1. DRAMA MELAYU HANG TUAH
Tokoh :
1. Hang Mahmud
2. Dang Merdu (Istri Hang Mahmud)
3. Datuk Bendahara
4. Sultan
5. Istri Sultan
6. Perompak (Taming Sari)
7. Hang Tuah (Anak Hang Mahmud)
8. Hang Jebat
Take 1 : Di suatu pagi, Hang Mahmud menceritakan bahwa ia bermimpi bulan turun dari langit.
Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya
serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang
Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya,
Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.
?Set : Di tempat duduk, berdua, Dang Merdu merebahkan Kepalanya di bahu Hang Mahmud
Dang Merdu : Kanda, kenapa kanda bermuram durja, ceritakanlah kepada Dinda masalah yang
menimpa kanda. Nampaknya ada suatu hal yang mempengaruhi Kanda.
Hang Mahmud : Dinda, tadi malam Kanda bermimipi, bahwa bulan turun dari langit, dan cahayanya
penuh diatas kepala anak kita, seperti bulan itu jatuh. Ya, seperti bulan itu terjatuh kepada anak kita,
Hang Tuah. Setelah Kanda terbangun, Kanda mengangkat tubuh Hang Tuah dan terasa sangat wangi.
Menurut Dinda, pertanda apakah ini?.
Dang Merdu : Apakah itu benar Kanda?. Kanda, janganlah bingung dengan kejadian itu, itu berarti
anak kita Hang Tuah akan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa. Nanti, mari bantu Dinda
memandikan dan meluluri anak kita.
Hang Mahmud: Apakah itu benar dinda ?. Ya sudah. Nanti kita lakukan.
Take 2 : Beberapa tahun kemudian, Hang Tuah tumbuh menjadi anak yang cerdas, tangkas,
dan lihai berbela diri. Dia memiliki sahabat yang bernama Hang Jebat yang sudah dia anggap sebagai
saudara kandungnya sendiri. Di dermaga, mereka sedang menceritakan cita-cita mereka dan saling
berbalas pantun.
2. ?Set : Di dermaga, Jebat menepuk pundak, saling berpandangan
Hang Tuah : Jebat, suatu saat kita pasti bisa menjadi dua orang panglima yang menguasai seluruh
lautan.
Hang Jebat : Aku harap seperti itu Tuah.
Hang Tuah : Jikalau bertolak ke Malaysia Singgah sebentar di Kuala Lumpur Jika kelak kita dewasa
Lautan bergolak kita yang atur
Hang Jebat : Jika sungguh di Kuala Lumpur Belilah gadah yang berikat Langit gemuruh alam pun
hancur Tidak kita Tuah dan Jebat
Hang Tuah : Jebat, kau harus setia bersamaku, jngan kau menghianatiku. Kita berdua sahabat
sejati. Karena Takkan Melayu Hilang di Bumi.
Hang Jebat : Baiklah Tuah. Aku akan selalu bersamamu.
Take 3 : Setelah mereka bercakap-cakap di dermaga, merekapun kepasar. Untuk melihat-lihat.
Ternyata di pasar ada Sultan Mahmud, Dt. Bendahara dan Istri Sultan tengah berbelanja. Hang Tuah dan
Hang Jebat pun menghampiri. Tetapi didului oleh Taming Sari dan Perompak yang bermaksud ingin
melukai Sultan.
?Set : Istri menunjuk, Memeluk. Datuk Menoleh, Perompak sambil berjalan, Jebat menangkis
Istri Sultan : Kanda, aku ingin membeli perhiasan baru, perhiasanku dirumah sudah usang.
bolehkan kanda?.
Dt. Bendahara : Maaf Tuan Putri, saya tidak membawa banyak uang.
Sultan : Diam Bendahara. Dinda, apapun akan kuberikan untukmu dinda. Apa yang kamu mau,
akan kuberi. Apa yang kau pinta, akan kupenuhi. Pilih lah sesuka hati mu.
Istri Sultan : Terima kasih Kanda ( Sambil memeluk Sultan, tetapi belum berapa lama Istri Sultan
memilih, datanglah 2 orang penjahat )
Taming Sari : Hei Sultan, turunlah kau dari tahta itu. Kau sudah tak pantas disitu. Jika tidak, aku
akan melukai itu.
Perompak : Betul itu. Jika kau masih mau hidup, turuti perintah kami. ( Mereka berdua pun
menyerang sultan, tapi dapat di patahkan oleh Hang Tuah dan Hang Jebat )
Hang Tuah : Hei kau, jangan sekali-kali kau melukai raja kami ini.
Perompak : Jangan kau halangi kami anak ingusan.
Hang Jebat : Jika kau ingin ada pertumpahan darah, mari kita lakukan. ( Merekapun berkelahi,
setelah lama berkelahi, 2 orang jahat itupun kabur )
3. Take 4 : Setelah kejadian itu, Hang Tuah dan Hang Jebat pun di panggil ke istana untuk diberi
penghargaan. Tetapi Hang Tuah dan Hang Jebat menolak. Dan tiba-tiba 2 orang jahat itu kembali datang
mengacau.
?Set : Di Istana, Perompak datang lagi
Istri Sultan : Oh, jadi orang kampung ini yang menjadi penyelamat ?. Huh, Tak pantas.
Sultan : Diam kau Istriku, dia ini adalah orang yang baik. Mereka telah menyelamatkan
nyawaku. Jika tidak ada mereka, mungkin aku dan kau sudah mati ditangan pengacau itu. Maafkan
Istriku ya.
Hang : Tidak apa-apa yang mulia.
Sultan : Baiklah, kau telah menyelamatkanku. Apapun yang kau inginkan akan kuberi. Pergilah
kau kepasar. Dan belilah barang-barang yang kau butuhkan. Kau akan ditemani Dt. Bendahara.
Dt. Bendahara : Baik yang mulia. Ayo ikut aku ke pasar. Kali ini aku membawa uang banyak.
Belanjalah semaumu.
Hang Tuah : Maaf yang mulia. Kami menolong dengan ikhlas. Kami tidak mengharapkan balasan
dari yang mulia.
Hang Jebat : Bukannya kami lancang yang mulia.
Istri Sultan : Alah, jangan munafik kalian berdua !.
Sultan : Diam Istriku !. ( Tiba-tiba pengacau itu pun datang lagi )
Taming Sari : Hei kau Raja bedebah yang lalim !. Urusan kita belum selesai.
Perompak : Dan kalian berdua, jangan halangi niat kami lagi. Jika tidak, kami tak segan- segan
memancung kalian.
Hang Tuah : Ouuuppp, Tidak bisa. Jangan menyesal jika fakta itu berbalik bedebah !.
Hang Jebat : Benar !.
Perompak : Ini delima bukan sembarang delima Ini delima delima seragi Ini panglima bukan
sembarang panglima Ini panglima rampok sejati
Hang Tuah : Jangan nak jabar antan kayu Antan kayu tak makan api Jangan nak jabar jantan
melayu Jantan melayu tak takut mati
Taming Sari : Aaaaaaaarrrrrggggghhhh !!! ( Sambil menyerang )
Hang Jebat : Salah satu dari mereka pasti adalah Taming Sari. Orang yang memiliki Keris kebal.
Baiklah Tuah. Aku serang Perompak itu, kau kejar Taming Sari itu.
4. Hang Tuah : Baik
Take 5 : Maka terjadilah perkelahian di dalam istana. Banyak orang yang mati. Tetapi Sultan
kembali selamat. Taming Sari yang kebal oleh Keris itupun berhasil dibunuh oleh Hang Tuah. Dan Hang
Tuah mendapatkan Keris kebal itu. Tetapi malang bagi Hang Jebat. Dia tidak berhasil membunuh
Perompak. Perompak itu lebih lihai. Dan Hang Tuah dan Hang Jebat pun diangkat menjadi Panglima
Perang.
?Set : Di istana, Tuah pergi
Sultan : Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Kalian adalah pelindung jiwaku. Aku angkat
kalian menjadi Panglima.
Istri Sultan : Apa?. Apa Kanda tidak salah?.
Dt. Bendahara: Diam kau.
Hang Tuah : Terimakasih yang mulia. Aku akan memegang teguh jabatan itu.
Hang Jebat : Maaf yang mulia. Aku tidak bisa menerima jabatan itu. Aku sungguh tidak pantas.
Lebih baik Hang Tuah saja.
Hang Tuah : Jebat ?.
Sultan : Baiklah kalau begitu. Untuk tugas pertama, aku perintahkan kau ke Pahang untuk
mencari Tun Teja.
Hang Tuah : Baik yang mulia. Tapi kenapa kau Jebat?.
Hang Jebat : Aku baik-baik saja Tuah. Pergilah. Pergilah.
Take 6 : Maka pergilah Hang Tuah ke Pahang and bertemu Melor yang merupakan selir Sultan.
Hang Tuah menceritakan niatnya kepada Melor bahwa dia ingin mencari Tun Teja yang diperintahkan
oleh Sultan. Tetapi Sultan melihatnya dan salah memahami. Sultan menuduh Hang Tuah berzinah
dengan Melor.
?Set : Di perjalanan, Hang Tuah di tangkap
Hang Tuah : Melor, akhirnya kita bertemu di sini. Aku ke Pahang bermaksud mencari Tun Teja.
Apakah kau tahu dimana ia berada?. Kau kan sudah lama berada di Pahang ini.
Melor : Benar Tuah. Dulu aku sering berjumpa dengannya. Tetapi sekarang aku sudah jarang
melihatnya. Mungkin dia berada di Kampung Durian Runtuh.
Hang Tuah : Baiklah, terimakasih Melor. Aku akan ke sana ( belum putus pembicaraan Hang Tuah
tiba-tiba Sultan datang )
5. Sultan : Bangsat kau Hang Tuah !. Aku perintahkan kau ke sini untuk mencari Tun Teja. Bukan
menyelingkuhi istriku !. Sekarang kau ku tangkap dan ku hukum kau untuk dipancung !.
Melor : Tenang Kanda. Itu semua tidak benar. Tuah hanya bertanya kepadaku mengenai Tun
Teja.
Hang Tuah : Benar yang mulia !.
Sultan : Hentikan itu. Aku sudah tidak percaya lagi kepada kalian berdua. Datuk, tangkap Hang
Tuah !.
Dt. Bendahara : Baik yang mulia. Ayo cepat !.
Take 7 : Dan Hang Tuah pun dibawa Dt. Bendahara kembali ke Bintan. Dt. Bendahara
menyebutkan kepada Sultan bahwa Hang Tuah telah ia bunuh. Padhal Dt. Bendahara
menyembunyikannya di suatu tempat.
?Set : Datuk menunduk, Sultan menunduk, datuk menarik sultan di tengah perjalanan, datuk
bercerita
Dt. Bendahara : Yang mulia. Aku telah membunuh Hang Tuah itu.
Sultan : Baguslah kalau begitu. Gajimu akan aku naikkan.
Istri Sultan : Apa Kanda?.
Sultan : Biar sajalah Istriku. ( Tiba-tiba Hang Jebat datang )
Hang Jebat : Hei kau Raja yang Lalim. Aku telah mengetahui kebusukanmu. Mana sahabatku?.
Mana sahabatku Tuah?. Kau kemanakan dia?. Bedebah.
Sultan : Hahaha. Apa yang ingin kau lakukan?. Hang Tuah telah aku bunuh !. ( Hang Jebat pun
mengamuk. Sehingga membunuh Istri Sultan )
Dt. Bendahara : Ayo ikut aku yang mulia. Disini kau akan aman.
Sultan : Cepat. Tolong aku !.
Dt.Bendahara : Maaf yang mulia.Sebenarnya aku tidak membunuh Hang Tuah. Tetapi aku
menyembunyikannya di suatu tempat. Karena aku tahu dia tak bersalah.
Sultan : Tidak apa-apa. Jika itu benar. Cepat antarkan aku kepadanya.
Dt. Bendahara : Baiklah. Mereka pun pergi menemui Hang Tuah
Dt. Bendahara : Tuah, Tuah, buka pintu. Ini aku. Aku bersama Sultan
6. Hang Tuah : Baik Datuk. Sultan : Tuah, maafkan aku telah menuduhmu. Di istana Sahabatmu Jebat
sedang mengamuk mengenai masalah aku membunuhmu. Ku harap kau bisa menenangkannya.
Take 8 : Hang Tuah pun pergi ke istana dan berbicara kepada Hang Jebat. Tetapi Hang Jebat
sudah kalap mata. Ia sudah sperti dirasuki Iblis. Hang Jebat malah menyerang Hang Tuah. Tetapi malang
bagi Hang Jebat. Dia mati ditangan Hang Tuah. Sahabatnya sendiri.
?Set : Tuah menepuk pundak Jebat, mengalihkan keris
Hang Tuah : Jebat, berhentilah. Kau sudah banyak membuat orang mati. Lebih baik kau berhenti.
Hang Jebat : Maaf, Aku tidak mengenal mu.
Hang Tuah : Ini aku, Tuah. Sahabatmu.
Hang Jebat : Apa?. Kau ingin menjadi sahabatku Tuah yang mati dibunuh Raja yang lalim itu?.
Hang Tuah : Tidak Jebat. Aku tak dibunuh. Aku hanya diasingkan ke tempat terpencil.
Hang Jebat : Ah Sudah lah. Aku tak ingin mendengar semua kebohonganmu. ( Sambil menyerang
Hang Tuah dan Hang Jebat pun mati)
Hang Jebat : ( Di saat kritis ) ternyata kau memang Hang Tuah. Sahabat karibku. Sahabat terbaikku.
Hang Tuah : Hang Jebaaaaat.
Take 9 : Mereka pun berpisah. Hang Jebat Mati dan Hang Tuah kembali diangkat sebagai
Panglima. Hang Tuah kembali diberi tugas untuk mengawal Raja. Dan pada saat mengawal, hangtuah
diserang Perompak yang pernah dijumpainya.
?Set : Tuah terbunuh dan Perompak mengangkat leher tuah
Perompak : Hahaha. Sudah lama tidak bertemu Tuah. Kini kau sudah kehilangan sahabatmu. Dan
kau pasti sudah kehilangan separuh jiwamu. Kini aku kembali datang untuk membalaskan dendam
Panglimaku.
Hang Tuah : Baiklah kalau itu yang kau mau. Akan aku layani keinginanmu. Perompak berhasil
mengalahkan Hang Tuah. Hang Tuah tertembus peluru.
Perompak : Maafkan aku Hang Tuah. Sekarang, tidak ada lagi yang bisa menghalangiku. Hang
Tuah : …
7. Naskah drama Putri Tujuh
Pemain:
Narator
Mayang Kemuning
Mayang Melati
Mayang Mawar
Mayang Anggrek
Mayang Kemboja
Mayang Lili
Mayang Sari
Cik Sima
Ratu Melani
Pengawal Cik Sima
pengawal empangkuala
Dayang
· Jin
Naskah
(Narator : konon, pada zaman dahulu kala, di daerah dumai berdirilah sebuah
kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini di perintah oleh seorang ratu yang bernama Cik
Sima. Ratu ini memiliki tujuh orang putri yang elok nan rupawan, yang dikenal dengan putri tujuh. Dari
ketujuh putri tersebut, putri bungsulah yang paling cantik namanya Mayang Sari. Putri Mayang sari
memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri
bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagaikan delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnye
panjang dan ikal terurai bagai mayang, karna itu sang putri juga dikenal dengan sebutan Manyang
Mengurai.
8. Pade suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubung sarang umai.)
7 Putri : (bermain air sambil tertawa)
M. Kemuning : “kalian adik-adikku sungguh lah cantik rupawan.”
M. Melati : “kakakku, Mayang Kemuning. Kau memiliki rambut yang hitam dan panjang serta
lembut.”
M. Lili : “Mayang Kamboja, kakakku. Kau memiliki mata yang indah.”
M. Kamboja : “adikku, Mayang Lili. Kau memiliki suara indah untuk bernyanyi.”
M. Mawar : “Mayang Anggrek. Kau mempunyai kepintaran seperti ibunda.”
M. Anggrek : “Mayang Mawar. Kakak memiliki kebijaksanaan yang di turunkan ibunda.”
M. Kemuning : “dan adik bungsuku, Mayang Sari. Kau memiliki semua yang kami miliki.”
M. Sari : “Terima kasih kakak-kakakku. Aku menyayangi kalian semua.”
7 Putri : (melanjutkan bermain air)
(Narator : karna asyik berendam dan tak menyadari ada beberapa pasang mata yang melihat mereka,
yang ternyata adalah pangeran empang kuala dan para pengawalnya. Mereka mengamati ketujuh putri
tersebut dari balik semak-semak. Secara diam-diam, sang pangeran terpesona melihat kecantikan salah
satu putri yang tak lain adalah putri Mayang Sari)
Empang Kuala : “Aduhai, rupawan sekali mereka!”
Pengawal (EK) : “pangeran benar. mereka putri-putri dari kerajaan Seri Bunga Tanjung, pangeran”
Empang Kuala : “ya….ya…ya…. d’umai….d’umai…..gadis itu” ( mengintip dan sambil melirik salah satu
putri)
(Narrator : kata-kata itu terus terucap dalam hati pangeran Empang Kuala. Rupanye sang pangeran jatuh
hati kepada putri. Karena itu, sang pangeran nak berniat untuk meminangnye.
Beberapa hari kemudian, sang pangeran meminta ibunye Ratu Melani untuk melamar putri itu yang di
ketahui bernama putri Mayang Sari)
Empang kuala : “wahai ibunda, antarkan lah tepak sirih ini sebagai pinanganku kepade keluarga
kerajean Seri Bunga Tanjung”.
Ratu Melani : “baik lah anakku…”
(Narator : pergilah ratu melani beserta 2pengawalnye ke kerajaan Seri Bunga Tanjung.
9. Sesampainye di kerajaan seri bunga tanjung ratu melani beserta pengawalnye di sambut baik oleh ratu
Cik Sima)
Cik Sima : “siape kah gerangan ini?”
Ratu Melani : “perkenalkan saye ratu melani dari kerajaan tetangga”
Cik Sima : “dan ape maksuk ratu datang kemari?”
Ratu Melani : “saye bermaksud nak meminang putri ratu”
Cik Sima : “putri kami yang manekah? Kami punye 7 putri wahai ratu !”
Ratu Melani : “bisakah kami melihat ke tujuh putri tersebut?”
Cik Sima : “ya sebentar…dayang tolong bawa putri tujuhku kesini..”
Dayang : “baik yang mulia”
(Narrator : tak lama kemudian datanglah dayang dan ketujuh putri tersebut…)
Cik Sima : “Inilah ke tujuh putriku. Baiklah putri tujuhku tersayang, perkenalkan diri kalian
kepade Ratu Melani.”
M. Kemuning : “Saye putri pertame, saye putri Mayang Kemuning, saye suke menjahit dan merajut”
M. Melati : “Saye putri kedua, saye putri Mayang Melati, saye suke berenang”
M. Mawar : ”Saye putri ketige, saye putri Mayang Mawar, saye suke memasak”
M. Anggrek : “Saye putri keempat, saye putri Mayang Anggrek, saye suke menari”
M. Kemboja : “Saye putri kelima, saye putri Mayang Memboja, saye suke berkebun”
M. Lili : “Saye putri keenam, saye putri Mayang Lili, saye suke membaca”
M. Sari : “Saye putri ketujuh, saye putri Mayang Sari, saye suke berkuda”
Cik Sima : “ini lah anak-anak saye, manakah yang ratu inginkan menjadi menantu ratu?”
Ratu Melani : “sebenarnye anak saye , pangeran Empang Kuala suke dengan Mayang Sari, putri
bungsu ratu!
Cik Sima : “bagaimane ya ratu”(bingung)
Ratu Melani : “mengapa ratu..?”
Cik Sima : “maaf ratu, kami tak bisa menerima pinangan ratu”
Ratu Melani : “mengape begitu ratu, maksud kami kan baik!”
10. Cik Sima : “ya, saye paham maksud ratu, tapi menurut adat kerajaan seri bunga tanjung, putri
tertua lah yang berhak menerima pinangan terlebih dahulu”
Ratu Melani : “saye mohon..!! anak saya ingin sekali memperistri Mayang Sari”
Cik Sima : “tak bisa…!! Sekali lagi saye memohon maaf”
(Narrator: dengan perasaan kecewa ratu melani dan pengawalnye pun pulang
kembali kekerajannye.
Sesampainye dikerajaan para pengawal-pengawal yang ikut bersama ratu melani tadi pun menghadap
kepada pangeran empang kuala…)
Empang Kuala : “mengapa kalian bawa lagi tepak itu …??”
Pegawal (EK) : “ampun baginda.. kami tak ada maksud mengecewakan tuan. keluarga kerajaan seri
bunga tanjung belum bersedia menerima pinangan tuan untuk memperistri putri Mayang Sari”
Empang Kuala : “ape …..!!! pinangan saye di tolak. Kenape?”(marah dan berteriak)
Pengawal (EK) : “itu karena adat mereka melarang putri bungsu menerima pinangan sebelum putri
tertua menikah”
Empang kuala : (berdiri sambil marah dan berteriak) “saye tak peduli dengaN adat. Saya merasa
terlecehkan. Pengawal! panggil pasukan yang lain, aku nak menyerang kerajaan Seri Bunga Tanjung
karna telah menolak lamaran saye…!!”
Pengawal (EK) : “baik pangeran”(segera meninggalkan pangeran dan memanggil pasukan)
(Narator : amarah yang menguasai hati pangeran Empang Kuala tak bise di kendalikan lagi. Sang
pangeran pun segera memerintahkan para panglima dan pasukan yang lain untuk menyerang kerajaan
seri bunga tanjung. Maka pertempuran antara kedua kerajaan itu tak dapat di elakkan lagi.
Sementara itu di kerajaan Seri Bunga Tanjung, Cik Sima segera melarikan ke tujuh putrinya ke dalam
hutan dan menyembunyikan mereka kedalam sebuah lubang yang beratapkan tanah dan terlindung
oleh pepohonan. Tak lupa pula Cik Sima membekali ketujuh putrinya tersebut makanan yang cukup
untuk tiga bulan)
Cik sima : “putri-putri ku kalian harus bersembunyi di lubang ini. Untuk berjaga-jaga ini ibunda
telah menyiapkan makanan untuk kalian selama 3bulan.”
Mayang sari : “baik ibunda. Kami akan bersembunyi di sini”
Cik Sima : “ingat jangan keluar sebelum ibu kembali.
Dan Mayang Kemuning ingat jaga baik-baik adik-adikmu selama ibunda tak ade.”
11. M. Kemuning : “baik ibunda, saye akan menjaga mereka”
Cik Sima : “ibunda pergi dulu”(sambil berlari dan meninggalkan putrid-putrinya)
(Narrator: setelah mengantarkan ketujuh putrinye sang ratu kembali kekerajaannye untuk melawan
pasukan pangeran empang kuala. Sudah 3bulan berlalu tetapi pertempuran antarakedua kerajaan itu
tak kunjung usai. Setelah memasuki bulan keempat, pasukan cik sima semakin terdesak dan tak berdaya.
Akhirnye, kerajaan seri bunga tanjung di hancurkan. Rakyatnye banyak yang tewas. Melihat kerajaannye
hancur dan tak berdaye ratu cik sima segera meminta bantuan jin yang sedang bertapa di bukit hulu
sungai umai.)
Cik Sima : “pengawal kerajaan kita sudah hancur, rakyat sudah banyak yang tewas. agar tidak
memburuk keadaan saye perintahkan kalian berdua untuk menemui jin yang sedang bertapa di bukit
hulu sungai umai untuk meminta pertolongannye agar dapat mengalahkan pasukan empang kuala.”
Pengawal (CS) : “baik lah ratu, kami akan melaksanakan perintah ratu”
(Narrator : pergilah 2pengawal tersebut ketempat bertapahnye jin tersebut. Sesampainye di sana para
pengawal tersebut segera menyampaikan maksud mereka)
Pengawal (CS) : “permisi ya jin yang sedang bertapa”
Jin : “siape yang mengganggu bertapah saye”
Pengawal (CS) : “kami utusan ratu Cik Sima, kami nak mintak tolong kepada jin untuk mengalahkan
pasukan Empang Kuala”
Jin : “utusan ratu Cik Sima. Baik lah, saye akan membantu kalian”( membaca mantra)
(Narrator: setelah itu pergilah para pengawal tersebut kepada ratu. Dan menyampaikan bahwa jin
terebut mau membantu.suatu malam terjadi peristiwa yang sangat mengerikan. Secara tiba-tiba
pasukan empang kuala tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan para
pasukan Pangeran Empang Kuala. Tak sampai separuh malam, pasukan Pangeran Empang Kuala dapat
dilumpuhkan. Pade saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik Sima
menghadap Pangeran Empang Kuala)
Empang Kuala : “Hai orang Seri Bunga Tanjung, ape maksud kedatanganmu ini?”
Pengawal (CS) : “Hamba datang nak menyampaikan pesan Ratu Cik Sima agar Pangeran berkenan
menghentikan peperangan ini. Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau bertuah dan
menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siape yang datang dengan niat buruk, malapetaka akan menimpa,
sebaliknye siapa yang datang dengan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah hidupnye”
Empang Kuala : “baik lah, saye akan memberhentikan peperangan tersebut”
12. (Narrator : sadarlah Pangeran Empang Kuala, bahwa dirinyelah yang memulai peperangan tersebut.
Pangeran langsung memerintahkan pasukannye agar segera pulang ke Negeri Empang Kuala.)
Empang Kuala : “Baginda Ratu, maafkan lah saya karena telah memerangi kerajaan Seri Bunga
Tanjung.” (sembari berlutut di hadapan Cik Sima)
Cik Sima : “Hmm, baiklah. Aku telah memaafkan perbuatanmu itu.”
Empang Kuala : “Terima kasih baginda.” (meninggalkan Cik Sima)
(Narator : Keesokan harinye, ratu Cik Sima segera mendatangi tempat ke7 putrinye yaitu dihutan.
Alangkah terkejutnya Cik Sima melihat para putrinye sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata Ratu Cik Sima
lupa, kalau bekal yang disediakan hanya cukup untuk tiga bulan. Sedangkan perang antara Ratu Cik Sima
dengan Pangeran Empang Kuala berlangsung sampai empat bulan.)
Cik Sima : (sambil menagis) “Wahai putri-putriku. Maafkanlah ibundamu ini yang lupa pada
kalian. Maafkan ibunda.”
(Akhirnye, karena tak kuat menahan kesedihan atas kematian ketujuh putrinye, maka Ratu Cik Sima pun
jatuh sakit dan tak lame kemudian meninggal dunia.
Sejak peristiwa itu, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata “d‘umai”
yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang
Mengurai)
Naskah Drama Putri Kaca Mayang (untuk 9 orang)
Pemeran:
Putri Kaca Mayang : Tania Angellina
Panglima Gimpam : M. Dahriyan R
Raja Gasib : Alhadi B
Ratu Gasib : Cahayani Y
Raja Aceh : Yakobus Edo
Ratu Aceh 1 : Naziratur Rafika
Ratu Aceh 2 : Poppy Andriani
Panglima Aceh 1 : Renardi Winata
Panglima Aceh 2 : Tata Bahtera N
13. Pada zaman dahulu kala,di tepi Sungai Siak berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan
Gasib. Di kerajaan ini seluruh penduduk hidup damai dan sejahtera,karena Kerajaan Gasib dipimpin oleh
seorang raja yang bijaksana,didampingi seorang ratu yang sangat anggun dan cerdas,juga
dibantu seorang panglima yang gagah berani,Panglima Gimpam namanya. Kerajaan Gasib juga memiliki
seorang putri bernama Putri Kaca Mayang,yang kecantikan dan keluhuran budinya terkenal hingga
seluruh penjuru negeri,bahkan ke negara-negara tetangga.Banyak raja dari negeri tetangga yang ingin
meminang Putri Kaca Mayang,namun tak satupun yang diterimanya karena ia belum ingin menikah dan
masih ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
ADEGAN 1
(Putri Kaca Mayang dan kedua orangtuanya berbincang-bincang di istana kerajaan)
Raja Gasib :”Wahai anakku,tidakkah engkau ingin menerima salah satu pinangan dari raja-raja
negeri tetangga tersebut?”
Ratu Gasib :”Benar,anakku.Kurasa sekarang adalah waktu yang tepat bagimu untuk mulai
membina rumahtangga,aku tak sabar ingin segera menimang cucu dari putri sematawayangku”
Putri Kaca mayang :”Ibu,ayah,maafkan jika ananda lancang. Namun hati ananda masih menyimpan
harapan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi,bukan untuk menikah terlebih
dahulu,ananda ingin membuat kerajaan kita maju’’
Ratu Gasib :”Baiklah,ananda. Jika memang itu keputusanmu,ibu dan ayah akan mendukung
dengan sepenuh hati”
ADEGAN 2
Sementara itu,di Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Raja Aceh yang dikenal angkuh dan pemarah
sedang terjadi cekcok karena kedua istrinya terus berebut mencuri perhatiannya
Ratu Aceh 1 :(Nada mendayu-dayu)”Kakanda,seminggu yang lalu saat aku melancong ke Batavia,aku
melihat sebuah toko yang menawarkan berlian dengan harga murah,kira-kira hanya 200 juta rupiah.
Bolehkah aku membelinya sebagai tambahan perhiasanku?”
Ratu Aceh 2 :”Kakanda,sepertinya aku membutuhkan sebuah mobil baru untukku
pribadi,bukannya berbagi dengan si nenek tua itu!”(melirik sinis ke Ratu Aceh 1)
Ratu Aceh 1 :”APAA?! NENEK TUA?! SEENAKNYA KAU MENGATAI AKU SEPERTI ITU!” (menjambak Ratu
Aceh 2)
Ratu Aceh 2 :(balas menjambak rambut Ratu Aceh 1)
Raja Aceh :”HENTIKAAAN!!!Kepalaku sudah cukup pusing untuk mengatasi semua masalah di negeri
ini,janganlah kalian berdua menambah sakit kepalaku! sekali lagi aku melihat kalian bertengkar,aku tak
segan mengusir kalian berdua dari istana ini!”(nada marah)
14. Ratu Aceh 1&2 :”Mm..maafkan kami,kakanda”(ketakutan)
(Kedua Ratu Aceh berjabat tangan)
Raja Aceh :”Panglima! Panglima!!!” (sambil berteriak)
(Kedua panglima berlari menghampiri Raja Aceh)
Panglima 1 :”Ampun,Baginda. Apa gerangan baginda memanggil kami?”
Raja Aceh :” Aku menginginkan Putri Kaca Mayang dari Kerajaan Gasib untuk menjadi istriku yang ke 3.
Tolong sampaikan pinanganku ke Kerajaan Gasib”
Panglima 2 :”Apakah baginda yakin dengan keputusan tersebut?”
Raja Aceh :”Ya,Panglima. Aku yakin seratus persen dengan keputusanku. Pergilah kalian ke Kerajaan
Gasib sekarang juga”
Panglima 1&2 :(mengangguk)”Baik,Baginda. Kami akan kesana sekarang juga”
Adegan 3
Kedua panglima Aceh tiba di Kerajaan Gasib
Panglima Aceh : “Baginda...”
Ratu Gasib :(menoleh ke belakang dan terkejut) “Siapa kalian? Apa gerangan kalian datang kemari?”
Panglima 1 :”Ampun,Baginda. Kami panglima dari Kerajaan Aceh. Kami berdua datang kemari diutus
oleh Raja Aceh. Kami ingin bertemu Baginda Raja Gasib”
Ratu Gasib :”Kenapa dia mengutus kalian kemari?”
Panglima 2 :”Raja kami ingin meminang putri baginda,Putri Kaca Mayang”
Panglima 1 :”Benar,baginda”
Ratu Gasib :(Menghela nafas)”Maaf,panglima. Kami belum bisa menerima pinangan dari raja kalian.
Putriku belum siap untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf dari kami kepada raja kalian”
Panglima 2 :”Baiklah,baginda. Kami akan kembali ke Aceh untuk menyampaikan jawaban baginda”
Kedua panglima Aceh kembali ke kerajaan mereka dengan perasaan kecewa. Mereka takut Raja Aceh
murka karena pinangannya ditolak.
Raja Aceh :”Selamat datang,panglimaku! Bagaimana kabar pinanganku?”
Panglima 2 :(Wajah ketakutan)”Mmmo..mohon maaf,Baginda. Pihak Kerajaan Gasib menolak pinangan
baginda”
15. Raja Aceh :”APAAA?!!”(berteriak dengan sangat emosi)
Kedua istri Raja Aceh segera berlari mendekati suaminya yang tampak sangat murka
Ratu Aceh 1 :”Aaa...da apa,Kakanda? Apa sebab dikau murka?”(keheranan)
Ratu Aceh 2 :”Ya,kakanda. Apakah nenek tua ini memancing emosimu lagi?” (melirik Ratu Aceh 1)
Ratu Aceh 1 :”Apa katamu?! Dasar perempuan tak tahu diri!”(mendorong Ratu Aceh 2)
(Kedua Ratu Aceh berkelahi dan Raja Aceh memerintahkan salah satu panglimanya untuk memisahkan
keduanya)
Raja Aceh :”Tidak mungkin Raja Gasib menolak pinanganku!”
Panglima 1 :”Nnn...namun begitulah kenyatannya,Baginda”
Raja Aceh :”Kurang ajar kau Gasib! Aku tak akan tinggal diam! Akan kubalas perbuatanmu
Adegan 4
Karena telah mengenal sifat pendendam Raja Aceh,maka Raja Gasib segera menyiapkan pasukan perang
untuk menghadapi serangan Kerajaan Aceh
Raja Gasib :”Panglima Gimpam,kemarilah!”
Panglima Gimpam :”Baik,baginda. Apa gerangan baginda memanggil hamba?”
Raja Gasib :”Aku ingin kau menyiapkan pasukan perang kerajaan kita”
Panglima Gimpam :”Baiklah baginda,namun jika boleh hamba tau,kenapa baginda menyuruh hamba
menyiapkan pasukan perang?”
Raja Gasib :”Aku takut jika sewaktu-waktu Raja Aceh menyerang kerajaan kita,karena aku menolak
pinangannya terhadap putriku. Kini kau kuperintahkan untuk memimpin pasukan di Kuala Gasib”
Panglima Gimpam :”Baiklah,baginda. Hamba akan segera melaksanakan perintah baginda”
Adegan 5
Ternyata Raja Aceh beserta pasukannya telah mengetahui persiapan Kerajaan Gasib,dan mereka telah
mengetahui bahwa Kuala Gasib yang merupakan jalur utama menuju negeriitu dipimpin oleh Panglima
Gimpam yang gagah berani.
Raja Aceh :”Ha...ha...ha..! ternyata Kerajaan Gasib telah menyiapkan pasukannya untuk melawan kita!
Tak akan kubiarkan mereka menang!”
Panglima 1 :”Maaf,Baginda,ternyata Kuala Gasib telah dijaga oleh Panglima Gimpam”
16. Raja Aceh :”APA?! Jadi lewat jalan mana kita bisa menuju ke kerajaan Gasib?”
Panglima 2 :”Lebih baik kita bertanya pada penduduk kerajaan Gasib,Baginda”
Raja Aceh :”Ya,Panglima. Kau benar. Ayo kita segera menyiapkan pasukan dan langsung pergi ke
Kerajaan Gasib”
(Raja Aceh dan pasukannya pergi ke Kerajaan Gasib. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan salah
satu penduduk Kerajaan Gasib)
Panglima 2 :”Sepertinya itu penduduk Kerajaan Gasib,Baginda” (menunjuk ke arah penduduk)
Raja Aceh :”Ya,benar. Mari kita segera kesana!”
Panglima 1 :”Hai,anak muda. Apakah benar kau penduduk negeri Gasib?”
Penduduk :”Bb..enar,tuan. Siapakah gerangan tuan-tuan ini? Dan hendak kemana?”
Panglima 2 :”Kami dari Kerajaan Aceh hendak menuju ke negeri kalian. Tolong tunjukkan kami jalan
darat menuju Kerajaan Gasib!”
Penduduk :”Hamba ttt....ttiddak ttahuu tu...tuan” (tergagap-gagap)
Raja Aceh :’Benarkah itu? Bagaimana dengan ini?” (mengibaskan segepok uang di hadapan penduduk)
Penduduk :”Bbb...baiklah tuan. Ke arah sana” ( menunjukkan arah)
Akhirnya Raja Aceh beserta pasukannya sampai di Kerajaan Gasib tanpa melewati penjagaan
Panglima Gimpam. Ia langsung menghancurkan seisi negeri tersebut.
Adegan 6
Raja Aceh :”Hahahaha! Akhirnya kita sampai disini,tanpa melewati penjagaan Panglima
Gimpam,hahaha! Semua pasukanku.ayo seraang!!!”
(Penduduk Gasib yang melihat Pasukan Aceh menghancurkan negerinya segera melapor kepada
Raja Gasib)
Penduduk :”Baginda,pasukan Kerajaan Aceh telah memporak-porandakan negeri kita,dan kini mereka
menyerang halaman istana!”
Raja Gasib :”Benarkah itu?”
(Putri Kaca Mayang disekap oleh Panglima Aceh dan Ratu Gasib dibunuh)
Putri Kaca Mayang :”AYAAAAH!!!Tolong aku!!”
Panglima Aceh :”Diam kau!!”
17. Ratu Gasib :”Putriku!!Aaargh!!!” (Panglima Aceh menancapkan sebilah pisau di tubuh Ratu Gasib)
RajaGasib :”Putrikuu!!! Istrikuu!!” (histeris)
Panglima Gimpam datang dari Kuala Gasib dan terkejut melihat seisi istana porak-poranda dan melihat
Ratu Gasib yang bersimbah darah
Adegan 7
Panglima Gimpam :”Hah! Apa-apaan ini! Mengapa kerajaan bisa jadi porak-poranda?! Kenapa Ratu
Gasib meninggal dunia?!”
Penduduk :”Ini akibat pasukan kerajaan Aceh,wahai panglima! Mereka menculik Putri Kaca Mayang
dan membunuh Baginda Ratu!”
Panglima Gimpam :”Apa?! Kurangajar sekali Raja Aceh itu! Akan kubalas kekalahan ini! Aku harus bisa
membawa Putri Kaca Mayang kembali kesini!”(marah)
Penduduk :”Benar,Panglima. Sebaiknya panglima secepatnya menuju kesana agar kondisinya tidak
semakin parah!”
Panglima Gimpam :”Baiklah,aku akan segera kesana! Tolong jaga kerajaan ini selama aku pergi!
Saat tiba di gerbang Kerajaan Aceh,Panglima Gimpam disambut oleh kedua Panglima Aceh. Mereka
menghadang Panglima Gimpam dan menantang Panglima Gimpam berkelahi. Jika Panglima Gimpam
menang,maka ia boleh menjemput Putri Kaca Mayang,namun jika ia kalah,maka ia harus kembali ke
Kerajaan Gasib dengan tangan kosong,dan Putri Kaca Mayang harus tinggal di Kerajaan Aceh untuk
selamanya
Adegan 8
Panglima Gimpam : “Akhirnya sampai juga aku disini’ (bergumam)
Panglima Aceh 2 : ( Tiba-tiba muncul dari belakang Panglima Gimpam) “Ha..ha.. ternyata kau
telah sampai,Gimpam”
Panglima Gimpam : “Ya,aku kesini untuk membalaskan dendamku atas meninggalnya Yang Mulia
Ratu Gasib. Aku ingin membawa pulang Putri Kaca Mayang kembali ke kerajaan Gasib”
Panglima Aceh 1 : “Hahaha,baiklah. Kau bisa membawa pulang Putri Kaca Mayang,asalkan kau
berani bertarung dengan kami berdua. Taruhannya Putri Kaca Mayang,jika kau menang kau bisa
membawanya kembali,namun jika kau kalah,dia harus tinggal disini selamanya”
Panglima Aceh 2 :”Benar,tapi aku yakin kau takkan menang,hahaha” (nada meremehkan)
Panglima Gimpam :”Baiklah,aku sanggupi tantangan kalian. Apapun akan kulakukan demi
Putri Kaca Mayang”
18. (Panglima Gimpam dan kedua Panglima Aceh berkelahi)
Panglima Gimpam :”Bagaimana? Sudah jelas bukan,siapa yang memenangkan pertarungan ini?”
Raja Aceh :”Hmm...kuakui kesaktianmu,Gimpam. Panglima,bawa putri Kaca Mayang
kemari”
(Panglima Aceh 1 membawa Putri Kaca Mayang ke hadapan Raja Aceh)
Putri Kaca Mayang :”Panglima,apakah kau datang untuk menjemputku?”
Panglima Gimpam : (berlutut memberi hormat)”Ya,Putri. Aku datang untuk menjemputmu”
Raja Aceh :”Hahaha,kembalilah kalian ke Kerajaan Gasib. Aku terpaksa merelakan
kau,Kaca Mayang. Jika sewaktu-waktu kau berubah pikiran,kembalilah kemari,hahaha” (tertawa licik)
Panglima Gimpam :”TIDAK AKAN! Aku tidak akan membiarkan Putri Kaca Mayang kembali kesini!
Putri,ayo kita pulang”
(Putri Kaca Mayang dan Panglima Gimpam meninggalkan Kerajaan Aceh)
Di tengah perjalanan,ternyata penyakit Putri Kaca Mayang kambuh. Nafasnya terasa sangat sesak,saat
itu juga angin sedang bertiup dengan kencangnya. Putri Kaca Mayang pun meminta Panglima Gimpam
untuk beristirahat sejenak
Adegan 9
Putri Kaca Mayang : “Panglima,a...ngin...i..ini sa..ngat ken..cang. Aku ttak bbissa ber..na..fas
la..gi..bbb..isaa..kkah..kita..bber..hen..ti sse..jjenaak?”
Panglima Gimpam : (cemas) “Bb..baiklah putri,kita istirahat sebentar”
Putri Kaca Mayang :”Tee..tee..ri..ma..kasih..pang..li..ma.. A..ku rasa u.murku t..tak lama
la..gi.. sam..pai..kan..per..mohonan maa..maafku ke..pa..da a..yaah”
Panglima Gimpam :”Putri,bertahanlah! Tak lama lagi kita akan tiba di Kerajaan Gasib”
Putri Kaca Mayang :”Mmm..maaf..kan..a..ku..pangli..ma... tt..te..ri..maka..sih..kau mau
mene..maa..ni..ak..aku sampai ak..hir ha..yat..ku” (Menghembuskan nafas terakhir)
Panglima Gimpam :”PUTRI!!!!!” (Histeris)
Panglima Gimpam : (berbisik lirih) “Seandainya kau tau,setulusnya aku...menyayangimu,Putri”
Akhirnya,Panglima Gimpam membawa jasad Putri Kaca Mayang yang telah meninggal. Sesampainya di
kerajaan Gasib,jasad Putri Kaca Mayang disambut dengan kepiluan dari seisi penghuni istana
Adegan 10
19. Panglima Gimpam : “Baginda,hamba datang membawa jenazah Putri Kaca Mayang. Ia meninggal
ditengah perjalanan kembali kesini”
Raja Gasib : “Benarkah?! Tak mungkin! Tak mungkin putriku telah meninggal dunia!”
Panglima Gimpam : “Maafkan hamba,Baginda. Namun itulah kenyataannya”
Raja Gasib : “Innalillahi wainalillahi rajiun..padahal...padahal..aku baru berniat
menjodohkanmu dengannya”
Panglima Gimpam : “Ini takdir,Baginda”
Raja Gasib : “Baiklah,kita harus segera memakamkannya. Sekarang juga”
Setelah Putri Kaca Mayang dimakamkan,Raja Gasib dilanda depresi berat karena kehilangan putri
semata wayangnya. Ia pun memutuskan untuk menyepi ke Gunung Ledang
Raja Gasib :”Ya,Panglima. Kemarilah sebentar”
Panglima Gimpam :”Baik,Baginda”
Raja Gasib :”Kuserahkan mahkota Kerajaan Gasib padamu,kau berhak menggantikanku
sebagai pemimpin kerajaan ini” (pergi meninggalkan kerajaan)
Panglima Gimpam : (duduk di singgasana)
Akhirnya,Panglima Gimpam menggantikan posisi Raja Gasib. Namun karena kesetiaannya kepada
sang raja,ia pun ikut meninggalkan kerajaan itu dan membuka perkampungan baru yang diberi nama
Pekanbaru.