SlideShare a Scribd company logo
1 of 142
Download to read offline
LAPORAN AKHIR
   PRAKTIKUM TEKNIK MANUFAKTUR I
              PROSES PEMESINAN
      PEMBUATAN POROS BAWAH HYDROTILLER



                     Oleh
               KELOMPOK XVII
                   Anggota :
      RAHIM ISNAN A.H              0910912024
      RAHMAT NUR AFANDI            1010911017
      RYAN RAHMAN                  1010912047
      ISRATUL RAHMAD               1010912049
      FAUZI ABDULLAH               1010912062
      ARISMON SAPUTRA              1010913040


                   Asisten :
               NICKO ARNENDO




LABORATORIUM INTI TEKNOLOGI PRODUKSI
       JURUSAN TEKNIK MESIN
          FAKULTAS TEKNIK
        UNIVERSITAS ANDALAS
              PADANG
                2011
Abstrak


       Teknik Manufaktur 1 merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang
proses pemesinan. Yang mana dengan pelajaran ini diharapkan Mahasisiswa
dapat ; mengetahui cara-cara mengoperasikan mesin perkakas, mengetahui
karakteristik mesin perkakas yang dipakai serta mampu mempergunakan alat
ukur dan menganalisa sedemikian sehingga dapat merencanakan urutan proses
pemesinan dalam pembuatan suatu komponen serta menetukan kondisi
pemotongan yang sesuai untuk spesifikasi geometri yang diminta. Produk yang
kami buat adalah Poros Idler dan Leveling Block. Adapun prosos-proses yang
dilakukan dalam pembuatanya adalah proses bubut, freis, sekrap, gurdi, tapping,
snei, gergaji dan gerinda.
       Proses bubut untuk mengurangi diameter pada benda berja, berupa poros.
Proses freis di gunakan untuk membuat produk dengan bentuk prismatic, spie dan
roda gigi. Proses sekrap hampir sama dengan proses bubut tapi gerak potongnya
translasi yang dilakukan oleh pahat. Proses gurdi merupakan proses pembuatan
lubang atau membesarkan lubang pada sebuah objek dengan diameter tertentu.
Proses tapping untuk memproduksi ulir dalam sedangkan proses snei untuk ulir
luar. Proses gerinda berguna untuk memperhalus kwalitas pmemermukaan pada
benda. Sedangkan proses gergaji dilakukan untuk memotong benda kerja yang
berupa poros. Waktu actual yang di dapat dari ke dua proses produk adalah
69,65 menit sedangkan waktu teoritisnya adalah 55,015 menit. Dimana proses
bubut waktu actual 24,54 menit dan teori 15,848 menit, sedangkan proses freis
waktu actual 45,11 menit dan teori 39,167 menit. Terlalu mencoloknya perbedaan
antara waktu actual dan teori pada kedua proses disebabkan oleh seringnya
melakukan bongkar pasang benda kerja karma banyaknya proses-proses yang
harus dilakukan. Dalam praktikum proses produksi ini praktikan dapat melatih
keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja dalam mengoperasikan mesin-
mesin perkakas, serta mampu membuat suatu produk sesuai dengan toleransi
yang diizinkan.




                                                                             ii
PRAKATA




      Puji beserta syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan     segala   rahmat    serta   karunia-Nya,   sehingga       kami   dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi I di Laboratorium Inti
Teknologi Produksi (LITP).
       Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam meyelesaikan
kuliah berserta praktikum proses produksi 1 dari awal hingga selesai.
       Pelaksanaan dan penyusunan laporan ini tidak mungkin terlaksana tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
   1. Bapak Ir. Adam Malik, M. Eng. sebagai Kepala Laboratorium Inti
       Teknologi Produksi.
   2. Bapak Ir. Adam Malik, M. Eng, Bapak Zulkifli Amin dan Bapak Agus
       Sutanto yang telah memberikan pengetahuan dasar proses pemesinan pada
       mata kuliah Teknik Manufaktur I.
   3. Shahrul Azif selaku koordinator asisten, Muhammad Fahmadihan selaku
       koordinator praktikum dan Nicko Arnendo selaku asisten kelompok 17
       yang telah memberikan bimbingan selama praktikum dan penyusunan
       laporan akhir ini.
   4. Seluruh asisten Laboratorium Inti Teknologi Produksi (LITP).
   5. Rekan-rekan praktikan Teknik Manufaktur I jurusan Teknik Mesin serta
       semua pihak yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak
       langsung.
       Semoga dengan laporan akhir ini dapat diterima dan memberikan manfaat
bagi yang membaca, dan sangat kami harapkan              kritik dan saran untuk
kesempurnaan laporan akhir ini.
                                                     Padang , Desember 2011




                                                           Penulis
DAFTAR ISI
                                                                                                                 Hal

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii

ABSTRAK........................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ………….……………………………………………………. iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL …………………...……………………………………...                                                                         xii

BAB I       PENDAHULUAN

        1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 1

        1.2 Tujuan ………………………………………………………….... 1

        1.3 Manfaat ………………………………………………………….. 2

BAB II TUJUAN PUSTAKA

        2.1 Gambar Teknik ................................................................................. 3

              2.2.1 Fungsi Gambar ........................................................................ 3

              2.2.2 Garis-garis dalam gambar......................................................... 3

              2.2.3 Proyeksi Gambar .................................................................... 5

        2.2 Sejarah Perkembangan Manufaktur.................................................... 8

        2.3 Klasifikasi Proses Produksi................................................................ 8

             2.3.1 Proses Pemesinan ( machining ).............................................. 9

             2.3.2 Proses Pembentukan ( forming ) …………………………... 19

             2.3.3 Proses Pengecoran ( casting )..................................................               20

             2.3.4 Proses Peyambungan ( joining ).....................……................. 20

             2.3.5 Metalurgi Serbuk ( powder metallurgi..................................... 22

             2.3.6 Perakitan..................................................................................   23

             2.3.7 Proses Produksi Polymer.........................................................              23


                                                                                                                      iv
2.3.8 Perubahan Sifat Mekanik........................................................ 25

2.4 Mekanisme Terbentuknya Geram..................................................... 26

    2.4.1 Teori Lama.............................................................................. 26

    2.4.2 Teori Baru............................................................................... 27

2.5 Elemen Dasar Proses Pemesinan ………………………………... 30

    2.5.1 Proses Bubut ( turning ) ……………………………………30

    2.5.2 Proses Freis ( Milling ) …………………………………… 34

    2.5.3 Proses Gurdi ( Drilling ) …………………………………. 41

    2.5.5 Proses Sekrap ( Shaping ) ………………………………… 51

    2.5.5 Gerinda ( Grinding )............................................................... 47

    2.5.5 Penggergajian (sawing).......................................................... 54

2.6 Pahat …………………………………………………………….. 57

    2.6.1 Bagian-bagian Pahat ………………………………………. 57

    2.6.2 Bidang Pahat ……………………….......………………… 58

    2.6.3 Mata Potong Pahat ………………………………………... 58

    2.6.4 Material Pahat ………………………………………………60

    2.6.5 Umur Pahat ……………………………………………….. 69



2.7 Fluida Pendingin ( coolant ) …………………………………….. 72

    2.7.1 Fungsi Coolant ……………………………………………. 72

    2.7.2 Jenis-jenis Coolant ………………………………………... 72

    2.7.3 Pemakaian Coolant ................................................................ 74

    2.7.4 Pemeliharaan Cairan Pendingin.............................................. 77

2.8 Snei dan Tapping ..………………………………………………. 77

    2.8.1 Snei …………………………………………………………77

    2.8.2 Tapping ……………………………………………………. 78


                                                                                                         v
BAB III METODOLOGI

   3.1 Diagram Alir Praktikum ................................................................... 81

   3.2 Peralatan Praktikum ...........……………………………………… 83

        3.2.1 Mesin yang digunakan .....................................……………. 83

        3.2.2 Alat Ukur …………………………………………………. 85

        3.2.3 Alat Bantu ………………………………………………… 86

   3.3 Proses Pembuatan ……………………………………………….. 87

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

   4.1 Perhitungan …………………………………………………….... 92

        4.1.1 Proses Bubut ………………………………………………. 92

            4.1.1.1 Proses Facing ………………………………………..... 92

            4.1.1.2 Proses Facing bagian II ………………………............... 93

        4.1.2 Proses Gurdi. ……………………. …………………………. 95

        4.1.3 Proses Turning ……………………....……………………... 96

        4.1.4 Proses Sekrap .......................................................................... 106

        4.1.5 Proses Gurdi Bagian II ............................................................ 109

        4.1.6 Proses Pembuatan Ulir ............................................................ 110

   4.2 Analisa.............................................................................................. 111

        4.2.1 Analisa Proses ......................................................................... 111
              4.2.1.1 Proses Bubut ...................................................... ........ 111

                4.2.1.2 Analisa Proses Drilling ................................................ 112

                4.2.1.3 Analisa Proses Sekrap ............................................... . 113

                4.2.1.4 Analisa Proses Pembuatan Ulir .................................. 114




                                                                                                                   vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 115

    5.2 Saran …………………………………………………………….. 115


DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A Lembar Analisa Proses

LAMPIRAN B Gambar Produk

LAMPIRAN C Lembar Asistensi




                                               vii
DAFTAR GAMBAR

                                                                                                          Hal
Gambar 2.1 Garis nyata…………………………………………………………… 4
Gambar 2.2 Garis gores.................................................................................... 4
Gambar 2.3 Garis bergores ............................................................................... 4
Gambar 2.4 Garis bergores ganda ..................................................................... 4
Gambar 2.5 Proyeksi Eropa .............................................................................. 6
Gambar 2.6 Proyeksi Amerika .......................................................................... 7
Gambar 2.7 Alur proses produksi................................................................... 9
Gambar 2.8 Gerak potong .............................................................................. 10
Gambar 2.9 Gerak makan............................................................................... 10
Gambar 2.10 Pahat Mata Potong Tunggal...................................................... 11
Gambar 2.11 Pahat mata potong jamak.......................................................... 11
Gambar 2.12 Pahat mata potong tak hingga................................................... 11
Gambar 2.13 Permukaan silindrik .................................................................. 12
Gambar 2.14 Permukaan rata/lurus ................................................................ 13
Gambar 2.15 Gerinda selindrik (a) internal (b) eksternal .............................. 15
Gambar 2.16 Proses gerinda datar.................................................................. 15
Gambar 2.17 Gerinda datar .............................................................................. 15
Gambar 2.18 Proses ultrasonic ....................................................................... 16
Gambar 2.19 Proses kimia ............................................................................... 17
Gambar 2.20 Proses kimia listrik ...................................................................... 17
Gambar 2.21 Proses EDM................................................................................ 18
Gambar 2.22 Proses LBM .............................................................................. 18
Gambar 2.23 Water Jet Machining.................................................................... 19
Gambar 2.24 Proses pembentukan .................................................................... 19
Gambar 2.25 Pengecoran (a) Proses (b) Contoh Produk ..................................... 20
Gambar 2.26 Pengelasan .................................................................................. 21
Gambar 2.27 Baut untuk penyambungan tidak tetap .......................................... 21
Gambar 2.28 Paku keling untuk penyambungan semipermanen ................... 22
Gambar 2.29 Metallurgi serbuk (a) Proses (b) Contoh produk............................. 22


                                                                                                               viii
Gambar 2.30 Proses perakitan (a) Otomatis (b) Manual (c) Otomatis-Manual ...... 23
Gambar 2.31 Melamin ..................................................................................... 24
Gambar 2.32 Botol air mineral ......................................................................... 24
Gambar 2.33 Ban ............................................................................................ 24
Gambar 2.34 Heat treatment ............................................................................ 26
Gambar 2.35 Surface treatment dan contoh produk ............................................ 26
Gambar 2.36 Teori baru dan teori lama menerangkan terjadinya geram ....... 27
Gambar 2.37 Proses terbentuknya geram menurut teori analogi kartu .................. 28
Gambar 2.38 Gaya pembentukan geram ........................................................ 29
Gambar 2.39 Mesin bubut .............................................................................. 31
Gambar 2.40 Kondisi pemotongan bubut....................................................... 33
Gambar 2.41 Proses pada mesin bubut .............................................................. 34
Gambar 2.42 Mesin freis .................................................................................. 34
Gambar 2.43 Jenis mesin freis .......................................................................... 36
Gambar 2.44 Jenis pahat (a) up milling (b) down milling .................................... 36
Gambar 2.45 Proses freis datar dan freis tegak .............................................. 37
Gambar 2.46 Proses yang dapat dilakukan pada mesin freis ............................... 39
Gambar 2.47 Mesin freis .................................................................................. 40
Gambar 2.48 Mesin gurdi portable ................................................................... 42
Gambar 2.49 Mesin gurdi turet ......................................................................... 42
Gambar 2.50 Mesin gurdi vertikal.................................................................. 42
Gambar 2.51 Mesin gurdi dan bagian-bagiannya ............................................... 42
Gambar 2.52 Penggurdi puntir ....................................................................... 44
Gambar 2.53 Penggurdi pistol bergalur lurus (A)Penggurdi trepan
                     (B) Penggurdi pistol pemotongan ............................................ 44
Gambar 2.54 Pemotong untuk lubang pada logam tipis (A) Pemotong gergaji
                     (B) Freis kecil (fly cutting)....................................................... 45
Gambar 2.55 Pahat gurdi ................................................................................ 45
Gambar 2.56 Proses gurdi ............................................................................... 46
Gambar 2.57 Mesin gerinda ............................................................................. 47
Gambar 2.58 Proses gerinda ............................................................................. 49
Gambar 2.59 Mesin sekrap............................................................................... 52



                                                                                                                  ix
Gambar 2.60 Mesin sekrap............................................................................... 53
Gambar 2.61 Proses sekrap ............................................................................ 54
Gambar 2.62 Metoda Hack Saw ....................................................................... 54
Gambar 2.63 Metoda Band Saw ..................................................................... 55
Gambar 2.64 Metoda Power Hack saw ............................................................. 56
Gambar 2.65 bagiam-bagian dan bidang pahat bubut ......................................... 57
Gambar 2.66 Bentuk pahat bubut ................................................................... 58
Gambar 2.67 Pahat baja karbon ........................................................................ 61
Gambar 2.68 Pahat HSS .................................................................................. 62
Gambar 2.69 Pahat cor non ferro ...................................................................... 64
Gambar 2.70 Pahat karbida .............................................................................. 64
Gambar 2.71 Pahat ceramic............................................................................ 65
Gambar 2.72 Pahat CBN .................................................................................. 66
Gambar 2.73 Pahat intan .................................................................................. 66
Gambar 2.74 Jenis pahat dan tahun mulai digunakan ......................................... 68
Gambar 2.75 Keausan ujung dan kawah pada pahat ........................................... 70
Gambar 2.76 Keausan tepi dan kawah pada pahat .............................................. 70
Gambar 2.77 Ilustrasi beberapa jenis cairan pendingin ....................................... 74
Gambar 2.78 Pemakaian cairan pendingin dengan menggunakan nozel ............... 75
Gambar 2.79 Pahat gurdi (jenis end mill) .......................................................... 75
Gambar 2.80 Pemakaian cairan pendingin dengan cara dikabutkan ..................... 76
Gambar 2.81 Snei ............................................................................................ 78
Gambar 2.82 Proses Tapping............................................................................ 79
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Pembuatan Poros bawah
Hydrotiler .......................................................................................................... 82
Gambar 3.2 Mesin Gergaji (Sawing Machine) ................................................... 83
Gambar 3.3 Mesin Bubut (lathe)....................................................................... 84
Gambar 3.4 Mesin Sekrap (Shaping Machine) ................................................... 85
Gambar 3.5 Jangka Sorong............................................................................... 85
Gambar 3.6 Stopwatch ..................................................................................... 86
Gambar 3.7 Ragum .......................................................................................... 86
Gambar 3.8 Kuas ............................................................................................. 87



                                                                                                                           x
Gambar 3.9 Kunci L ........................................................................................ 87
Gambar 3.10 Benda Kerja Setelah di Sawing (gergaji).................................. 88
Gambar 3.11 Benda Kerja Sesudah di Facing (bubut muka)......................... 88
Gambar 3.12 Benda Kerja Setelah 2 kali di Turning .......................................... 89
Gambar 3.13 Benda Kerja Setelah facing sisi kiri .............................................. 89
Gambar 3.14 Benda Kerja Setelah di Turning sisi kiri ...................................... 89
Gambar 3.15 Benda Kerja setelah membuat ulir luar ......................................... 90
Gambar 3.16 Benda Kerja Setelah sekrap.......................................................... 90
Gambar 3.17 Benda Kerja Setelah drilling .................................................... 90
Gambar 3.18 Benda Kerja Setelah proses taping ........................................... 91




                                                                                                                 xi
DAFTAR TABEL

                                                                                                          Hal
Tabel 2.1 Garis dan Penggnaanya (ISO R128) ............................................. 5
Tabel 2.2 Klasifikasi proses pemesinan menurut jenis mesin, gerak potong
              dan gerak makan yang digunakan ................................................ 12
Tabel 2.3 Klasifikasi proses pemesinan berdasarkan mesin perkakas yang
             digunakan ...................................................................................... 13
Tabel 2.4 Perbedaan proses pemesinan dengan proses pembentukan........... 19
Tabel 2.5 Perbedaan Up Milling dengan Down Milling................................ 37
Tabel 2.6 Perbedaan antara pahat HSS dam Karbida.................................... 67
Tabel 2.7 Jenis pahat dan mulai digunakan................................................... 68
Tabel 4.1 Perhitungan waktu proses facing 1................................................ 93
Tabel 4.2 Perhitungan waktu proses facing 2................................................ 95
Tabel 4.3 Perhitungan waktu proses turning 1...............................................99
Tabel 4.4 Perhitungan waktu proses turning 2..............................................102
Tabel 4.3 Perhitungan waktu proses turning 3..............................................105
Tabel 4.5 Perhitungan waktu proses sekrap 1...............................................107
Tabel 4.6 Perhitungan waktu proses sekrap 2...............................................107
Tabel 4.7 Perhitungan waktu proses sekrap 3...............................................108
Tabel 4.8 Perhitungan waktu proses sekrap 4...............................................108




                                                                                                                   xii
BAB I

                              PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang

             Proses Produksi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu
      proses transformasi atau konveksi dari material atau bahan baku (baik
      logam maupun non logam) menjadi suatu produk setengah jadi atau pun
      produk jadi yang lebih berguna dengan memakai mesin-mesin perkakas
      atau peralatan tertentu dengan menggunakan metode yang sesuai.

             Pada proses pembuatan suatu benda kerja sangatlah dibutuhkan
      proses pengerjaan dengan mesin, dimana akan diperoleh benda kerja yang
      bermutu baik dan memperolehnya dalam jumlah yang banyak serta waktu
      kerja yang relatif singkat dan efisien.Seseorang yang bekerja dalam bidang
      permesinan, harus mengetahui seluk-beluk mesin yang ditangani dan
      hendaknya memahami juga proses pengerjaannya.

             Pemilihan mesin yang terbaik untuk membuat suatu produk
      tertentu   memerlukan       pengetahuan   mendasar    mengenai     segala
      kemungkinan proses produksi. Pertimbangan itu antara lain didasarkan
      pada bentuk benda kerja, dimensinya, jumlah, tingkat ketelitian, ukuran,
      toleransi serta kemampuan mesin yang akan dipilih.

1.2   Tujuan

      1. Mampu membaca dan menganalisa gambar teknik sedemikian sehingga
         dapat menentukan mesin perkakas yang digunakan, merencanakan
         urutan proses pemesinan dalam pembuatan suatu komponen, serta
         menentukan kondisi pemotongan yang sesuai dengan spesifikasi
         geometri yang diminta.
      2. Mampu mengoperasikan mesin-mesin perkakas dan mengetahui
         karakteristik mesin perkakas yang dipakai.
      3. Mampu mempergunakan alat ukur untuk memeriksa kualitas komponen
         yang dibuat.
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                         Kelompok 17



1.3      Manfaat

                 Manfaat dari praktikum Proses Produksi ini antara lain adalah
        mampu membaca dan memahami gambar teknik dengan baik sehingga
        dapat mengetahui urutan proses pemesinan dan mengetahui mesin
        perkakas yang digunakan untuk membuat suatu produk, mampu
        mengoperasikan mesin-mesin perkakas yang digunakan pada proses
        produksi, dan dapat menunjang dan menambah pengetahuan teoritis yang
        didapat dari perkuliahan.




  Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                       2
BAB II
                         TINJAUAN PUSTAKA


2.1   GAMBAR TEKNIK
              Gambar merupakan suatu alat untuk menyatakan maksud dari
      seorang sarjana teknik. Oleh karena itu gambar sering juga disebut sebagai
      bahasa teknik. Penerusan informasi adalah fungsi yang penting untuk
      bahasa maupun gambar yang harus meneruskan keterangan-keterangan
      secara tepat dan obyektif.


      2.1.1   Fungsi Gambar
              Fungsi gambar digolongkan kedalam tiga golongan berikut:
              a. Penyampaian Informasi
                     Gambar mempunyai tugas meneruskan maksud dari
                 perancangan den gan         tepat     kepada   orang-orang       yang
                 bersangkutan,     kepada      perencanaan      proses,    pebuatan,
                 pemeriksaan, perakitan dan sebagainya.
              b. Pengawetan, penyimpanaan dan penggunaan keterangan
                     Gambar tidak hanya diawetkan untuk mensuplai bagian
                 produk untuk perbaikan , tetapi gambar juga disimpan sebagai
                 bahan informasi untuk rencana-rencana baru dikemudian hari.
              c. Cara-cara pemikiran dalam penyimpanan informasi
                     Gambar tidak hanya melukiskan gambar, tetapi berfungsi
                 juga sebagai peningkat daya berpikir untuk perencana.


      2.1.2   Garis-garis dalam Gambar
                 Dalam    gambar    setiap     garis    yang    memiliki   arti   dan
              penggunaannya sendiri. Oleh karena itu penggunaannya harus
              sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                              Kelompok 17



               Ada 4 jenis garis sebagai berikut:
               a. Garis nyata
                         Garis nyata digunakan untuk mengambarkan bagian yang
                    tampak dari sebuah gambar.


                                         Gambar 2.1 Garis Nyata
               b. Garis gores
                         Garis gores digunakan untuk menggambarkan bagian yang
                    ada dibelakang gambar.


                                        Gambar 2.2 Garis Gores
               c. Garis bergores
                         Garis bergores biasanya digunakan untuk menerangkan
                    bahwa gambar tersebut berbentuk silindrik atau titik sumbu
                    dari suatu bidang.


                                       Gambar 2.3 Garis Bergores
               d. Garis bergores ganda
                         Garis bergores ganda biasanya digunakan untuk bagian
                    yang bergerak pada benda kerja, seperti pada tuas.


                               Gambar 2.4 Garis Bergores Ganda




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                             4
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                                     Kelompok 17



      Adapun, kegunaan garis adalah sebagai berikut
      Tabel 2.1 Garis dan Penggunaannya (ISO .R 128)
               Jenis Garis                   Keterangan                              Penggunaan
                                                                    A.1 Garis- garis nyata (gambar)
        A                                    Tebal Kontinu
                                                                    A.2 Garis- garis tepi
                                                                    B.1 Garis Berpotongan Khayal
                                                                    B.2 Garis-garis Ukur
                                                                    B.3 Garis Proyeksi
                                       Tipis Kontinu (Lurus atau
       B                                                            B.4 Garis Penunjuk
                                              lengkung)
                                                                    B.5 Garis Arsir
                                                                    B.6 Garis nyata dari penampang yang diputar
                                                                    B.7 Garis Sumbu Pendek
                                                                    C.1 Garis batas dar perpotongan sebagian
       C                                  Tipis Kontinu bebas       atau bagian yang dipotong bila batas nya
                                                                    bukan garis brgores tipis

       D                           Tipis Kontinu dengan zig-zag D.1 Sama dengan C.1

                                                                    E.1 Garis nyata terhalang
       E                                   Garis Gores Tebal
                                                                    E.2 Garis tepi terhalang
                                                                    F.1 Garis nyata terhalang
       F                                   Garis Gores Tipis        F.2 Garis tepi terhalang
                                                                    G.1 Garis Sumbu
       G                                  Garis bergores Tipis      G.2 Garis Simetri
                                                                    G.3 Lintas an
                                       Garis bergores Tipis yang
       H                               dipertebal pada ujung dan    H.1 Garis (bidang) potong
                                            perobahan arah
                                                                    I.1 Penunjukan permukaan yang harus
       I                                 Garis Bergores Tebal
                                                                    mendapatkan penanganan khusus
                                                                    J.1 Bagian yang berdampingan
                                                                    J.2 Batas kedudukan benda yang begerak
                                                                    J.3 Garis sistem
       J                               Garis Bergores ganda Tipis
                                                                    J.4 Bentuk semula sebelum dibentuk
                                                                    J.5 Bagian benda yang berada didepan
                                                                    bidang potong




      2.1.3    Proyeksi Gambar
                    Proyeksi adalah cara memandang suatu objek. Proyeksi Eropa
               dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk
               memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi
               terhadap bidang dua dimensi.
               1. Proyeksi Eropa
                         Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga
                    ada yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan
                    ini tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi
                    refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan
                    proyeksi yang letak bidangnya                   terbalik          dengan          arah
                    pandangannya




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                                      5
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                     Kelompok 17



                                          P.A
                                                        P.Be



                                                               P.Ka

                        P.Ki




                           P.D

                                         P.Ba


                 Keterangan :
                 P.A               = Pandangan Atas
                 P.Ki              = Pandangan Kiri
                 P.Ka              = Pandangan Kanan
                 P.Ba              = Pandangan Bawah
                 P.Be              = Pandangan Belakang




                                       (P. bawah)




                        (P. kanan)     (P. depan)     (P. Kiri) (P. Belakang)




                                         (P. atas)
                                   Gambar 2.5 Proyeksi Eropa




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                    6
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                              Kelompok 17



               2. Proyeksi Amerika
                         Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan
                    juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi
                    Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama
                                    P.A
                    dengan arah pandangannya
                                                           P.Be


                                                                  P.Ka

                       P.Ki




                           P.D
                                        P.Ba


                         Keterangan :
                         P.A       = Pandangan Atas
                         P.Ki      = Pandangan Kiri
                         P.Ka      = Pandangan Kanan
                         P.Ba      = Pandangan Bawah
                         P.Be      = Pandangan Belakang




                                              (P. atas)




               (P. kiri)         (P. depan) (P. kanan) (P. Belakang)




                                              (P. bawah)
                                 Gambar 2.6 Proyeksi Amerika


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                             7
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                 Kelompok 17



2.2     SEJARAH PERKEMBANGAN MANUFAKTUR
             Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin “Manus Factus” yang
        berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun
        1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti
        yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk.
        Proses ini meliputi ;
                  Perancangan produk
               Pemilihan material
                  Tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat
            Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan
        produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan
        operasi. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu
        aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumber daya dan
        aktifitas sebagai berikut:
               Perancangan Produk - Pembelian – Pemasaran
               Mesin dan perkakas - Manufacturing – Penjualan
               Perancangan proses - Production control – Pengiriman
               Material - Support services - Customer service
             Hal-hal di atas telah melahirkan disiplin ilmu tentang teknik
        manufaktur. Sesuai dengan definisi manufaktur, keilmuan teknik
        manufaktur         mempelajari         perancangan   produk   manufaktur   dan
        perancangan proses pembuatannya serta pengelolaan sistem produksinya
        (sistem manufaktur).
             Pada dasarnya ilmu manufaktur ini akan lebih terlihat dalam bidang
        kerekayasaan (engineering). Sebagaimana kebutuhan yang ada dipasaran,
        bidang teknik manufaktur lah yang akan menjawab dan menyelesaikan
        persoalan produk atau alat yang dibutuhkan dalam bidang kerekayasaan.




        .

  Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                               8
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                             Kelompok 17



2.3    KLASIFIKASI PROSES PRODUKSI
            Proses produksi adalah suatu proses yang mengubah bahan baku
       menjadi suatu produk jadi atau setengah jadi untuk meningkatkan nilai
       guna dengan memanfaatkan resource produksi, seperti modal, operator,
       material, mesin, energi serta informasi.


       Diagram proses produksi :

                                                PROSES PRODUKSI
                                                 MAN+ MODAL+
                                               MESIN+ MATERIAL+
                                               ENERGI +TEKNOLOGI
                                                   INFORMASI




                            Gambar 2.7 Alur Proses Produksi


       Proses produksi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu :
       2.3.1    Proses Pemesinan (machining)
                     Proses pemesinan adalah suatu proses produksi dengan
                menggunakan mesin perkakas, dimana memanfaatkan gerak relatif
                antara pahat dengan benda kerja sehingga menghasilkan suatu
                produk sesuai dengan spesifikasi geometri yang diinginkan, pada
                proses ini terdapat material sisa sebagai geram.
                Adapun klasifikasi proses pemesinan, yaitu :
                1. Berdasarkan Gerak Relatif Pahat
                          Gerak relatif merupakan gerak terhadap titik acuan, gerak
                     relatif pahat terhadap benda kerja akan menghasilkan geram
                     dan permukaan baru pada benda kerja secara bertahap akan
                     terbentuk menjadi komponen yang dikehendaki.




 Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                            9
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                          Berdasarkan gerak relatif pahat terhadap benda kerja dapat
                     dikelompokan menjadi dua yaitu :
                     a. Gerak potong (cutting movement)
                               Gerak potong merupakan gerak relatif antara pahat dan
                          benda kerja sehingga menghasilkan permukaan baru pada
                          benda kerja.




                                       Gambar 2.8 Gerak Potong
                     b. Gerak makan (feeding movement).
                               Gerak makan merupakan gerak relatif antara pahat dan
                          benda kerja sehingga menyelesaikan permukaan baru.




                                       Gambar 2.9 Gerak Makan


                2. Berdasarkan Jumlah Mata Pahat yang digunakan
                          Pada proses pemesinan setiap mesin pekakas yang kita
                     gunakan memiliki jumlah mata pahat yang berbeda-beda. Jenis
                     pahat yang digunakan sesuaikan dengan bentuk permukaan
                     akhir dari produk.
                          Adapun klasifikasi jumlah mata pahat dapat dikelompokan
                     menjadi dua jenis mata pahat, yaitu;




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              10
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                Kelompok 17



                      a. Pahat mata potong tunggal (single point cutting tools)




                                Gambar 2.10 Pahat Mata Potong Tunggal
                      b. Pahat mata potong jamak (multiple point cuttings tools).




                                  Gambar 2.11 Pahat Mata Potong Jamak


                      c. Pahat mata potong tak hingga




                                   Gambar 2.12 Pahat Mata Potong Tak Hingga




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                11
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                   Kelompok 17



Tabel 2.2. Klasifikasi Proses Permesinan Menurut Jenis Mesin, Gerak Potong
             dan Gerak Makan yang Digunakan.
 No.     Jenis Mesin           Gerak Potong         Gerak Makan        Jumlah Mata Pahat
 1     Mesin Bubut              Benda Kerja        Pahat (Translasi)       Tunggal
                                   (Rotasi)
 2     Mesin Freis           Pahat (Rotasi)          Benda Kerja            Jamak
                                                      (Translasi)
 3     Mesin Sekrap          Pahat (Translasi)       Benda Kerja           Tunggal
                                                      (Translasi)
       Sekrap Meja              Benda Kerja             Pahat              Tunggal
                                 (Translasi)          (Translasi)

 4     Mesin Gurdi           Pahat (Translasi) Pahat (Translasi)            Jamak
 5     Gergaji               Pahat (Translasi)             -                Jamak
 6     Gerinda               Pahat (Translasi)        Translasi         Tak Terhingga


                 3. Berdasarkan Orientasi Permukaan
                           Dilihat dari segi orientasi permukaan, proses pemesinan
                      dapat diklasifikasikan menjadi dua proses yaitu:
                      a. Permukaan berbentuk silindrik atau konis dan




                                        Gambar 2.13 Permukaan Silindrik




 Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                  12
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                   Kelompok 17



                      b. Permukaan berbentuk rata/lurus dengan atau tanpa putaran
                           benda kerja.




                               Gambar 2.14 Permukaan rata/lurus


                 4. Berdasarkan Mesin yang Digunakan
                           Dalam proses pemesinan jika kita ingin melakukan suatu
                      pekerjaan, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu dengan
                      mesin apa kita gunakan sehingga produk yang kita buat sesuai
                      dengan yang diinginkan. Dalam satu jenis mesin perkakas kita
                      dapat melakukan beberapa proses pemesinan, Misalnya; pada
                      mesin bubut selain membubut dapat pula digunakan untuk
                      menggurdi, memotong, dan melebarkan lubang (boring)
                      dengan cara mengganti pahat dengan yang sesuai.
                           Berdasarkan jenis proses pemesinan dan mesin perkakas
                      yang digunakan dibagi menjadi :
Tabel 2.3 Klasifikasi Proses Pemesinan Berdasarkan Mesin Perkakas Yang
            Digunakan
      No                 Jenis Proses            Mesin Perkakas Yang Digunakan
       1          Membubut                     Mesin Bubut (Lathe)
       2          Menggurdi                    Mesin Gurdi (Drilling Machine)
       3          Menyekrap                    Mesin Sekrap (Shapping Machine)
       4          Mengefreis                   Mesin Freis (Milling Machine)
       5          Menggergaji                  Mesin Gergaji (Sawing Machine)
       6          Melebarkan lubang            Mesin Koter (Boring Machine)
       7          Memarut                      Mesin Parut (Broc Machine)
       8          Menggerinda                  Mesin Gerinda (Grinding Machine)
       9          Mengasah                     Honing Machine



 Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                  13
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                   Kelompok 17



     10          Mengasah halus                 Lapping Machine
     11          Mengasah super halus           Super Finishing
     12          Mengkilapkan                   Polisher & Buffer


                5. Berdasarkan bentuk pahat
                     a. Proses Konvensional
                               Proses     konvensional    merupakan     proses    untuk
                          mengubah suatu produk dengan menggunakan pahat potong
                          dalam proses pemotongan logam. Seperti : bubut, freis,
                          gurdi, dll.
                     b. Proses Abrasif
                               Proses abrasif adalah suatu proses untuk menghasilkan
                          kualitas permukaan yang baik dengan menggunakan
                          material abrasif. Contoh : gerinda selindrik, gerinda datar,
                          lapping, dll.
                          1. Gerinda
                                   Proses gerinda adalah suatu proses pemesinan yang
                               menggunakan mesin gerinda dengan pahat yang berupa
                               batu gerinda berbentuk piringan yang dibuat dari
                               campuran serbuk abrasif dan bahan pengikat dengan
                               komposisi      dan struktur tertentu. Proses      gerinda
                               diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
                                Proses Gerinda Selindrik
                                        Proses gerinda selindrik merupakan suatu proses
                                   pemesinan      untuk    menghasilkan     permukaan
                                   selindrik.




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                  14
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                  Kelompok 17




                   Gambar 2.15 Gerinda selindrik (a) internal (b) eksternal
                                Proses Gerinda datar
                                       Proses gerinda datar adalah suatu proses
                                   pemesinan bagi pengerindaan permukaan rata atau
                                   datar.




                                   Gambar 2.16 Proses gerinda datar


                          2. Mengasah Halus (lapping)
                                   Proses mengasah halus merupakan suatu proses
                               pemesinan dengan menggunakan material abrasif tanpa
                               pengikat yang diletakan diantara benda kerja dan alat
                               pemutarnya.




                                       Gambar 2.17 Gerinda datar


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                   15
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                Kelompok 17



                     c. Proses Non Konvensional
                               Proses non konvensional merupakan suatu proses
                          pemesinan yang tidak menggunakan mata pahat sebagai
                          mata potong tapi menggunakan dengan memanfaatkan
                          energi listrik, kimia, tekanan air untuk pemotongan logam.
                          Contoh dari proses non konvensional;
                              Ultrasonic Machining (USM)
                              Chemical Machining
                              Electrochemical Machining (ECM)
                              Electrical-Discharge Machining (EDM)
                              Laser Beam Machining (LBM)
                              Water Jet Machining (WJM)


                          1. Ultrasonic Machining (USM)
                                   Ultrasonic Machining merupakan proses pemesinan
                               yang    menggunakan   gelombang     ultrasonic   untuk
                               memotong logam. Frekuensi yang digunakan adalah 20
                               khz.




                              Gambar 2.18 Proses ultrasonic




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                               16
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                          2.   Chemical Machining
                                   Chemical Machining merupakan suatu proses
                               produksi yang       menggunakan reaksi kimia untuk
                               pemotongan logam.




                                 Gambar 2.19 Proses kimia


                          3. Electrochemical Machining (ECM)
                                   Electrochemical Machining merupakan suatu proses
                               pemesinan yang memanfaatkan perbedaan potensial
                               untuk memotong logam.




                            Gambar 2.20 Proses kimia listrik




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              17
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                Kelompok 17



                          4.    Electrical-Discharge Machining (EDM)
                                   Electrical-Discharge Machining merupakan suatu
                                proses pemesinan yang memanfaatkan beda potensial
                                dan larutan elektrolik untuk memotong logam.




                                Gambar 2.21 Proses EDM
                          5.    Laser Beam Machining (LBM)
                                   Laser Beam Machining merupakan suatu proses
                               pemesinan yang menggunakan energi laser untuk
                               pemotongan logam.




                                Gambar 2.22 Proses LBM
                          6.    Water Jet Machining
                                   Water Jet Machining adalah proses pemesinan yang
                               menggunakan kekuatan air, air yang bertekanan tinggi
                               disemprotkan kearah benda kerja, sehingga akan
                               membuat benda kerja terpotong.



Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                               18
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                              Kelompok 17




                            Gambar 2.23 Water Jet Machining


        2.3.2    Proses Pembentukan (forming)




                            Gambar 2.24 Proses Pembentukan
                      Proses pembentukan adalah salah satu proses produksi dengan
                 pemberian gaya beban terhadap material hingga terjadi deformasi
                 plastis sehingga didapatkan produk yang didinginkan pada proses
                 ini tidak ada geram sebagai sisa produksi, sehingga didapatkan
                 produk yang diinginkan.
Tabel 2.4 Perbedaan Proses Pemesinan dengan Proses Pembentukan
   No                 Proses Pemesinan                Proses Pembentukan

    1        Terbentuk geram                   Tidak terbentuk geram
    2        Memiliki ketelitian tinggi        Ketelitian kurang
             Permukaan produk yang             Permukaan produk yang dihasilkan
    3
             dihasilkan baik                   kurang baik
    4        Volume benda kerja berubah        Volume benda kerja tetap
    5        Memakai mesin perkakas            Memakai cetakan
    6        Serat material putus              Serat tidak terputus


 Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                             19
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                             Kelompok 17



      2.3.3 Proses Pengecoran (casting)
                     Proses pengecoran adalah salah suatu proses produksi dengan
                cara memanaskan logam sampai titik leleh (melting point)
                kemudian dituangkan ke dalam cetakan, sampai material dingin
                dan mengeras, lalu dikeluarkan dari cetakannya sehingga tercipta
                suatu produk baru.
                Contoh produk dapat dibuat dengan proses ini adalah pahat, paku,
           dan lain-lain.




                         a                                      b
             Gambar 2.25 Pengeceroran (a) Proses (b) Contoh produk


      2.3.4 Proses Penyambungan (joining)
                     Proses penyambungan adalah salah satu proses produksi yang
                menggabungkan satu komponen dengan komponen lainnya
                sehingga        terbentuk     satu   komponen   yang   diinginkan.
                Penyambungan dapat dilakukan melalui pengelasan, mematri,
                soldering, pengelingan, perekatan dengan lem, penyambungan
                dengan baut dan lain-lain.
                Proses penyambungan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
                a. Penyambungan Tetap
                          Penyambungan tetap adalah penyambungan yang apabila
                     dipisahkan akan dapat merusak material utama.
                     Contoh: penyambungan pada pengelasan, patri, solder, dan
                     lain-lain.




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                            20
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                              Kelompok 17




                                       Gambar 2.26 Pengelasan
                b. Penyambungan Tidak Tetap
                          Penyambungan tidak tetap adalah penyambungan yang
                                                 p
                     dapat dipisahkan kembali dan tidak merusak komponennya.
                     Contoh: penyambungan dengan menggunakan baut.




                      Gambar 2.27 Baut untuk Penyambungan Tidak Tetap
                c. Penyambungan Semipermanen
                          Penyambungan semipermanen merupakan salah            saru
                     teknik penyambungan di mana jika paku dilepaskan maka
                     komponen yang disambung tidak mengalami kerusakan
                     melainkan yang mengalami kerusakan hanyalah paku yang
                     digunakan dalam proses penyambungan.
                     Contoh penyambungan sementara adalah paku keling
                            penyambungan                       keling.




Laboratorium Inti Teknologi Produksi
  boratorium                                                                     21
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                              Kelompok 17




        Gambar 2.28 Paku Keling untuk Penyambungan Semipermanen


      2.3.5     Metalurgi Serbuk (powder metallurgy)
                     Metalurgi serbuk adalah salah satu proses produksi yang
                menggunakan serbuk metal dengan cara di pres lalu dipanaskan
                agar serbuk metal menyatu, sehingga didapatkan benda yang
                diinginkan. Biasanya metalurgi serbuk untuk membuat suatu
                komponen yang sangat kecil. Contoh produk yang dibuat dengan
                cara metalurgi serbuk ini adalah roda gigi pada jam tangan.




                          a                                 b
          Gambar 2.29 Metalurgi Serbuk (a) Proses (b) Contoh produk




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                             22
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                 Kelompok 17



       2.3.6    Perakitan (Assembly)
                     Proses perakitan adalah salah satu proses produksi yang
                menggabungkan beberapa part atau komponen menjadi suatu
                produk yang utuh. Proses perakitan terbagi menjadi tiga
                berdasarkan pengerjaanya:
                1. Otomatis
                          : Proses perakitan dengan pengerjaannya robot
                2. Manual
                          : Proses perakitan dilakukan manusia
                3. Otomatis-manual
                      : Proses perakitan dilakukan robot dan diatur manusia.




                                               (a)




                                   (b)                           (c)
 Gambar 2.30 Proses Perakitan (a) otomatis (b) manual (c) manual-otomatis


       2.3.7    Proses Produksi Polimer
                     Proses produksi polimer ialah proses produksi dengan
                menggunakan polimer-polimer sebagai materialnya. Polimer ialah
                gabungan monomer-monomer yang membentuk rantai hidrokarbon
                yang panjang.
                Jenis-jenis polimer:


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                23
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                1. Termosetting ialah polimer yang tahan panas.
                     Contohnya : melamin.




                                   Gambar 2.31 Melamin
                2. Termoplastik ialah polimer yang tidak tahan panas.




                             Gambar 2.32 Botol Air Mineral


                3. Elastomer ialah polimer yang elastis. Contohnya ban.




                                       Gambar 2.33 Ban




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              24
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                  Kelompok 17



       2.3.8    Perubahan Sifat Mekanik
                     Sifat mekanik adalah sifat material yang dipengaruhi oleh
                pembebanan. Sifat mekanik terdiri dari :
                a. Kekerasan
                          Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan
                     deformasi plastis lokal akibat adanya penetrasi dipermukaan.
                     Kekerasan ini tidak mempunyai kurva karena hanya berbentuk
                     titik.
                b. Kekuatan
                          Kekuatan adalah kemampuan material untuk menahan
                     deformasi plastis secara menyeluruh sampai material itu patah.
                c. Kelentingan
                          Kelentingan adalah besarnya energi yang diserap oleh
                     material sampai pembebanan elastis dan bila gaya dihilangkan
                     akan kembali ke bentuk semula.
                d. Keuletan
                          Keuletan adalah regangan plastis maksimum yang mampu
                     ditahan oleh material sampai material tersebut patah.
                e. Ketangguhan
                          Ketangguhan adalah besarnya energi yang dapat diserap
                     oleh material sampai material tersebut patah.
                f. Modulus Elastisitas
                          Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan
                     dan regangan pada daerah elastis yang menunjukkan derajat
                     kekakuan material.
                Perubahan sifat mekanik tebagi atas dua macam, yaitu :
                a. Heat Treatment
                          Merupakan suatu proses perlakuan thermal terhadap logam
                      bertujuan untuk mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan,
                      sehingga mencapai temperatur austenit, kemudian didinginkan
                      sampai suhu merata.




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                 25
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                Kelompok 17




                               Gambar 2.34 Heat Treatment
                 b. Surface Treatment
                           Merupakan suatu proses perlakuan panas pada permukaan
                      benda kerja, tanpa mengubah sifat mekaniknya. Tujuannya
                      untuk meningkatkan karakteristik permukaan logam seperti
                      tahan terhadap korosi, tahan geser dan aus, permukaan yang
                      lebih kuat dan keras serta memberikan aspek estetika tertentu.
                      Yang termasuk dalam proses ini adalah carburizing, nitriding,
                      dan flame hardening, electroplating, coating (melapisi).




                           a                                   b
               Gambar 2.35 Surface Treatment (a) Proses (b) Contoh produk


2.4     MEKANISME TERBENTUKNYA GERAM
             Ciri utama pada proses pemesinan adalah adanya geram atau sisa
       pemotongan. Mekanisme penghasilan geram ini terbagi atas dua teori yaitu
       teori lama dan teori baru.
       2.4.1     Teori Lama
                           Pada mulanya geram terbentuk karena terjadinya retak
                 mikro (micro crack) yang timbul pada benda kerja tepat di ujung
                 pahat pada saat pemotongan dimulai. Dengan bertambahnya

 Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                               26
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                tekanan pahat, retak tersebut menjalar ke depan sehingga terjadilah
                geram.




 Gambar 2.36 Teori Baru dan Teori Lama Menerangkan Terjadinya Geram.


       2.4.2    Teori Baru
                          Seiring perkembangan teori lama di atas telah ditinggalkan
                berdasarkan hasil berbagai penelitian mengenai mekanisme
                pembentukan geram. Logam pada umumnya bersifat ulet (ductile)
                apabila mendapat tekanan akan timbul tegangan (stress) di daerah
                sekitar konsentrasi gaya penekanan mata potong pahat. Tegangan
                pada logam (benda kerja) tersebut mempunyai orientasi yang
                kompleks dan pada salah satu arah akan terjadi tegangan geser
                (shearing stress) yang maksimum.Apabila tegangan geser ini
                melebihi kekuatan logam yang bersangkutan maka akan terjadi
                deformasi plastis (perubahan bentuk) yang menggeser dan
                memutuskan benda kerja di ujung pahat pada suatu bidang geser
                (shear plane). Bidang geser mempunyai lokasi tertentu yang
                membuat sudut terhadap vektor kecepatan potong dan dinamakan
                sudut geser (shear angle,Φ).
                          Proses terbentuknya geram tersebut dapat diterangkan
                melalui analogi tumpukan kartu, bila setumpuk kartu dijajarkan
                dan diatur sedikit miring (sesuai dengan sudut geser, Φ) kemudian
                didorong dengan penggaris yang membuat sudut terhadap garis
                vertikal (sesuai dengan sudut geram, γo) maka kartu bergeser ke
                atas relatif terhadap kartu di belakangnya. Pergeseran tersebut


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              27
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                berlangsung secara berurutan, dan kartu terdorong melewati bidang
                batas papan, lihat gambar




   Gambar 2.37 Proses Terbentuknya Geram Menurut Teori Analogi Kartu.


                          Analogi      kartu   teresebut   menerangkan     keadaan
                sesungguhnya dari kristal logam (struktur butir metalografis) yang
                terdeformasi sehingga merupakan lapisan tipis yang tergeser pada
                bidang geser. Arah perpanjangan kristal (cristal elongation)
                membuat sudut sedikit lebih besar daripada sudut geser.
                          Suatu analisis mekanisme pembentukan geram yang
                dikemukakan oleh Merchant mendasarkan teorinya pada model
                pemotongan sistem tegak (orthogonal system). Sistem pemotongan
                tegak merupakan penyederhanaan dari sistem pemotongan miring
                (obligue system) dimana gaya diuraikan menjadi komponennya
                pada suatu bidang.
                Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis model tersebut
                antara lain :
                a. Mata potong pahat sangat tajam sehingga tidak menggosok
                     atau menggaruk benda kerja
                b. Distribusi tegangan yang merata pada bidang geser
                c. Gaya aksi dan reaksi pahat terhadap bidang geram adalah sama
                     besar dan segaris (tidak menimbulkan momen koppel)
                     Berdasarkan cara penguraiannya maka gaya pembentukan
                geram pada proses pemesinan terdiri atas :

Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              28
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                Kelompok 17



                1. Gaya total (F), ditinjau dari proses deformasi material,
                     dapatdiuraikan menjadi dua komponen, yaitu :
                     FS :          gaya geser yang mendeformasikan material pada
                     bidang geser, sehingga     melampaui batas elastik.
                     Fsn :         gaya normal pada bidang geser yang menyebabkan
                     pahat tetap menempel pada benda kerja.
                2. Gaya total (F) dapat diketahui arah dan besarnya dengan cara
                     membuat dinamometer (alat ukur gaya dimana pahat dipasang
                     padanya dan alat tersebut dipasang pada mesin perkakas) yang
                     mengukur dua komponen gaya yaitu :
                     Fv : gaya potong, searah dengan kecepatan potong
                     Ff : gaya makan, searah kecepatan makan.
                3. Gaya total (F) yang bereaksi pada bidang geram (Aγ, face
                     bidang pada pahat di mana geram mengalir) diuraikan menjadi
                     dua komponen untuk menentukan “koefisien gesek geram
                     terhadap pahat”, yaitu :
                     Fγ : gaya gesek pada bidang geram
                     Fγn : gaya normal pada bidang geram
                            Karena berasal dari satu gaya yang sama mereka dapat
                     dilukiskan pada suatu lingkaran dengan diameter yang sama
                     dengan gaya total (F). Lingkaran tersebut digambarkan persis
                     di ujung pahat sedemikian rupa sehingga semua komponen
                     menempati lokasi seperti yang dimaksud.




                                 Gambar 2.38 Gaya Pembentukan Geram


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                               29
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                   Kelompok 17



2.5     ELEMEN DASAR PROSES PEMESINAN
               Berdasarkan         gambar      teknik,   dimana   dinyatakan   spesifikasi
       geometrik suatu produk komponen mesin, salah satu atau beberapa jenis
       proses pemesinan harus dipilih sebagai suatu proses atau urutan proses
       yang digunakan untuk membuatnya. Bagi suatu tingkatan proses, ukuran
       obyektif ditentukan, dan pahat harus membuang sebagian material benda
       kerja sampai ukuran obyektif tersebut tercapai. Hal ini dapat dilaksanakan
       dengan cara menentukan penampang geram (sebelum terpotong). Selain
       itu, setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan pembuangan
       geram dapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuai dengan yang
       dikehendaki.
       Untuk itu perlu dipahami lima elemen dasar proses permesinan, yaitu :
        1. Kecepatan potong (cutting speed) : Vc (m/min)
        2. Kecepatan makan (feeding speed) : Vf (mm/min)
        3. Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm)
        4. Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min), dan
        5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : Z (cm3/min)
                 Elemen proses pemesinan (Vc, Vf, a, tc dan Z) dihitung
       berdasarkan dimensi benda kerja dan pahat, serta besaran dari mesin
       perkakas. Besaran mesin perkakas diatur ada bermacam-macam tergantung
       pada jenis mesin perkakas. Oleh sebab itu, rumus yang dipakai untuk
       menghitung setiap elemen proses pemesinan dapat berlainan.
            Macam-macam proses pemesinan, berdasarkan jenis mesin yang
       digunakan :
       2.5.1     Proses Bubut (turning)
                           Mesin bubut adalah suatu proses permesinan yang dapat
                 digunakan          untuk memproduksi material berbentuk konis atau
                 silindrik. Jenis           mesin bubut yang paling umum digunakan
                 adalah mesin bubut         (lathe) yang melepas bahan dengan memutar
                 benda kerja terhadap pemotong mata tunggal.
                           Pada proses bubut gerak potong dilakukan oleh benda kerja
                 yang      melakukan gerak rotasi sedangkan gerak makan dilakukan


 Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                  30
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                oleh pahat yang melakukan gerak translasi. Selain itu mesin bubut
                ini menggunakan pahat bermata potong tunggal, jenis mata pahat
                yang digunakan adalah paghat HSS, dengan kecepatan potong (Vc)
                yang optimum adalah 20 m/min
                          Pada proses bubut benda kerja dipegang oleh pencekam
                yang      dipasang di ujung poros utama spindel. Harga putaran poros
                utama umumnya dibuat bertingkat dengan aturan yang telah
                distandarkan, misalnya : 83, 155, 275, 550, 1020 dan 1800 rpm.
                Pahat dipasangkan pada dudukan pahat dan kedalaman potong (a)
                diatur dengan menggeserkan peluncur silang melalui roda pemutar
                (skala pada pemutar menunjukkan selisih harga diameter) dengan
                demikian kedalaman gerak translasi dan gerak makannya diatur
                dengan lengan pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan (f)
                yang tersedia pada mesin bubut dibuat bertingkat dengan aturan
                yang telah distandarkan, misalnya : 0.065; 0.113; 0.130; 0.455
                (mm/(r)).




                                       Gambar 2.39 Mesin Bubut




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              31
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                     Kelompok 17



                Keterangan gambar :
                 Spindel              merupakan   lubang          tempat     pemasangan
                    pencekam/chuck.
                 Kepala tetap merupakan tempat diletakkannya spindel dan gear
                    box.
                 Tool Post adalah tempat untuk memasang pahat.
                 Feed change gear box merupakan pengatur untuk gerak makan
                    dan kecepatan potong
                 Lead screw berguna untuk menggerakkan kereta saat melakukan
                    proses bubut untuk pembuatan ulir.
                 Apron sebagai pembawa pahat yang melakukan gerak translasi
                    untuk melakukan gerak makan.
                 Rumah roda gigi adalah tempat lengan pengatur.
                 Kendali spindel merupakan tempat mengatur spindel.
                 Center merupakan tempat penahan ujung penampang benda
                    kerja atau tempat pembuatan lubang pertama.
                Kondisi pemotongan proses bubut ditentukan sebagai berikut :
                Benda kerja :
                     Diameter awal                         (d0) ; mm.
                     Diameter akhir                        (dm) ; mm

                     Panjang pemesinan                     (lt)      ; mm
                Pahat :
                     Sudut potong utama                              (kr)
                     Sudut geram                                     (o )
                Mesin bubut :
                     Kedalaman potong                                (a)     ; mm
                     Gerak makan                                      (f) ; mm/rev
                     Putaran spindel                                  (n) ; r/mm




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                    32
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                         Kelompok 17




                       Gambar 2.40 Kondisi Pemotongan Bubut
        Elemen Dasar Proses Bubut
           1. Kecepatan potong (Cutting speed )
                        .d .n
                Vc =                          ; m/min
                       1000
                Dimana, d = diameter rata-rata ,yaitu
                d = (do + dm)/2               ; mm
           2. Kecepatan makan (feeding speed)
                Vf = f.n                      ; mm/min
           3. Waktu pemotongan (depth of cut)
                 tc = lt / Vf                 ; min.
           4. Kedalaman potong (cutting time)
                a = ( dm – do ) / 2           ; mm
           5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal)
                Z = A .V ;                 A=f.a          ; mm2
                Z = f . a . Vc                 ; cm3/min


       Jenis Operasi Bubut
                  Berdasarkan posisi benda kerja yang akan dibuat pada mesin
           bubut, ada beberapa proses bubut yaitu :
            1. Bubut silindris (turning)
            2. Pengerjaan tepi / bubut muka (facing)
            3. Bubut Alur (grooving)
            4. Bubut Ulir (threading)

Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                        33
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                        Kelompok 17



         5. Pemotongan (cut-off)
         6. Meluaskan lubang (
                             (boring)
         7. Bubut Bentuk (
                         (forming)
         8. Membuat lubang (
                           (drilling)
         9. Bubut konis




                             Gambar 2.41 Proses Pada Mesin Bubut
       2. Proses Freis (
                       (milling)




                                 Gambar 2.42 Mesin Freis



Laboratorium Inti Teknologi Produksi
  boratorium                                                               34
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                  Kelompok 17



           Keterangan gambar :
            Ram merupakan lengan atas mesin freis
            Vertical head berfungsi untuk mengatur kadalaman makan pahat
            Oull berfungsi sebagai tempat pemasangan pahat
            Tablle merupakan tempat meletakkan benda kerja
            Saddle merupakan panyangah dari tabel
            Crossfeed handle merupakan gerakan meja longitudinal dan
                menyilang
            Vertical fedd crank merupakan engkol untuk memaju mundurkan
                tabel
            Spindel merupakan lubang tempat pemasangan pencekam
            Base merupakan dasar dari mesin freis


                Proses freis adalah suatu proses permesinan yang digunakan untuk
           membuat produk dengan bentuk prismatik, spie dan roda gigi. Mesin
           freis merupakan mesin yang paling mampu melakukan banyak kerja
           dari semua mesin perkakas. Pahat freis mempunyai jumlah mata
           potong banyak (jamak) sama dengan jumlah gigi freis . Pada mesin
           freis pahat bergerak rotasi dan benda kerja bergerak translasi.
            Pengelompokan Mesin Freis
                     Secara       umum        mesin   freis   dapat   dikelompokkan,
                pengelompokan ini berdasarkan posisi dari spindel mesin tersebut,
                antara lain :
                a. Freis tegak (face milling)
                          Pada freis tegak antara sumbu pahat dan benda kerja tegak
                     lurus.
                b. Freis datar (slab milling)
                     Pada freis datar antara sumbu pahat dan benda kerja sejajar.




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                 35
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                          Kelompok 17




                           Slab milling cutter         Face milling cutter
                                   Gambar 2.43 Jenis Mesin Freis


                Freis datar dibedakan menjadi dua, yaitu :
                1. Mengefreis turun (down milling)
                            Pada down milling gerak rotasi pahat searah dengan gerak
                     translasi     benda      kerja.    Pahat   bekerja      turun   sehingga
                     menyebabkan benda kerja lebih tertekan ke meja dan meja
                     terdorong oleh pahat, gaya dorongnya akan melebihi gaya
                     dorong ulir atau roda gigi penggerak meja. Mengefreis turun
                     tidak dianjurkan untuk permukaan yang terlalu keras.
               2.    Mengefreis naik (up milling/coventional milling)
                            Pada up milling gerak rotasi pahat berlawanan arah
                     dengan gerak translasi benda kerja. Mengefreis naik dipilih
                     karena alasan kelemahan mengefreis turun. Mengefreis naik
                     mempercepat keausan pahat karena mata potong lebih banyak
                     menggesek benda kerja saat mulai pemotongan, selain itu
                     permukaan benda kerja lebih kasar.




      .
                    Gambar 2.44 Jenis Pahat (a) up milling (b) down Milling




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                         36
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                Kelompok 17



                           Cara membedakan proses freis up milling dengan down
                      milling adalah :
                      a. Dengan melihat arah buangan geramnya.
                      b. Dengan melihat arah putaran dari pahat tersebut.
                           Dari kedua model freis datar di atas, down Milling adalah
                      lebih bagus karna menghasilkan permukaan yang lebih halus
                      dengan gaya kerja yang besar.
Table 2.5 Perbedaan Up Milling Dengan Down Milling
   No.                      Up milling                      Down milling
             Gerak pahat berlawanan dengan        Gerak pahat searah dengan benda
    1
             gerak benda kerja                    kerja
             Kehalusan permukaan kurang           Kehalusan permukaan lebih baik
    2
             baik
    3        Keausan lebih cepat                  Keausan lambat
    4        Gaya yang diberikan lebih besar      Gaya yang diberikan kecil
    5        Getaran yang dihasilkan kecil        Getaran yang dihasilkan besar




                    Gambar 2. Proses Freis Datar dan Freis Tegak
                           2.45
             Jenis Pemotong Pada Mesin Freis
                 1. Pemotong freis biasa
                           Merupakan sebuah pemotong berbentuk piringan yang
                     hanya memiliki gigi pada sekelilingnya.
                 2. Pemotong freis samping.
                           Pemotong ini mirip dengan pemotong datar kecuali bahwa
                     giginya di samping.
                 3. Pemotong gergaji pembelah logam.


 Laboratorium Inti Teknologi Produksi
   boratorium                                                                       37
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                          Pemotong ini mirip dengan pemotong freis datar atau
                    samping kecuali bahwa pembuatannya sangat tipis, biasanya 5
                    mm atau kurang.
                4. Pemotong freis sudut.
                          Ada dua pemotong sudut yaitu pemotong sudut tunggal
                    dan pemotong sudut ganda. Pemotong sudut tunggal mempunyai
                    satu permukaan kerucut, sedangkan pemotong sudut ganda
                    bergigi pada dua permukaan kerucut. Pemotong sudut
                    digunakan untuk memotong lidah roda, tanggem, galur pada
                    pemotong freis, dan pelebar lubang.
                5. Pemotong freis bentuk Gigi.
                          Pada pemotong ini merupakan bentuk khusus.Termasuk
                    didalamnya adalah pemotong cekung dan cembung, pemotong
                    roda gigi, pemotong galur, pemotong pembulat sudut, dsb.
                6. Pemotong proses ujung.
                          Pemotong      ini   mempunyai   poros    integral     untuk
                    menggerakkan dan mempunyai gigi dikeliling dan ujungnya.
                7. Pemotong T-slot.
                          Pemotong jenis ini menyerupai pemotong jenis datar kecil
                    atau freis samping yang memiliki poros integral lurus atau tirus
                    untuk penggerakan.
      Jenis operasi yang dapat dilakukan pada mesin freis ;




                     Freis Selubung                               Freis Ujung




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              38
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                         Kelompok 17




                  Freis Muka                     Freis Sisi        Freis Alur




              Pemotongan                      Freis Bentuk        Freis Inti




                                         Freis Ulir
                 Gambar 2. Proses yang dapat dilakukan pada mesin freis
                        2.46                             da




Laboratorium Inti Teknologi Produksi
  boratorium                                                                   39
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                        Kelompok 17




                                           Gambar 2.47 Mesin Freis
      Elemen dasar pada mesin freis dapat dihitung dengan rumus berikut :
      Benda kerja :                   w        = lebar pemotongan
                                      lw       = panjang pemotongan
                                      a        = kedalaman potong


       Pahat freis      :             d        = diameter luar
                                      z        = jumlah gigi (mata potong)
                                      kr       = sudut potong utama
                                               = 90 untuk pahat freis selubung.
       Mesin freis :                  n        = putaran poros utama
                                      Vf       = kecepatan makan
       Elemen dasar pada mesin freis dapat dihitung dengan rumus berikut :
       1.       Kecepatan potong
                             .d .n
                   v=                            ; m/min
                            1000
       2.       Gerak makan pergigi
                   fz = Vf / (z n)                ; mm/(gigi)
       3.       Waktu pemotongan
                  tc = lt / Vf                    ; min


                dimana : lt = lv + lw + ln                 ; mm,


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                       40
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                     Kelompok 17



                                lv  a (d  a )           ; untuk mengefreis datar

                                lv  0   ; untuk mengefreis tegak,
                                ln  0   ; untuk mengefreis datar,
                             ln = d / 2 ; untuk mengefreis tegak
       dimana :        lw       = panjang pemotongan           ; mm
                       lv       = panjang mula-mula            ; mm
                       lt       = panjang proses pemesinan ; mm
       4.       Kecepatan menghasilkan geram
                            V f .a.w
                   Z=                             ; cm3 /min
                             1000


       3. Proses Gurdi (drilling)
                   Proses gurdi adalah suatu proses permesinan untuk proses
             pembuatan lubang atau memperbesar lubang pada sebuah objek
             dengan diameter tertentu . Pahat gurdi mempunyai dua mata potong
             dan melakukan gerak potong berupa rotasi dan translasi, sedangkan
             benda kerja dalam keadaan diam. Gerak makan dapat dipilih bila
             mesin gurdi mempunyai sistem gerak makan dengan tenaga motor
             (power feeding). Mesin gurdi terdiri dari beberapa jenis diantaranya
             mesin gurdi drill press dan mesin gurdi radial. Proses menggurdi
             dapat dilakukan pada mesin bubut dimana benda kerja diputar oleh
             pencekam poros utama dan gerak makan dilakukan oleh mata pahat
             gurdi yang dipasang pada arbor.




                             Gambar 2.48 Mesin Gurdi Portable


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                    41
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                      Kelompok 17




                             Gambar 2.49 Mesin Gurdi Turet




                           Gambar 2.50 Mesin Gurdi Vertikal




                  Gambar 2.51 Mesin Gurdi dan bagian-bagiannya


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                     42
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



                Keterangan gambar :
                 Motor sebagai pengatur arus
                 Tuas hantaran merupakan tempat pemasangan pahat
                 Meja kerja merupakan tempat meletakkan benda kerja
                 Tuas hantaran berguna untuk mengatur kedalaman makan pahat
                 Dasar/base sebagai dasar tempat meletakkan mesin gurdi
               Pengelompokan Mesin Gurdi
                   Mesin gurdi dapat dikelompokkan berdasarkan konstruksinya :
                   a. Mesin gurdi portabel / mampu bawa
                   b. Mesin penggurdi teliti, terbagi atas :
                      1) pasangan bangku
                      2) pasangan lantai
                   c. Mesin penggurdi radial
                   d. Mesin penggurdi tegak, terbagi atas :
                      1) tugas ringan
                      2) tugas berat
                      3) mesin penggurdi kelompok
                   e. Mesin penggurdi spindel jamak, terbagi atas :
                      1) unit tunggal
                      2) jenis jalan
                   f. Mesin penggurdi turet
                   g. Mesin penggurdi produksi otomatis, terbagi atas :
                      1) meja pengarah
                      2) jenis jalan
                   h. Mesin penggurdi di lubang dalam.
              Beberapa proses yang dapat dilakukan pada mesin gurdi yaitu :
                1. Gurdi (drilling)
                2. Perluasan ujung lubang (counter boring)
                3. Penyerongan ujung lubang (counter sinking)
                4. Perluasan atau penghalusan lubang (roaming)
                5. Gurdi lubang dalam (gun drilling)




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              43
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                            Kelompok 17



              Ada tiga jenis pahat dari mesin gurdi, yaitu :
              1. Penggurdi Puntir (twist drill)
                          Penggurdi puntir merupakan penggurdi dengan dua galur
                   dan dua tepi potong.




                                   Gambar 2.52 Penggurdi puntir
              2. Penggurdi Pistol (gun drill)
                  Ada dua jenis penggurdi pistol yaitu :
                  a. Bergalur lurus yang digunakan untuk penggurdian lubang yang
                     dalam, yaitu penggurdi trepan yang tidak memiliki pusat mati
                     dan meninggalkan inti pejal dari logam.
                   b. Penggurdi pistol pemotong pusat yang fungsinya hampir sama
                      dengan penggurdi trepan. Penggurdi pistol ini mempunyai
                      kecepatan potong yang lebih tinggi dari penggurdi puntir
                      konvensional.




                    Gambar 2.53 Penggurdi pistol bergalur lurus.


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                           44
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                   Kelompok 17



                                       A. Penggurdi trepan,
                                       B. Penggurdi pistol pemotongan


                3. Penggurdi Khusus
                          Penggurdi khusus digunakan untuk menggurdi lubang yang
                     lebih besar yang tidak dapat dilakukan oleh penggurdi puntir.




                   Gambar 2.54 Pemotong untuk lubang pada logam tipis.
                                   A. Pemotong gergaji. B.Fris kecil (fly cutting).




                                 Gambar 2.55 Pahat Gurdi




Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                  45
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                         Kelompok 17




                                 Gambar 2.56 Proses Gurdi
                Elemen dasar dari proses gurdi dapat diketahui atau dihitung
       dengan menggunakan rumus yang dapat diturunkan dari kondisi
       pemotongan ditentukan sebagai berikut;
       Benda kerja :
                    lw = panjang pemotongan benda kerja     ; mm
       Pahat gurdi :
                    d = diameter gurdi                       ; mm
                    Kr = sudut potong utama
                       = ½ sudut ujung (point angle)
       Mesin gurdi :
                    n = putaran poros utama            ; rev/min
                    Vf = kecepatan makan               ; mm/min




       Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus berikut ;
       1. Kecepatan potong :
                     .d .n
             v=                         ; m/min
                    1000
       2. Gerak makan permata potong:
                    Vf
             fz =                      ; mm/rev
                     z.n
       3. Kedalaman potong:
              a = d/2                  ; mm


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                        46
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                               Kelompok 17



       4. Waktu pemotongan:
              tc = lt / Vf               ; min
                  dimana:
              lt = lv + lw + ln          ; mm
              ln = (d/2) tan Kr          ; mm
       5. Kecepatan penghasilan geram:
                  .d 2 .V f
              Z=                        ; cm3/m
                  4.1000


         4. Gerinda ( Grinding )
                Tujuan dari Proses gerinda adalah untuk meratakan atau
             menghaluskan permukaan benda kerja.




                Keterangan gambar :
                 Power Transmission grinda dilindungi oleh pelindung tetap
                     sebagai peredam getaran. Power Transmission grinda
                     berupa spindle.
                 Point Of Operation grinda ini merupakan bagian mesin
                     yang dirancang untuk mengasah atau mengikis benda kerja.
                 Pelindung ini adalah safety glass, di mana dirancang untuk
                     melindung bagian atas badan pekerja seperti bagian wajah dari
                     percikan api.



Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                              47
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                    Kelompok 17



                 Heavy wheel guard bertujuan untuk melindung geindapada
                     saat berputar dan merupakan pelindung tetap.
                 Tombol on/off berguna untuk menghidup atau mematikan
                     mesin gerinda
                 Meja benda berfungsi untuk meletakkan benda kerja


                     Gerinda merupakan suatu proses permesinan yang khusus
                dengan ciri – ciri sebagai berikut :
                a. Kehalusan permukaan produk yang tinggi dapat dicapai dengan
                    cara yang relatif mudah
                b. Toleransi geometrik yang kecil dapat dicapai dengan mudah
                c. Kecepatan menghasilkan geram rendah, karena hanya mungkin
                    dilakukan ada gerinda untuk lapisan yang tipis permukaan benda
                    kerja.
                d. Dapat digunakan untuk menghaluskan dan meratakan benda
                    kerja yang telah dikeraskan ( heat treatment ).
                      Jenis-Jenis Mesin Gerinda :
                          Dari berbagai jenis mesin gerinda yang ada dapat
                       diklasifikasikan secara umum dua jenis utama mesin gerinda,
                       yaitu :
                       1. Mesin Gerinda Silindrik.
                       2. Mesin Gerinda Rata.
                       3. Mesin Gerinda Khusus
                      Klasifikasi Cara Pemakanan Pada Proses Gerinda :
                          Proses gerinda ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
                       dan dapat diklasifikasikan atas beberapa cara yaitu :
                       1. Proses Gerinda Silindrik Luar.
                       2. Proses Gerinda Silindrik Dalam.
                       3. Proses Gerinda Silindrik Luar Tanpa Pemusatan (center).
                       4. Proses Gerinda Silindrik Dalam Tanpa Pemusatan.
                       5. Proses Gerinda Rata Selubung.
                       6. Proses Gerinda Rata Muka.


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                   48
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                            Kelompok 17



                        7. Proses Gerinda Cakram.




                                   Gambar 2.58 Proses Gerinda
              Proses gerinda dilakukan dengan mesin gerinda dengan pahat yang
       berupa batu gerinda berbentuk piringan yang dibuat dari campuran serbuk
       abrasif dan bahan pengikat dengan komposisi dan struktur tertentu. Batu
       gerinda yang dipasang pada spindel atau poros utama tersebut berputar
       dengan kecepatan tertentu tergantung pada diameter batu gerinda dan
       putarannya, maka kecepatan periferal pada tepi batu gerinda dapat
       dihitung dengan rumus berikut :
                     .d s .n s
                       d
            Vs =                              ; m/min
                     1000
              Dimana : Vs = kecepatan periferal batu gerinda (peripheral wheel
       speed), biasanya berharga sekitar 20 s/d 60 m/s.
            ds = diameter batu gerinda        ; mm
            ns = putaran batu gerinda         ; r/min
              Tergantung pada bentuk permukaan yang dihasilkan, pada garis
       besarnya proses gerinda dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis dasar
       yaitu :
        Proses gerinda silindrik (
                                  (cylindrical grinding), untuk menghasilkan
                                                       ),
       permukaan silindrik.



Laboratorium Inti Teknologi Produksi
  boratorium                                                                   49
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I                                          Kelompok 17



        Proses gerinda rata (surface grinding), bagi penggerindaan permukaan
       rata/datar.
              Proses gerinda silindrik dilakukan dengan mesin gerinda silindrik
       (cylindrical grinding machine) memerlukan putaran benda kerja, oleh
       sebab itu dapat didefenisikan kecepatan periferal benda kerja, yaitu :
                           .d w .nw
                Vw =                               ; m/min
                           1000
              Dimana :
       Vw = kecepatan periferal benda kerja (peripheral workpiece speed) ;
                  m/min
       dw     = diameter (mula) benda kerja                      ;   mm
       nw     = putaran benda kerja                              ; r/min
  Elemen dasar dari penggerindaan silindrik adalah :
  1. Kecepatan periferal                       :
             .d s .ns
    Vs =                                   ; m/min
             1000
  2. Kecepatan makan tangensial :
      Vft = berharga sekitar 200 s/d 500 mm/s.
  3. Gerak makan radial                        :
       fr = sekitar 0,001 s/d 0,025 mm/langkah.
       Gerak makan aksial : fa = bs/U
       Dimana : Gerak makan aksial                                     ; fa
                         Lebar batu gerinda                            ; bs
                         Derajat overlap, bernilai 2 s/d 12            ; U
  4. Kecepatan penghasilan geram :
            Z = a.fa.U.Vft                              ; mm3/s      (traverse grinding)


            Z = a.bs.Vft – fr.bs.Vft                    ; mm3/s       (plunge grinding)


  5. Waktu pemotongan                  :


            tc = lt/Vft . {w/fa} + (tdw + tsp)               ; min (tranverse grinding)


Laboratorium Inti Teknologi Produksi                                                         50
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Endang Saefullah
 
Simbol Komponen Elektronika
Simbol Komponen ElektronikaSimbol Komponen Elektronika
Simbol Komponen ElektronikaBerlinda Putri
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Presentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarPresentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarrandy suwandy
 
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)Agus Witono
 
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinuanalisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinustellaandikmarini
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxZwingCADAcademy
 
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialYuneo Nurcahya
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusCharis Muhammad
 
Proses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan Logam
Proses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan LogamProses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan Logam
Proses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan LogamEssyKarundeng
 
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2Agus Witono
 
MENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHING
MENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHINGMENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHING
MENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHINGuniversitas negri yogyakarta
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 

What's hot (20)

Gerak translasi dan rotasi
Gerak translasi dan rotasiGerak translasi dan rotasi
Gerak translasi dan rotasi
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
 
Simbol Komponen Elektronika
Simbol Komponen ElektronikaSimbol Komponen Elektronika
Simbol Komponen Elektronika
 
Materi mesin press
Materi mesin pressMateri mesin press
Materi mesin press
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Presentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarPresentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasar
 
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
 
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinuanalisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
analisis sistem tentang sistem kontrol diskrit dan kontinu
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
 
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-material
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
 
Proses shearing
Proses shearingProses shearing
Proses shearing
 
Proses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan Logam
Proses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan LogamProses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan Logam
Proses Khusus, Pengerjaan Dingin, Pembentukan dengan Listrik dan Pelapisan Logam
 
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
 
Mekanika permesinan
Mekanika permesinanMekanika permesinan
Mekanika permesinan
 
MENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHING
MENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHINGMENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHING
MENGENAL PROSES PENGERJAAN PLAT PADA METODE PIERCING ATAU PUNCHING
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
DRAWING PROSES
DRAWING PROSESDRAWING PROSES
DRAWING PROSES
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi Laplace
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 

Viewers also liked

Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksiLaporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksiMira Syafanurillah
 
Makalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasarMakalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasarrandy suwandy
 
4. proses manufacturing
4. proses manufacturing4. proses manufacturing
4. proses manufacturingNiko Sh
 
1.8. membagi sudut sama besar
1.8.  membagi sudut sama besar1.8.  membagi sudut sama besar
1.8. membagi sudut sama besarCatur Prasetyo
 
1.1. memahami alat gambr
1.1.  memahami alat gambr1.1.  memahami alat gambr
1.1. memahami alat gambrCatur Prasetyo
 
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2Slamet Setiyono
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...dian haryanto
 
Design & Construction of a Connecting rod
Design & Construction of a Connecting rodDesign & Construction of a Connecting rod
Design & Construction of a Connecting rodFaisal Niloy
 
Bahan ajar baru
Bahan ajar baruBahan ajar baru
Bahan ajar baru260890unil
 
Perkembangan islam dan pengaruhnya
Perkembangan islam dan pengaruhnyaPerkembangan islam dan pengaruhnya
Perkembangan islam dan pengaruhnyaarifin
 
0152 ba-fmipa-2007
0152 ba-fmipa-20070152 ba-fmipa-2007
0152 ba-fmipa-2007SUGENG1966
 
Analisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bowAnalisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bowTimey-ft Vytrhie
 
Modul Matematika SMP KK G
Modul Matematika SMP KK GModul Matematika SMP KK G
Modul Matematika SMP KK GEdris Zahroini
 
Perkembangan islam pada abad
Perkembangan islam pada abadPerkembangan islam pada abad
Perkembangan islam pada abadSiti Nur Khotimah
 

Viewers also liked (20)

Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksiLaporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 
Makalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasarMakalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasar
 
Pump Components
Pump ComponentsPump Components
Pump Components
 
M. serbuk
M. serbukM. serbuk
M. serbuk
 
4. proses manufacturing
4. proses manufacturing4. proses manufacturing
4. proses manufacturing
 
1.8. membagi sudut sama besar
1.8.  membagi sudut sama besar1.8.  membagi sudut sama besar
1.8. membagi sudut sama besar
 
1.1. memahami alat gambr
1.1.  memahami alat gambr1.1.  memahami alat gambr
1.1. memahami alat gambr
 
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
 
Laporan KP PT PINDAD PERSERO
Laporan KP PT PINDAD PERSEROLaporan KP PT PINDAD PERSERO
Laporan KP PT PINDAD PERSERO
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
 
Medan Magnet
Medan MagnetMedan Magnet
Medan Magnet
 
Design & Construction of a Connecting rod
Design & Construction of a Connecting rodDesign & Construction of a Connecting rod
Design & Construction of a Connecting rod
 
Bahan ajar baru
Bahan ajar baruBahan ajar baru
Bahan ajar baru
 
Perkembangan islam dan pengaruhnya
Perkembangan islam dan pengaruhnyaPerkembangan islam dan pengaruhnya
Perkembangan islam dan pengaruhnya
 
0152 ba-fmipa-2007
0152 ba-fmipa-20070152 ba-fmipa-2007
0152 ba-fmipa-2007
 
Badan usaha
Badan usahaBadan usaha
Badan usaha
 
Isi makalah iad
Isi makalah iadIsi makalah iad
Isi makalah iad
 
Analisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bowAnalisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bow
 
Modul Matematika SMP KK G
Modul Matematika SMP KK GModul Matematika SMP KK G
Modul Matematika SMP KK G
 
Perkembangan islam pada abad
Perkembangan islam pada abadPerkembangan islam pada abad
Perkembangan islam pada abad
 

Similar to Laporan Pratikum Proses Produksi 1

Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Arismon Saputra
 
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075BrianAwiruddin
 
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda PerdanaEko Priyanto
 
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponenPelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponenrahimbesol
 
Modul 5 Lembar Sebar
Modul 5   Lembar SebarModul 5   Lembar Sebar
Modul 5 Lembar SebarAan Solo
 
Memprogram mesin cnc_dasar
Memprogram mesin cnc_dasarMemprogram mesin cnc_dasar
Memprogram mesin cnc_dasarTia Setiawan
 
Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MIAhmad M
 
Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Bucek MyName
 
Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2wiizza
 
Pemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendinginPemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendinginasharis
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranDewi Izza
 
Laporan akhir praktikum cnc
Laporan akhir praktikum cncLaporan akhir praktikum cnc
Laporan akhir praktikum cncBung HaFied
 
Final print all fix
Final print all fixFinal print all fix
Final print all fixHidayat65
 

Similar to Laporan Pratikum Proses Produksi 1 (20)

Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
 
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
 
Fix kp
Fix kpFix kp
Fix kp
 
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponenPelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
 
Modul 5 Lembar Sebar
Modul 5   Lembar SebarModul 5   Lembar Sebar
Modul 5 Lembar Sebar
 
Shi mesra iepedeer
Shi mesra iepedeerShi mesra iepedeer
Shi mesra iepedeer
 
Galo2 kp
Galo2 kpGalo2 kp
Galo2 kp
 
Memprogram mesin cnc_dasar
Memprogram mesin cnc_dasarMemprogram mesin cnc_dasar
Memprogram mesin cnc_dasar
 
Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MI
 
Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02
 
Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2
 
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRIPRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
 
Pemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendinginPemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendingin
 
Algoritma dan pemrograman
Algoritma dan pemrogramanAlgoritma dan pemrograman
Algoritma dan pemrograman
 
Algoritma dan pemrograman
Algoritma dan pemrogramanAlgoritma dan pemrograman
Algoritma dan pemrograman
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
 
Laporan akhir praktikum cnc
Laporan akhir praktikum cncLaporan akhir praktikum cnc
Laporan akhir praktikum cnc
 
09 e01037
09 e0103709 e01037
09 e01037
 
Final print all fix
Final print all fixFinal print all fix
Final print all fix
 

Recently uploaded

5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Recently uploaded (20)

5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

Laporan Pratikum Proses Produksi 1

  • 1. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNIK MANUFAKTUR I PROSES PEMESINAN PEMBUATAN POROS BAWAH HYDROTILLER Oleh KELOMPOK XVII Anggota : RAHIM ISNAN A.H 0910912024 RAHMAT NUR AFANDI 1010911017 RYAN RAHMAN 1010912047 ISRATUL RAHMAD 1010912049 FAUZI ABDULLAH 1010912062 ARISMON SAPUTRA 1010913040 Asisten : NICKO ARNENDO LABORATORIUM INTI TEKNOLOGI PRODUKSI JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011
  • 2.
  • 3. Abstrak Teknik Manufaktur 1 merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang proses pemesinan. Yang mana dengan pelajaran ini diharapkan Mahasisiswa dapat ; mengetahui cara-cara mengoperasikan mesin perkakas, mengetahui karakteristik mesin perkakas yang dipakai serta mampu mempergunakan alat ukur dan menganalisa sedemikian sehingga dapat merencanakan urutan proses pemesinan dalam pembuatan suatu komponen serta menetukan kondisi pemotongan yang sesuai untuk spesifikasi geometri yang diminta. Produk yang kami buat adalah Poros Idler dan Leveling Block. Adapun prosos-proses yang dilakukan dalam pembuatanya adalah proses bubut, freis, sekrap, gurdi, tapping, snei, gergaji dan gerinda. Proses bubut untuk mengurangi diameter pada benda berja, berupa poros. Proses freis di gunakan untuk membuat produk dengan bentuk prismatic, spie dan roda gigi. Proses sekrap hampir sama dengan proses bubut tapi gerak potongnya translasi yang dilakukan oleh pahat. Proses gurdi merupakan proses pembuatan lubang atau membesarkan lubang pada sebuah objek dengan diameter tertentu. Proses tapping untuk memproduksi ulir dalam sedangkan proses snei untuk ulir luar. Proses gerinda berguna untuk memperhalus kwalitas pmemermukaan pada benda. Sedangkan proses gergaji dilakukan untuk memotong benda kerja yang berupa poros. Waktu actual yang di dapat dari ke dua proses produk adalah 69,65 menit sedangkan waktu teoritisnya adalah 55,015 menit. Dimana proses bubut waktu actual 24,54 menit dan teori 15,848 menit, sedangkan proses freis waktu actual 45,11 menit dan teori 39,167 menit. Terlalu mencoloknya perbedaan antara waktu actual dan teori pada kedua proses disebabkan oleh seringnya melakukan bongkar pasang benda kerja karma banyaknya proses-proses yang harus dilakukan. Dalam praktikum proses produksi ini praktikan dapat melatih keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja dalam mengoperasikan mesin- mesin perkakas, serta mampu membuat suatu produk sesuai dengan toleransi yang diizinkan. ii
  • 4. PRAKATA Puji beserta syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi I di Laboratorium Inti Teknologi Produksi (LITP). Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam meyelesaikan kuliah berserta praktikum proses produksi 1 dari awal hingga selesai. Pelaksanaan dan penyusunan laporan ini tidak mungkin terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Adam Malik, M. Eng. sebagai Kepala Laboratorium Inti Teknologi Produksi. 2. Bapak Ir. Adam Malik, M. Eng, Bapak Zulkifli Amin dan Bapak Agus Sutanto yang telah memberikan pengetahuan dasar proses pemesinan pada mata kuliah Teknik Manufaktur I. 3. Shahrul Azif selaku koordinator asisten, Muhammad Fahmadihan selaku koordinator praktikum dan Nicko Arnendo selaku asisten kelompok 17 yang telah memberikan bimbingan selama praktikum dan penyusunan laporan akhir ini. 4. Seluruh asisten Laboratorium Inti Teknologi Produksi (LITP). 5. Rekan-rekan praktikan Teknik Manufaktur I jurusan Teknik Mesin serta semua pihak yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga dengan laporan akhir ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi yang membaca, dan sangat kami harapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan akhir ini. Padang , Desember 2011 Penulis
  • 5. DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... i KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii ABSTRAK........................................................................................................ iii DAFTAR ISI ………….……………………………………………………. iv DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL …………………...……………………………………... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 1 1.2 Tujuan ………………………………………………………….... 1 1.3 Manfaat ………………………………………………………….. 2 BAB II TUJUAN PUSTAKA 2.1 Gambar Teknik ................................................................................. 3 2.2.1 Fungsi Gambar ........................................................................ 3 2.2.2 Garis-garis dalam gambar......................................................... 3 2.2.3 Proyeksi Gambar .................................................................... 5 2.2 Sejarah Perkembangan Manufaktur.................................................... 8 2.3 Klasifikasi Proses Produksi................................................................ 8 2.3.1 Proses Pemesinan ( machining ).............................................. 9 2.3.2 Proses Pembentukan ( forming ) …………………………... 19 2.3.3 Proses Pengecoran ( casting ).................................................. 20 2.3.4 Proses Peyambungan ( joining ).....................……................. 20 2.3.5 Metalurgi Serbuk ( powder metallurgi..................................... 22 2.3.6 Perakitan.................................................................................. 23 2.3.7 Proses Produksi Polymer......................................................... 23 iv
  • 6. 2.3.8 Perubahan Sifat Mekanik........................................................ 25 2.4 Mekanisme Terbentuknya Geram..................................................... 26 2.4.1 Teori Lama.............................................................................. 26 2.4.2 Teori Baru............................................................................... 27 2.5 Elemen Dasar Proses Pemesinan ………………………………... 30 2.5.1 Proses Bubut ( turning ) ……………………………………30 2.5.2 Proses Freis ( Milling ) …………………………………… 34 2.5.3 Proses Gurdi ( Drilling ) …………………………………. 41 2.5.5 Proses Sekrap ( Shaping ) ………………………………… 51 2.5.5 Gerinda ( Grinding )............................................................... 47 2.5.5 Penggergajian (sawing).......................................................... 54 2.6 Pahat …………………………………………………………….. 57 2.6.1 Bagian-bagian Pahat ………………………………………. 57 2.6.2 Bidang Pahat ……………………….......………………… 58 2.6.3 Mata Potong Pahat ………………………………………... 58 2.6.4 Material Pahat ………………………………………………60 2.6.5 Umur Pahat ……………………………………………….. 69 2.7 Fluida Pendingin ( coolant ) …………………………………….. 72 2.7.1 Fungsi Coolant ……………………………………………. 72 2.7.2 Jenis-jenis Coolant ………………………………………... 72 2.7.3 Pemakaian Coolant ................................................................ 74 2.7.4 Pemeliharaan Cairan Pendingin.............................................. 77 2.8 Snei dan Tapping ..………………………………………………. 77 2.8.1 Snei …………………………………………………………77 2.8.2 Tapping ……………………………………………………. 78 v
  • 7. BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Praktikum ................................................................... 81 3.2 Peralatan Praktikum ...........……………………………………… 83 3.2.1 Mesin yang digunakan .....................................……………. 83 3.2.2 Alat Ukur …………………………………………………. 85 3.2.3 Alat Bantu ………………………………………………… 86 3.3 Proses Pembuatan ……………………………………………….. 87 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan …………………………………………………….... 92 4.1.1 Proses Bubut ………………………………………………. 92 4.1.1.1 Proses Facing ………………………………………..... 92 4.1.1.2 Proses Facing bagian II ………………………............... 93 4.1.2 Proses Gurdi. ……………………. …………………………. 95 4.1.3 Proses Turning ……………………....……………………... 96 4.1.4 Proses Sekrap .......................................................................... 106 4.1.5 Proses Gurdi Bagian II ............................................................ 109 4.1.6 Proses Pembuatan Ulir ............................................................ 110 4.2 Analisa.............................................................................................. 111 4.2.1 Analisa Proses ......................................................................... 111 4.2.1.1 Proses Bubut ...................................................... ........ 111 4.2.1.2 Analisa Proses Drilling ................................................ 112 4.2.1.3 Analisa Proses Sekrap ............................................... . 113 4.2.1.4 Analisa Proses Pembuatan Ulir .................................. 114 vi
  • 8. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 115 5.2 Saran …………………………………………………………….. 115 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A Lembar Analisa Proses LAMPIRAN B Gambar Produk LAMPIRAN C Lembar Asistensi vii
  • 9. DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Garis nyata…………………………………………………………… 4 Gambar 2.2 Garis gores.................................................................................... 4 Gambar 2.3 Garis bergores ............................................................................... 4 Gambar 2.4 Garis bergores ganda ..................................................................... 4 Gambar 2.5 Proyeksi Eropa .............................................................................. 6 Gambar 2.6 Proyeksi Amerika .......................................................................... 7 Gambar 2.7 Alur proses produksi................................................................... 9 Gambar 2.8 Gerak potong .............................................................................. 10 Gambar 2.9 Gerak makan............................................................................... 10 Gambar 2.10 Pahat Mata Potong Tunggal...................................................... 11 Gambar 2.11 Pahat mata potong jamak.......................................................... 11 Gambar 2.12 Pahat mata potong tak hingga................................................... 11 Gambar 2.13 Permukaan silindrik .................................................................. 12 Gambar 2.14 Permukaan rata/lurus ................................................................ 13 Gambar 2.15 Gerinda selindrik (a) internal (b) eksternal .............................. 15 Gambar 2.16 Proses gerinda datar.................................................................. 15 Gambar 2.17 Gerinda datar .............................................................................. 15 Gambar 2.18 Proses ultrasonic ....................................................................... 16 Gambar 2.19 Proses kimia ............................................................................... 17 Gambar 2.20 Proses kimia listrik ...................................................................... 17 Gambar 2.21 Proses EDM................................................................................ 18 Gambar 2.22 Proses LBM .............................................................................. 18 Gambar 2.23 Water Jet Machining.................................................................... 19 Gambar 2.24 Proses pembentukan .................................................................... 19 Gambar 2.25 Pengecoran (a) Proses (b) Contoh Produk ..................................... 20 Gambar 2.26 Pengelasan .................................................................................. 21 Gambar 2.27 Baut untuk penyambungan tidak tetap .......................................... 21 Gambar 2.28 Paku keling untuk penyambungan semipermanen ................... 22 Gambar 2.29 Metallurgi serbuk (a) Proses (b) Contoh produk............................. 22 viii
  • 10. Gambar 2.30 Proses perakitan (a) Otomatis (b) Manual (c) Otomatis-Manual ...... 23 Gambar 2.31 Melamin ..................................................................................... 24 Gambar 2.32 Botol air mineral ......................................................................... 24 Gambar 2.33 Ban ............................................................................................ 24 Gambar 2.34 Heat treatment ............................................................................ 26 Gambar 2.35 Surface treatment dan contoh produk ............................................ 26 Gambar 2.36 Teori baru dan teori lama menerangkan terjadinya geram ....... 27 Gambar 2.37 Proses terbentuknya geram menurut teori analogi kartu .................. 28 Gambar 2.38 Gaya pembentukan geram ........................................................ 29 Gambar 2.39 Mesin bubut .............................................................................. 31 Gambar 2.40 Kondisi pemotongan bubut....................................................... 33 Gambar 2.41 Proses pada mesin bubut .............................................................. 34 Gambar 2.42 Mesin freis .................................................................................. 34 Gambar 2.43 Jenis mesin freis .......................................................................... 36 Gambar 2.44 Jenis pahat (a) up milling (b) down milling .................................... 36 Gambar 2.45 Proses freis datar dan freis tegak .............................................. 37 Gambar 2.46 Proses yang dapat dilakukan pada mesin freis ............................... 39 Gambar 2.47 Mesin freis .................................................................................. 40 Gambar 2.48 Mesin gurdi portable ................................................................... 42 Gambar 2.49 Mesin gurdi turet ......................................................................... 42 Gambar 2.50 Mesin gurdi vertikal.................................................................. 42 Gambar 2.51 Mesin gurdi dan bagian-bagiannya ............................................... 42 Gambar 2.52 Penggurdi puntir ....................................................................... 44 Gambar 2.53 Penggurdi pistol bergalur lurus (A)Penggurdi trepan (B) Penggurdi pistol pemotongan ............................................ 44 Gambar 2.54 Pemotong untuk lubang pada logam tipis (A) Pemotong gergaji (B) Freis kecil (fly cutting)....................................................... 45 Gambar 2.55 Pahat gurdi ................................................................................ 45 Gambar 2.56 Proses gurdi ............................................................................... 46 Gambar 2.57 Mesin gerinda ............................................................................. 47 Gambar 2.58 Proses gerinda ............................................................................. 49 Gambar 2.59 Mesin sekrap............................................................................... 52 ix
  • 11. Gambar 2.60 Mesin sekrap............................................................................... 53 Gambar 2.61 Proses sekrap ............................................................................ 54 Gambar 2.62 Metoda Hack Saw ....................................................................... 54 Gambar 2.63 Metoda Band Saw ..................................................................... 55 Gambar 2.64 Metoda Power Hack saw ............................................................. 56 Gambar 2.65 bagiam-bagian dan bidang pahat bubut ......................................... 57 Gambar 2.66 Bentuk pahat bubut ................................................................... 58 Gambar 2.67 Pahat baja karbon ........................................................................ 61 Gambar 2.68 Pahat HSS .................................................................................. 62 Gambar 2.69 Pahat cor non ferro ...................................................................... 64 Gambar 2.70 Pahat karbida .............................................................................. 64 Gambar 2.71 Pahat ceramic............................................................................ 65 Gambar 2.72 Pahat CBN .................................................................................. 66 Gambar 2.73 Pahat intan .................................................................................. 66 Gambar 2.74 Jenis pahat dan tahun mulai digunakan ......................................... 68 Gambar 2.75 Keausan ujung dan kawah pada pahat ........................................... 70 Gambar 2.76 Keausan tepi dan kawah pada pahat .............................................. 70 Gambar 2.77 Ilustrasi beberapa jenis cairan pendingin ....................................... 74 Gambar 2.78 Pemakaian cairan pendingin dengan menggunakan nozel ............... 75 Gambar 2.79 Pahat gurdi (jenis end mill) .......................................................... 75 Gambar 2.80 Pemakaian cairan pendingin dengan cara dikabutkan ..................... 76 Gambar 2.81 Snei ............................................................................................ 78 Gambar 2.82 Proses Tapping............................................................................ 79 Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Pembuatan Poros bawah Hydrotiler .......................................................................................................... 82 Gambar 3.2 Mesin Gergaji (Sawing Machine) ................................................... 83 Gambar 3.3 Mesin Bubut (lathe)....................................................................... 84 Gambar 3.4 Mesin Sekrap (Shaping Machine) ................................................... 85 Gambar 3.5 Jangka Sorong............................................................................... 85 Gambar 3.6 Stopwatch ..................................................................................... 86 Gambar 3.7 Ragum .......................................................................................... 86 Gambar 3.8 Kuas ............................................................................................. 87 x
  • 12. Gambar 3.9 Kunci L ........................................................................................ 87 Gambar 3.10 Benda Kerja Setelah di Sawing (gergaji).................................. 88 Gambar 3.11 Benda Kerja Sesudah di Facing (bubut muka)......................... 88 Gambar 3.12 Benda Kerja Setelah 2 kali di Turning .......................................... 89 Gambar 3.13 Benda Kerja Setelah facing sisi kiri .............................................. 89 Gambar 3.14 Benda Kerja Setelah di Turning sisi kiri ...................................... 89 Gambar 3.15 Benda Kerja setelah membuat ulir luar ......................................... 90 Gambar 3.16 Benda Kerja Setelah sekrap.......................................................... 90 Gambar 3.17 Benda Kerja Setelah drilling .................................................... 90 Gambar 3.18 Benda Kerja Setelah proses taping ........................................... 91 xi
  • 13. DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Garis dan Penggnaanya (ISO R128) ............................................. 5 Tabel 2.2 Klasifikasi proses pemesinan menurut jenis mesin, gerak potong dan gerak makan yang digunakan ................................................ 12 Tabel 2.3 Klasifikasi proses pemesinan berdasarkan mesin perkakas yang digunakan ...................................................................................... 13 Tabel 2.4 Perbedaan proses pemesinan dengan proses pembentukan........... 19 Tabel 2.5 Perbedaan Up Milling dengan Down Milling................................ 37 Tabel 2.6 Perbedaan antara pahat HSS dam Karbida.................................... 67 Tabel 2.7 Jenis pahat dan mulai digunakan................................................... 68 Tabel 4.1 Perhitungan waktu proses facing 1................................................ 93 Tabel 4.2 Perhitungan waktu proses facing 2................................................ 95 Tabel 4.3 Perhitungan waktu proses turning 1...............................................99 Tabel 4.4 Perhitungan waktu proses turning 2..............................................102 Tabel 4.3 Perhitungan waktu proses turning 3..............................................105 Tabel 4.5 Perhitungan waktu proses sekrap 1...............................................107 Tabel 4.6 Perhitungan waktu proses sekrap 2...............................................107 Tabel 4.7 Perhitungan waktu proses sekrap 3...............................................108 Tabel 4.8 Perhitungan waktu proses sekrap 4...............................................108 xii
  • 14.
  • 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses Produksi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu proses transformasi atau konveksi dari material atau bahan baku (baik logam maupun non logam) menjadi suatu produk setengah jadi atau pun produk jadi yang lebih berguna dengan memakai mesin-mesin perkakas atau peralatan tertentu dengan menggunakan metode yang sesuai. Pada proses pembuatan suatu benda kerja sangatlah dibutuhkan proses pengerjaan dengan mesin, dimana akan diperoleh benda kerja yang bermutu baik dan memperolehnya dalam jumlah yang banyak serta waktu kerja yang relatif singkat dan efisien.Seseorang yang bekerja dalam bidang permesinan, harus mengetahui seluk-beluk mesin yang ditangani dan hendaknya memahami juga proses pengerjaannya. Pemilihan mesin yang terbaik untuk membuat suatu produk tertentu memerlukan pengetahuan mendasar mengenai segala kemungkinan proses produksi. Pertimbangan itu antara lain didasarkan pada bentuk benda kerja, dimensinya, jumlah, tingkat ketelitian, ukuran, toleransi serta kemampuan mesin yang akan dipilih. 1.2 Tujuan 1. Mampu membaca dan menganalisa gambar teknik sedemikian sehingga dapat menentukan mesin perkakas yang digunakan, merencanakan urutan proses pemesinan dalam pembuatan suatu komponen, serta menentukan kondisi pemotongan yang sesuai dengan spesifikasi geometri yang diminta. 2. Mampu mengoperasikan mesin-mesin perkakas dan mengetahui karakteristik mesin perkakas yang dipakai. 3. Mampu mempergunakan alat ukur untuk memeriksa kualitas komponen yang dibuat.
  • 16. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum Proses Produksi ini antara lain adalah mampu membaca dan memahami gambar teknik dengan baik sehingga dapat mengetahui urutan proses pemesinan dan mengetahui mesin perkakas yang digunakan untuk membuat suatu produk, mampu mengoperasikan mesin-mesin perkakas yang digunakan pada proses produksi, dan dapat menunjang dan menambah pengetahuan teoritis yang didapat dari perkuliahan. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 2
  • 17.
  • 18. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GAMBAR TEKNIK Gambar merupakan suatu alat untuk menyatakan maksud dari seorang sarjana teknik. Oleh karena itu gambar sering juga disebut sebagai bahasa teknik. Penerusan informasi adalah fungsi yang penting untuk bahasa maupun gambar yang harus meneruskan keterangan-keterangan secara tepat dan obyektif. 2.1.1 Fungsi Gambar Fungsi gambar digolongkan kedalam tiga golongan berikut: a. Penyampaian Informasi Gambar mempunyai tugas meneruskan maksud dari perancangan den gan tepat kepada orang-orang yang bersangkutan, kepada perencanaan proses, pebuatan, pemeriksaan, perakitan dan sebagainya. b. Pengawetan, penyimpanaan dan penggunaan keterangan Gambar tidak hanya diawetkan untuk mensuplai bagian produk untuk perbaikan , tetapi gambar juga disimpan sebagai bahan informasi untuk rencana-rencana baru dikemudian hari. c. Cara-cara pemikiran dalam penyimpanan informasi Gambar tidak hanya melukiskan gambar, tetapi berfungsi juga sebagai peningkat daya berpikir untuk perencana. 2.1.2 Garis-garis dalam Gambar Dalam gambar setiap garis yang memiliki arti dan penggunaannya sendiri. Oleh karena itu penggunaannya harus sesuai dengan maksud dan tujuannya.
  • 19. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Ada 4 jenis garis sebagai berikut: a. Garis nyata Garis nyata digunakan untuk mengambarkan bagian yang tampak dari sebuah gambar. Gambar 2.1 Garis Nyata b. Garis gores Garis gores digunakan untuk menggambarkan bagian yang ada dibelakang gambar. Gambar 2.2 Garis Gores c. Garis bergores Garis bergores biasanya digunakan untuk menerangkan bahwa gambar tersebut berbentuk silindrik atau titik sumbu dari suatu bidang. Gambar 2.3 Garis Bergores d. Garis bergores ganda Garis bergores ganda biasanya digunakan untuk bagian yang bergerak pada benda kerja, seperti pada tuas. Gambar 2.4 Garis Bergores Ganda Laboratorium Inti Teknologi Produksi 4
  • 20. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Adapun, kegunaan garis adalah sebagai berikut Tabel 2.1 Garis dan Penggunaannya (ISO .R 128) Jenis Garis Keterangan Penggunaan A.1 Garis- garis nyata (gambar) A Tebal Kontinu A.2 Garis- garis tepi B.1 Garis Berpotongan Khayal B.2 Garis-garis Ukur B.3 Garis Proyeksi Tipis Kontinu (Lurus atau B B.4 Garis Penunjuk lengkung) B.5 Garis Arsir B.6 Garis nyata dari penampang yang diputar B.7 Garis Sumbu Pendek C.1 Garis batas dar perpotongan sebagian C Tipis Kontinu bebas atau bagian yang dipotong bila batas nya bukan garis brgores tipis D Tipis Kontinu dengan zig-zag D.1 Sama dengan C.1 E.1 Garis nyata terhalang E Garis Gores Tebal E.2 Garis tepi terhalang F.1 Garis nyata terhalang F Garis Gores Tipis F.2 Garis tepi terhalang G.1 Garis Sumbu G Garis bergores Tipis G.2 Garis Simetri G.3 Lintas an Garis bergores Tipis yang H dipertebal pada ujung dan H.1 Garis (bidang) potong perobahan arah I.1 Penunjukan permukaan yang harus I Garis Bergores Tebal mendapatkan penanganan khusus J.1 Bagian yang berdampingan J.2 Batas kedudukan benda yang begerak J.3 Garis sistem J Garis Bergores ganda Tipis J.4 Bentuk semula sebelum dibentuk J.5 Bagian benda yang berada didepan bidang potong 2.1.3 Proyeksi Gambar Proyeksi adalah cara memandang suatu objek. Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi. 1. Proyeksi Eropa Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya Laboratorium Inti Teknologi Produksi 5
  • 21. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 P.A P.Be P.Ka P.Ki P.D P.Ba Keterangan : P.A = Pandangan Atas P.Ki = Pandangan Kiri P.Ka = Pandangan Kanan P.Ba = Pandangan Bawah P.Be = Pandangan Belakang (P. bawah) (P. kanan) (P. depan) (P. Kiri) (P. Belakang) (P. atas) Gambar 2.5 Proyeksi Eropa Laboratorium Inti Teknologi Produksi 6
  • 22. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2. Proyeksi Amerika Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama P.A dengan arah pandangannya P.Be P.Ka P.Ki P.D P.Ba Keterangan : P.A = Pandangan Atas P.Ki = Pandangan Kiri P.Ka = Pandangan Kanan P.Ba = Pandangan Bawah P.Be = Pandangan Belakang (P. atas) (P. kiri) (P. depan) (P. kanan) (P. Belakang) (P. bawah) Gambar 2.6 Proyeksi Amerika Laboratorium Inti Teknologi Produksi 7
  • 23. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN MANUFAKTUR Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin “Manus Factus” yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi ;  Perancangan produk  Pemilihan material  Tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumber daya dan aktifitas sebagai berikut:  Perancangan Produk - Pembelian – Pemasaran  Mesin dan perkakas - Manufacturing – Penjualan  Perancangan proses - Production control – Pengiriman  Material - Support services - Customer service Hal-hal di atas telah melahirkan disiplin ilmu tentang teknik manufaktur. Sesuai dengan definisi manufaktur, keilmuan teknik manufaktur mempelajari perancangan produk manufaktur dan perancangan proses pembuatannya serta pengelolaan sistem produksinya (sistem manufaktur). Pada dasarnya ilmu manufaktur ini akan lebih terlihat dalam bidang kerekayasaan (engineering). Sebagaimana kebutuhan yang ada dipasaran, bidang teknik manufaktur lah yang akan menjawab dan menyelesaikan persoalan produk atau alat yang dibutuhkan dalam bidang kerekayasaan. . Laboratorium Inti Teknologi Produksi 8
  • 24. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2.3 KLASIFIKASI PROSES PRODUKSI Proses produksi adalah suatu proses yang mengubah bahan baku menjadi suatu produk jadi atau setengah jadi untuk meningkatkan nilai guna dengan memanfaatkan resource produksi, seperti modal, operator, material, mesin, energi serta informasi. Diagram proses produksi : PROSES PRODUKSI MAN+ MODAL+ MESIN+ MATERIAL+ ENERGI +TEKNOLOGI INFORMASI Gambar 2.7 Alur Proses Produksi Proses produksi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu : 2.3.1 Proses Pemesinan (machining) Proses pemesinan adalah suatu proses produksi dengan menggunakan mesin perkakas, dimana memanfaatkan gerak relatif antara pahat dengan benda kerja sehingga menghasilkan suatu produk sesuai dengan spesifikasi geometri yang diinginkan, pada proses ini terdapat material sisa sebagai geram. Adapun klasifikasi proses pemesinan, yaitu : 1. Berdasarkan Gerak Relatif Pahat Gerak relatif merupakan gerak terhadap titik acuan, gerak relatif pahat terhadap benda kerja akan menghasilkan geram dan permukaan baru pada benda kerja secara bertahap akan terbentuk menjadi komponen yang dikehendaki. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 9
  • 25. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Berdasarkan gerak relatif pahat terhadap benda kerja dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : a. Gerak potong (cutting movement) Gerak potong merupakan gerak relatif antara pahat dan benda kerja sehingga menghasilkan permukaan baru pada benda kerja. Gambar 2.8 Gerak Potong b. Gerak makan (feeding movement). Gerak makan merupakan gerak relatif antara pahat dan benda kerja sehingga menyelesaikan permukaan baru. Gambar 2.9 Gerak Makan 2. Berdasarkan Jumlah Mata Pahat yang digunakan Pada proses pemesinan setiap mesin pekakas yang kita gunakan memiliki jumlah mata pahat yang berbeda-beda. Jenis pahat yang digunakan sesuaikan dengan bentuk permukaan akhir dari produk. Adapun klasifikasi jumlah mata pahat dapat dikelompokan menjadi dua jenis mata pahat, yaitu; Laboratorium Inti Teknologi Produksi 10
  • 26. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 a. Pahat mata potong tunggal (single point cutting tools) Gambar 2.10 Pahat Mata Potong Tunggal b. Pahat mata potong jamak (multiple point cuttings tools). Gambar 2.11 Pahat Mata Potong Jamak c. Pahat mata potong tak hingga Gambar 2.12 Pahat Mata Potong Tak Hingga Laboratorium Inti Teknologi Produksi 11
  • 27. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Tabel 2.2. Klasifikasi Proses Permesinan Menurut Jenis Mesin, Gerak Potong dan Gerak Makan yang Digunakan. No. Jenis Mesin Gerak Potong Gerak Makan Jumlah Mata Pahat 1 Mesin Bubut Benda Kerja Pahat (Translasi) Tunggal (Rotasi) 2 Mesin Freis Pahat (Rotasi) Benda Kerja Jamak (Translasi) 3 Mesin Sekrap Pahat (Translasi) Benda Kerja Tunggal (Translasi) Sekrap Meja Benda Kerja Pahat Tunggal (Translasi) (Translasi) 4 Mesin Gurdi Pahat (Translasi) Pahat (Translasi) Jamak 5 Gergaji Pahat (Translasi) - Jamak 6 Gerinda Pahat (Translasi) Translasi Tak Terhingga 3. Berdasarkan Orientasi Permukaan Dilihat dari segi orientasi permukaan, proses pemesinan dapat diklasifikasikan menjadi dua proses yaitu: a. Permukaan berbentuk silindrik atau konis dan Gambar 2.13 Permukaan Silindrik Laboratorium Inti Teknologi Produksi 12
  • 28. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 b. Permukaan berbentuk rata/lurus dengan atau tanpa putaran benda kerja. Gambar 2.14 Permukaan rata/lurus 4. Berdasarkan Mesin yang Digunakan Dalam proses pemesinan jika kita ingin melakukan suatu pekerjaan, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu dengan mesin apa kita gunakan sehingga produk yang kita buat sesuai dengan yang diinginkan. Dalam satu jenis mesin perkakas kita dapat melakukan beberapa proses pemesinan, Misalnya; pada mesin bubut selain membubut dapat pula digunakan untuk menggurdi, memotong, dan melebarkan lubang (boring) dengan cara mengganti pahat dengan yang sesuai. Berdasarkan jenis proses pemesinan dan mesin perkakas yang digunakan dibagi menjadi : Tabel 2.3 Klasifikasi Proses Pemesinan Berdasarkan Mesin Perkakas Yang Digunakan No Jenis Proses Mesin Perkakas Yang Digunakan 1 Membubut Mesin Bubut (Lathe) 2 Menggurdi Mesin Gurdi (Drilling Machine) 3 Menyekrap Mesin Sekrap (Shapping Machine) 4 Mengefreis Mesin Freis (Milling Machine) 5 Menggergaji Mesin Gergaji (Sawing Machine) 6 Melebarkan lubang Mesin Koter (Boring Machine) 7 Memarut Mesin Parut (Broc Machine) 8 Menggerinda Mesin Gerinda (Grinding Machine) 9 Mengasah Honing Machine Laboratorium Inti Teknologi Produksi 13
  • 29. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 10 Mengasah halus Lapping Machine 11 Mengasah super halus Super Finishing 12 Mengkilapkan Polisher & Buffer 5. Berdasarkan bentuk pahat a. Proses Konvensional Proses konvensional merupakan proses untuk mengubah suatu produk dengan menggunakan pahat potong dalam proses pemotongan logam. Seperti : bubut, freis, gurdi, dll. b. Proses Abrasif Proses abrasif adalah suatu proses untuk menghasilkan kualitas permukaan yang baik dengan menggunakan material abrasif. Contoh : gerinda selindrik, gerinda datar, lapping, dll. 1. Gerinda Proses gerinda adalah suatu proses pemesinan yang menggunakan mesin gerinda dengan pahat yang berupa batu gerinda berbentuk piringan yang dibuat dari campuran serbuk abrasif dan bahan pengikat dengan komposisi dan struktur tertentu. Proses gerinda diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :  Proses Gerinda Selindrik Proses gerinda selindrik merupakan suatu proses pemesinan untuk menghasilkan permukaan selindrik. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 14
  • 30. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.15 Gerinda selindrik (a) internal (b) eksternal  Proses Gerinda datar Proses gerinda datar adalah suatu proses pemesinan bagi pengerindaan permukaan rata atau datar. Gambar 2.16 Proses gerinda datar 2. Mengasah Halus (lapping) Proses mengasah halus merupakan suatu proses pemesinan dengan menggunakan material abrasif tanpa pengikat yang diletakan diantara benda kerja dan alat pemutarnya. Gambar 2.17 Gerinda datar Laboratorium Inti Teknologi Produksi 15
  • 31. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 c. Proses Non Konvensional Proses non konvensional merupakan suatu proses pemesinan yang tidak menggunakan mata pahat sebagai mata potong tapi menggunakan dengan memanfaatkan energi listrik, kimia, tekanan air untuk pemotongan logam. Contoh dari proses non konvensional;  Ultrasonic Machining (USM)  Chemical Machining  Electrochemical Machining (ECM)  Electrical-Discharge Machining (EDM)  Laser Beam Machining (LBM)  Water Jet Machining (WJM) 1. Ultrasonic Machining (USM) Ultrasonic Machining merupakan proses pemesinan yang menggunakan gelombang ultrasonic untuk memotong logam. Frekuensi yang digunakan adalah 20 khz. Gambar 2.18 Proses ultrasonic Laboratorium Inti Teknologi Produksi 16
  • 32. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2. Chemical Machining Chemical Machining merupakan suatu proses produksi yang menggunakan reaksi kimia untuk pemotongan logam. Gambar 2.19 Proses kimia 3. Electrochemical Machining (ECM) Electrochemical Machining merupakan suatu proses pemesinan yang memanfaatkan perbedaan potensial untuk memotong logam. Gambar 2.20 Proses kimia listrik Laboratorium Inti Teknologi Produksi 17
  • 33. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 4. Electrical-Discharge Machining (EDM) Electrical-Discharge Machining merupakan suatu proses pemesinan yang memanfaatkan beda potensial dan larutan elektrolik untuk memotong logam. Gambar 2.21 Proses EDM 5. Laser Beam Machining (LBM) Laser Beam Machining merupakan suatu proses pemesinan yang menggunakan energi laser untuk pemotongan logam. Gambar 2.22 Proses LBM 6. Water Jet Machining Water Jet Machining adalah proses pemesinan yang menggunakan kekuatan air, air yang bertekanan tinggi disemprotkan kearah benda kerja, sehingga akan membuat benda kerja terpotong. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 18
  • 34. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.23 Water Jet Machining 2.3.2 Proses Pembentukan (forming) Gambar 2.24 Proses Pembentukan Proses pembentukan adalah salah satu proses produksi dengan pemberian gaya beban terhadap material hingga terjadi deformasi plastis sehingga didapatkan produk yang didinginkan pada proses ini tidak ada geram sebagai sisa produksi, sehingga didapatkan produk yang diinginkan. Tabel 2.4 Perbedaan Proses Pemesinan dengan Proses Pembentukan No Proses Pemesinan Proses Pembentukan 1 Terbentuk geram Tidak terbentuk geram 2 Memiliki ketelitian tinggi Ketelitian kurang Permukaan produk yang Permukaan produk yang dihasilkan 3 dihasilkan baik kurang baik 4 Volume benda kerja berubah Volume benda kerja tetap 5 Memakai mesin perkakas Memakai cetakan 6 Serat material putus Serat tidak terputus Laboratorium Inti Teknologi Produksi 19
  • 35. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2.3.3 Proses Pengecoran (casting) Proses pengecoran adalah salah suatu proses produksi dengan cara memanaskan logam sampai titik leleh (melting point) kemudian dituangkan ke dalam cetakan, sampai material dingin dan mengeras, lalu dikeluarkan dari cetakannya sehingga tercipta suatu produk baru. Contoh produk dapat dibuat dengan proses ini adalah pahat, paku, dan lain-lain. a b Gambar 2.25 Pengeceroran (a) Proses (b) Contoh produk 2.3.4 Proses Penyambungan (joining) Proses penyambungan adalah salah satu proses produksi yang menggabungkan satu komponen dengan komponen lainnya sehingga terbentuk satu komponen yang diinginkan. Penyambungan dapat dilakukan melalui pengelasan, mematri, soldering, pengelingan, perekatan dengan lem, penyambungan dengan baut dan lain-lain. Proses penyambungan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu : a. Penyambungan Tetap Penyambungan tetap adalah penyambungan yang apabila dipisahkan akan dapat merusak material utama. Contoh: penyambungan pada pengelasan, patri, solder, dan lain-lain. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 20
  • 36. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.26 Pengelasan b. Penyambungan Tidak Tetap Penyambungan tidak tetap adalah penyambungan yang p dapat dipisahkan kembali dan tidak merusak komponennya. Contoh: penyambungan dengan menggunakan baut. Gambar 2.27 Baut untuk Penyambungan Tidak Tetap c. Penyambungan Semipermanen Penyambungan semipermanen merupakan salah saru teknik penyambungan di mana jika paku dilepaskan maka komponen yang disambung tidak mengalami kerusakan melainkan yang mengalami kerusakan hanyalah paku yang digunakan dalam proses penyambungan. Contoh penyambungan sementara adalah paku keling penyambungan keling. Laboratorium Inti Teknologi Produksi boratorium 21
  • 37. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.28 Paku Keling untuk Penyambungan Semipermanen 2.3.5 Metalurgi Serbuk (powder metallurgy) Metalurgi serbuk adalah salah satu proses produksi yang menggunakan serbuk metal dengan cara di pres lalu dipanaskan agar serbuk metal menyatu, sehingga didapatkan benda yang diinginkan. Biasanya metalurgi serbuk untuk membuat suatu komponen yang sangat kecil. Contoh produk yang dibuat dengan cara metalurgi serbuk ini adalah roda gigi pada jam tangan. a b Gambar 2.29 Metalurgi Serbuk (a) Proses (b) Contoh produk Laboratorium Inti Teknologi Produksi 22
  • 38. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2.3.6 Perakitan (Assembly) Proses perakitan adalah salah satu proses produksi yang menggabungkan beberapa part atau komponen menjadi suatu produk yang utuh. Proses perakitan terbagi menjadi tiga berdasarkan pengerjaanya: 1. Otomatis : Proses perakitan dengan pengerjaannya robot 2. Manual : Proses perakitan dilakukan manusia 3. Otomatis-manual : Proses perakitan dilakukan robot dan diatur manusia. (a) (b) (c) Gambar 2.30 Proses Perakitan (a) otomatis (b) manual (c) manual-otomatis 2.3.7 Proses Produksi Polimer Proses produksi polimer ialah proses produksi dengan menggunakan polimer-polimer sebagai materialnya. Polimer ialah gabungan monomer-monomer yang membentuk rantai hidrokarbon yang panjang. Jenis-jenis polimer: Laboratorium Inti Teknologi Produksi 23
  • 39. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 1. Termosetting ialah polimer yang tahan panas. Contohnya : melamin. Gambar 2.31 Melamin 2. Termoplastik ialah polimer yang tidak tahan panas. Gambar 2.32 Botol Air Mineral 3. Elastomer ialah polimer yang elastis. Contohnya ban. Gambar 2.33 Ban Laboratorium Inti Teknologi Produksi 24
  • 40. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2.3.8 Perubahan Sifat Mekanik Sifat mekanik adalah sifat material yang dipengaruhi oleh pembebanan. Sifat mekanik terdiri dari : a. Kekerasan Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastis lokal akibat adanya penetrasi dipermukaan. Kekerasan ini tidak mempunyai kurva karena hanya berbentuk titik. b. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastis secara menyeluruh sampai material itu patah. c. Kelentingan Kelentingan adalah besarnya energi yang diserap oleh material sampai pembebanan elastis dan bila gaya dihilangkan akan kembali ke bentuk semula. d. Keuletan Keuletan adalah regangan plastis maksimum yang mampu ditahan oleh material sampai material tersebut patah. e. Ketangguhan Ketangguhan adalah besarnya energi yang dapat diserap oleh material sampai material tersebut patah. f. Modulus Elastisitas Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan pada daerah elastis yang menunjukkan derajat kekakuan material. Perubahan sifat mekanik tebagi atas dua macam, yaitu : a. Heat Treatment Merupakan suatu proses perlakuan thermal terhadap logam bertujuan untuk mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan, sehingga mencapai temperatur austenit, kemudian didinginkan sampai suhu merata. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 25
  • 41. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.34 Heat Treatment b. Surface Treatment Merupakan suatu proses perlakuan panas pada permukaan benda kerja, tanpa mengubah sifat mekaniknya. Tujuannya untuk meningkatkan karakteristik permukaan logam seperti tahan terhadap korosi, tahan geser dan aus, permukaan yang lebih kuat dan keras serta memberikan aspek estetika tertentu. Yang termasuk dalam proses ini adalah carburizing, nitriding, dan flame hardening, electroplating, coating (melapisi). a b Gambar 2.35 Surface Treatment (a) Proses (b) Contoh produk 2.4 MEKANISME TERBENTUKNYA GERAM Ciri utama pada proses pemesinan adalah adanya geram atau sisa pemotongan. Mekanisme penghasilan geram ini terbagi atas dua teori yaitu teori lama dan teori baru. 2.4.1 Teori Lama Pada mulanya geram terbentuk karena terjadinya retak mikro (micro crack) yang timbul pada benda kerja tepat di ujung pahat pada saat pemotongan dimulai. Dengan bertambahnya Laboratorium Inti Teknologi Produksi 26
  • 42. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 tekanan pahat, retak tersebut menjalar ke depan sehingga terjadilah geram. Gambar 2.36 Teori Baru dan Teori Lama Menerangkan Terjadinya Geram. 2.4.2 Teori Baru Seiring perkembangan teori lama di atas telah ditinggalkan berdasarkan hasil berbagai penelitian mengenai mekanisme pembentukan geram. Logam pada umumnya bersifat ulet (ductile) apabila mendapat tekanan akan timbul tegangan (stress) di daerah sekitar konsentrasi gaya penekanan mata potong pahat. Tegangan pada logam (benda kerja) tersebut mempunyai orientasi yang kompleks dan pada salah satu arah akan terjadi tegangan geser (shearing stress) yang maksimum.Apabila tegangan geser ini melebihi kekuatan logam yang bersangkutan maka akan terjadi deformasi plastis (perubahan bentuk) yang menggeser dan memutuskan benda kerja di ujung pahat pada suatu bidang geser (shear plane). Bidang geser mempunyai lokasi tertentu yang membuat sudut terhadap vektor kecepatan potong dan dinamakan sudut geser (shear angle,Φ). Proses terbentuknya geram tersebut dapat diterangkan melalui analogi tumpukan kartu, bila setumpuk kartu dijajarkan dan diatur sedikit miring (sesuai dengan sudut geser, Φ) kemudian didorong dengan penggaris yang membuat sudut terhadap garis vertikal (sesuai dengan sudut geram, γo) maka kartu bergeser ke atas relatif terhadap kartu di belakangnya. Pergeseran tersebut Laboratorium Inti Teknologi Produksi 27
  • 43. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 berlangsung secara berurutan, dan kartu terdorong melewati bidang batas papan, lihat gambar Gambar 2.37 Proses Terbentuknya Geram Menurut Teori Analogi Kartu. Analogi kartu teresebut menerangkan keadaan sesungguhnya dari kristal logam (struktur butir metalografis) yang terdeformasi sehingga merupakan lapisan tipis yang tergeser pada bidang geser. Arah perpanjangan kristal (cristal elongation) membuat sudut sedikit lebih besar daripada sudut geser. Suatu analisis mekanisme pembentukan geram yang dikemukakan oleh Merchant mendasarkan teorinya pada model pemotongan sistem tegak (orthogonal system). Sistem pemotongan tegak merupakan penyederhanaan dari sistem pemotongan miring (obligue system) dimana gaya diuraikan menjadi komponennya pada suatu bidang. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis model tersebut antara lain : a. Mata potong pahat sangat tajam sehingga tidak menggosok atau menggaruk benda kerja b. Distribusi tegangan yang merata pada bidang geser c. Gaya aksi dan reaksi pahat terhadap bidang geram adalah sama besar dan segaris (tidak menimbulkan momen koppel) Berdasarkan cara penguraiannya maka gaya pembentukan geram pada proses pemesinan terdiri atas : Laboratorium Inti Teknologi Produksi 28
  • 44. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 1. Gaya total (F), ditinjau dari proses deformasi material, dapatdiuraikan menjadi dua komponen, yaitu : FS : gaya geser yang mendeformasikan material pada bidang geser, sehingga melampaui batas elastik. Fsn : gaya normal pada bidang geser yang menyebabkan pahat tetap menempel pada benda kerja. 2. Gaya total (F) dapat diketahui arah dan besarnya dengan cara membuat dinamometer (alat ukur gaya dimana pahat dipasang padanya dan alat tersebut dipasang pada mesin perkakas) yang mengukur dua komponen gaya yaitu : Fv : gaya potong, searah dengan kecepatan potong Ff : gaya makan, searah kecepatan makan. 3. Gaya total (F) yang bereaksi pada bidang geram (Aγ, face bidang pada pahat di mana geram mengalir) diuraikan menjadi dua komponen untuk menentukan “koefisien gesek geram terhadap pahat”, yaitu : Fγ : gaya gesek pada bidang geram Fγn : gaya normal pada bidang geram Karena berasal dari satu gaya yang sama mereka dapat dilukiskan pada suatu lingkaran dengan diameter yang sama dengan gaya total (F). Lingkaran tersebut digambarkan persis di ujung pahat sedemikian rupa sehingga semua komponen menempati lokasi seperti yang dimaksud. Gambar 2.38 Gaya Pembentukan Geram Laboratorium Inti Teknologi Produksi 29
  • 45. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 2.5 ELEMEN DASAR PROSES PEMESINAN Berdasarkan gambar teknik, dimana dinyatakan spesifikasi geometrik suatu produk komponen mesin, salah satu atau beberapa jenis proses pemesinan harus dipilih sebagai suatu proses atau urutan proses yang digunakan untuk membuatnya. Bagi suatu tingkatan proses, ukuran obyektif ditentukan, dan pahat harus membuang sebagian material benda kerja sampai ukuran obyektif tersebut tercapai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menentukan penampang geram (sebelum terpotong). Selain itu, setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan pembuangan geram dapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk itu perlu dipahami lima elemen dasar proses permesinan, yaitu : 1. Kecepatan potong (cutting speed) : Vc (m/min) 2. Kecepatan makan (feeding speed) : Vf (mm/min) 3. Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm) 4. Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min), dan 5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : Z (cm3/min) Elemen proses pemesinan (Vc, Vf, a, tc dan Z) dihitung berdasarkan dimensi benda kerja dan pahat, serta besaran dari mesin perkakas. Besaran mesin perkakas diatur ada bermacam-macam tergantung pada jenis mesin perkakas. Oleh sebab itu, rumus yang dipakai untuk menghitung setiap elemen proses pemesinan dapat berlainan. Macam-macam proses pemesinan, berdasarkan jenis mesin yang digunakan : 2.5.1 Proses Bubut (turning) Mesin bubut adalah suatu proses permesinan yang dapat digunakan untuk memproduksi material berbentuk konis atau silindrik. Jenis mesin bubut yang paling umum digunakan adalah mesin bubut (lathe) yang melepas bahan dengan memutar benda kerja terhadap pemotong mata tunggal. Pada proses bubut gerak potong dilakukan oleh benda kerja yang melakukan gerak rotasi sedangkan gerak makan dilakukan Laboratorium Inti Teknologi Produksi 30
  • 46. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 oleh pahat yang melakukan gerak translasi. Selain itu mesin bubut ini menggunakan pahat bermata potong tunggal, jenis mata pahat yang digunakan adalah paghat HSS, dengan kecepatan potong (Vc) yang optimum adalah 20 m/min Pada proses bubut benda kerja dipegang oleh pencekam yang dipasang di ujung poros utama spindel. Harga putaran poros utama umumnya dibuat bertingkat dengan aturan yang telah distandarkan, misalnya : 83, 155, 275, 550, 1020 dan 1800 rpm. Pahat dipasangkan pada dudukan pahat dan kedalaman potong (a) diatur dengan menggeserkan peluncur silang melalui roda pemutar (skala pada pemutar menunjukkan selisih harga diameter) dengan demikian kedalaman gerak translasi dan gerak makannya diatur dengan lengan pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan (f) yang tersedia pada mesin bubut dibuat bertingkat dengan aturan yang telah distandarkan, misalnya : 0.065; 0.113; 0.130; 0.455 (mm/(r)). Gambar 2.39 Mesin Bubut Laboratorium Inti Teknologi Produksi 31
  • 47. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Keterangan gambar :  Spindel merupakan lubang tempat pemasangan pencekam/chuck.  Kepala tetap merupakan tempat diletakkannya spindel dan gear box.  Tool Post adalah tempat untuk memasang pahat.  Feed change gear box merupakan pengatur untuk gerak makan dan kecepatan potong  Lead screw berguna untuk menggerakkan kereta saat melakukan proses bubut untuk pembuatan ulir.  Apron sebagai pembawa pahat yang melakukan gerak translasi untuk melakukan gerak makan.  Rumah roda gigi adalah tempat lengan pengatur.  Kendali spindel merupakan tempat mengatur spindel.  Center merupakan tempat penahan ujung penampang benda kerja atau tempat pembuatan lubang pertama. Kondisi pemotongan proses bubut ditentukan sebagai berikut : Benda kerja :  Diameter awal (d0) ; mm.  Diameter akhir (dm) ; mm  Panjang pemesinan (lt) ; mm Pahat :  Sudut potong utama (kr)  Sudut geram (o ) Mesin bubut :  Kedalaman potong (a) ; mm  Gerak makan (f) ; mm/rev  Putaran spindel (n) ; r/mm Laboratorium Inti Teknologi Produksi 32
  • 48. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.40 Kondisi Pemotongan Bubut  Elemen Dasar Proses Bubut 1. Kecepatan potong (Cutting speed )  .d .n Vc = ; m/min 1000 Dimana, d = diameter rata-rata ,yaitu d = (do + dm)/2 ; mm 2. Kecepatan makan (feeding speed) Vf = f.n ; mm/min 3. Waktu pemotongan (depth of cut) tc = lt / Vf ; min. 4. Kedalaman potong (cutting time) a = ( dm – do ) / 2 ; mm 5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) Z = A .V ;  A=f.a ; mm2 Z = f . a . Vc ; cm3/min  Jenis Operasi Bubut Berdasarkan posisi benda kerja yang akan dibuat pada mesin bubut, ada beberapa proses bubut yaitu : 1. Bubut silindris (turning) 2. Pengerjaan tepi / bubut muka (facing) 3. Bubut Alur (grooving) 4. Bubut Ulir (threading) Laboratorium Inti Teknologi Produksi 33
  • 49. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 5. Pemotongan (cut-off) 6. Meluaskan lubang ( (boring) 7. Bubut Bentuk ( (forming) 8. Membuat lubang ( (drilling) 9. Bubut konis Gambar 2.41 Proses Pada Mesin Bubut 2. Proses Freis ( (milling) Gambar 2.42 Mesin Freis Laboratorium Inti Teknologi Produksi boratorium 34
  • 50. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Keterangan gambar :  Ram merupakan lengan atas mesin freis  Vertical head berfungsi untuk mengatur kadalaman makan pahat  Oull berfungsi sebagai tempat pemasangan pahat  Tablle merupakan tempat meletakkan benda kerja  Saddle merupakan panyangah dari tabel  Crossfeed handle merupakan gerakan meja longitudinal dan menyilang  Vertical fedd crank merupakan engkol untuk memaju mundurkan tabel  Spindel merupakan lubang tempat pemasangan pencekam  Base merupakan dasar dari mesin freis Proses freis adalah suatu proses permesinan yang digunakan untuk membuat produk dengan bentuk prismatik, spie dan roda gigi. Mesin freis merupakan mesin yang paling mampu melakukan banyak kerja dari semua mesin perkakas. Pahat freis mempunyai jumlah mata potong banyak (jamak) sama dengan jumlah gigi freis . Pada mesin freis pahat bergerak rotasi dan benda kerja bergerak translasi.  Pengelompokan Mesin Freis Secara umum mesin freis dapat dikelompokkan, pengelompokan ini berdasarkan posisi dari spindel mesin tersebut, antara lain : a. Freis tegak (face milling) Pada freis tegak antara sumbu pahat dan benda kerja tegak lurus. b. Freis datar (slab milling) Pada freis datar antara sumbu pahat dan benda kerja sejajar. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 35
  • 51. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Slab milling cutter Face milling cutter Gambar 2.43 Jenis Mesin Freis Freis datar dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Mengefreis turun (down milling) Pada down milling gerak rotasi pahat searah dengan gerak translasi benda kerja. Pahat bekerja turun sehingga menyebabkan benda kerja lebih tertekan ke meja dan meja terdorong oleh pahat, gaya dorongnya akan melebihi gaya dorong ulir atau roda gigi penggerak meja. Mengefreis turun tidak dianjurkan untuk permukaan yang terlalu keras. 2. Mengefreis naik (up milling/coventional milling) Pada up milling gerak rotasi pahat berlawanan arah dengan gerak translasi benda kerja. Mengefreis naik dipilih karena alasan kelemahan mengefreis turun. Mengefreis naik mempercepat keausan pahat karena mata potong lebih banyak menggesek benda kerja saat mulai pemotongan, selain itu permukaan benda kerja lebih kasar. . Gambar 2.44 Jenis Pahat (a) up milling (b) down Milling Laboratorium Inti Teknologi Produksi 36
  • 52. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Cara membedakan proses freis up milling dengan down milling adalah : a. Dengan melihat arah buangan geramnya. b. Dengan melihat arah putaran dari pahat tersebut. Dari kedua model freis datar di atas, down Milling adalah lebih bagus karna menghasilkan permukaan yang lebih halus dengan gaya kerja yang besar. Table 2.5 Perbedaan Up Milling Dengan Down Milling No. Up milling Down milling Gerak pahat berlawanan dengan Gerak pahat searah dengan benda 1 gerak benda kerja kerja Kehalusan permukaan kurang Kehalusan permukaan lebih baik 2 baik 3 Keausan lebih cepat Keausan lambat 4 Gaya yang diberikan lebih besar Gaya yang diberikan kecil 5 Getaran yang dihasilkan kecil Getaran yang dihasilkan besar Gambar 2. Proses Freis Datar dan Freis Tegak 2.45  Jenis Pemotong Pada Mesin Freis 1. Pemotong freis biasa Merupakan sebuah pemotong berbentuk piringan yang hanya memiliki gigi pada sekelilingnya. 2. Pemotong freis samping. Pemotong ini mirip dengan pemotong datar kecuali bahwa giginya di samping. 3. Pemotong gergaji pembelah logam. Laboratorium Inti Teknologi Produksi boratorium 37
  • 53. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Pemotong ini mirip dengan pemotong freis datar atau samping kecuali bahwa pembuatannya sangat tipis, biasanya 5 mm atau kurang. 4. Pemotong freis sudut. Ada dua pemotong sudut yaitu pemotong sudut tunggal dan pemotong sudut ganda. Pemotong sudut tunggal mempunyai satu permukaan kerucut, sedangkan pemotong sudut ganda bergigi pada dua permukaan kerucut. Pemotong sudut digunakan untuk memotong lidah roda, tanggem, galur pada pemotong freis, dan pelebar lubang. 5. Pemotong freis bentuk Gigi. Pada pemotong ini merupakan bentuk khusus.Termasuk didalamnya adalah pemotong cekung dan cembung, pemotong roda gigi, pemotong galur, pemotong pembulat sudut, dsb. 6. Pemotong proses ujung. Pemotong ini mempunyai poros integral untuk menggerakkan dan mempunyai gigi dikeliling dan ujungnya. 7. Pemotong T-slot. Pemotong jenis ini menyerupai pemotong jenis datar kecil atau freis samping yang memiliki poros integral lurus atau tirus untuk penggerakan. Jenis operasi yang dapat dilakukan pada mesin freis ; Freis Selubung Freis Ujung Laboratorium Inti Teknologi Produksi 38
  • 54. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Freis Muka Freis Sisi Freis Alur Pemotongan Freis Bentuk Freis Inti Freis Ulir Gambar 2. Proses yang dapat dilakukan pada mesin freis 2.46 da Laboratorium Inti Teknologi Produksi boratorium 39
  • 55. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.47 Mesin Freis Elemen dasar pada mesin freis dapat dihitung dengan rumus berikut : Benda kerja : w = lebar pemotongan lw = panjang pemotongan a = kedalaman potong Pahat freis : d = diameter luar z = jumlah gigi (mata potong) kr = sudut potong utama = 90 untuk pahat freis selubung. Mesin freis : n = putaran poros utama Vf = kecepatan makan  Elemen dasar pada mesin freis dapat dihitung dengan rumus berikut : 1. Kecepatan potong  .d .n v= ; m/min 1000 2. Gerak makan pergigi fz = Vf / (z n) ; mm/(gigi) 3. Waktu pemotongan tc = lt / Vf ; min dimana : lt = lv + lw + ln ; mm, Laboratorium Inti Teknologi Produksi 40
  • 56. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 lv  a (d  a ) ; untuk mengefreis datar lv  0 ; untuk mengefreis tegak, ln  0 ; untuk mengefreis datar, ln = d / 2 ; untuk mengefreis tegak dimana : lw = panjang pemotongan ; mm lv = panjang mula-mula ; mm lt = panjang proses pemesinan ; mm 4. Kecepatan menghasilkan geram V f .a.w Z= ; cm3 /min 1000 3. Proses Gurdi (drilling) Proses gurdi adalah suatu proses permesinan untuk proses pembuatan lubang atau memperbesar lubang pada sebuah objek dengan diameter tertentu . Pahat gurdi mempunyai dua mata potong dan melakukan gerak potong berupa rotasi dan translasi, sedangkan benda kerja dalam keadaan diam. Gerak makan dapat dipilih bila mesin gurdi mempunyai sistem gerak makan dengan tenaga motor (power feeding). Mesin gurdi terdiri dari beberapa jenis diantaranya mesin gurdi drill press dan mesin gurdi radial. Proses menggurdi dapat dilakukan pada mesin bubut dimana benda kerja diputar oleh pencekam poros utama dan gerak makan dilakukan oleh mata pahat gurdi yang dipasang pada arbor. Gambar 2.48 Mesin Gurdi Portable Laboratorium Inti Teknologi Produksi 41
  • 57. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.49 Mesin Gurdi Turet Gambar 2.50 Mesin Gurdi Vertikal Gambar 2.51 Mesin Gurdi dan bagian-bagiannya Laboratorium Inti Teknologi Produksi 42
  • 58. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Keterangan gambar :  Motor sebagai pengatur arus  Tuas hantaran merupakan tempat pemasangan pahat  Meja kerja merupakan tempat meletakkan benda kerja  Tuas hantaran berguna untuk mengatur kedalaman makan pahat  Dasar/base sebagai dasar tempat meletakkan mesin gurdi  Pengelompokan Mesin Gurdi Mesin gurdi dapat dikelompokkan berdasarkan konstruksinya : a. Mesin gurdi portabel / mampu bawa b. Mesin penggurdi teliti, terbagi atas : 1) pasangan bangku 2) pasangan lantai c. Mesin penggurdi radial d. Mesin penggurdi tegak, terbagi atas : 1) tugas ringan 2) tugas berat 3) mesin penggurdi kelompok e. Mesin penggurdi spindel jamak, terbagi atas : 1) unit tunggal 2) jenis jalan f. Mesin penggurdi turet g. Mesin penggurdi produksi otomatis, terbagi atas : 1) meja pengarah 2) jenis jalan h. Mesin penggurdi di lubang dalam.  Beberapa proses yang dapat dilakukan pada mesin gurdi yaitu : 1. Gurdi (drilling) 2. Perluasan ujung lubang (counter boring) 3. Penyerongan ujung lubang (counter sinking) 4. Perluasan atau penghalusan lubang (roaming) 5. Gurdi lubang dalam (gun drilling) Laboratorium Inti Teknologi Produksi 43
  • 59. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Ada tiga jenis pahat dari mesin gurdi, yaitu : 1. Penggurdi Puntir (twist drill) Penggurdi puntir merupakan penggurdi dengan dua galur dan dua tepi potong. Gambar 2.52 Penggurdi puntir 2. Penggurdi Pistol (gun drill) Ada dua jenis penggurdi pistol yaitu : a. Bergalur lurus yang digunakan untuk penggurdian lubang yang dalam, yaitu penggurdi trepan yang tidak memiliki pusat mati dan meninggalkan inti pejal dari logam. b. Penggurdi pistol pemotong pusat yang fungsinya hampir sama dengan penggurdi trepan. Penggurdi pistol ini mempunyai kecepatan potong yang lebih tinggi dari penggurdi puntir konvensional. Gambar 2.53 Penggurdi pistol bergalur lurus. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 44
  • 60. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 A. Penggurdi trepan, B. Penggurdi pistol pemotongan 3. Penggurdi Khusus Penggurdi khusus digunakan untuk menggurdi lubang yang lebih besar yang tidak dapat dilakukan oleh penggurdi puntir. Gambar 2.54 Pemotong untuk lubang pada logam tipis. A. Pemotong gergaji. B.Fris kecil (fly cutting). Gambar 2.55 Pahat Gurdi Laboratorium Inti Teknologi Produksi 45
  • 61. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 Gambar 2.56 Proses Gurdi Elemen dasar dari proses gurdi dapat diketahui atau dihitung dengan menggunakan rumus yang dapat diturunkan dari kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut; Benda kerja : lw = panjang pemotongan benda kerja ; mm Pahat gurdi : d = diameter gurdi ; mm Kr = sudut potong utama = ½ sudut ujung (point angle) Mesin gurdi : n = putaran poros utama ; rev/min Vf = kecepatan makan ; mm/min Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus berikut ; 1. Kecepatan potong :  .d .n v= ; m/min 1000 2. Gerak makan permata potong: Vf fz = ; mm/rev z.n 3. Kedalaman potong: a = d/2 ; mm Laboratorium Inti Teknologi Produksi 46
  • 62. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 4. Waktu pemotongan: tc = lt / Vf ; min dimana: lt = lv + lw + ln ; mm ln = (d/2) tan Kr ; mm 5. Kecepatan penghasilan geram:  .d 2 .V f Z= ; cm3/m 4.1000 4. Gerinda ( Grinding ) Tujuan dari Proses gerinda adalah untuk meratakan atau menghaluskan permukaan benda kerja. Keterangan gambar :  Power Transmission grinda dilindungi oleh pelindung tetap sebagai peredam getaran. Power Transmission grinda berupa spindle.  Point Of Operation grinda ini merupakan bagian mesin yang dirancang untuk mengasah atau mengikis benda kerja.  Pelindung ini adalah safety glass, di mana dirancang untuk melindung bagian atas badan pekerja seperti bagian wajah dari percikan api. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 47
  • 63. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17  Heavy wheel guard bertujuan untuk melindung geindapada saat berputar dan merupakan pelindung tetap.  Tombol on/off berguna untuk menghidup atau mematikan mesin gerinda  Meja benda berfungsi untuk meletakkan benda kerja Gerinda merupakan suatu proses permesinan yang khusus dengan ciri – ciri sebagai berikut : a. Kehalusan permukaan produk yang tinggi dapat dicapai dengan cara yang relatif mudah b. Toleransi geometrik yang kecil dapat dicapai dengan mudah c. Kecepatan menghasilkan geram rendah, karena hanya mungkin dilakukan ada gerinda untuk lapisan yang tipis permukaan benda kerja. d. Dapat digunakan untuk menghaluskan dan meratakan benda kerja yang telah dikeraskan ( heat treatment ).  Jenis-Jenis Mesin Gerinda : Dari berbagai jenis mesin gerinda yang ada dapat diklasifikasikan secara umum dua jenis utama mesin gerinda, yaitu : 1. Mesin Gerinda Silindrik. 2. Mesin Gerinda Rata. 3. Mesin Gerinda Khusus  Klasifikasi Cara Pemakanan Pada Proses Gerinda : Proses gerinda ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dapat diklasifikasikan atas beberapa cara yaitu : 1. Proses Gerinda Silindrik Luar. 2. Proses Gerinda Silindrik Dalam. 3. Proses Gerinda Silindrik Luar Tanpa Pemusatan (center). 4. Proses Gerinda Silindrik Dalam Tanpa Pemusatan. 5. Proses Gerinda Rata Selubung. 6. Proses Gerinda Rata Muka. Laboratorium Inti Teknologi Produksi 48
  • 64. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17 7. Proses Gerinda Cakram. Gambar 2.58 Proses Gerinda Proses gerinda dilakukan dengan mesin gerinda dengan pahat yang berupa batu gerinda berbentuk piringan yang dibuat dari campuran serbuk abrasif dan bahan pengikat dengan komposisi dan struktur tertentu. Batu gerinda yang dipasang pada spindel atau poros utama tersebut berputar dengan kecepatan tertentu tergantung pada diameter batu gerinda dan putarannya, maka kecepatan periferal pada tepi batu gerinda dapat dihitung dengan rumus berikut :  .d s .n s d Vs = ; m/min 1000 Dimana : Vs = kecepatan periferal batu gerinda (peripheral wheel speed), biasanya berharga sekitar 20 s/d 60 m/s. ds = diameter batu gerinda ; mm ns = putaran batu gerinda ; r/min Tergantung pada bentuk permukaan yang dihasilkan, pada garis besarnya proses gerinda dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis dasar yaitu :  Proses gerinda silindrik ( (cylindrical grinding), untuk menghasilkan ), permukaan silindrik. Laboratorium Inti Teknologi Produksi boratorium 49
  • 65. Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I Kelompok 17  Proses gerinda rata (surface grinding), bagi penggerindaan permukaan rata/datar. Proses gerinda silindrik dilakukan dengan mesin gerinda silindrik (cylindrical grinding machine) memerlukan putaran benda kerja, oleh sebab itu dapat didefenisikan kecepatan periferal benda kerja, yaitu :  .d w .nw Vw = ; m/min 1000 Dimana : Vw = kecepatan periferal benda kerja (peripheral workpiece speed) ; m/min dw = diameter (mula) benda kerja ; mm nw = putaran benda kerja ; r/min  Elemen dasar dari penggerindaan silindrik adalah : 1. Kecepatan periferal :  .d s .ns Vs = ; m/min 1000 2. Kecepatan makan tangensial : Vft = berharga sekitar 200 s/d 500 mm/s. 3. Gerak makan radial : fr = sekitar 0,001 s/d 0,025 mm/langkah. Gerak makan aksial : fa = bs/U Dimana : Gerak makan aksial ; fa Lebar batu gerinda ; bs Derajat overlap, bernilai 2 s/d 12 ; U 4. Kecepatan penghasilan geram : Z = a.fa.U.Vft ; mm3/s (traverse grinding) Z = a.bs.Vft – fr.bs.Vft ; mm3/s (plunge grinding) 5. Waktu pemotongan : tc = lt/Vft . {w/fa} + (tdw + tsp) ; min (tranverse grinding) Laboratorium Inti Teknologi Produksi 50