1. SEKRETARIAT STBM NASIONAL
LEBIH SEHAT LEBIH BAIK
cari
BERANDA » DATA DAN FAKTA TERKAIT
Data dan fakta terkait
Berikut ini beberapa data dan fakta terkait dengan program STBM di Indonesia.
DIARE
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.
Sumber: Buletin diare 2011
Penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Penyebab kematian anak
balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%) dan pnemonia (15,5%).
Sumber: Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007
Sebagian besar penderita diare tidak datang berobat ke sarana kesehatan. Ada yang mengobati sendiri, ada yang berobat ke praktek dokter
swasta, ada ke Puskesmas, Rumah Sakit, dan ada yang tidak kemana-mana.
Sumber: Buletin diare 2011
Diare dan gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan pasien rawat inap di Rumah Sakit.
Sumber: Buletin diare 2011
Prevalensi nasional Diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi
mempunyai prevalensi Diare diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan
Papua.
Sumber: Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007
KAITAN DIARE DENGAN SANITASI DAN PERILAKU HYGIENE
KLB diare masih sering terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang banyak. Rendahnya cakupan higiene sanitasi dan perilaku yang
rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare.
Sumber: Buletin diare 2011
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara
fekal-oral.
Sumber: Buletin diare 2011
1.8 million people die every year from diarrhoeal diseases (including cholera); 90% are children under 5, mostly in developing countries.
88% of diarrhoeal disease is attributed to unsafe water supply, inadequate sanitation and hygiene.
Improved water supply reduces diarrhoea morbidity by between 6% to 25%, if severe outcomes are included.
Improved sanitation reduces diarrhoea morbidity by 32%.
Hygiene interventions including hygiene education and promotion of hand washing can lead to a reduction of diarrhoeal cases by up to 45%.
Improvements in drinking-water quality through household water treatment, such as chlorination at point of use, can lead to a reduction of
diarrhoea episodes by betweem 35% and 39%.
Sumber: WHO Facts and Figures 2005
An effective way of preventing diarrhea is by blocking the main pathways of fecal-oral transmission of bacteria, viruses and pathogens that
cause diarrhea. Hygiene behaviors have been shown to block these pathways and include 1) handwashing with soap at appropriate times, 2)
using improved sanitation facilities, 3) washing food before cooking and covering cooked food, and 4) treating and safely storing drinking
BerandaBeranda Data dan fakta terkaitData dan fakta terkait Download Pustaka STBMDownload Pustaka STBM Mitra Pelaku STBMMitra Pelaku STBM
https://sekretariatstbm.wordpress.com/data-dan-fakta-terkait/
1 dari 2 3/18/2013 1:00 PM
2. Share this:
water.
Sumber: Formative Research Report Hygiene and Health 2006
A 30-50% reduction in the burden of diarrheal diseases can be achieved through feasible prevention—improvements of water supply,
sanitation, and hygiene.
A recent analysis of 21 controlled field trials related to point-of-use water treatment and safe water storage at the household level showed a
reduction of 42% in diarrheal disease compared with other groups.
A literature meta-analysis has found that the single hygiene practice of handwashing with soap is able to reduce diarrhea incidence by over
40% and intestinal infections (cholera, dysentery, hospitalized diarrheas due to other causes) by over 50%.
Sumber: The Hygiene Improvement Framework, 2004
PERILAKU HYGIENE MASYARAKAT INDONESIA
Hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang
air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Sumber: Strategi Nasional STBM
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencucitangan adalah (i) setelah
buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan
(v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan
99,20% merebus air untukmendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Sumber: Strategi Nasional STBM
KONDISI SANITASI DI INDONESIA
Persentase Rumah Tangga dengan akses ke Sanitasi Layak, 1993-2011
1993: 24,81 | 1994: 27,52 | 1995: 21,93 | 1996: 25,40 | 1997: 27,65 | 1998: 28,90 | 1999: 32,56 | 2000: 32,72 | 2001: 34,30 | 2002: 35,64
| 2003: 35,61 | 2004: 38,13 | 2005: – | 2006: 35,03 | 2007: 44,20 | 2008: 48,56 | 2009: 51,19 | 2010: 55,53 | 2011: 55,60
Sumber: BPS
-
Tinggalkan Balasan
PENGUNJUNG
98 hits
Blog pada WordPress.com. / Tema: Academica oleh WPZOOM.
https://sekretariatstbm.wordpress.com/data-dan-fakta-terkait/
2 dari 2 3/18/2013 1:00 PM