SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Tantangan Dunia Pendidikan
                        Menghadapi Pasar Tunggal Asean 2015

                                             Nur Ulwiyah1
                              1
                                  Fakultas Agama Islam Unipdu Jombang

                                    Email: nur_ulwiyah@yahoo.com


                                              ABSTRAK

Menghadapi pasar tunggal ASEAN 2015, dunia pendidikan ditantang untuk berpartisipasi aktif.
Kompetensi perserta didik diuji kelayakannya; harus qualified dan marketable, sehingga setelah lulus
mereka menjadi subyek yang terintegrasi dalam percaturan pasar tunggal tersebut. Nampaknya,
konsep pendidikan link and match yang digagas oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro telah
menemukan momentumnya. Namun ada sebuah tantangan bagi konsep ini. Di satu sisi, keterkaitan
dan kesesuaian pendidikan dengan pasar adalah keniscayaan. Di sisi lain, keterkaitan pendidikan
masyarakat yang terserap pasar belum merata, salah satu faktornya karena tingkat pendidikan belum
merata. Kasus Freeport di Papua adalah satu contohnya. Tantangan ini harus dijawab, salah satunya
dengan konsep problem posing education (pendidikan hadap-masalah) yaitu pendidikan harus
diintegrasikan dengan lingkungan, bukan hanya beradaptasi. Integrasi berbeda dengan adaptasi.
Integrasi muncul dari kemampuan menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah kemampuan kritis
untuk membuat pilihan dan mengubahnya, sehingga akhirnya pendidikan menjadi problem solver,
bukan problem maker.

Kata kunci: pasar tunggal ASEAN, pendidikan link and match, pendidikan hadap-masalah.


                                             ABSTRACT

To face the Asean single market 2015, the world of education is challenged has role actively. The
competence of learners participant are tested for their properness and also should qualified and
marketable to be subject who are integrated in the role of Asean single market constellation.
Apparently, the concept link and match education which is initiated by Prof. Dr. Ing. Wardiman
Djojonegoro has found the momentum. However, there is a challenge for this concept. Instead, the
connection and compatibility of education with the market are sureness. In the other side, the
connection of education society which is pervaded by the market is partial, it is caused by uneven
education level. For instance, the Freeport case in Papua. This challenge should be answered, for
example by using problem posing education concept. This concept tend to education which is
integrated with the circle and not merely adaptation, because integration is different from adaptation.
Integration comes from adaptation abilityby the realness critical ability to make and change an
option. In the other word, education is not problem maker but a problem solver.

Keywords: ASEAN single market, link and match education, problem posing education.




                                          PENDAHULUAN
Berita tentang adanya pasar tunggal Asean 2015 telah menggema, meski gemanya tidak sepenuhnya
ditangkap oleh semua lapisan masyarakat. Mengapa? Karena kehadiran pasar ini secara wadag tampil
dengan perspektif ekonomi an sich. Sehingga lapisan masyarakat yang berada di luar ranah ekonomi,
bisa jadi tidak tahu atau tidak mau tahu.

Munculnya model pasar ini bisa ditebak adalah dampak dari globalisasi, dimana dengan adanya
gelombang globalisasi akan terjadi perdagangan bebas dan terbentuknya penguatan masing-masing
kawasan untuk bersama-sama menghadapi situasi yang serba kompleks di dunia internasional dalam
bentuk regionalisme. Regionalisme adalah paham atau kecenderungan untuk mengadakan kerjasama
yang erat antarnegara di satu kawasan. ASEAN adalah suatu bentuk regionalisme yang mulai
diperhitungkan di percaturan politik internasional (Depdiknas: 2000, 940).

Regionalisme memiliki banyak tujuan, salah satunya terbentuknya single market dalam kawasan
regional tersebut. Pasar tunggal merupakan pasar bersama dalam suatu kawasan yang mana aturan
dan kebijakannya dibentuk bersama, ekspor impor pun dilakukan bersama-sama. Meski sebenarnya
sejauh pelacakan yang penulis lakukan, tidak ditemukan istilah “pasar tunggal”, yang ada adalah
pasar; amal, apung, atom, bebas, bebas terbuka, derma, induk, gelap, jengek, kaget, konvensi, lesu,
malam, modal, modern, penjual, swalayan, tahunan, dan uang (Depdiknas: 2000, 833). Selain itu yang
ada adalah pasar; monopoli, monopolistik, oligopoli, perdana, perdana internasional, persaingan
sempurna, dan sekunder (Achmad Fanani: 2009, 313), sehingga pasar tunggal ini bisa dibilang adalah
istilah baru dalam nomenklatur perekonomian.

Dalam pasar tunggal ini semua arus barang, manusia, jasa, investasi dan modal bebas bergerak di
kawasan ini tanpa ada protect. Namun, untuk mencapai tahapan ini tidak mudah, suatu regionalisme
harus sudah benar-benar kokoh dan kuat serta masing-masing negara rela mengorbankan sedikit
kedaulatannya dan kompak dalam menjalankannya.

Pasar tunggal Asean direncanakan akan terbentuk pada tahun 2015, namun masih muncul pro dan
kontra dalam isu ini (ninafadilla.blogspot.com: 2010). Bagi yang pro, sedikitnya ada empat alasan
yang mendasarinya. Pertama, dengan adanya pasar tunggal Asean, perusahaan dalam negeri dan
masyarakat regional akan lebih mampu berkompetisi dengan pasar internasional. Dengan begitu,
tingkat kesejahteraan penduduk diprediksi akan meningkat karena persaingan dalam perekonomian
dengan terpacunya setiap individu yang ingin memperoleh kehidupan yang layak. Kedua, terbukanya
lapangan pekerjaaan yang berarti mengurangi penggangguran negara. Banyaknya perdagangan dan
perusahaan internasional yang masuk maka akan sangat membutuhkan tenaga kerja. Ketiga, setiap
individu dan barang-barang yang masuk dan keluar akan lebih mudah dan bebas hambatan untuk
mengembangkan pasar internasional di negara lain. Keempat, ada suatu kebijakan dalam sistem ini
yang mana semua keunggulan dari barang-barang perdagangan setiap negara di kawasan ditampung
dalam suatu wadah pasar tunggal. Sehingga, disini akan menguntungkan masing-masing negara
karena bergabung menjadi satu dan sesama anggota Asean tidak bersaing dalam ekspor impor barang
yang sama. Bilapun sama maka akan dapat bekerjasama.

Sedangkan bagi masyarakat yang kontra, setidaknya ada tiga alasan yang melatarinya. Pertama,
belum siapnya beberapa negara Asean untuk mengadakan infrasrtuktur dengan segala kebijakannya
yang akan berdampak pada keterpurukan rakyat miskin dan tidak berpendidikan. Kedua, dengan
semakin bebasnya sistem ini, maka pengusaha kecil dan pengusaha tradisional yang belum kuat akan
dengan mudah tergusur dan gulung tikar akibat persaingan dari pengusaha kelas kakap negara luar.
Ketiga, masing-masing negara anggota Asean tidak mustahil bersaing tidak sehat sehingga sulit untuk
menyatukan prinsip dan pemikiran. Hal ini juga disebabkan karena masih banyak ketimpangan dan
kesenjangan ekonomi antar negara-negara Asia Tenggara.

Namun demikian, paham tidak paham, sepakat tidak sepakat, gong pasar tunggal ini telah ditabuh dan
pementasannya akan dimulai pada tahun 2015.

                                        PEMBAHASAN
1. Genealogi Pasar Tunggal Asean 2015
   Globalisasi mempunyai dimensi ideologi yaitu kapitalisme, dan dimensi ekonomi yaitu pasar
   bebas, di samping dimensi teknologi yaitu teknologi informasi yang menyatukan dunia. Dengan
   runtuhnya sekat-sekat dunia maka musuh yang dihadapi tidak berada di luar tembok, tetapi telah
   berada dalam lingkungan kita (Ali Yafie, dkk: 2003, 99).
   Dalam era global perusahaan-perusahaan raksasa, apa yang disebut Trans National Corporations
   (TNCs), sangat mungkin mencengkeramkan kekuasaan dan meningkatkan kekayaannya, yang
   pada gilirannya untuk dapat melakukan kontrol politik terhadap dunia.
   Globalisasi dengan dimensi pasar bebasnya mengajarkan tiga ajaran fundamental neo-liberalisme
   yaitu perdagangan bebas atas barang dan jasa, sirkulasi modal secara bebas/liberalisasi keuangan,
   dan kebebasan investasi. Ajaran ini otomatis menjadi pedoman bagi negara-negara yang
   bersepakat menyelenggarakan pasar bebas. Dus, termasuk negara-negara di Asia Tenggara
   dengan pasar tunggalnya.
   Kita bisa baca tema implementasi pasar tunggal Asean 2015 adalah sektor barang dan jasa. Tujuh
   sektor barang yang dimaksud yaitu produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, karet, tekstil
   dan produk tekstil (TPT), perikanan, dan barang dari kayu. Sedangkan lima sektor jasanya adalah
   layanan transportasi udara, layanan dalam jaringan, pariwisata, kesehatan dan logistik.
   Sebelumnya dipancangkan lima komponen utama dalam arus pembentukan pasar tunggal Asean
   2015 yaitu adanya aliran barang, jasa, investasi, modal dan aliran tenaga terampil.
   Pada akhirnya bisa dibaca bahwa pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara ini terbentuk dari
   dimensi pasar bebas, dan pasar bebas mengajarkan neo-liberalisme.
2. Genealogi Pendidikan
   Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia seutuhnya yang telah melembaga dalam konteks
   budaya. Dalam konteks ini, pendidikan adalah gua garba yang melahirkan subyek sosial yang
   memiliki mandat memimpin dan mengelola sumber daya alam semesta menjadi bermanfaat bagi
   kemanusiaan. Untuk itu, manusia sudah semestinya melakukan integrasi dengan lingkungan
   dimana dia berada.
   Integrasi dengan lingkungan --berbeda dengan adaptasi-- adalah ciri khas aktifitas manusia.
   Integrasi muncul dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah
   kemampuan kritis untuk membuat pilihan dan mengubahnya (Paulo Freire, terj. Martin Eran:
   2003, 3).
   Manusia sempurna adalah manusia sebagai subyek. Sebaliknya, manusia yang hanya beradaptasi
   adalah manusia sebagai obyek. Adaptasi merupakan bentuk pertahanan diri yang paling rapuh.
   Seseorang menyesuaikan diri karena dia tidak mampu mengubah realitas.
   Konsep manusia sebagai subyek adalah manusia yang “hidup” dan “ada”. Istilah “hidup” (to live)
   dan “ada” (to exist) mengandung makna berbeda. Di sini, to exist lebih dari sekedar to live,
   “mengada” atau “bereksistensi” lebih dari sekedar “hidup” melainkan juga “bersama dengan
   dunia”. Manusia sebagai eksistensi mampu berkomunikasi dengan dunia obyektif sehingga
   memiliki kemampuan kritis. Kemampuan kritis tidak dimiliki bila hanya sekedar hidup (Paulo
   Freire, terj: 2003, 77).
   Dalam konteks budaya pula, sudah semestinya pendidikan adalah praktik yang mencerdaskan,
   mencerahkan dan membebaskan. Cerdas, cerah, dan bebas dari penindasan, pembodohan, dan
   pemiskinan.
   Seorang cendekiawan muslim, Nurcholis Madjid, mengatakan bahwa “Allah menciptakan
   manusia dengan suatu fitrah (nature); bebas untuk memilih, menyatakan pendapat, dan
   melakukan sesuatu berdasarkan pilihan dan pendapatnya itu” (Nurcholis Madjid: 1992, 560).
   Ini berarti, bebas dari ketertindasan, kebodohan dan kemiskinan adalah hak asasi manusia yang
   bersifat given, manusia yang lain tidak bisa merampasnya. Sama artinya bahwa pemerataan
   kecerdasan, peningkatan kesejahteraan hidup dan pengakuan eksistensi diri adalah mutlak milik
   setiap orang, setiap warga negara. Untuk itu, agar memiliki kecerdasan yang berefek pada
   peningkatan kesejahteraan hidup dan pengakuan eksistensi diri, setiap warga negara harus
   dididik.
   Manusia terdidik pada akhirnya mewujud menjadi manusia yang berpartisipasi aktif dan siap
   menghadapi realitas secara kritis. Kecakapan dan kompetensi yang dimiliki akan menjadi pisau
analisis sekaligus jalan keluar terhadap problematika yang dihadapi. Manusia terdidik adalah
   problem solver, bukan problem maker.
3. Fakta Lapangan
   Melihat realitas, sumber daya manusia kita belum mampu bersaing secara optimal di pasar. Ini
   bisa dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dibandingkan dengan negara
   anggota Asean lainnya.
   Dalam indeks pembangunan manusia tahun 2010, Indonesia menempati urutan keenam di antara
   10 negara anggota Asean dan urutan ke-111 dari 182 negara di dunia. Sementara itu, angka
   partisipasi kasar (APK) pendidikan dasar Indonesia berada di urutan keenam di Asean dan ke-69
   di dunia. Hal ini menunjukkan masih rendahnya partisipasi pendidikan dan tingkat kesesuaian
   pendidikan dengan kebutuhan pasarkerja. Dari total angkatan kerja sebesar 116,53 juta jiwa,
   sekitar 50,38% maksimal hanya berpendidikan sekolah dasar. Fakta ini menunjukkan rendahnya
   kualitas tenaga kerja Indonesia. Rendahnya pendidikan juga menyebabkan banyak lowongan
   kerja yang tak terisi. Tahun lalu, sedikitnya terdapat 2,38 juta lowongan kerja, namun hanya
   terisi 1,62 juta orang. Artinya, ada 32% lowongan kerja yang tidak dapat terisi. Umumnya,
   ketidakterisian itu akibat rendahnya tingkat pendidikan dan tidak sesuainya keahlian pencari
   kerja.
   Mobilitas tenaga kerja terampil takkan terbendung pada 2015, saat komunitas Masyarakat
   Ekonomi Asean (MEA) berlaku efektif. Indonesia tidak bisa lagi menutup pasar tenaga kerja
   bagi negara Asean lainnya. Tanpa akselerasi dalam peningkatan kualitas pendidikan dan
   keterampilan serta kesungguhan dalam menjalankan konsep link and match antara dunia
   pendidikan dan dunia usaha, bukan mustahil, pasar tenaga kerja di sektor usaha yang
   menjanjikan pendapatan tinggi diisi oleh pekerja asing. Tenaga kerja Indonesia bisa jadi bakal
   terpinggirkan dan hanya akan menjadi pesuruh bangsa lain.
   Kita sudah melihat betapa dahsyatnya serbuan produk Tiongkok ke negeri ini. Sejak perdagangan
   bebas Asean-Tiongkok (CAFTA) berlaku efektif 1 Januari 2010, produk Indonesia tak bisa lagi
   menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
   Kita tidak menafikan bahwa banyak anak bangsa yang memiliki talenta dan kecerdasan luar
   biasa. Namun, secara umum, daya saing tenaga kerja Indonesia saat ini masih rendah
   dibandingkan Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Menurut Asian Productivity
   Organization (APO), dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3% yang
   terampil, sedangkan Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%.
   Fakta lain menunjukkan, pemerintah telah memasok tenaga kerja Indonesia (TKI) ke sejumlah
   negara. Hingga Desember 2010, jumlah WNI yang bekerja di luar negeri mencapai 3,29 juta
   orang. Sebagai bagian dari MEA, kita memang sudah memasok banyak tenaga kerja ke Malaysia
   dan Singapura. Bahkan, jumlah TKI di Malaysia mencapai 2,2 juta orang. Meski begitu, kita juga
   sering mendengar kisah pilu dari para TKI kita. Nasib mereka pun tidak semakin baik. Buruknya
   kualitas tenaga kerja ini, mau tidak mau menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan untuk
   selalu memperbaiki sistem dan prakteknya.

Tantangan Dunia Pendidikan Menghadapi Pasar Tunggal Asean 2015

Ketika pendidikan terlibat menyambut datangnya pasar tunggal Asean 2015, sejatinya adalah
mempersiapkan sumber daya manusia yang terampil, peka dan kritis. Terampil bekerja, peka
permasalahan dan kritis dalam berperan.

Ketiga kecakapan ini mutlak hadir dalam pasar tunggal Asean. Pasar tunggal tidak bisa dipahami dari
aspek ekonomi saja, melainkan juga dari aspek non-ekonomi yaitu ideologi, sosial, politik, budaya,
dan sebagainya. Pemahaman ini perlu dibangun dan diinternalisasikan agar Indonesia menjadi negara
yang mandiri dan bermartabat. Mandiri berarti bebas dari intervensi bangsa lain dalam menentukan
arah kebijakannya, termasuk kebijakan mencerdaskan dan menyejahterakan rakyatnya. Bermartabat
berarti bekerjasama dengan bangsa lain tanpa harus kehilangan (karena menjual) harga diri.

Tampaknya dari ilustrasi di atas, konsep pendidikan link and match, yang digagas oleh Prof. Dr. Ing.
Wardiman Djojonegoro, mantan Mendiknas tahun 1993-1998, telah menemukan momentumnya.
Wardiman mengatakan bahwa “era globalisasi menuntut sumber daya manusia tangguh. Pendidikan
yang berorientasi aspek kompetensi menjadi kuncinya. Mengingat pentingnya aspek kompetensi,
prinsip linkage and matching harus dikembangkan. Paradigma pendidikan harus mulai berubah dari
supply minded (orientasi jumlah) menjadi demand minded (orientasi kebutuhan) ke dunia kerja”
(archive.web.dikti.go.id: 11 Juli 2011). Namun konsep pendidikan ini bukan tanpa tantangan, bahkan
tentangan.

Konsep link and match memang bisa menjawab tantangan pasar tunggal, demi mengatasi persoalan
pengangguran terdidik di ranah ekonomi. Akan tetapi, tentangan terhadap konsep ini juga tidak perlu
buru-buru ditolak.
Bagi yang pro, ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, pendidikan link and match bisa menjadi
jalan keluar bagi para lulusan sekolah memasuki pasar kerja. Kedua, dengan para lulusan sekolah bisa
memasuki pasar kerja, berarti beban pemerintah tentang pengangguran bisa teratasi.

Sedangkan yang kontra, sedikitnya ada tiga alasan yang melatarinya. Pertama, jika pendidikan link
and match mengajarkan keterampilan fisik saja, itu berarti pendidikan tidak lebih dari proses
pembuatan robot-robot yang siap dipabrikasi, dan ini berarti pendidikan adalah proses dehumanisasi,
dan dehumanisasi adalah pelanggaran hak asasi manusia. Kedua, pendidikan nampak sebagai alat
melahirkan pekerja-pekerja pabrik dan manusia menjadi komoditi. Ketiga, tidak mungkin lulusan
sekolah siap 100% kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan (ririsatria40.wordpress.com: 11 Juli
2011). Alasannya, setiap perusahaan itu unik dan tidak ada yang persis sama mulai dari aspek strategi
bisnisnya, struktur organisasinya, sistem dan prosedur kerjanya, budaya organisasinya, bahkan sampai
sistem nilai perusahananya.

Pro kontra ini semestinya tidak ditempatkan secara berhadap-hadapan, melainkan sinergis untuk
menemukan model pendidikan yang baik; pendidikan yang berefek pada pembangunan warga negara
yang berkarakter dan menjamin tercapainya peningkatan taraf hidup, sekaligus berkontribusi pada
kemajuan bangsa. Suatu negara akan menjadi maju, tidak ditentukan oleh lama dan luas wilayahnya,
tetapi lebih ditentukan oleh sumber daya manusia yang ada didalamnya.
Dengan asumsi ini, problem-posing education (pendidikan hadap-masalah) bisa menjadi salah satu
pilihan. Pendidikan hadap-masalah adalah sebentuk pendidikan yang kritis dalam keaksaraan
fungsional, dalam melihat realitas. Pendidikan ini mengkaitkan teks dan konteks secara kritis. Belajar
adalah bersikap pada dunia. Pendidikan adalah pembebasan; bebas dari penindasan, pembodohan dan
pemiskinan (Paulo Freire, terj: 2000, 31).

Proses problematisasi pada dasarnya adalah refleksi atas isi problem yang muncul dari suatu
tindakan, atau refleksi atas tindakan itu sendiri untuk dapat bertindak lebih baik lagi. Jadi, pada
dasarnya pendidikan adalah “keberlangsungan” dalam ketegangan antara permanensi dan perubahan.
Di sinilah alasan mengapa pendidikan harus selalu diposisikan sebagai “proses menjadi” bukan
sesuatu yang selesai.

Adapun ciri pendidikan hadap-masalah adalah: 1) memilih tugas berdasarkan realitas, 2) dialog
sebagai prasyarat sebagai laku pemahaman untuk menguak realitas, 3) murid diarahkan sebagai
pemikir yang kritis, 4) mendasari atas kreatifitas, sehingga mendorong refleksi dan tindakan yang
benar atas realitas, 5) manusia menjadi makhluq yang berada dan selalu dalam pembelajaran.

Pasar tunggal ASEAN sebagai realitas sudah semestinya diterima dan dihadapi secara kritis, bukan
nrimo ing pandum. Artinya, Indonesia ikut aturan main pasar kawasan regional tersebut, tetapi
Indonesia tidak boleh dipermainkan negara-negara lainnya, lebih-lebih jika mengorbankan rakyatnya
sebagai komoditas.

Bagi negara Indonesia, pasar tunggal harus menjadi arena show of force atas keunggulan-keunggulan
kompetitif yang dimiliki, sekaligus menjadi cermin koreksi atas ketertinggalan-ketertinggalan dari
negara anggota ASEAN yang lain, khususnya ketertinggalan dalam mendidik rakyatnya sebagai
sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi.
KESIMPULAN

1. Pendidikan memiliki peran penting, dan tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menyiapkan
   manusia Indonesia yang kualified dan marketable, sehingga tidak terpinggirkan dalam arus pasar
   tunggal.
2. Dalam menghadapi pasar tunggal, pendidikan bisa menjalankan konsep link and match, yaitu
   mengkaitkan lulusan sekolah dengan kebutuhan pasar kerja.
3. Agar pendidikan tidak terjebak praktek dehumanisasi dan robotisasi, maka bisa diatasi dengan
   menerapkan konsep problem posing education, yaitu mendasarkan teks (teori) pada konteks
   dengan mengangkat problem yang ada.
4. Pendidikan harus diintegrasikan dengan lingkungan, bukan hanya beradaptasi. Integrasi berbeda
   dengan adaptasi. Integrasi muncul dari kemampuan menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah
   kemampuan kritis untuk membuat pilihan dan mengubahnya.
5. Harus dipahami bahwa mendidik rakyat menjadi cerdas dan kritis, merupakan sebuah investasi
   dan esensi yang sesungguhnya dari konsep human capital.


                                 UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Dr. Eng. Jamhir Safani, yang telah memberikan bimbingan dan
apresiasi pada penulisan makalah ini.


                                     DAFTAR PUSTAKA

Adiministrator, 2008. Wardiman Kembali Ingatkan Link and Match., http://archive.web.dikti.go.id(11
         Juli 2011)
Althaf, 2010. IPM Indonesia Jauh Di Bawah Malaysia. http://arrahmah.com (14 Juli 2011)
           Depdiknas, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Balai Pustaka. Jakarta.
Fadilla. Nina, 2010. Pasar Tunggal ASEAN 2015. http://ninafadilla.blogspot.com (7 Juli 2011)
          Fanani. Achmad, 2009. Kamus Istilah Populer. Cetakan I. Mitra Pelajar. Jogjakarta.
Freire. Paulo, 2001. Pendidikan Yang Membebaskan. Cet.akanI. Terjemahan Martin Eran.: Media
         Lintas Batas. Jakarta.
Freire. Paulo, 2000. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan. Cetakan I.
         Terjemahan Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyartanto. ReaD. Yogyakarta.
Madjid. Nurcholis, 1992. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
         Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan. Cetakan II. Yayasan Wakaf Paramadina. Jakarta.
               Yafie. Ali dkk, 2003. Fiqih Perdagangan Bebas. Cetakan I. Teraju. Jakarta.
Pendidikan dan Pasar Tunggal

More Related Content

Similar to Pendidikan dan Pasar Tunggal

2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)putra prasojo
 
Makalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesia
Makalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesiaMakalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesia
Makalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesiaSeptian Muna Barakati
 
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana UndikshaKeterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana UndikshaI Wayan Redhana
 
Term of Reference | Program Reformis Muda Indonesia
Term of Reference | Program Reformis Muda IndonesiaTerm of Reference | Program Reformis Muda Indonesia
Term of Reference | Program Reformis Muda IndonesiaYouth Corps Indonesia
 
Peran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 ppt
Peran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 pptPeran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 ppt
Peran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 pptSALISAYUMNA
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 
Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21Farish Farisha
 
Peran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic community
Peran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic communityPeran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic community
Peran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic communitymustarinuralam
 
Ekonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docx
Ekonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docxEkonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docx
Ekonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docxRajaindahpermatasari1
 
Tugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan Internasional
Tugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan InternasionalTugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan Internasional
Tugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan InternasionalNasruddin Asnah
 
134 262-1 pasar bebas-sm
134 262-1 pasar bebas-sm134 262-1 pasar bebas-sm
134 262-1 pasar bebas-smelsiadeliafitri
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliBe Susantyo
 
Renstra mi sukajaya 2010 2015
Renstra mi sukajaya  2010   2015Renstra mi sukajaya  2010   2015
Renstra mi sukajaya 2010 2015Ajat Sudrajat
 

Similar to Pendidikan dan Pasar Tunggal (20)

2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
 
Kb 1 modul 1
Kb 1 modul 1Kb 1 modul 1
Kb 1 modul 1
 
Makalah global
Makalah globalMakalah global
Makalah global
 
Makalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesia
Makalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesiaMakalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesia
Makalah pengaruh globalisasi terhadap pendidikan indonesia
 
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana UndikshaKeterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
 
Makalah pendidikan 2
Makalah pendidikan 2Makalah pendidikan 2
Makalah pendidikan 2
 
Doc. 01 esai 2 k16
Doc. 01   esai 2 k16Doc. 01   esai 2 k16
Doc. 01 esai 2 k16
 
Term of Reference | Program Reformis Muda Indonesia
Term of Reference | Program Reformis Muda IndonesiaTerm of Reference | Program Reformis Muda Indonesia
Term of Reference | Program Reformis Muda Indonesia
 
Peran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 ppt
Peran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 pptPeran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 ppt
Peran mahasiswa dalam menghdapi revolusi industri 4 ppt
 
Makalah global
Makalah globalMakalah global
Makalah global
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
 
Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21
 
Peran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic community
Peran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic communityPeran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic community
Peran mahasiswa untuk indonesia dalam asean economic community
 
Ekonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docx
Ekonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docxEkonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docx
Ekonomi_Indonesia_dalam_Era_Globalisasi.docx
 
Modul 1 9
Modul 1 9Modul 1 9
Modul 1 9
 
Tugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan Internasional
Tugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan InternasionalTugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan Internasional
Tugas Teori Ekonomi Makro - Perdagangan Internasional
 
134 262-1 pasar bebas-sm
134 262-1 pasar bebas-sm134 262-1 pasar bebas-sm
134 262-1 pasar bebas-sm
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asli
 
Renstra mi sukajaya 2010 2015
Renstra mi sukajaya  2010   2015Renstra mi sukajaya  2010   2015
Renstra mi sukajaya 2010 2015
 
Tugas 5
Tugas 5Tugas 5
Tugas 5
 

Recently uploaded

Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKArifinAmin1
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...YulfiaFia
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptxHalomoanHutajulu3
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsBismaAdinata
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxKalpanaMoorthy3
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxpolianariama40
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 

Recently uploaded (20)

Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 

Pendidikan dan Pasar Tunggal

  • 1. Tantangan Dunia Pendidikan Menghadapi Pasar Tunggal Asean 2015 Nur Ulwiyah1 1 Fakultas Agama Islam Unipdu Jombang Email: nur_ulwiyah@yahoo.com ABSTRAK Menghadapi pasar tunggal ASEAN 2015, dunia pendidikan ditantang untuk berpartisipasi aktif. Kompetensi perserta didik diuji kelayakannya; harus qualified dan marketable, sehingga setelah lulus mereka menjadi subyek yang terintegrasi dalam percaturan pasar tunggal tersebut. Nampaknya, konsep pendidikan link and match yang digagas oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro telah menemukan momentumnya. Namun ada sebuah tantangan bagi konsep ini. Di satu sisi, keterkaitan dan kesesuaian pendidikan dengan pasar adalah keniscayaan. Di sisi lain, keterkaitan pendidikan masyarakat yang terserap pasar belum merata, salah satu faktornya karena tingkat pendidikan belum merata. Kasus Freeport di Papua adalah satu contohnya. Tantangan ini harus dijawab, salah satunya dengan konsep problem posing education (pendidikan hadap-masalah) yaitu pendidikan harus diintegrasikan dengan lingkungan, bukan hanya beradaptasi. Integrasi berbeda dengan adaptasi. Integrasi muncul dari kemampuan menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah kemampuan kritis untuk membuat pilihan dan mengubahnya, sehingga akhirnya pendidikan menjadi problem solver, bukan problem maker. Kata kunci: pasar tunggal ASEAN, pendidikan link and match, pendidikan hadap-masalah. ABSTRACT To face the Asean single market 2015, the world of education is challenged has role actively. The competence of learners participant are tested for their properness and also should qualified and marketable to be subject who are integrated in the role of Asean single market constellation. Apparently, the concept link and match education which is initiated by Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro has found the momentum. However, there is a challenge for this concept. Instead, the connection and compatibility of education with the market are sureness. In the other side, the connection of education society which is pervaded by the market is partial, it is caused by uneven education level. For instance, the Freeport case in Papua. This challenge should be answered, for example by using problem posing education concept. This concept tend to education which is integrated with the circle and not merely adaptation, because integration is different from adaptation. Integration comes from adaptation abilityby the realness critical ability to make and change an option. In the other word, education is not problem maker but a problem solver. Keywords: ASEAN single market, link and match education, problem posing education. PENDAHULUAN
  • 2. Berita tentang adanya pasar tunggal Asean 2015 telah menggema, meski gemanya tidak sepenuhnya ditangkap oleh semua lapisan masyarakat. Mengapa? Karena kehadiran pasar ini secara wadag tampil dengan perspektif ekonomi an sich. Sehingga lapisan masyarakat yang berada di luar ranah ekonomi, bisa jadi tidak tahu atau tidak mau tahu. Munculnya model pasar ini bisa ditebak adalah dampak dari globalisasi, dimana dengan adanya gelombang globalisasi akan terjadi perdagangan bebas dan terbentuknya penguatan masing-masing kawasan untuk bersama-sama menghadapi situasi yang serba kompleks di dunia internasional dalam bentuk regionalisme. Regionalisme adalah paham atau kecenderungan untuk mengadakan kerjasama yang erat antarnegara di satu kawasan. ASEAN adalah suatu bentuk regionalisme yang mulai diperhitungkan di percaturan politik internasional (Depdiknas: 2000, 940). Regionalisme memiliki banyak tujuan, salah satunya terbentuknya single market dalam kawasan regional tersebut. Pasar tunggal merupakan pasar bersama dalam suatu kawasan yang mana aturan dan kebijakannya dibentuk bersama, ekspor impor pun dilakukan bersama-sama. Meski sebenarnya sejauh pelacakan yang penulis lakukan, tidak ditemukan istilah “pasar tunggal”, yang ada adalah pasar; amal, apung, atom, bebas, bebas terbuka, derma, induk, gelap, jengek, kaget, konvensi, lesu, malam, modal, modern, penjual, swalayan, tahunan, dan uang (Depdiknas: 2000, 833). Selain itu yang ada adalah pasar; monopoli, monopolistik, oligopoli, perdana, perdana internasional, persaingan sempurna, dan sekunder (Achmad Fanani: 2009, 313), sehingga pasar tunggal ini bisa dibilang adalah istilah baru dalam nomenklatur perekonomian. Dalam pasar tunggal ini semua arus barang, manusia, jasa, investasi dan modal bebas bergerak di kawasan ini tanpa ada protect. Namun, untuk mencapai tahapan ini tidak mudah, suatu regionalisme harus sudah benar-benar kokoh dan kuat serta masing-masing negara rela mengorbankan sedikit kedaulatannya dan kompak dalam menjalankannya. Pasar tunggal Asean direncanakan akan terbentuk pada tahun 2015, namun masih muncul pro dan kontra dalam isu ini (ninafadilla.blogspot.com: 2010). Bagi yang pro, sedikitnya ada empat alasan yang mendasarinya. Pertama, dengan adanya pasar tunggal Asean, perusahaan dalam negeri dan masyarakat regional akan lebih mampu berkompetisi dengan pasar internasional. Dengan begitu, tingkat kesejahteraan penduduk diprediksi akan meningkat karena persaingan dalam perekonomian dengan terpacunya setiap individu yang ingin memperoleh kehidupan yang layak. Kedua, terbukanya lapangan pekerjaaan yang berarti mengurangi penggangguran negara. Banyaknya perdagangan dan perusahaan internasional yang masuk maka akan sangat membutuhkan tenaga kerja. Ketiga, setiap individu dan barang-barang yang masuk dan keluar akan lebih mudah dan bebas hambatan untuk mengembangkan pasar internasional di negara lain. Keempat, ada suatu kebijakan dalam sistem ini yang mana semua keunggulan dari barang-barang perdagangan setiap negara di kawasan ditampung dalam suatu wadah pasar tunggal. Sehingga, disini akan menguntungkan masing-masing negara karena bergabung menjadi satu dan sesama anggota Asean tidak bersaing dalam ekspor impor barang yang sama. Bilapun sama maka akan dapat bekerjasama. Sedangkan bagi masyarakat yang kontra, setidaknya ada tiga alasan yang melatarinya. Pertama, belum siapnya beberapa negara Asean untuk mengadakan infrasrtuktur dengan segala kebijakannya yang akan berdampak pada keterpurukan rakyat miskin dan tidak berpendidikan. Kedua, dengan semakin bebasnya sistem ini, maka pengusaha kecil dan pengusaha tradisional yang belum kuat akan dengan mudah tergusur dan gulung tikar akibat persaingan dari pengusaha kelas kakap negara luar. Ketiga, masing-masing negara anggota Asean tidak mustahil bersaing tidak sehat sehingga sulit untuk menyatukan prinsip dan pemikiran. Hal ini juga disebabkan karena masih banyak ketimpangan dan kesenjangan ekonomi antar negara-negara Asia Tenggara. Namun demikian, paham tidak paham, sepakat tidak sepakat, gong pasar tunggal ini telah ditabuh dan pementasannya akan dimulai pada tahun 2015. PEMBAHASAN
  • 3. 1. Genealogi Pasar Tunggal Asean 2015 Globalisasi mempunyai dimensi ideologi yaitu kapitalisme, dan dimensi ekonomi yaitu pasar bebas, di samping dimensi teknologi yaitu teknologi informasi yang menyatukan dunia. Dengan runtuhnya sekat-sekat dunia maka musuh yang dihadapi tidak berada di luar tembok, tetapi telah berada dalam lingkungan kita (Ali Yafie, dkk: 2003, 99). Dalam era global perusahaan-perusahaan raksasa, apa yang disebut Trans National Corporations (TNCs), sangat mungkin mencengkeramkan kekuasaan dan meningkatkan kekayaannya, yang pada gilirannya untuk dapat melakukan kontrol politik terhadap dunia. Globalisasi dengan dimensi pasar bebasnya mengajarkan tiga ajaran fundamental neo-liberalisme yaitu perdagangan bebas atas barang dan jasa, sirkulasi modal secara bebas/liberalisasi keuangan, dan kebebasan investasi. Ajaran ini otomatis menjadi pedoman bagi negara-negara yang bersepakat menyelenggarakan pasar bebas. Dus, termasuk negara-negara di Asia Tenggara dengan pasar tunggalnya. Kita bisa baca tema implementasi pasar tunggal Asean 2015 adalah sektor barang dan jasa. Tujuh sektor barang yang dimaksud yaitu produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, karet, tekstil dan produk tekstil (TPT), perikanan, dan barang dari kayu. Sedangkan lima sektor jasanya adalah layanan transportasi udara, layanan dalam jaringan, pariwisata, kesehatan dan logistik. Sebelumnya dipancangkan lima komponen utama dalam arus pembentukan pasar tunggal Asean 2015 yaitu adanya aliran barang, jasa, investasi, modal dan aliran tenaga terampil. Pada akhirnya bisa dibaca bahwa pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara ini terbentuk dari dimensi pasar bebas, dan pasar bebas mengajarkan neo-liberalisme. 2. Genealogi Pendidikan Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia seutuhnya yang telah melembaga dalam konteks budaya. Dalam konteks ini, pendidikan adalah gua garba yang melahirkan subyek sosial yang memiliki mandat memimpin dan mengelola sumber daya alam semesta menjadi bermanfaat bagi kemanusiaan. Untuk itu, manusia sudah semestinya melakukan integrasi dengan lingkungan dimana dia berada. Integrasi dengan lingkungan --berbeda dengan adaptasi-- adalah ciri khas aktifitas manusia. Integrasi muncul dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah kemampuan kritis untuk membuat pilihan dan mengubahnya (Paulo Freire, terj. Martin Eran: 2003, 3). Manusia sempurna adalah manusia sebagai subyek. Sebaliknya, manusia yang hanya beradaptasi adalah manusia sebagai obyek. Adaptasi merupakan bentuk pertahanan diri yang paling rapuh. Seseorang menyesuaikan diri karena dia tidak mampu mengubah realitas. Konsep manusia sebagai subyek adalah manusia yang “hidup” dan “ada”. Istilah “hidup” (to live) dan “ada” (to exist) mengandung makna berbeda. Di sini, to exist lebih dari sekedar to live, “mengada” atau “bereksistensi” lebih dari sekedar “hidup” melainkan juga “bersama dengan dunia”. Manusia sebagai eksistensi mampu berkomunikasi dengan dunia obyektif sehingga memiliki kemampuan kritis. Kemampuan kritis tidak dimiliki bila hanya sekedar hidup (Paulo Freire, terj: 2003, 77). Dalam konteks budaya pula, sudah semestinya pendidikan adalah praktik yang mencerdaskan, mencerahkan dan membebaskan. Cerdas, cerah, dan bebas dari penindasan, pembodohan, dan pemiskinan. Seorang cendekiawan muslim, Nurcholis Madjid, mengatakan bahwa “Allah menciptakan manusia dengan suatu fitrah (nature); bebas untuk memilih, menyatakan pendapat, dan melakukan sesuatu berdasarkan pilihan dan pendapatnya itu” (Nurcholis Madjid: 1992, 560). Ini berarti, bebas dari ketertindasan, kebodohan dan kemiskinan adalah hak asasi manusia yang bersifat given, manusia yang lain tidak bisa merampasnya. Sama artinya bahwa pemerataan kecerdasan, peningkatan kesejahteraan hidup dan pengakuan eksistensi diri adalah mutlak milik setiap orang, setiap warga negara. Untuk itu, agar memiliki kecerdasan yang berefek pada peningkatan kesejahteraan hidup dan pengakuan eksistensi diri, setiap warga negara harus dididik. Manusia terdidik pada akhirnya mewujud menjadi manusia yang berpartisipasi aktif dan siap menghadapi realitas secara kritis. Kecakapan dan kompetensi yang dimiliki akan menjadi pisau
  • 4. analisis sekaligus jalan keluar terhadap problematika yang dihadapi. Manusia terdidik adalah problem solver, bukan problem maker. 3. Fakta Lapangan Melihat realitas, sumber daya manusia kita belum mampu bersaing secara optimal di pasar. Ini bisa dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dibandingkan dengan negara anggota Asean lainnya. Dalam indeks pembangunan manusia tahun 2010, Indonesia menempati urutan keenam di antara 10 negara anggota Asean dan urutan ke-111 dari 182 negara di dunia. Sementara itu, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan dasar Indonesia berada di urutan keenam di Asean dan ke-69 di dunia. Hal ini menunjukkan masih rendahnya partisipasi pendidikan dan tingkat kesesuaian pendidikan dengan kebutuhan pasarkerja. Dari total angkatan kerja sebesar 116,53 juta jiwa, sekitar 50,38% maksimal hanya berpendidikan sekolah dasar. Fakta ini menunjukkan rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia. Rendahnya pendidikan juga menyebabkan banyak lowongan kerja yang tak terisi. Tahun lalu, sedikitnya terdapat 2,38 juta lowongan kerja, namun hanya terisi 1,62 juta orang. Artinya, ada 32% lowongan kerja yang tidak dapat terisi. Umumnya, ketidakterisian itu akibat rendahnya tingkat pendidikan dan tidak sesuainya keahlian pencari kerja. Mobilitas tenaga kerja terampil takkan terbendung pada 2015, saat komunitas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) berlaku efektif. Indonesia tidak bisa lagi menutup pasar tenaga kerja bagi negara Asean lainnya. Tanpa akselerasi dalam peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan serta kesungguhan dalam menjalankan konsep link and match antara dunia pendidikan dan dunia usaha, bukan mustahil, pasar tenaga kerja di sektor usaha yang menjanjikan pendapatan tinggi diisi oleh pekerja asing. Tenaga kerja Indonesia bisa jadi bakal terpinggirkan dan hanya akan menjadi pesuruh bangsa lain. Kita sudah melihat betapa dahsyatnya serbuan produk Tiongkok ke negeri ini. Sejak perdagangan bebas Asean-Tiongkok (CAFTA) berlaku efektif 1 Januari 2010, produk Indonesia tak bisa lagi menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita tidak menafikan bahwa banyak anak bangsa yang memiliki talenta dan kecerdasan luar biasa. Namun, secara umum, daya saing tenaga kerja Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Menurut Asian Productivity Organization (APO), dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3% yang terampil, sedangkan Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%. Fakta lain menunjukkan, pemerintah telah memasok tenaga kerja Indonesia (TKI) ke sejumlah negara. Hingga Desember 2010, jumlah WNI yang bekerja di luar negeri mencapai 3,29 juta orang. Sebagai bagian dari MEA, kita memang sudah memasok banyak tenaga kerja ke Malaysia dan Singapura. Bahkan, jumlah TKI di Malaysia mencapai 2,2 juta orang. Meski begitu, kita juga sering mendengar kisah pilu dari para TKI kita. Nasib mereka pun tidak semakin baik. Buruknya kualitas tenaga kerja ini, mau tidak mau menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan untuk selalu memperbaiki sistem dan prakteknya. Tantangan Dunia Pendidikan Menghadapi Pasar Tunggal Asean 2015 Ketika pendidikan terlibat menyambut datangnya pasar tunggal Asean 2015, sejatinya adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang terampil, peka dan kritis. Terampil bekerja, peka permasalahan dan kritis dalam berperan. Ketiga kecakapan ini mutlak hadir dalam pasar tunggal Asean. Pasar tunggal tidak bisa dipahami dari aspek ekonomi saja, melainkan juga dari aspek non-ekonomi yaitu ideologi, sosial, politik, budaya, dan sebagainya. Pemahaman ini perlu dibangun dan diinternalisasikan agar Indonesia menjadi negara yang mandiri dan bermartabat. Mandiri berarti bebas dari intervensi bangsa lain dalam menentukan arah kebijakannya, termasuk kebijakan mencerdaskan dan menyejahterakan rakyatnya. Bermartabat berarti bekerjasama dengan bangsa lain tanpa harus kehilangan (karena menjual) harga diri. Tampaknya dari ilustrasi di atas, konsep pendidikan link and match, yang digagas oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro, mantan Mendiknas tahun 1993-1998, telah menemukan momentumnya.
  • 5. Wardiman mengatakan bahwa “era globalisasi menuntut sumber daya manusia tangguh. Pendidikan yang berorientasi aspek kompetensi menjadi kuncinya. Mengingat pentingnya aspek kompetensi, prinsip linkage and matching harus dikembangkan. Paradigma pendidikan harus mulai berubah dari supply minded (orientasi jumlah) menjadi demand minded (orientasi kebutuhan) ke dunia kerja” (archive.web.dikti.go.id: 11 Juli 2011). Namun konsep pendidikan ini bukan tanpa tantangan, bahkan tentangan. Konsep link and match memang bisa menjawab tantangan pasar tunggal, demi mengatasi persoalan pengangguran terdidik di ranah ekonomi. Akan tetapi, tentangan terhadap konsep ini juga tidak perlu buru-buru ditolak. Bagi yang pro, ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, pendidikan link and match bisa menjadi jalan keluar bagi para lulusan sekolah memasuki pasar kerja. Kedua, dengan para lulusan sekolah bisa memasuki pasar kerja, berarti beban pemerintah tentang pengangguran bisa teratasi. Sedangkan yang kontra, sedikitnya ada tiga alasan yang melatarinya. Pertama, jika pendidikan link and match mengajarkan keterampilan fisik saja, itu berarti pendidikan tidak lebih dari proses pembuatan robot-robot yang siap dipabrikasi, dan ini berarti pendidikan adalah proses dehumanisasi, dan dehumanisasi adalah pelanggaran hak asasi manusia. Kedua, pendidikan nampak sebagai alat melahirkan pekerja-pekerja pabrik dan manusia menjadi komoditi. Ketiga, tidak mungkin lulusan sekolah siap 100% kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan (ririsatria40.wordpress.com: 11 Juli 2011). Alasannya, setiap perusahaan itu unik dan tidak ada yang persis sama mulai dari aspek strategi bisnisnya, struktur organisasinya, sistem dan prosedur kerjanya, budaya organisasinya, bahkan sampai sistem nilai perusahananya. Pro kontra ini semestinya tidak ditempatkan secara berhadap-hadapan, melainkan sinergis untuk menemukan model pendidikan yang baik; pendidikan yang berefek pada pembangunan warga negara yang berkarakter dan menjamin tercapainya peningkatan taraf hidup, sekaligus berkontribusi pada kemajuan bangsa. Suatu negara akan menjadi maju, tidak ditentukan oleh lama dan luas wilayahnya, tetapi lebih ditentukan oleh sumber daya manusia yang ada didalamnya. Dengan asumsi ini, problem-posing education (pendidikan hadap-masalah) bisa menjadi salah satu pilihan. Pendidikan hadap-masalah adalah sebentuk pendidikan yang kritis dalam keaksaraan fungsional, dalam melihat realitas. Pendidikan ini mengkaitkan teks dan konteks secara kritis. Belajar adalah bersikap pada dunia. Pendidikan adalah pembebasan; bebas dari penindasan, pembodohan dan pemiskinan (Paulo Freire, terj: 2000, 31). Proses problematisasi pada dasarnya adalah refleksi atas isi problem yang muncul dari suatu tindakan, atau refleksi atas tindakan itu sendiri untuk dapat bertindak lebih baik lagi. Jadi, pada dasarnya pendidikan adalah “keberlangsungan” dalam ketegangan antara permanensi dan perubahan. Di sinilah alasan mengapa pendidikan harus selalu diposisikan sebagai “proses menjadi” bukan sesuatu yang selesai. Adapun ciri pendidikan hadap-masalah adalah: 1) memilih tugas berdasarkan realitas, 2) dialog sebagai prasyarat sebagai laku pemahaman untuk menguak realitas, 3) murid diarahkan sebagai pemikir yang kritis, 4) mendasari atas kreatifitas, sehingga mendorong refleksi dan tindakan yang benar atas realitas, 5) manusia menjadi makhluq yang berada dan selalu dalam pembelajaran. Pasar tunggal ASEAN sebagai realitas sudah semestinya diterima dan dihadapi secara kritis, bukan nrimo ing pandum. Artinya, Indonesia ikut aturan main pasar kawasan regional tersebut, tetapi Indonesia tidak boleh dipermainkan negara-negara lainnya, lebih-lebih jika mengorbankan rakyatnya sebagai komoditas. Bagi negara Indonesia, pasar tunggal harus menjadi arena show of force atas keunggulan-keunggulan kompetitif yang dimiliki, sekaligus menjadi cermin koreksi atas ketertinggalan-ketertinggalan dari negara anggota ASEAN yang lain, khususnya ketertinggalan dalam mendidik rakyatnya sebagai sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi.
  • 6. KESIMPULAN 1. Pendidikan memiliki peran penting, dan tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang kualified dan marketable, sehingga tidak terpinggirkan dalam arus pasar tunggal. 2. Dalam menghadapi pasar tunggal, pendidikan bisa menjalankan konsep link and match, yaitu mengkaitkan lulusan sekolah dengan kebutuhan pasar kerja. 3. Agar pendidikan tidak terjebak praktek dehumanisasi dan robotisasi, maka bisa diatasi dengan menerapkan konsep problem posing education, yaitu mendasarkan teks (teori) pada konteks dengan mengangkat problem yang ada. 4. Pendidikan harus diintegrasikan dengan lingkungan, bukan hanya beradaptasi. Integrasi berbeda dengan adaptasi. Integrasi muncul dari kemampuan menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah kemampuan kritis untuk membuat pilihan dan mengubahnya. 5. Harus dipahami bahwa mendidik rakyat menjadi cerdas dan kritis, merupakan sebuah investasi dan esensi yang sesungguhnya dari konsep human capital. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada Dr. Eng. Jamhir Safani, yang telah memberikan bimbingan dan apresiasi pada penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Adiministrator, 2008. Wardiman Kembali Ingatkan Link and Match., http://archive.web.dikti.go.id(11 Juli 2011) Althaf, 2010. IPM Indonesia Jauh Di Bawah Malaysia. http://arrahmah.com (14 Juli 2011) Depdiknas, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Balai Pustaka. Jakarta. Fadilla. Nina, 2010. Pasar Tunggal ASEAN 2015. http://ninafadilla.blogspot.com (7 Juli 2011) Fanani. Achmad, 2009. Kamus Istilah Populer. Cetakan I. Mitra Pelajar. Jogjakarta. Freire. Paulo, 2001. Pendidikan Yang Membebaskan. Cet.akanI. Terjemahan Martin Eran.: Media Lintas Batas. Jakarta. Freire. Paulo, 2000. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan. Cetakan I. Terjemahan Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyartanto. ReaD. Yogyakarta. Madjid. Nurcholis, 1992. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan. Cetakan II. Yayasan Wakaf Paramadina. Jakarta. Yafie. Ali dkk, 2003. Fiqih Perdagangan Bebas. Cetakan I. Teraju. Jakarta.