Dokumen tersebut membahas tentang kemacetan dan berbagai solusi untuk mengatasinya. Kemacetan disebabkan oleh volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan dan menyebabkan kecepatan rendah. Pertumbuhan kendaraan bermotor sangat pesat dalam 10 tahun terakhir sehingga menimbulkan kemacetan parah. Kerugian akibat kemacetan mencapai triliunan rupiah per tahun karena waktu tidak produktif, bahan bakar, dan
2. I. KEMACETAN
• Mendefinisikan kemacetan secara tepat tidak mudah karena
banyaknya model perhitungan matematika, konsep dan
pendekatan yang berbeda-beda.
• Tetapi secara umum, Kemacetan ditandai dengan kondisi lalu
lintas sbb:
– Kecepatan rendah
– Waktu perjalanan yang lebih lama
– Antrian kendaraan yang panjang
• Ketika jumlah atau volume kendaraan (V) melebihi kapasitas
jalan (C) atau V/C ≥ 1,00 maka pergerakan menjadi sangat
lambat. Kendaraan dapat berhenti beberapa saat atau
bahkan cukup lama atau yang lebih ekstrem berhenti total.
• Untuk menjamin kondisi lalu lintas yang normal (tidak
macet), nilai perbandingan ideal antara volume dan kapasitas
(V/C) adalah 0.8 – 0.9. Pada kondisi ini rata-rata kecepatan
kendaraan sesuai dengan kecepatan rencana yang
disarankan.
3. II. PERTUMBUHAN KENDARAAN*
Tahun Sepeda Motor Kendaraan Bermotor
2002 17,002,130.00 22,985,183.00
2003 19,976,376.00 26,613,987.00
2004 23,061,021.00 30,541,954.00
2005 28,561,831.00 37,623,432.00
2006 32,528,758.00 43,313,052.00
2007 41,955,128.00 54,802,680.00
2008 47,683,681.00 61,685,063.00
2009 52,767,093.00 67,336,644.00
2010 61,078,188.00 76,907,127.00
2011 65,008,424.00 78,707,486.00
* Sumber: Data BPS dan Data Korlantas Polri
4. PERTUMBUHAN KENDARAAN (2)
• Dalam 10 tahun terakhir jumlah kendaraan bermotor
nasional tumbuh sebesar 342%. 83% adalah sepeda
motor.
• Jumlah kendaraan bermotor di wilayah Jakarta Depok
Tangerang Bekasi dan Karawang) sampai akhir tahun
2011 mencapai 13.347.802. Sebanyak 9.861.451 atau
73% adalah sepeda motor. (Ditlantas PMJ)
• Meskipun ada upaya peningkatan kapasitas jaringan,
misalnya pembangunan dua ruas jalan layang non tol
(Antasari-Blok M dan Kampung Melayu-Tanah Abang),
tetapi tampaknya kemacetan di jalan-jalan ibu kota
masih belum dapat teratasi.
5. III. KERUGIAN AKIBAT KEMACETAN (1)
Berbagai kerugian akibat kemacetan:
• Kerugian atas waktu produktif yang berkurang atau habis
selama kemacetan berlangsung yang dapat berimplikasi
pada ekonnomi suatu wilayah (negara, Kota, dll).
• Hilangnya peluang bisnis, keterlambatan hadir di pertemuan
atau kegiatan penting lainnya (opportunity cost).
Perhitungan waktu perjalanan yang tidak akurat
menyebabkan alokasi waktu yang lebih lama.
• Pemborosan bahan bakar
• Polusi udara
• Pemborosan pada biaya Perawatan kendaraan dan spare
part yang digunakan selama kemacetan (menjadi lebih
sering diganti atau servis).
6. KERUGIAN AKIBAT KEMACETAN (2)
• Tekanan psikologis dan stress akibat kekhawatiran terlambat
(cepat marah dan tidak toleran)
• Pada situasi emergency, korban menjadi lebih kritis (baik pada
saat petugas akan ke lokasi emergency ataupun dari lokasi
emergency ke Rumah sakit).
• Efek berantai pada jaringan jalan, berawal dari jalan-jalan utama
(primer), kemudian merambat ke jalan-jalan sekunder bahkan
hingga ke perumahan yang berakibat berkurangnya kenyamanan
tempat tinggal atau tempat bekerja.
• Kelelahan dan berkurangnya konsentrasi yang potensial
mengakibatkan kecelakanaan
7. KERUGIAN AKIBAT KEMACETAN (3)
• Besar kerugian secara pasti tidak dapat diperhitungkan
dengan tepat, meski ada asumsi bahwa kemacetan di
Indonesia saat ini menelan biaya sebesar, misalnya:
– Pada 2010, Dinas Perhubungan DKI Jakarta mendata potensi
kerugian hingga Rp 45 triliun. Biaya terbesar yakni kehilangan
waktu.
– Sementara seorang pakar lingkungan Universitas Indonesia,
Firdaus Ali, memprediksi kerugian mencapai Rp 28 triliun.
Biaya tertinggi akibat pemborosan bahan bakar minyak.
– Studi Kementerian Perekonomian mencatat potensi kerugian
akibat operasional kendaraan dan pemborosan BBM mencapai
angka Rp 27 triliun.
– Ketua Infrastructure Partnership and Knowledge Center, Harun
Al Rasyid mengungkapkan "Nilai kerugian akibat kemacetan
pada tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp12,8 triliun per
tahunnya,” (Upaya mengurai kemacetan di Jakarta, Selasa 18
Desember 2012)
8. III. SOLUSI ATASI KEMACETAN (1)
• Penyebab kemacetan bukan semata-mata karena industri
otomotif atau kurangnya infrastruktur, tetapi mencakup
berbagai aspek sistem transportasi lainnya, antara lain:
– Tata guna lahan (land use). Hal ini menyangkut tata ruang
dan wilayah dan ijin mendirikan bangunan.
– Keterpaduan moda transportasi terutama untuk kepentingan
penggunaan angkutan umum
– Pengaturan lalu lintas persimpangan (Traffic Control)
– Penyempitan jalan (bottle neck), kerusakan dan perbaikan
jalan atau insiden di jalan
– Perparkiran
– Gangguan samping jalan (side friction)
– Manajemen lalu lintas
– Jam kerja dan jam sekolah, hingga
– Perilaku pengguna jalan
9. SOLUSI (2)
• Menambah infrastruktur bukan solusi satu-satunya,
study membuktikan bahwa penambahan panjang jalan
atau pelebaran jalan pada akhirnya akan meningkatkan
volume lalu lintas di ruas jalan tersebut hingga
akhirnya akan menimbulkan kemacetan kembali.
(Gilles Duranton, Matthew A. Turner. "The
Fundamental Law of Road Congestion: Evidence from
U.S. Cities". American Economic Review, Volume 101,
Number 6, Pages 2616-52, October 2011).
• Mengurangi keinginan untuk bepergian dengan
kendaraan bermotor sangat mungkin dilakukan dengan
bantuan Teknologi Informasi yang sangat maju saat ini.
10. SOLUSI (3)
Berbagai solusi yang dapat dilakukan (selain membangung
infrastruktur) :
• Perbaikan Tata Ruang dan Wilayah serta perijinan
mendirikan bangunan
• Optimalisasi Manajemen lalu lintas,
– Pembatasan akses jenis kendaraan tertentu pada ruas jalan
tertentu
– Pembatasan jam operasional jenis kendaraan tertentu di
ruas jalan tertentu
– Pengaturan persimpangan yang adaptif dan terkordinasi
– Pengaturan kecepatan
– Penerapan Road Charging atau Electronic Road Pricing (ERP)
– Penerapan Car Sharing, mis. 3 in 1
– Penyediaan informasi lalu lintas aktual
– Contra Flow
11. Solusi (4)
• Mendorong penggunaan angkutan umum/massal, termasuk
pergantian moda dari kendaraan pribadi ke umum (Park and
Ride)
• Mendorong penggunaan moda tidak bermotor: Sepeda dan
Jalan kaki (termasuk fasilitas penunjangnya)
• Pembatasan kendaraan pribadi (baru) melalui instrume:
Pengetatan syarat Kredit, Penerapan Pajak Progresif, Scrap
system, Usia kendaraan, dan lain-lain.
• Penataan perparkiran
• Penertiban gangguan samping, diantaranya: parkir/berhenti
pada badan jalan dan kegiatan lain di sisi jalan
• Pengaturan jam kerja dan jam sekolah
• Pengaturan lokasi dan jam bongkar muat barang
• Pendidikan berlalu lintas sejak dini
• Kampanye tertib lalu lintas, dan
• Penegakan Hukum terhadap pelanggaran lalu lintas
12. SOLUSI (5)
• Polri dengan mitra-mitra lalu lintas terus berupaya untuk
berperan aktif dalam mengatasi kemacetan di Jakarta dan
kota-kota lain di Indonesia melalui kegiatan penjagaan,
pengaturan, dan patroli serta mengoptimalkan rekayasa
dan manajemen lalu lintas operasional.
• Polri juga berupaya membangun perilaku pengguna jalan
yang disiplin dan peduli pada keselamatan lalu lintas
melalui pendidikan lalu lintas, kampanye tertib lalu lintas,
pendidikan dan pengujian calon pengemudi, dan
penegakan hukum yang tegas dan simpatik
• Saat ini, Polri tengah gencar menggelorakan himbauan
untuk menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas melalui
slogan “Jadilah Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan
Budayakan Keselamatan sebagai Kebutuhan”