SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI
I.

Gambaran Umum Kota Tangerang

Jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2011 adalah 1.854.159 jiwa.Dengan luas wilayah 16.567 ha (di luar luas
Bandara Soekarno-Hatta), maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk112 jiwa/ha dengan jumlah rumah
tangganya sebanyak 463.540 KK.
Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah
tangga miskin mencapai 59.619 KK. Dengan jumlah rumah tangga keseluruhan sebanyak 463.540 KK, maka
tingkat kemiskinan penduduk sebesar 12,86%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan
nasional tahun 2011 berdasarkan data BPS bulan Maret 2011 yang mencapai 12,49%.

II. Analisis Kondisi Sanitasi Kota Tangerang
2.1 Timbulan Air Limbah Domestik
Volume timbulan air limbah domestik dihitung berdasarkan asumsi rata-rata timbulan air limbah domestik yaitu
100 liter/orang/hari dibagi dengan 1.000 untuk konversi menjadi m3/orang/hari. Sedangkan volume timbulan
lumpur tinja dihitung berdasarkan asumsi bahwa pengendapan lumpur tinja = 2‰ (dua perseribu) dari volume
timbulan air limbah domestik.
Merujuk pada jumlah penduduk sebanyak 1.854.159 jiwa maka volume timbulan air limbah domestik Kota
Tangerang pada tahun 2011 sebanyak 185.416 m3/hari dan timbulan lumpur tinja sebanyak 370,83 m3/hari.

Volume Timbulan Air Limbah Domestik dan Timbulan Lumpur Tinja
di Kota TangerangTahun 2011
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kecamatan

Jumlah
Penduduk
(jiwa)

Ciledug
Larangan
Karang Tengah
Cipondoh
Pinang
Tangerang
Karawaci
Jatiuwung
Cibodas
Periuk
Batuceper
Neglasari
Benda
Jumlah

151.566
168.966
122.134
223.031
165.156
156.846
176.611
123.931
146.882
133.363
93.389
106.702
85.582
1.854.159

Timbulan
Timbulan
Air Limbah
Lumpur
Domestik
Tinja
(m3/hari)
(m3/hari)
15.157
30,31
16.897
33,79
12.213
24,43
22.303
44,61
16.516
33,03
15.685
31,37
17.661
35,32
12.393
24,79
14.688
29,38
13.336
26,67
9.339
18,68
10.670
21,34
8.558
17,12
185.416
370,83

2.2 Tingkat Pelayanan Eksisting Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik
Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Tangerang meliputi sistem setempat (on-site system) dan sistem
terpusat (off-site system).
A. Sistem Setempat (On-Site System)
1.IPLT
Saat ini terdapat 1 unit IPLT yaitu IPLT Bawang. Untuk menghitung tingkat pelayanan IPLT Bawang digunakan 2
(dua) asumsi. Asumsi pertama, tingkat pelayanan IPLT dihitung berdasarkan kapasitas pengolahan lumpur tinja
maksimum dari IPLT terhadap volume timbulan lumpur tinja dari penduduk Kota Tangerang yang harus dilayani
oleh IPLT Bawang pada tahun 2011 dikalikan 100%.Tingkat pelayanan IPLT Bawang dengan menggunakan

1
asumsi ini disebut juga dengan tingkat pelayanan kasar. Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat pelayanan kasar
IPLT Bawang pada tahun 2011 sebesar 19,42%,.

Tingkat Pelayanan Kasar IPLT Bawang di Kota TangerangTahun 2011
No

Keterangan

1.
2.

Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk yang Tidak Memiliki Jamban

3.

Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL

4.

Jumlah Penduduk yang Harus Dilayani IPLT
Volume Timbulan Air Limbah Domestik dari Penduduk yang Harus
Dilayani IPLT
Volume Timbulan Lumpur Tinja dari Penduduk yang Harus Dilayani
IPLT
Kapasitas Pengolahan Lumpur Tinja Maksimum dari IPLT
Tingkat Pelayanan Kasar IPLT Berdasarkan Kapasitas Pengolahan
Maksimum

5.
6.
7.
8.

Satuan
jiwa
KK
jiwa
KK
jiwa
jiwa

Tahun
2011
1.854.159
22.703
90.812
9.793
39.172
1.802.519

m3/hari

180.252

m3/hari

360,50

m3/hari

70,00

%

19,42

Sedangkan asumsi kedua, tingkat pelayanan IPLT Bawang dihitung berdasarkan volume lumpur tinja yang diolah
per hari di IPLT Bawang terhadap volume timbulan lumpur tinja dari penduduk Kota Tangerang yang harus
dilayani oleh IPLT Bawang pada tahun 2011 dikalikan 100%. Volume lumpur tinja yang diolah per hari di IPLT
Bawang pada tahun 2011 dihitung berdasarkan jumlah pendapatan retribusi penyedotan kakus selama tahun
2011 dibagi besarnya tarif biaya penyedotan kakus Rp 40.000,00/m3 dan dibagi 365 hari. Tingkat pelayanan IPLT
Bawang dengan menggunakan asumsi kedua ini disebut juga dengan tingkat pelayanan rill. Berdasarkan hasil
perhitungan, tingkat pelayanan riil IPLT Bawang pada tahun 2011 sebesar 6,67%,

Tingkat Pelayanan Riil IPLT Bawang di Kota TangerangTahun 2011
No

Keterangan

1.
2.

Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk yang Tidak Memiliki Jamban

3.

Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL

4.

Jumlah Penduduk yang Harus Dilayani IPLT
Volume Timbulan Air Limbah Domestik dari Penduduk yang Harus
Dilayani IPLT
Volume Timbulan Lumpur Tinja dari Penduduk yang Harus Dilayani
IPLT
Jumlah Retribusi Penyedotan Kakus
Volume Lumpur Tinja yang Disedot dan Dibuang ke IPLT per tahun
Volume Lumpur Tinja yang Dilayani IPLT per hari
Tingkat Pelayanan Riil IPLT Berdasarkan Retribusi Penyedotan Kakus

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Satuan
jiwa
KK
jiwa
KK
jiwa
jiwa

Tahun
2011
1.854.159
22.703
90.812
9.793
39.172
1.802.519

m3/hari

180.252

m3/hari

360,50

Rp
m3/tahun
m3/hari
%

350.990.000
8.775
24,04
6,67

Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas, rata-rata volume lumpur tinja yang diolah di IPLT Bawang pada
tahun 2011 sebesar 24,04 m3/hari, sedangkan kapasitas pengolahan lumpur tinja maksimum dari IPLT Bawang
sebesar 70 m3/hari. Dengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan IPLT Bawang pada tahun 2011 baru
mencapai 34,34%.
2TrukTinja
Tingkat pelayanan truk tinja dihitung berdasarkan volume lumpur tinja yang disedot dan diangkut oleh truk tinja
terhadap volume timbulan lumpur tinja dari penduduk Kota Tangerang yang harus dilayani oleh truk tinja pada
tahun 2011 dikalikan 100%.
Volume lumpur tinja yang disedot dan diangkut oleh truk tinja per hari pada tahun 2011 dihitung berdasarkan
jumlah pendapatan retribusi penyedotan kakus selama tahun 2011 dibagi besarnya tarif biaya penyedotan kakus
Rp 40.000,00/m3 dan dibagi 365 hari. Tingkat pelayanan truk tinja dengan menggunakan asumsi ini disebut juga
dengan tingkat pelayanan rill dan pada tahun 2011 sebesar 6,67%,

2
Tingkat Pelayanan Riil Truk Tinja Milik Pemerintah Kota TangerangTahun 2011
No

Keterangan

1.
2.

Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk yang Tidak Memiliki Jamban

3.

Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL

4.

Jumlah Penduduk yang Harus Dilayani Truk Tinja
Volume Timbulan Air Limbah Domestik dari Penduduk yang Harus
Dilayani
Volume Timbulan Lumpur Tinja dari Penduduk yang Harus Dilayani
oleh Truk Tinja
Jumlah Retribusi Penyedotan Kakus
Volume Lumpur Tinja yang Disedot dan Diangkut oleh Truk Tinja per
tahun
Volume Lumpur Tinja yang Disedot dan Diangkut oleh Truk Tinja per
hari
Tingkat Pelayanan Riil Truk Tinja
Kapasitas 13 unit Truk Tinja @ 3 m3 untuk 1 ritasi per hari
Kapasitas 13 unit Truk Tinja @ 3 m3 untuk 2 ritasi per hari
Tingkat Efektivitas Pemanfaatan Truk Tinja dengan asumsi 1 ritasi per
hari
Tingkat Efektivitas Pemanfaatan Truk Tinja dengan asumsi 2 ritasi per
hari

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Satuan
jiwa
KK
jiwa
KK
jiwa
jiwa

Tahun
2011
1.854.159
22.703
90.812
9.793
39.172
1.802.519

m3/hari

180.252

m3/hari

360,50

Rp

350.990.000

m3/tahun

8.775

m3/hari

24,04

%
m3/hari
m3/hari

6,67
39,00
78,00

%

61,64

%

30,82

Berdasarkan perhitungan asumsi 13 unit truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari
tangki septik ke IPLT 1 ritasi per hari, maka volume lumpur tinja yang dapat disedot dan diangkut oleh 13 unit
truk tinja adalah 39,00 m3. Dengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan truk tinja dengan asumsi masingmasing truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT 1 ritasi per
hari baru mencapai 61,64%.
Sedangkan jika diasumsikan bahwa 13 unit truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari
tangki septik ke IPLT 2 ritasi per hari, maka volume lumpur tinja yang dapat disedot dan diangkut oleh 13 unit
truk tinja tersebut sebesar 78,00 m3. Dkengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan truk tinja dengan asumsi
masing-masing truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT 2
ritasi per hari hanya mencapai 30,82%.
3.Jamban
Tingkat aksesibilitas penduduk terhadap sarana sanitasi tingkat rumah tangga dihitung berdasarkan rasio jumlah
rumah tangga yang memiliki jamban keluarga dengan tangki septik terhadap jumlah total rumah tangga dikalikan
100%. Jumlah penduduk Kota Tangerang pada tahun 2011 sebanyak 1.854.159 jiwa. Dengan asumsi bahwa 1 KK
= 4 jiwa maka jumlah rumah tangga di Kota Tangerang adalah 463.540 KK. Sedangkan jumlah rumah tangga di
Kota Tangerang pada tahun 2011 yang belum memiliki jamban keluarga sebanyak 22.703 KK, atau dengan kata
lain jumlah rumah tangga di Kota Tangerang pada tahun 2011 yang memiliki jamban keluarga dengan tangki
septik sebanyak 440.837 KK. Dengan demikian, tingkat aksesibilitas penduduk Kota Tangerang terhadap sarana
sanitasi tingkat rumah tangga pada tahun 2011 mencapai 95,10%.
Menurut data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) Tahun 2011 dari 463.540 KK yang ada di Kota
Tangerang terdapat 22.703 KK (4,90%) yang belum memiliki jamban keluarga. Rumah tangga yang belum
memiliki jamban keluarga ini merupakan rumah tangga miskin.
B. Sistem Terpusat (Off-Site System)
Tingkat pelayanan eksisting prasarana dan sarana air limbah domestik sistem terpusat (off-site system) adalah
IPAL. Tingkat pelayanan IPAL dihitung berdasarkan rasio jumlah penduduk yang dilayani oleh IPAL terhadap
jumlah penduduk total dikalikan 100%.
Saat ini terdapat 2 unit IPAL yaitu IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci. Cakupan pelayanan IPAL
Tanah Tinggi adalah 2.750 sambungan rumah (2.750 KK). Sedangkan cakupan pelayanan IPAL Perumnas 1
Karawaci adalah 7.043 sambungan rumah (7.043 KK). Dengan menggunakan asumsi bahwa 1 KK = 4 jiwa, maka

3
jumlah penduduk yang dilayani oleh IPAL Tanah Tinggi sebanyak 11.000 jiwa dan jumlah penduduk yang dilayani
oleh IPAL Perumnas 1 Karawaci sebanyak 28.172 jiwa. Total penduduk yang dilayani oleh kedua IPAL tersebut
adalah 39.172 jiwa. Dengan jumlah penduduk total pada tahun 2011 sebanyak 1.854.159 jiwa, maka tingkat
pelayanan IPAL di Kota Tangerang baru mencapai 2,11%.
Tingkat Pelayanan IPAL di Kota TangerangTahun 2011
No.

Keterangan

1.
2.

Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL Tanah Tinggi

3.

Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL Perumnas 1 Karawaci

4.
5.

Satuan

Jumlah Penduduk Total yang Dilayani IPAL
Tingkat Pelayanan IPAL

jiwa
KK
jiwa
KK
jiwa
jiwa
%

Tahun
2011
1.854.159
2.750
11.000
7.043
28.172
39.172
2,11

III. Analisis Tipologi Area Berisiko Sanitasi
3.1. Penentuan Kriteria Tipologi Area Berisiko Sanitasi
Kriteria yang digunakan merupakan modifikasi dari kriteria risiko kesehatan lingkungan dalam buku Manual
Pengembangan Strategi Sanitasi (2010) yang disesuaikan dengan ketersediaan data dan kondisi, yaitu:
 Kepadatan Penduduk
 Jumlah Rumah Tangga Miskin
 Jumlah Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Akses terhadap Air Bersih
 Jumlah Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Jamban

3.2. Penilaian Kriteria Tipologi Area Berisiko Sanitasi
Penentuan tipologi area berisiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan sistem scoring terhadap setiap kriteria
risiko kesehatan lingkungan. Penilaian (scoring) dilakukan dengan metode interval yang dibagi dalam 4 (empat)
strata dengan nilai 1 hingga 4. Semakin tinggi nilai (score) menunjukkan risiko yang semakin tinggi pula.

No
1.
2.
3.

4.

Sistem Penilaian Kriteria Tipologi Area Berisiko Sanitasi Kota Tangerang
Skala Penilaian
Kriteria
Keterangan
1
2
3
4
Kepadatan
13 – 140
141 – 268 269 – 395
396 – 524
Nilai max= 524
Penduduk(jiwa/ha)
Nilai min= 13
Interval= 128
Jumlah Rumah Tangga
84 – 498
499 – 914 915 – 1.329 1.330 – 1.745 Nilai max= 1.745
Miskin(KK)
Nilai min= 84
Interval= 415
Jumlah Rumah Tangga yang
0 – 39
40 – 78
79 – 118
119 – 158
Nilai max= 158
Tidak Memiliki Akses
Nilai min= 0
terhadap Air Bersih
Interval= 40
(KK)
Jumlah Rumah Tangga yang
12 – 194
195 – 377 378 – 560
561 – 744
Nilai max= 744
Tidak Memiliki Jamban(KK)
Nilai min= 12
Interval= 183

4
Hasil Penilaian Kriteria

No

Kecamatan

1.

Ciledug

2.

Larangan

3.

Karang Tengah

4.

Cipondoh

5.

Pinang

6.

Tangerang

Kelurahan

Tajur
Parung Serab
Paninggilan
Paninggilan Utara
Sudimara Selatan
Sudimara Barat
Sudimara Jaya
Sudimara Timur
Larangan Selatan
Gaga
Cipadu Jaya
Kereo Selatan
Cipadu
Kereo
Larangan Indah
Larangan Utara
Pedurenan
Pondok Pucung
Karang Tengah
Karang Timur
Karang Mulya
Parung Jaya
Pondok Bahar
Poris Plawad Indah
Cipondoh
Kenanga
Gondrong
Petir
Ketapang
Cipondoh Indah
Cipondoh Makmur
Poris Plawad Utara
Poris Plawad
Panunggangan Utara
Panunggangan
Panunggangan Timur
Kunciran
Kunciran Indah
Sudimara Pinang
Pinang
Neroktog
Kunciran Jaya
Pakojan
Cipete
Cikokol
Kelapa Indah
Babakan
Sukasari
Buaran Indah
Tanah Tinggi
Sukaasih
Sukarasa

Kepadatan
Penduduk
(jiwa/ha)
127
164
191
172
151
207
295
129
218
211
177
159
160
171
156
195
265
110
138
168
90
49
83
115
109
87
109
142
99
223
212
96
74
117
80
13
114
175
126
136
101
20
41
58
72
64
106
117
167
204
98
60

Jumlah
Rumah
Tangga
Miskin
(KK)
395
387
613
685
533
467
583
329
536
283
269
532
431
345
309
333
463
351
766
416
429
475
362
222
448
563
532
322
442
194
246
541
490
799
466
257
370
813
449
326
715
478
409
411
1.113
152
559
427
1.062
1.058
84
176

Jumlah
Rumah
Tangga yang
Tidak
Memiliki
Akses Air
Bersih(KK)
0
0
4
0
1
0
1
4
1
2
0
4
5
3
1
2
1
2
2
0
0
1
9
0
4
0
3
0
2
1
27
28
1
7
1
0
10
3
7
1
4
3
5
2
7
1
2
18
1
6
0
2

Jumlah
tipologi
Rumah
Tangga yang
Tidak
Memiliki
Jambann
(KK)
69
SR
27
SR
99
R
134
R
102
R
111
SR
117
R
78
SR
44
R
29
SR
12
SR
19
R
20
SR
36
SR
64
SR
40
SR
103
SR
60
SR
161
SR
22
SR
144
SR
131
SR
32
SR
110
SR
202
SR
122
SR
169
SR
99
SR
84
SR
56
SR
16
SR
113
SR
177
SR
204
R
127
SR
127
SR
79
SR
143
R
80
SR
57
SR
197
R
336
SR
198
SR
320
SR
338
R
34
SR
173
SR
187
SR
304
R
308
R
50
SR
95
SR

5
No

Kecamatan

7.

Karawaci

8.

Jatiuwung

9.

Cibodas

10. Periuk

11. Batuceper

12. Neglasari

13. Benda

Kelurahan

Karawaci Baru
Nusajaya
Bojongjaya
Karawaci
Cimone Jaya
Cimone
Bugel
Margasari
Pabuaran
Sukajadi
Gerendeng
Koangjaya
Pasarbaru
Sumur Pancing
Pabuaran Tumpeng
Nambojaya
Manis Jaya
Jatake
Gandasari
Kroncong
Alam Jaya
Pasir Jaya
Panunggangan Barat
Cibodasari
Cibodas Baru
Cibodas
Uwung Jaya
Jatiuwung
Gembor
Gebang Raya
Sangiang Jaya
Periuk
Periuk Jaya
Porisgaga Baru
Porisjaya
Porisgaga
Kebon Besar
Batuceper
Batujaya
Batusari
Karang Anyar
Karang Sari
Neglasari
Mekarsari
Kedaung Baru
Kedaung Wetan
Selapajang Jaya
Belendung
Jurumudi Baru
Jurumudi
Pajang
Benda

Kepadatan
Penduduk
(jiwa/ha)
230
123
56
43
167
150
169
149
141
127
154
524
81
145
209
126
115
118
92
101
156
38
75
299
213
191
147
151
98
226
265
142
77
111
106
161
101
96
84
119
40
129
69
55
52
77
60
78
102
88
174
47

Jumlah
Rumah
Tangga
Miskin
(KK)
224
427
414
596
554
617
398
385
325
322
442
559
193
191
312
187
727
628
856
405
437
649
851
422
198
1.175
582
491
703
965
1.036
998
1.139
243
147
673
692
609
277
631
964
1.664
1.555
704
770
1.745
1.418
923
1.062
1.090
504
1.124

Jumlah
Rumah
Tangga yang
Tidak
Memiliki
Akses Air
Bersih(KK)
1
1
2
9
1
1
1
3
4
8
3
12
0
1
2
1
3
3
21
1
4
0
0
1
0
3
4
12
0
2
2
0
11
0
0
1
3
5
3
0
4
48
18
9
80
39
158
5
4
1
0
2

Jumlah
tipologi
Rumah
Tangga yang
Tidak
Memiliki
Jambann
(KK)
102
SR
209
SR
239
SR
332
R
309
R
272
R
145
SR
148
SR
137
SR
135
SR
262
R
227
R
80
SR
82
SR
208
R
75
SR
459
R
459
R
423
R
253
SR
237
R
427
R
252
R
98
R
29
SR
552
R
229
R
312
R
278
R
391
R
503
R
428
R
507
R
167
SR
41
SR
458
R
445
R
257
R
128
SR
230
R
519
R
643
T
667
T
209
R
412
R
677
T
744
T
453
R
690
R
262
R
211
R
532
R

6
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kriteria risiko kesehatan lingkungan, sebagian besar kelurahan di Kota
Tangerang dikategorikan ke dalam tipologi area berisiko sangat rendah yaitu 55 kelurahan (52,88%) dan tipologi
area berisiko rendah yaitu 45 kelurahan (43,27%). Sedangkan kelurahan yang termasuk ke dalam tipologi area
berisiko tinggi hanya sebanyak 4 kelurahan (3,85%) dan tidak ada satu kelurahan pun yang termasuk dalam
tipologi area berisiko sangat tinggi.

IV. Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Sanitasi
4.1. Pemilihan Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
Kriteria yang digunakan merupakan modifikasi dari berbagai konsep pendekatan kriteria penentuan sistem dan
teknologi menurut Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2010)
dan Bimbingan Teknis Keteknikan Bidang PLP (Direktorat Pengembangan PLP, Ditjen Cipta Karya, Kementrian
Pekerjaan Umum, 2011). Kriteria yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:
Kepadatan Penduduk
Yaitu tingkat kepadatan penduduk pada akhir tahun perencanaan yang diklasifikasikan menjadi: kepadatan
sangat tinggi >500 jiwa/ha, kepadatan tinggi 300-500 jiwa/ha, kepadatan sedang 150-300 jiwa/ha, dan
kepadatan rendah <150 jiwa/ha. Wilayah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi >500 jiwa/ha akan
memerlukan sistem dan teknologi pengolahan air limbah domestik yang berbeda dengan wilayah dengan
kepadatan penduduk yang lebih rendah.
Arahan Penggunaan Lahan
Yaitu arahan pemanfaatan lahan menurut rencana tata ruang yang berlaku, dimana pemanfaatan ruang untuk
Central Business District (CBD) atau industri akan memerlukan sistem dan teknologi yang berbeda dengan
penggunaan lahan lainnya.
Tipologi Area Berisiko Sanitasi
Yaitu tingkat risiko kesehatan lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan air limbah domestik yang
diklasifikasikan menjadi: area berisiko sangat tinggi, area berisiko tinggi, area berisiko rendah, dan area
berisiko sangat rendah. Area yang berisiko sangat tinggi dan tinggi akan memerlukan sistem dan teknologi
pengolahan air limbah domestik yang berbeda dengan area yang berisiko rendah ataupun sangat rendah.
Permeabilitas Tanah
Yaitu kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara. Permeabilitas tanah biasanya diukur dengan
istilah kecepatan air yang mengalir dalam waktu tertentu yang ditetapkan dalam satuan cm/jam.
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi penentuan teknologi penanganan air limbah domestik khususnya
untuk penerapan sistem setempat (cubluk maupun tangki septik dengan bidang resapan). Permeabilitas
tanah ini diklasifikasikan menjadi: sangat lambat <0,1 cm/jam, lambat 0,1-0,5 cm/jam, agak lambat 0,5-2,0
cm/jam, sedang 2,0-6,5 cm/jam, agak cepat 6,5-12,5 cm/jam, cepat 12,5-25 cm/jam, dan sangat cepat >25
cm/jam. Wilayah dengan permeabilitas tanah >0,5 cm/jam akan memerlukan sistem dan teknologi
pengolahan air limbah domestik yang berbeda dengan wilayah yang permeabilitas tanahnya <0,5 cm/jam.
Tinggi Muka Airtanah
Yaitu kedalaman airtanah yang diukur dari permukaan tanah setempat. Jika tinggi muka airtanah >1,5 m bmt,
maka kemungkinan akan terjadi pencemaran airtanah pada penggunaan sistem setempat (on-site system)
sangat kecil sehingga pemilihan teknologi cubluk pun cukup memadai tanpa menyebabkan pencemaran
airtanah.
Ketersediaan Lahan
Yaitu ketersediaan lahan khususnya untuk penerapan sistem terpusat (pembangunan IPAL) yang dilihat dari
luas lahan wilayah.
Kemiringan Tanah
Yaitu kondisi kemiringan tanah suatu wilayah yang diukur dengan satuan persen (%). Kemiringan tanah
sangat mempengaruhi penentuan teknologi penanganan air limbah domestik khususnya untuk penerapan
sistem terpusat (off-site system). Penggunaan teknologi sewerage konvensional akan sangat mahal jika
kemiringan tanah <2% karena akan memerlukan banyak pompa dalam pengalirannya, sedangkan untuk
penggunaan teknologi shallow sewerage sangat baik digunakan pada daerah yang mempunyai kemiringan

7
tanah <2% karena teknologi ini mempunyai beban yang relatif kecil sehingga air dapat berjalan dengan
lancar.
Kemampuan Pembiayaan
Yaitu kemampuan pembiayaan untuk membangun sistem dan teknologi pengolahan air limbah domestik
yang dipilih, baik dari sisi pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis, opsi sistem pengelolaan air limbah domestik yang direkomendasikan untuk
kelurahan-kelurahan di Kota Tangerang adalah sistem setempat (on-site system) dengan opsi teknologi tangki
septik pribadi atau tangki septik bersama (komunal) yang lebih dikenal dengan nama MCK (Mandi, Cuci, Kakus)
umum. Pemilihan opsi teknologi dilakukan berdasarkan kemampuan pembiayaan untuk membangun prasarana
dan sarana air limbah domestik tersebut. Hal ini akan dianalisis lebih lanjut pada bagian kebutuhan
pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik.
Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara berkala, umumnya3-5 tahun sekali. Endapan tinja
yang terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi pengolahan yang dirancang untuk tujuan ini, yaitu Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Kebutuhan IPLT dan truk tinja untuk mengangkut endapan tinja dari tangki
septik ke IPLT akan dianalisis lebih lanjut pada bagian kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana air
limbah domestik.

8
Skema Proses Pemilihan Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Kota Tangerang
Mulai

Kepadatan
Penduduk

Kepadatan
>500 jiwa/ha

tidak

Kepadatan
>300 jiwa/ha

tidak

ya
ya

Arahan
Penggunaan Lahan

CBD
atau
Industri

ya

tidak

Tipologi Area
Berisiko Sanitasi

Area Berisiko
Sangat Tinggi

ya

tidak

Are
Berisiko
Tinggi

tidak

ya

Permeabilitas
Tanah

Permeabilitas
>0,5 cm/jam

tidak

ya

Tinggi Muka
Airtanah

Airtanah
>1,5 m

tidak

ya

Ketersediaan
Lahan

Ketersediaan
Lahan

tidak

ya

Kemiringan
Tanah

Kemiringan
>2%

tidak

ya

Kemampuan
Pembiayaan

Sewerage
Konvensional

tidak

Intercept
Sewerage

tidak

Shallow
Sewerage

ya

Opsi
Sistem & Teknologi

ya

ya

Sewerage
Konvensional

Intercept
Sewerage

Shallow
Sewerage

Tangki
Septik
Pribadi

tidak

Sistem Terpusat (Off-Site System)

tidak

ya

Small Bored
Sewerage

Tangki Septik
Pribadi

Tangki Septik
Bersama

Sistem Setempat (On-Site System)

9
Opsi Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Kota Tangerang Menurut Kecamatan dan Kelurahan

No

Kecamatan

1. Ciledug

2. Larangan

3. Karang Tengah

4. Cipondoh

5. Pinang

6. Tangerang

Kelurahan
Tajur
Parung Serab
Paninggilan
Paninggilan Utara
Sudimara Selatan
Sudimara Barat
Sudimara Jaya
Sudimara Timur
Larangan Selatan
Gaga
Cipadu Jaya
Kereo Selatan
Cipadu
Kereo
Larangan Indah
Larangan Utara
Pedurenan
Pondok Pucung
Karang Tengah
Karang Timur
Karang Mulya
Parung Jaya
Pondok Bahar
Poris Plawad Indah
Cipondoh
Kenanga
Gondrong
Petir
Ketapang
Cipondoh Indah
Cipondoh Makmur
Poris Plawad Utara
Poris Plawad
Panunggangan Utara
Panunggangan
Panunggangan Timur
Kunciran
Kunciran Indah
Sudimara Pinang
Pinang
Neroktog
Kunciran Jaya
Pakojan
Cipete
Cikokol
Kelapa Indah
Babakan
Sukasari
Buaran Indah
Tanah Tinggi
Sukaasih

Kepadatan
Penduduk 2017
(jiwa/ha)
152
196
229
207
181
248
354
155
262
254
212
190
192
205
188
234
318
133
166
202
108
59
99
138
130
104
131
171
119
267
254
115
89
140
95
16
137
210
151
164
121
24
49
69
86
77
127
141
200
245
118

Arahan Penggunaan Lahan
Dominan Menurut
RTRW 2011-2030
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
CBD
Permukiman
Permukiman
CBD
CBD
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Industri, Permukiman
Industri
Permukiman
CBD, Industri
CBD
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Pariwisata, RTH
Permukiman
Permukiman
CBD, Industri, Permukiman
Permukiman
CBD
CBD
CBD, Permukiman
CBD, Permukiman
CBD

Tipologi Area
Berisiko Sanitasi
SR
SR
R
R
R
SR
R
SR
R
SR
SR
R
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
R
SR
SR
SR
R
SR
SR
R
SR
SR
SR
R
SR
SR
SR
R
R
SR

Permeabilitas
Tanah
(cm/jam)
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0

Tinggi Muka
Airtanah
(m bmt)
15
15
15
15
15
15
15
15
17
17
17
17
17
17
17
17
10
10
10
10
10
10
10
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
14
14
14
14
14
14
14

Luas
(ha)
134
118
108
118
110
97
79
112
95
119
109
130
136
119
106
126
73
119
227
110
227
135
155
208
226
157
187
190
180
133
148
204
205
180
140
300
135
183
139
150
166
376
168
217
417
180
185
187
160
180
48

Kemiringan
Tanah
(%)
2-5%
2-5%
2-5%
2-5%
2-5%
0-2%
0-2%
0-2%
2-5%
2-5%
2-5%
2-5%
2-5%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
2-5%
2-5%
2-5%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
2-5%
2-5%
2-5%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
2-5%
2-5%

Opsi
Sistem

Opsi Teknologi

Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat

Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama

10
No

Kecamatan

Kelurahan

Sukarasa
Karawaci Baru
Nusajaya
Bojongjaya
Karawaci
Cimone Jaya
Cimone
Bugel
Margasari
Pabuaran
Sukajadi
Gerendeng
Koangjaya
Pasarbaru
Sumur Pancing
Pabuaran Tumpeng
Nambojaya
8. Jatiuwung
Manis Jaya
Jatake
Gandasari
Kroncong
Alam Jaya
Pasir Jaya
9. Cibodas
Panunggangan Barat
Cibodasari
Cibodas Baru
Cibodas
Uwung Jaya
Jatiuwung
10. Periuk
Gembor
Gebang Raya
Sangiang Jaya
Periuk
Periuk Jaya
11. Batuceper
Porisgaga Baru
Porisjaya
Porisgaga
Kebon Besar
Batuceper
Batujaya
Batusari
12. Neglasari
Karang Anyar
Karang Sari
Neglasari
Mekarsari
Kedaung Baru
Kedaung Wetan
Selapajang Jaya
13. Benda
Belendung
Jurumudi Baru
Jurumudi
Pajang
Benda
Sumber: Hasil Analisis, 2012.
7. Karawaci

Kepadatan
Penduduk 2017
(jiwa/ha)
72
276
147
67
51
200
181
202
179
169
153
185
629
97
174
251
151
138
141
110
121
188
46
90
359
256
229
176
181
117
271
318
170
92
134
127
194
121
115
101
143
48
155
83
67
62
92
72
93
122
106
208
57

Arahan Penggunaan Lahan
Dominan Menurut
RTRW 2011-2030
CBD
Permukiman
Permukiman
Industri
Industri
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Permukiman
Industri, Permukiman
Permukiman
Industri
Industri, Permukiman
Permukiman
Industri, Permukiman
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
CBD, Permukiman
Permukiman
Permukiman
Industri, Permukiman
Industri
Industri
Industri, Permukiman
Permukiman
Permukiman
Industri, Permukiman
Industri
Industri
Permukiman
Industri, Permukiman
Industri, Permukiman
Industri, Permukiman
Industri, Permukiman
Industri, Permukiman
Permukiman
Permukiman, Penunjang Bandara
Permukiman, Penunjang Bandara
Penunjang Bandara, RTH
Penunjang Bandara, RTH
Industri, Permukiman
Penunjang Bandara, RTH
Permukiman, Penunjang Bandara
Industri, Permukiman
Industri, Permukiman
Penunjang Bandara
CBD

Tipologi Area
Berisiko Sanitasi
SR
SR
SR
SR
R
R
R
SR
SR
SR
SR
R
R
SR
SR
R
SR
R
R
R
SR
R
R
R
R
SR
R
R
R
R
R
R
R
R
SR
SR
R
R
R
SR
R
R
T
T
R
R
T
T
R
R
R
R
R

Permeabilitas
Tanah
(cm/jam)
0,5-2,0
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
6,5-12,5
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0
0,5-2,0

Tinggi Muka
Airtanah
(m bmt)
14
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
32
32
32
32
32
32
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
14
14
14
14
14
14
14
11
11
11
11
11
11
11
9
9
9
9
9

Luas
(ha)
96
58
117
156
166
89
123
82
108
81
57
64
16
60
42
69
60
161
150
290
194
142
503
314
97
88
153
202
110
303
160
102
162
228
100
102
117
118
138
142
131
329
190
257
182
154
209
288
262
205
232
40
357

Kemiringan
Tanah
(%)
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
2-5%
0-2%
2-5%
2-5%
0-2%
0-2%
2-5%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
2-5%
0-2%
2-5%
2-5%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
2-5%
2-5%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%
0-2%

Opsi
Sistem

Opsi Teknologi

Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat
Setempat

Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama
Tangki Septik Pribadi/Bersama

11
4.2. Kebutuhan Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik
Berdasarkan hasil analisis pemilihan sistem dan teknologi pengelolaan air limbah domestik, sistem
pengelolaan yang direkomendasikan untuk diterapkan di Kota Tangerang adalah sistem setempat (on-site
system), sehingga analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestiknya pun
khusus untuk penerapan sistem setempat tersebut. Sedangkan analisis kebutuhan pengembangan
prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat (off-site system) diarahkan pada optimalisasi prasarana
dan sarana air limbah sistem terpusat yang sudah ada.
4.2.1 Pengembangan Sistem Setempat (On-Site System)
Kebutuhan prasarana dan sarana air limbah domestik sistem setempat (on-site system) yang dianalisis
meliputi: kebutuhan pengembangan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), kebutuhan truk tinja
pengangkut lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT, serta kebutuhan jamban keluarga dan MCK umum
sebagai sarana sanitasi tingkat rumah tangga.
Pengembangan IPLT
Perhitungan kebutuhan pengembangan IPLT dilakukan berdasarkan proyeksi timbulan lumpur tinja yang
akan dilayani dengan menggunakan beberapa asumsi dan target layanan.Beberapa kaidah teknis yang
dijadikan acuan dan asumsi yang digunakan dalam analisis kebutuhan pengembangan IPLT di Kota
Tangerang dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Tingkat pelayanan yang hendak dicapai pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2017 adalah 80%,
artinya minimum 80% dari total penduduk Kota Tangerang pada tahun 2017 dapat dilayani oleh
IPLT. Halini sesuai dengan arahan dalam RTRW 2011-2030. Sebagai perbandingan, target tingkat
pelayanan berdasarkan MDGs adalah 76,82% pada tahun 2015, sedangkan menurut SPM Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
14/PRT/M/2010) adalah 60% pada tahun 2014.
b) Proyeksi volume timbulan air limbah domestik dilakukan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk.
Volume timbulan air limbah domestik dihitung berdasarkan asumsi rata-rata timbulan air limbah
domestik di Kota Tangerang = 100 liter/orang/hari dibagi dengan 1.000 untuk konversi menjadi
m3/orang/hari. Sedangkan volume timbulan lumpur tinja dihitung berdasarkan asumsi bahwa
pengendapan lumpur tinja = 2‰ (dua perseribu) dari volume timbulan air limbah domestik.
c) Berdasarkan pertimbangan terbatasnya ketersediaan lahan di Kota Tangerang dan efisiensi dalam
pembiayaan, maka pengembangan IPLT diarahkan pada peningkatan kapasitas IPLT yang sudah ada.
Dengan menggunakan beberapa asumsi di atas, maka dapat dihitung jumlah penduduk dan timbulan
lumpur tinja yang akan dilayani, serta kebutuhan peningkatan kapasitas pengolahan IPLT untuk
pengembangan IPLT tersebut..

Kebutuhan Pengembangan IPLT di Kota Tangerang
Tahun 2013-2017
Tahun
2013
2014
2015
2016
2017
1. Jumlah Penduduk
jiwa
1.970.517 2.031.406 2.094.176 2.158.886 2.225.596
2. Tingkat Pelayanan
%
40%
50%
60%
70%
80%
3. Jumlah Penduduk yang Dilayani
jiwa
788.207 1.015.703 1.256.506 1.511.220 1.780.477
4. Volume Timbulan Air Limbah
m3/hari
78.821 101.570 125.651 151.122 178.048
Domestik
5. Volume Timbulan Lumpur Tinja m3/hari
158
203
251
302
356
6. Kapasitas Minimum IPLT
m3/hari
158
203
251
302
356
(= Volume Timbulan Lumpur
Tinja yang Harus Diolah)
Saat ini terdapat 1 unit IPLT di Kota Tangerang yang terletak di Kecamatan Karawaci dengan kapasitas
pengolahan maksimum 70 m3/hari dan luas area IPLT ±1 ha. Berdasarkan perhitungan kebutuhan
pengembangan di atas, maka perlu dilakukan peningkatan kapasitas pengolahan dari IPLT Bawang pada
tahun 2017 agar dapat melayani 80% dari total penduduk Kota Tangerang menjadi 356 m 3/hari.
Peningkatan kapasitas pengolahan ini berdampak pada perlunya perluasan area IPLT Bawang. Untuk
menghitung kebutuhan luas lahan untuk pengembangan IPLT Bawang diperlukan kajian lebih lanjut dan
tidak dilakukan dalam studi ini. Dengan demikian, dalam pengembangan IPLT Bawang ini perlu diawali
dengan penyusunan studi kelayakan (feasibility study) dan penyusunan DED (Detailed Engineering
Design).
No

Keterangan

Satuan

12
2. Truk Tinja
Perhitungan kebutuhan truk tinja di Kota Tangerang dilakukan berdasarkan proyeksi timbulan lumpur
tinja yang akan dilayani dengan menggunakan beberapa asumsi dan target layanan sebagai berikut:
Tingkat pelayanan yang hendak dicapai pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2017 adalah 80%,
artinya minimum 80% dari total penduduk Kota Tangerang pada tahun 2017 dapat dilayani oleh truk
tinja. Hal ini sesuai dengan arahan dalam RTRW 2011-2030. Sebagai perbandingan, target tingkat
pelayanan berdasarkan MDGs adalah 76,82% pada tahun 2015, sedangkan menurut SPM Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010)
adalah 60% pada tahun 2014.
Berdasarkan SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum
(Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001) 1 unit truk tinja
dengan kapasitas 4 m3 diasumsikan digunakan untuk pelayanan maksimal 120.000 jiwa penduduk. Nilai
tersebut ekivalen dengan 1 unit truk tinja dengan kapasitas 3 m 3 diasumsikan digunakan untuk pelayanan
maksimal 90.000 jiwa penduduk
Dengan menggunakan asumsi di atas, maka dapat dihitung jumlah penduduk yang akan dilayani dan
kebutuhan truk tinja..
Kebutuhan Truk Tinja di Kota TangerangTahun 2013-2017
Tahun
No
Keterangan
Satuan
2013
2014
2015
2016
2017
1. Jumlah Penduduk
jiwa
1.970.517 2.031.406 2.094.176 2.158.886 2.225.596
2. Tingkat Pelayanan
%
40%
50%
60%
70%
80%
3. Jumlah Penduduk yang Dilayani
jiwa
788.207 1.015.703 1.256.506 1.511.220 1.780.477
4. Kebutuhan Truk Tinja dengan
unit
7
8
10
13
15
Kapasitas 4 m3
5. Kebutuhan Truk Tinja dengan
unit
9
11
14
17
20
Kapasitas 3 m3
Saat ini Pemerintah Kota Tangerang sudah memiliki 13 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 3
m3. Berdasarkan perhitungan kebutuhan truk tinja di atas, untuk dapat melayani 80% dari total penduduk
Kota Tangerang pada tahun 2017 diperlukan 15 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 4 m3 atau
setara dengan 20 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 3 m3. Dengan demikian, pada tahun
2017 diperlukan penambahan 7 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 3 m3.
Sejalan dengan pemisahan fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah domestik dimana
Pemerintah lebih berkonsentrasi pada fungsi regulator, maka dalam pengadaan serta operasional dan
pemeliharaan truk tinja yang merupakan fungsi operator sudah saatnya melibatkan swasta. Dalam hal ini
swasta dapat berinvestasi secara langsung atau melalui kemitraan pemerintah-swasta (KPS). Dengan
demikian, langkah Pemerintah Kota Tangerang dalam memenuhi kebutuhan truk tinja di Kota Tangerang
bukan lagi berupa pengadaan, operasional dan pemeliharaan truk tinja melainkan membangun kemitraan
dengan swasta.
1.

Jamban Keluarga dan MCK Umum

Jamban keluarga yang dimaksud adalah jamban yang dilengkapi tangki septik.Jamban keluarga ini
merupakan sarana sanitasi yang digunakan oleh satu rumah tangga.Sedangkan MCK (Mandi, Cuci, dan
Kakus) umum adalah sarana sanitasi yang digunakan bersama oleh beberapa rumah
tangga.Pengembangan jamban keluarga dan MCK umum ini diperuntukkan bagi rumah tangga miskin
karena rumah tangga miskin diasumsikan memiliki keterbatasan pembiayaan untuk membangun sarana
sanitasi sendiri.
Perhitungan kebutuhan jamban keluarga dan MCK umum di Kota Tangerang dilakukan berdasarkan
jumlah rumah tangga miskin yang tidak memiliki jamban dengan menggunakan beberapa asumsi
berdasarkan SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan dan
SNI 03-2399-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. Beberapa asumsi yang
digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Satu unit MCK Umum dapat digunakan untuk melayani 20 – 200 KK dan jarak maksimum antara
lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani adalah 100 m.
b) Berdasarkan ketentuan di atas dapat diasumsikan bahwa apabila dalam 1 (satu) rukun tetangga (RT)
terdapat 20 – 200 KK yang tidak memiliki jamban maka perlu dibangun 1 unit MCK umum.

13
c) Sedangkan apabila dalam 1 (satu) rukun tetangga (RT) jumlah rumah tangga yang tidak memiliki
jamban <20 KK, maka perlu dibangun jamban keluarga untuk masing-masing rumah tangga yang
tidak memiliki jamban tersebut.
d) Jumlah rumah tangga miskin di Kota Tangerang diasumsikan tidak bertambah hingga akhir tahun
perencanaan yaitu tahun 2017.
Dengan menggunakan asumsi di atas, maka dapat dihitung kebutuhan jamban keluarga dan MCK umum.
Hasil perhitungan kebutuhan jamban keluarga di Kota Tangerang hingga tahun 2017 sebanyak 12.291
unit jamban, sedangkan kebutuhan MCK umum sebanyak 340 unit.

No
1.
2
3
4
5
6
7
8i
9
10
11
12
13

Kecamatan
Ciledug
Larangan
Karang tengah
Cipondoh
Pinang
Tangerang
Karawaci
Jatiuwung
cibodas
Periuk
Batuceper
Neglasari
Benda
TOTAL

Kebutuhan
Jamban
Keluarga
(unit)
679
264
545
1.005
1.211
1.209
1.828
1134
797
674
892
1.147
906
12.291

Kebutuhan
MCK Umum
(unit)
2
4
5
24
11
38
39
23
46
28
79
41
340

4.2.2 Sistem Terpusat (Off-Site System)
Saat ini Kota Tangerang sudah mempunyai sistem perpipaan air limbah domestik (off-site system), yaitu
IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci. Walaupun dari hasil pemilihan sistem pengelolaan air
limbah domestik yang direkomendasikan untuk kondisi Kota Tangerang adalah sistem sanitasi setempat
(on-site system), akan tetapi tidak berarti bahwa sistem terpusat (off-site system) yang ada kemudian
harus ditutup. Sistem terpusat (off-site system) ini sebaiknya dipertahankan dan dikembangkan jika
memungkinkan karena pesatnya perkembangan Kota Tangerang, terutama di Kecamatan Karawaci,
Kecamatan Tangerang, dan Kecamatan Cibodas yang merupakan pusat perkembangan kota.
Sistem terpusat (off-site system) yang ada saat ini merupakan sistem perpipaan yang sudah lama ada
sehingga informasi atau data jaringan perpipaan sudah tidak diketahui lagi oleh instansi terkait.
Untuk itu, pengembangan yang sebaiknya dilakukan untuk sistem terpusat (off-site system) ini adalah
melakukan pemetaan ulang sistem perpipaan, pengecekan kondisi perpipaan, identifikasi ulang daerah
pelayanan, dan perhitungan ulang beban pengaliran eksisting untuk melihat kemungkinan pengembangan
daerah pelayanan.

14
V. Strategi dan Program Pengembangan
5.1. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan
sarana sanitasi, maka dapat diidentifikasi permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di
Kota Tangerang. Permasalahan tersebut mencakup berbagai aspek, baik aspek teknis, aspek pembiayaan,
aspek kelembagaan, aspek peraturan, maupun aspek peran serta masyarakat.
A.

Permasalahan Aspek Teknis
Volume timbulan air limbah domestik dan timbulan lumpur tinja semakin meningkat dari tahun
ke tahun sejalan dengan pertumbuhan penduduknya. Hal ini berdampak pada peningkatan
kebutuhan prasarana dan sarana air limbah domestik.
Masih terdapat kelurahan yang termasuk ke dalam tipologi are berisiko sanitasi tinggi atau
mempunyai tingkat risiko kesehatan lingkungan yang tinggi yaitu sebanyak 4 kelurahan atau
3,85% dari jumlah total kelurahan di Kota Tangerang.
Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 22.703 KK
atau 4,90% dari jumlah total rumah tangga di Kota Tangerang.
Berdasarkan nilai pendapatan retribusi penyedotan kakus, IPLT yang ada di Kota Tangerang yaitu
IPLT Bawang saat ini mengolah lumpur tinja sebanyak 24,04 m3/hari padahal volume timbulan
lumpur tinja yang harus dilayani oleh IPLT Bawang sebanyak 360,50 m3/hari, artinya tingkat
pelayanan IPLT Bawang berdasarkan volume lumpur tinja yang diolah adalah 6,67%. Sedangkan
berdasarkan kapasitasnya IPLT Bawang dapat mengolah lumpur tinja sebanyak 70 m 3/hari.
Dengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan IPLT Bawang ini baru mencapai 34,34%.
Berdasarkan nilai pendapatan retribusi penyedotan kakus, truk tinja yang dimiliki Pemerintah
Kota Tangerang sebanyak 13 unit dengan kapasitas masing-masing 3 m3 saat ini menyedot dan
mengangkut lumpur tinja sebanyak 24,04 m3/hari padahal volume timbulan lumpur tinja yang
harus dilayani oleh truk tinja tersebut sebanyak 360,50 m 3/hari, artinya tingkat pelayanan truk
tinja berdasarkan volume lumpur tinja yang disedot dan diangkut adalah 6,67%. Sedangkan jika
diasumsikan masing-masing truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja
dari tangki septik ke IPLT 2 ritasi per hari maka volume lumpur tinja yang dapat disedot dan
diangkut oleh 13 unit truk tinja tersebut sebesar 78,00 m3. Artinya tingkat efektivitas
pemanfaatan truk tinja yang dimiliki Pemerintah Kota Tangerang dengan asumsi tersebut hanya
30,82%.
Prasarana dan sarana air limbah domestik sistem terpusat (off-site system) yang ada saat ini yaitu
IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci merupakan sistem perpipaan yang sudah lama
ada sehingga informasi atau data jaringan perpipaan sudah tidak diketahui lagi oleh instansi
terkait. Analisis kinerja jaringan perpipaan dan sistem pengolahan sulit dilakukan karena tidak
adanya data jaringan perpipaan sehingga sulit diketahui kapasitas optimal sistem perpipaan dan
sulitnya mengetahui kapasitas pengolahan eksisting yang saat ini ada. Untuk itu, pengembangan
yang sebaiknya dilakukan untuk sistem terpusat (off-site system) ini adalah melakukan pemetaan
ulang sistem perpipaan, pengecekan kondisi perpipaan, identifikasi ulang daerah pelayanan, dan
perhitungan ulang beban pengaliran eksisting untuk melihat kemungkinan pengembangan
daerah pelayanan. Selain itu, juga dapat diketahui beban nyata bagi IPAL eksisting berdasarkan
sistem perpipaan dan beban pengaliran yang ada, sehingga dapat dilakukan evaluasi kinerja dan
kemungkinan pengembangan IPAL tersebut.

B. Permasalahan Aspek Pembiayaan
Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana
sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang
ditinjau dari aspek pembiayaan antara lain sebagai berikut:
Belum adanya arah pengembangan yang jelas dalam pembangunan sanitasi menyebabkan besar
anggaran yang diperlukan menjadi sulit terukur. Hal ini yang membuat kecilnya proporsi
anggaran belanja sektor sanitasi khususnya air limbah domestik di Kota Tangerang dimana saat
ini hanya sebesar 5,02% terhadap anggaran belanja total Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang.
Pendapatan daerah Kota Tangerang yang terkait langsung dengan sektor sanitasi khususnya air
limbah domestik yaitu pendapatan yang berasal dari retribusi penyedotan kakus masih relatif
kecil untuk dapat membiayai pembangunan, operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana
air limbah domestik di Kota Tangerang. Proporsi pendapatan dari retribusi penyedotan kakus
1
terhadap anggaran belanja sektor sanitasi khususnya air limbah domestik saat ini hanya sebesar
4,64%. Sebagai konsekuensinya Pemerintah Kota Tangerang harus terus memberikan subsidi
untuk biaya pembangunan, operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah
domestik.
C. Permasalahan Aspek Kelembagaan
Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana
sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang
ditinjau dari aspek kelembagaan antara lain sebagai berikut:
 Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota
Tangerang.
 Belum terbentuknya kemitraan pemerintah swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik
di Kota Tangerang. Hal ini juga sebagai akibat dari belum terpisahnya fungsi regulator dan
operator dalam pengelolaan air limbah domestik. Padahal Pemerintah Kota Tangerang dapat
lebih fokus dalam mengemban fungsi regulator, sedangkan fungsi operator dapat diserahkan
kepada pihak swasta melalui pola KPS.
 Belum terbentuknya lembaga pengelola air limbah domestik di tingkat masyarakat di Kota
Tangerang. Padahal keberadaan lembaga pengelola air limbah domestik di tingkat masyarakat
sangat penting untuk mengembangkan pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat.
D. Permasalahan Aspek Peraturan
Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana
sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang
ditinjau dari aspek peraturan antara lain sebagai berikut:
 Belum adanya peraturan di tingkat Kota Tangerang tentang kebijakan pengembangan prasarana
dan sarana air limbah domestik di wilayah Kota Tangerang.
 Belum adanya rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik Kota
Tangerang yang dapat memberikan arah pengembangan prasarana dan sarana air limbah
domestik yang jelas dan terukur.
E. Permasalahan Aspek Peran Serta Masyarakat
Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana
sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang
ditinjau dari aspek peran serta masyarakat antara lain sebagai berikut:
 Pemahaman masyarakat terhadap dampak air limbah domestik masih relatif rendah sehingga
pembuangan air limbah domestik jarang dipikirkan sebagai ancaman terhadap kelestarian
lingkungan khususnya sumber daya air.
 Tingkat kemauan untuk membayar (willingness to pay) masyarakat Kota Tangerang dalam
pembiayaan pembangunan, operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah
domestik masih relatif rendah. Hal ini sangat terkait dengan pemahaman dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik karena tanpa pengelolaan yang
baik air limbah domestik dapat menjadi ancaman terhadap kesehatan lingkungan dan kelestarian
lingkungan khususnya sumber daya air.
 Masih terbatasnya penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik
berbasis masyarakat.
 Masih rendahnya tingkat partisipasi swasta dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana
dan sarana air limbah domestik.
5.2. Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan sanitasi Kota Tangerang adalah: Meningkatkan penyediaan dan pelayanan
prasarana dan sarana sanitasi untuk meningkatkan kualitas permukiman dan perkotaan.
Sasaran dalam mencapai tujuan pengembangan sanitasi Kota Tangerang tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Meningkatnya pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik baik sistem sanitasi on-site
maupun sistem sanitasi off-site, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:
 Peningkatancakupan pelayanan IPLT menjadi 80% dari seluruh penduduk pada tahun 2017.
 Peningkatancakupan pelayanan truk tinja menjadi 80% dari seluruh penduduk pada tahun
2017.

2



Peningkatan akses penduduk terhadap sarana air limbah domestik tingkat rumah tangga
menjadi 100% dari seluruh penduduk pada tahun 2017.
Optimalisasi pelayanan IPAL menjadi 100% dari total kapasitasnya pada tahun 2017.

2.

Meningkatnya ketersediaan dana untuk pembiayaan pengembangan prasarana dan sarana air
limbah domestik, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:
 Peningkatan anggaran belanja sektor sanitasi khususnya air limbah domestik melalui
penyusunan rencana pengembangan yang jelas dan terukur.
 Peningkatan pendapatan retribusi penyedotan kakus melalui optimalisasi pelayanan.

3.

Menguatnya kelembagaan pengelola air limbah domestik, dengan indikator keberhasilan sebagai
berikut:
 Penguatan lembaga regulator dalam pengelolaan air limbah domestik.
 Pembentukan lembaga operatordalam pengelolaan air limbah domestik melalui
pengembangan kemitraan pemerintah swasta (KPS).
 Pembentukan lembaga pengelola air limbah domestik tingkat masyarakat.

4.

Tersedianya peraturantentang pengelolaan air limbah domestik, dengan indikator keberhasilan
sebagai berikut:
 Penyusunan, penetapan, penyebarluasan informasi, dan penerapan peraturan tentang
kebijakan dan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik Kota
Tangerang.
 Penyusunan, penetapan, penyebarluasan informasi, dan penerapan peraturan tentang
kemitraan pemerintah swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik Kota Tangerang.

5.

Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik, dengan indikator
keberhasilan sebagai berikut:
 Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perlunya pengelolaan air
limbah domestik.
 Peningkatan partisipasi swasta dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana
air limbah domestik.

5.3. Program Pengembangan
Program pengembangan sanitasi Kota Tangerang dirumuskan untuk memecahkan permasalahan sanitasi
yang ada dan merupakan pendetailan strategi dan kebijakan pengembangan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Program pengembangan ini mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama lima tahun yaitu
tahun 2013-2017 yang pelaksanaannya disesuaikan dengan skala prioritas.

3
Indikasi Program Pengembangan Sanitasi Kota Tangerang Tahun 2013-2017
Sasaran

Strategi

Kebijakan

Program

Indikator Sasaran
Program

Target Sasaran Pengembangan

4
Program
peningkatan
pelayanan IPLT
Bawang
(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

Program
peningkatan
pelayanan truk
tinja
(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

-

1

Indikator Kinerja

SKPD

-

-

Penyusunan FS dan
DED
pengembangan
IPLT Bawang
(Fasilitasi
pembinaan teknik
pengolahan air
limbah)

Jumlah dokumen
FS dan DED
pengembangan
IPLT Bawang
sebanyak 1
dokumen pada
tahun 2014

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
dokumen FS dan
DED
pengembangan
IPLT Bawang
sebesar 100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

-

1

-

-

Sosialisasi rencana
pengembangan
IPLT Bawang
(Fasilitasi
pembinaan teknik
pengolahan air
limbah)

Jumlah kegiatan
sosialisasi
rencana
pengembangan
IPLT Bawang
sebanyak 1
kegiatan pada
tahun 2015

Tingkat
pemanfaatan
hasil sosialisasi
pengembangan
IPLT Bawang
sebesar 100%

Kota Tangerang

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

-

-

1

-

Pembebasan lahan
untuk area
pengembangan
IPLT Bawang
(Rehabilitasi/
pemeliharaan
sarana dan
prasarana air
limbah)

Jumlah kegiatan
pembebasan
lahan untuk area
pengembangan
IPLT Bawang
sebanyak 1
kegiatan pada
tahun 2016

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
hasil
pembebasan
lahan untuk area
pengembangan
IPLT Bawang
sebesar 100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

-

-

-

1

Pengembangan
IPLT Bawang
(Rehabilitasi/
pemeliharaan
sarana dan
prasarana air
limbah)

Kapasitas
pengolahan IPLT
Bawang menjadi
356 m3/hari
pada tahun 2017

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
hasil
peningkatan
kapasitas IPLT
Bawang menjadi
356 m3/hari
sebesar 100%
pada tahun 2017

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

Peningkatan
pelayanan truk
tinja menjadi 80%
terhadap total
penduduk pada
tahun 2017

-

-

-

-

1

Fasilitasi
kemitraan
pemerintah swasta
(KPS) untuk
pengadaan,
operasional, dan
pemeliharaan truk
tinja
(Penyediaan
prasarana dan
sarana air limbah)

Jumlah kegiatan
fasilitasi
kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)
untuk
pengadaan,
operasional, dan
pemeliharaan
truk tinja
sebanyak 1
kegiatan pada
tahun 2017

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
hasil fasilitasi
kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)
untuk
pengadaan,
operasional, dan
pemeliharaan
truk tinja sebesar
100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

6

7

Outcome

Kelompok
Sasaran

-

5
Peningkatan
kapasitas
pengolahan IPLT
Bawang dari 70
m3/hari menjadi
356 m3/hari

Output

Lokasi

2017

-

3

Meningkatkan
pelayanan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik sistem
setempat (onsite)

2015

Kegiatan

2016

-

2

Peningkatan
pelayanan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik

2014

-

1

Meningkatnya
pelayanan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik baik
sistem sanitasi
on-site maupun
sistem sanitasi
off-site

2013

8

9

10

11

4
Sasaran

Strategi

Kebijakan

1

2

3

Program

Indikator Sasaran
Program

Target Sasaran Pengembangan
2013

2014

2015

2016

2017

Indikator Kinerja
Output

Meningkatkan
ketersediaan
dana untuk
pembiayaan
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik

5
68

68

68

68

68

Pembangunan
MCK umum untuk
masyarakat miskin
(Penyediaan
prasarana dan
sarana air limbah)

Jumlah MCK
umum untuk
masyarakat
miskin yang
dibangun
sebanyak 68 unit
per tahun (20132017)

Tingkat
pemanfaatan
MCK umum
untuk
masyarakat
miskin sebesar
100%

Kota Tangerang

Rumah Tangga
Miskin Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

Pembangunan
jamban keluarga
untuk masyarakat
miskin sebanyak
12.291 unit hingga
tahun 2017

2.458

2.458

2.458

2.458

2.459

Pembangunan
jamban keluarga
untuk masyarakat
miskin
(Penyediaan
prasarana dan
sarana air limbah)

Jumlah jamban
keluarga untuk
masyarakat
miskin yang
dibangun
sebanyak 2.458
unit per tahun
(2013-2016) dan
2.459 unit pada
tahun 2017

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
jamban keluarga
untuk
masyarakat
miskin sebanyak
100%

Rumah Tangga
Miskin Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

Program
optimalisasi
pelayanan IPAL
Tanah Tinggi dan
IPAL Perumnas 1
Karawaci
(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

Optimalisasi
pelayanan IPAL
Tanah Tinggi dan

-

1

-

-

-

Penyusunan studi
evaluasi kinerja
dan kemungkinan
pengembangan
IPAL Tanah Tinggi
dan IPAL
Perumnas 1
Karawaci
(Fasilitasi
pembinaan teknik
pengolahan air
limbah)

Jumlah dokumen
studi evaluasi
kinerja dan
kemungkinan
pengembangan
IPAL Tanah
Tinggi dan IPAL
Perumnas 1
Karawaci
sebanyak 1
dokumen pada
tahun 2014

Tingkat
pemanfaatan
dokumen studi
evaluasi kinerja
dan
kemungkinan
pengembangan
IPAL Tanah
Tinggi dan IPAL
Perumnas 1
Karawaci
sebesar 100%

Kota Tangerang

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

-

Peningkatan
ketersediaan
dana untuk
pembiayaan
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik

-

1

1

1

Rehabilitasi/
pemeliharaan IPAL
Tanah Tinggi dan
IPAL Perumnas 1
Karawaci
(Rehabilitasi/
pemeliharaan
sarana dan
prasarana air
limbah)

Jumlah kegiatan
rehabilitasi/
pemeliharaan
IPAL Tanah
Tinggi dan IPAL
Perumnas 1
Karawaci
sebanyak 1
kegiatan per
tahun
(2015-2017)

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
hasil
rehabilitasi/
pemeliharaan
IPAL Tanah dan
IPAL Perumnas 1
Karawaci Tinggi
sebesar 100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

1

-

-

-

-

Penyusunan
rencana induk
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik
(Fasilitasi
pembinaan teknik
pengolahan air
limbah)

Jumlah dokumen
rencana induk
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik
sebanyak 1
dokumen pada
tahun 2013

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
dokumen
rencana induk
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik sebesar
100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

Program
peningkatan
ketersediaan dana
untuk
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik
(Program
pengembangan

Peningkatan
anggaran belanja
sektor sanitasi
khususnya air
limbah domestik
melalui
penyusunan
rencana
pengembangan
yang jelas dan

10

SKPD

Pembangunan
MCK umum untuk
masyarakat miskin
sebanyak 340 unit
hingga tahun 2017

100% dari total
kapasitasnya
pada tahun 2017

9

Kelompok
Sasaran

4

IPAL Perumnas 1
Karawaci menjadi

8

Lokasi

Program
pembangunan
jamban keluarga
untuk masyarakat
miskin
(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

Meningkatnya
ketersediaan
dana untuk
pembiayaan
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik

7

Outcome

Program
pembangunan
MCK umum untuk
masyarakat miskin
(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

Optimalisasi
pelayanan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik sistem
terpusat (off-site)

6

Kegiatan

11

5
Sasaran

Strategi

Kebijakan

1

2

3

Program

Indikator Sasaran
Program

4

Target Sasaran Pengembangan

5

2013

2014

2015

2016

2017

Kegiatan

6

Indikator Kinerja
Output

7

Outcome
8

Lokasi

Kelompok
Sasaran

SKPD

9

10

11

kinerja pengelolaan terukur
air minum dan air
limbah)
1

Menguatnya
kelembagaan
pengelola air
limbah domestik

Penguatan
kelembagaan
pengelola air
limbah domestik

Membentuk
lembaga operator
dalam
pengelolaan air
limbah domestik
melalui pola
kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)

Program
penguatan
lembaga regulator
pengelola air
limbah domestik
(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

Program
pembentukan
lembaga operator
pengelola air
limbah domestik
(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

Penguatan
lembaga
regulator dalam
pengelolaan air
limbah domestik

Pembentukan
lembaga operator
dalam
pengelolaan air
limbah domestik
melalui
pengembangan
kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)

-

-

-

Penyusunan studi
kelayakan
investasi sektor air
limbah domestik
(Fasilitasi
pembinaan teknik
pengolahan air
limbah)

Jumlah dokumen
studi kelayakan
investasi sektor
air limbah
domestik
sebanyak 1
dokumen pada
tahun 2013

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
dokumen studi
kelayakan
investasi sektor
air limbah
domestik sebesar
100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

1

-

-

-

-

Penyusunan studi
analisis
kelembagaan
pengelola air
limbah domestik
(Fasilitasi
pembinaan teknik
pengolahan air
limbah)

Jumlah dokumen
studi analisis
kelembagaan
pengelola air
limbah domestik
sebanyak 1
dokumen pada
tahun 2013

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
dokumen studi
analisis
kelembagaan
pengelola air
limbah domestik
sebesar 100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

1

Menguatkan
lembaga
regulator
pengelola air
limbah domestik

-

1

1

1

1

Pendidikan dan
pelatihan personil
lembaga regulator
pengelola air
limbah domestik
(Pendidikan dan
pelatihan teknis)

Jumlah kegiatan
pendidikan dan
pelatihan
personil lembaga
regulator
pengelola air
limbah domestik
sebanyak 1
kegiatan per
tahun (20132017)

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
hasil pendidikan
dan pelatihan
personil lembaga
regulator
pengelola air
limbah domestik
sebesar 100%

Personil Lembaga
Regulator
Pengelola Air
Limbah Domestik

Badan
Kepegawaian,
Pendidikan, dan
Pelatihan

1

-

-

-

-

Penyusunan studi
pembentukan

Kota Tangerang

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
lembaga
operator
pengelola air
limbah domestik
melalui KPS
sebesar 100%

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

Jumlah dokumen Tingkat
studi
pemanfaatan
dokumen studi
lembaga operator pembentukan
pembentukan
lembaga
pengelola air

limbah domestik operator
pengelola air
melalui KPS
limbah
(Fasilitasi
pembinaan teknik domestik
pengolahan air
melalui KPS
limbah)

-

1

-

-

-

Fasilitasi
pembentukan
lembaga operator
pengelola air
limbah domestik
melalui KPS
(Fasilitasi
pembinaan teknik

sebanyak 1
dokumen pada
tahun 2013
Jumlah lembaga
operator
pengelola air
limbah domestik
melalui KPS yang
dibentuk
sebanyak 1
lembaga pada

lembaga
operator
pengelola air
limbah
domestik
melalui KPS

sebesar 100%

6
Sasaran

Strategi

Kebijakan

Program

Indikator Sasaran
Program

1

2

3

4

Target Sasaran Pengembangan

5

2013

2014

2015

2016

2017

6

Kegiatan
7
pengolahan air
limbah)

Membentuk
lembaga
pengelola air
limbah domestik
tingkat
masyarakat

Tersedianya
peraturan
tentang
pengelolaan air
limbah domestik

Pengembangan
peraturan
tentang
pengelolaan air
limbah domestik

Program
Pembentukan
pembentukan
340 lembaga
lembaga pengelola pengelola air

Mengembangkan
peraturan
tentang kebijakan
dan rencana
induk
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik

Program
pengembangan
peraturan tentang
kebijakan dan

68

68

68

Indikator Kinerja
Output

68

68

Outcome
8

Lokasi

Kelompok
Sasaran

SKPD

9

10

11

tahun 2014

(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

Tingkat
pemanfaatan
lembaga

Kota Tangerang

Rumah Tangga
Miskin Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

air limbah
domestik
domestik tingkat tingkat
masyarakat
masyarakat
(Fasilitasi
yang dibentuk
pembinaan teknik sebanyak 68
pengolahan air
lembaga per
limbah)
tahun (20132017)

air limbah
limbah domestik
domestik tingkat tingkat
masyarakat
masyarakat

Fasilitasi
Jumlah lembaga
pembentukan
pengelola air
lembaga pengelola limbah

pengelola air
limbah
domestik
tingkat
masyarakat
sebesar 100%

1

-

-

-

-

Penyusunan dan
penetapan
peraturan tentang
kebijakan dan

Jumlah
peraturan
tentang
kebijakan dan
rencana induk
rencana induk
pengembangan
pengembangan
prasarana dan
prasarana dan
sarana air limbah sarana air limbah
domestik yang
domestik
disusun dan
(Legislasi
ditetapkan
rancangan
sebanyak 1 buah
peraturan
(2013)
perundangundangan )

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
peraturan
tentang
kebijakan dan
rencana induk
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik sebesar
100%

Penduduk Kota
Tangerang

Sekretariat Daerah
(Bagian Hukum)

-

Penyusunan,
penetapan,
penyebarluasan
informasi, dan
rencana induk
penerapan
pengembangan
peraturan
prasarana dan
tentang kebijakan
sarana air limbah dan rencana
domestik
induk
(Program penataan pengembangan
peraturan
prasarana dan
perundangsarana air limbah
undangan)
domestik

1

-

-

-

Sosialisasi
peraturan tentang
kebijakan dan

Tingkat
pemanfaatan
hasil sosialisasi
peraturan
tentang
kebijakan dan

Kota Tangerang

Penduduk Kota
Tangerang

Sekretariat Daerah
(Bagian Hukum)

Kota Tangerang

Penduduk Kota
Tangerang

Sekretariat Daerah
(Bagian Hukum)

Jumlah kegiatan
sosialisasi
peraturan
tentang
kebijakan dan

rencana induk
pengembangan
rencana induk
prasarana dan
sarana air limbah pengembangan
prasarana dan
domestik
sarana air
(Fasilitasi
limbah
sosialisasi
peraturan
domestik
perundangsebanyak 1
undangan)
kegiatan (2014)
Mengembangkan
peraturan
tentang
kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)
dalam
pengelolaan air
limbah domestik

Program
Penyusunan,
pengembangan
penetapan,
peraturan tentang penyebarluasan

kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)
dalam
pengelolaan air
limbah domestik

(Program penataan

informasi, dan
penerapan
peraturan
tentang
kemitraan
pemerintah

1

-

-

-

-

Penyusunan dan
Jumlah
penetapan
peraturan
peraturan tentang tentang

kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)
dalam
pengelolaan air
limbah domestik
(Legislasi

kemitraan
pemerintah
swasta (KPS)

rencana induk
pengembangan
prasarana dan
sarana air
limbah
domestik
sebesar 100%
Tingkat
pemanfaatan
peraturan
tentang

kemitraan
pemerintah
yang disusun dan swasta (KPS)

ditetapkan
sebesar 100%
sebanyak 1 buah
(2013)

7
Sasaran

Strategi

Kebijakan

1

2

3

Program
4
peraturan
perundangundangan)

Indikator Sasaran
Program

Target Sasaran Pengembangan
2013

2014

5

2015

2016

2017

Kegiatan

6

Indikator Kinerja
Output

7

Outcome
8

Lokasi

Kelompok
Sasaran

SKPD

9

10

11

rancangan
peraturan
perundangundangan )

swasta (KPS)
dalam
pengelolaan air
limbah domestik
-

1

-

-

-

Sosialisasi
Jumlah kegiatan
peraturan tentang sosialisasi
peraturan
KPS dalam
tentang KPS
pengelolaan air

Tingkat
pemanfaatan
hasil sosialisasi
peraturan
tentang KPS

Kota Tangerang

Penduduk Kota
Tangerang

Sekretariat Daerah
(Bagian Hukum)

limbah domestik sebanyak 1
kegiatan (2014) sebesar 100%
(Fasilitasi
sosialisasi
peraturan
perundangundangan)

Meningkatnya
peran serta
masyarakat
dalam
pengelolaan air
limbah domestik

Peningkatan
peran serta
masyarakat
dalam
pengelolaan air
limbah domestik

Meningkatkan
pemahaman dan
kesadaran
masyarakat
terhadap
perlunya
pengelolaan air
limbah domestik

Program
pembinaan
kesehatan
lingkungan
(Program
pengembangan
lingkungan sehat)

Peningkatan
pemahaman dan
kesadaran
masyarakat
terhadap
perlunya
pengelolaan air
limbah domestik

1

1

1

1

1

Penyuluhan
kepada masyarakat
tentang perlunya
pengelolaan air
limbah domestik
(Penyuluhan
menciptakan
lingkungan sehat)

Jumlah kegiatan
penyuluhan
kepada
masyarakat
tentang perlunya
pengelolaan air
limbah domestik
sebanyak 1
kegiatan per
tahun (20132017)

Tingkat
Kota Tangerang
pemanfaatan
hasil penyuluhan
kepada
masyarakat
tentang perlunya
pengelolaan air
limbah domestik
sebesar 100%

Rumah Tangga
Miskin Kota
Tangerang

Dinas Kesehatan

Meningkatkan
partisipasi swasta
dalam
penyelenggaraan
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik melalui
Corporate Social
Responsibility
(CSR)

Program
peningkatan

Peningkatan
partisipasi swasta
dalam
penyelenggaraan
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik melalui
CSR

1

1

1

1

1

Fasilitasi

Jumlah kegiatan
fasilitasi
pengembangan

Tingkat
pemanfaatan
hasil fasilitasi
pengembangan

Penduduk Kota
Tangerang

Dinas Pekerjaan
Umum

partisipasi swasta
dalam
penyelenggaraan
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik melalui
CSR

(Program
pengembangan
kinerja pengelolaan
air minum dan air
limbah)

penyelenggaraan
pengembangan
prasarana dan
sarana air limbah
domestik melalui
CSR
(Fasilitasi
pembinaan teknik
pengolahan air
limbah)

prasarana dan
sarana air
limbah
domestik
melalui CSR
sebanyak 1
kegiatan per
tahun (20132017)

Kota Tangerang

prasarana dan
sarana air
limbah
domestik
melalui CSR
sebesar 100%

8

More Related Content

What's hot

sistem penyaluran terpisah
sistem penyaluran terpisahsistem penyaluran terpisah
sistem penyaluran terpisahEqi Arzaqi
 
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Joy Irman
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasiKurnia Zuliana
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Penataan Ruang
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Joy Irman
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukimaninfosanitasi
 
Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Lia Murti Tirtayasa
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahinfosanitasi
 
SDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptx
SDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptxSDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptx
SDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptxSantriBiologiKonserv
 
PPT SANIMAS & slbm.pptx
PPT SANIMAS & slbm.pptxPPT SANIMAS & slbm.pptx
PPT SANIMAS & slbm.pptxRomlyVanPersie
 
Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahinfosanitasi
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
 

What's hot (20)

sistem penyaluran terpisah
sistem penyaluran terpisahsistem penyaluran terpisah
sistem penyaluran terpisah
 
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
 
Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
 
SDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptx
SDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptxSDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptx
SDT-Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sph-Agt2021.pptx
 
PPT SANIMAS & slbm.pptx
PPT SANIMAS & slbm.pptxPPT SANIMAS & slbm.pptx
PPT SANIMAS & slbm.pptx
 
Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampah
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
 

Similar to SANITASI OPTIMAL

Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)Oswar Mungkasa
 
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGRENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
I0112048 abstrak
I0112048 abstrakI0112048 abstrak
I0112048 abstrakAri Sutejo
 
Draft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning ok
Draft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning okDraft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning ok
Draft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning okKotjo Negoro
 
Garbage Disposal System - Muntilan Subdistrict
Garbage Disposal System - Muntilan SubdistrictGarbage Disposal System - Muntilan Subdistrict
Garbage Disposal System - Muntilan Subdistrictfarah fithri
 
Menganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu
Menganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan HuluMenganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu
Menganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan HuluSyafutri Asbintari
 
Tugas design pengelolaan limbah padat banyuwangi
Tugas design pengelolaan limbah padat banyuwangiTugas design pengelolaan limbah padat banyuwangi
Tugas design pengelolaan limbah padat banyuwangievitasari30
 
Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)
Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)
Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)Oswar Mungkasa
 
Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)Oswar Mungkasa
 
Pergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan lumpur tinja
Pergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan  lumpur tinjaPergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan  lumpur tinja
Pergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan lumpur tinjaraminatha
 
SULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptx
SULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptxSULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptx
SULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptxSadarudinMuhamad
 
Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...
Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...
Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...Krismiyati Tasrin
 
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...Hanifah Nurhayati
 
KELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdf
KELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdfKELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdf
KELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdfAndiTndri
 
Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)Oswar Mungkasa
 
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptxPB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptxssusere1a96a
 
Struktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPL
Struktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPLStruktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPL
Struktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPLOswar Mungkasa
 
Sanitasi Kota Cimahi (2006)
Sanitasi Kota Cimahi (2006)Sanitasi Kota Cimahi (2006)
Sanitasi Kota Cimahi (2006)Oswar Mungkasa
 

Similar to SANITASI OPTIMAL (20)

Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Palembang (2006)
 
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGRENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
 
I0112048 abstrak
I0112048 abstrakI0112048 abstrak
I0112048 abstrak
 
Draft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning ok
Draft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning okDraft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning ok
Draft perjanjian kerjasama tppas regional ciayumajakuning ok
 
Garbage Disposal System - Muntilan Subdistrict
Garbage Disposal System - Muntilan SubdistrictGarbage Disposal System - Muntilan Subdistrict
Garbage Disposal System - Muntilan Subdistrict
 
Menganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu
Menganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan HuluMenganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu
Menganalisis Sampah Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu
 
Tugas design pengelolaan limbah padat banyuwangi
Tugas design pengelolaan limbah padat banyuwangiTugas design pengelolaan limbah padat banyuwangi
Tugas design pengelolaan limbah padat banyuwangi
 
Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)
Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)
Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bandung (2006)
 
Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Surabaya (2006)
 
Pergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan lumpur tinja
Pergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan  lumpur tinjaPergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan  lumpur tinja
Pergub dki no 1 tahun_2018 ttg pengelolaan lumpur tinja
 
SULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptx
SULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptxSULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptx
SULTRA_KOTA KENDARI CC7.pptx
 
Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...
Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...
Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya, ...
 
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
 
IPLT
IPLTIPLT
IPLT
 
KELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdf
KELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdfKELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdf
KELOMPOK FGD 1 KONSULTAN_PLTSa_Surakarta.pdf
 
Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)
Kondisi Sanitasi Kota Medan (2006)
 
BAB I
BAB IBAB I
BAB I
 
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptxPB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
 
Struktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPL
Struktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPLStruktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPL
Struktur Perencanaan Pembangunan AMPL dan RPJMN 2010-2014 Bidang AMPL
 
Sanitasi Kota Cimahi (2006)
Sanitasi Kota Cimahi (2006)Sanitasi Kota Cimahi (2006)
Sanitasi Kota Cimahi (2006)
 

More from Anton Riyanto

Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Anton Riyanto
 
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANGRENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANGSTRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA Anton Riyanto
 
penataan kampung kumuh
penataan kampung kumuhpenataan kampung kumuh
penataan kampung kumuhAnton Riyanto
 
KONSEP PENGELOLAAN SITU
KONSEP  PENGELOLAAN SITUKONSEP  PENGELOLAAN SITU
KONSEP PENGELOLAAN SITUAnton Riyanto
 

More from Anton Riyanto (6)

Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
 
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANGRENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
 
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANGSTRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
 
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
 
penataan kampung kumuh
penataan kampung kumuhpenataan kampung kumuh
penataan kampung kumuh
 
KONSEP PENGELOLAAN SITU
KONSEP  PENGELOLAAN SITUKONSEP  PENGELOLAAN SITU
KONSEP PENGELOLAAN SITU
 

Recently uploaded

Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxKaista Glow
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 

Recently uploaded (20)

Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 

SANITASI OPTIMAL

  • 1. KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI I. Gambaran Umum Kota Tangerang Jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2011 adalah 1.854.159 jiwa.Dengan luas wilayah 16.567 ha (di luar luas Bandara Soekarno-Hatta), maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk112 jiwa/ha dengan jumlah rumah tangganya sebanyak 463.540 KK. Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah tangga miskin mencapai 59.619 KK. Dengan jumlah rumah tangga keseluruhan sebanyak 463.540 KK, maka tingkat kemiskinan penduduk sebesar 12,86%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional tahun 2011 berdasarkan data BPS bulan Maret 2011 yang mencapai 12,49%. II. Analisis Kondisi Sanitasi Kota Tangerang 2.1 Timbulan Air Limbah Domestik Volume timbulan air limbah domestik dihitung berdasarkan asumsi rata-rata timbulan air limbah domestik yaitu 100 liter/orang/hari dibagi dengan 1.000 untuk konversi menjadi m3/orang/hari. Sedangkan volume timbulan lumpur tinja dihitung berdasarkan asumsi bahwa pengendapan lumpur tinja = 2‰ (dua perseribu) dari volume timbulan air limbah domestik. Merujuk pada jumlah penduduk sebanyak 1.854.159 jiwa maka volume timbulan air limbah domestik Kota Tangerang pada tahun 2011 sebanyak 185.416 m3/hari dan timbulan lumpur tinja sebanyak 370,83 m3/hari. Volume Timbulan Air Limbah Domestik dan Timbulan Lumpur Tinja di Kota TangerangTahun 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Ciledug Larangan Karang Tengah Cipondoh Pinang Tangerang Karawaci Jatiuwung Cibodas Periuk Batuceper Neglasari Benda Jumlah 151.566 168.966 122.134 223.031 165.156 156.846 176.611 123.931 146.882 133.363 93.389 106.702 85.582 1.854.159 Timbulan Timbulan Air Limbah Lumpur Domestik Tinja (m3/hari) (m3/hari) 15.157 30,31 16.897 33,79 12.213 24,43 22.303 44,61 16.516 33,03 15.685 31,37 17.661 35,32 12.393 24,79 14.688 29,38 13.336 26,67 9.339 18,68 10.670 21,34 8.558 17,12 185.416 370,83 2.2 Tingkat Pelayanan Eksisting Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Tangerang meliputi sistem setempat (on-site system) dan sistem terpusat (off-site system). A. Sistem Setempat (On-Site System) 1.IPLT Saat ini terdapat 1 unit IPLT yaitu IPLT Bawang. Untuk menghitung tingkat pelayanan IPLT Bawang digunakan 2 (dua) asumsi. Asumsi pertama, tingkat pelayanan IPLT dihitung berdasarkan kapasitas pengolahan lumpur tinja maksimum dari IPLT terhadap volume timbulan lumpur tinja dari penduduk Kota Tangerang yang harus dilayani oleh IPLT Bawang pada tahun 2011 dikalikan 100%.Tingkat pelayanan IPLT Bawang dengan menggunakan 1
  • 2. asumsi ini disebut juga dengan tingkat pelayanan kasar. Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat pelayanan kasar IPLT Bawang pada tahun 2011 sebesar 19,42%,. Tingkat Pelayanan Kasar IPLT Bawang di Kota TangerangTahun 2011 No Keterangan 1. 2. Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk yang Tidak Memiliki Jamban 3. Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL 4. Jumlah Penduduk yang Harus Dilayani IPLT Volume Timbulan Air Limbah Domestik dari Penduduk yang Harus Dilayani IPLT Volume Timbulan Lumpur Tinja dari Penduduk yang Harus Dilayani IPLT Kapasitas Pengolahan Lumpur Tinja Maksimum dari IPLT Tingkat Pelayanan Kasar IPLT Berdasarkan Kapasitas Pengolahan Maksimum 5. 6. 7. 8. Satuan jiwa KK jiwa KK jiwa jiwa Tahun 2011 1.854.159 22.703 90.812 9.793 39.172 1.802.519 m3/hari 180.252 m3/hari 360,50 m3/hari 70,00 % 19,42 Sedangkan asumsi kedua, tingkat pelayanan IPLT Bawang dihitung berdasarkan volume lumpur tinja yang diolah per hari di IPLT Bawang terhadap volume timbulan lumpur tinja dari penduduk Kota Tangerang yang harus dilayani oleh IPLT Bawang pada tahun 2011 dikalikan 100%. Volume lumpur tinja yang diolah per hari di IPLT Bawang pada tahun 2011 dihitung berdasarkan jumlah pendapatan retribusi penyedotan kakus selama tahun 2011 dibagi besarnya tarif biaya penyedotan kakus Rp 40.000,00/m3 dan dibagi 365 hari. Tingkat pelayanan IPLT Bawang dengan menggunakan asumsi kedua ini disebut juga dengan tingkat pelayanan rill. Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat pelayanan riil IPLT Bawang pada tahun 2011 sebesar 6,67%, Tingkat Pelayanan Riil IPLT Bawang di Kota TangerangTahun 2011 No Keterangan 1. 2. Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk yang Tidak Memiliki Jamban 3. Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL 4. Jumlah Penduduk yang Harus Dilayani IPLT Volume Timbulan Air Limbah Domestik dari Penduduk yang Harus Dilayani IPLT Volume Timbulan Lumpur Tinja dari Penduduk yang Harus Dilayani IPLT Jumlah Retribusi Penyedotan Kakus Volume Lumpur Tinja yang Disedot dan Dibuang ke IPLT per tahun Volume Lumpur Tinja yang Dilayani IPLT per hari Tingkat Pelayanan Riil IPLT Berdasarkan Retribusi Penyedotan Kakus 5. 6. 7. 8. 9. 10. Satuan jiwa KK jiwa KK jiwa jiwa Tahun 2011 1.854.159 22.703 90.812 9.793 39.172 1.802.519 m3/hari 180.252 m3/hari 360,50 Rp m3/tahun m3/hari % 350.990.000 8.775 24,04 6,67 Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas, rata-rata volume lumpur tinja yang diolah di IPLT Bawang pada tahun 2011 sebesar 24,04 m3/hari, sedangkan kapasitas pengolahan lumpur tinja maksimum dari IPLT Bawang sebesar 70 m3/hari. Dengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan IPLT Bawang pada tahun 2011 baru mencapai 34,34%. 2TrukTinja Tingkat pelayanan truk tinja dihitung berdasarkan volume lumpur tinja yang disedot dan diangkut oleh truk tinja terhadap volume timbulan lumpur tinja dari penduduk Kota Tangerang yang harus dilayani oleh truk tinja pada tahun 2011 dikalikan 100%. Volume lumpur tinja yang disedot dan diangkut oleh truk tinja per hari pada tahun 2011 dihitung berdasarkan jumlah pendapatan retribusi penyedotan kakus selama tahun 2011 dibagi besarnya tarif biaya penyedotan kakus Rp 40.000,00/m3 dan dibagi 365 hari. Tingkat pelayanan truk tinja dengan menggunakan asumsi ini disebut juga dengan tingkat pelayanan rill dan pada tahun 2011 sebesar 6,67%, 2
  • 3. Tingkat Pelayanan Riil Truk Tinja Milik Pemerintah Kota TangerangTahun 2011 No Keterangan 1. 2. Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk yang Tidak Memiliki Jamban 3. Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL 4. Jumlah Penduduk yang Harus Dilayani Truk Tinja Volume Timbulan Air Limbah Domestik dari Penduduk yang Harus Dilayani Volume Timbulan Lumpur Tinja dari Penduduk yang Harus Dilayani oleh Truk Tinja Jumlah Retribusi Penyedotan Kakus Volume Lumpur Tinja yang Disedot dan Diangkut oleh Truk Tinja per tahun Volume Lumpur Tinja yang Disedot dan Diangkut oleh Truk Tinja per hari Tingkat Pelayanan Riil Truk Tinja Kapasitas 13 unit Truk Tinja @ 3 m3 untuk 1 ritasi per hari Kapasitas 13 unit Truk Tinja @ 3 m3 untuk 2 ritasi per hari Tingkat Efektivitas Pemanfaatan Truk Tinja dengan asumsi 1 ritasi per hari Tingkat Efektivitas Pemanfaatan Truk Tinja dengan asumsi 2 ritasi per hari 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Satuan jiwa KK jiwa KK jiwa jiwa Tahun 2011 1.854.159 22.703 90.812 9.793 39.172 1.802.519 m3/hari 180.252 m3/hari 360,50 Rp 350.990.000 m3/tahun 8.775 m3/hari 24,04 % m3/hari m3/hari 6,67 39,00 78,00 % 61,64 % 30,82 Berdasarkan perhitungan asumsi 13 unit truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT 1 ritasi per hari, maka volume lumpur tinja yang dapat disedot dan diangkut oleh 13 unit truk tinja adalah 39,00 m3. Dengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan truk tinja dengan asumsi masingmasing truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT 1 ritasi per hari baru mencapai 61,64%. Sedangkan jika diasumsikan bahwa 13 unit truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT 2 ritasi per hari, maka volume lumpur tinja yang dapat disedot dan diangkut oleh 13 unit truk tinja tersebut sebesar 78,00 m3. Dkengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan truk tinja dengan asumsi masing-masing truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT 2 ritasi per hari hanya mencapai 30,82%. 3.Jamban Tingkat aksesibilitas penduduk terhadap sarana sanitasi tingkat rumah tangga dihitung berdasarkan rasio jumlah rumah tangga yang memiliki jamban keluarga dengan tangki septik terhadap jumlah total rumah tangga dikalikan 100%. Jumlah penduduk Kota Tangerang pada tahun 2011 sebanyak 1.854.159 jiwa. Dengan asumsi bahwa 1 KK = 4 jiwa maka jumlah rumah tangga di Kota Tangerang adalah 463.540 KK. Sedangkan jumlah rumah tangga di Kota Tangerang pada tahun 2011 yang belum memiliki jamban keluarga sebanyak 22.703 KK, atau dengan kata lain jumlah rumah tangga di Kota Tangerang pada tahun 2011 yang memiliki jamban keluarga dengan tangki septik sebanyak 440.837 KK. Dengan demikian, tingkat aksesibilitas penduduk Kota Tangerang terhadap sarana sanitasi tingkat rumah tangga pada tahun 2011 mencapai 95,10%. Menurut data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) Tahun 2011 dari 463.540 KK yang ada di Kota Tangerang terdapat 22.703 KK (4,90%) yang belum memiliki jamban keluarga. Rumah tangga yang belum memiliki jamban keluarga ini merupakan rumah tangga miskin. B. Sistem Terpusat (Off-Site System) Tingkat pelayanan eksisting prasarana dan sarana air limbah domestik sistem terpusat (off-site system) adalah IPAL. Tingkat pelayanan IPAL dihitung berdasarkan rasio jumlah penduduk yang dilayani oleh IPAL terhadap jumlah penduduk total dikalikan 100%. Saat ini terdapat 2 unit IPAL yaitu IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci. Cakupan pelayanan IPAL Tanah Tinggi adalah 2.750 sambungan rumah (2.750 KK). Sedangkan cakupan pelayanan IPAL Perumnas 1 Karawaci adalah 7.043 sambungan rumah (7.043 KK). Dengan menggunakan asumsi bahwa 1 KK = 4 jiwa, maka 3
  • 4. jumlah penduduk yang dilayani oleh IPAL Tanah Tinggi sebanyak 11.000 jiwa dan jumlah penduduk yang dilayani oleh IPAL Perumnas 1 Karawaci sebanyak 28.172 jiwa. Total penduduk yang dilayani oleh kedua IPAL tersebut adalah 39.172 jiwa. Dengan jumlah penduduk total pada tahun 2011 sebanyak 1.854.159 jiwa, maka tingkat pelayanan IPAL di Kota Tangerang baru mencapai 2,11%. Tingkat Pelayanan IPAL di Kota TangerangTahun 2011 No. Keterangan 1. 2. Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL Tanah Tinggi 3. Jumlah Penduduk yang Dilayani IPAL Perumnas 1 Karawaci 4. 5. Satuan Jumlah Penduduk Total yang Dilayani IPAL Tingkat Pelayanan IPAL jiwa KK jiwa KK jiwa jiwa % Tahun 2011 1.854.159 2.750 11.000 7.043 28.172 39.172 2,11 III. Analisis Tipologi Area Berisiko Sanitasi 3.1. Penentuan Kriteria Tipologi Area Berisiko Sanitasi Kriteria yang digunakan merupakan modifikasi dari kriteria risiko kesehatan lingkungan dalam buku Manual Pengembangan Strategi Sanitasi (2010) yang disesuaikan dengan ketersediaan data dan kondisi, yaitu:  Kepadatan Penduduk  Jumlah Rumah Tangga Miskin  Jumlah Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Akses terhadap Air Bersih  Jumlah Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Jamban 3.2. Penilaian Kriteria Tipologi Area Berisiko Sanitasi Penentuan tipologi area berisiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan sistem scoring terhadap setiap kriteria risiko kesehatan lingkungan. Penilaian (scoring) dilakukan dengan metode interval yang dibagi dalam 4 (empat) strata dengan nilai 1 hingga 4. Semakin tinggi nilai (score) menunjukkan risiko yang semakin tinggi pula. No 1. 2. 3. 4. Sistem Penilaian Kriteria Tipologi Area Berisiko Sanitasi Kota Tangerang Skala Penilaian Kriteria Keterangan 1 2 3 4 Kepadatan 13 – 140 141 – 268 269 – 395 396 – 524 Nilai max= 524 Penduduk(jiwa/ha) Nilai min= 13 Interval= 128 Jumlah Rumah Tangga 84 – 498 499 – 914 915 – 1.329 1.330 – 1.745 Nilai max= 1.745 Miskin(KK) Nilai min= 84 Interval= 415 Jumlah Rumah Tangga yang 0 – 39 40 – 78 79 – 118 119 – 158 Nilai max= 158 Tidak Memiliki Akses Nilai min= 0 terhadap Air Bersih Interval= 40 (KK) Jumlah Rumah Tangga yang 12 – 194 195 – 377 378 – 560 561 – 744 Nilai max= 744 Tidak Memiliki Jamban(KK) Nilai min= 12 Interval= 183 4
  • 5. Hasil Penilaian Kriteria No Kecamatan 1. Ciledug 2. Larangan 3. Karang Tengah 4. Cipondoh 5. Pinang 6. Tangerang Kelurahan Tajur Parung Serab Paninggilan Paninggilan Utara Sudimara Selatan Sudimara Barat Sudimara Jaya Sudimara Timur Larangan Selatan Gaga Cipadu Jaya Kereo Selatan Cipadu Kereo Larangan Indah Larangan Utara Pedurenan Pondok Pucung Karang Tengah Karang Timur Karang Mulya Parung Jaya Pondok Bahar Poris Plawad Indah Cipondoh Kenanga Gondrong Petir Ketapang Cipondoh Indah Cipondoh Makmur Poris Plawad Utara Poris Plawad Panunggangan Utara Panunggangan Panunggangan Timur Kunciran Kunciran Indah Sudimara Pinang Pinang Neroktog Kunciran Jaya Pakojan Cipete Cikokol Kelapa Indah Babakan Sukasari Buaran Indah Tanah Tinggi Sukaasih Sukarasa Kepadatan Penduduk (jiwa/ha) 127 164 191 172 151 207 295 129 218 211 177 159 160 171 156 195 265 110 138 168 90 49 83 115 109 87 109 142 99 223 212 96 74 117 80 13 114 175 126 136 101 20 41 58 72 64 106 117 167 204 98 60 Jumlah Rumah Tangga Miskin (KK) 395 387 613 685 533 467 583 329 536 283 269 532 431 345 309 333 463 351 766 416 429 475 362 222 448 563 532 322 442 194 246 541 490 799 466 257 370 813 449 326 715 478 409 411 1.113 152 559 427 1.062 1.058 84 176 Jumlah Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Akses Air Bersih(KK) 0 0 4 0 1 0 1 4 1 2 0 4 5 3 1 2 1 2 2 0 0 1 9 0 4 0 3 0 2 1 27 28 1 7 1 0 10 3 7 1 4 3 5 2 7 1 2 18 1 6 0 2 Jumlah tipologi Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Jambann (KK) 69 SR 27 SR 99 R 134 R 102 R 111 SR 117 R 78 SR 44 R 29 SR 12 SR 19 R 20 SR 36 SR 64 SR 40 SR 103 SR 60 SR 161 SR 22 SR 144 SR 131 SR 32 SR 110 SR 202 SR 122 SR 169 SR 99 SR 84 SR 56 SR 16 SR 113 SR 177 SR 204 R 127 SR 127 SR 79 SR 143 R 80 SR 57 SR 197 R 336 SR 198 SR 320 SR 338 R 34 SR 173 SR 187 SR 304 R 308 R 50 SR 95 SR 5
  • 6. No Kecamatan 7. Karawaci 8. Jatiuwung 9. Cibodas 10. Periuk 11. Batuceper 12. Neglasari 13. Benda Kelurahan Karawaci Baru Nusajaya Bojongjaya Karawaci Cimone Jaya Cimone Bugel Margasari Pabuaran Sukajadi Gerendeng Koangjaya Pasarbaru Sumur Pancing Pabuaran Tumpeng Nambojaya Manis Jaya Jatake Gandasari Kroncong Alam Jaya Pasir Jaya Panunggangan Barat Cibodasari Cibodas Baru Cibodas Uwung Jaya Jatiuwung Gembor Gebang Raya Sangiang Jaya Periuk Periuk Jaya Porisgaga Baru Porisjaya Porisgaga Kebon Besar Batuceper Batujaya Batusari Karang Anyar Karang Sari Neglasari Mekarsari Kedaung Baru Kedaung Wetan Selapajang Jaya Belendung Jurumudi Baru Jurumudi Pajang Benda Kepadatan Penduduk (jiwa/ha) 230 123 56 43 167 150 169 149 141 127 154 524 81 145 209 126 115 118 92 101 156 38 75 299 213 191 147 151 98 226 265 142 77 111 106 161 101 96 84 119 40 129 69 55 52 77 60 78 102 88 174 47 Jumlah Rumah Tangga Miskin (KK) 224 427 414 596 554 617 398 385 325 322 442 559 193 191 312 187 727 628 856 405 437 649 851 422 198 1.175 582 491 703 965 1.036 998 1.139 243 147 673 692 609 277 631 964 1.664 1.555 704 770 1.745 1.418 923 1.062 1.090 504 1.124 Jumlah Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Akses Air Bersih(KK) 1 1 2 9 1 1 1 3 4 8 3 12 0 1 2 1 3 3 21 1 4 0 0 1 0 3 4 12 0 2 2 0 11 0 0 1 3 5 3 0 4 48 18 9 80 39 158 5 4 1 0 2 Jumlah tipologi Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Jambann (KK) 102 SR 209 SR 239 SR 332 R 309 R 272 R 145 SR 148 SR 137 SR 135 SR 262 R 227 R 80 SR 82 SR 208 R 75 SR 459 R 459 R 423 R 253 SR 237 R 427 R 252 R 98 R 29 SR 552 R 229 R 312 R 278 R 391 R 503 R 428 R 507 R 167 SR 41 SR 458 R 445 R 257 R 128 SR 230 R 519 R 643 T 667 T 209 R 412 R 677 T 744 T 453 R 690 R 262 R 211 R 532 R 6
  • 7. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kriteria risiko kesehatan lingkungan, sebagian besar kelurahan di Kota Tangerang dikategorikan ke dalam tipologi area berisiko sangat rendah yaitu 55 kelurahan (52,88%) dan tipologi area berisiko rendah yaitu 45 kelurahan (43,27%). Sedangkan kelurahan yang termasuk ke dalam tipologi area berisiko tinggi hanya sebanyak 4 kelurahan (3,85%) dan tidak ada satu kelurahan pun yang termasuk dalam tipologi area berisiko sangat tinggi. IV. Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Sanitasi 4.1. Pemilihan Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Kriteria yang digunakan merupakan modifikasi dari berbagai konsep pendekatan kriteria penentuan sistem dan teknologi menurut Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2010) dan Bimbingan Teknis Keteknikan Bidang PLP (Direktorat Pengembangan PLP, Ditjen Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum, 2011). Kriteria yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut: Kepadatan Penduduk Yaitu tingkat kepadatan penduduk pada akhir tahun perencanaan yang diklasifikasikan menjadi: kepadatan sangat tinggi >500 jiwa/ha, kepadatan tinggi 300-500 jiwa/ha, kepadatan sedang 150-300 jiwa/ha, dan kepadatan rendah <150 jiwa/ha. Wilayah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi >500 jiwa/ha akan memerlukan sistem dan teknologi pengolahan air limbah domestik yang berbeda dengan wilayah dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah. Arahan Penggunaan Lahan Yaitu arahan pemanfaatan lahan menurut rencana tata ruang yang berlaku, dimana pemanfaatan ruang untuk Central Business District (CBD) atau industri akan memerlukan sistem dan teknologi yang berbeda dengan penggunaan lahan lainnya. Tipologi Area Berisiko Sanitasi Yaitu tingkat risiko kesehatan lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan air limbah domestik yang diklasifikasikan menjadi: area berisiko sangat tinggi, area berisiko tinggi, area berisiko rendah, dan area berisiko sangat rendah. Area yang berisiko sangat tinggi dan tinggi akan memerlukan sistem dan teknologi pengolahan air limbah domestik yang berbeda dengan area yang berisiko rendah ataupun sangat rendah. Permeabilitas Tanah Yaitu kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara. Permeabilitas tanah biasanya diukur dengan istilah kecepatan air yang mengalir dalam waktu tertentu yang ditetapkan dalam satuan cm/jam. Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi penentuan teknologi penanganan air limbah domestik khususnya untuk penerapan sistem setempat (cubluk maupun tangki septik dengan bidang resapan). Permeabilitas tanah ini diklasifikasikan menjadi: sangat lambat <0,1 cm/jam, lambat 0,1-0,5 cm/jam, agak lambat 0,5-2,0 cm/jam, sedang 2,0-6,5 cm/jam, agak cepat 6,5-12,5 cm/jam, cepat 12,5-25 cm/jam, dan sangat cepat >25 cm/jam. Wilayah dengan permeabilitas tanah >0,5 cm/jam akan memerlukan sistem dan teknologi pengolahan air limbah domestik yang berbeda dengan wilayah yang permeabilitas tanahnya <0,5 cm/jam. Tinggi Muka Airtanah Yaitu kedalaman airtanah yang diukur dari permukaan tanah setempat. Jika tinggi muka airtanah >1,5 m bmt, maka kemungkinan akan terjadi pencemaran airtanah pada penggunaan sistem setempat (on-site system) sangat kecil sehingga pemilihan teknologi cubluk pun cukup memadai tanpa menyebabkan pencemaran airtanah. Ketersediaan Lahan Yaitu ketersediaan lahan khususnya untuk penerapan sistem terpusat (pembangunan IPAL) yang dilihat dari luas lahan wilayah. Kemiringan Tanah Yaitu kondisi kemiringan tanah suatu wilayah yang diukur dengan satuan persen (%). Kemiringan tanah sangat mempengaruhi penentuan teknologi penanganan air limbah domestik khususnya untuk penerapan sistem terpusat (off-site system). Penggunaan teknologi sewerage konvensional akan sangat mahal jika kemiringan tanah <2% karena akan memerlukan banyak pompa dalam pengalirannya, sedangkan untuk penggunaan teknologi shallow sewerage sangat baik digunakan pada daerah yang mempunyai kemiringan 7
  • 8. tanah <2% karena teknologi ini mempunyai beban yang relatif kecil sehingga air dapat berjalan dengan lancar. Kemampuan Pembiayaan Yaitu kemampuan pembiayaan untuk membangun sistem dan teknologi pengolahan air limbah domestik yang dipilih, baik dari sisi pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Berdasarkan hasil analisis, opsi sistem pengelolaan air limbah domestik yang direkomendasikan untuk kelurahan-kelurahan di Kota Tangerang adalah sistem setempat (on-site system) dengan opsi teknologi tangki septik pribadi atau tangki septik bersama (komunal) yang lebih dikenal dengan nama MCK (Mandi, Cuci, Kakus) umum. Pemilihan opsi teknologi dilakukan berdasarkan kemampuan pembiayaan untuk membangun prasarana dan sarana air limbah domestik tersebut. Hal ini akan dianalisis lebih lanjut pada bagian kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik. Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara berkala, umumnya3-5 tahun sekali. Endapan tinja yang terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi pengolahan yang dirancang untuk tujuan ini, yaitu Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Kebutuhan IPLT dan truk tinja untuk mengangkut endapan tinja dari tangki septik ke IPLT akan dianalisis lebih lanjut pada bagian kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik. 8
  • 9. Skema Proses Pemilihan Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Kota Tangerang Mulai Kepadatan Penduduk Kepadatan >500 jiwa/ha tidak Kepadatan >300 jiwa/ha tidak ya ya Arahan Penggunaan Lahan CBD atau Industri ya tidak Tipologi Area Berisiko Sanitasi Area Berisiko Sangat Tinggi ya tidak Are Berisiko Tinggi tidak ya Permeabilitas Tanah Permeabilitas >0,5 cm/jam tidak ya Tinggi Muka Airtanah Airtanah >1,5 m tidak ya Ketersediaan Lahan Ketersediaan Lahan tidak ya Kemiringan Tanah Kemiringan >2% tidak ya Kemampuan Pembiayaan Sewerage Konvensional tidak Intercept Sewerage tidak Shallow Sewerage ya Opsi Sistem & Teknologi ya ya Sewerage Konvensional Intercept Sewerage Shallow Sewerage Tangki Septik Pribadi tidak Sistem Terpusat (Off-Site System) tidak ya Small Bored Sewerage Tangki Septik Pribadi Tangki Septik Bersama Sistem Setempat (On-Site System) 9
  • 10. Opsi Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Kota Tangerang Menurut Kecamatan dan Kelurahan No Kecamatan 1. Ciledug 2. Larangan 3. Karang Tengah 4. Cipondoh 5. Pinang 6. Tangerang Kelurahan Tajur Parung Serab Paninggilan Paninggilan Utara Sudimara Selatan Sudimara Barat Sudimara Jaya Sudimara Timur Larangan Selatan Gaga Cipadu Jaya Kereo Selatan Cipadu Kereo Larangan Indah Larangan Utara Pedurenan Pondok Pucung Karang Tengah Karang Timur Karang Mulya Parung Jaya Pondok Bahar Poris Plawad Indah Cipondoh Kenanga Gondrong Petir Ketapang Cipondoh Indah Cipondoh Makmur Poris Plawad Utara Poris Plawad Panunggangan Utara Panunggangan Panunggangan Timur Kunciran Kunciran Indah Sudimara Pinang Pinang Neroktog Kunciran Jaya Pakojan Cipete Cikokol Kelapa Indah Babakan Sukasari Buaran Indah Tanah Tinggi Sukaasih Kepadatan Penduduk 2017 (jiwa/ha) 152 196 229 207 181 248 354 155 262 254 212 190 192 205 188 234 318 133 166 202 108 59 99 138 130 104 131 171 119 267 254 115 89 140 95 16 137 210 151 164 121 24 49 69 86 77 127 141 200 245 118 Arahan Penggunaan Lahan Dominan Menurut RTRW 2011-2030 Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman CBD Permukiman Permukiman CBD CBD Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Industri, Permukiman Industri Permukiman CBD, Industri CBD Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Pariwisata, RTH Permukiman Permukiman CBD, Industri, Permukiman Permukiman CBD CBD CBD, Permukiman CBD, Permukiman CBD Tipologi Area Berisiko Sanitasi SR SR R R R SR R SR R SR SR R SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR R SR SR SR R SR SR R SR SR SR R SR SR SR R R SR Permeabilitas Tanah (cm/jam) 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 Tinggi Muka Airtanah (m bmt) 15 15 15 15 15 15 15 15 17 17 17 17 17 17 17 17 10 10 10 10 10 10 10 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 14 14 14 14 14 14 14 Luas (ha) 134 118 108 118 110 97 79 112 95 119 109 130 136 119 106 126 73 119 227 110 227 135 155 208 226 157 187 190 180 133 148 204 205 180 140 300 135 183 139 150 166 376 168 217 417 180 185 187 160 180 48 Kemiringan Tanah (%) 2-5% 2-5% 2-5% 2-5% 2-5% 0-2% 0-2% 0-2% 2-5% 2-5% 2-5% 2-5% 2-5% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 2-5% 2-5% 2-5% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 2-5% 2-5% 2-5% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 2-5% 2-5% Opsi Sistem Opsi Teknologi Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama 10
  • 11. No Kecamatan Kelurahan Sukarasa Karawaci Baru Nusajaya Bojongjaya Karawaci Cimone Jaya Cimone Bugel Margasari Pabuaran Sukajadi Gerendeng Koangjaya Pasarbaru Sumur Pancing Pabuaran Tumpeng Nambojaya 8. Jatiuwung Manis Jaya Jatake Gandasari Kroncong Alam Jaya Pasir Jaya 9. Cibodas Panunggangan Barat Cibodasari Cibodas Baru Cibodas Uwung Jaya Jatiuwung 10. Periuk Gembor Gebang Raya Sangiang Jaya Periuk Periuk Jaya 11. Batuceper Porisgaga Baru Porisjaya Porisgaga Kebon Besar Batuceper Batujaya Batusari 12. Neglasari Karang Anyar Karang Sari Neglasari Mekarsari Kedaung Baru Kedaung Wetan Selapajang Jaya 13. Benda Belendung Jurumudi Baru Jurumudi Pajang Benda Sumber: Hasil Analisis, 2012. 7. Karawaci Kepadatan Penduduk 2017 (jiwa/ha) 72 276 147 67 51 200 181 202 179 169 153 185 629 97 174 251 151 138 141 110 121 188 46 90 359 256 229 176 181 117 271 318 170 92 134 127 194 121 115 101 143 48 155 83 67 62 92 72 93 122 106 208 57 Arahan Penggunaan Lahan Dominan Menurut RTRW 2011-2030 CBD Permukiman Permukiman Industri Industri Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Industri, Permukiman Permukiman Industri Industri, Permukiman Permukiman Industri, Permukiman Industri Industri Industri Industri Industri Industri CBD, Permukiman Permukiman Permukiman Industri, Permukiman Industri Industri Industri, Permukiman Permukiman Permukiman Industri, Permukiman Industri Industri Permukiman Industri, Permukiman Industri, Permukiman Industri, Permukiman Industri, Permukiman Industri, Permukiman Permukiman Permukiman, Penunjang Bandara Permukiman, Penunjang Bandara Penunjang Bandara, RTH Penunjang Bandara, RTH Industri, Permukiman Penunjang Bandara, RTH Permukiman, Penunjang Bandara Industri, Permukiman Industri, Permukiman Penunjang Bandara CBD Tipologi Area Berisiko Sanitasi SR SR SR SR R R R SR SR SR SR R R SR SR R SR R R R SR R R R R SR R R R R R R R R SR SR R R R SR R R T T R R T T R R R R R Permeabilitas Tanah (cm/jam) 0,5-2,0 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 6,5-12,5 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 0,5-2,0 Tinggi Muka Airtanah (m bmt) 14 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 32 32 32 32 32 32 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 14 14 14 14 14 14 14 11 11 11 11 11 11 11 9 9 9 9 9 Luas (ha) 96 58 117 156 166 89 123 82 108 81 57 64 16 60 42 69 60 161 150 290 194 142 503 314 97 88 153 202 110 303 160 102 162 228 100 102 117 118 138 142 131 329 190 257 182 154 209 288 262 205 232 40 357 Kemiringan Tanah (%) 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 2-5% 0-2% 2-5% 2-5% 0-2% 0-2% 2-5% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 2-5% 0-2% 2-5% 2-5% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 2-5% 2-5% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% 0-2% Opsi Sistem Opsi Teknologi Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Setempat Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama Tangki Septik Pribadi/Bersama 11
  • 12. 4.2. Kebutuhan Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik Berdasarkan hasil analisis pemilihan sistem dan teknologi pengelolaan air limbah domestik, sistem pengelolaan yang direkomendasikan untuk diterapkan di Kota Tangerang adalah sistem setempat (on-site system), sehingga analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestiknya pun khusus untuk penerapan sistem setempat tersebut. Sedangkan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat (off-site system) diarahkan pada optimalisasi prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat yang sudah ada. 4.2.1 Pengembangan Sistem Setempat (On-Site System) Kebutuhan prasarana dan sarana air limbah domestik sistem setempat (on-site system) yang dianalisis meliputi: kebutuhan pengembangan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), kebutuhan truk tinja pengangkut lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT, serta kebutuhan jamban keluarga dan MCK umum sebagai sarana sanitasi tingkat rumah tangga. Pengembangan IPLT Perhitungan kebutuhan pengembangan IPLT dilakukan berdasarkan proyeksi timbulan lumpur tinja yang akan dilayani dengan menggunakan beberapa asumsi dan target layanan.Beberapa kaidah teknis yang dijadikan acuan dan asumsi yang digunakan dalam analisis kebutuhan pengembangan IPLT di Kota Tangerang dapat diuraikan sebagai berikut: a) Tingkat pelayanan yang hendak dicapai pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2017 adalah 80%, artinya minimum 80% dari total penduduk Kota Tangerang pada tahun 2017 dapat dilayani oleh IPLT. Halini sesuai dengan arahan dalam RTRW 2011-2030. Sebagai perbandingan, target tingkat pelayanan berdasarkan MDGs adalah 76,82% pada tahun 2015, sedangkan menurut SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010) adalah 60% pada tahun 2014. b) Proyeksi volume timbulan air limbah domestik dilakukan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk. Volume timbulan air limbah domestik dihitung berdasarkan asumsi rata-rata timbulan air limbah domestik di Kota Tangerang = 100 liter/orang/hari dibagi dengan 1.000 untuk konversi menjadi m3/orang/hari. Sedangkan volume timbulan lumpur tinja dihitung berdasarkan asumsi bahwa pengendapan lumpur tinja = 2‰ (dua perseribu) dari volume timbulan air limbah domestik. c) Berdasarkan pertimbangan terbatasnya ketersediaan lahan di Kota Tangerang dan efisiensi dalam pembiayaan, maka pengembangan IPLT diarahkan pada peningkatan kapasitas IPLT yang sudah ada. Dengan menggunakan beberapa asumsi di atas, maka dapat dihitung jumlah penduduk dan timbulan lumpur tinja yang akan dilayani, serta kebutuhan peningkatan kapasitas pengolahan IPLT untuk pengembangan IPLT tersebut.. Kebutuhan Pengembangan IPLT di Kota Tangerang Tahun 2013-2017 Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 1. Jumlah Penduduk jiwa 1.970.517 2.031.406 2.094.176 2.158.886 2.225.596 2. Tingkat Pelayanan % 40% 50% 60% 70% 80% 3. Jumlah Penduduk yang Dilayani jiwa 788.207 1.015.703 1.256.506 1.511.220 1.780.477 4. Volume Timbulan Air Limbah m3/hari 78.821 101.570 125.651 151.122 178.048 Domestik 5. Volume Timbulan Lumpur Tinja m3/hari 158 203 251 302 356 6. Kapasitas Minimum IPLT m3/hari 158 203 251 302 356 (= Volume Timbulan Lumpur Tinja yang Harus Diolah) Saat ini terdapat 1 unit IPLT di Kota Tangerang yang terletak di Kecamatan Karawaci dengan kapasitas pengolahan maksimum 70 m3/hari dan luas area IPLT ±1 ha. Berdasarkan perhitungan kebutuhan pengembangan di atas, maka perlu dilakukan peningkatan kapasitas pengolahan dari IPLT Bawang pada tahun 2017 agar dapat melayani 80% dari total penduduk Kota Tangerang menjadi 356 m 3/hari. Peningkatan kapasitas pengolahan ini berdampak pada perlunya perluasan area IPLT Bawang. Untuk menghitung kebutuhan luas lahan untuk pengembangan IPLT Bawang diperlukan kajian lebih lanjut dan tidak dilakukan dalam studi ini. Dengan demikian, dalam pengembangan IPLT Bawang ini perlu diawali dengan penyusunan studi kelayakan (feasibility study) dan penyusunan DED (Detailed Engineering Design). No Keterangan Satuan 12
  • 13. 2. Truk Tinja Perhitungan kebutuhan truk tinja di Kota Tangerang dilakukan berdasarkan proyeksi timbulan lumpur tinja yang akan dilayani dengan menggunakan beberapa asumsi dan target layanan sebagai berikut: Tingkat pelayanan yang hendak dicapai pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2017 adalah 80%, artinya minimum 80% dari total penduduk Kota Tangerang pada tahun 2017 dapat dilayani oleh truk tinja. Hal ini sesuai dengan arahan dalam RTRW 2011-2030. Sebagai perbandingan, target tingkat pelayanan berdasarkan MDGs adalah 76,82% pada tahun 2015, sedangkan menurut SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010) adalah 60% pada tahun 2014. Berdasarkan SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001) 1 unit truk tinja dengan kapasitas 4 m3 diasumsikan digunakan untuk pelayanan maksimal 120.000 jiwa penduduk. Nilai tersebut ekivalen dengan 1 unit truk tinja dengan kapasitas 3 m 3 diasumsikan digunakan untuk pelayanan maksimal 90.000 jiwa penduduk Dengan menggunakan asumsi di atas, maka dapat dihitung jumlah penduduk yang akan dilayani dan kebutuhan truk tinja.. Kebutuhan Truk Tinja di Kota TangerangTahun 2013-2017 Tahun No Keterangan Satuan 2013 2014 2015 2016 2017 1. Jumlah Penduduk jiwa 1.970.517 2.031.406 2.094.176 2.158.886 2.225.596 2. Tingkat Pelayanan % 40% 50% 60% 70% 80% 3. Jumlah Penduduk yang Dilayani jiwa 788.207 1.015.703 1.256.506 1.511.220 1.780.477 4. Kebutuhan Truk Tinja dengan unit 7 8 10 13 15 Kapasitas 4 m3 5. Kebutuhan Truk Tinja dengan unit 9 11 14 17 20 Kapasitas 3 m3 Saat ini Pemerintah Kota Tangerang sudah memiliki 13 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 3 m3. Berdasarkan perhitungan kebutuhan truk tinja di atas, untuk dapat melayani 80% dari total penduduk Kota Tangerang pada tahun 2017 diperlukan 15 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 4 m3 atau setara dengan 20 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 3 m3. Dengan demikian, pada tahun 2017 diperlukan penambahan 7 unit truk tinja dengan kapasitas masing-masing 3 m3. Sejalan dengan pemisahan fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah domestik dimana Pemerintah lebih berkonsentrasi pada fungsi regulator, maka dalam pengadaan serta operasional dan pemeliharaan truk tinja yang merupakan fungsi operator sudah saatnya melibatkan swasta. Dalam hal ini swasta dapat berinvestasi secara langsung atau melalui kemitraan pemerintah-swasta (KPS). Dengan demikian, langkah Pemerintah Kota Tangerang dalam memenuhi kebutuhan truk tinja di Kota Tangerang bukan lagi berupa pengadaan, operasional dan pemeliharaan truk tinja melainkan membangun kemitraan dengan swasta. 1. Jamban Keluarga dan MCK Umum Jamban keluarga yang dimaksud adalah jamban yang dilengkapi tangki septik.Jamban keluarga ini merupakan sarana sanitasi yang digunakan oleh satu rumah tangga.Sedangkan MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus) umum adalah sarana sanitasi yang digunakan bersama oleh beberapa rumah tangga.Pengembangan jamban keluarga dan MCK umum ini diperuntukkan bagi rumah tangga miskin karena rumah tangga miskin diasumsikan memiliki keterbatasan pembiayaan untuk membangun sarana sanitasi sendiri. Perhitungan kebutuhan jamban keluarga dan MCK umum di Kota Tangerang dilakukan berdasarkan jumlah rumah tangga miskin yang tidak memiliki jamban dengan menggunakan beberapa asumsi berdasarkan SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan dan SNI 03-2399-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. Beberapa asumsi yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut: a) Satu unit MCK Umum dapat digunakan untuk melayani 20 – 200 KK dan jarak maksimum antara lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani adalah 100 m. b) Berdasarkan ketentuan di atas dapat diasumsikan bahwa apabila dalam 1 (satu) rukun tetangga (RT) terdapat 20 – 200 KK yang tidak memiliki jamban maka perlu dibangun 1 unit MCK umum. 13
  • 14. c) Sedangkan apabila dalam 1 (satu) rukun tetangga (RT) jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban <20 KK, maka perlu dibangun jamban keluarga untuk masing-masing rumah tangga yang tidak memiliki jamban tersebut. d) Jumlah rumah tangga miskin di Kota Tangerang diasumsikan tidak bertambah hingga akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2017. Dengan menggunakan asumsi di atas, maka dapat dihitung kebutuhan jamban keluarga dan MCK umum. Hasil perhitungan kebutuhan jamban keluarga di Kota Tangerang hingga tahun 2017 sebanyak 12.291 unit jamban, sedangkan kebutuhan MCK umum sebanyak 340 unit. No 1. 2 3 4 5 6 7 8i 9 10 11 12 13 Kecamatan Ciledug Larangan Karang tengah Cipondoh Pinang Tangerang Karawaci Jatiuwung cibodas Periuk Batuceper Neglasari Benda TOTAL Kebutuhan Jamban Keluarga (unit) 679 264 545 1.005 1.211 1.209 1.828 1134 797 674 892 1.147 906 12.291 Kebutuhan MCK Umum (unit) 2 4 5 24 11 38 39 23 46 28 79 41 340 4.2.2 Sistem Terpusat (Off-Site System) Saat ini Kota Tangerang sudah mempunyai sistem perpipaan air limbah domestik (off-site system), yaitu IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci. Walaupun dari hasil pemilihan sistem pengelolaan air limbah domestik yang direkomendasikan untuk kondisi Kota Tangerang adalah sistem sanitasi setempat (on-site system), akan tetapi tidak berarti bahwa sistem terpusat (off-site system) yang ada kemudian harus ditutup. Sistem terpusat (off-site system) ini sebaiknya dipertahankan dan dikembangkan jika memungkinkan karena pesatnya perkembangan Kota Tangerang, terutama di Kecamatan Karawaci, Kecamatan Tangerang, dan Kecamatan Cibodas yang merupakan pusat perkembangan kota. Sistem terpusat (off-site system) yang ada saat ini merupakan sistem perpipaan yang sudah lama ada sehingga informasi atau data jaringan perpipaan sudah tidak diketahui lagi oleh instansi terkait. Untuk itu, pengembangan yang sebaiknya dilakukan untuk sistem terpusat (off-site system) ini adalah melakukan pemetaan ulang sistem perpipaan, pengecekan kondisi perpipaan, identifikasi ulang daerah pelayanan, dan perhitungan ulang beban pengaliran eksisting untuk melihat kemungkinan pengembangan daerah pelayanan. 14
  • 15. V. Strategi dan Program Pengembangan 5.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi, maka dapat diidentifikasi permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang. Permasalahan tersebut mencakup berbagai aspek, baik aspek teknis, aspek pembiayaan, aspek kelembagaan, aspek peraturan, maupun aspek peran serta masyarakat. A. Permasalahan Aspek Teknis Volume timbulan air limbah domestik dan timbulan lumpur tinja semakin meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan penduduknya. Hal ini berdampak pada peningkatan kebutuhan prasarana dan sarana air limbah domestik. Masih terdapat kelurahan yang termasuk ke dalam tipologi are berisiko sanitasi tinggi atau mempunyai tingkat risiko kesehatan lingkungan yang tinggi yaitu sebanyak 4 kelurahan atau 3,85% dari jumlah total kelurahan di Kota Tangerang. Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 22.703 KK atau 4,90% dari jumlah total rumah tangga di Kota Tangerang. Berdasarkan nilai pendapatan retribusi penyedotan kakus, IPLT yang ada di Kota Tangerang yaitu IPLT Bawang saat ini mengolah lumpur tinja sebanyak 24,04 m3/hari padahal volume timbulan lumpur tinja yang harus dilayani oleh IPLT Bawang sebanyak 360,50 m3/hari, artinya tingkat pelayanan IPLT Bawang berdasarkan volume lumpur tinja yang diolah adalah 6,67%. Sedangkan berdasarkan kapasitasnya IPLT Bawang dapat mengolah lumpur tinja sebanyak 70 m 3/hari. Dengan demikian, tingkat efektivitas pemanfaatan IPLT Bawang ini baru mencapai 34,34%. Berdasarkan nilai pendapatan retribusi penyedotan kakus, truk tinja yang dimiliki Pemerintah Kota Tangerang sebanyak 13 unit dengan kapasitas masing-masing 3 m3 saat ini menyedot dan mengangkut lumpur tinja sebanyak 24,04 m3/hari padahal volume timbulan lumpur tinja yang harus dilayani oleh truk tinja tersebut sebanyak 360,50 m 3/hari, artinya tingkat pelayanan truk tinja berdasarkan volume lumpur tinja yang disedot dan diangkut adalah 6,67%. Sedangkan jika diasumsikan masing-masing truk tinja melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari tangki septik ke IPLT 2 ritasi per hari maka volume lumpur tinja yang dapat disedot dan diangkut oleh 13 unit truk tinja tersebut sebesar 78,00 m3. Artinya tingkat efektivitas pemanfaatan truk tinja yang dimiliki Pemerintah Kota Tangerang dengan asumsi tersebut hanya 30,82%. Prasarana dan sarana air limbah domestik sistem terpusat (off-site system) yang ada saat ini yaitu IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci merupakan sistem perpipaan yang sudah lama ada sehingga informasi atau data jaringan perpipaan sudah tidak diketahui lagi oleh instansi terkait. Analisis kinerja jaringan perpipaan dan sistem pengolahan sulit dilakukan karena tidak adanya data jaringan perpipaan sehingga sulit diketahui kapasitas optimal sistem perpipaan dan sulitnya mengetahui kapasitas pengolahan eksisting yang saat ini ada. Untuk itu, pengembangan yang sebaiknya dilakukan untuk sistem terpusat (off-site system) ini adalah melakukan pemetaan ulang sistem perpipaan, pengecekan kondisi perpipaan, identifikasi ulang daerah pelayanan, dan perhitungan ulang beban pengaliran eksisting untuk melihat kemungkinan pengembangan daerah pelayanan. Selain itu, juga dapat diketahui beban nyata bagi IPAL eksisting berdasarkan sistem perpipaan dan beban pengaliran yang ada, sehingga dapat dilakukan evaluasi kinerja dan kemungkinan pengembangan IPAL tersebut. B. Permasalahan Aspek Pembiayaan Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang ditinjau dari aspek pembiayaan antara lain sebagai berikut: Belum adanya arah pengembangan yang jelas dalam pembangunan sanitasi menyebabkan besar anggaran yang diperlukan menjadi sulit terukur. Hal ini yang membuat kecilnya proporsi anggaran belanja sektor sanitasi khususnya air limbah domestik di Kota Tangerang dimana saat ini hanya sebesar 5,02% terhadap anggaran belanja total Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang. Pendapatan daerah Kota Tangerang yang terkait langsung dengan sektor sanitasi khususnya air limbah domestik yaitu pendapatan yang berasal dari retribusi penyedotan kakus masih relatif kecil untuk dapat membiayai pembangunan, operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah domestik di Kota Tangerang. Proporsi pendapatan dari retribusi penyedotan kakus 1
  • 16. terhadap anggaran belanja sektor sanitasi khususnya air limbah domestik saat ini hanya sebesar 4,64%. Sebagai konsekuensinya Pemerintah Kota Tangerang harus terus memberikan subsidi untuk biaya pembangunan, operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah domestik. C. Permasalahan Aspek Kelembagaan Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang ditinjau dari aspek kelembagaan antara lain sebagai berikut:  Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Tangerang.  Belum terbentuknya kemitraan pemerintah swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Tangerang. Hal ini juga sebagai akibat dari belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah domestik. Padahal Pemerintah Kota Tangerang dapat lebih fokus dalam mengemban fungsi regulator, sedangkan fungsi operator dapat diserahkan kepada pihak swasta melalui pola KPS.  Belum terbentuknya lembaga pengelola air limbah domestik di tingkat masyarakat di Kota Tangerang. Padahal keberadaan lembaga pengelola air limbah domestik di tingkat masyarakat sangat penting untuk mengembangkan pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat. D. Permasalahan Aspek Peraturan Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang ditinjau dari aspek peraturan antara lain sebagai berikut:  Belum adanya peraturan di tingkat Kota Tangerang tentang kebijakan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik di wilayah Kota Tangerang.  Belum adanya rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik Kota Tangerang yang dapat memberikan arah pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik yang jelas dan terukur. E. Permasalahan Aspek Peran Serta Masyarakat Hasil analisis kondisi eksisting sanitasi dan analisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi menunjukkan bahwa permasalahan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Tangerang ditinjau dari aspek peran serta masyarakat antara lain sebagai berikut:  Pemahaman masyarakat terhadap dampak air limbah domestik masih relatif rendah sehingga pembuangan air limbah domestik jarang dipikirkan sebagai ancaman terhadap kelestarian lingkungan khususnya sumber daya air.  Tingkat kemauan untuk membayar (willingness to pay) masyarakat Kota Tangerang dalam pembiayaan pembangunan, operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah domestik masih relatif rendah. Hal ini sangat terkait dengan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik karena tanpa pengelolaan yang baik air limbah domestik dapat menjadi ancaman terhadap kesehatan lingkungan dan kelestarian lingkungan khususnya sumber daya air.  Masih terbatasnya penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik berbasis masyarakat.  Masih rendahnya tingkat partisipasi swasta dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik. 5.2. Tujuan Pengembangan Tujuan pengembangan sanitasi Kota Tangerang adalah: Meningkatkan penyediaan dan pelayanan prasarana dan sarana sanitasi untuk meningkatkan kualitas permukiman dan perkotaan. Sasaran dalam mencapai tujuan pengembangan sanitasi Kota Tangerang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik baik sistem sanitasi on-site maupun sistem sanitasi off-site, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:  Peningkatancakupan pelayanan IPLT menjadi 80% dari seluruh penduduk pada tahun 2017.  Peningkatancakupan pelayanan truk tinja menjadi 80% dari seluruh penduduk pada tahun 2017. 2
  • 17.   Peningkatan akses penduduk terhadap sarana air limbah domestik tingkat rumah tangga menjadi 100% dari seluruh penduduk pada tahun 2017. Optimalisasi pelayanan IPAL menjadi 100% dari total kapasitasnya pada tahun 2017. 2. Meningkatnya ketersediaan dana untuk pembiayaan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:  Peningkatan anggaran belanja sektor sanitasi khususnya air limbah domestik melalui penyusunan rencana pengembangan yang jelas dan terukur.  Peningkatan pendapatan retribusi penyedotan kakus melalui optimalisasi pelayanan. 3. Menguatnya kelembagaan pengelola air limbah domestik, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:  Penguatan lembaga regulator dalam pengelolaan air limbah domestik.  Pembentukan lembaga operatordalam pengelolaan air limbah domestik melalui pengembangan kemitraan pemerintah swasta (KPS).  Pembentukan lembaga pengelola air limbah domestik tingkat masyarakat. 4. Tersedianya peraturantentang pengelolaan air limbah domestik, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:  Penyusunan, penetapan, penyebarluasan informasi, dan penerapan peraturan tentang kebijakan dan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik Kota Tangerang.  Penyusunan, penetapan, penyebarluasan informasi, dan penerapan peraturan tentang kemitraan pemerintah swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik Kota Tangerang. 5. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:  Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perlunya pengelolaan air limbah domestik.  Peningkatan partisipasi swasta dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik. 5.3. Program Pengembangan Program pengembangan sanitasi Kota Tangerang dirumuskan untuk memecahkan permasalahan sanitasi yang ada dan merupakan pendetailan strategi dan kebijakan pengembangan yang telah dirumuskan sebelumnya. Program pengembangan ini mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama lima tahun yaitu tahun 2013-2017 yang pelaksanaannya disesuaikan dengan skala prioritas. 3
  • 18. Indikasi Program Pengembangan Sanitasi Kota Tangerang Tahun 2013-2017 Sasaran Strategi Kebijakan Program Indikator Sasaran Program Target Sasaran Pengembangan 4 Program peningkatan pelayanan IPLT Bawang (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) Program peningkatan pelayanan truk tinja (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) - 1 Indikator Kinerja SKPD - - Penyusunan FS dan DED pengembangan IPLT Bawang (Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah) Jumlah dokumen FS dan DED pengembangan IPLT Bawang sebanyak 1 dokumen pada tahun 2014 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan dokumen FS dan DED pengembangan IPLT Bawang sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum - 1 - - Sosialisasi rencana pengembangan IPLT Bawang (Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah) Jumlah kegiatan sosialisasi rencana pengembangan IPLT Bawang sebanyak 1 kegiatan pada tahun 2015 Tingkat pemanfaatan hasil sosialisasi pengembangan IPLT Bawang sebesar 100% Kota Tangerang Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum - - 1 - Pembebasan lahan untuk area pengembangan IPLT Bawang (Rehabilitasi/ pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah) Jumlah kegiatan pembebasan lahan untuk area pengembangan IPLT Bawang sebanyak 1 kegiatan pada tahun 2016 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan hasil pembebasan lahan untuk area pengembangan IPLT Bawang sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum - - - 1 Pengembangan IPLT Bawang (Rehabilitasi/ pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah) Kapasitas pengolahan IPLT Bawang menjadi 356 m3/hari pada tahun 2017 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan hasil peningkatan kapasitas IPLT Bawang menjadi 356 m3/hari sebesar 100% pada tahun 2017 Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum Peningkatan pelayanan truk tinja menjadi 80% terhadap total penduduk pada tahun 2017 - - - - 1 Fasilitasi kemitraan pemerintah swasta (KPS) untuk pengadaan, operasional, dan pemeliharaan truk tinja (Penyediaan prasarana dan sarana air limbah) Jumlah kegiatan fasilitasi kemitraan pemerintah swasta (KPS) untuk pengadaan, operasional, dan pemeliharaan truk tinja sebanyak 1 kegiatan pada tahun 2017 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan hasil fasilitasi kemitraan pemerintah swasta (KPS) untuk pengadaan, operasional, dan pemeliharaan truk tinja sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum 6 7 Outcome Kelompok Sasaran - 5 Peningkatan kapasitas pengolahan IPLT Bawang dari 70 m3/hari menjadi 356 m3/hari Output Lokasi 2017 - 3 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik sistem setempat (onsite) 2015 Kegiatan 2016 - 2 Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik 2014 - 1 Meningkatnya pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik baik sistem sanitasi on-site maupun sistem sanitasi off-site 2013 8 9 10 11 4
  • 19. Sasaran Strategi Kebijakan 1 2 3 Program Indikator Sasaran Program Target Sasaran Pengembangan 2013 2014 2015 2016 2017 Indikator Kinerja Output Meningkatkan ketersediaan dana untuk pembiayaan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik 5 68 68 68 68 68 Pembangunan MCK umum untuk masyarakat miskin (Penyediaan prasarana dan sarana air limbah) Jumlah MCK umum untuk masyarakat miskin yang dibangun sebanyak 68 unit per tahun (20132017) Tingkat pemanfaatan MCK umum untuk masyarakat miskin sebesar 100% Kota Tangerang Rumah Tangga Miskin Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum Pembangunan jamban keluarga untuk masyarakat miskin sebanyak 12.291 unit hingga tahun 2017 2.458 2.458 2.458 2.458 2.459 Pembangunan jamban keluarga untuk masyarakat miskin (Penyediaan prasarana dan sarana air limbah) Jumlah jamban keluarga untuk masyarakat miskin yang dibangun sebanyak 2.458 unit per tahun (2013-2016) dan 2.459 unit pada tahun 2017 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan jamban keluarga untuk masyarakat miskin sebanyak 100% Rumah Tangga Miskin Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum Program optimalisasi pelayanan IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) Optimalisasi pelayanan IPAL Tanah Tinggi dan - 1 - - - Penyusunan studi evaluasi kinerja dan kemungkinan pengembangan IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci (Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah) Jumlah dokumen studi evaluasi kinerja dan kemungkinan pengembangan IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci sebanyak 1 dokumen pada tahun 2014 Tingkat pemanfaatan dokumen studi evaluasi kinerja dan kemungkinan pengembangan IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci sebesar 100% Kota Tangerang Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum - Peningkatan ketersediaan dana untuk pembiayaan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik - 1 1 1 Rehabilitasi/ pemeliharaan IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci (Rehabilitasi/ pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah) Jumlah kegiatan rehabilitasi/ pemeliharaan IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Perumnas 1 Karawaci sebanyak 1 kegiatan per tahun (2015-2017) Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan hasil rehabilitasi/ pemeliharaan IPAL Tanah dan IPAL Perumnas 1 Karawaci Tinggi sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum 1 - - - - Penyusunan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik (Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah) Jumlah dokumen rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik sebanyak 1 dokumen pada tahun 2013 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan dokumen rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum Program peningkatan ketersediaan dana untuk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik (Program pengembangan Peningkatan anggaran belanja sektor sanitasi khususnya air limbah domestik melalui penyusunan rencana pengembangan yang jelas dan 10 SKPD Pembangunan MCK umum untuk masyarakat miskin sebanyak 340 unit hingga tahun 2017 100% dari total kapasitasnya pada tahun 2017 9 Kelompok Sasaran 4 IPAL Perumnas 1 Karawaci menjadi 8 Lokasi Program pembangunan jamban keluarga untuk masyarakat miskin (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) Meningkatnya ketersediaan dana untuk pembiayaan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik 7 Outcome Program pembangunan MCK umum untuk masyarakat miskin (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) Optimalisasi pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik sistem terpusat (off-site) 6 Kegiatan 11 5
  • 20. Sasaran Strategi Kebijakan 1 2 3 Program Indikator Sasaran Program 4 Target Sasaran Pengembangan 5 2013 2014 2015 2016 2017 Kegiatan 6 Indikator Kinerja Output 7 Outcome 8 Lokasi Kelompok Sasaran SKPD 9 10 11 kinerja pengelolaan terukur air minum dan air limbah) 1 Menguatnya kelembagaan pengelola air limbah domestik Penguatan kelembagaan pengelola air limbah domestik Membentuk lembaga operator dalam pengelolaan air limbah domestik melalui pola kemitraan pemerintah swasta (KPS) Program penguatan lembaga regulator pengelola air limbah domestik (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) Program pembentukan lembaga operator pengelola air limbah domestik (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) Penguatan lembaga regulator dalam pengelolaan air limbah domestik Pembentukan lembaga operator dalam pengelolaan air limbah domestik melalui pengembangan kemitraan pemerintah swasta (KPS) - - - Penyusunan studi kelayakan investasi sektor air limbah domestik (Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah) Jumlah dokumen studi kelayakan investasi sektor air limbah domestik sebanyak 1 dokumen pada tahun 2013 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan dokumen studi kelayakan investasi sektor air limbah domestik sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum 1 - - - - Penyusunan studi analisis kelembagaan pengelola air limbah domestik (Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah) Jumlah dokumen studi analisis kelembagaan pengelola air limbah domestik sebanyak 1 dokumen pada tahun 2013 Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan dokumen studi analisis kelembagaan pengelola air limbah domestik sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum 1 Menguatkan lembaga regulator pengelola air limbah domestik - 1 1 1 1 Pendidikan dan pelatihan personil lembaga regulator pengelola air limbah domestik (Pendidikan dan pelatihan teknis) Jumlah kegiatan pendidikan dan pelatihan personil lembaga regulator pengelola air limbah domestik sebanyak 1 kegiatan per tahun (20132017) Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan hasil pendidikan dan pelatihan personil lembaga regulator pengelola air limbah domestik sebesar 100% Personil Lembaga Regulator Pengelola Air Limbah Domestik Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan 1 - - - - Penyusunan studi pembentukan Kota Tangerang Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan lembaga operator pengelola air limbah domestik melalui KPS sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum Jumlah dokumen Tingkat studi pemanfaatan dokumen studi lembaga operator pembentukan pembentukan lembaga pengelola air limbah domestik operator pengelola air melalui KPS limbah (Fasilitasi pembinaan teknik domestik pengolahan air melalui KPS limbah) - 1 - - - Fasilitasi pembentukan lembaga operator pengelola air limbah domestik melalui KPS (Fasilitasi pembinaan teknik sebanyak 1 dokumen pada tahun 2013 Jumlah lembaga operator pengelola air limbah domestik melalui KPS yang dibentuk sebanyak 1 lembaga pada lembaga operator pengelola air limbah domestik melalui KPS sebesar 100% 6
  • 21. Sasaran Strategi Kebijakan Program Indikator Sasaran Program 1 2 3 4 Target Sasaran Pengembangan 5 2013 2014 2015 2016 2017 6 Kegiatan 7 pengolahan air limbah) Membentuk lembaga pengelola air limbah domestik tingkat masyarakat Tersedianya peraturan tentang pengelolaan air limbah domestik Pengembangan peraturan tentang pengelolaan air limbah domestik Program Pembentukan pembentukan 340 lembaga lembaga pengelola pengelola air Mengembangkan peraturan tentang kebijakan dan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik Program pengembangan peraturan tentang kebijakan dan 68 68 68 Indikator Kinerja Output 68 68 Outcome 8 Lokasi Kelompok Sasaran SKPD 9 10 11 tahun 2014 (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) Tingkat pemanfaatan lembaga Kota Tangerang Rumah Tangga Miskin Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum air limbah domestik domestik tingkat tingkat masyarakat masyarakat (Fasilitasi yang dibentuk pembinaan teknik sebanyak 68 pengolahan air lembaga per limbah) tahun (20132017) air limbah limbah domestik domestik tingkat tingkat masyarakat masyarakat Fasilitasi Jumlah lembaga pembentukan pengelola air lembaga pengelola limbah pengelola air limbah domestik tingkat masyarakat sebesar 100% 1 - - - - Penyusunan dan penetapan peraturan tentang kebijakan dan Jumlah peraturan tentang kebijakan dan rencana induk rencana induk pengembangan pengembangan prasarana dan prasarana dan sarana air limbah sarana air limbah domestik yang domestik disusun dan (Legislasi ditetapkan rancangan sebanyak 1 buah peraturan (2013) perundangundangan ) Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan peraturan tentang kebijakan dan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik sebesar 100% Penduduk Kota Tangerang Sekretariat Daerah (Bagian Hukum) - Penyusunan, penetapan, penyebarluasan informasi, dan rencana induk penerapan pengembangan peraturan prasarana dan tentang kebijakan sarana air limbah dan rencana domestik induk (Program penataan pengembangan peraturan prasarana dan perundangsarana air limbah undangan) domestik 1 - - - Sosialisasi peraturan tentang kebijakan dan Tingkat pemanfaatan hasil sosialisasi peraturan tentang kebijakan dan Kota Tangerang Penduduk Kota Tangerang Sekretariat Daerah (Bagian Hukum) Kota Tangerang Penduduk Kota Tangerang Sekretariat Daerah (Bagian Hukum) Jumlah kegiatan sosialisasi peraturan tentang kebijakan dan rencana induk pengembangan rencana induk prasarana dan sarana air limbah pengembangan prasarana dan domestik sarana air (Fasilitasi limbah sosialisasi peraturan domestik perundangsebanyak 1 undangan) kegiatan (2014) Mengembangkan peraturan tentang kemitraan pemerintah swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik Program Penyusunan, pengembangan penetapan, peraturan tentang penyebarluasan kemitraan pemerintah swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik (Program penataan informasi, dan penerapan peraturan tentang kemitraan pemerintah 1 - - - - Penyusunan dan Jumlah penetapan peraturan peraturan tentang tentang kemitraan pemerintah swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik (Legislasi kemitraan pemerintah swasta (KPS) rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik sebesar 100% Tingkat pemanfaatan peraturan tentang kemitraan pemerintah yang disusun dan swasta (KPS) ditetapkan sebesar 100% sebanyak 1 buah (2013) 7
  • 22. Sasaran Strategi Kebijakan 1 2 3 Program 4 peraturan perundangundangan) Indikator Sasaran Program Target Sasaran Pengembangan 2013 2014 5 2015 2016 2017 Kegiatan 6 Indikator Kinerja Output 7 Outcome 8 Lokasi Kelompok Sasaran SKPD 9 10 11 rancangan peraturan perundangundangan ) swasta (KPS) dalam pengelolaan air limbah domestik - 1 - - - Sosialisasi Jumlah kegiatan peraturan tentang sosialisasi peraturan KPS dalam tentang KPS pengelolaan air Tingkat pemanfaatan hasil sosialisasi peraturan tentang KPS Kota Tangerang Penduduk Kota Tangerang Sekretariat Daerah (Bagian Hukum) limbah domestik sebanyak 1 kegiatan (2014) sebesar 100% (Fasilitasi sosialisasi peraturan perundangundangan) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perlunya pengelolaan air limbah domestik Program pembinaan kesehatan lingkungan (Program pengembangan lingkungan sehat) Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perlunya pengelolaan air limbah domestik 1 1 1 1 1 Penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya pengelolaan air limbah domestik (Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat) Jumlah kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya pengelolaan air limbah domestik sebanyak 1 kegiatan per tahun (20132017) Tingkat Kota Tangerang pemanfaatan hasil penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya pengelolaan air limbah domestik sebesar 100% Rumah Tangga Miskin Kota Tangerang Dinas Kesehatan Meningkatkan partisipasi swasta dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Program peningkatan Peningkatan partisipasi swasta dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik melalui CSR 1 1 1 1 1 Fasilitasi Jumlah kegiatan fasilitasi pengembangan Tingkat pemanfaatan hasil fasilitasi pengembangan Penduduk Kota Tangerang Dinas Pekerjaan Umum partisipasi swasta dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik melalui CSR (Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah) penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik melalui CSR (Fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah) prasarana dan sarana air limbah domestik melalui CSR sebanyak 1 kegiatan per tahun (20132017) Kota Tangerang prasarana dan sarana air limbah domestik melalui CSR sebesar 100% 8