                                 pada tanggal 27 Januari 2010


                                                       Menteri,


                                                         ttd


                                   Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH




                                                                                9
Lampiran
                                                 Peraturan Menteri Kesehatan
                                                 Nomor : 147/MENKES/PER/I/2010
                                                 Tanggal : 27 Januari 2010


A. PERSYARATAN IZIN MENDIRIKAN RUMAH SAKIT
  1. Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan
     perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:

     a. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:
         1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan
              penduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin
              dan status perkawinan);
         2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkat
              pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domestik
              rata-rata bruto;
         3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama
              (Rumah Sakit, Puskesmas        Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian
              (GDR, NDR), angka persalinan, dan seterusnya;
         4) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenis
              dan kinerja layanan kesehatan , jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga
              kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang (canggih, sederhana dan
              seterusnya); dan
         5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan
              pengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan
              sektor kesehatan dan perumah sakitan.

     b. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana dan
        tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi:
          1) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenis
              layanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan dan
              permintaan (program fungsi dan pogram ruang);
          2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan
              peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan;
          3) Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan
              kebutuhan tenaga dan kualifikasi; dan
          4) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi.

     c. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:
         1) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yang
              mengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;
         2) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biaya
              tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya manusia;
         3) Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan
         4) Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).

  2. Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh
     tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi
     identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada,
     modal dan pembiayaan.




                                                                                      1
3. Status kepemilikan.
     Rumah Sakit dapat didirikan oleh:

     a. Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di
        bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan
        Umum ,
     b. Pemerintah Daerah, harus berbentuk Lembaga Teknis Daerah dengan
        pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau
     c. Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak
        di bidang perumahsakitan
          1) Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan, perseroan terbatas,
               Perkumpulan dan Perusahaan Umum.
          2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman
               modal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yang
               melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal
               dalam negeri.

  4. Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), Upaya
     Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
     dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan
     perundang-undangan.

  5. Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu
     setengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas
     bangunan lantai dasar. Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang
     sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

  6. Penamaan Rumah Sakit :

     a.   harus menggunakan bahasa Indonesia, dan
     b.   tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”,
          ”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang
          menyesatkan bagi masyarakat.

  7. Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin
     Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan
     oleh instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.




B. PERSYARATAN IZIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT
  Untuk mendapatkan izin operasional RS harus memiliki persyaratan:
  1. Memiliki izin mendirikan.
  2. Sarana prasarana
     Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat
     darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang
     sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi,
     ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
     ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman,
     pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan
     klasifikasinya.


                                                                                           2
3. Peralatan,
   a. Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik untuk
      penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan
      mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan
      klasifikasinya.
   b. Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku
      untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus
      mendapatkan izin dari Bapeten.
4. Sumber daya manusia,
   Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan
   lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan
   klasifikasinya.
5. Administrasi manajemen
   a. Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur
      Rumah Sakit,unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsure penunjang
      medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan
      keuangan.
      1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
         kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
      2) Tenaga struktural yang menduduki         jabatan   sebagai   pimpinan   harus
         berkewarganegaraan Indonesia.
      3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.
   b. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
      kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
   c. Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
      (hospital by laws dan medical staf by laws).
   d. Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.




                                               Menteri,

                                                 ttd

                             Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH




                                                                                    3

More Related Content

What's hot

Surat permohonan rs
Surat permohonan rsSurat permohonan rs
Surat permohonan rsAmri Muliadi
 
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"Kanaidi ken
 
Akreditasi puskesmas
Akreditasi puskesmasAkreditasi puskesmas
Akreditasi puskesmasmursal sigli
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018revDokter Tekno
 
Spo transfer pasien antar ruangan
Spo transfer pasien antar ruanganSpo transfer pasien antar ruangan
Spo transfer pasien antar ruanganmayangsari67
 
Sk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpSk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpistirizky1
 
Surat keterangan hamil
Surat keterangan hamilSurat keterangan hamil
Surat keterangan hamilaraazzahra6
 
Bab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptx
Bab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptxBab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptx
Bab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptxbismillah41
 
Tahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rs
Tahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rsTahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rs
Tahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rshalimah uminur
 
Peraturan Bersama Pranata Laboratorium Kesehatan
Peraturan Bersama Pranata Laboratorium KesehatanPeraturan Bersama Pranata Laboratorium Kesehatan
Peraturan Bersama Pranata Laboratorium KesehatanAdiNegara4
 
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docxSuMarni41
 
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...Ulfah Hanum
 
Rangkuman akreditasi FKTP / puskesmas
Rangkuman akreditasi FKTP / puskesmasRangkuman akreditasi FKTP / puskesmas
Rangkuman akreditasi FKTP / puskesmasZakiah dr
 
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medisContoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medisAtal Tamara Setiawan
 
Buku Juknis Kredensial.pdf
Buku Juknis Kredensial.pdfBuku Juknis Kredensial.pdf
Buku Juknis Kredensial.pdfazkar4
 
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rsKepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rsWira Kusuma
 
4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdf
4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdf4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdf
4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdfCandraWiaya1
 
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaimPenatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaimDokter Tekno
 

What's hot (20)

Rekam medis rajal
Rekam medis rajalRekam medis rajal
Rekam medis rajal
 
Surat permohonan rs
Surat permohonan rsSurat permohonan rs
Surat permohonan rs
 
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH SAKIT"
 
Akreditasi puskesmas
Akreditasi puskesmasAkreditasi puskesmas
Akreditasi puskesmas
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
 
Spo transfer pasien antar ruangan
Spo transfer pasien antar ruanganSpo transfer pasien antar ruangan
Spo transfer pasien antar ruangan
 
Sk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpSk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkp
 
Surat keterangan hamil
Surat keterangan hamilSurat keterangan hamil
Surat keterangan hamil
 
Bab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptx
Bab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptxBab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptx
Bab 3 UKP siap edit 3 juni-1.pptx
 
Tahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rs
Tahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rsTahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rs
Tahun 2008 kepmenkes no.129 standar pelayanan minimal rs
 
Peraturan Bersama Pranata Laboratorium Kesehatan
Peraturan Bersama Pranata Laboratorium KesehatanPeraturan Bersama Pranata Laboratorium Kesehatan
Peraturan Bersama Pranata Laboratorium Kesehatan
 
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
 
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
 
Rangkuman akreditasi FKTP / puskesmas
Rangkuman akreditasi FKTP / puskesmasRangkuman akreditasi FKTP / puskesmas
Rangkuman akreditasi FKTP / puskesmas
 
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medisContoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
 
Buku Juknis Kredensial.pdf
Buku Juknis Kredensial.pdfBuku Juknis Kredensial.pdf
Buku Juknis Kredensial.pdf
 
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rsKepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
 
4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdf
4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdf4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdf
4. TATA CARA PENGINPUTAN DAN PENGENALAN FITUR ASPAK 2019.pdf
 
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaimPenatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
 
Dokumentasi keperawan
Dokumentasi keperawanDokumentasi keperawan
Dokumentasi keperawan
 

Similar to PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT

Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfADIJM
 
Pmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasis
Pmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasisPmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasis
Pmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasisKusuma Wijayanti
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Inna Muthma
 
Juknis jampersal 2012
Juknis jampersal 2012Juknis jampersal 2012
Juknis jampersal 2012razitakhalyla
 
Peraturan menteri kesehatan_juknis_jampersal
Peraturan menteri kesehatan_juknis_jampersalPeraturan menteri kesehatan_juknis_jampersal
Peraturan menteri kesehatan_juknis_jampersalNeneng Rukmawati
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalSainal Edi Kamal
 
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 new
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 newPedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 new
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 newUays Hasyim Full
 
Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011kurniabanta
 
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008   spm rsKepmenkes 129 tahun 2008   spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rssimorly
 
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanBuku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanAnggit T A W
 
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar FarmasiPermenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar FarmasiUlfah Hanum
 
Perm no. 34 ttg pedagang besar farmasi
Perm no. 34 ttg pedagang besar farmasiPerm no. 34 ttg pedagang besar farmasi
Perm no. 34 ttg pedagang besar farmasiUlfah Hanum
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianAdelina Hutauruk
 

Similar to PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT (20)

Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
 
Pmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasis
Pmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasisPmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasis
Pmk no. 03_th_2010_ttg_saintifikasi_jamu_dalam_penelitian_berbasis
 
Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010
 
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JamkesmasPermenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
 
Juknis jampersal 2012
Juknis jampersal 2012Juknis jampersal 2012
Juknis jampersal 2012
 
Peraturan menteri kesehatan_juknis_jampersal
Peraturan menteri kesehatan_juknis_jampersalPeraturan menteri kesehatan_juknis_jampersal
Peraturan menteri kesehatan_juknis_jampersal
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
 
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 new
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 newPedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 new
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 new
 
Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011
 
Juknis dak 2011
Juknis dak 2011Juknis dak 2011
Juknis dak 2011
 
Hbl rsud 2017
Hbl rsud 2017Hbl rsud 2017
Hbl rsud 2017
 
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008   spm rsKepmenkes 129 tahun 2008   spm rs
Kepmenkes 129 tahun 2008 spm rs
 
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanBuku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
 
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar FarmasiPermenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
 
Perm no. 34 ttg pedagang besar farmasi
Perm no. 34 ttg pedagang besar farmasiPerm no. 34 ttg pedagang besar farmasi
Perm no. 34 ttg pedagang besar farmasi
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
 

Recently uploaded

Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatanReferat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatanFATIM77
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptTriUmiana1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Jenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdf
Jenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdfJenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdf
Jenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdfnuralieza
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
ALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptx
ALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptxALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptx
ALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptxMelianaFatmawati
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxghinaalmiranurdiani
 

Recently uploaded (14)

Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatanReferat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
Referat kanker kolorektal farmakologi kesehatan
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Jenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdf
Jenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdfJenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdf
Jenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdf
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
ALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptx
ALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptxALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptx
ALUR Vaksinasi calon jemaah Haji tahun 2024 .pptx
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
 

PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT

  • 1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 28 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Perizinan Rumah Sakit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4095); 1
  • 2. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal; 12. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal; 13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/Per/ XI/ 2006 tentang Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan; 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1244/Menkes/Per/I/ 2009 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin di Bidang Kesehatan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT. 2
  • 3. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. 3. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. 4. Rumah Sakit Publik adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. 5. Rumah Sakit Privat adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. 6. Izin mendirikan Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk mendirikan Rumah Sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan. 7. Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar. 8. Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status Rumah Sakit di Indonesia. 9. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada manajemen Rumah Sakit yang telah memenuhi standar yang telah ditetapkan. 10. Upaya Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya disingkat UKL adalah upaya yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/kegiatan dalam penanganan komponen lngkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan. 11. Upaya Pemantauan Lingkungan yang selanjutnya disingkat UPL adalah upaya yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/kegiatan dalam pemantauan komponen lngkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan. 12. Analisis Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 13. Program Kementerian Kesehatan adalah program pemerintah yang dilaksanakan di Rumah Sakit. 14. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan. 3
  • 4. BAB II PERIZINAN RUMAH SAKIT Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki izin. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas izin mendirikan Rumah Sakit dan izin operasional Rumah Sakit. (3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas izin operasional sementara dan izin operasional tetap. Pasal 3 (1) Permohonan izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit diajukan menurut jenis dan klasifikasi Rumah Sakit. (2) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi. (3) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. (4) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. (5) Tata cara pemberian izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Izin Mendirikan Pasal 4 (1) Untuk memperoleh izin mendirikan, Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi : a. studi kelayakan; b. master plan; c. status kepemilikan; d. rekomendasi izin mendirikan; e. izin undang-undang gangguan (HO); f. persyaratan pengolahan limbah; g. luas tanah dan sertifikatnya; 4
  • 5. h. penamaan; i. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); j. Izin Penggunaan Bangunan (IPB); dan k. Surat Izin Tempat Usaha (SITU). (2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan ini. Pasal 5 (1) Rumah Sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan. (2) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. (3) Pemohon yang telah memperoleh izin mendirikan Rumah Sakit, apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum atau tidak melakukan pembangunan Rumah Sakit, maka pemohon harus mengajukan izin baru sesuai ketentuan izin mendirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4. Bagian Ketiga Izin Operasional Pasal 6 (1) Untuk mendapatkan izin operasional, Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi: a. sarana dan prasarana; b. peralatan; c. sumber daya manusia;dan d. Administrasi dan manajemen. (2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan ini. Pasal 7 (1) Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum dapat memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan lampiran Peraturan ini. (2) Izin operasional sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pasal 8 (1) Rumah Sakit yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat permohonan penetapan kelas Rumah Sakit kepada Menteri. 5
  • 6. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan : a. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi; b. Profil dan data Rumah Sakit; dan c. Isian Instrument Self Assessment penetapan kelas. (3) Dalam rangka penetapan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai klasifikasi Rumah Sakit. (4) Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri menetapkan klasifikasi Rumah Sakit. Pasal 9 (1) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, diberikan izin operasional tetap. (2) Izin operasional tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Pasal 10 (1) Setiap Rumah Sakit yang telah mendapakan izin operasional harus diregistrasi dan diakreditasi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi dilaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri. Bagian Keempat Izin Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal Pasal 11 (1) Izin Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) diberikan oleh Menteri. (2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rumah sakit Penanaman Modal Asing (PMA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT); b. mengadakan kerjasama dengan badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang perumahsakitan; c. hanya untuk menyelenggarakan Rumah Sakit; d. pelayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau subspesialistik; e. jumlah tempat tidur minimal 200 buah untuk PMA yang berasal dari negara-negara ASEAN dan minimal 300 buah untuk PMA yang berasal dari negara-negara Non ASEAN. f. lokasi diseluruh wilayah Indonesia g. besaran modal asing maksimal 67 % h. direktur Rumah Sakit harus Warga Negara Indonesia 6
  • 7. (3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f ditetapkan oleh Menteri berdasarkan hasil evaluasi lokasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan. Pasal 12 Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) selain memenuhi persyaratan Pasal 3, Pasal 5, dan Pasal 11 juga harus memenuhi ketentuan Perundang-undangan tentang Penanaman Modal. Pasal 13 Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) wajib mengikuti program-program Pemerintah sesuai kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Pasal 14 (1) Permohonan diajukan kepada Departemen Kesehatan c.q. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik dengan melampirkan data-data : a. Studi kelayakan (feasibility study); dan b. Formulir isian mendirikan Rumah Sakit yang telah dilengkapi (2) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik mengeluarkan surat rekomendasi apabila permohonan memenuhi persyaratan. (3) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, pemohon mengajukan persetujuan penanaman modal ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)/ Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). (4) Setelah diterbitkannya persetujuan, maka pemohon wajib mengajukan izin mendirikan dan operasional Rumah Sakit sesuai ketentuan. BAB III PENINGKATAN KELAS RUMAH SAKIT Bagian Kesatu Umum Pasal 15 (1) Setiap Rumah Sakit dapat mengajukan permohonan peningkatan kelas secara tertulis. (2) Peningkatan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan: a. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi; b. Profil dan data Rumah Sakit; c. Isian Instrument Self Assessment peningkatan kelas; dan d. sertifikat lulus akreditasi kelas sebelumnya. 7
  • 8. (3) Dalam rangka peningkatan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai klasifikasi Rumah Sakit. (4) Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri menetapkan kelas Rumah Sakit. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini terhadap Rumah Sakit diwilayahnya. (2) Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini pada pemerintah daerah kabupaten/kota diwilayahnya. (3) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini pada pemerintah daerah provinsi. (4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lain. Pasal 17 (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan masing-masing dapat mengambil tindakan administratif. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. teguran lisan, b. teguran tertulis, atau c. pencabutan izin. (3) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 (1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Izin Rumah Sakit yang telah ada tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. (2) Pada saat peraturan ini mulai berlaku, izin Rumah Sakit yang sedang dalam proses, dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit. 8
  • 9. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit beserta perubahannya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 20 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2010 Menteri, ttd Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH 9
  • 10. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 147/MENKES/PER/I/2010 Tanggal : 27 Januari 2010 A. PERSYARATAN IZIN MENDIRIKAN RUMAH SAKIT 1. Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang: a. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi: 1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan penduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan); 2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto; 3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama (Rumah Sakit, Puskesmas Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian (GDR, NDR), angka persalinan, dan seterusnya; 4) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenis dan kinerja layanan kesehatan , jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya); dan 5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan sektor kesehatan dan perumah sakitan. b. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi: 1) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenis layanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan pogram ruang); 2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan; 3) Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan tenaga dan kualifikasi; dan 4) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi. c. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi: 1) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yang mengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur; 2) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya manusia; 3) Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan 4) Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun). 2. Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan. 1
  • 11. 3. Status kepemilikan. Rumah Sakit dapat didirikan oleh: a. Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum , b. Pemerintah Daerah, harus berbentuk Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau c. Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan 1) Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan, perseroan terbatas, Perkumpulan dan Perusahaan Umum. 2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri. 4. Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar. Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Penamaan Rumah Sakit : a. harus menggunakan bahasa Indonesia, dan b. tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”, ”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan bagi masyarakat. 7. Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. B. PERSYARATAN IZIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT Untuk mendapatkan izin operasional RS harus memiliki persyaratan: 1. Memiliki izin mendirikan. 2. Sarana prasarana Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya. 2
  • 12. 3. Peralatan, a. Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya. b. Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten. 4. Sumber daya manusia, Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya. 5. Administrasi manajemen a. Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsure penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. 1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. 2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia. 3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit. b. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya. c. Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws). d. Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit. Menteri, ttd Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH 3