Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Presentation grounding K3 Listrik
1. I. PETIRI. PETIR
I.1 Pengertian PetirI.1 Pengertian Petir
1.1. PetirPetir atauatau halilintarhalilintar merupakan gejalamerupakan gejala
alam yang biasanya muncul pada musimalam yang biasanya muncul pada musim
hujan di mana di langit muncul kilatanhujan di mana di langit muncul kilatan
cahaya sesaat yang menyilaukan yangcahaya sesaat yang menyilaukan yang
beberapa saat kemudian disusul denganbeberapa saat kemudian disusul dengan
suara menggelegar.suara menggelegar.
Perbedaan waktu kemunculan iniPerbedaan waktu kemunculan ini
disebabkan adanya perbedaan antaradisebabkan adanya perbedaan antara
kecepatan suara dan kecepatan cahaya.kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
2. 2.2. PetirPetir adalah Gejala alam yang bisa kitaadalah Gejala alam yang bisa kita
analogikan dengan sebuah kapasitoranalogikan dengan sebuah kapasitor
raksasa, dimana lempeng pertama adalahraksasa, dimana lempeng pertama adalah
awan (bisa lempeng negative atau lempengawan (bisa lempeng negative atau lempeng
positif) dan lempeng kedua adalah bumipositif) dan lempeng kedua adalah bumi
(dianggap netral).(dianggap netral).
Seperti yang sudah diketahui kapasitorSeperti yang sudah diketahui kapasitor
adalah sebuah komponen pasif padaadalah sebuah komponen pasif pada
rangkaian listrik yang bisa menyimpan energirangkaian listrik yang bisa menyimpan energi
setiap sesaat (energy storage).setiap sesaat (energy storage).
3. 3.Petir adalah lecutan elektrik yang disertai
guntur antara awan dengan awan lainnya
atau dengan bumi, sedangkan bola petir
kemungkinan terjadi di daerah yang
memiliki gelombang radio yang tinggi
(akibat dari hujan angin).
Besar medan listrik minimal yang
memungkinkan terpicunya petir ini adalah
sekitar 1.000.000 volt per meter.
4. I.2I.2 Proses Terjadinya PetirProses Terjadinya Petir
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan
bumi. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia
bergerak terus menerus secara teratur, dan selama
pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya
sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu
sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif
berkumpul pada sisi sebaliknya.
Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup
besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif
(elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk
mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan
muatan ini, media yang dilalui elektro adalah udara. Pada
saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi
udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi
pada musim hujan, karena pada saat tersebut udara
mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya
isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena
ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif,
maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda
muatan.
5. 1.Potensi Bencana Petir
Potensi bencana petir banyak dipengaruhi
oleh sifat petir itu sendiri dan juga faktor-
faktor pembentuknya, yaitu :
Menyambar benda yang relatif tinggi
dibandingkan dengan sekitarnya
Menyambar benda-benda yang bersifat
konduktor
Awan yang tebal dan berlapis
I.3 Kajian Potensi dan Kerentanan Bencana Petir
6. 2. Kerentanan Bencana Petir
Sedangkan kerentanan bahaya petir dipengaruhi oleh
aktifitas dan posisi manusia dan bendanya.
Berperahu
Berdiri di bawah pohon
Bermain sepakbola
Berenang
Memancing ikan di perahu
Bermain Golf
Mendaki gunung
Bersepeda
I.3 Kajian Potensi dan Kerentanan Bencana Petir
7. I.4 Dampak Negatif dan Positif Petir
1. Dampak Positif :
Sambaran listrik dapat menyuburkan tanah karena
dapat meningkatkan konsentrasi nitrogen/harap pada
tanah.
2. Dampak Negatif :
Apabila petir menyambar rumah, rumah tersebut
akan rusak dan perabotan elektronik akan rusak
seperti telpon, televisi, atau yang lainnya.
Hujan yang disertai petir akan mengganggu alat
komunikasi antara lain telepon, televise, radio, atau
alat komunikasi lainnya. Hal ini karena frekuensi
yang dipancarkan terganggu oleh loncatan listrik
yang besar di udara sehingga suara atau gambar
yang dikirim akan tidak jelas, terputus-putus,bunyi
gemeresek.
8. I.5 Usaha Pengurangan Bahaya Petir
1. Self Awarness
Menunda kegiatan di luar rumah jika badai petir
terjadi
Pindah ke bangunan yang kokoh atau mobil, dan
tetap berada didalamnya sampai badai berhenti atau
minimalnya 30 detik
Matikan dan putuskan semua alat elektronik yang
berkaitan dengan alat elektronik
Menghindari kontak dengan air seperti mandi atau
berenang
2. Dengan menggunakan metode sangkar faraday.
Yaitu dengan melindungi area yang hendak
diamankan dengan melingkupinya memakai
konduktor yang dihubungkan dengan pembumian.
9. I.5 Usaha Pengurangan Bahaya Petir
3. Penggunaan alat penangkal petir
Ada beberapa macam alat penangkal petir yang biasa
digunakan, yaitu :
3a. Franklin Rod, alat ini berupa kerucut tembaga dengan
daerah perlindunganberupa kerucut imajiner dengan
sudut puncak 1120. Agar daerah perlindungan besar,
Fanklin rod dipasang pada pipa besi (dengan tinggi 1-3
meter). Makin jauh dari Franklin rod makin lemah
perlindungan di dalam daerah perlindungan tersebut.
Franklin rod dapat dilihat berupa tiang-tiang di bubungan
atap bangunan.
3b. Faraday Cage, Untuk mengatasi kelemahan Franklin
Rod karena adanya daerah yang tidak terlindungi dan
daerah perlindungan melemah bila jarak makin jauh dari
Franklin Rod-nya maka dibuat system Faraday Cage.
Faraday Cage mempunyai sistem dan sifat seperti
Franklin Rod, tapi pemasangannya di seluruh permukaan
atap dengan tinggi tiang yang lebih rendah.
10. I.5 Usaha Pengurangan Bahaya Petir
3. Penggunaan alat penangkal petir
3c. Ionization Corona
Sistem ini bersifat menarik petir untuk menyambar ke
kepalanya dengan cara memancarkan ion-ion ke
udara. Kerapatan ion makin besar bila jarak ke
kepalanya semakin dekat. Pemancaran ion dapat
menggunakan generator
3d. Radioaktif
Meskipun merupakan sistem penarik petir terbaik,
namun suah dilarang penggunaannya karena radiasi
yang dipancarkannya dapat mengganggu kesehatan
manusia. Selain itu sistem ini kan berkurang radius
pengamanannya bersama waktu sesuai dengan sifat
radioaktif.
11. I.6 Hal yang Diperhatikan Pada
Sistem Penangkal Petir
korosi adalah hal yang sering terjadi pada sistem
penangkal petir, dengan mutu material yang rendah
banyak dijumpai penangkal petir yang terpasang
hanya baik untuk 3-12 bulan. Setelah korosi terjadi
pada semua komponen, sistem penangkal petir
tidak lagi menghantar dengan sempurna. Akibatnya
jelas : kerugian material sampai bahaya kematian
bagi manusia.
Pastikan semua sistem penangkal petir terbuat dari
material tembaga murni, bukan campuran dan
kwalitas manufaktur yang prima !!
12. PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK (AK.3)
A R E S T E R
Adalah rangkaian seri celah proteksi
tahanan tidak linier dan elemen proteksi
untuk membatasi tegangan lebih pada
saluran udara tegangan rendah AKIBAT
PETIR.
Dengan pemasangan arester maka
tegangan lebih impuls akibat petir
secara aman akan disalurkan ke bumi.
13. PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK (AK.3)
Tahanan Tidak Celah Proteksi
Linear (Semi konduktor)
16. PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK (AK.3)
ELEKTRODE BUMI.
1.Elektrode PITA.
2.Elektrode BATANG.
3.Elektrode PELAT.
4.Elektrode JARINGAN
PIPA AIR.
(Catatan : Bahan Dari Besi HARUS Digalvanis)
17. PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK (AK.3)
ELEKTRODE BUMI
1.SEBAGAI ELEKTRODE BUMI DAPAT DIGUNAKAN
BAHAN-BAHAN BERIKUT :
a. Tulang baja, tiang pancang
b. Pipa pompa air, pipa air minum.
c. Penghantar lingkar yang ditanam
mendatar
d. Pelat logam galvanis, pelat tembaga
ditanam
e. Pipa galvanis, kabel tembaga, kabel
khusus.
18. GROUND ROD
PANJANG
2,5 m
C.CLAMP CU
DI PRES / DES
RING CLAMP
DI BAUT
PANJANG CU 15 cm
BI METAL CU-AL
DIA METER
CU 50 mm2
PRAL LALU
DI PERTIN
DIA METER
16 mm2
PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN
KONDUKTOR GROUNDING YANG RUSAK
Ǿ16 mm
Ǿ13 mm
PANJANG
2.500 mm
BAHAN BETON
Yzer dilapisi
CU 250 micron
19. PENGUJIAN GROUNDING
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Gounding Tester
Kabel (3 gulung dengan panjang @ 3 m; 15
m & 30 m)
Pasak ( 2 buah)
Lembar Kerja Pengujian
20. PROSEDUR PENGUJIAN
GROUNDING
1. Titik Grounding yang akan diuji harus diketahui dan dicatat
dahulu spesifikasi, tipe atau karakteristiknya (misal jenis kabel
yang digunakan, warna isolasi pembungkus kabel) sehingga
akan memudahkan perbandingannya dengan hasil uji yang
akan dilakukan.
2. Harus mempunyai Dokumen Standar Pengujian, sebagai
pembanding dengan data pengujian yang kita punyai.
Misalkan PUIL tahun 2000; dimana syarat untuk titik
grounding nilai maksimal yang diijinkan sebesar 5 Ω.
Sehingga dapat ditetapkan apakah Titik Grounding tersebut
telah memenuhi standar.
3. Hidupkan Gounding Tester dan atur sehingga terbaca nol Ω
(di-zero-kan dahulu).
4. Rangkai seluruh peralatan yang digunakan seperti pada
gambar pada petunjuk penggunaan alat.
21. PROSEDUR PENGUJIAN
GROUNDING
5. Siapkan Lembar Kerja Pengujian.
6. Hidupkan Gounding Tester catat nilai yang
terbaca pada display di Lembar Kerja
Pengujian.
7. Setelah itu ulangi langkah 3 sampai 6,
dengan lokasi yang berbeda dan catat
semua hasilnya pada Lembar Kerja
Pengujian.
8. Kemudian simpulkan hasil pengujian dan
beri analisanya.