SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
BAB I

                                  PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang

        Embriologi adalah ilmu yang tentang perkembangan embrio dari

    pembuahan sel telur ke tahap janin. Janin atau embryo adalah makhluk yang

    sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam

    tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan

    dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa.

1..2 Proses Pembentukan Janin

       Spermatogenesis

        Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang

    masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang

    berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus

    seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone

    Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

    1.Spermatocytogenesis

           Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang

    akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif

    dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis.

    Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang

    menjadi spermatosit primer.
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti

   selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel

   anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois

            Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin

   banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan

   meiosis II.

            Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih

   yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan

   (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II

   memiliki inti yang gelap.

3 .Tahapan Spermiogenesis

            Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi

   4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil

   akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa

   kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari

   spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang

   23 pasang kromosom itu akan dipertahankan..

Oogenesis

Sel-Sel Kelamin Primordial

      Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm

embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium

germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing
sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang

melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk

folikel primordial.

       Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan

folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya

berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi

tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat

menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya

terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.

Oosit Primer

       Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu

pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan

disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu

kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut

DNA.

Pembelahan Meiosis Pertama

       Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami

pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah

sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing

mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena

mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih

kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat

membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid

pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan

bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa

pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah

satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua

sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan

genetik yang polanya berbeda.

Oosit Sekunder

       Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala

spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah

membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau

tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang

berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum

yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan

embrional.
BAB II

                                  PEMBAHASAN

2.1.Fertilisasi

        Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua

macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang

berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990)

fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa

masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru.

        Fertilisasi ovum yang telah matang oleh spermatozoa tunggal (23,X atau

23.Y) berlangsung di tuba falopii dalam beberapa jam pasca ovulasi. dengan

demikian maka komposisi genetik spermatozoa akan menentukan gender

konseptus.

        Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim

hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar

dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak

korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu

sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke

dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti

(nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu

dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).

        Fertilisasi   berperan   sebagai   pemicu   bagi   oosit   sekunder   untuk

menyelesaikan proses meiosis II. pronukleus laki-laki dan perempuan (masing-
masing haploid) menyatu untuk membentuk zygote yang memiliki jumlah

kromosom diploid.

2.2Pembelahan

        Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara

holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak

sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah

menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel, diteruskan

tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk balstomer

yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula.

        Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah

berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer.

Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil zigot.

Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah

pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel,

disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian,

vertical, ekuator dan latitudinal.

        Pembelahan awal menghasilkan tahap “dua sel” yang selanjutnya

menghasilkan tahap “empat sel” dan tahap “delapan sel”. Pembelahan semacam

ini terus berlangsung selama embrio berada dalam tuba falopii. Selanjutnya

terbentuklah bola sel padat yang disebut morula. Morula memasuki uterus pada

hari ke 3 – 4 pasca fertilisasi. Akumulasi cairan diantara blastomere menyebabkan

terbentuknya rongga berisi cairan yang mengubah bentuk morula menjadi

blastokis. Sekelompok sel padat berkumpul pada satu kutub blastokis dan
dinamakan “inner cell mass” yang kelak akan menghasilkan embrio. Pinggiran

luar blastokis membentuk “sel trofoektoderm” yang kelak akan menjadi

plasenta.

3.Blastulasi dan Nidasi

       Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan

terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan.

Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel,

proses pembentukan blastula disebut blastulasi.

       Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan

berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus.

Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen

uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan

dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa

terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi.

Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136) .

       Sebelum peristiwa implantasi, kumpulan sel yang mengelilingi blastokis

(zona pellucida) menghilang dan kemudian blastokista menempel pada

endometrium. Peristiwa ini disebut aposisi. Blastokista kemudian menginvasi

endometrium. Implantasi selesai pada hari ke 24 – 25 (10 – 11 hari pasca

konsepsi).

4.Gastrulasi

       Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan

dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini
merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi

perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan

bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan

sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk

melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-

organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm

di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar.

5. Tubulasi

       Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau

disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau

ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga

berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu

notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi

setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan

berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi

ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah

bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang

menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm

terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada

bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka,

bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat

urogenitalia.
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan

differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi

bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi

suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk

definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo

mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan

psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada

bumbung-bumbung:

   1. Bumbung epidermis

       Menumbuhkan:

          •   Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur

              (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.

          •   Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh,

              kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.

          •   Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.

          •    Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti

              lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.

          •   Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang

              menghasilkan bau tajam.

          •   Lapisan enamel gigi.

   2. Bumbung endoderm

          •   Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai

              rectum
•   Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta

       kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster

       dan intestium.

   •   Lapisan epitel paru atau insang.

   •   Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter),

       makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).

   •   Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-

       kelenjarnya.

3.Bumbung neural (saraf)

          •    Otak dan sumsum tulang belakang.

          •    Saraf tepi otak dan punggung.

          •    Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.

          •    Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.

4.Bumbung mesoderm

          •    Otot:lurik, polos dan jantung.

          •    Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai

       macam

               sel dan jaringan.

          •    Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.

          •    Ginjal dan ureter.

          •    Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis,

               tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa)
berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin,

                     trakea, bronchi, dan pembuluh darah.

                 •   Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat:

                     plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.

                 •   Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar

                     buntu.

                 •   Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama

                     pulpanya.

       Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak

berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6

embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah

mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm,

jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia

eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada

akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30

mm.

6.Tahap Perkembangan Fetus/Janin

       Tahap perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3 sampai ke 10.

Pada 6 bulan terakhir perkembangan manusia digunakan untuk meningkatkan

ukuran dan mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama.

Pada saat janin memasuki bulan ke 3, panjangnya 40 mm. Janin sudah

mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada usia ini
genitalnya belum dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan serta denyut

jantung sudah dapat didengarkan.

        Pada bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan

dibandingkan bagian badan, genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke

16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan

oleh ibu.

        Pada bulan ke 5 ukuran janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5 ukuran

fetus mencapai 160 mm. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak

diseluruh tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana

ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu.

Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.

        Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus,

organ internal sudah pada posisi normal.

        Pada bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah.

Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini

selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur

pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.

        Pada bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi

lemak sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika dilahirkan

70% dapat bertahan hidup.

        Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku

mulai       nampak       pada      ujung      jari       tangan    dan      kaki.

Pada bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang
dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi

sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh

darah palsenta juga mulai regresi.
BAB III

                                KESIMPULAN

       Embriologi adalah ilmu yang tentang perkembangan embrio dari

pembuahan sel telur ke tahap janin. Janin atau embryo adalah makhluk yang

sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam

tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari

bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa.

       Perkembangan janin sejak fertilisasi sampai aterm melalui beberapa tahap.

Dimulai dari : Zigot >> blastomer >> morula >> blastula >> grastula >>

embrioblast >> fetus.

More Related Content

What's hot

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanYandrawati S.KM
 
Bakteri Bacillus Anthracis
Bakteri Bacillus AnthracisBakteri Bacillus Anthracis
Bakteri Bacillus Anthracismarnitukan
 
KB 1 Radang Genitalia Eksterna
KB 1 Radang Genitalia EksternaKB 1 Radang Genitalia Eksterna
KB 1 Radang Genitalia Eksternapjj_kemenkes
 
Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)
Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)
Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)stikesby kebidanan
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Operator Warnet Vast Raha
 
Sistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilSistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilRahayu Pratiwi
 
Dasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiDasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiFarida Sihotang
 
Fisiologi sistem pencernaan
Fisiologi  sistem pencernaanFisiologi  sistem pencernaan
Fisiologi sistem pencernaanshafhandustur
 
Hormon Reproduksi pada Pria
Hormon Reproduksi pada PriaHormon Reproduksi pada Pria
Hormon Reproduksi pada PriaSulistia Rini
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitViodeta Viodeta
 
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitMakalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitFaishal Dany
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaHetty Astri
 

What's hot (20)

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
 
Bakteri Bacillus Anthracis
Bakteri Bacillus AnthracisBakteri Bacillus Anthracis
Bakteri Bacillus Anthracis
 
Makalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletalMakalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletal
 
Konsep infeksi
Konsep infeksiKonsep infeksi
Konsep infeksi
 
KB 1 Radang Genitalia Eksterna
KB 1 Radang Genitalia EksternaKB 1 Radang Genitalia Eksterna
KB 1 Radang Genitalia Eksterna
 
Farmakologi uterotonika
Farmakologi uterotonikaFarmakologi uterotonika
Farmakologi uterotonika
 
Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)
Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)
Konsep dasar mikrobiologi (indriana fitri)
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
 
Makalh thermoregulasi
Makalh thermoregulasiMakalh thermoregulasi
Makalh thermoregulasi
 
Sistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilSistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamil
 
Dasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologiDasar dasar parasitologi
Dasar dasar parasitologi
 
Fisiologi sistem pencernaan
Fisiologi  sistem pencernaanFisiologi  sistem pencernaan
Fisiologi sistem pencernaan
 
Hormon Reproduksi pada Pria
Hormon Reproduksi pada PriaHormon Reproduksi pada Pria
Hormon Reproduksi pada Pria
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Atresia Rekti Atresia Ani
Atresia Rekti Atresia AniAtresia Rekti Atresia Ani
Atresia Rekti Atresia Ani
 
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolitMakalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
Makalah kebutuhan manusia akan cairan dan elektrolit
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
 
Hipoksia
HipoksiaHipoksia
Hipoksia
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 

Viewers also liked

Bahan kuliah embriologi sistem pernapasan
Bahan kuliah embriologi sistem pernapasanBahan kuliah embriologi sistem pernapasan
Bahan kuliah embriologi sistem pernapasanDhanie Pradoto
 
Embriologi umum fk UMP
Embriologi umum fk UMPEmbriologi umum fk UMP
Embriologi umum fk UMPridwanpermana
 
Perkembangan Embrio
Perkembangan EmbrioPerkembangan Embrio
Perkembangan EmbrioRahma Rahma
 
Perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistem
Perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistemPerkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistem
Perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistemOperator Warnet Vast Raha
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiAgustin Dian Kartikasari
 
Pertanyaan 4
Pertanyaan 4Pertanyaan 4
Pertanyaan 4Delsaade
 
Sistim pernafasan.slide 09
Sistim pernafasan.slide 09Sistim pernafasan.slide 09
Sistim pernafasan.slide 09fikri asyura
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganJanez Chintyasa
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanNaflah Ariqah
 
Pertumbuhan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan perkembangan tumbuhanPertumbuhan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan perkembangan tumbuhanenggalfauzia
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan TumbuhanPertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan TumbuhanKenrick .
 
Perubahan fisiologis bbl
Perubahan fisiologis bblPerubahan fisiologis bbl
Perubahan fisiologis bblNova Ci Necis
 

Viewers also liked (20)

Bahan kuliah embriologi sistem pernapasan
Bahan kuliah embriologi sistem pernapasanBahan kuliah embriologi sistem pernapasan
Bahan kuliah embriologi sistem pernapasan
 
Embriologi umum fk UMP
Embriologi umum fk UMPEmbriologi umum fk UMP
Embriologi umum fk UMP
 
Perkembangan Embrio
Perkembangan EmbrioPerkembangan Embrio
Perkembangan Embrio
 
Perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistem
Perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistemPerkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistem
Perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus intra ke ekstra uterus dari sistem
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Pteridophyta
PPT Embriologi Tumbuhan - PteridophytaPPT Embriologi Tumbuhan - Pteridophyta
PPT Embriologi Tumbuhan - Pteridophyta
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
 
Pertanyaan 4
Pertanyaan 4Pertanyaan 4
Pertanyaan 4
 
Adaptasi fisiologi neonatus
Adaptasi fisiologi neonatusAdaptasi fisiologi neonatus
Adaptasi fisiologi neonatus
 
Sistim pernafasan.slide 09
Sistim pernafasan.slide 09Sistim pernafasan.slide 09
Sistim pernafasan.slide 09
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Pteridophyta 2
PPT Embriologi Tumbuhan - Pteridophyta 2PPT Embriologi Tumbuhan - Pteridophyta 2
PPT Embriologi Tumbuhan - Pteridophyta 2
 
K.p 6.32 dasar dasar embriologi
K.p 6.32 dasar dasar embriologiK.p 6.32 dasar dasar embriologi
K.p 6.32 dasar dasar embriologi
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
 
PPT Embriologi Tumbuhan
PPT Embriologi TumbuhanPPT Embriologi Tumbuhan
PPT Embriologi Tumbuhan
 
Pertumbuhan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan perkembangan tumbuhanPertumbuhan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan perkembangan tumbuhan
 
ppt respirasi
ppt respirasippt respirasi
ppt respirasi
 
Sist. respirasi
Sist. respirasiSist. respirasi
Sist. respirasi
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Angiospermae
PPT Embriologi Tumbuhan - AngiospermaePPT Embriologi Tumbuhan - Angiospermae
PPT Embriologi Tumbuhan - Angiospermae
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan TumbuhanPertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
 
Perubahan fisiologis bbl
Perubahan fisiologis bblPerubahan fisiologis bbl
Perubahan fisiologis bbl
 

Similar to EMBRIOLOGI

Proses terjadinya manusia berdasarkan IPTEK
Proses terjadinya manusia berdasarkan IPTEKProses terjadinya manusia berdasarkan IPTEK
Proses terjadinya manusia berdasarkan IPTEKmugnisulaeman
 
Pertemuan 6 (1).pptx
Pertemuan 6 (1).pptxPertemuan 6 (1).pptx
Pertemuan 6 (1).pptxalhikmah13
 
Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA
Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA
Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
GAMETOGENESIS.ppt
GAMETOGENESIS.pptGAMETOGENESIS.ppt
GAMETOGENESIS.pptandibrian
 
Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2Dzikri Fauzi
 
MATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptx
MATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptxMATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptx
MATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptxFIRYAL14
 
Biologi - Sistem Reproduksi Manusia
Biologi - Sistem Reproduksi ManusiaBiologi - Sistem Reproduksi Manusia
Biologi - Sistem Reproduksi ManusiaFransisca Rompas
 
Gametogenesis (Biologi IX SMP)
Gametogenesis (Biologi IX SMP)Gametogenesis (Biologi IX SMP)
Gametogenesis (Biologi IX SMP)Ramadhanty Putri
 
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9iBab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9iNining Mtsnkra
 
Biologi perkembaangan kb
Biologi perkembaangan kbBiologi perkembaangan kb
Biologi perkembaangan kbMJM Networks
 
94854162 anatomi-fisiologi-kehamilan
94854162 anatomi-fisiologi-kehamilan94854162 anatomi-fisiologi-kehamilan
94854162 anatomi-fisiologi-kehamilanagungwahyudi709
 
Sistem reproduksi pada manusia
Sistem reproduksi pada manusiaSistem reproduksi pada manusia
Sistem reproduksi pada manusiaMonica Lintang
 
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik AwalLecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik AwalCatatan Medis
 
Biosel pembelahan sell
Biosel pembelahan sellBiosel pembelahan sell
Biosel pembelahan sellDewi lestari
 
Materi Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdf
Materi Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdfMateri Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdf
Materi Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdfUstiAya
 
Fortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 GametogenesisFortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 GametogenesisIvho Mamonto
 

Similar to EMBRIOLOGI (20)

Proses terjadinya manusia berdasarkan IPTEK
Proses terjadinya manusia berdasarkan IPTEKProses terjadinya manusia berdasarkan IPTEK
Proses terjadinya manusia berdasarkan IPTEK
 
Pertemuan 6 (1).pptx
Pertemuan 6 (1).pptxPertemuan 6 (1).pptx
Pertemuan 6 (1).pptx
 
Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA
Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA
Pembuahan, nidasi dan plasentasi AKPER PEMKAB MUNA
 
sistem reproduksi
sistem reproduksisistem reproduksi
sistem reproduksi
 
gametogenesis
gametogenesisgametogenesis
gametogenesis
 
GAMETOGENESIS.ppt
GAMETOGENESIS.pptGAMETOGENESIS.ppt
GAMETOGENESIS.ppt
 
Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2
 
MATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptx
MATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptxMATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptx
MATERI PEMBELAHAN SEL BAB 4 KELAS 12 MARIYAH MITTAQUL JANNAH.pptx
 
Tugas ppt purwa
Tugas ppt purwaTugas ppt purwa
Tugas ppt purwa
 
Biologi - Sistem Reproduksi Manusia
Biologi - Sistem Reproduksi ManusiaBiologi - Sistem Reproduksi Manusia
Biologi - Sistem Reproduksi Manusia
 
Gametogenesis (Biologi IX SMP)
Gametogenesis (Biologi IX SMP)Gametogenesis (Biologi IX SMP)
Gametogenesis (Biologi IX SMP)
 
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9iBab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
 
Biologi perkembaangan kb
Biologi perkembaangan kbBiologi perkembaangan kb
Biologi perkembaangan kb
 
94854162 anatomi-fisiologi-kehamilan
94854162 anatomi-fisiologi-kehamilan94854162 anatomi-fisiologi-kehamilan
94854162 anatomi-fisiologi-kehamilan
 
Sistem reproduksi pada manusia
Sistem reproduksi pada manusiaSistem reproduksi pada manusia
Sistem reproduksi pada manusia
 
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik AwalLecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
 
Biosel pembelahan sell
Biosel pembelahan sellBiosel pembelahan sell
Biosel pembelahan sell
 
Materi Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdf
Materi Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdfMateri Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdf
Materi Pembelahan Sel (GAMETOGENESIS) - Ikramina Yusti Amina.pdf
 
Fortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 GametogenesisFortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 Gametogenesis
 
Fertilisasi
FertilisasiFertilisasi
Fertilisasi
 

EMBRIOLOGI

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Embriologi adalah ilmu yang tentang perkembangan embrio dari pembuahan sel telur ke tahap janin. Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa. 1..2 Proses Pembentukan Janin Spermatogenesis Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu : 1.Spermatocytogenesis Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
  • 2. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. 2. Tahapan Meiois Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap. 3 .Tahapan Spermiogenesis Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan.. Oogenesis Sel-Sel Kelamin Primordial Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing
  • 3. sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial. Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer. Oosit Primer Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA. Pembelahan Meiosis Pertama Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
  • 4. Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda. Oosit Sekunder Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1.Fertilisasi Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru. Fertilisasi ovum yang telah matang oleh spermatozoa tunggal (23,X atau 23.Y) berlangsung di tuba falopii dalam beberapa jam pasca ovulasi. dengan demikian maka komposisi genetik spermatozoa akan menentukan gender konseptus. Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n). Fertilisasi berperan sebagai pemicu bagi oosit sekunder untuk menyelesaikan proses meiosis II. pronukleus laki-laki dan perempuan (masing-
  • 6. masing haploid) menyatu untuk membentuk zygote yang memiliki jumlah kromosom diploid. 2.2Pembelahan Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula. Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal. Pembelahan awal menghasilkan tahap “dua sel” yang selanjutnya menghasilkan tahap “empat sel” dan tahap “delapan sel”. Pembelahan semacam ini terus berlangsung selama embrio berada dalam tuba falopii. Selanjutnya terbentuklah bola sel padat yang disebut morula. Morula memasuki uterus pada hari ke 3 – 4 pasca fertilisasi. Akumulasi cairan diantara blastomere menyebabkan terbentuknya rongga berisi cairan yang mengubah bentuk morula menjadi blastokis. Sekelompok sel padat berkumpul pada satu kutub blastokis dan
  • 7. dinamakan “inner cell mass” yang kelak akan menghasilkan embrio. Pinggiran luar blastokis membentuk “sel trofoektoderm” yang kelak akan menjadi plasenta. 3.Blastulasi dan Nidasi Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi. Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136) . Sebelum peristiwa implantasi, kumpulan sel yang mengelilingi blastokis (zona pellucida) menghilang dan kemudian blastokista menempel pada endometrium. Peristiwa ini disebut aposisi. Blastokista kemudian menginvasi endometrium. Implantasi selesai pada hari ke 24 – 25 (10 – 11 hari pasca konsepsi). 4.Gastrulasi Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini
  • 8. merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ- organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar. 5. Tubulasi Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
  • 9. Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung: 1. Bumbung epidermis Menumbuhkan: • Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji. • Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata. • Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba. • Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap. • Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam. • Lapisan enamel gigi. 2. Bumbung endoderm • Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum
  • 10. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium. • Lapisan epitel paru atau insang. • Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis). • Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar- kelenjarnya. 3.Bumbung neural (saraf) • Otak dan sumsum tulang belakang. • Saraf tepi otak dan punggung. • Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit. • Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment. 4.Bumbung mesoderm • Otot:lurik, polos dan jantung. • Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan. • Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya. • Ginjal dan ureter. • Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa)
  • 11. berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah. • Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium. • Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu. • Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya. Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm. 6.Tahap Perkembangan Fetus/Janin Tahap perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3 sampai ke 10. Pada 6 bulan terakhir perkembangan manusia digunakan untuk meningkatkan ukuran dan mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama. Pada saat janin memasuki bulan ke 3, panjangnya 40 mm. Janin sudah mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada usia ini
  • 12. genitalnya belum dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan serta denyut jantung sudah dapat didengarkan. Pada bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan, genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke 16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan oleh ibu. Pada bulan ke 5 ukuran janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi. Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus, organ internal sudah pada posisi normal. Pada bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah. Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup. Pada bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70% dapat bertahan hidup. Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki. Pada bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang
  • 13. dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
  • 14. BAB III KESIMPULAN Embriologi adalah ilmu yang tentang perkembangan embrio dari pembuahan sel telur ke tahap janin. Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa. Perkembangan janin sejak fertilisasi sampai aterm melalui beberapa tahap. Dimulai dari : Zigot >> blastomer >> morula >> blastula >> grastula >> embrioblast >> fetus.