SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Download to read offline
Pengkajian fisik
Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Tehnik
inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang , postur ,
fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien
melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari.
Dasar pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh.
Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat
kesehatan dan semua petunjuk fisik yang ditemukan pemeriksa yang
memerlukan eksplorasi lebih jauh.
Mengkaji Skelet Tubuh
Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformiatas dan kesejajaran.
Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.
Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang panjang
atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan patah tulang.
Bisa teraba krepitus (suara berderik)pada titik gerakan abnormal. Gerakkan
tulang abnormal. gerakan fragmen harus diminimalkan untuk mencegah
cedera lebih lanjut.
Mengkaji Tulang Belakang
Karvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan
konkaf sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang
sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi scoliosis (deviasi kurvatura
lateral tulang belakang ) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian
dada ) Lordosis (membebek. Lordosis biasa dijumpai saat kehamilan karena
penderita berusaha menyesuaikan posturnya akibat perubahan pusat gaya
besarnya.
Pad saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menampakkan
seluruh punggung,bokong dan tungkai. pemeriksa memeriksa kurvatura
tulang belakang dn simetris batang tubuh dari pandngan anterior, posterior
dan lateral. Berdiri dibelakang pasien.
Mengkaji sistem persendian
o Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan,
deformitas, stabilitas, dan adnya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik
secara aktif (sendi digerakkan oleh otot disekitar sendi) maupun pasif (sendi
digerakkan oleh pemeriksa).
o Pengukuran yang tepat terhadap luas gerakan dapat dilakukan dengan
goniemeter (suatu busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi
gerakan sendi).
o Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformiatas skeletal,
patologi sendi, atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.
o Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka
harus diperiksa adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu yang mencerminkan adanya inflamasi
aktif. Kita mencurigai adanya efusi bila sendi tampak membengkak
ukurannya dan tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat yang paling sering
terjadi efusi adalah di lutut. Bila hanya ada sedikit cairan di rongga sendi di
bawah tempurung lutut, dapat diketahui dengan manuver berikut: aspek
lateral dan medial lutut dalam keadaan ekstensi diurut dengan kuat kearah
bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan setiap cairan ke bawah.
Begitu ada teakanan dari sisi lateral dan medial, pemeriksa akan melihat di
sisi lain adanya benjolan di bawah tempurung lutut. Bila terdapat cairan
dalam jumlah banyak, tempurung lutut akan terangkat ke atas dari femur
disaat ekstensi lutut. Bila dicurigai adanya inflamasi atau cairan dalam sendi,
perlu dilakukan konsultasi dengan dokter.
o Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan struktur
sekitar sendi), dislokasi (lepasnya permukaan sendi)), subluksasi (lepasnya
sebagia permukaan sendi), atau disrupsi struktur sekitar sendi. Kelemahan
atau putusnya struktur penyangga sendi dapat mengakibatkan sendi terlalu
lemah untuk berfungsi seperti yang diharaapakan, sehingga memerlukan alat
penyokong disternal (mis. Brace).
o Palpasi sendi sementara sendi digerakan secara pasif akan memberikan
informasi mengenai integritas sendi. Normalnya sendi bergerak secara
halus. Suara gemeletuk dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir
diantara tonjolan tulang. Permukaan yang kurang rata, seperti pada keadaan
arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena permukaan yang tidak rata
tersebut saling bergeseran satu sama lain.
o Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Reumatoid arthritis, gout,
dan osteoartritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit
pada rheumatoid arthritis lunak dan terdapat didalam dan sepanjang tendon
yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi. Biasanya,keterlibatan sendi
mempunyai pola yang simetris. Benjolan pada gout keras dan terletak dalam
dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri. Kadang mengalami ruptur,
mengeluarkan kristal asam urat putih kepermukaan kulit. Benjolan
osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan tulang baru
akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi.
Biasanya ditemukan pada lansia
o Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di proksimal dan distal
sendi. Sering terlihat pad rheumatoid arthritis sendi lutut, Dimana otot
kuadrisep dapat mengalami atrofi secara dramatis. Biasanya sendi dijaga
tidak bergerak untuk menghindari rasa nyeri, dan otot-otot yang memberikan
fungsi sendi akan mengalami artrofi karena disuse.
Mengkaji Sistem Otot
o sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi,
kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
o Lingkar estremitas harus diukur untuk memantau pertambahan ukuran
akibat adanya edema atau perdarahan kedalam otot; juga dapat
dipergunakan untuk mendeteksi pengurangan ukuran akibat artrofi.
Mengkaji cara berjalan
o Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien berjalan dari tempat
pemeriksa sampai beberapa jauh. Pemeriksa memperhatikan cara berjalan
mengenai kehalusan dan iramanya. Setiap adanya gerakan yang tidak
teratur dan ireguler(biasanya terlihat pada pasien lansia)dianggap tak normal.
Bila terlihat pincang, kebanyakan disebabkan oleh nyeri akibat menyangga
beban tubuh. Pada kasus seperti ini pasien biasanya mampu menunjukkan
dengan
o Keterbatasan gerak sendi dapat mempengaruhi cara berjalan.Berbagai
kondisi neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal
(mis.cara berjalan spastik hemiparesis-strok,cara berjalan selangkah-
selangkah-penyakit lower motor neuron;cara berjalan bergetar Parkinson).
Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
o sebagai tambahan pengkajian muskuloskeletal, perawat harus melakukan
inspeksi kulit dan melakukan pengkajian sirkulasi perifer.
o palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema.
o sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut nadi perifer, warna,
suhu dan waktu pengisian kapiler. adanya luka, memar, perubahan warna
kulit dan tanda penurunan sirkulasi perifer atau infeksi dapat mempengaruhi
penatalaksanaan keperawatan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Khusus
Sinar-x
sinar-x tulang menggambarkan kepadatan tulang ,tekstur,erosi dan
perubahan tulang.sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna
struktur yang sedang diperiksa. Sinar X kortex tulang menunjukkan adannya
pelebaran , penyempitan , dan tanda iregularitas. sinar X sendi dapat
menunjukkan adannya cairan , iregularitas, spur, penyempitan , dan dan
perubahan struktur sendi.
Computed tomography (CT sean)
menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon.
Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di
daerah yang sulit dievaluasi (mis. Asetabulum). Pemeriksaan bisa dilakukan
dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
Magnetic resonance imaging (MRI)
adalah teknik pencitraan khusus, noninvasive yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas
(mis. Tumor atau penyempitan jalur jatingan lunak melalui tulang) jaringan
lunak seperti otot, tendon dan tulang rawang. Karena yang digunakan elektro
magnet, pasien yang mengenakan implan logam, braces atau pacemaker
tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas pasien yang
menderita klaustrofobia biasannya tak mampu menghadapi ruangan tertutup
ruangan MRI tanpa penenang.
Angiografi
o adalah pemeriksaan struktur faskuler. Angiografi adalah pemeriksaan
sistim arteri. Suatu badan kontras radiopaque diinjeksikan dalam arteri
tertentu, dan diambil foto sinar - X serial sistim arteri yang dipasok oleh arteri
tersebut
o prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perpusi arteri dan bisa
digunakan untuk tingkat amputasi yang dilakukan.
o Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12
sampai 24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri.
o Perawat memantau tanda vital, tempat penusukkan untuk melihat adannya
pembengkakan, perdarahan, dan hematoma : dan ekstremitas bagian
distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.
Digital subtrstion angiografi (DSA)
mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistim arterial
melalui kateter vena.
Venogram
Adalah pemeriksaan sistim vena yang sering digunakan untuk mendeteksi
trombosis vena.
Mielografi
penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subaratnoid spinalis lumbal ,
dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis final (penyenpitan
kanalis finalis) atau tempat adanya tumor.
Diskografi
o adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga sendi
untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan
dalam kisaran pergerakannya sementara itu diambil Gambar sinar-X serial.
o Artogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau
kronik kapsul sendi atau ligamen penjangga lutut, bahu, tumit, panggul dan
pergelangan tangan.
o Setelah dilakukan arttrogram biasanya sendi diimobilisasi selama 12
sampai 24 jam dan diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk
meningkatkan rasa nyaman sesuai kebutuhan.
PEMERIKSAAN LAIN
Atrosentesis (aspirisasi sendi)
o dilakukan untuk memperoleh cairan sinofial untuk keperluan pemeriksaan
atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi .
o Normalnya cairan sinofial jernih, pucat berwarna seperti jerami dan
volumenya sedikit.
o Pemeriksaan cairan sinopial sangat berguna untuk mendiagnosisi
rheumatoid arttritis dan arttrofi implamasi (perdarahan didalam rongga sendi),
yang mengarahkan ke trauma atau kecendrungan perdarahan.
Atroskopi
o merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan
langsung kedalam sendi.
o prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril. Jarum
bore besar dimasukkan dan sendi diregankan dengan salin.
o Secara umum, sendi tetap diekstensikan dan dielevasi untuk menggurangi
pembengkakan.
o Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas setelah prosedur. Fungsi
neurofaskular dipantau.
o Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi
jarang tetapi dapat mencakup infeksi, hemartrosis, trombovlebitis, kaku sendi
dan penyembuhan luka yang lama.
Termografi
mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit . kondisi implamasi
seperti arthritis dan infeksi , begitu pula neoplasma, harus dievaluasi .
pemeriksaan serial dapat dilakukan untuk mendokumentasi episode
imflamasi dan respon pasien terhadap terapi pengobatan anti implamasi .
Elektromiografi
o memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang
mempersarafi
o tujuannya adalah untuk menentukan setiap abnormalitas fungsi unik motor
end.
o Kompres hangat dapat mengurangi rasa tak nyaman setelah tindsakan ini.
Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
adalah uji noninvasive untuk menentukan kandungan mineral tulang pada
pergelangan tangan atau tulang belakang.
Biopsi
o Dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot dan
sinovium untuk membantu menentukan penyakit tertentu.
o Tempat biopsy harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan , nyeri.
Untuk mengontrol edema dan perdarahan diberikan es dan analgetika untuk
mengurangi rasa tak nyaman.
Pemindai tulang (skintigrafi tulang)
pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop di injeksikan. Derajat
ambilan nukrida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang.
Peningkata ambilan isotop tampak penyakit primer tulang (osteosarkoma)
penyakit tulang metastatik, penyakit imflamasi skelet (osteomilitis) dan
beberapa jenis patah tulang pasien dianjurkan meminum air banyak-banyak .
pemeriksaan radionuklida berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari
setelahnya.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dan urin, hormon paratiroid (PTH), dan vitamin D ,kadar
enzim serum kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic – oxaloacetic
transaminase (SGOT, aspartate aminotransprase) ‘
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DAN PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dapat diperbaiki dengan intervensi keperawatan. Diagnosa
keperawatan actual dan potensial yang sering dijumpai pada pasien dengan
kelainan muskuloskeletal meliputi berikut ini :
1. kerusakan mobilitas fisik
2. nyeri
3. resiko terhadap kerusakan integritas kulit
4. resiko terhadap sindrom disuse
5. resiko terhadap disfungsi neurovaskular perifer
6. gangguan perfusi jaringan perifer
7. kurang perawatan diri
8. kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program pengobatannya
9. risiko terhadap cedera
10. intoleran aktifitas
11. keletihan
12.perubahan penampilan perang
13.gangguan harga diri
14.gangguan citra diri
15. koping individual tak efektif
16. ketidakberdayaan
17.perubahan proses keluarga
18. resiko terhadap infeksi
19. konstipasi
20.gangguan pola tidur
21. kurang aktifitas pengalih
22.perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
dengan kolaborasi bersama pasien, tujuan kesehatan dan strategi
keperawtan dirumuskan untuk memecahkan diagnosa keperawatan yang
telah terindentifikasi
TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian perawatan pasien disfungsi muskuloskeletal meliputi evaluasi
dampak masalah muskuloskeletal gangguan tersebut terhadap pasien.
Perawat terpusat pada pasien gangguan muskulosketelal untuk menjaga
kesehatan umumnya, menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-harinya
(AKS), dan menangani modalitas pengobatannya.
Sistemik harus dipastikan, didorong masukan gizi yang optimal, dan masalah
yang berhubungan dengan imobilitas harus dicegah.
Wawancara awal
o Wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status
kesehatan pasien. Perawa memperoleh data subyektif dari pasien mengenai
awitan masalah dan bagaimana penagnan yang sudah dilakukan.
o Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah pendataan dapat
mempengaruhi kesehatan.
o Tanyakan masalah kesehatan lain yang juga dirasakan (mis. Stress, penyaakit
jantung, infeksi saluran nafas atas). Ini diperhatikan ketika menyusun
rencana perawatan.
o Alergi harus dicatat dan diterangkan dengan istilah yang timbul pada pasien.
o Pemakaian tembakau dan obat lain harus dikaji untuk mengevaluasi bahan-
bahan tersebut terhadap perawatan pasien.
o Mengenali kemampuan pasien untuk belajar, dan pekerjaan terkini diperlukan
untuk perencanaan pemulangan dan untuk rehabilitasi.
o Sebagai bahan wawancara awal, data disusun ketika perawat berinteraksi
dengan pasien. Data tersebut memungkinkan menyesuaikan terhadap
rencana perawatan individu sesuai kebutuhan.
Pengkajian Fisik
o Inspeksi umum tubuh akan memperlihatkan ukuran, setiap tanda deformitas,
asimetri, pembengkakan, edema, memar, atau luka di kulit.
o Dengan mengobservasi postur, gerakan, dan cara berjalan pasien akan
diperoleh data menegnai perubahan mobilitas pasien dan adanya rasa nyeri
dan ketidaknyamanan atau gerakan involunter (fasikulasi atau kedutan).
Data Pengkajian Subyektif
Selama wawancara dan pengkajian fisik, pasien mungkin melaporkan adanya
nyeri, nyeri tekan, dan pengenderaan yang tak normal. Informasi ini harus
dikaji dan di dokumentasikan.
Nyeri
Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam, tumpul yang
bersifat membosankan, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai pegal atau
nyeri dan sering digambarkan sebagai “kram otot”. Nyeri faktur tajam dan
menusuk dan dapat dihilangkan dengan imobilitasi. Nyeri tajam juga bisa
ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan pada
saraf sensoris.
Perubahan penginderaan
Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskuloskeletal.
Pasien mungkin menyatakan menggalami parestesia (perasaan terbakar
atau kesemutan) dan kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan
pada serabut saraf ataupun gangguan peredaran darah. Pembengkakan
jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat
menggangu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan
struktur saraf dan peredaran darah yang terletak sepanjang sistem
muskuloskeletal.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian keperawatan , diagnosa keperawatan utama
untuk pasien dengan disfungsi muskuloskeletal dapat meliputi berikut
1. ansietas yang berhubungan dengan perubahan integritas tubuh
2. kurang pengetahuan tentang program pengobatan
3. nyeri yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
4. perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan respons
fisiologis terhadap cedera, pembengkakan, atau peningkatan tekanan
didalam ruangan tertutup (mis. Kompartemen otot, balutan yang menekan
atau gips).
Tujuan
Sasaran utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal dapat meliputi
peredaran ansietas, pemahaman terhadap protocol penangan, hilangnya
nyeri, terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat, dan perbaikan mobilitasi
fisik.
Intervensi keperawatan
Meredakan ansietas
Masalah muskuloskeletal bisa diakibatkan oleh cedera traumatis akut atau
bisa juga bersifat jangka panjang berulang dan menetap kebanyakan pasien
dengan masalah muskuloskeletal akut merasa ansietas dan menggalami
nyeri. Mereka menggalami ketakutan dan antisipasi sebelum dimulainya
penanganan definitive. Orang yang mengalami kecacatan jangka panjang
biasanya menjalani pembedahan rekontruksi berulang. Mereka sudah
terbiasa dengan rutinitas rumah sakit dan sangat memperhatikan hasil terbaik
suatu prosedur. Kesabaran dan harapan mereka sangat terbatas.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akan
mengalami peningkatan pemahaman alternatif penanganan. Termasuk
sensasi selama dan setelah penanganan, bila mungkin informasi kusus
mengenai antisipasi peralatan (mis. Gips,traksi) alat bantu (trapeze, walker,
tongkat)
Latihan (penyusunan kuadrisep, nafas dalam) medikasi (analgetik,
antibiotika) harus didiskusikan dengan pasien pada saat pasien telah mampu
menjalangkan aktifitas penyembuhan, seperti berjalan dengan tongkat.
Sebelum dipulangkan pasien harus telah mendapatkan penjelasan rinci untuk
melanjutkan perawatan dirumah. Pasien harus mampu mengenali setiap
gejala dan tanda mengcurigakan yang perlu dilakukan pada dokter. Bila
mereka menjumpai kesulitan, mereka harus tahu kemana dan bagaimana
cara meminta peretolongan.
Meredakan nyeri
Berikan opioid dan obat pereda nyeri lainnya sesuai resep, dengan
memperhitungkan usia dan ukuran tubuh pasien begitu pula jenis dan tempat
masala muskuloskeletal.
Nyeri dapat timbul baik secara primer akibat masalah muskuloskeletal
maupun masalah penyertanya (tekanan pada tonjolan tulang, spasme otot,
pembengkakan). Tekanan yang berkepanjangan diatas tonjolan tulang (tumit,
kaput fibula, tuberositas tibiae) dapat menyebabkan nyeri rasa terbakar perlu
dilakukan penghilangan tekanan untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah
kerusakan jaringan lunak lebih jauh.
Teknik relaksasi, traksi, dan obat dapat digunakan untuk menghilangkan
nyeri
Biasanya pembengkakan dapat dikontrol dengan syndrom kompartemen
dapat dicegah dengan meninggikan bagian yang cedera dan meletakkan es
dibagian yang cedera selama 20 sampai 30 menit.
Memperbaiki perfusi jaringan
Pembengkakan biasanya menyertai cedera muskuloskeletal. Pasokan darah
dapat dikaji dengan mengukur pengisian kapiler pada dasar kuku. bla terjadi
penurunan perfusi jaringan, kulit akan terasa dingin pada palpasi dan akan
tampak kotor, pucat atau biru. Fungsi sensoris dan motoris dapat berubah
atau menurun. Bila pembengkakan terjadi diruang tertutup (gips, balutan
konstriktif) dapat terjadi sindromkompartemen.
Memperbaiki mobilitas
Imobilisasi yang diperlukan pada beberapa modalitas penaganan tidak boleh
menyebabkan kerusakan.
gerakkan otot dan sendi yang tidak di imobilisasi dapat membantu
mepertahankan kekuatan dan fungsinya. Latihan isometric ekstremitas yang
diimobilisai dapat membantu menjaga kekuatan otot. Penekanan diberikan
pada apa yang bisa dikerjakan pasien dengan keterbatasan akibat modalitas
pengobatan.
Sistem musculoskeletal
Askep Sistem Muskuloskeletal
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah
jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
1. Tulang
 Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup
yang akan mensuplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin
anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku,
tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat
dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial
skeleton dan appendicular skeleton.
1. Axial Skeleton (80 tulang)
1. Tengkorak
22 buah
tulang
Tulang cranial (8
tulang)
 Frontal 1
 Parietal 2
 Occipital 1
 Temporal 2
 Sphenoid 1
 Ethmoid 1
Tulang fasial (13
tulang)
 Maksila 2
 Palatine 2
 Zygomatic 2
 Lacrimal 2
 Nasal 2
 Vomer 1
 Inferior nasal concha 2
Tulang
mandibula (1
1
tlng)
1. Tulang telinga
tengah
 Malleus 2
 Incus 2
 Stapes 2
6 tulang
1. Tulang hyoid 1 tulang
1. Columna
vertebrae
 Cervical 7
 Thorakal 12
 Lumbal 5
 Sacrum (penyatuan dari 5
tl) 1
 Korkigis (penyatuan dr 3-5
tl) 1
26 tulang
1. Tulang rongga
thorax
 Tulang iga 24

Sternum
1
25 tulang
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
1. Pectoral girdle
 Scapula 2
 Clavicula 2
4 tulang
1. Ekstremitas atas
 Humerus 2
 Radius 2
 Ulna 2
 Carpal 16
 Metacarpal 10
 Phalanx 28
60 tulang
1. Pelvic girdle
 Os coxa 2 (setiap os coxa
terdiri dari penggabungan
3 tulang)
2 tulang
1. Ekstremitas
bawah
 Femur 2
 Tibia 2
 Fibula 2
 Patella 2
 Tarsal 14
 Metatarsal 10
 Phalanx 28
60 tulang
Total
206
tulang
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakkan oleh kerja otot-otot
yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.
3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.
 Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas (misal femur)
2. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan (misal tarsal)
3. Tulang pipih pada tengkorak dan iga (misal sternum)
4. Tulang irreguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah,
dan rahang.
Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,
sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian
tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh
memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal sebagai diaphysis yang
berbentuk silindris.
Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu
jaringan (network) saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-pembuluh
darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-
ruang kecil dimana osteosit berada.
Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang
merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis,
sementara sumsum kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk
ke aliran darah. Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast(sel
pembentuk tulang) dan osteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan
terdalam dari periosteum. Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri atas
banyak pembuluh darah.
Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri penyuplai
darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang, kemudian
bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah mikroskopis.
Pembuluh darah ini mensuplai cortex, marrow, dan system haverst.
Persarafan, serabut syaraf simpatik dan afferent (sensori) mempersyarafi tulang.
Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf
afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.
 Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
1. Tulang didahului oleh model kartilago.
2. Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam
korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-
ruang.
3. Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuki oleh sel-sel pembentuk
tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast).
Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
4. Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang
menghasilkan tiga pusat osifikasi.
5. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat
dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong
sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua ruang membesar
untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi.
Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
6. Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan
korpus.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
 Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor.
Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai contoh,
apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar posfor akan berkurang.
 Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memiliki aksi dalam menurunkan kadar
kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.
 Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia
pada usia dewasa.
 Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresi
hormone paratiroid akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan
aktivitas osteoplastic dan menyalurkan kalsium kedalam darah.
 Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan
panjang tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.
 Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein.
 Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat peran
hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saat menopause,
wanita sangat rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi
langsung terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti
testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang.
2. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan
strukturnya, yaitu :
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-
serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan
simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa
sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini
dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini
mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan
sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna
kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1
sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml
dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai
sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana
permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi terdapat suatu
sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut,
rahang)
Jenis sendi synovial :
a) Sendi peluru, misal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan
bebas penuh.
b) Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah, contohnya
adalah siku dan lutut.
c) Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus.
Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.
d) Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan
rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
e) Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas ke semua arah, contohnya
adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.
3. Otot Rangka
 Otot dan kerja otot
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya
adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan
(kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk
berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi bagian terbesarnya
mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung
dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan
tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran
(mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu
bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.
Otot bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini
biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot
dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui
sebagai insersio dari otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia
memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak
tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah
otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan
otot bisep.
Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :
a) Bisep kontraksi ? ini adalah penggerak utama
b) Trisep rileks secara refleks ? ini adalah antagonis
c) Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling
d) Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu
 Struktur otot rangka
Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak
bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah
dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik.
Dindingnya atau sarkolema, mengandung miofibril yang dibungkus dengan rapat
dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna merah dari
otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin dalam
sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian,
disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu
mengandung protein aktin, dan lainnya mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain,
seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling
mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat
kontraksi.
Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon
(otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot
fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi
relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak
lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah
tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.
 Histology otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri
fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
a. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm
dengan inti terletak di tengah. Miofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai
corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang
berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik fungsional. Otot
polos tidak dibawah pengaruh kehendak.
b. Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100
µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir,
dibawah sarcolema. Memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot. Beberapa serabut
otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut
endomycium. Beberapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium.
Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia).
Otot lurik dipersyarafi oleh system cerebrosfinal dan dapat dikendalikan. Otot lurik
terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragma, bagian atas dinding esophagus.
c. Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat
otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling
berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan terletak
di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.
 Persarafan otot rangka
Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor regangan
khusus, gelondong otot
2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia
grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama
atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua
korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla
spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,
pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan
simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate.Asetilkolin bekerja untuk
memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik untuk
menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot
berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi.
Bila impuls berhenti maka otot rileks.
3. Tendon
Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang.
Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. Serat
kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.
5. Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang,
biasanya di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.
6. Bursae
Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran sinovial dan
mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang
bergerak seperti pada olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
2.2 Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis
Definisi
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa
tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah;
tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh
pada tulang normal.
Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
o Determinan Massa Tulang
 Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa
orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil.
 Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
 Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh
genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di
atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan
massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan
sesuai dengan kemampuan genetiknya.
o Determinan penurunan Massa Tulang
 Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang
dengan tulang yang besar.
 Faktor mekanis
Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena
massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
 Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post
menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada
masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak
baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka
yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan
keseimbangan kalsium positif.
 Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
 Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan karena menurunnya eflsiensi
absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
 Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui,
akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
 Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah,
disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum
diketahui dengan pasti .
Manifestasi Klinis
o Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur
kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
o Nyeri timbul mendadak
o Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
o Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
o Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan
aktivitas
o Deformitas vertebra thorakalis  Penurunan tinggi badan
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
 Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
 Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2. Latihan teratur setiap hari
3. Hindari :
 Makanan tinggi protein
 Minum alkohol
 Merokok
 Minum kopi
 Minum antasida yang mengandung aluminium
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
 Promosi kesehatan.
 Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga,
fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause
dan penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap
sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri
harus digali.
 Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis
atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat
perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.
Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi
usus)
4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
Tujuan
Sasaran umum pasien dapat meliputi pengetahuan mengenai osteoporosis dan
program tindakan, pengurangan nyeri, perbaikan pengosongan usus dan tidak
ada fraktur tambahan.
Intervensi Keperawatan
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.
1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan
kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk
menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya
oestoeporosis.
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari
dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri
lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada
suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama
makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan
cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala
terhadap kanker payudara dan endometrium.
Meredakan Nyeri
1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan
posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
2. Kasur harus padat dan tidak lentur.
3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari
gerakan memuntir.
6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien
dibantu turun dari tempat tidur,
7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun
alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan
lansia.
8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur
perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan
mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri
punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
Memperbaiki Pengosongan Usus.
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan
lansia.
1. Berikan diet tinggi serat.
2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat
membantu atau meminimalkan konstipasi.
3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps
vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
Mencegah Cedera.
1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk
memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang
progresif.
2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot
batang tubuh.
3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di
bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan
tubuh menghasilkan vitamin D.
Pertimbangan Gerontologik.
1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan neuromuskular,
penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan.
Bahaya harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu
tersedia.
2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan berkeseimbangan
dan program penanganan pencegahan.
3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya (mis. Permadani
yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah
kaki) dan diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga dengan penerangan
yang memadai dengan pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki
dengan ukuran pas).
Evaluasi
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.
o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
o Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
o Meningkatkan tingkat latihan
o Gunakan terapi hormon yang diresepkan
o Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran
2. Mendapatkan peredaan nyeri
o Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari
o Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur
3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal
o Bising usus aktif
o Gerakan usus teratur
4. Tidak mengalami fraktur baru
o Mempertahankan postur yang bagus
o Mempegunakan mekanika tubuh yang baik
o Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
o Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)
o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
o Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
o Menciptakan lingkungan rumah yang aman
o Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
2. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Rematoid Athritis
Definisi
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan
lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.
Etiologi
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi
dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin
dengan rhematoid factor
2. Faktor metabolic
3. Infeksi dengan kecenderungan virus
Patofisiologi
 Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.
 Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
 Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
 Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan
menjadi kronis yang progresif.
Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala setempat
 Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan
terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai
berjam-jam dalam sehari.
 Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung
lama.
 Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
 Poli artritis simetris sendi perifer  Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut,
pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil
tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena
juga
 Artritis erosif  sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik
menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
 Deformitas  pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea,
deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga
terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi
mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
 Rematoid nodul  merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa,
kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan
ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
 Kronik  Ciri khas rematoid artritis
2. Tanda dan gejala sistemik
 Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak, dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala
tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis,
berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari 
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi  diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat Keperawatan
o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.
Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
aspek body image dan harga diri klien.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah
dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang
sering muncul yaitu:
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh,
sendi, bengkok, deformitas.
2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.
3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
4. Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
6. Gangguan mobilitas
Intervensi dan Implementasi Keperawatan
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh,
sendi, bengkok, deformitas.
Tujuan : klien memahami perubahan-perubahan tubuhnya akibat proses penyakit
Recana/tindakan Keperawatan
o Dorong klien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya mengahdapi
proses penyakit. Kondisi ini dapat membantu untuk menyadari keadaan diri.
o Berikan support yang sesuai. Hal ini dapat membantu meningkatkan upaya
menerima dirinya.
o Dorong klien untuk mandiri. Kemandirian membantu meningkatkan harga
diri.
o Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi klien
2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa nyeri
Recana/tindakan Keperawatan
o Istirahatkan klien sesuai kondisi (bed rest). Hal ini dapat membantu
menurunkan stress muskuloskeletal, mengurangi tegangan otot, dan
meningkatkan relaksasi karena kelelahan dapat mendorong terjadinya nyeri.
o Pertahankan posisi fisiologis dengan benar atai body alignment yang baik.
Bantu dan ajari klien untuk menghindari gerakan eksternal rotasi pada
ekstremitas. Hindarkan menggunakan bantal dibawah lutut, tetapi letakkan
bantal diatara lutut, hindari fleksi leher.
o Bila direncanakan klien dapat menggunakan splint, atau brace. Hal ini dapat
mencegah deformitas lebih lanjut.
o Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba karena dapat menimbulkan dislokasi
dan stres pada sendi-sendi
o Lakukan perawatan dengan hati-hati khususnya pada anggota-anggota tubuh
yang sakit. Karena gerakan-gerakan yang kasar akan semakin menimbulkan
nyeri
o Gunakan terapi panas misal kompres hangat pada area/bagian tubuh yang
sakit. Panas dapat meningkatkan sirkulasi, relaksai otot-otot, mengurangi
kekakuan. Kemungkinan juga dapat membvantu pengeluaran endorfin yaitu
sejenis morfin yang diproduksi oleh tubuh.
o Lakukan peawatan kulit dan masase perlahan. Hal ini membantu
meningkatkan aliran darah relaksasi otot, dan menghambat impuls-impuls
nyeri serta merangsang pengeluaran endorfin.
o Memberikan obata-obatab sesuai terapi dokter misal, analgetik, antipiretik,
anti inflamasi.
3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot dan sendi
Tujuan : Klien terhindar dari cedera
Recana/tindakan Keperawatan
o Gunakan sepatu yang menyokong, hindarkan lantai yang licin, menggunakan pegangan
dikamar mandi.
o Lakukan latihan ROM (bila memungkinkan). Untuk meningkatkan mobilitas dan
kekuatan otot, mencegah deformitas, memperthankan fungsi semaksimal mungkin
o Monitor atau observasi efek penggunaan obat-obatan misal ada perdarahan pada
lambung, hematemesis.
4. Gangguan aktifitas sehari-hari (defisit self care) berhubungan dengan
terbatasnya gerakan.
Tujuan : Klien akan mandiri sesuai kemampuan daam memenuhi aktifitas sehari-hari
Recana/tindakan Keperawatan
o Ajarkan aktifitas sehari-hari agar klien mulai terkondisi untuk melakukan aktivitas
sesuai dengan kemampuanyya dan bertahap.
o Bantu klien untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan lain selam memang diperlukan.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan sendi
Tujuan : Mobilitas persendian klien dapat meningkat
Recana/tindakan Keperawatan
o Bantu klien untuk melakukan ROM aktif maupun pasif. Untuk memelihara fungsi
sendi dan kekuatan otot meningkatkan elasitias serabut- serabut otot.
o Rencanakan program latihan setiap hari (dapat bekerja sama dengan dokter dan
fisioterapi)
o Lakukan observasi untuk setiap kali latihan
o Berikan istirahat secara periode
o Berikan lingkungan yang aman misal, menggunakan pegangan saat dikamar mandi,
tongkat yang ujungnya sejenis karet sehingga tidak licin
Evaluasi
1. Prilaku yang adaptif sehubungan dengan adanya masalah konsep diri
2. Nyeri dapat berkurang
3. Mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari
4. Komplikasi dapat dihindari
5. Meningkatkan mobilitas
Sumber:
Smeltzer, Susanne dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 8.
Jakarta:EGC.
http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-sistem-muskuloskeletal

More Related Content

What's hot

Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyYanto Physio
 
Anatomi extremitas superior ayya
Anatomi extremitas superior ayyaAnatomi extremitas superior ayya
Anatomi extremitas superior ayyaLidya Dalovya
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaNurhikmaUmati
 
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)Broto Suwadji
 
anatomi and fisiologi darah
anatomi and fisiologi darahanatomi and fisiologi darah
anatomi and fisiologi darahnajla96
 
Patologi anatomi slide_osteoarthritis
Patologi anatomi slide_osteoarthritisPatologi anatomi slide_osteoarthritis
Patologi anatomi slide_osteoarthritisDheni Subenk
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep frakturSyam
 
Askep power poin
Askep power poinAskep power poin
Askep power poinFadin Fadin
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurSMA NEGERI 8 BEKASI
 
6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletalagus raharjo
 
total tiroidektomi
total tiroidektomitotal tiroidektomi
total tiroidektomiShandy VP
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Anatomi Fisiologi Sistem MuskuloskeletalAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Anatomi Fisiologi Sistem MuskuloskeletalPrastuti Waraharini
 
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.kedKedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.kedandreas040288
 
140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 frakturjihan26
 

What's hot (20)

Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
Anatomi extremitas superior ayya
Anatomi extremitas superior ayyaAnatomi extremitas superior ayya
Anatomi extremitas superior ayya
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibia
 
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
 
anatomi and fisiologi darah
anatomi and fisiologi darahanatomi and fisiologi darah
anatomi and fisiologi darah
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Patologi anatomi slide_osteoarthritis
Patologi anatomi slide_osteoarthritisPatologi anatomi slide_osteoarthritis
Patologi anatomi slide_osteoarthritis
 
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep fraktur
 
Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4 Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4
 
Askep power poin
Askep power poinAskep power poin
Askep power poin
 
7 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-737 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-73
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal
 
total tiroidektomi
total tiroidektomitotal tiroidektomi
total tiroidektomi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Anatomi Fisiologi Sistem MuskuloskeletalAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
 
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.kedKedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked
 
Presentation1(gulat)
Presentation1(gulat)Presentation1(gulat)
Presentation1(gulat)
 
Blok 5 skoliosis
Blok 5 skoliosisBlok 5 skoliosis
Blok 5 skoliosis
 
140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 fraktur
 

Viewers also liked

Viewers also liked (17)

Panduan kkn 2014
Panduan kkn 2014Panduan kkn 2014
Panduan kkn 2014
 
Pertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyakPertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyak
 
Am i safe
Am i safeAm i safe
Am i safe
 
Jems
JemsJems
Jems
 
Stay healthy,stay safe
Stay healthy,stay safeStay healthy,stay safe
Stay healthy,stay safe
 
Incidental music
Incidental music Incidental music
Incidental music
 
Whirlpool GCL Prototype
Whirlpool GCL PrototypeWhirlpool GCL Prototype
Whirlpool GCL Prototype
 
Media presentation1
Media presentation1Media presentation1
Media presentation1
 
Vamsikrishna reddy, famous indian leaders
Vamsikrishna reddy, famous indian leadersVamsikrishna reddy, famous indian leaders
Vamsikrishna reddy, famous indian leaders
 
Microscópio
MicroscópioMicroscópio
Microscópio
 
Win family treatment services
Win family treatment servicesWin family treatment services
Win family treatment services
 
ITEC 830-instagrok
ITEC 830-instagrokITEC 830-instagrok
ITEC 830-instagrok
 
psk tahun 6
psk tahun 6psk tahun 6
psk tahun 6
 
Stay healthy,stay safe
Stay healthy,stay safeStay healthy,stay safe
Stay healthy,stay safe
 
mitosis- cell division
mitosis- cell divisionmitosis- cell division
mitosis- cell division
 
Erp
ErpErp
Erp
 
Trabajo 2 902
Trabajo 2  902Trabajo 2  902
Trabajo 2 902
 

Similar to Bahan ajar sistem muskuloskeletal

237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptx
237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptx237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptx
237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptxEniSofyanti
 
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.pptKEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.pptFadlanKhuzaifa
 
Osteo artritis
Osteo artritisOsteo artritis
Osteo artritisSujana Pkm
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktDoni Luter
 
Sistem gerak manusia-athiyah
Sistem gerak manusia-athiyahSistem gerak manusia-athiyah
Sistem gerak manusia-athiyahAthiyyah Yaa
 
Sistem gerak manusia
Sistem gerak manusiaSistem gerak manusia
Sistem gerak manusiaAthiyyah Yaa
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisMartin Pa Docc
 
Persendian, biologi kelas xi
Persendian, biologi kelas xiPersendian, biologi kelas xi
Persendian, biologi kelas xifatqiwulandari
 
Alat gerak manusia
Alat gerak manusiaAlat gerak manusia
Alat gerak manusiaaw222
 
Biologi - Sistem Muskuloskeletal
Biologi - Sistem MuskuloskeletalBiologi - Sistem Muskuloskeletal
Biologi - Sistem MuskuloskeletalRamadhani Sardiman
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxaishadhiyas
 

Similar to Bahan ajar sistem muskuloskeletal (20)

237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptx
237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptx237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptx
237314131-Yuda-Ruptur-Tendon-Achilles-PPT-Blok-14.pptx
 
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.pptKEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
 
Sistem Gerak
Sistem GerakSistem Gerak
Sistem Gerak
 
Osteo artritis
Osteo artritisOsteo artritis
Osteo artritis
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 
Sistem gerak jadi
Sistem gerak jadiSistem gerak jadi
Sistem gerak jadi
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
 
Sistem gerak manusia-athiyah
Sistem gerak manusia-athiyahSistem gerak manusia-athiyah
Sistem gerak manusia-athiyah
 
Sistem gerak manusia
Sistem gerak manusiaSistem gerak manusia
Sistem gerak manusia
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr cruris
 
Persendian, biologi kelas xi
Persendian, biologi kelas xiPersendian, biologi kelas xi
Persendian, biologi kelas xi
 
Presentation THR
Presentation THRPresentation THR
Presentation THR
 
ppt BAB 4 Sistem gerak.pptx
ppt BAB 4  Sistem gerak.pptxppt BAB 4  Sistem gerak.pptx
ppt BAB 4 Sistem gerak.pptx
 
Materi biologi x ppt bab 4 fix
Materi biologi x ppt bab 4 fixMateri biologi x ppt bab 4 fix
Materi biologi x ppt bab 4 fix
 
Alat gerak manusia
Alat gerak manusiaAlat gerak manusia
Alat gerak manusia
 
Biologi - Sistem Muskuloskeletal
Biologi - Sistem MuskuloskeletalBiologi - Sistem Muskuloskeletal
Biologi - Sistem Muskuloskeletal
 
Konsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasiKonsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasi
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptx
 

Bahan ajar sistem muskuloskeletal

  • 1. Pengkajian fisik Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Tehnik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang , postur , fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Dasar pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh. Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang ditemukan pemeriksa yang memerlukan eksplorasi lebih jauh. Mengkaji Skelet Tubuh Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformiatas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan patah tulang. Bisa teraba krepitus (suara berderik)pada titik gerakan abnormal. Gerakkan tulang abnormal. gerakan fragmen harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. Mengkaji Tulang Belakang Karvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang ) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada ) Lordosis (membebek. Lordosis biasa dijumpai saat kehamilan karena penderita berusaha menyesuaikan posturnya akibat perubahan pusat gaya besarnya.
  • 2. Pad saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menampakkan seluruh punggung,bokong dan tungkai. pemeriksa memeriksa kurvatura tulang belakang dn simetris batang tubuh dari pandngan anterior, posterior dan lateral. Berdiri dibelakang pasien. Mengkaji sistem persendian o Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas, dan adnya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik secara aktif (sendi digerakkan oleh otot disekitar sendi) maupun pasif (sendi digerakkan oleh pemeriksa). o Pengukuran yang tepat terhadap luas gerakan dapat dilakukan dengan goniemeter (suatu busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). o Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformiatas skeletal, patologi sendi, atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya. o Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka harus diperiksa adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan, dan peningkatan suhu yang mencerminkan adanya inflamasi aktif. Kita mencurigai adanya efusi bila sendi tampak membengkak ukurannya dan tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat yang paling sering terjadi efusi adalah di lutut. Bila hanya ada sedikit cairan di rongga sendi di bawah tempurung lutut, dapat diketahui dengan manuver berikut: aspek lateral dan medial lutut dalam keadaan ekstensi diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan setiap cairan ke bawah. Begitu ada teakanan dari sisi lateral dan medial, pemeriksa akan melihat di sisi lain adanya benjolan di bawah tempurung lutut. Bila terdapat cairan dalam jumlah banyak, tempurung lutut akan terangkat ke atas dari femur
  • 3. disaat ekstensi lutut. Bila dicurigai adanya inflamasi atau cairan dalam sendi, perlu dilakukan konsultasi dengan dokter. o Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi), dislokasi (lepasnya permukaan sendi)), subluksasi (lepasnya sebagia permukaan sendi), atau disrupsi struktur sekitar sendi. Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat mengakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi seperti yang diharaapakan, sehingga memerlukan alat penyokong disternal (mis. Brace). o Palpasi sendi sementara sendi digerakan secara pasif akan memberikan informasi mengenai integritas sendi. Normalnya sendi bergerak secara halus. Suara gemeletuk dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir diantara tonjolan tulang. Permukaan yang kurang rata, seperti pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena permukaan yang tidak rata tersebut saling bergeseran satu sama lain. o Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Reumatoid arthritis, gout, dan osteoartritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit pada rheumatoid arthritis lunak dan terdapat didalam dan sepanjang tendon yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi. Biasanya,keterlibatan sendi mempunyai pola yang simetris. Benjolan pada gout keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri. Kadang mengalami ruptur, mengeluarkan kristal asam urat putih kepermukaan kulit. Benjolan osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi. Biasanya ditemukan pada lansia o Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di proksimal dan distal sendi. Sering terlihat pad rheumatoid arthritis sendi lutut, Dimana otot
  • 4. kuadrisep dapat mengalami atrofi secara dramatis. Biasanya sendi dijaga tidak bergerak untuk menghindari rasa nyeri, dan otot-otot yang memberikan fungsi sendi akan mengalami artrofi karena disuse. Mengkaji Sistem Otot o sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. o Lingkar estremitas harus diukur untuk memantau pertambahan ukuran akibat adanya edema atau perdarahan kedalam otot; juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi pengurangan ukuran akibat artrofi. Mengkaji cara berjalan o Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai beberapa jauh. Pemeriksa memperhatikan cara berjalan mengenai kehalusan dan iramanya. Setiap adanya gerakan yang tidak teratur dan ireguler(biasanya terlihat pada pasien lansia)dianggap tak normal. Bila terlihat pincang, kebanyakan disebabkan oleh nyeri akibat menyangga beban tubuh. Pada kasus seperti ini pasien biasanya mampu menunjukkan dengan o Keterbatasan gerak sendi dapat mempengaruhi cara berjalan.Berbagai kondisi neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastik hemiparesis-strok,cara berjalan selangkah- selangkah-penyakit lower motor neuron;cara berjalan bergetar Parkinson). Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
  • 5. o sebagai tambahan pengkajian muskuloskeletal, perawat harus melakukan inspeksi kulit dan melakukan pengkajian sirkulasi perifer. o palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. o sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut nadi perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. adanya luka, memar, perubahan warna kulit dan tanda penurunan sirkulasi perifer atau infeksi dapat mempengaruhi penatalaksanaan keperawatan. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Khusus Sinar-x sinar-x tulang menggambarkan kepadatan tulang ,tekstur,erosi dan perubahan tulang.sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar X kortex tulang menunjukkan adannya pelebaran , penyempitan , dan tanda iregularitas. sinar X sendi dapat menunjukkan adannya cairan , iregularitas, spur, penyempitan , dan dan perubahan struktur sendi. Computed tomography (CT sean) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi (mis. Asetabulum). Pemeriksaan bisa dilakukan dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam. Magnetic resonance imaging (MRI)
  • 6. adalah teknik pencitraan khusus, noninvasive yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis. Tumor atau penyempitan jalur jatingan lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon dan tulang rawang. Karena yang digunakan elektro magnet, pasien yang mengenakan implan logam, braces atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas pasien yang menderita klaustrofobia biasannya tak mampu menghadapi ruangan tertutup ruangan MRI tanpa penenang. Angiografi o adalah pemeriksaan struktur faskuler. Angiografi adalah pemeriksaan sistim arteri. Suatu badan kontras radiopaque diinjeksikan dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar - X serial sistim arteri yang dipasok oleh arteri tersebut o prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perpusi arteri dan bisa digunakan untuk tingkat amputasi yang dilakukan. o Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12 sampai 24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri. o Perawat memantau tanda vital, tempat penusukkan untuk melihat adannya pembengkakan, perdarahan, dan hematoma : dan ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat. Digital subtrstion angiografi (DSA) mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistim arterial melalui kateter vena. Venogram Adalah pemeriksaan sistim vena yang sering digunakan untuk mendeteksi trombosis vena.
  • 7. Mielografi penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subaratnoid spinalis lumbal , dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis final (penyenpitan kanalis finalis) atau tempat adanya tumor. Diskografi o adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara itu diambil Gambar sinar-X serial. o Artogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penjangga lutut, bahu, tumit, panggul dan pergelangan tangan. o Setelah dilakukan arttrogram biasanya sendi diimobilisasi selama 12 sampai 24 jam dan diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai kebutuhan. PEMERIKSAAN LAIN Atrosentesis (aspirisasi sendi) o dilakukan untuk memperoleh cairan sinofial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi . o Normalnya cairan sinofial jernih, pucat berwarna seperti jerami dan volumenya sedikit. o Pemeriksaan cairan sinopial sangat berguna untuk mendiagnosisi rheumatoid arttritis dan arttrofi implamasi (perdarahan didalam rongga sendi), yang mengarahkan ke trauma atau kecendrungan perdarahan. Atroskopi
  • 8. o merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung kedalam sendi. o prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril. Jarum bore besar dimasukkan dan sendi diregankan dengan salin. o Secara umum, sendi tetap diekstensikan dan dielevasi untuk menggurangi pembengkakan. o Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas setelah prosedur. Fungsi neurofaskular dipantau. o Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi jarang tetapi dapat mencakup infeksi, hemartrosis, trombovlebitis, kaku sendi dan penyembuhan luka yang lama. Termografi mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit . kondisi implamasi seperti arthritis dan infeksi , begitu pula neoplasma, harus dievaluasi . pemeriksaan serial dapat dilakukan untuk mendokumentasi episode imflamasi dan respon pasien terhadap terapi pengobatan anti implamasi . Elektromiografi o memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang mempersarafi o tujuannya adalah untuk menentukan setiap abnormalitas fungsi unik motor end. o Kompres hangat dapat mengurangi rasa tak nyaman setelah tindsakan ini. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda adalah uji noninvasive untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang.
  • 9. Biopsi o Dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot dan sinovium untuk membantu menentukan penyakit tertentu. o Tempat biopsy harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan , nyeri. Untuk mengontrol edema dan perdarahan diberikan es dan analgetika untuk mengurangi rasa tak nyaman. Pemindai tulang (skintigrafi tulang) pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop di injeksikan. Derajat ambilan nukrida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkata ambilan isotop tampak penyakit primer tulang (osteosarkoma) penyakit tulang metastatik, penyakit imflamasi skelet (osteomilitis) dan beberapa jenis patah tulang pasien dianjurkan meminum air banyak-banyak . pemeriksaan radionuklida berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari setelahnya. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah dan urin, hormon paratiroid (PTH), dan vitamin D ,kadar enzim serum kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic – oxaloacetic transaminase (SGOT, aspartate aminotransprase) ‘ PENGKAJIAN KEPERAWATAN DAN PENDEKATAN DIAGNOSTIK Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat diperbaiki dengan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan actual dan potensial yang sering dijumpai pada pasien dengan kelainan muskuloskeletal meliputi berikut ini : 1. kerusakan mobilitas fisik
  • 10. 2. nyeri 3. resiko terhadap kerusakan integritas kulit 4. resiko terhadap sindrom disuse 5. resiko terhadap disfungsi neurovaskular perifer 6. gangguan perfusi jaringan perifer 7. kurang perawatan diri 8. kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program pengobatannya 9. risiko terhadap cedera 10. intoleran aktifitas 11. keletihan 12.perubahan penampilan perang 13.gangguan harga diri 14.gangguan citra diri 15. koping individual tak efektif 16. ketidakberdayaan 17.perubahan proses keluarga 18. resiko terhadap infeksi 19. konstipasi 20.gangguan pola tidur 21. kurang aktifitas pengalih 22.perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dengan kolaborasi bersama pasien, tujuan kesehatan dan strategi keperawtan dirumuskan untuk memecahkan diagnosa keperawatan yang telah terindentifikasi TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN Pengkajian
  • 11. Pengkajian perawatan pasien disfungsi muskuloskeletal meliputi evaluasi dampak masalah muskuloskeletal gangguan tersebut terhadap pasien. Perawat terpusat pada pasien gangguan muskulosketelal untuk menjaga kesehatan umumnya, menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-harinya (AKS), dan menangani modalitas pengobatannya. Sistemik harus dipastikan, didorong masukan gizi yang optimal, dan masalah yang berhubungan dengan imobilitas harus dicegah. Wawancara awal o Wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan pasien. Perawa memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalah dan bagaimana penagnan yang sudah dilakukan. o Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah pendataan dapat mempengaruhi kesehatan. o Tanyakan masalah kesehatan lain yang juga dirasakan (mis. Stress, penyaakit jantung, infeksi saluran nafas atas). Ini diperhatikan ketika menyusun rencana perawatan. o Alergi harus dicatat dan diterangkan dengan istilah yang timbul pada pasien. o Pemakaian tembakau dan obat lain harus dikaji untuk mengevaluasi bahan- bahan tersebut terhadap perawatan pasien. o Mengenali kemampuan pasien untuk belajar, dan pekerjaan terkini diperlukan untuk perencanaan pemulangan dan untuk rehabilitasi. o Sebagai bahan wawancara awal, data disusun ketika perawat berinteraksi dengan pasien. Data tersebut memungkinkan menyesuaikan terhadap rencana perawatan individu sesuai kebutuhan. Pengkajian Fisik
  • 12. o Inspeksi umum tubuh akan memperlihatkan ukuran, setiap tanda deformitas, asimetri, pembengkakan, edema, memar, atau luka di kulit. o Dengan mengobservasi postur, gerakan, dan cara berjalan pasien akan diperoleh data menegnai perubahan mobilitas pasien dan adanya rasa nyeri dan ketidaknyamanan atau gerakan involunter (fasikulasi atau kedutan). Data Pengkajian Subyektif Selama wawancara dan pengkajian fisik, pasien mungkin melaporkan adanya nyeri, nyeri tekan, dan pengenderaan yang tak normal. Informasi ini harus dikaji dan di dokumentasikan. Nyeri Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam, tumpul yang bersifat membosankan, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai pegal atau nyeri dan sering digambarkan sebagai “kram otot”. Nyeri faktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan dengan imobilitasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan pada saraf sensoris. Perubahan penginderaan Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskuloskeletal. Pasien mungkin menyatakan menggalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaran darah. Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat menggangu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf dan peredaran darah yang terletak sepanjang sistem muskuloskeletal.
  • 13. Diagnosa keperawatan Berdasarkan data pengkajian keperawatan , diagnosa keperawatan utama untuk pasien dengan disfungsi muskuloskeletal dapat meliputi berikut 1. ansietas yang berhubungan dengan perubahan integritas tubuh 2. kurang pengetahuan tentang program pengobatan 3. nyeri yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal 4. perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan respons fisiologis terhadap cedera, pembengkakan, atau peningkatan tekanan didalam ruangan tertutup (mis. Kompartemen otot, balutan yang menekan atau gips). Tujuan Sasaran utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal dapat meliputi peredaran ansietas, pemahaman terhadap protocol penangan, hilangnya nyeri, terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat, dan perbaikan mobilitasi fisik. Intervensi keperawatan Meredakan ansietas Masalah muskuloskeletal bisa diakibatkan oleh cedera traumatis akut atau bisa juga bersifat jangka panjang berulang dan menetap kebanyakan pasien dengan masalah muskuloskeletal akut merasa ansietas dan menggalami nyeri. Mereka menggalami ketakutan dan antisipasi sebelum dimulainya penanganan definitive. Orang yang mengalami kecacatan jangka panjang biasanya menjalani pembedahan rekontruksi berulang. Mereka sudah terbiasa dengan rutinitas rumah sakit dan sangat memperhatikan hasil terbaik suatu prosedur. Kesabaran dan harapan mereka sangat terbatas.
  • 14. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akan mengalami peningkatan pemahaman alternatif penanganan. Termasuk sensasi selama dan setelah penanganan, bila mungkin informasi kusus mengenai antisipasi peralatan (mis. Gips,traksi) alat bantu (trapeze, walker, tongkat) Latihan (penyusunan kuadrisep, nafas dalam) medikasi (analgetik, antibiotika) harus didiskusikan dengan pasien pada saat pasien telah mampu menjalangkan aktifitas penyembuhan, seperti berjalan dengan tongkat. Sebelum dipulangkan pasien harus telah mendapatkan penjelasan rinci untuk melanjutkan perawatan dirumah. Pasien harus mampu mengenali setiap gejala dan tanda mengcurigakan yang perlu dilakukan pada dokter. Bila mereka menjumpai kesulitan, mereka harus tahu kemana dan bagaimana cara meminta peretolongan. Meredakan nyeri Berikan opioid dan obat pereda nyeri lainnya sesuai resep, dengan memperhitungkan usia dan ukuran tubuh pasien begitu pula jenis dan tempat masala muskuloskeletal. Nyeri dapat timbul baik secara primer akibat masalah muskuloskeletal maupun masalah penyertanya (tekanan pada tonjolan tulang, spasme otot, pembengkakan). Tekanan yang berkepanjangan diatas tonjolan tulang (tumit, kaput fibula, tuberositas tibiae) dapat menyebabkan nyeri rasa terbakar perlu dilakukan penghilangan tekanan untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih jauh. Teknik relaksasi, traksi, dan obat dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri
  • 15. Biasanya pembengkakan dapat dikontrol dengan syndrom kompartemen dapat dicegah dengan meninggikan bagian yang cedera dan meletakkan es dibagian yang cedera selama 20 sampai 30 menit. Memperbaiki perfusi jaringan Pembengkakan biasanya menyertai cedera muskuloskeletal. Pasokan darah dapat dikaji dengan mengukur pengisian kapiler pada dasar kuku. bla terjadi penurunan perfusi jaringan, kulit akan terasa dingin pada palpasi dan akan tampak kotor, pucat atau biru. Fungsi sensoris dan motoris dapat berubah atau menurun. Bila pembengkakan terjadi diruang tertutup (gips, balutan konstriktif) dapat terjadi sindromkompartemen. Memperbaiki mobilitas Imobilisasi yang diperlukan pada beberapa modalitas penaganan tidak boleh menyebabkan kerusakan. gerakkan otot dan sendi yang tidak di imobilisasi dapat membantu mepertahankan kekuatan dan fungsinya. Latihan isometric ekstremitas yang diimobilisai dapat membantu menjaga kekuatan otot. Penekanan diberikan pada apa yang bisa dikerjakan pasien dengan keterbatasan akibat modalitas pengobatan.
  • 16. Sistem musculoskeletal Askep Sistem Muskuloskeletal 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. 1. Tulang  Bagian-bagian utama tulang rangka Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan mensuplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis. Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton. 1. Axial Skeleton (80 tulang) 1. Tengkorak 22 buah tulang Tulang cranial (8 tulang)  Frontal 1  Parietal 2  Occipital 1  Temporal 2  Sphenoid 1  Ethmoid 1 Tulang fasial (13 tulang)  Maksila 2  Palatine 2  Zygomatic 2  Lacrimal 2  Nasal 2  Vomer 1  Inferior nasal concha 2 Tulang mandibula (1 1
  • 17. tlng) 1. Tulang telinga tengah  Malleus 2  Incus 2  Stapes 2 6 tulang 1. Tulang hyoid 1 tulang 1. Columna vertebrae  Cervical 7  Thorakal 12  Lumbal 5  Sacrum (penyatuan dari 5 tl) 1  Korkigis (penyatuan dr 3-5 tl) 1 26 tulang 1. Tulang rongga thorax  Tulang iga 24  Sternum 1 25 tulang 2. Appendicular Skeleton (126 tulang) 1. Pectoral girdle  Scapula 2  Clavicula 2 4 tulang 1. Ekstremitas atas  Humerus 2  Radius 2  Ulna 2  Carpal 16  Metacarpal 10  Phalanx 28 60 tulang 1. Pelvic girdle  Os coxa 2 (setiap os coxa terdiri dari penggabungan 3 tulang) 2 tulang 1. Ekstremitas bawah  Femur 2  Tibia 2  Fibula 2  Patella 2  Tarsal 14  Metatarsal 10  Phalanx 28 60 tulang Total 206 tulang
  • 18. Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah : 1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh 2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakkan oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya. 3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain 4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.  Struktur tulang Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi : 1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas (misal femur) 2. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan (misal tarsal) 3. Tulang pipih pada tengkorak dan iga (misal sternum) 4. Tulang irreguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan rahang. Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal sebagai diaphysis yang berbentuk silindris. Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu jaringan (network) saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-pembuluh darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang- ruang kecil dimana osteosit berada. Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis, sementara sumsum kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke aliran darah. Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast(sel pembentuk tulang) dan osteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan terdalam dari periosteum. Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri atas banyak pembuluh darah. Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri penyuplai darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang, kemudian
  • 19. bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah mikroskopis. Pembuluh darah ini mensuplai cortex, marrow, dan system haverst. Persarafan, serabut syaraf simpatik dan afferent (sensori) mempersyarafi tulang. Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.  Perkembangan dan pertumbuhan tulang Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal : 1. Tulang didahului oleh model kartilago. 2. Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang- ruang. 3. Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuki oleh sel-sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago. 4. Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi. 5. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua ruang membesar untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang. 6. Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan korpus. Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :  Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor. Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai contoh, apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar posfor akan berkurang.  Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memiliki aksi dalam menurunkan kadar kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.  Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia pada usia dewasa.  Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresi hormone paratiroid akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoplastic dan menyalurkan kalsium kedalam darah.  Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
  • 20.  Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein.  Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat peran hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saat menopause, wanita sangat rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi langsung terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang. 2. Sendi Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang- tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya, yaitu : a. Sendi fibrosa (sinartrodial) Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat- serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak. b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial) Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas. c. Sendi synovial (diartrodial) Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut, rahang) Jenis sendi synovial :
  • 21. a) Sendi peluru, misal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh. b) Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah, contohnya adalah siku dan lutut. c) Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu. d) Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu. e) Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas ke semua arah, contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan. 3. Otot Rangka  Otot dan kerja otot Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang. Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi bagian terbesarnya mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system saraf. Otot bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui sebagai insersio dari otot. Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot bisep. Selama fleksi sederhana (menekuk) siku : a) Bisep kontraksi ? ini adalah penggerak utama b) Trisep rileks secara refleks ? ini adalah antagonis
  • 22. c) Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling d) Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu  Struktur otot rangka Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik. Dindingnya atau sarkolema, mengandung miofibril yang dibungkus dengan rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin dalam sarkoplasma. Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian, disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu mengandung protein aktin, dan lainnya mengandung protein myosin. Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain, seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat kontraksi. Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon (otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi relative lemah. Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.  Histology otot Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung. a. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle) Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm dengan inti terletak di tengah. Miofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak. b. Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle) Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100 µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir, dibawah sarcolema. Memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot. Beberapa serabut
  • 23. otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium. Beberapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia). Otot lurik dipersyarafi oleh system cerebrosfinal dan dapat dikendalikan. Otot lurik terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragma, bagian atas dinding esophagus. c. Otot Jantung Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan terletak di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.  Persarafan otot rangka Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek : 1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor regangan khusus, gelondong otot 2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya, pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate.Asetilkolin bekerja untuk memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi. Bila impuls berhenti maka otot rileks. 3. Tendon Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. Serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas. 5. Ligament Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang, biasanya di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi. 6. Bursae
  • 24. Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran sinovial dan mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti pada olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit. 2.2 Asuhan Keperawatan 1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis Definisi Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Etiologi Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut: o Determinan Massa Tulang  Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil.  Faktor mekanis Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.  Faktor makanan dan hormon Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
  • 25. o Determinan penurunan Massa Tulang  Faktor genetik Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar.  Faktor mekanis Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.  Kalsium Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif.  Protein Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.  Estrogen. Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.  Rokok dan kopi Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.  Alkohol Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti . Manifestasi Klinis
  • 26. o Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah: o Nyeri timbul mendadak o Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang o Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur o Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas o Deformitas vertebra thorakalis  Penurunan tinggi badan Pencegahan Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:  Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal  Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti: 1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari) 2. Latihan teratur setiap hari 3. Hindari :  Makanan tinggi protein  Minum alkohol  Merokok  Minum kopi  Minum antasida yang mengandung aluminium PROSES KEPERAWATAN Pengkajian  Promosi kesehatan.  Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap
  • 27. sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.  Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas. Diagnosa Keperawatan 1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi 2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot 3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus) 4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik Tujuan Sasaran umum pasien dapat meliputi pengetahuan mengenai osteoporosis dan program tindakan, pengurangan nyeri, perbaikan pengosongan usus dan tidak ada fraktur tambahan. Intervensi Keperawatan Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. 1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. 2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai. 3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang. 4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis. 5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
  • 28. 6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal. 7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium. Meredakan Nyeri 1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. 2. Kasur harus padat dan tidak lentur. 3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. 4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot. 5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir. 6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur, 7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. 8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah. 9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri. Memperbaiki Pengosongan Usus. Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. 1. Berikan diet tinggi serat. 2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi. 3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus. Mencegah Cedera.
  • 29. 1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. 2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. 3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik. 4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama. 5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D. Pertimbangan Gerontologik. 1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan neuromuskular, penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan. Bahaya harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu tersedia. 2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan berkeseimbangan dan program penanganan pencegahan. 3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya (mis. Permadani yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah kaki) dan diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga dengan penerangan yang memadai dengan pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki dengan ukuran pas). Evaluasi 1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya. o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang o Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi o Meningkatkan tingkat latihan o Gunakan terapi hormon yang diresepkan o Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran 2. Mendapatkan peredaan nyeri o Mengalami redanya nyeri saat beristirahat o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari o Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur 3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal o Bising usus aktif o Gerakan usus teratur 4. Tidak mengalami fraktur baru o Mempertahankan postur yang bagus
  • 30. o Mempegunakan mekanika tubuh yang baik o Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D o Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari) o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari o Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah o Menciptakan lingkungan rumah yang aman o Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan. 2. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Rematoid Athritis Definisi Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun. Etiologi Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu: 1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid factor 2. Faktor metabolic 3. Infeksi dengan kecenderungan virus Patofisiologi  Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.  Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.  Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
  • 31. Tanda dan Gejala 1. Tanda dan gejala setempat  Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.  Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.  Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.  Poli artritis simetris sendi perifer  Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga  Artritis erosif  sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X  Deformitas  pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total  Rematoid nodul  merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.  Kronik  Ciri khas rematoid artritis 2. Tanda dan gejala sistemik  Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu: 1. Stadium sinovitis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan. 2. Stadium destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck. 3. Stadium deformitas
  • 32. Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang Penatalaksanaan Tujuan utama terapi adalah: 1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan 2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita. 3. Mencegah atau memperbaiki deformitas Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu: 1. Istirahat 2. Latihan fisik 3. Panas 4. Pengobatan a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml b. Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari  mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan. d. Garam emas e. Kortikosteroid 5. Nutrisi  diet untuk penurunan berat badan yang berlebih Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut: 1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi. 2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian. 3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan. 4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
  • 33. PROSES KEPERAWATAN Pengkajian Riwayat Keperawatan o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai. o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi. Pemeriksaan Fisik o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan. o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial  Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)  Catat bila ada krepitasi  Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral  Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang  Ukur kekuatan otot o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:
  • 34. 1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas. 2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid. 3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri. 4. Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. 6. Gangguan mobilitas Intervensi dan Implementasi Keperawatan 1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas. Tujuan : klien memahami perubahan-perubahan tubuhnya akibat proses penyakit Recana/tindakan Keperawatan o Dorong klien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya mengahdapi proses penyakit. Kondisi ini dapat membantu untuk menyadari keadaan diri. o Berikan support yang sesuai. Hal ini dapat membantu meningkatkan upaya menerima dirinya. o Dorong klien untuk mandiri. Kemandirian membantu meningkatkan harga diri. o Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi klien 2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid. Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa nyeri Recana/tindakan Keperawatan
  • 35. o Istirahatkan klien sesuai kondisi (bed rest). Hal ini dapat membantu menurunkan stress muskuloskeletal, mengurangi tegangan otot, dan meningkatkan relaksasi karena kelelahan dapat mendorong terjadinya nyeri. o Pertahankan posisi fisiologis dengan benar atai body alignment yang baik. Bantu dan ajari klien untuk menghindari gerakan eksternal rotasi pada ekstremitas. Hindarkan menggunakan bantal dibawah lutut, tetapi letakkan bantal diatara lutut, hindari fleksi leher. o Bila direncanakan klien dapat menggunakan splint, atau brace. Hal ini dapat mencegah deformitas lebih lanjut. o Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba karena dapat menimbulkan dislokasi dan stres pada sendi-sendi o Lakukan perawatan dengan hati-hati khususnya pada anggota-anggota tubuh yang sakit. Karena gerakan-gerakan yang kasar akan semakin menimbulkan nyeri o Gunakan terapi panas misal kompres hangat pada area/bagian tubuh yang sakit. Panas dapat meningkatkan sirkulasi, relaksai otot-otot, mengurangi kekakuan. Kemungkinan juga dapat membvantu pengeluaran endorfin yaitu sejenis morfin yang diproduksi oleh tubuh. o Lakukan peawatan kulit dan masase perlahan. Hal ini membantu meningkatkan aliran darah relaksasi otot, dan menghambat impuls-impuls nyeri serta merangsang pengeluaran endorfin. o Memberikan obata-obatab sesuai terapi dokter misal, analgetik, antipiretik, anti inflamasi. 3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot dan sendi Tujuan : Klien terhindar dari cedera Recana/tindakan Keperawatan o Gunakan sepatu yang menyokong, hindarkan lantai yang licin, menggunakan pegangan dikamar mandi. o Lakukan latihan ROM (bila memungkinkan). Untuk meningkatkan mobilitas dan kekuatan otot, mencegah deformitas, memperthankan fungsi semaksimal mungkin o Monitor atau observasi efek penggunaan obat-obatan misal ada perdarahan pada lambung, hematemesis.
  • 36. 4. Gangguan aktifitas sehari-hari (defisit self care) berhubungan dengan terbatasnya gerakan. Tujuan : Klien akan mandiri sesuai kemampuan daam memenuhi aktifitas sehari-hari Recana/tindakan Keperawatan o Ajarkan aktifitas sehari-hari agar klien mulai terkondisi untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuanyya dan bertahap. o Bantu klien untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan lain selam memang diperlukan. 5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan sendi Tujuan : Mobilitas persendian klien dapat meningkat Recana/tindakan Keperawatan o Bantu klien untuk melakukan ROM aktif maupun pasif. Untuk memelihara fungsi sendi dan kekuatan otot meningkatkan elasitias serabut- serabut otot. o Rencanakan program latihan setiap hari (dapat bekerja sama dengan dokter dan fisioterapi) o Lakukan observasi untuk setiap kali latihan o Berikan istirahat secara periode o Berikan lingkungan yang aman misal, menggunakan pegangan saat dikamar mandi, tongkat yang ujungnya sejenis karet sehingga tidak licin Evaluasi 1. Prilaku yang adaptif sehubungan dengan adanya masalah konsep diri 2. Nyeri dapat berkurang 3. Mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari 4. Komplikasi dapat dihindari 5. Meningkatkan mobilitas Sumber: Smeltzer, Susanne dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 8. Jakarta:EGC. http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-sistem-muskuloskeletal