2. Hilman Hadikusuma *)
Tradisional
Bersifat turun-temurun, dari
jaman nenek moyang sampai ke
anak cucu sekarang keadaannya
masih tetap berlaku dan
dipertahankan oleh masyarakat
bersangkutan.
Keagamaan (magis
religius)
Perilaku hukum atau kaedah-
kaedah hukumnya berkaitan
dengan kepercayaan terhadap
yang ghaib dan atau didasarkan
pada ajaran Ketuhanan yang
Maha Esa.
*) Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, hal. 33 – 41
3. Lanjutan....
Kebersamaan
(komunal)
Lebih mengutamakan kepentingan
bersama, dimana kepentingan
pribadi itu diliputi oleh
kepentingan bersama.
Konkret dan visual
Konkret yaitu jelas, nyata, berwujud
dan visual artinya dapat dilihat,
tampak, terbuka, tidak
tersembunyi.
4. Terbuka dan sederhana
Terbuka artinya dapat menerima masuknya unsur-unsur yang datang
dari luar asal saja tidak bertentangan dengan jiwa hukum adat itu
sendiri.
Sederhana artinya bersahaja, tidak rumit, tidak banyak
administrasinya, bahkan kebanyakan tidak tertulis, mudah dimengerti
dan dilaksanakan berdasar saling mempercayai.
Dapat berubah dan menyesuaikan
Dapat berubah menurut keadaan, waktu dan tempat.
5. Tidak dikodifikasi
Kebanyakan tidak tertulis, walaupun ada juga yang dicatat dalam
aksara daerah, bahkan ada yang dibukukan dengan cara yang tidak
sistematis, namun hanya sekadar sebagai pedoman bukan mutlak
harus dilaksanakan, kecuali yang bersifat perintah Tuhan.
Musyawarah dan mufakat
Mengutamakan adanya musyawarah dan mufakat.
6. Prof. Koesno
Membedakan pengertian ciri dan sifat
Dalam hal ini “ciri” diartikan sebagai tanda-tanda
yang terdapat di bagian lahir dari sesuatu yang dapat
memberikan petunjuk yang berlainan dari sesuatu
yang lain. Sedangkan “sifat” diartikan sebagi suatu hal
yang bersifat batin yaitu kegiatan-kegiatan yang
menentukan kepribadian daripada sesuatu.
7. Ciri-ciri Hukum Adat menurut Prof. Koesno :
hukum adat umumnya hukum yang tidak tertulis
peraturan-peraturan hukum adat tertuang dalam petuah-petuah
yang memuat asas-asas perikehidupan dalam masyarakat
asas-asas itu dirumuskan dalam bentuk pepatah-pepatah, petitih-
petitih, seloka-seloka, cerita-cerita perumpamaan
kepala adat selalu dimungkinkan ikut campur tangan dalam segala
urusan
faktor-faktor dari segala kepercayaan atau agama sering tidak
dapat dipisahkan karena erat terjalin dengan segi hukum dalam
arti sempit
faktor pamrih sukar dilepaskan dari faktor bukan pamrih
ketaatan dalam melaksanakan lebih disadarkan pada rasa harga
diri setiap anggota masyarakat
8. Sifat-sifat Hukum Adat menurut Prof . Koesno :
bersifat tradisional
setiap ketentuan-ketentuan dalam hukum adat ini selalu ada hubungannya dengan
kejadian di masa yang lampau secara berurutan dapat diketahui
bersifat suka pamor yang keramat
ketentuan hukum adat mempunyai sifat pamor yang keramat, karena unsur-unsur
yang berasal dari bidang kepercayaan memegang peranan penting di dalam ketentuan-
ketentuan hukum adat tersebut. Pamor keramat itu lebih menitikberatkan kepada
wibawa yang dalam ekspresi lahiriah berupa kekuatan kekeramatan
bersifat luwes
ketentuan-ketentuan hukum adat sebagai hukum yang bersumber dalam kehidupan
masyarakat yang selalu mengalami perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Hal
ini dimungkinkan karena hukum adat itu hanya memuat asas-asasnya saja tidak
memberikan perincian yang mendetail
bersifat dinamis
hukum adat itu dalam perkembangannya adalah sejalan dan seirama dengan
perkembangan yang terjadi dalam perkembangan kehidupan rakyat di dalam
masyarakat
9. Soepomo
--- Soerjono Soekanto “Hukum Adat Indonesia”, hal. 125 – 127
mempunyai sifat kebersamaan yang kuat
manusia menurut hukum adat, merupakan makhluk dalam ikatan
kemasyarakatan yang erat, rasa kebersamaan mana meliputi seluruh
lapangan hukum adat.
mempunyai corak magis – religius
yang berhubungan dengan pandangan hidup alam Indonesia.
sistem hukum itu diliputi oleh pikiran serba konkret
hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-
ulangnya hubungan-hubungan hidup yang konkret. Sistem hukum
adat mempergunakan hubungan-hubungan yang konkret tadi dalam
mengatur pergaulan hidup.
Hukum adat mempunyai sifat visual
Hubungan-hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena
ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat (atau tanda yang
tampak).
10. Holleman*)
4 sifat umum hukum adat Indonesia
1. religio-magis
2. komun (komunal)
3. Contant
4. Konkret
*) bushar muhammad, azas2 hkm adat, hal. 45-46
11. Add. Religio-magis (koentjoroningrat)
Unsur-unsur :
kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus, roh-roh dan hantu-hantu
yang menempati seluruh alam semesta dan khusus gejala-gejala alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda-benda. (animisme
E.B. Taylor)
kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam
semesta dan khusus terdapat dalam peristiwa-peristiwa yang luar biasa,
binatang yang luar biasa, tumbuh-tumbuhan yang luar biasa, tubuh manusia
yang luar biasa, benda-benda yang luar biasa dan suara yang luar biasa.
(preanimisme R.R. Marett)
menganggap bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai
magische kracht dalam berbagai perbuatan ilmu gaib untuk mencapai
kemauan manusia atau untuk menolak bahaya gaib. (dasar-dasar magie/ilmu
ghaib A. Vierkandt)
anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan
timbulnya berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat dihindari dengan
berbagai macam pantangan. (dasar-dasar tahu/pantangan A. Vierkandt &
K.T.Preusz)
12. Bushar Muhammad
Religio-magis participerend
kosmisch
Orang Indonesia pada dasarnya
berpikir serta merasa dan bertindak
didorong oleh kepercayaan (religi)
pada tenaga-tenaga yang gaib (magis)
yang mengisi, menghuni seluruh
alam semesta (dunia kosmos) dan
yang terdapat pada orang, binatang,
tumbuh-tumbuhan besar dan kecil,
benda – lebih-lebih benda yang
berupa dan berbentuk luar biasa ---,
dan semua tenaga-tenaga itu
membawa seluruh alam semesta
dalam suatu keadaan keseimbangan.
13. Add. Komunal
Bahwa kepentingan individu dalam hukum adat
selalu diimbangi oleh kepentingan umum, bahwa
hak-hak individu dalam hukum adat diimbangi oleh
hak-hak umum.
--- mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi ---
14. Add. Contant
Dalam bahasa Indonesia diartikan tunai,yaitu
bahwa dengan suatu perbuatan nyata, suatu
perbuatan simbolis atau pengucapan, tindakan
hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu
juga, dengan serentak bersamaan waktunya
tatkala berbuat atau mengucapkan yang
diharuskan oleh adat.
Ex. Jual-lepas, perkawinan jujur, adopsi dll.
15. Add. Konkret
Bahwa dalam alam berpikir yang
tertentu senantiasa dicoba atau
diusahakan supaya hal-hal yang
dimaksud, diingini, dikehendaki
atau akan dikerjakan,
ditransformasikan atau diberi
wujud sesuatu benda, diberi tanda
yang kelihatan, baik berupa
langsung maupun hanya
menyerupai objek yang
dikehendaki.
Ex.
- Panjar bermaksud akan
melakukan jual-beli
- Paningset dalam pertunangan
16. M.M. Djojodiguno
Hukum adat mempunyai beberapa sifat yang khas sebagai sebuah peraturan
yang tidak tertulis
Hukum adat mempunyai sifat yang hidup dan berkembang, dynamisch,
bilamana ia dapat mengikuti perkembangan masyarakat yang membutuhkan
perubahan-perubahan dalam dasar-dasar hukum sepanjang jalan sejarahnya.
Implikasi sifat dinamis pola pengambilan keputusan
Hukum adat bersifat plastisch yang berarti bahwa hukum adat dilaksanakan
dengan memperhatikan hal-hal bersifat tersendiri (khusus)
Karena hukum adat berpangkal pada asas-asas yang menentukan hukum
dalam garis besarnya saja, dengan sendirinya ia dapat memperlihatkan hal-hal
khusus dalam peristiwa yang menjadi dasar dari suatu masalah hukum
Jadi hukum adat memiliki 2 sisi yang berdampingan. Pada satu sisi, hukum
adat besifat tradisional, melanjutkan tradisi leluhur, cenderung
mempertahankan pola-pola yang telah terbentuk. Sedangkan sisi lain hukum
yang hidup dan berkembang, hukum adat akan selalu mampu mengikuti
perkembangan masyarakat. Jadi pada satu saat hukum adat terasa sangat
tebal melingkupi kehidupan masyarakat sedangkan pada saat lain, jika
dikehendaki masyarakat, terasa sangat tipis atau bahkan hilang dalam arti
tinggal kristalisasi asas-asasnya saja