1. Ciri-Ciri Anak Sholeh
1. Memandang orangtua dengan
pandangan cinta, penuh kasih dan
gembira
“Seorang anak yang memandang
kepada orangtuanya dengan pandangan
cinta, akan dicatat Allah seperti amalan
orang yang naik Haji Mabrur” (HR Ar-
Rafi’i dan Al-Baihaqi)
2. Ciri-Ciri Anak Sholeh
2. Bersikap lemah lembut dan ucapan yang baik
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik
kepada ibu bapak. JIka salah seorang diantara keduanya
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku!
sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku pada waktu kecil ( Qur’an surat Al-Isra (17):
23-24)
3. Ciri-Ciri Anak Sholeh
3. Mendoakan ibu-bapak
Di antara do’a yang diajarkan Alloh swt.
untuk orangtua adalah QS. Al-Israa’
(17):24, & QS. Al-Mukmin (40):8.
Seorang anak boleh mendoakan orang
tuanya yang non muslim agar dia
mendapat hidayah. Akan tetapi jika orang
tuanya telah meninggal, dalam keadaan
kafir, maka seorang anak tidak perlu lagi
mendoakannya.
4. Ciri-Ciri Anak Sholeh
4. Meringankan beban keduanya
Dalam sebuah riwayat, di pelataran ka’bah
terdapat seorang yang sedang thawaf sambil
menggendong ibunya. Tujuh putaran sambil
menggendong ibu tentu bukan pekerjaan
ringan. Selesai putaran thawaf, orang itu
menemui Rasululloh sambil bertanya, “Ya
Rasululloh apakah berarti aku telah
memberikan hak ibuku?” Rasul menjawab
seketika itu,”Tidak bahkan seujung kuku pun
tidak.”
5. Ciri-Ciri Anak Sholeh
5. Mentaati selama bukan maksiat
“Aku orang yang sangat berbakti pada ibuku” kata Saad bin Abi Waqqas. Saad memang dikenal
sebagai orang yang sangat hormat dan taat pada ibunya. Hubungan antara anak dan ibu ini membuat
banyak orang iri. Sangat harmonis. Penuh kasih sayang.
Hingga suatu hari, Mekkah jadi saksi keislaman Saad. Ibunya, Hamnah binti Abu Sufyan segera
mengetahui keislaman putranya yang dikasihinya itu. Dari sinilah munculnya persoalan. Sang Ibu
tidak menyetujui perubahan pada anaknya. Ibunya tetap menginginkan Saad pada keyakinan nenek
moyangnya.
Sebagai usaha agar Saad mau mengurungkan niatnya, ibunya mengancam, “Kamu tinggalkan
agamamu itu atau aku tidak makan dan tidak minum hingga aku mati dan kamu akan dihina manusia
sebagai pembunuh ibunya sendiri.
Pagi itu ibunya benar-benar tidak makan. Hingga malam tiba tidak sebutir gandum dan setetes air
pun yang masuk ke tubuhnya. Saad hanya diam. Pagi hari kedua, ibunya tetap bersiteguh tidak mau
makan dan minum. Kondisinya menjadi lemah. Malam itu Saad yang menyaksikan ibunya yang tidak
memiliki tenaga, masih tetap diam. Memasuki hari ketiga, ibunya tidak main-main. Dia tetap tidak mau
menyentuh makanan dan minuman. Keadaannya makin memprihatinkan.
Barulah pada hari berikutnya, Saad menunjukkan sikapnya, “Ibunda, kalau ibu mempunyai seratus
nyawa dan nyawa ibu keluar satu persatu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini. Jika ibu mau,
makanlah dan jika ibu memilih tidak mau makan maka silakan.””Melihat kesungguhan Saad, ibunya
yang sudah tidak berdaya itu akhirnya mau makan.Mengenai kisah Sa’ad ini Rasul pernah
memberikan batasan“Tidak boleh taat kepada makhluk untuk maksiat kepada Kholik (Pencipta).” (HR.
Muslim dan Tirmidzi).