SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
TINDAK PIDANA
“CRIMINAL CONDUCT”
OLEH :
 Abraham Srijaya – 1406509662
 Agung Setiadi – 1406509725
 Brigita P. Manohara - 1406509901
TINDAK PIDANAAda dua unsur dalam pendekatan suatu Tindak
Pidana, Yaitu:
• Actus Reus
“Unsur actus reus adalah esensi dari kejahatan itu
sendiri atau perbuatan yang dilakukan”
• Mens rea
“mens rea adalah unsur kesalahan (fault element)
atau unsur mental (mental element)”
Hukum Pidana Jerman telah lama
mengadopsi perbedaan antara tiga
konsep yakni;
 kesalahan,
 ketiadaan pembenaran,
 kelalaian.
PERBUATAN TANPA
SUKARELA
AUTOMATISM (OTOMATISME)
Otomatisme meliputi perbuatan yang dilakukan
tanpa sadar karena pengaruh dari kekuatan,
kejang, Pergerakan fisik yang dipaksa.
Tindakan tanpa sadar yang dipicu karena
gangguan kejiwaan (kegilaan) tidak termasuk
kedalam Konsep Otomatisme ini, begitu juga
dengan otomatisme yang didapati karena
pengaruh intoksinasi, jika intoksinasi merupakan
prior fault (kesalahan permulaan) pelaku.
KEWENANGAN NEGARA DAN
KEPEMILIKAN
Pertanggungjawaban Situasional
Dalam pertanggungjawaban ini terdakwa tetap dikenakan
pertanggungjawaban. Terdakwa dapat ditemukan
bertanggung jawab bahkan jika mereka tidak sengaja atau
secara sukarela melakukan tindak pidana, Hal ini
berhubungan dengan suatu Kewenangan Negara.
Pelanggaran kepemilikan
Hukum yang berlaku di Inggris terdiri dari beberapa
pelanggaran terkait kepemilikan, terutama masalah
kepemilikan senjata yang kemungkinan digunakan untuk
perampokan, pencurian, dan penipuan serta pengendalian
obat terlarang.
KELALAIAN
Kelalaian biasanya disebut juga dengan
kesalahan, kurang hati-hati, atau kealpaan.
Berdasar sejumlah kasus kelalaian yang terjadi,
ada sejumlah kasus yang jelas merupakan
kelalaian meski sebagian lainnya merupakan
kasus yang ambigu dimana kelalaian seharusnya
tidak digunakan sebagai jubah untuk menghindari
isu moral.
KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
a. Kepribadian Alami dan Kepribadian
Korporasi
Hukum pidana awalnya hanya berfokus pada
personalitas individu dalam sebagai pelaku
pelanggaran, kejahatan dan kelaiaian. Ini disebut
sebagai Personalitas Natural.
Dewasa ini hukum pidana telah membuat
perkembangan terobosan ke dalam aktivitas
perusahaan selama beberapa tahun terakhir
dimana pengadilan mengembangkan doktrin
kewajiban pengganti dan perusahaan serta
pengenalan parlemen kepada pelanggaran baru
yang lebih spesifik terhadap aktivitas perusahaan
di bidang keuangan dan perdagangan yang
disebut Personalitas Korporasi.
b. Tanggung Jawab Pidana Korporasi
• Kemungkinan dari mewakilkan kewajiban
Berkaitan dengan prinsip delegasi yakni dimana ada
kesepakatan yang memungkinkan kewajiban
pemilik, pemegang lisensi, atau penjaga, pengadilan
bisa membuat orang yang mewakili memiliki
kewajiban terhadap perbuatan siapapun yang
merupakan manajemen dan telah menerima
pendelegasian.
• Prinsip identifikasi
Pertanggungjawaban ini dengan cara
mengindentifikasi keterlibatan otak perusahaan
yakni, Direktur Senior dan Manajer untuk
menghindari ketidakadilan.
c. Individualisme dan Korporatisme
Pertanggungjawaban ini memisahkan antara
pertanggungjawaban individu pekerja suatu
perusahaan dan korporasi atau perusahaan
yang dipandang sebagai satu individu
tersendiri, yang terpenting adalah
perusahaan memiliki kemungkinan terbuka
baik untuk dipidana maupun kewajiban sosial
sejak mereka membentuk struktur dalam
kontek untuk perwakilan pekerja
perusahaan.
d. Perubahan basis kewajiban korporasi
Perubahan ini didasari terhadap kasus dimana suatu
perusahaan bertanggungjawab atas kasus
pembunuhan didasari “kegagalan manajemen”
sebagai berikut :
Korporasi dinyatakan bersalah telah membunuh
perusahaan jika:
1. Manajemen korporasi gagal karena telah
menyebabkan seseorang meninggal dunia; dan
2. Tindakan salah melawan hukum ini dijatuhkan atas
kegagalan yang merupakan perilaku dibawah
perkiraan yang dimungkinkan terjadi dalam
perusahaan.
Kausalitas (sebab-akibat)
Kausalitas merupakan satu dari syarat utama
kewajiban pidana, dimana untuk setiap
perbuatan yang dilakukan dengan sukarela
(automatism) memiliki konsekuensi tersendiri.
Sebelum melihat lebih jauh mengenai
pendekatan common law, ada dua
kemungkinan yang mesti dijelaskan.
• Pertama, ada keinginan yang digunakan
untuk melakukan pendekatan mengenai
penyebab dimana tindakan pelaku
sepenuhnya salah.
• Kedua, ada pendekatan yang lebih sempit
terhadap kasus khusus dimana penyebab
didasarkan pada otonomi.
Intervensi antara perbuatan/ tindakan
dan hasil perbuatan
Ada tiga kondisi yang
mengindikasikan adanya intervensi
berkaitan dengan perbuatan dan
hasil perbuatan pidana yang
dikecualikan, yaitu :
1. “ketidaksengajaan’ tindakan dari
pihak ketiga
2. Perbuatan dokter
3. Perbuatan yang dilakukan korban
Kausalitas dan Kelalaian
Ada pernyataan yang menyebutkan
adanya korelasi kelalaian terhadap suatu
hasil dari perbuatan.
Seperti misalnya orang tua yang tidak
hadir untuk menyelamatkan anaknya
ketika tenggelam bisa dikatakan
menyebabkan anaknya meninggal, hal ini
bisa mengindikasikan adanya kelalaian
dari orang tua.
Menyebabkan perbuatan orang
lain (penyertaan)
ada bagian yang tidak konsisten dari
prinsip umum otonomi individu, dimana
ketika tanggung jawab atas sebuah
perbuatan bisa dialihkan atau dilimpahkan
kepada orang lain yang dengan sukarela
melakukan perbuatan tersebut.
Banyak penulis sekarang mengetahui
bahwa unsur sebab-akibat dimungkinkan
hadir dari “membantu dan bersekongkol”.
Perilaku yang Dibenarkan
1. Pertahanan diri
Individu yang diserang dengan
kekerasan fisik yang serius mesti
diberi kebebasan melakukan
perlawanan sebagai wujud hak
dasarnya untuk melindungi diri sendiri.
Hukum pidana tidak bisa menghormati
atau memaklumi kebebasan individu
jika tidak dapat dibuktikan ia dalam
situasi yang mengerikan.
Kisaran pembenaran
Ada enam hal pembenaran yang terkandung dalam draft
Criminal Code :
1. Untuk mencegah atau menghentikan kejahatan atau
untuk mempengaruhi atau membantu dalam
penangkapan yang sah dari pelaku atau diduga pelaku
atau seseorang secara melawan hukum pada umumnya
2. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggaran
perdamaian
3. Untuk melindungi dirinya sendiri atau orang lain dari
tindakan melawan hukum atau pelaku yang diduga
melawan hukum
4. Untuk mencegah atau menghentikan penahanan yang
tidak sah dari dirinya atau yang lain
5. Untuk melindungi property miliknya dari upaya tindakan
melawan hukum(pencurian, perampokan), perusakan
atau kerusakan
6. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggaran
kepada orang atau hartanya.
Aspek kebutuhan yang disyaratkan
Nilai kebutuhan dalam suatu tindak
kekerasan mesti dinilai berdasar: tujuan yang
sah. Sejumlah hal yang merupakan nilai
“kebutuhan” antara lain:
1. Kesegeraan
2. Kewajiban untuk menghindari konflik
3. Upaya melindungi rumah
4. Kebebasan untuk bergerak
5. Serangan pre-emptive
6. Kebutuhan, proporsional, dan
pelaksanaan hukum
Hukuman (siksa) Terhadap
Anak
Sistem common law berpendapat bahwa
orang tua dilarang karena alasan apapun
menggunakan kekerasan terutama untuk
mendisiplinkan anak. Negara memiliki
kekuatan untuk memberikan hukuman
kepada orang tua yang melangar aturan
ini, karena ada pembatasan mengenai
izin untuk mendidik anak mereka dari
Negara, terutama kaitannya dalam
pengembangan pribadi anak.
Pembenaran Terhadap Kebutuhan dan
Pilihan Kejahatan
Kebutuhan yang dibenarkan
Hukum di Negara Inggris memberikan pembatasan
terhadap pembelaan diri, ini berlaku hanya bagi seseorang
yang dinyatakan terancam atau takut terhadap bahaya
yang serius. Perbuatan yang dilakukan di bawah paksaan
atau karena kebutuhan merupakan suatu tidakan yang
dilakukan tidak sukarela (terpaksa).
Kebutuhan di dunia medis
Ada sejumlah tindakan di dunia medis yang meski secara
hukum melanggar namun perlu dilakukan dalam dunia
medis. Jika pelanggaran ini dilakukan dengan alasan yang
kuat dan dengan kebutuhan yang mendesak, maka
kesalahan medis oleh tenaga medis seperti dokter , yang
terjadi bisa dibenarkan. Salah satunya adalah aborsi pada
ibu yang harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa
c. Perkembangan putusan terhadap
pembenaran
Ada anggapan dari komisi hukum bahwa kodifikasi
terhadap seluruh pelanggaran wajib dituliskan tidak
harus dilakukan dengan lengkap dan jelas, hal ini
dilakukan untuk memberi kelonggaran, terutama
dalam kaitannya dengan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi terpaksa atau dibawah ancaman
Kesimpulan
Dalam menentukan pertanggungjawaban
pidana terdapat disparitas terhadap dua isu
yakni mengenai perbuatan sukarela
(voluntary act) dan perbuaatan tidak suka
rela (involuntary act). Dilihat dari perbuatan-
perbuatan itu, maka pertanggungjawaban
erat dengan hal mens rea (niat), sehingga
dapat diklasifikasikan bahwa suatu perbuatan
itu merupakan perbuatan yang diinginkan,
kelalaian dan otomatisme (diluar kontrol) .
Dalam perkembangannya disebutkan pula
adanya pertanggungjawaban oleh korporasi,
korporasi dianggap sebagai individu yang
memiliki pertanggungjawaban terhadap
kegiatannya. . Selain itu, pokok bahasan ini
juga mengenai dalam kondisi darurat ada
alasan pembenaran seseorang melakukan
tindak pidana.
Analisis
 Otomatisme
Meskipun perbuatan yang dilakukan seseorang yang
kehilangan akal (kesadaran) karena suatu penyakit
mental (kegilaan) disebutkan sebagai perbuatan yang
dilakukan tanpa sukarela, tetapi hal ini tidak bisa
dikatakan masuk kedalam doktrin otomatisme, Si
pelaku harus tetap dilakukan penahanan berupa
dimasukan kedalam rumah sakit kejiwaan karena
dikhawatirkan dia akan mengulangi perbuatannya dan
menimbulkan efek bahaya bagi orang lain maupun
dirinya sendiri. Tetapi beda dengan penyakit kejiwaan
yang terjadi di waktu-waktu tertentu (tidak setiap saat
seperti "gila") contoh penyakit epilepsi, yang terjadi bila
faktor-faktor epilepsi terjadi. Disini penyakit epilepsi bisa
masuk kedalam doktrin atau ajaran otomatisme karena
keadaan kehilangan akalnya tidak terjadi setiap saat.
Jadi penyakit kejiwaan yang permanen lah yang tidak
dapat dimasukan kedalam konsep doktrin otomatisme.
• Konsep Kelalaian sebagai penyebab
Konsep antara kelalaian dan sebab akibat ini
pun kadang sangat sulit untuk dikaitkan. Sebagai
contohnya Orang tua yang lalai tidak berusaha
menyelamatkan anaknya yang hampir
tenggelam bisa diambil kesimpulan bahwa anak
itu akan meninggal. Tetapi ternyata walaupun
tanpa adanya pertolongan, Si anak tetap dapat
hidup. Ternyata dapat ditarik kesimpulan dengan
atau tanpa adanya orang tua di situ si anak tidak
tenggelam. Kelalaian orang tua itu tidak dapat
dikatakan sebagai penyebab si anak akan
tenggelam, karena tanpa tindakan pertolongan
dari orang tuanya pun si anak tetap akan
selamat.
• Choice of Evils dalam dunia medis
Choice of evil dalam dunia medis sampai
sekarang masih sering diperdebatkan terutama
mengenai aborsi terhadap anak. Jika calon anak
itu tidak segera dilakukan aborsi maka akan
membahayakan nyawa ibunya. Tetapi yang
menjadi perdebatan disini adalah si calon anak
tersebut sudah dianggap sebagai manusia dan
untuk itu dia memilki hak-hak asasi manusia
terutama hak untuk hidup.
•Pembelaan diri yang dilakukan sesuai aspek
kebutuhan
Pembelaan diri ini harus diperhatikan juga aspek
kebutuhannya. Apakah kebutuhan dalam upaya
pembelaan diri itu diperlukan dalam suatu
pembelaan diri. Hakim harus mempertimbangkan
apakah perbuatan pembelaan diri yang
mengakibatkan si penyerang meninggal itu perlu.
Apakah sebenarnya seseorang dalam pembelaan
diri tidak harus menyebabkan pelaku meninggal,
contoh A menyerang B dengan tangan kosong di
tengah malam, B yang kebetulan membawa senjata
api menembakan senjatanya ke B dan
mengakibatkan B meninggal. Hakim
mempertimbangkan bahwa tidak ada relevansi
kebutuhan antara B membela diri dengan
menggunakan pistol. Secara akal sehat,
penyerangan tangan kosong dapat dilakukan
pembelaan diri dengan tangan kosong juga. Tetapi
Implementasi di Indonesia
Dasar peniadaan pidana di luar KUHP dan
merupakan hukum tertulis menurut Van Bemmelen
ialah :
 Hak mendidik orang tua dan wali terhadap anaknya,
hak mendidik guru, dosen terhadap siswanya
 Hak jabatan atau pekerjaan dokter, apoteker, bidan,
peneliti ilmu alam
 Izin mereka yang kepentingannya dilanggar kepada
orang yang melanggar kepentingan itu, yang
perbuatannya merupakan delikseandainya tak ada izin
tersebut
 Zaakwarnerming menurut pasal 1354 – 1358 KUHP
 Tidak ada sifat melwanb hukumnya yang material
 Tidak ada kesalahan
Selain itu, Bemmelen juga menjelaskan
peraturan hukum lain yang
mengandung dasar pembenar dan
pemaaf, misalnya :
 Hak dukun kampung mengobati atau
menyunat orang atau melakukan
pekerjaan bidan
 Ketentuan adat sepanjang tidak
bertentangan dengan PAncasila
Peniadaan Pidana
Di Indonesia, ada dua dasar yang lazim, yakni :
Dasar pemaaf , unsure delik sudah terbukti,
namun unsure kesalahan tidak ada pada
pembuat. Maka terdakwa dilepaskan dari
segala tuntutan hukum. Dalam hal ini
misalnya :
 Adanya ketidakmampuan bertanggung jawab
si pembuat (pasal 44 ayat 1)
 Adanya daya ppaksa mutlak dan
pelampauan keadaan darurat (pasal 48)
 Adanya pembelaan terpaksa yang
melampaui batas (pasal 49 ayat 2)
 Karena menjalankan perintah jabatan yang
tidak sah dengan itikad baik (pasal 51 ayat 2)
Dasar pembenar, sifat melawan hukum
perbuatan hapus atau tidak terbukti ,
maka perbuatan terdakwa dianggap
patut dan benar sehingga terdakwa
harus dibebaskan oleh hakim, misalnya :
 Adanya daya paksa relative dan
keadaan darurat (pasal 48)
 Adanya pembelaan terpaksa (pasal 49
ayat 1)
 Sebab menjalankan undang-undang
(pasal 50)
 Melaksanakan perintah jabatan yang sah
(pasal 51 ayat )
Sementara itu, terkait tindak pidana
yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam dua
hal, jika menilik pasal 44 KUHP, yaitu ;
 Jiwanya cacat dalam pertumbuhan
 Terganggu karena penyakit jiwa.
Daya Paksa
 Dalam pasal 48 KUHP dinyatakan bahwa
‘barangsiapa yang melakukan perbuatan karena
pengaruh daya paksa tidak dapat dipidana”.
Daya paksa ini oleh Jonkers, dibagi kedala 3
bagian, yaitu
 Daya paksa mutlak : pelaku tidak dapat berbuat
yang lainya, seperti dihipnotis
 Daya paksa relative : terjadi akibat adanya
paksaan fisik atau psikis, contohnya pada
perampokan bank, banker ditodong pistol untuk
menyerahkan uang.
 Keadaan darurat : bila seseorang terancam
bahaya, dimana ada tiga doktrin yang bekerja
pada keadaan darurat, yaitu dalam hal terjadi
dua kepentingan hukum
Pembelaan paksa
 Dirumuskan dalam pasal 49 ayat (1)
KUHP
Pembelan paksa melampaui batas
 Dirumuskan dalam pasal 49 ayat (2)
KUHP
Menjalankan ketentuan undang-
undang
 Terdeskripsi dalam pasal 50 KUHP
Menjalankan perintah jabatan
 Dijelaskan dalam pasal 51 ayat (1)
KUHP
Sebab-akibat
KUHP hanya menentukan dalam
beberapa pasalnya bahwa untuk delik
tertentu diperlukan suatu akibat
tertentu untuk menjatuhkan pidana
terhadap pelaku
Terjadinya delik atau actus reus
hanya ada pada delik yang
mensyaratkan adanya akibat
tertentu, yaitu :
 Delik materiil , misalnya pembunuhan,
penipuan
 Delik culpa , misalnya kelalaian yang
mengakibatkan kematian seseorang (pasal
359 KUHP)
 Ada pula syarat yang memperberat pidana
dengan terjadinya akibat tertentu pada
suatu delik
 ada delik formal yang tidak mensyaratkan
adanya akibat

More Related Content

Similar to Tindak pidana (criminal conduct) baru

Tugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materiTugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materiRietz Wiguna
 
305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docx
305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docx305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docx
305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docxratih pratiwi
 
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxHUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxYusBaimbangBilabora
 
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...AndriKoswara1
 
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...Bonita Admaja
 
Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...
Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...
Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...Hendra Hendra
 
9, be gg, ria safitri, hapzi ali, corporate ethics rights privileges problem...
9, be gg, ria safitri, hapzi ali,  corporate ethics rights privileges problem...9, be gg, ria safitri, hapzi ali,  corporate ethics rights privileges problem...
9, be gg, ria safitri, hapzi ali, corporate ethics rights privileges problem...Universitas Mercu Buana
 
Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...
Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...
Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...gagantika
 
Tugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnisTugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnisMelly Gunawan
 
PPT Kelompok 2.pptx
PPT Kelompok 2.pptxPPT Kelompok 2.pptx
PPT Kelompok 2.pptxaulia352302
 
Tugas softskil aziza materi1
Tugas softskil aziza materi1Tugas softskil aziza materi1
Tugas softskil aziza materi1Aziza Zea
 
Perlindungan hukum
Perlindungan hukumPerlindungan hukum
Perlindungan hukumiwan Alit
 
pertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidanapertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidanaRatri nia
 
HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )HelvyEffendi
 
pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptPoppieShalove
 

Similar to Tindak pidana (criminal conduct) baru (20)

Tugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materiTugas softskill harits materi
Tugas softskill harits materi
 
T ugas softskill
T ugas softskillT ugas softskill
T ugas softskill
 
Teori pertanggung jawaban
Teori pertanggung jawabanTeori pertanggung jawaban
Teori pertanggung jawaban
 
305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docx
305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docx305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docx
305984786 pertanggungjawaban-pidana-korporasi-makalah-docx
 
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxHUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
 
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
 
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
Be & gg, bonita, hapzi ali, corruption and fraud , universitas mercu buan...
 
Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...
Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...
Beggunangtotohandimanhapzialidecisionmakingemployerresponsibilityandemployerr...
 
9, be gg, ria safitri, hapzi ali, corporate ethics rights privileges problem...
9, be gg, ria safitri, hapzi ali,  corporate ethics rights privileges problem...9, be gg, ria safitri, hapzi ali,  corporate ethics rights privileges problem...
9, be gg, ria safitri, hapzi ali, corporate ethics rights privileges problem...
 
Viktimologi
ViktimologiViktimologi
Viktimologi
 
Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...
Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...
Forum quiz be & gg minggu 13,waldy gagantika,hapzi ali, corruption dan fr...
 
Tugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnisTugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnis
 
PPT Kelompok 2.pptx
PPT Kelompok 2.pptxPPT Kelompok 2.pptx
PPT Kelompok 2.pptx
 
Risiko Kerusakan Properti Dan Kewajiban (Liabilities)
Risiko Kerusakan Properti Dan Kewajiban (Liabilities) Risiko Kerusakan Properti Dan Kewajiban (Liabilities)
Risiko Kerusakan Properti Dan Kewajiban (Liabilities)
 
Hak pekerja
Hak pekerjaHak pekerja
Hak pekerja
 
Tugas softskil aziza materi1
Tugas softskil aziza materi1Tugas softskil aziza materi1
Tugas softskil aziza materi1
 
Perlindungan hukum
Perlindungan hukumPerlindungan hukum
Perlindungan hukum
 
pertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidanapertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidana
 
HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )HAM ( Hak Asasi Manusia )
HAM ( Hak Asasi Manusia )
 
pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.ppt
 

More from Brigita Manohara

More from Brigita Manohara (11)

Uas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perekUas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perek
 
Uas sosiologi soal lalu lintas
Uas sosiologi soal lalu lintasUas sosiologi soal lalu lintas
Uas sosiologi soal lalu lintas
 
Uas perkembangan teori hukum soal strict liability
Uas perkembangan teori hukum soal strict liabilityUas perkembangan teori hukum soal strict liability
Uas perkembangan teori hukum soal strict liability
 
Tugas ketiga
Tugas ketigaTugas ketiga
Tugas ketiga
 
Teori pidana tiga
Teori pidana tigaTeori pidana tiga
Teori pidana tiga
 
Teori hukum 2
Teori hukum 2Teori hukum 2
Teori hukum 2
 
Ppt theory of justice
Ppt theory of justicePpt theory of justice
Ppt theory of justice
 
Presentasi kelompok
Presentasi kelompokPresentasi kelompok
Presentasi kelompok
 
Teori hukum 2
Teori hukum 2Teori hukum 2
Teori hukum 2
 
Tindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruTindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baru
 
Determinasi ekonomi
Determinasi ekonomiDeterminasi ekonomi
Determinasi ekonomi
 

Tindak pidana (criminal conduct) baru

  • 1. TINDAK PIDANA “CRIMINAL CONDUCT” OLEH :  Abraham Srijaya – 1406509662  Agung Setiadi – 1406509725  Brigita P. Manohara - 1406509901
  • 2. TINDAK PIDANAAda dua unsur dalam pendekatan suatu Tindak Pidana, Yaitu: • Actus Reus “Unsur actus reus adalah esensi dari kejahatan itu sendiri atau perbuatan yang dilakukan” • Mens rea “mens rea adalah unsur kesalahan (fault element) atau unsur mental (mental element)”
  • 3. Hukum Pidana Jerman telah lama mengadopsi perbedaan antara tiga konsep yakni;  kesalahan,  ketiadaan pembenaran,  kelalaian.
  • 4. PERBUATAN TANPA SUKARELA AUTOMATISM (OTOMATISME) Otomatisme meliputi perbuatan yang dilakukan tanpa sadar karena pengaruh dari kekuatan, kejang, Pergerakan fisik yang dipaksa. Tindakan tanpa sadar yang dipicu karena gangguan kejiwaan (kegilaan) tidak termasuk kedalam Konsep Otomatisme ini, begitu juga dengan otomatisme yang didapati karena pengaruh intoksinasi, jika intoksinasi merupakan prior fault (kesalahan permulaan) pelaku.
  • 5. KEWENANGAN NEGARA DAN KEPEMILIKAN Pertanggungjawaban Situasional Dalam pertanggungjawaban ini terdakwa tetap dikenakan pertanggungjawaban. Terdakwa dapat ditemukan bertanggung jawab bahkan jika mereka tidak sengaja atau secara sukarela melakukan tindak pidana, Hal ini berhubungan dengan suatu Kewenangan Negara. Pelanggaran kepemilikan Hukum yang berlaku di Inggris terdiri dari beberapa pelanggaran terkait kepemilikan, terutama masalah kepemilikan senjata yang kemungkinan digunakan untuk perampokan, pencurian, dan penipuan serta pengendalian obat terlarang.
  • 6. KELALAIAN Kelalaian biasanya disebut juga dengan kesalahan, kurang hati-hati, atau kealpaan. Berdasar sejumlah kasus kelalaian yang terjadi, ada sejumlah kasus yang jelas merupakan kelalaian meski sebagian lainnya merupakan kasus yang ambigu dimana kelalaian seharusnya tidak digunakan sebagai jubah untuk menghindari isu moral.
  • 7. KEPRIBADIAN (PERSONALITY) a. Kepribadian Alami dan Kepribadian Korporasi Hukum pidana awalnya hanya berfokus pada personalitas individu dalam sebagai pelaku pelanggaran, kejahatan dan kelaiaian. Ini disebut sebagai Personalitas Natural. Dewasa ini hukum pidana telah membuat perkembangan terobosan ke dalam aktivitas perusahaan selama beberapa tahun terakhir dimana pengadilan mengembangkan doktrin kewajiban pengganti dan perusahaan serta pengenalan parlemen kepada pelanggaran baru yang lebih spesifik terhadap aktivitas perusahaan di bidang keuangan dan perdagangan yang disebut Personalitas Korporasi.
  • 8. b. Tanggung Jawab Pidana Korporasi • Kemungkinan dari mewakilkan kewajiban Berkaitan dengan prinsip delegasi yakni dimana ada kesepakatan yang memungkinkan kewajiban pemilik, pemegang lisensi, atau penjaga, pengadilan bisa membuat orang yang mewakili memiliki kewajiban terhadap perbuatan siapapun yang merupakan manajemen dan telah menerima pendelegasian. • Prinsip identifikasi Pertanggungjawaban ini dengan cara mengindentifikasi keterlibatan otak perusahaan yakni, Direktur Senior dan Manajer untuk menghindari ketidakadilan.
  • 9. c. Individualisme dan Korporatisme Pertanggungjawaban ini memisahkan antara pertanggungjawaban individu pekerja suatu perusahaan dan korporasi atau perusahaan yang dipandang sebagai satu individu tersendiri, yang terpenting adalah perusahaan memiliki kemungkinan terbuka baik untuk dipidana maupun kewajiban sosial sejak mereka membentuk struktur dalam kontek untuk perwakilan pekerja perusahaan.
  • 10. d. Perubahan basis kewajiban korporasi Perubahan ini didasari terhadap kasus dimana suatu perusahaan bertanggungjawab atas kasus pembunuhan didasari “kegagalan manajemen” sebagai berikut : Korporasi dinyatakan bersalah telah membunuh perusahaan jika: 1. Manajemen korporasi gagal karena telah menyebabkan seseorang meninggal dunia; dan 2. Tindakan salah melawan hukum ini dijatuhkan atas kegagalan yang merupakan perilaku dibawah perkiraan yang dimungkinkan terjadi dalam perusahaan.
  • 11. Kausalitas (sebab-akibat) Kausalitas merupakan satu dari syarat utama kewajiban pidana, dimana untuk setiap perbuatan yang dilakukan dengan sukarela (automatism) memiliki konsekuensi tersendiri. Sebelum melihat lebih jauh mengenai pendekatan common law, ada dua kemungkinan yang mesti dijelaskan. • Pertama, ada keinginan yang digunakan untuk melakukan pendekatan mengenai penyebab dimana tindakan pelaku sepenuhnya salah. • Kedua, ada pendekatan yang lebih sempit terhadap kasus khusus dimana penyebab didasarkan pada otonomi.
  • 12. Intervensi antara perbuatan/ tindakan dan hasil perbuatan Ada tiga kondisi yang mengindikasikan adanya intervensi berkaitan dengan perbuatan dan hasil perbuatan pidana yang dikecualikan, yaitu : 1. “ketidaksengajaan’ tindakan dari pihak ketiga 2. Perbuatan dokter 3. Perbuatan yang dilakukan korban
  • 13. Kausalitas dan Kelalaian Ada pernyataan yang menyebutkan adanya korelasi kelalaian terhadap suatu hasil dari perbuatan. Seperti misalnya orang tua yang tidak hadir untuk menyelamatkan anaknya ketika tenggelam bisa dikatakan menyebabkan anaknya meninggal, hal ini bisa mengindikasikan adanya kelalaian dari orang tua.
  • 14. Menyebabkan perbuatan orang lain (penyertaan) ada bagian yang tidak konsisten dari prinsip umum otonomi individu, dimana ketika tanggung jawab atas sebuah perbuatan bisa dialihkan atau dilimpahkan kepada orang lain yang dengan sukarela melakukan perbuatan tersebut. Banyak penulis sekarang mengetahui bahwa unsur sebab-akibat dimungkinkan hadir dari “membantu dan bersekongkol”.
  • 15. Perilaku yang Dibenarkan 1. Pertahanan diri Individu yang diserang dengan kekerasan fisik yang serius mesti diberi kebebasan melakukan perlawanan sebagai wujud hak dasarnya untuk melindungi diri sendiri. Hukum pidana tidak bisa menghormati atau memaklumi kebebasan individu jika tidak dapat dibuktikan ia dalam situasi yang mengerikan.
  • 16. Kisaran pembenaran Ada enam hal pembenaran yang terkandung dalam draft Criminal Code : 1. Untuk mencegah atau menghentikan kejahatan atau untuk mempengaruhi atau membantu dalam penangkapan yang sah dari pelaku atau diduga pelaku atau seseorang secara melawan hukum pada umumnya 2. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggaran perdamaian 3. Untuk melindungi dirinya sendiri atau orang lain dari tindakan melawan hukum atau pelaku yang diduga melawan hukum 4. Untuk mencegah atau menghentikan penahanan yang tidak sah dari dirinya atau yang lain 5. Untuk melindungi property miliknya dari upaya tindakan melawan hukum(pencurian, perampokan), perusakan atau kerusakan 6. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggaran kepada orang atau hartanya.
  • 17. Aspek kebutuhan yang disyaratkan Nilai kebutuhan dalam suatu tindak kekerasan mesti dinilai berdasar: tujuan yang sah. Sejumlah hal yang merupakan nilai “kebutuhan” antara lain: 1. Kesegeraan 2. Kewajiban untuk menghindari konflik 3. Upaya melindungi rumah 4. Kebebasan untuk bergerak 5. Serangan pre-emptive 6. Kebutuhan, proporsional, dan pelaksanaan hukum
  • 18. Hukuman (siksa) Terhadap Anak Sistem common law berpendapat bahwa orang tua dilarang karena alasan apapun menggunakan kekerasan terutama untuk mendisiplinkan anak. Negara memiliki kekuatan untuk memberikan hukuman kepada orang tua yang melangar aturan ini, karena ada pembatasan mengenai izin untuk mendidik anak mereka dari Negara, terutama kaitannya dalam pengembangan pribadi anak.
  • 19. Pembenaran Terhadap Kebutuhan dan Pilihan Kejahatan Kebutuhan yang dibenarkan Hukum di Negara Inggris memberikan pembatasan terhadap pembelaan diri, ini berlaku hanya bagi seseorang yang dinyatakan terancam atau takut terhadap bahaya yang serius. Perbuatan yang dilakukan di bawah paksaan atau karena kebutuhan merupakan suatu tidakan yang dilakukan tidak sukarela (terpaksa). Kebutuhan di dunia medis Ada sejumlah tindakan di dunia medis yang meski secara hukum melanggar namun perlu dilakukan dalam dunia medis. Jika pelanggaran ini dilakukan dengan alasan yang kuat dan dengan kebutuhan yang mendesak, maka kesalahan medis oleh tenaga medis seperti dokter , yang terjadi bisa dibenarkan. Salah satunya adalah aborsi pada ibu yang harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa
  • 20. c. Perkembangan putusan terhadap pembenaran Ada anggapan dari komisi hukum bahwa kodifikasi terhadap seluruh pelanggaran wajib dituliskan tidak harus dilakukan dengan lengkap dan jelas, hal ini dilakukan untuk memberi kelonggaran, terutama dalam kaitannya dengan tindakan yang dilakukan dalam kondisi terpaksa atau dibawah ancaman
  • 21. Kesimpulan Dalam menentukan pertanggungjawaban pidana terdapat disparitas terhadap dua isu yakni mengenai perbuatan sukarela (voluntary act) dan perbuaatan tidak suka rela (involuntary act). Dilihat dari perbuatan- perbuatan itu, maka pertanggungjawaban erat dengan hal mens rea (niat), sehingga dapat diklasifikasikan bahwa suatu perbuatan itu merupakan perbuatan yang diinginkan, kelalaian dan otomatisme (diluar kontrol) . Dalam perkembangannya disebutkan pula adanya pertanggungjawaban oleh korporasi, korporasi dianggap sebagai individu yang memiliki pertanggungjawaban terhadap kegiatannya. . Selain itu, pokok bahasan ini juga mengenai dalam kondisi darurat ada alasan pembenaran seseorang melakukan tindak pidana.
  • 22. Analisis  Otomatisme Meskipun perbuatan yang dilakukan seseorang yang kehilangan akal (kesadaran) karena suatu penyakit mental (kegilaan) disebutkan sebagai perbuatan yang dilakukan tanpa sukarela, tetapi hal ini tidak bisa dikatakan masuk kedalam doktrin otomatisme, Si pelaku harus tetap dilakukan penahanan berupa dimasukan kedalam rumah sakit kejiwaan karena dikhawatirkan dia akan mengulangi perbuatannya dan menimbulkan efek bahaya bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Tetapi beda dengan penyakit kejiwaan yang terjadi di waktu-waktu tertentu (tidak setiap saat seperti "gila") contoh penyakit epilepsi, yang terjadi bila faktor-faktor epilepsi terjadi. Disini penyakit epilepsi bisa masuk kedalam doktrin atau ajaran otomatisme karena keadaan kehilangan akalnya tidak terjadi setiap saat. Jadi penyakit kejiwaan yang permanen lah yang tidak dapat dimasukan kedalam konsep doktrin otomatisme.
  • 23. • Konsep Kelalaian sebagai penyebab Konsep antara kelalaian dan sebab akibat ini pun kadang sangat sulit untuk dikaitkan. Sebagai contohnya Orang tua yang lalai tidak berusaha menyelamatkan anaknya yang hampir tenggelam bisa diambil kesimpulan bahwa anak itu akan meninggal. Tetapi ternyata walaupun tanpa adanya pertolongan, Si anak tetap dapat hidup. Ternyata dapat ditarik kesimpulan dengan atau tanpa adanya orang tua di situ si anak tidak tenggelam. Kelalaian orang tua itu tidak dapat dikatakan sebagai penyebab si anak akan tenggelam, karena tanpa tindakan pertolongan dari orang tuanya pun si anak tetap akan selamat.
  • 24. • Choice of Evils dalam dunia medis Choice of evil dalam dunia medis sampai sekarang masih sering diperdebatkan terutama mengenai aborsi terhadap anak. Jika calon anak itu tidak segera dilakukan aborsi maka akan membahayakan nyawa ibunya. Tetapi yang menjadi perdebatan disini adalah si calon anak tersebut sudah dianggap sebagai manusia dan untuk itu dia memilki hak-hak asasi manusia terutama hak untuk hidup.
  • 25. •Pembelaan diri yang dilakukan sesuai aspek kebutuhan Pembelaan diri ini harus diperhatikan juga aspek kebutuhannya. Apakah kebutuhan dalam upaya pembelaan diri itu diperlukan dalam suatu pembelaan diri. Hakim harus mempertimbangkan apakah perbuatan pembelaan diri yang mengakibatkan si penyerang meninggal itu perlu. Apakah sebenarnya seseorang dalam pembelaan diri tidak harus menyebabkan pelaku meninggal, contoh A menyerang B dengan tangan kosong di tengah malam, B yang kebetulan membawa senjata api menembakan senjatanya ke B dan mengakibatkan B meninggal. Hakim mempertimbangkan bahwa tidak ada relevansi kebutuhan antara B membela diri dengan menggunakan pistol. Secara akal sehat, penyerangan tangan kosong dapat dilakukan pembelaan diri dengan tangan kosong juga. Tetapi
  • 26. Implementasi di Indonesia Dasar peniadaan pidana di luar KUHP dan merupakan hukum tertulis menurut Van Bemmelen ialah :  Hak mendidik orang tua dan wali terhadap anaknya, hak mendidik guru, dosen terhadap siswanya  Hak jabatan atau pekerjaan dokter, apoteker, bidan, peneliti ilmu alam  Izin mereka yang kepentingannya dilanggar kepada orang yang melanggar kepentingan itu, yang perbuatannya merupakan delikseandainya tak ada izin tersebut  Zaakwarnerming menurut pasal 1354 – 1358 KUHP  Tidak ada sifat melwanb hukumnya yang material  Tidak ada kesalahan
  • 27. Selain itu, Bemmelen juga menjelaskan peraturan hukum lain yang mengandung dasar pembenar dan pemaaf, misalnya :  Hak dukun kampung mengobati atau menyunat orang atau melakukan pekerjaan bidan  Ketentuan adat sepanjang tidak bertentangan dengan PAncasila
  • 28. Peniadaan Pidana Di Indonesia, ada dua dasar yang lazim, yakni : Dasar pemaaf , unsure delik sudah terbukti, namun unsure kesalahan tidak ada pada pembuat. Maka terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum. Dalam hal ini misalnya :  Adanya ketidakmampuan bertanggung jawab si pembuat (pasal 44 ayat 1)  Adanya daya ppaksa mutlak dan pelampauan keadaan darurat (pasal 48)  Adanya pembelaan terpaksa yang melampaui batas (pasal 49 ayat 2)  Karena menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan itikad baik (pasal 51 ayat 2)
  • 29. Dasar pembenar, sifat melawan hukum perbuatan hapus atau tidak terbukti , maka perbuatan terdakwa dianggap patut dan benar sehingga terdakwa harus dibebaskan oleh hakim, misalnya :  Adanya daya paksa relative dan keadaan darurat (pasal 48)  Adanya pembelaan terpaksa (pasal 49 ayat 1)  Sebab menjalankan undang-undang (pasal 50)  Melaksanakan perintah jabatan yang sah (pasal 51 ayat )
  • 30. Sementara itu, terkait tindak pidana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam dua hal, jika menilik pasal 44 KUHP, yaitu ;  Jiwanya cacat dalam pertumbuhan  Terganggu karena penyakit jiwa.
  • 31. Daya Paksa  Dalam pasal 48 KUHP dinyatakan bahwa ‘barangsiapa yang melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dapat dipidana”. Daya paksa ini oleh Jonkers, dibagi kedala 3 bagian, yaitu  Daya paksa mutlak : pelaku tidak dapat berbuat yang lainya, seperti dihipnotis  Daya paksa relative : terjadi akibat adanya paksaan fisik atau psikis, contohnya pada perampokan bank, banker ditodong pistol untuk menyerahkan uang.  Keadaan darurat : bila seseorang terancam bahaya, dimana ada tiga doktrin yang bekerja pada keadaan darurat, yaitu dalam hal terjadi dua kepentingan hukum
  • 32. Pembelaan paksa  Dirumuskan dalam pasal 49 ayat (1) KUHP Pembelan paksa melampaui batas  Dirumuskan dalam pasal 49 ayat (2) KUHP Menjalankan ketentuan undang- undang  Terdeskripsi dalam pasal 50 KUHP
  • 33. Menjalankan perintah jabatan  Dijelaskan dalam pasal 51 ayat (1) KUHP Sebab-akibat KUHP hanya menentukan dalam beberapa pasalnya bahwa untuk delik tertentu diperlukan suatu akibat tertentu untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku
  • 34. Terjadinya delik atau actus reus hanya ada pada delik yang mensyaratkan adanya akibat tertentu, yaitu :  Delik materiil , misalnya pembunuhan, penipuan  Delik culpa , misalnya kelalaian yang mengakibatkan kematian seseorang (pasal 359 KUHP)  Ada pula syarat yang memperberat pidana dengan terjadinya akibat tertentu pada suatu delik  ada delik formal yang tidak mensyaratkan adanya akibat