SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
QIYAS SEBAGAI METODE ISTINBAT HUKUM ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ushul Fiqih
Dosen Pengampu : Amin Farih
Disusun Oleh :
1. Chyntia Ayu Puspaningtyas 133911061
2. Lina Indah Nurmalita 133911063
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana
atas rahmat dan karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk hidup dan
masih di izinkan untuk menikmati dan melihat keindahan ciptaan-Nya.
Shalawat beserta salam marilah kita kirimkan kepada nabi kita Muhammad SAW,
yang mana beliau telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,
yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ushul fiqih ini. Dan apabila makalah ini masih kurang sempurna, penulis meminta
kritik dan saran kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Semarang, 27 Mei 2014
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dinamika hukum Islam dibentuk oleh adanya interaksi antara wahyu
dan rasio. Itulah yang berkembang menjadi ijtihad, upaya ilmiah menggali
dan menemukan hukum bagi hal-hal yang tidak ditetapkan hukumnya secara
tersurat (manshus) dalam syariah (al-kitab wa sunnah). Dengan demikian,
sumber hukum Islam terdiri atas: al-Qur'an, Sunnah, Ijma' dan akal. Selain
dari sumber hukum primer tersebut, dikenal juga adanya sumber-sumber
sekunder (al-mashadir al-tab'iyyah), yaitu: syariah terdahulu (syar' man
qablana). Pendapat sahabat Nabi (qaul al-shahabi), kebiasaan/adat-istiadat
(al'urf), Istihsan, Istishlah dan Istishhab.
Biasanya untuk hal yang pokok telah dicantumkan hukumnya dalam
al-quran maupun al-hadits. Qiyas menjadi sangat penting mengingat makin
banyak permasalahan baru dalam dunia islam yang berkaitan dengan syara`
seiring dengan perkembangan zaman. Untuk itu penganalogian masalah
hukum dengan tetap memperhatikan al-quran dan hadits sebagai acuan
pokok menjadi sangat penting untuk menghindari perpecahan dan kebutaan
umat terhadap perkara hukum syara`. Maka diperlukan Qiyas sebagai sumber
hukum islam yang ke 4 oleh sebab itu, pada pembahasan makalah kami ini
akan memaparkan sedikit tentang qiyas.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan masalahnya pada
hal-hal sebagai berikut :
1. Pengertian Qiyas
2. Syarat-Syarat Qiyas
3
3. Macam - Macam Qiyas
4. Qiyas sebagai metode istinbat hukum islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qiyas
Menurut bahasa, qiyas berarti “menyamakan” sedang menurut istilah
ahli ushul, qiyas adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada
hukumnya dengan hukum perkara lain yang sudah di tetapkan oleh nash,
karena adanya persamaan dalam illat (alasan) hukum, yang tidak bisa di
ketahui dengan semata-mata memahami lafad-lafadnya dan mengetahui
dilalah-dilalah bahasanya.
Sebenarnya, pengertian qiyas syar’i di atas di ambil dari pengertian
bahasanya. Sebab qiyas menurut bahasa, berarti menyamakan. Perbedaan
antara dua defenisis di atas adalah bahwa defenisi yang pertama menjelaskan
bahwa qiyas dengan pengertian yang hakiki. Qiyas dalam pengertian ini
adalah merupakan hujjah ilahiyah yang datang dari sisi Allah untuk
mengetahui hukum-Nya, dan bukan perbuatan yang di datangkan bagi
seseorang.
Adapun defenisi kedua,ia menegaskan makna qiyas secara majazi, yang
merupakan amalan para mujahid, yang di tegakkan untuk membistimbathkan
hukum syara’. Illat qiyas itu tidak dapat di ketahui dalam semata-mata
memahami lafad dan maknanya tetapi memerlukan pada pencerahan pikiran
dalam memperhaikan, beristidlal dan beristinbath hukum secara akal.1
B. Syarat-Syarat Qiyas
Qiyas memiliki syarat-syarat di antaranya :
1
Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam, Jakarta: Raja Grapindo,2000, hlm
24
4
1. Tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat darinya, maka tidak
dianggap qiyas yang bertentangan dengan nash atau ijma’ atau perkataan
shohabat jika kita mengatakan bahwa perkataan shohabat adalah hujjah. Dan
qiyas yang bertentangan dengan apa yang telah disebutkan dinamakan sebagai
anggapan yang rusak (‫التعتبار‬ ‫.)فاسد‬
Contohnya : dikatakan : bahwa wanita rosyidah (baligh, berakal, dan bisa
mengurus diri sendiri, pent) sah untuk menikahkan dirinya sendiri tanpa wali,
diqiyaskan kepada sahnya ia berjual-beli tanpa wali.
2. Hukum ashl-nya tsabit (tetap) dengan nash atau ijma’. Jika hukum ashl-nya
itu tetap dengan qiyas maka tidak sah mengqiyaskan dengannya, akan tetapi
diqiyaskan dengan ashl yang pertama, karena kembali kepada ashl tersebut
adalah lebih utama dan juga karena mengqiyaskan cabang kepada cabang
lainnya yang dijadikan ashlkadang-kadang tidak shohih. Dan karena
mengqiyaskan kepada cabang, kemudian mengqiyaskan cabang kepada ashl;
menjadi panjang tanpa ada faidah.
Contohnya : dikatakan riba berlaku pada jagung diqiyaskan dengan beras, dan
berlaku pada beras diqiyaskan dengan gandum, qiyas yang seperti ini tidak
benar, akan tetapi dikatakan berlaku riba pada jagung diqiyaskan dengan
gandum, agar diqiyaskan kepada ashl yang tetap dengan nash.
3. Pada hukum ashl terdapat ‘illah (sebab) yang diketahui, agar
memungkinkan untuk dijama’ antara ashl dan cabang padanya. Jika
hukum ashl-nya adalah perkara yang murni ta’abbudi (peribadatan yang tidak
diketahui ‘illah-nya, pent), maka tidak sah mengqiyaskan kepadanya.
Contohnya : dikatakan daging burung unta dapat membatalkan wudhu
diqiyaskan dengan daging unta karena kesamaan burung unta dengan unta,
maka dikatakan qiyas seperti ini adalah tidak benar karena hukum ashl-nya
tidak memiliki ‘illah yang diketahui, akan tetapi perkara ini adalah
murni ta’abbudi berdasarkan pendapat yang masyhur (yakni dalam madzhab
al-Imam Ahmad rohimahulloh, pent).
5
5. ‘Illah-nya mencakup makna yang sesuai dengan hukumnya, yang
penetapan ‘illahtersebut diketahui dengan kaidah-kaidah syar’i,
seperti ‘illah memabukkan padakhomer.
Jika maknanya merupakan sifat yang paten (tetap) yang tidak ada
kesesuaian/hubungan dengan hukumnya, maka tidak sah
menentukan ‘illahdengannya, seperti hitam dan putih.
Contohnya : Hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma : bahwa Bariroh diberi
pilihan tentang suaminya ketika ia dimerdekakan, Ibnu Abbas berkata :
suaminya ketika itu adalah seorang budak berkulit hitam.
6. Illat tersebut ada pada cabang sebagaimana ‘illat tersebut juga ada dalam
ashl, seperti menyakiti orang tua dengan memukul diqiyaskan dengan
mengatakan “uf/ah”. Jika ‘illat tidak terdapat pada cabangnya maka qiyas
tersebut tidak sah.
Contohnya : dikatakan ‘illah dalam pengharoman riba pada gandum adalah
karena ia ditakar, kemudian dikatakan berlaku riba pada apel dengan
diqiyaskan pada gandum, maka qiyas seperti ini tidak benar,
karena ‘illah (pada ashl-nya, pent) tidak terdapat pada cabangnya, yakni apel
tidak ditakar.2
C. Macam - Macam Qiyas
1. Qiyas Aulawi
Yaitu bahwa ‘illat yang terdapat pada qiyas (furu’) lebih aula (utama) dari
pada illat yang ada pada tempat mengqiyaskan (ashl).
Seperti mengqiaskan memukul kepada kata-kata “ah” pada ibu bapak, karena
‘illatnya menyakiti maka hukumnya sama-sama berdosa. Sesuai Q.S Al
Isra’:23
       
       
2
Satria Effendi, M, zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005 ), hlm:33
6
        
  
23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia[850].
[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama
apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih
kasar daripada itu.
2. Qiyas Musawi
Yaitu ‘illat yang terdapat bpada yang qiyaskan (furu’) sama dengan illat yang
ada pada tempat mengqiaskan (ashl). Karena itu hukum keduanya sama.
Seperti, mengqiaskan membakar harta anak yatim dengan memakan harta
anak yatim, karena illatnya sama-sama menghabiskan (melenyapkan). Sesuai
Q.S Al Isra’:23
      
       
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk
ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
3. Qiyas Dalalah
Yaitu illat yang ada pada qiyas menjadi dalil (alasan) bagi hukum tetapi tidak
diwajibkan baginya (furu’). Seperti, mengqiaskan wajib zakat pada harta
anak-anak kepada harta orang dewasa yang telah sampai nisab, tetapi bagi
7
anak-anak tidak wajib mengeluarkan zakatnya diqiaskan pada haji tidak
diwajibkan atas anak - anak. Rasulullah SAW bersabda “Tidak wajib zakat,
kecuali dari orang kaya.” (Bukhari dan Ahmad)
4. Qiyas Syabab
Yaitu menjadikan yang diqiaskan (furu’) dikembalikan kepada antara dua ashl
yang lebih banyak persamaan antara keduanya. Seperti mengqiyaskan budak
dengan orang merdeka, atau budak dengan benda (budak dapat dijual,
diwaqafkan, diwariskan dan jaminan). Jadi furu’nya budak dapat
dikembalikan kepada dua ashl : manusia merdeka dan harta kekayaan, tetapi
budak itu lebih banyak persamaaannya dengan harta benda,. Jadi qiyasnya
budak lebih tepat kepada harta kekayaan. Contoh lainnya seperti pembunuhan
tidak sengaja terhadap hamba yang dimiliki oleh orang lain. sesuai Q.S
AnNisa:92
          
      
          
         
      
        
        
 
92. dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang
lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja, dan Barangsiapa membunuh
seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai)
8
antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba
sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.
5. Qiyas Adwan
Yaitu yang diqiyaskan (furu’) terhimpun pada hukum yang ada pada tempat
mengqiaskan, seperti mengqiaskan memakai perak bagi laki-laki sama halnya
seperti memakai emas. ‫ا‬‫فى‬ ‫يجرجو‬ ‫انما‬ ‫والفضة‬ ‫الذهب‬ ‫انية‬ ‫فى‬ ‫وبشرب‬ ‫يأكل‬ ‫لذين‬
‫مسلم‬ ‫)رواه‬ ‫نارجهنم‬ ‫)بطنه‬
Artinya: orang yang makan dan minum dalam bejana emas dan perak,
sesungguhnya bergejolak pada perutnya api neraka jahanam.(HR.Muslim).3
D. Syarat – syarat Ashal
Syarat ashal
a) Hukum ashal itu adalah hukum yang telah tetap dan tidak mengandung
kemungkinan dinaskhkan (diganti atau dibatalkan)
b) Hukum itu ditetapkan berdasarkan syarak.
c) Dalil yang menetapkan ‘illat pada ashal itu adalah dalil khusus, tidak
bersifat umum
d) Ashal itu tidak berubah setelah dilakukan qiyas
e) Hukum ashal itu tidak keluar dari kaidah-kaidah qiyas.
E. Syarat – syarat Furu’
Syarat-syarat furu’
a) Tidak ada nash dan ijma yang menetapkan hukum furu’ sebab qiyas ketika
terdapat nash atau ijma yang bertentangan dengannya, maa qiyas tersebut
3
Sapiudin shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta : Kencana , 2011) hlm 12-13
9
merupakan qiyas yang batal (fasid) dan berdasarkan kepada illat yang
tidak di benarkan.
b) Antara furu’ dan ashal harus sama illat hukumnya, tidak ada berbedaan
antara keduanya, sehingga tidak ada mengqiyaskan sesuatu dengan
berbeda.
F. Syarat – syarat Illat
Syarat-syarat illat
Syarat-syarat illat yang telah di sepakati para ulama ushul itu ada empat
macam:
a) Illat itu berupa sifat yang jelas
b) Illat itu harus berupa sifat yang sudah pasti
c) Illat itu harus berupa sifat yang sesuai (munasib) dengan hikmah hukum
d) Illat itu bukan hanya terdapat pada asal (pokok) saja.
G. Syarat – syarat Hukum Ashal
Syarat hukum ashal
a) Hukum ashal hendaknya di tetapkan oleh Al-Qur’an seperti keharaman
khamar sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya atau hukum ashal
hendaknya di tetapkan oleh hadist
b) Hukum ashal itu hendaknya dapat di salami akal (ma’kulul ma’na).
Maksudnya akal mampu menentukan illatnya seperti keharaman khamar.
c) Hukum ashal hendaknya bukan merupakan hukum yang khusus. Sebab
hukum yang khusus tidak bisa di berlakukan kepada furu’ dengan cara
qiyas.4
H. Dalil-Dalil Kehujjahan Qiyas
Jumhur ulama telah mendatangkan dalil-dalil dari syariat untuk mendukung
kehujjahan qiyas, dan sekaligus membantah golongan-golongan yang
mengingkari dan peniadaan kehujjahan qiyas dalam syari’at golongan terakhir
4
Satria Effendi, M, zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005 ), hlm:41
10
ini disebut nuffatul qiyas (penolak qiyas).Berikut ini adalah dalil-dalil
kehujjahan qiyas :
1. Bahwa syari’at islam datang untuk mengatur kehidupan manusia;
memelihara hubungan mereka secar khusus maupun yang umum di antara
individu dan masyarakat; Allah yang maha suci tidaklah mengutus para
nabi dan rasul kepada manusia kecuali sebagai rahmat alam semesta.Allah
berfirman:
Artinya: “Dan tidaklah kami mengutus kamu ( muhammad ) malainkan
sebagai rahmat bagi alam semesta (al-anbiya’:107)”.
2. Bahwa al-qur’an telah mempergunakan qiyas dalam mencukupkan dan
menetapkan hujjah serta menjelaskan sebagai hukum dan menetapkannya
jika sama, dan menghilangkannya jika berbeda.
3. Bahwa al-qur’an telah banyak menyuruh manusia untuk mengambil I’tibar
(pelajaran) dalam berbagai peristiwa.
4. Bahwa para sahabat telah berjima’ atas kehujjahan qiyas.
5. Bahwa nash-nash al-qur’an dan as sunnah adalah terbatas dan sudah
selesai sedangkan peristiwa-pristiwa atau kejadian-kejadian zaman tiada
henti-hentinya terjadi.5
I. Qiyas sebagai Metode Istinbat Hukum Islam
Para pakar ushul fikih mengemukakan beberapa kritikan atas kelemah-
an qiyds dalam menghasilkan suatu hukum dari kasus yang sedang dihadapi.
Ada beberapa kritikan terhadap qiyas antara lain :
1. Man'u al-hukm fi al-ashal. Maksudnya, seorang mujtahid mengemukakan
kritik bahwa ia tidak menerima adanya hukum pada ashal. Misalnya, pakar
Syafi'iyyah mengqiyaskan hukum wajib mencuci bejana yang dijilat babi
sebanyak tujuh kali pada hukum mencuci bejana sebanyak tujuh kali
apabila dijilat anjing.
2. Man'u wujud al-wasfi fi al-ashal. Maksudnya, seorang mujtahid tidak
mengakui keberadaan sifat pada ashal tempat mengqiyaskan. Misalnya,
5
Satria Effendi, M, zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005 ), hlm:39
11
pakar ushul Syafi'iyyah dan sebagian pakar Malikiyyah mengatakan bahwa
tata urutan (tertib) dalam mencuci anggota wudhu adalah wajib dan wudhu
batal karena adanya hadas. Mereka mengqiyaskan wajibnya tertib dalam
berwudhu kepada tertib amalan yang dilakukan dalam salat, karena
keduanya sama-sama ibadah. Akan tetapi, pakar Hanafiyyah dan sebagian
pakar Malikiyyah mengemukakan kritikan bahwa sifat hadas dalam al-
ashal, yaitu salat, tidak ada, karena hadas itu sendiri, menurut mereka
tidak membatalkan salat. Yang membatalkan oleh hadas
adalah taharah, sekalipun dengan batalnya taharah yang membatalkan
shalat.
3. Man'u kaun al-wasfi 'illatan. Maksudnya pengkritik mengatakan ia tidak
menerima sifat yang dianggap sebagai ‘illat itu sebagai ‘illat. Misalnya,
pakar Hanafiyyah mengatakan, wanita budak yang dimerdekakan orang
merdeka mempunyai hak pilih sebagaimana berlaku bagi budak laki-laki.
4. Mu'aradah fi al-ashal. Misalnya, pakar ushul Syafi'iyyah mengqiyaskan
apel pada gandum dalam hal pemberlakuan riba fadl, karena keduanya
mempunyai ‘illat yang sama, yaitu jenis makanan. Akan tetapi, pakar
ushul Malikiyyah mengatakan bahwa "jenis makanan"
bukanlah ‘illat, karena yang menjadi ‘illat pada gandum itu, menurut
mereka adalah "makanan pokok" dan apel bukan sebagai makanan pokok.
5. Mu'aradah wujud al-wasfi fi al-furu’. Maksudnya pengkritik menyatakan
penolakannya terhadap kevalidan suatu sifat yang dijadikan ‘illat pada
ashal. Misalnya, pakar Malikiyyah mengatakan memberi upah kepada
orang lain untuk menghajikan seseorang yang telah wafat adalah boleh,
dengan alasan bahwa haji adalah suatu pekerjaan yang bisa dikerjakan
orang lain; sama halnya dengan tukang jahit yang menerima upah jahitan
baju.
6. Mu'aradah fi al-far'u min mayaqtadi naqid al-hukm. Maksudnya,
pengkritik mengemukakan bahwa terdapat pertentangan dalam furu’yang
membawa kepada pembatalan hukum ashal. Misalnya, pakar Syafi'iyyah
mengatakan bahwa seseorang yang berhutang, apabila mempunyai harta,
12
wajib membayar zakat dengan mengqiyaskan pada orang yang tidak
mampu. 'Illatnya,menurut mereka adalah sama-sama memiliki harta.
Akan tetapi, pakar Hanafiyyah dan Malikiyyah mengemukakan kritikan
mereka dengan mengatakan bahwa terdapat pertentangan
pada furu’ yaitu adanya hutang.6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qiyas adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada
hukumnya dengan hukum perkara lain yang sudah di tetapkan oleh nash,
karena adanya persamaan dalam illat (alasan) hukum, yang tidak bisa di
ketahui dengan semata-mata memahami lafad-lafadnya dan mengetahui
dilalah-dilalah bahasanya. Dengan demikian qiyas bisa dipandang sebagai
prosese berfikir dalam rangka mengeluarkan hukum (istimbath), disamping itu
qiyas juga sebagai salah satu dalil yang dapat dijadikan petunjuk adanya
hukum oleh suatu kaidah yang sudah diakui kekuatan dan kebenarannya.
B. Saran
Demikian apa yang dapat disajikan oleh pemakalah, semoga dapat
memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu makalah yang
singkat ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini dan
yang selanjutnya.
6
Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam, Jakarta: Raja Grapindo,2000, hlm
54-56
13
DAFTAR PUSTAKA
Djazuli, I. Nurol Aen. Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam. Jakarta: Raja
Grapindo, 2000.
Effendi,Satria, M, zein. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2005.
Shiddiq Saipudin, Ushul Fiqh. Jakarta : Kencana , 2011.
14

More Related Content

What's hot

05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNAfissilmikaffah1
 
Makalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaMakalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaRinoputra Stain
 
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Hilmy Fauzan Rafi
 
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)Marhamah Saleh
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Mawadah Warohmah
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Marhamah Saleh
 
Jual Beli Terlarang Secara Syara’
Jual Beli Terlarang Secara Syara’Jual Beli Terlarang Secara Syara’
Jual Beli Terlarang Secara Syara’Izzuddin Abdul Manaf
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahMarhamah Saleh
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatKhairul Muttaqin
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaHolong Marina Ops
 
Sejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihSejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihAs Kum
 

What's hot (20)

Hukum Waris (Faraidh)
Hukum Waris (Faraidh)Hukum Waris (Faraidh)
Hukum Waris (Faraidh)
 
Taqlid
TaqlidTaqlid
Taqlid
 
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
 
Makalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaMakalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljama
 
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
 
6. riba
6. riba6. riba
6. riba
 
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
 
mafhum mukhalafah
mafhum mukhalafahmafhum mukhalafah
mafhum mukhalafah
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 
Jual Beli Terlarang Secara Syara’
Jual Beli Terlarang Secara Syara’Jual Beli Terlarang Secara Syara’
Jual Beli Terlarang Secara Syara’
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
 
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalahKonsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
 
Sejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihSejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikih
 

Viewers also liked

Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasRikza Adhia
 
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyasmanea
 
Qiyas sebagai metode istinbat hukum islam
Qiyas sebagai metode istinbat hukum islamQiyas sebagai metode istinbat hukum islam
Qiyas sebagai metode istinbat hukum islamSiti Nurjanah
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahrisky13
 
Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaRisma Amalia
 
Pembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihPembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihALI FIKRI
 
Saddu Dzar'iah presentasi
Saddu Dzar'iah presentasiSaddu Dzar'iah presentasi
Saddu Dzar'iah presentasiirulhana
 
Introduction of Usul Fiqh :al-qiyas
Introduction of Usul Fiqh :al-qiyasIntroduction of Usul Fiqh :al-qiyas
Introduction of Usul Fiqh :al-qiyasNaimAlmashoori
 
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterUshul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterMiftah Iqtishoduna
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadMarhamah Saleh
 
Saddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahSaddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahMahrus Ali
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’anVia Dewi Syahara
 
Menerapkan fungsi manajemen POAC
Menerapkan fungsi manajemen POACMenerapkan fungsi manajemen POAC
Menerapkan fungsi manajemen POACevahaipah
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
sumber hukum islam ppt
sumber hukum islam pptsumber hukum islam ppt
sumber hukum islam pptDwi Margiati
 

Viewers also liked (20)

Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
 
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
 
Qiyas sebagai metode istinbat hukum islam
Qiyas sebagai metode istinbat hukum islamQiyas sebagai metode istinbat hukum islam
Qiyas sebagai metode istinbat hukum islam
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
 
Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
 
Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablana
 
Usul Fiqh 1 - Topik 9: Qiyas
Usul Fiqh 1 - Topik 9: QiyasUsul Fiqh 1 - Topik 9: Qiyas
Usul Fiqh 1 - Topik 9: Qiyas
 
Pembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihPembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqih
 
Saddu Dzar'iah presentasi
Saddu Dzar'iah presentasiSaddu Dzar'iah presentasi
Saddu Dzar'iah presentasi
 
Introduction of Usul Fiqh :al-qiyas
Introduction of Usul Fiqh :al-qiyasIntroduction of Usul Fiqh :al-qiyas
Introduction of Usul Fiqh :al-qiyas
 
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterUshul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
 
Saddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahSaddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ah
 
Mazhab fiqh
Mazhab fiqhMazhab fiqh
Mazhab fiqh
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
 
Menerapkan fungsi manajemen POAC
Menerapkan fungsi manajemen POACMenerapkan fungsi manajemen POAC
Menerapkan fungsi manajemen POAC
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Ijma’ and qias
Ijma’ and qiasIjma’ and qias
Ijma’ and qias
 
sumber hukum islam ppt
sumber hukum islam pptsumber hukum islam ppt
sumber hukum islam ppt
 

Similar to Qiyas sebagai sumber hukum islam

Hadis Sebagai sumber Ajaran islam
Hadis Sebagai sumber Ajaran islamHadis Sebagai sumber Ajaran islam
Hadis Sebagai sumber Ajaran islamTeguh Margiantoro
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharAZA Zulfi
 
Dalil dalil yang tidak disepakati
Dalil dalil yang tidak disepakatiDalil dalil yang tidak disepakati
Dalil dalil yang tidak disepakatiSyahira Aman
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxZukét Printing
 
5 haries poligami indon
5 haries poligami indon5 haries poligami indon
5 haries poligami indonZulfah Salam
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahMarhamah Saleh
 
'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablanaMarhamah Saleh
 
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakatiPresentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakatiMarhamah Saleh
 
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docxIlmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docxneniliana1
 
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSANANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSANIbnorAzli
 
Berbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docxBerbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docxZukét Printing
 
Berbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdfBerbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdfZukét Printing
 
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyah
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyahKajian filosofi aqiqah dan udhiyah
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyahdiktum2015
 

Similar to Qiyas sebagai sumber hukum islam (20)

Hadis Sebagai sumber Ajaran islam
Hadis Sebagai sumber Ajaran islamHadis Sebagai sumber Ajaran islam
Hadis Sebagai sumber Ajaran islam
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
 
Dalil dalil yang tidak disepakati
Dalil dalil yang tidak disepakatiDalil dalil yang tidak disepakati
Dalil dalil yang tidak disepakati
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
 
5 haries poligami indon
5 haries poligami indon5 haries poligami indon
5 haries poligami indon
 
ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
 
'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana
 
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakatiPresentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
Presentasi ushul fiqh dalil yg tidak disepakati
 
Makalah poligami
Makalah poligami Makalah poligami
Makalah poligami
 
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docxIlmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
 
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSANANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Berbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docxBerbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docx
 
Berbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdfBerbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdf
 
Waris menurut islam
Waris menurut islamWaris menurut islam
Waris menurut islam
 
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyah
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyahKajian filosofi aqiqah dan udhiyah
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyah
 
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyah
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyahKajian filosofi aqiqah dan udhiyah
Kajian filosofi aqiqah dan udhiyah
 

Qiyas sebagai sumber hukum islam

  • 1. QIYAS SEBAGAI METODE ISTINBAT HUKUM ISLAM MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ushul Fiqih Dosen Pengampu : Amin Farih Disusun Oleh : 1. Chyntia Ayu Puspaningtyas 133911061 2. Lina Indah Nurmalita 133911063 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 / 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk hidup dan masih di izinkan untuk menikmati dan melihat keindahan ciptaan-Nya. Shalawat beserta salam marilah kita kirimkan kepada nabi kita Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ushul fiqih ini. Dan apabila makalah ini masih kurang sempurna, penulis meminta kritik dan saran kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semarang, 27 Mei 2014 Penulis 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dinamika hukum Islam dibentuk oleh adanya interaksi antara wahyu dan rasio. Itulah yang berkembang menjadi ijtihad, upaya ilmiah menggali dan menemukan hukum bagi hal-hal yang tidak ditetapkan hukumnya secara tersurat (manshus) dalam syariah (al-kitab wa sunnah). Dengan demikian, sumber hukum Islam terdiri atas: al-Qur'an, Sunnah, Ijma' dan akal. Selain dari sumber hukum primer tersebut, dikenal juga adanya sumber-sumber sekunder (al-mashadir al-tab'iyyah), yaitu: syariah terdahulu (syar' man qablana). Pendapat sahabat Nabi (qaul al-shahabi), kebiasaan/adat-istiadat (al'urf), Istihsan, Istishlah dan Istishhab. Biasanya untuk hal yang pokok telah dicantumkan hukumnya dalam al-quran maupun al-hadits. Qiyas menjadi sangat penting mengingat makin banyak permasalahan baru dalam dunia islam yang berkaitan dengan syara` seiring dengan perkembangan zaman. Untuk itu penganalogian masalah hukum dengan tetap memperhatikan al-quran dan hadits sebagai acuan pokok menjadi sangat penting untuk menghindari perpecahan dan kebutaan umat terhadap perkara hukum syara`. Maka diperlukan Qiyas sebagai sumber hukum islam yang ke 4 oleh sebab itu, pada pembahasan makalah kami ini akan memaparkan sedikit tentang qiyas. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan masalahnya pada hal-hal sebagai berikut : 1. Pengertian Qiyas 2. Syarat-Syarat Qiyas 3
  • 4. 3. Macam - Macam Qiyas 4. Qiyas sebagai metode istinbat hukum islam BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Qiyas Menurut bahasa, qiyas berarti “menyamakan” sedang menurut istilah ahli ushul, qiyas adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada hukumnya dengan hukum perkara lain yang sudah di tetapkan oleh nash, karena adanya persamaan dalam illat (alasan) hukum, yang tidak bisa di ketahui dengan semata-mata memahami lafad-lafadnya dan mengetahui dilalah-dilalah bahasanya. Sebenarnya, pengertian qiyas syar’i di atas di ambil dari pengertian bahasanya. Sebab qiyas menurut bahasa, berarti menyamakan. Perbedaan antara dua defenisis di atas adalah bahwa defenisi yang pertama menjelaskan bahwa qiyas dengan pengertian yang hakiki. Qiyas dalam pengertian ini adalah merupakan hujjah ilahiyah yang datang dari sisi Allah untuk mengetahui hukum-Nya, dan bukan perbuatan yang di datangkan bagi seseorang. Adapun defenisi kedua,ia menegaskan makna qiyas secara majazi, yang merupakan amalan para mujahid, yang di tegakkan untuk membistimbathkan hukum syara’. Illat qiyas itu tidak dapat di ketahui dalam semata-mata memahami lafad dan maknanya tetapi memerlukan pada pencerahan pikiran dalam memperhaikan, beristidlal dan beristinbath hukum secara akal.1 B. Syarat-Syarat Qiyas Qiyas memiliki syarat-syarat di antaranya : 1 Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam, Jakarta: Raja Grapindo,2000, hlm 24 4
  • 5. 1. Tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat darinya, maka tidak dianggap qiyas yang bertentangan dengan nash atau ijma’ atau perkataan shohabat jika kita mengatakan bahwa perkataan shohabat adalah hujjah. Dan qiyas yang bertentangan dengan apa yang telah disebutkan dinamakan sebagai anggapan yang rusak (‫التعتبار‬ ‫.)فاسد‬ Contohnya : dikatakan : bahwa wanita rosyidah (baligh, berakal, dan bisa mengurus diri sendiri, pent) sah untuk menikahkan dirinya sendiri tanpa wali, diqiyaskan kepada sahnya ia berjual-beli tanpa wali. 2. Hukum ashl-nya tsabit (tetap) dengan nash atau ijma’. Jika hukum ashl-nya itu tetap dengan qiyas maka tidak sah mengqiyaskan dengannya, akan tetapi diqiyaskan dengan ashl yang pertama, karena kembali kepada ashl tersebut adalah lebih utama dan juga karena mengqiyaskan cabang kepada cabang lainnya yang dijadikan ashlkadang-kadang tidak shohih. Dan karena mengqiyaskan kepada cabang, kemudian mengqiyaskan cabang kepada ashl; menjadi panjang tanpa ada faidah. Contohnya : dikatakan riba berlaku pada jagung diqiyaskan dengan beras, dan berlaku pada beras diqiyaskan dengan gandum, qiyas yang seperti ini tidak benar, akan tetapi dikatakan berlaku riba pada jagung diqiyaskan dengan gandum, agar diqiyaskan kepada ashl yang tetap dengan nash. 3. Pada hukum ashl terdapat ‘illah (sebab) yang diketahui, agar memungkinkan untuk dijama’ antara ashl dan cabang padanya. Jika hukum ashl-nya adalah perkara yang murni ta’abbudi (peribadatan yang tidak diketahui ‘illah-nya, pent), maka tidak sah mengqiyaskan kepadanya. Contohnya : dikatakan daging burung unta dapat membatalkan wudhu diqiyaskan dengan daging unta karena kesamaan burung unta dengan unta, maka dikatakan qiyas seperti ini adalah tidak benar karena hukum ashl-nya tidak memiliki ‘illah yang diketahui, akan tetapi perkara ini adalah murni ta’abbudi berdasarkan pendapat yang masyhur (yakni dalam madzhab al-Imam Ahmad rohimahulloh, pent). 5
  • 6. 5. ‘Illah-nya mencakup makna yang sesuai dengan hukumnya, yang penetapan ‘illahtersebut diketahui dengan kaidah-kaidah syar’i, seperti ‘illah memabukkan padakhomer. Jika maknanya merupakan sifat yang paten (tetap) yang tidak ada kesesuaian/hubungan dengan hukumnya, maka tidak sah menentukan ‘illahdengannya, seperti hitam dan putih. Contohnya : Hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma : bahwa Bariroh diberi pilihan tentang suaminya ketika ia dimerdekakan, Ibnu Abbas berkata : suaminya ketika itu adalah seorang budak berkulit hitam. 6. Illat tersebut ada pada cabang sebagaimana ‘illat tersebut juga ada dalam ashl, seperti menyakiti orang tua dengan memukul diqiyaskan dengan mengatakan “uf/ah”. Jika ‘illat tidak terdapat pada cabangnya maka qiyas tersebut tidak sah. Contohnya : dikatakan ‘illah dalam pengharoman riba pada gandum adalah karena ia ditakar, kemudian dikatakan berlaku riba pada apel dengan diqiyaskan pada gandum, maka qiyas seperti ini tidak benar, karena ‘illah (pada ashl-nya, pent) tidak terdapat pada cabangnya, yakni apel tidak ditakar.2 C. Macam - Macam Qiyas 1. Qiyas Aulawi Yaitu bahwa ‘illat yang terdapat pada qiyas (furu’) lebih aula (utama) dari pada illat yang ada pada tempat mengqiyaskan (ashl). Seperti mengqiaskan memukul kepada kata-kata “ah” pada ibu bapak, karena ‘illatnya menyakiti maka hukumnya sama-sama berdosa. Sesuai Q.S Al Isra’:23                 2 Satria Effendi, M, zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005 ), hlm:33 6
  • 7.             23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850]. [850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. 2. Qiyas Musawi Yaitu ‘illat yang terdapat bpada yang qiyaskan (furu’) sama dengan illat yang ada pada tempat mengqiaskan (ashl). Karena itu hukum keduanya sama. Seperti, mengqiaskan membakar harta anak yatim dengan memakan harta anak yatim, karena illatnya sama-sama menghabiskan (melenyapkan). Sesuai Q.S Al Isra’:23                10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). 3. Qiyas Dalalah Yaitu illat yang ada pada qiyas menjadi dalil (alasan) bagi hukum tetapi tidak diwajibkan baginya (furu’). Seperti, mengqiaskan wajib zakat pada harta anak-anak kepada harta orang dewasa yang telah sampai nisab, tetapi bagi 7
  • 8. anak-anak tidak wajib mengeluarkan zakatnya diqiaskan pada haji tidak diwajibkan atas anak - anak. Rasulullah SAW bersabda “Tidak wajib zakat, kecuali dari orang kaya.” (Bukhari dan Ahmad) 4. Qiyas Syabab Yaitu menjadikan yang diqiaskan (furu’) dikembalikan kepada antara dua ashl yang lebih banyak persamaan antara keduanya. Seperti mengqiyaskan budak dengan orang merdeka, atau budak dengan benda (budak dapat dijual, diwaqafkan, diwariskan dan jaminan). Jadi furu’nya budak dapat dikembalikan kepada dua ashl : manusia merdeka dan harta kekayaan, tetapi budak itu lebih banyak persamaaannya dengan harta benda,. Jadi qiyasnya budak lebih tepat kepada harta kekayaan. Contoh lainnya seperti pembunuhan tidak sengaja terhadap hamba yang dimiliki oleh orang lain. sesuai Q.S AnNisa:92                                                                   92. dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja, dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) 8
  • 9. antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 5. Qiyas Adwan Yaitu yang diqiyaskan (furu’) terhimpun pada hukum yang ada pada tempat mengqiaskan, seperti mengqiaskan memakai perak bagi laki-laki sama halnya seperti memakai emas. ‫ا‬‫فى‬ ‫يجرجو‬ ‫انما‬ ‫والفضة‬ ‫الذهب‬ ‫انية‬ ‫فى‬ ‫وبشرب‬ ‫يأكل‬ ‫لذين‬ ‫مسلم‬ ‫)رواه‬ ‫نارجهنم‬ ‫)بطنه‬ Artinya: orang yang makan dan minum dalam bejana emas dan perak, sesungguhnya bergejolak pada perutnya api neraka jahanam.(HR.Muslim).3 D. Syarat – syarat Ashal Syarat ashal a) Hukum ashal itu adalah hukum yang telah tetap dan tidak mengandung kemungkinan dinaskhkan (diganti atau dibatalkan) b) Hukum itu ditetapkan berdasarkan syarak. c) Dalil yang menetapkan ‘illat pada ashal itu adalah dalil khusus, tidak bersifat umum d) Ashal itu tidak berubah setelah dilakukan qiyas e) Hukum ashal itu tidak keluar dari kaidah-kaidah qiyas. E. Syarat – syarat Furu’ Syarat-syarat furu’ a) Tidak ada nash dan ijma yang menetapkan hukum furu’ sebab qiyas ketika terdapat nash atau ijma yang bertentangan dengannya, maa qiyas tersebut 3 Sapiudin shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta : Kencana , 2011) hlm 12-13 9
  • 10. merupakan qiyas yang batal (fasid) dan berdasarkan kepada illat yang tidak di benarkan. b) Antara furu’ dan ashal harus sama illat hukumnya, tidak ada berbedaan antara keduanya, sehingga tidak ada mengqiyaskan sesuatu dengan berbeda. F. Syarat – syarat Illat Syarat-syarat illat Syarat-syarat illat yang telah di sepakati para ulama ushul itu ada empat macam: a) Illat itu berupa sifat yang jelas b) Illat itu harus berupa sifat yang sudah pasti c) Illat itu harus berupa sifat yang sesuai (munasib) dengan hikmah hukum d) Illat itu bukan hanya terdapat pada asal (pokok) saja. G. Syarat – syarat Hukum Ashal Syarat hukum ashal a) Hukum ashal hendaknya di tetapkan oleh Al-Qur’an seperti keharaman khamar sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya atau hukum ashal hendaknya di tetapkan oleh hadist b) Hukum ashal itu hendaknya dapat di salami akal (ma’kulul ma’na). Maksudnya akal mampu menentukan illatnya seperti keharaman khamar. c) Hukum ashal hendaknya bukan merupakan hukum yang khusus. Sebab hukum yang khusus tidak bisa di berlakukan kepada furu’ dengan cara qiyas.4 H. Dalil-Dalil Kehujjahan Qiyas Jumhur ulama telah mendatangkan dalil-dalil dari syariat untuk mendukung kehujjahan qiyas, dan sekaligus membantah golongan-golongan yang mengingkari dan peniadaan kehujjahan qiyas dalam syari’at golongan terakhir 4 Satria Effendi, M, zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005 ), hlm:41 10
  • 11. ini disebut nuffatul qiyas (penolak qiyas).Berikut ini adalah dalil-dalil kehujjahan qiyas : 1. Bahwa syari’at islam datang untuk mengatur kehidupan manusia; memelihara hubungan mereka secar khusus maupun yang umum di antara individu dan masyarakat; Allah yang maha suci tidaklah mengutus para nabi dan rasul kepada manusia kecuali sebagai rahmat alam semesta.Allah berfirman: Artinya: “Dan tidaklah kami mengutus kamu ( muhammad ) malainkan sebagai rahmat bagi alam semesta (al-anbiya’:107)”. 2. Bahwa al-qur’an telah mempergunakan qiyas dalam mencukupkan dan menetapkan hujjah serta menjelaskan sebagai hukum dan menetapkannya jika sama, dan menghilangkannya jika berbeda. 3. Bahwa al-qur’an telah banyak menyuruh manusia untuk mengambil I’tibar (pelajaran) dalam berbagai peristiwa. 4. Bahwa para sahabat telah berjima’ atas kehujjahan qiyas. 5. Bahwa nash-nash al-qur’an dan as sunnah adalah terbatas dan sudah selesai sedangkan peristiwa-pristiwa atau kejadian-kejadian zaman tiada henti-hentinya terjadi.5 I. Qiyas sebagai Metode Istinbat Hukum Islam Para pakar ushul fikih mengemukakan beberapa kritikan atas kelemah- an qiyds dalam menghasilkan suatu hukum dari kasus yang sedang dihadapi. Ada beberapa kritikan terhadap qiyas antara lain : 1. Man'u al-hukm fi al-ashal. Maksudnya, seorang mujtahid mengemukakan kritik bahwa ia tidak menerima adanya hukum pada ashal. Misalnya, pakar Syafi'iyyah mengqiyaskan hukum wajib mencuci bejana yang dijilat babi sebanyak tujuh kali pada hukum mencuci bejana sebanyak tujuh kali apabila dijilat anjing. 2. Man'u wujud al-wasfi fi al-ashal. Maksudnya, seorang mujtahid tidak mengakui keberadaan sifat pada ashal tempat mengqiyaskan. Misalnya, 5 Satria Effendi, M, zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005 ), hlm:39 11
  • 12. pakar ushul Syafi'iyyah dan sebagian pakar Malikiyyah mengatakan bahwa tata urutan (tertib) dalam mencuci anggota wudhu adalah wajib dan wudhu batal karena adanya hadas. Mereka mengqiyaskan wajibnya tertib dalam berwudhu kepada tertib amalan yang dilakukan dalam salat, karena keduanya sama-sama ibadah. Akan tetapi, pakar Hanafiyyah dan sebagian pakar Malikiyyah mengemukakan kritikan bahwa sifat hadas dalam al- ashal, yaitu salat, tidak ada, karena hadas itu sendiri, menurut mereka tidak membatalkan salat. Yang membatalkan oleh hadas adalah taharah, sekalipun dengan batalnya taharah yang membatalkan shalat. 3. Man'u kaun al-wasfi 'illatan. Maksudnya pengkritik mengatakan ia tidak menerima sifat yang dianggap sebagai ‘illat itu sebagai ‘illat. Misalnya, pakar Hanafiyyah mengatakan, wanita budak yang dimerdekakan orang merdeka mempunyai hak pilih sebagaimana berlaku bagi budak laki-laki. 4. Mu'aradah fi al-ashal. Misalnya, pakar ushul Syafi'iyyah mengqiyaskan apel pada gandum dalam hal pemberlakuan riba fadl, karena keduanya mempunyai ‘illat yang sama, yaitu jenis makanan. Akan tetapi, pakar ushul Malikiyyah mengatakan bahwa "jenis makanan" bukanlah ‘illat, karena yang menjadi ‘illat pada gandum itu, menurut mereka adalah "makanan pokok" dan apel bukan sebagai makanan pokok. 5. Mu'aradah wujud al-wasfi fi al-furu’. Maksudnya pengkritik menyatakan penolakannya terhadap kevalidan suatu sifat yang dijadikan ‘illat pada ashal. Misalnya, pakar Malikiyyah mengatakan memberi upah kepada orang lain untuk menghajikan seseorang yang telah wafat adalah boleh, dengan alasan bahwa haji adalah suatu pekerjaan yang bisa dikerjakan orang lain; sama halnya dengan tukang jahit yang menerima upah jahitan baju. 6. Mu'aradah fi al-far'u min mayaqtadi naqid al-hukm. Maksudnya, pengkritik mengemukakan bahwa terdapat pertentangan dalam furu’yang membawa kepada pembatalan hukum ashal. Misalnya, pakar Syafi'iyyah mengatakan bahwa seseorang yang berhutang, apabila mempunyai harta, 12
  • 13. wajib membayar zakat dengan mengqiyaskan pada orang yang tidak mampu. 'Illatnya,menurut mereka adalah sama-sama memiliki harta. Akan tetapi, pakar Hanafiyyah dan Malikiyyah mengemukakan kritikan mereka dengan mengatakan bahwa terdapat pertentangan pada furu’ yaitu adanya hutang.6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Qiyas adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada hukumnya dengan hukum perkara lain yang sudah di tetapkan oleh nash, karena adanya persamaan dalam illat (alasan) hukum, yang tidak bisa di ketahui dengan semata-mata memahami lafad-lafadnya dan mengetahui dilalah-dilalah bahasanya. Dengan demikian qiyas bisa dipandang sebagai prosese berfikir dalam rangka mengeluarkan hukum (istimbath), disamping itu qiyas juga sebagai salah satu dalil yang dapat dijadikan petunjuk adanya hukum oleh suatu kaidah yang sudah diakui kekuatan dan kebenarannya. B. Saran Demikian apa yang dapat disajikan oleh pemakalah, semoga dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu makalah yang singkat ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini dan yang selanjutnya. 6 Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam, Jakarta: Raja Grapindo,2000, hlm 54-56 13
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Djazuli, I. Nurol Aen. Ushul Fiqh, Metodologi Hukum Islam. Jakarta: Raja Grapindo, 2000. Effendi,Satria, M, zein. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2005. Shiddiq Saipudin, Ushul Fiqh. Jakarta : Kencana , 2011. 14