2. Hal Yang Menyebabkan Manusia
Keluar Dari Lingkaran Sababiyah
1. Putus asa karena pernah gagal
sehingga tidak melakukan
sababiyah lagi
2. Ceroboh dalam mengaitkan
sebab dengan akibatnya
2
3. Putus asa karena pernah gagal sehingga
tidak melakukan sababiyah lagi
Fitrah Manusia
Setiap manusia selalu berusaha secara terus-
menerus
Selalu berusaha untuk mengaitkan sebab
akibat untuk mencapai tujuan, sengaja atau
tidak sengaja
Sebab, manusia mengetahui dengan yakin
bahwa tanpa adanya pengaitan tersebut --
tidak mustahil-- baginya bisa mewujudkan
tujuan, apapun bentuknya
3
4. Permasalahan Manusia
Permasalahan manusia bukan tidak
mengetahui sababiyahnya
Permasalahan manusia kadangkala
menghadapi kegagalan dalam
mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan.
Kegagalan tersebut kadangkala
mengakibatkan keputusasaan yang
membuatnya tidak melakukan aktivitas apa
pun.
4
5. Solusi terhadap permasalahan
Oleh karena itu, agar manusia tidak sia-sia dalam
menghadapi kesulitan hidup ketika berusha mencapai
tujuan-tujuan yang amat berat;
agar ia dalam usahanya lebih dekat dengan kerhasilan
daripada kegagalan;
atau agar ia bisa menggapai keberhasilan setelah mengalami
kegagalan serta tidak putus-asa dan lemah semangat untuk
beraktivitas atau melanjutkan kembali aktivitasnya,
maka ia harus mengetahui jalan-jalan menuju keberhasilan
Dalam hal ini, sababiyyah adalah kaidah untuk
melangsungkan aktivitas dan meraih tujuannya.
Di samping itu, ia harus berusaha secara terus-menerus
mewujudkan tujuannya dengan segenap usahanya.
5
6. Ceroboh dalam mengaitkan
sebab dengan akibatnya
misalnya, tidak
memperhitungkan seluruh sebab,
atau tidak mendeskripsikan dan
memfokuskan tujuannya,
padahal ia mampu.
6
7. Contoh-contoh kesalahpahaman yang
menyebabkan keluar dari lingkaran
kaidah kausalitas
situasi atau keadaan yang dipengaruhi qadhâ’ sehingga
menghalangi dirinya dalam mewujudkan tujuannya,
padahal dia telah berusaha semaksimal mungkin.
Misalnya, sakit yang menimpa pelajar tepat pada malam
ujian atau terjadinya krisis secara tiba-tiba yang menimpa
pasar karena buruknya kondisi perekonomian negara
Keliru di dalam memaknai tawakal, takdir, lauhul mahfudz
dan ilmu Allah, dan mencampur baurkan dengan sababiyah
Keliru juga di dalam memaknai qadha dan qadar, sehingga
menyepelekan aspek as sababiyah sehingga memunculkan
sikap fatalis
7
8. Kondisi-kondisi seperti ini memberi
pengaruh negatif dalam kehidupan
manusia pada saat berusaha menjalani
as-sababiyyah;
kadangkala melahirkan sikap fatalistis (berserah diri
secara total pada keadaan) yang mendorong dirinya
--yang secara alami tidak suka beraktivitas,
cenderung menyukai aktivitas yang ringan, atau
tidak mengerahkan segenap daya upaya-- bersikap
ceroboh dalam menjalani as-sababiyyah.
Pada akhirnya, kondisi-kondisi semacam ini dapat
melemahkan dorongan pada diri manusia,
melahirkan sikap minimalis dalam usaha, dan
mengakibatkan manusia menjadi tidak produktif.
8